Anda di halaman 1dari 10

IDENTIFIKASI SEBARAN BATUPASIR DALAM PENENTUAN

LINGKUNGAN PENGENDAPAN DENGAN MENGGUNAKAN


METODE LOG INSIDE CASING KUANTITATIF
(Studi Kasus pada PT.Anugerah Pancaran Bulan, Muara Kaman)

Togap Marsahala Sinaga, 1), Arif Haryono 1), Fajar Alam 2)

1)
Program Studi Fisika FMIPA Unmul, Jl. Barong Tongkok, No. 4,
Kampus Gunung Kelua, Samarinda, Kalimantan Timur, Indonesia
2)
PT. Sinergy Consultancy Services, Jl. Jend. Sudirman,
No. 7, Balikpapan, Kalimantan Timur, Indonesia

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi sebaran lapisan batupasir yang


memiliki kemenerusan yang terdapat pada lubang bor inside casing dan wireline logs,
analisis dilakukan secara kuantitatif, sehingga dapat diketahui jenis lingkungan pengendapan
pada daerah penelitian.
Metode yang digunakan adalah dengan menganalisis nilai yang terdapat pada log
gamma ray, long space density, dan high resolution density lubang bor. Uji normalitas
dilakukan terlebih dahulu untuk mengetahui distribusi data, dan dilakukan dengan melakukan
uji statistik, jika nilai asymp significant ≥ 0.05, maka data berdistribusi normal, selanjutnya
dapat dilakukan uji beda untuk mengetahui hubungan lapisan batupasir, dan dilakukan
dengan melakukan uji statistik, jika nilai uji exact significant ≥ 0.01, maka hubungan
batupasir antar lubang bor adalah saling berhubungan. Dan metode ini dilakukan terhadap
ketiga jenis log yang terdapat pada lubang bor. Analisis hubungan nilai gamma ray terhadap
ukuran butir dan ketebalan batupasir juga dilakukan untuk mengetahui hubungan gamma ray
terhadap kedua variabel tersebut. Metode yang digunakan untuk penentuan lingkungan
pengendapan adalah dengan menganalisis ketebalan seluruh fasies yang terdapat pada
masing-masing log shapes seluruh lubang bor penelitian, log shape yang memiliki persentase
tertinggi dari keseluruhan merupakan shape dominan, dan juga didukung dengan data
pemetaan lapangan sebagai penguat untuk penentuan lingkungan pengendapan.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa variabel gamma ray memiliki hubungan
terbesar dalam korelasi antar lubang bor daerah penelitian yaitu sebesar 66.6 %. Jadi log yang
efektif digunakan dalam penarikan korelasi batupasir antar lubang bor adalah log gamma ray.
Hubungan antara nilai log gamma ray terhadap ukuran butir dan ketebalan batupasir adalah
berbanding terbalik, semakin tinggi nilai dari log gamma ray, maka semakin kecil ukuran
butir dan ketebalan batupasir, dimana koefisien korelasi terhadap ukuran butir sebesar 0.501,
koefisien korelasi terhadap ketebalan batupasir sebesar 0.40. Berdasarkan analisis ketebalan
fasies seluruh log shapes dan juga didukung oleh data pemetaan lapangan, diperoleh hasil

1
bahwa lingkungan pengendapan daerah penelitian termasuk dalam lingkungan pengendapan
sub-marine.

Kata kunci : Log Inside Casing, Batupasir, Bentuk kurva log, Lingkungan Pengendapan

1. PENDAHULUAN

Endapan batuan sedimen di Indonesia yang terdapat pada cekungan berumur tersier
terletak di bagian barat Paparan Sunda (termasuk pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan).
Cekungan Kutai merupakan suatu cekungan sedimentasi yang besar di pulau Kalimantan.
Pengisiannya berlangsung sejak Eosen hingga Miosen Tengah (Lambert, 2002). Studi
mengenai lingkungan pengendapan adalah penting karena dapat meningkatkan
pengetahuan melalui analisis lingkungan yang membuat kita dapat merekonstruksikan
periode geologi sebelumnya, yakni, hubungan daratan dan lautan purba. Oleh karena itu
dalam penelitian ini akan diketahui beberapa fasies sedimen terutama batupasir yang akan
dianalisa hubungan kemenerusannya secara kuantitatif, dan juga untuk mengetahui
penyusun pada Formasi daerah penelitian yaitu dengan menganalisa kenampakan
singkapan (outcrop) pada daerah penelitian. Berdasarkan metode well logging ini dapat
diketahui proses sedimentasi dan dapat juga mengetahui ukuran butir batuan. Sehingga
dapat diketahui fasies sedimen yang menjadi penciri lingkungan pengendapan dan
sebaran fasiesnya.

2. TINJAUAN PUSTAKA
1. Logging Geofisika

Logging adalah suatu metode yang dirancang guna mendapatkan informasi-


informasi tentang keadaan bawah permukaan (subsurface). Konsep dasar logging untuk
mengetahui informasi bawah permukaan ini didasarkan atas pantulan atau hasil
tumbukan antara sifat-sifat kelistrikan, radioaktif, dan gelombang suara terhadap
formasi. Pengambilan data logging yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
pengambilan data dengan cara logging dalam pipa. Hal tersebut dilakukan dengan
melihat kondisi dari areal penambangan yang sebagian besar terdiri dari batupasir lepas
yang memungkinkan terjadinya keruntuhan pada lubang sehingga dapat menyebabkan
alat yang digunakan terjepit didalamnya (Geo-log, 1974). Unit logging yang digunakan
pada penelitian ini adalah Short Wave Density Sonde (SWDS), sumber radioaktif yang

2
digunakan adalah Cesium (CS-137) dengan waktu paruh 40 tahun yang memiliki
aktifitas radioaktif 100 mCi.

a. Log Gamma Ray


Prinsip log GR adalah suatu rekaman tingkat radioaktivitas alami yang terjadi
pada batuan karena 3 unsur : uranium (U), Thorium (Th) dan Potassium (K) yang
ada pada batuan. Sinar gamma ini akan mengalami benturan dengan elektron-
elektron dalam batuan. Makin banyak elektron dalam batuan tersebut, makin padat
batuan itu, sehingga sinar gamma yang kembali akan berkurang intensitasnya.
Sedangkan makin sedikit elektron dalam batuan, makin renggang batuan itu,
sehingga intensitas sinar gamma yang kembali meningkat (Geo-Log, 1974).

Gambar 1. Respon sinar gamma pada berbagai jenis batuan


(Thomas, 2002 dalam Margaesa, 2012)

b. Log Density
Log density adalah kurva yang menujukkan besarnya densitas (bulk density) dari
batuan yang ditembus lubang bor. Prinsip kerja dari log density adalah yaitu suatu
sumber radioaktif dari alat pengukur dipancarkan sinar gamma dengan intensitas
energi tertentu menembus formasi/batuan. Batuan terbentuk dari butiran mineral,
mineral tersusun dari atom-atom yang terdiri dari proton dan elektron. Partikel sinar
gamma-  membentur elektron-elektron dalam batuan. Akibat benturan ini sinar- 
akan mengalami pengurangan energi (Margaesa, 2012).

3
Gambar 2. Respon log densitas (gr/cc) pada berbagai jenis batuan
(Thomas, 2002 dalam Margaesa, 2012)

2. Karakteristik Batupasir

Batupasir merupakan batuan sedimen klastik yang dominan butirannya berukuran


pasir. Seperti halnya batuan sedimen klastik yang lain, parameter yang dapat diamati
pada batupasir adalah tekstur, struktur dan komposisi mineral (Boggs, 1987 dalam
Merdekawati, 2010). Dari tekstur batupasir dapat diturunkan beberapa parameter
empiris, yaitu bentuk butir (pembundaran dan pembulatan) seperti ditunjukkan oleh
gambar 3.a, sortasi (gambar 3.b), dan ukuran butir (gambar 3.a). Sedangkan dari struktur
sedimen dapat diturunkan parameter-parameter empiris, misalnya arah perlapisan silang
siur, arah orientasi butir, dan lain-lain. Dan dari komposisi mineral dapat diturunkan
beberapa parameter empiris batupasir, yaitu persen butiran keras (rigid grain), butiran
lunak (ductile grain) dan matrik.

Gambar 3. (a) Bentuk butir batupasir, (b) Perbandingan sortasi (Graha, 1987)

3. Klasifikasi Lingkungan Pengendapan


Setiap lingkungan pengendapan utama dapat terbagi lagi menjadi beberapa sub-
lingkungan. Praktisnya klasifikasi lingkungan pengendapan adalah yang memiliki

4
jumlah sub-lingkungan yang sederhana namun dapat digunakan untuk membedakan
lingkungan satu dengan lainnya dengan menggunakan interpretasi lingkungan
pengendapan yang ada (Selley, 1978).
Tabel 1.Penyederhanaan Klasifikasi Lingkungan Pengendapan (Boggs, 1995)
Tempat Pengendapan Utama Lingkungan Utama Sub-Lingkungan

Darat *Fluvial *Kipas Aluvial


*Braided Stream
*Meandering Stream
*Gurun
Lacustrine
*Glasial
Transisi *Deltaic *Delta Plain
*Delta Front
*Prodelta
*Beach/barrier bar
*Estuarine/lagoonal
Tidal Flat
Laut Neritik Paparan
**Organic reef
Oceanik Slope
Deep Ocean Floor

4. Penentuan Lingkungan Pengendapan Berdasarkan Log Shapes


Aspek umum dari batuan sedimen adalah: fisik, biologi dan kimia (kondisi
lingkungan pada saat terendapkan. Log menggambarkan aspek-aspek yang ada dalam
batuan. Kurva log dapat menggambarkan proses sedimentasi (aspek fisik), ekosistem
(aspek biologi), dan reaksi kimia (aspek kimia). Kurva log juga menggambarkan aspek
batuan tersebut dan kondisi lingkungan pengendapannya (Shell dalam Margaesa, 2012).

Gambar 4. Klasifikasi model Log (Serra, 1984)

5
5. Metode Statistik (Kuantitatif)
Uji kuantitatif dilakukan untuk mengetahui besarnya hubungan antara kemenerusan
lapisan batupasir antar lubang bor, karena sebaran fasies batu pasir dan nilai rata-rata log
gamma dan log densitas batupasir dapat menentukan lingkungan pengendapan daerah
penelitian. Dalam analisis data statistik ini akan banyak dijumpai perhitungan-
perhitungan, yaitu sebagai berikut :
1. rata-rata (mean). Rata-rata merupakan teknik penjelasan kelompok yang
didasarkan atas nilai rata-rata dari kelompok tersebut (Sugiyono, 2012).
Rata-rata dapat dirumuskan sebagai berikut :

= …………………................................................ (1)
Dimana Me: Mean (rata-rata) Xi : Nilai x ke i sampai ke n
 : Epsilon (jumlah) n : Banyak sampel
2. Standar deviasi, menunjukkan keheterogenan yang terjadi dalam data yang
sedang diteliti atau dapat dikatakan sebagai jumlah rata-rata variabilitas di
dalam satu set data pengamatan.


= ………….……..………………………… (2)

Dimana s : Standar deviasi n : Banyak sampel


 : Epsilon (jumlah) X : Rata-rata
Xi : Nilai x ke i sampai ke n
3. Koefesien korelasi menunjukkan kekuatan (strength) hubungan linear dan
arah hubungan dua variabel acak. Jika koefesien korelasi positif, maka
kedua variabel mempunyai hubungan searah. Artinya jika nilai variabel X
tinggi, maka nilai variabel Y akan tinggi pula. Sebaliknya, jika koefesien
korelasi negatif, maka kedua variabel mempunyai hubungan terbalik.
Koefisien korelasi Pearson (r) dirumuskan sebagai berikut :

N  X I YI    X I  YI 
r ....................... (3)
N  X    X   N  Y    Y  
2
I I
2
I
2
I
2

Di mana :
r = koefisien korelasi X = nilai data variabel pertama
N = jumlah data Y = nilai data variabel kedua

6
3. METODOLOGI PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
1. Pengumpulan data Geological Mapping dan Geophysical Logging
Pada bagian ini dilakukan pemilihan lubang bor, pengumpulan data Geological
Mapping dan Geophysical logging, Jumlah lubang bor yang digunakan dalam
penelitian ini sebanyak 7 buah lubang, yang berada dalam formasi geologi Pemaluan,
dan selanjutnya akan diteliti kemenerusan dari batupasir dan diambil 2 lapisan yang
memiliki karakter Gamma Ray sama dari data geophysical logging 7 lubang tersebut
untuk diolah secara kuantitatif.
2. Pengolahan Data
Teknik pengolahan data meliputi :
a. Konversi data hingga menjadi data siap edit
b. Penentuan batas litologi antar batuan dan interpretasi kurva log
c. Korelasi antar sumur
3. Uji Kuantitatif
Metode statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Pengujian normalitas distribusi, uji normalitas distribusi diperlukan untuk
mengetahui apakah data yang diperoleh dari hasil pengukuran dan pengamatan
berasal dari populasi berdistribusi normal atau berdistribusi tidak normal. Data
statistik non parametris yang akan uji normalitas dalam penelitian ini
menggunakan metode one sample Kolmogorov-Smirnov normality test. dari uji
yang dilakukan akan memperoleh nilai p-value dari data log gamma ray dan
density inside casing lapisan batupasir.
b. Pengujian beda, setelah data didistribusi normal, maka dapat dilakukan tahap uji
beda test Kolmogorov-Smirnov dua sampel. Metode uji beda yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah metode Mann-Whitney U-Test.
4. Penentuan Lingkungan Pengendapan
Penulis menganalisis pembentukan lingkungan pengendapan dari jumlah
ketebalan seluruh fasies yang terdapat dalam masing-masing log shapes pada
seluruh lubang bor telitian. Dari analisis tersebut, diperoleh log shapes dengan
persentase tertinggi dari keseluruhan yang merupakan shape dominan dan dapat
disimpulkan lingkungan pengendapan yang terjadi pada daerah penelitian.

7
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Analisis Uji Beda
Berdasarkan hasil uji beda yang telah dilakukan oleh penulis, maka dapat diperoleh
hasil uji beda seluruh variabel antar lubang bor di daerah penelitian. Dari hasil uji beda
seluruh variabel, diperoleh persentase variabel yang memiliki hubungan antar lubang
bor. Nilai persentase keseluruhan antara ketiga variabel yang memiliki hubungan antar
lubang bor adalah sebagai berikut :

a. Variabel GR = % = 66.6 %

b. Variabel LSD = % = 33.3 %

c. Variabel HRD = % = 22.2 %


Dari hasil persentase tersebut, dapat diketahui bahwa variabel gamma ray yang
memiliki hubungan terbesar dalam korelasi antar lubang bor daerah penelitian yaitu
sebesar 66.6 %.
2. Analisis Hubungan Nilai CPS Log Gamma Ray
a. Analisis grafik hubungan antara nilai rata-rata gamma ray terhadap ukuran
butir batupasir
Grafik hubungan antara nilai average gamma ray (CPS) terhadap
60 ukuran butir batupasir (mm)
Average Gamma Ray

50
40 R² = 0.250
(CPS)

30
20
10
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8
Grain Size (mm)

Gambar 5. Grafik hubungan nilai gamma ray terhadap ukuran butir batupasir
Jika dilihat dari grafik tersebut korelasi menunjukkan arah negatif, variabel
pada sumbu x (ukuran butir batupasir) mengalami peningkatan nilai (butiran
semakin kasar), maka variabel y (nilai rata-rata gamma ray) mengalami penurunan
nilai CPS (count per second). Jika ditinjau berdasarkan kriteria korelasi menurut
literatur, maka korelasi antara nilai rata-rata gamma ray dengan ukuran butir
batupasir termasuk dalam kriteria korelasi yang tergolong sedang, yaitu dengan
koefisien korelasi 0.501

8
b. Analisis grafik hubungan antara nilai rata-rata gamma ray terhadap ketebalan
batupasir
Grafik hubungan antara nilai average gamma ray (CPS)
dengan ketebalan batupasir (m)

Average Gamma Ray


60
R² = 0.159
40

(CPS)
20
0
0 10 20 30
Thickness (m)

Gambar 6. Grafik hubungan nilai gamma ray terhadap ketebalan batupasir


Jika dilihat dari grafik tersebut korelasi menunjukkan arah negatif, variabel pada
sumbu x yang dalam hal ini adalah parameter ketebalan batupasir mengalami
peningkatan nilai, maka variabel y yang dalam hal ini adalah parameter yang
menunjukkan nilai rata-rata gamma ray mengalami penurunan. Jika ditinjau
berdasarkan kriteria korelasi menurut literatur, maka korelasi antara nilai rata-rata
gamma ray dengan ketebalan batupasir termasuk dalam kriteria korelasi yang
tergolong sedang, yaitu dengan koefisien korelasi 0.40.
3. Analisis Hubungan Nilai CPS Log Gamma Ray
Dalam penentuan lingkungan pengendapan diperoleh dari hasil analisis log
shapes dan pemetaan (Geological Mapping). Berdasarkan dari analisis log shapes
tersebut, diperoleh hasil log shape yang dominan di daerah penelitian, yaitu cylinder
serrated yang berasosiasi dengan fasies daerah penelitian sebesar 46%, funnel
serrated sebesar 25.8 %, bell serrated sebesar 23.6 %, dan egg serrated sebesar 4.6 %.
Berdasarkan literatur, jika log shapes diasosiasikan terhadap lingkungan
pengendapan, maka lingkungan pengendapan yang terdapat pada daerah penelitian
antara lain, endapan sub-marine channel fill tedapat sebesar 46%, endapan sub-
marine fan lobe terdapat sebesar 25.8%, endapan sub-marine channel terdapat sebesar
23.6%, dan endapan sub-marine fan di daerah penelitian terdapat sebesar 4.6%. Dari
hasil analisis tersebut, diperoleh bahwa lingkungan pengendapan daerah penelitian
termasuk dalam lingkungan pengendapan transisi yang terdapat pada sub-marine (laut
dangkal), hasil analisis ini juga diperkuat dengan data pemetaan lapangan yakni
terdapatnya fosil karang (reef) dan jejak hidup makhluk laut (burrow) yang
menandakan daerah telitian merupakan sub-marine.

9
5. PENUTUP
1. Kesimpulan
1. Variabel gamma ray memiliki hubungan terbesar dalam korelasi antar lubang bor
daerah penelitian yaitu sebesar 66.6 %. Jadi log yang efektif digunakan dalam
penarikan korelasi batupasir antar lubang bor adalah log gamma ray.
2. Hubungan antara nilai log gamma ray terhadap ukuran butir dan ketebalan
batupasir adalah berbanding terbalik, semakin tinggi nilai dari log gamma ray,
maka semakin kecil ukuran butir dan ketebalan batupasir, dimana koefisien
korelasi terhadap ukuran butir sebesar 0.501, koefisien korelasi terhadap ketebalan
batupasir sebesar 0.40.
3. Berdasarkan hasil analisis ketebalan fasies seluruh log shapes dan juga didukung
oleh data pemetaan lapangan, diperoleh hasil bahwa lingkungan pengendapan
daerah penelitian termasuk dalam lingkungan pengendapan sub-marine.

DAFTAR PUSTAKA
Allen, GP. 1998, Sedimentation in the Modern and Miocene Mahakam Delta, School of
Natural Resources Sciences, Quessland University of Technology: Brisbane, Australia

Boggs, S. 1987. Principles of Sedimentology and Stratigraphy, Merril Publishing


Company, Columbus Toronto London Melbourne

Geo-log. 1974, Gamma Ray Log, Recsa Log

Graha, Doddy, Ir. 1987, Batuan dan Mineral, Nova: Bandung

Haryoko, Riwayat. 1983. Dasar Interpretasi Log. Production Geologist Pertamina:


Yogyakarta

Horne, J. C. Ferm, Caruccio, F.T., Baganz, B.P. 1978. Depositional Models in Coal
Exploration and Mine Planning in Appalachian Region. The American Association of
Petroleum Geologist Bulletin: America

Lambert, B. 2002. Micropaleontological investigations in the modern Mahakam delta, East


Kalimantan (Indonesia).- Carnets de Géologie/ Notebooks on Geology, Maintenon,
Article 2003/02 (CG2003_A02_BL)

Margaesa, D. 2012. Panduan Interpretasi Geologging. Exploration Department PT.SCS:


Separi, Tenggarong Seberang

Nichols, Gary. 1999. Sedimentology and Stratigraphy. Blackwel Science: New Jersey

Samsuri, Ariffin. 1999. Unsur Geologi Petroleum. UTM: Malaysia

10

Anda mungkin juga menyukai