Anda di halaman 1dari 5

1.

Jenis log dan fungsinya


2. Aplikasi log dalam lingkungan pengendapan
3. Bagaimana cara menentukan kontak air, gas, dan minyak

Jawaban :
1. A. Log Gamma Ray merespon radiasi gamma alami pada suatu formasi batuan (Ellis &
Singer,2008). Pada formasi batuan sedimen, log ini biasanya mencerminkan kandungan
unsur radioaktif di dalam formasi. Hal ini dikarenakan elemen radioaktif cenderung untuk
terkonsentrasi di dalam lempung dan serpih. Formasi bersih biasanya mempunyai tingkat
radioaktif yang sangat rendah, kecuali apabila formasi tersebut terkena kontaminasi
radioaktif misalnya dari debu volkanik atau granit. Log GR dapat digunakan pada sumur
yang telah di-casing. GR juga sering digunakan bersama-sama dengan log SP atau dapat
juga digunakan sebagai pengganti log SP pada sumur yang dibor dengan
menggunakan salt mud, udara, atau oil-base mud (Schlumberger,1989).
B. Spectral Gamma Ray Log Sama seperti GR log, spectral gamma ray log mengukur
radioaktivitas alami dari formasi. Namun berbeda dengan GR log yang hanya mengukur
radioakivitas total, log ini dapat membedakan konsentrasi unsur potassium, uranium, dan
thorium di dalam formasi batuan. Log spektral menggunakan detektor sodium iodide
scintillation (Schlumberger,1989). Sinar gamma yang dikeluarkan oleh formasi jarang
yang langsung ditangkap oleh detektor. Hal ini disebabkan karena sinar tersebut
menyebar dan kehilangan energinya melalui tiga jenis interaksi dengan formasi; efek
fotoelektrik, hamburan compton, dan produksi berpasangan (Ellis & Singer,2008).
Karena tiga jenis interaksi tersebut dan respon dari detektor sodium iodide scintillation,
kurva yang dihasilkan mengalami degradasi sehingga menjadi lebih lentur.
C. Log SP adalah rekaman perbedaan potensial listrik antara elektroda di permukaan
yang tetap dengan elektroda yang terdapat di dalam lubang bor yang bergerak turun naik
(Harsono,1997). Potensial listrik tersebut disebut ‘potentiels spontanes’, atau
‘spontaneous potentials’ oleh Conrad Schlumberger dan H.G. Doll yang menemukannya
(Rider,1996). Supaya SP dapat berfungsi, lubang harus diisi oleh lumpur konduktif.
Secara alamiah, karena perbedaan kandungan garam air, arus listrik hanya mengalir di
sekeliling perbatasan formasi di dalam lubang bor (Harsono,1997). Pada lapisan serpih,
tidak ada aliran listrik sehingga potensialnya konstan. Hal ini menyebabkan kurva SP-nya
menjadi rata dan menghasilkan garis yang disebut sebagai garis dasar serpih (shale base
line). Kurva SP akan menunjukkan karakteristik yang berbeda untuk tiap jenis litologi.
D. Log densitas merekam bulk density formasi batuan (Schlumberger,1989). Bulk
density merupakan   densitas total dari batuan meliputi matriks padat dan fluida yang
mengisi pori. Secara geologi, bulk density merupakan fungsi dari densitas mineral yang
membentuk batuan tersebut dan volume fluida bebas yang menyertainya (Rider,1996).
Sebagai contoh, batupasir tanpa porositas mempunyai bulk density 2,65g/cm3,
densitasnya murni berasal dari kuarsa. Apabila porositasnya 10%, bulk density batupasir
tersebut tinggal 2,49g/cm3, hasil rata – rata dari 90% butir kuarsa (densitasnya
2,65g/cm3 ) dan 10% air (densitasnya 1,0g/cm3) (Rider,1996).
E. Log Neutron digunakan untuk mendeliniasi formasi yang porous dan mendeterminasi
porositasnya (Schlumberger,1989). Log ini mendeteksi keberadaan hidrogen di dalam
formasi. Jadi pada formasi bersih dimana pori – pori telah terisi oleh air atau minyak, log
neutron merefleksikan porositas yang terisi oleh fluida (Schlumberger,1989). Zona gas
juga dapat diidentifikasi dengan membandingkan hasil pengukuran log neutron dengan
log porositas lainnya atau analisis core. Kombinasi log neutron dengan satu atau lebih log
porositas lainnya dapat menghasilkan nilai porositas dan identifikasi litologi yang lebih
akurat dibandingkan dengan evaluasi kandungan serpih (Schlumberger,1989). Log
resistivitas adalah rekaman tahanan jenis formasi ketika dilewati oleh kuat arus listrik,
dinyatakan dalam ohmmeter (Schlumberger,1989). Resistivitas ini mencerminkan batuan
dan fluida yang terkandung di dalam pori-porinya. Reservoar yang berisi hidrokarbon
akan mempunyai tahanan jenis lebih tinggi (lebih dari 10 ohmmeter), sedangkan apabila
terisi oleh air formasi yang mempunyai salinitas ringgi maka harga tahanan jenisnya
hanya beberapa ohmmeter. Suatu formasi yang porositasnya sangat kecil (tight) juga akan
menghasilkan tahanan jenis yang sangat tinggi karena tidak mengandung fluida konduktif
yang dapat menjadi konduktor alat listrik (Schlumberger,1989).
2. Logging geofisika dapat dijadikan dasar interpretasi tentang kondisi batuan yang
merupakan proses akhir dari proses pengendapan dan diagenesa. Secara ideal suatu
rekaman logging akan mendatakan parameter Log Spontaneus Potential (SP) untuk
mendatakan batas zona permeabel dan non-permeabel, Log Densitas untuk mengukur
densitas, Log Neutron untuk mengukur jumlah pori dalam batuan, Log Resistivitas
untuk membedakan fluida dalam formasi geologi, Log Sonik untuk mengukur kekakuan
batuan, dan Log Sinar Gamma (Gamma Ray/GR) untuk mengukur intensitas radioaktif
yang umumnya terdapat pada mineral lempung. Secara lebih detil diuraikan bahwa
log GR akan mengukur kandungan unsur potasium, uranium dan thorium yang
kemungkinan dapat proporsional dengan kandungan lempung/ serpih dalam batuan.
Lebih jauh, penelitian tentang kandungan unsur radioaktif potasium, thorium dan
uranium dalam endapan sedimen terumbu dan batugamping dapat memanfaatkan alat
spektrometer gamma Exploranium GR-320. Tujuan analisis log GR adalah mengetahui
fasies lingkungan pengendapan sebagai bagian dari pemahaman material pondasi
pada kegiatan studi tapak instalasi nuklir. Metoda analisis log GR untuk mengetahui
fasies pengendapan ini efektif digunakan untuk mengevaluasi lingkungan
pengendapan serpihan yang kaya organik pada lingkungan transisi, serta terkait
endapan sungai untuk mengetahui kontrol siklus pada fasies sedimentasi. Fasies
sendiri diartikan sebagai aspek fisika, kimia atau biologi suatu endapan dalam
kesamaan waktu. Fasies dapat didefinisikan dalam berbagai skala yang berbeda,
namun dalam studi yang ditujukan untuk interpretasi lingkungan pengendapan, fasies
merupakan pembagian tubuh batuan menurut unit atau suatu aspek yang serupa.
Analisis fasies di lokasi tapak dilakukan dengan tujuan mengetahui posisi lingkungan
pengendapan formasi batuan secara lokal di lokasi tapak terhadap kondisi regional
pengendapan formasi batuan tersebut. Selain itu diharapkan dengan mengetahui kondisi
dan lingkungan pengendapan dapat dijadikan panduan untuk analisis lanjutan
karakterisasi material pondasi, diantaranya studi potensi lempung mengembang untuk
material yang diendapkan pada lingkungan laut dangkal, potensi likuifaksi untuk
material yang diendapkan pada lingkungan sungai.
3. A. OWC
 Terjadi perubahan defleksi SP dari (-) ke (+) untuk fresh water
 Terjadi perubahan harga resistivitas (pada oil relative high resistivity sedangkan
pada water relatif low resistivity)
 Terjadi perubahan sparasi pada X-plot Density-Neutron (pada oil sparasi sedang,
pada water sparasinya kecil)
B. OGC

 Terjadi perubahan beda nilai MSFL dan LLS dengan LLD (pada gas besar
sedang pada oil beda nilainya kecil)
 Terjadi perubahan sparasi pada X-plot Neutron- Density (pada gas sparasinya
besar sedang pada oil kecil
REFERENSI :

 Ellis, D. V. & Singer, J. M., 2008, Well Logging for Earth Scientist 2nd Edition,
Springer, Netherlands.
 Harsono, A, 1997, Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log, Schlumberger Oilfield Services,
Jakarta.
 Rider, M, 1996, The Geological Interpretation of Well Logs 2nd Edition, Interprint Ltd,
Malta
 Schlumberger, 1989, Log Interpretation Principles/Aplication, Schlumberger Educational
Services, Texas.
 A. Nazeer, S. Ahmed, and S. Hussain, “Sedimentary facies interpretation of Gamma Ray
(GR) log as basic well logs in Central and Lower Indus Basin of Pakistan,” Geod.
Geodyn., vol. 7, no. 6, pp. 432–443, 2016.

Anda mungkin juga menyukai