Anda di halaman 1dari 4

NAMA : Ali AKBAR

NIM : F 121 17 018

TUGAS : VULKANOLOGI DAN GEOTHERMAL

 NAMA : Gunung Api Ijen


 Gambar Gunung Api :

 Krakteristik Magma
Berdasarkan karakteristik dan bagaimana model kantong magma gunungapi
tersebut. Karakteristik dan posisi kantong magma dapat diestimasi dengan mengunakan
metode seismik yaitu dengan menganalisa rekaman sinyal seismik dari suatu gempa
vulkanik maupun tektonik. Analisis terhadap rekaman sinyal gempa vulkanik (tipe A dan
tipe B) dan tremor harmonik yang didapatkan dari 3 stasiun seismik yaitu Ijen (Ijen),
Terowongan Ijen (TRWI) dan Kawah Utara Ijen (KWUI) dilakukan dengan cara
menyeleksi sinyal berdasarkan waveform dan dilihat pola spektralnya untuk
mendapatkan kandungan frekuensinya. Analisis hiposenter dilakukan untuk mengetahui
kedalaman gempa vulkanik dan mengestmasi dimanakah dan bagaimana model kantong
magmanya. Dari perhitungan diperoleh sebaran posisi hiposenter berada pada kedalaman
berkisar 0–2.500 meter dibawah Kawah Ijen untuk Gempa VB, 2.000–2.500 meter
dibawah Kawah Ijen untuk Gempa VA dan 5.000–50.000 meter dibawah permukaan laut
untuk Gempa Tektonik Lokal.
 Tipe Gunung Api : Strato
 Sejarah Erupsi

Merupakan letusan pertama yang tercatat, dan dianggap merupakan letusan freatik
pada tahun 1796. 16 Januari Penduduk sekitar Banyuwangi mendengar suara gemuruh
dahsyat seperti dentuman meriam, disertai dengan gempa bumi. Pada tanggal 15 Januari
terjadi banjir Lumpur menuju Banyuwangi, (Junghuhn,1853, p.1022), sedangkan Taverne
(1926, p. 102) menduga kemungkinan waktu letusan 1817, sebagian besar air danau
dialirkan oleh K. Banyupait. Taverne (1926, p. 102) Menulis bahwa waktu itu air danau
kelihatan mendidih bercampur lumpur dan uap kadang-kadang letusan terjadi di danau
kawah, lumpur dilemparkan keatas sampai 8 - 10 m diatas muka air. Hal yang sama
terulang lagi pada 7 - 14 Maret. Neuman Van Padang (1951, p 158), menganggapnya
letusan pada danau kawah, dan letusan freatik pada 25 Februari dan 13 Maret pada tahun
1917. Neuman van Padang (1936, p. 10 dan 1951, p. 158), menganggap pada 5 - 25
November terjadi letusan freatik dan letusan pada danau kawah, menghasilkan lahar
seperti dalam 1796 dan 1817. Korban manusia tidak ada pada tahun 1936. Pada 22 April
pukul 6.30, terjadi letusan asap setinggi 1 km dan suara guguran terdengar dari Sempol.
Di dalam kawah terjadi letusan Lumpur setinggi 7 m, hampir sama dengan peristiwa
letusan 1936. Korban tidak ada. (Hadikusumo, 1950 - 1957, p. 184) pada tahun 1952.
Pada tanggal 13 April, dibagian tengah permukaan Danau Kawah Ijen terjadi bualan gas
di dua tempat yang masing-masing berdiameter sekitar 10 m. dan tanggal 18 April jam
07.42 terjadi bualan air di bagian utara danau kawah berdiameter sekitar 6 m, kemudian
bualan air tersebut membesar menjadi 15 - 20 m. Pada jam 12.15 bualan air ini
menyemburkan air setinggi sekitar 10 m. Warna air danau yang semula hijau muda
berubah menjadi hijau keputihan pada tahun 1962. 30 Oktober, jam 09.44 tampak bualan
air pada dua tempat dekat Silenong selama 30 menit pada tahun 1976. 15, 21 dan 22
Maret, terjadi bualan air berdiameter sekitar 5 m disertai perubahan warna air kawah dari
hijau muda menjadi coklat. Menurut para penambang belerang terjadi semburan gas
setinggi 25 - 50 m dengan kecepatan tinggi. Bualan ini tercacat oleh seismograf dalam
bentuk gempa remor terus menerus dari 16 - 25 Maret 1991. Tanggal 3 jam 08.45 terjadi
letusanfreatik ditengah danau disertai tekanan kuat dan bunyi yang keras dengan
semburan setinggi 75 m, Warna air dari hijau keputihan berubah menjadi kecoklatan dan
permukaan danau menjadi gelap. Tanggal 4 Juli, jam 08.35 terjadi letusan freatik ditandai
dengan menyemburkan air setinggi sekitar 35 m. Tanggal 7 Juli jam 02.15 terjadi letusan
freatik disertai suara yang cukup keras dan terdengar sampai sejauh 1 km. Pada 1 Agustus
jam 16.35, terjadi letusan freatik disertai dua suara letusan yang terdengar sampai sampai
1 km. Letusan ini didahului oleh gempa terasa disekitar puncak. Gumpalan asap berwarna
putih tebal dengan tekanan kuat terlihat mencapai tinggi sekitar 500 m pada tahun 1993.
Tanggal 28 Juni sampai tanggal 28 Juli terjadi kenaikan aktivitas di danau kawah yang
ditandai dengan kenaikan suhu air danau kawah mencapai 46 °C (3 Juli) dan pada waktu
yang bersamaan suhu solfatara 1 ,4 dan 5 masing-masing 198°C, 176 dan 168 °C .Pada
tanggal 8 Juli terjadi penurunan suhu air danau kawah pada lokasi yang sama menjadi 40
°C sedangkan suhu solfatara mengalami peningkatan masing-masing menjadi 210, 221
dan 207 °C pada tahun 1999. Tanggal 6 Juni 2000 terjadi peningkatan aktivitas yang
ditandai dengan adanya kenaikan suhu danau Kawah Ijen sampai mencapai 55 °C dan
terjadi letusan freatik. Dari data seismik tercatat adanya peningkatan jumlah gempa,
terjadi juga gempa vulkanik dan tremor yang kemudian jumlahnya meningkat pada akhir
bulan Juli. Tinggi asap diatas kawah yang semula 25 m, pada akhir pertengahan
September naik menjadi 50 m diatas kawah.Seminggu kemudian aktivitas menurun
antara lain ditandai dengan tinggi asap yang kembali menjadi 25 m dan air danau kawah
turun menjadi kurang dari 40 °C. Tanggal 8 januari terjadi peningkatan aktivitas vulkanik
ditandai dengan adanya bualan air danau seperti mendidih, bau gas solfatara sangat tajam,
terdengar suara blaser yang nyaring dan asap putih tebal dengan tekanan yang kuat (arah
asap tegak lurus) dan pada lokasi penambangan belerang terjadi kebakaran belerang,
menurut pegawai solfatara telah terjadi letusan di air danau kawah kemungkinan letusan
freatik. Pada tanggal 14 Januari suhu permukaan air danau kawah di Dam mencapai 48
°C pada tahun 2001. Terjadi peningkatan peningkatan aktivitas vulkanik. suhu air danau
mencapai 51oC, suhu fumarola mencapai 240 oC. pH 0,4. Dari data seismik tercatat
adanya peningkatan jumlah gempa vulkanik dan tercatat juga gempa tremor yang
menerus. Peningkatan aktivitas ini tidak diikuti dengan letusan pada tahun 2004. Pada
bulan Agustus terjadi tembusan solfatara berintensitas kuat disertai sublimasi belerang di
tepi dasar kawah sebelah selatan-tenggara pada tahun 2005.

Letusan yang pernah terjadi adalah freatik dan magmatik. Letusan freatik lebih
sering terjadi karena Gunungapi Ijen berdanau kawah sehingga adanya kontak langsung
atau tidak langsung antara air dengan magma membentuk uap yang bertekanan tinggi
yang menyebabkan terjadinya letusan. Dari sejarah kegiatannya, sejak tahun 1991 letusan
freatik terjadi setiap satu sampai 3 tahun sekali. Sedangkan tahun 1917 sampai 1991
periode letusan tercatat 6 sampai 16 tahun sekali. Letusan besar yang menelan korban
manusia adalah pada tahun 1817.

 Sumber Daya Geologi


 Sumber mata air panas

Sumber mata air panas bertipe asam sulfat khlorida dengan suhu 70 °C dan pH
sekitar 2, 6 terdapat didekat lapangan solfatara Ijen. Sedangkan air panas netral
bertipe bikarbonat dengan suhu sekitar 45 ° terdapat di dalam kaldera Ijen sebelah
utara yaitu di Blawan, Kabupaten Bondowoso.

 Lapangan gypsum/anhidrit

Pembentukan gipsum/anhidrit terjadi di bawah dam Kawah Ijen yaitu di hulu Kali
Banyupait. Air danau kawah yang mengandung sulfat dengan konsentrasi tinggi
merembes dan atau melewati batuan sehingga terbentuk gipsum. Batuan disini
berfungsi sebagai sumber kalsium. Dengan adanya proses penguapan/pemanasan
di permukaan gipsum yang terjadi dapat kehilangan airnya sehingga membentuk
anhidrit.

 Batuan vulkanik terutama batu apung

Batu apung banyak ditemukan disekitar danau kawah Ijen terutama di hulu Kali
Banyupait.

Anda mungkin juga menyukai