Anda di halaman 1dari 4

MODUL 06

METODE MAGNETOTELURIK
Jeremia Bonifasius Manurung, Rachel Sinondang, Asep Sofyan, Imam Abdulrahman, Nurama
Julia, Mutadayyin Almudzaki
10212058, 10212097, 10212074, 10212017, 10212095,10212014
Program Studi Fisika, Institut Teknologi Bandung, Indonesia
Email : jeremiabm@s.itb.ac.id
Asisten : Eddo Putradipura /10211070
Tanggal Parktikum : 08-04-2015
Abstrak
Ada banyak metode eksplorasi geofisika, salah satunya adalah metode magnetotelurik. Metode
magnetotelurik merupakan metode geofisika yang digunakan untuk mencari nilai resistivitas dari
material pada lapisan bawah permukaan bumi. Metode ini memanfaatkan gelombang elektromagnet
alami yang berasal dari arus petir, aktivitas sun-spots, dan lainnya. Dengan metode ini kita bisa
memprediksi kandungan apa saja yang ada di dalam permukaan bumi dengan meneliti nilai
resistivitasnya. Dengan grafik dari resistivitas semu terhadap fasa dan resistivitas semu terhadap
fasa kita juga bisa cari berapa lapisan yang terdapat di bawah permukaan bumi. Untuk sampai
kepada kesimpulan-kesimpulan di atas kita terlebih dahulu harus mengolah data baik itu secara
forward modelling maupun teknik inversi. Lalu setelah itu baru bisa dilakukan pengolahan untuk
mendapatkan interprretasi secara geologis.
Kata Kunci : Forward Modeling, Inversi, Magnetotelurik, Resistivitas Semu,

I.Pendahuluan

Salah satu metoda geofisika yang


digunakan dalam eksplorasi sumber daya
alam adalah metoda magnetotelurik.
Metoda ini memanfaatkan gelombang
elektromagnetik alami. Gelombang ini
digunakan untuk mengetahui nilai
resistivitas di bawah permukaan bumi.
Besaran yang akan diterima oleh receiver
di permukaan adalah medan listrik dan
medan magnet sekunder.
Penetrasi dari gelombang
bergantung pada resistivitas lapisan bumi
yang dilewati dan frekuensi gelombang.
Makin tinggi resistivitas lapisan, semakin
sulit material-materialnya meloloskan
gelombang dan gelombang yang memiliki
frekuensi tinggi makin sulit menembus
material lapisan bumi. Frekuensi tinggi

gelombang didapat dari akttivitas petir (>1


Hz), sedang berasal dari resonansi lapisan
ionosfer bumi (<1Hz), dan yang rendah
berasal dari sun-spots.
Pada proses penetrasi terjadi
peluruhan amplitudo gelombang sehingga
amplitudo gelombang mencapai 1/e dari
amplitudo awal. Hal ini dinamakan skin
depth yang secara matematis dituliskan :
2

...(1)

Nilai impedansi dari suatu material adalah

= ... (2)
Nilai resistivitas semu adalah
1

= ||2 ....(3)
Fasa dari gelombang adalah
()
= 1 | () | ... (4)

Nilai error dari data adalah sebesar


| |

Gambar 1. Plot frekuensi terhadap resistivitas


semu

(5)

Keterangan
: permeabilitas listrik
: frekuensi sudut
: konduktivitas listrik
: Impedansi
: medan elektrik
: medan magnet
: fasa
: jumlah data
Gambar 2. Plot frekuensi terhadap fasa

Dalam proses pengolahan data metode


MT terdapat dua cara yaitu dengan forward
modelling dan teknik inversi.

100

II. Metode Percobaan


Pada percobaan modul ini kita tidak
akan melakukan eksperimen. Kita langsung
melakukan pengolahan data. Praktikan akan
diberikan sejumlah paket data. Dari paket data
tersebut yang mana merupakan data akuisisi
lapangan menggunakan metoe magnetotelurik,
kita akan memplot grafik resistivitas semu
terhadap
frekuensi.
Pada percobaan kedua kita melakukan
metoda teknik inversi. Dari data olahan
percobaan pertama kita cari nilai resistivitas
serta
struktur
bawah
permukaan.
Hipotesisnya adalah terdapat noise
pada data dengan frekuensi rendah.

yx

0,0001

1
0,1

100

Gambar 3. Grafik frekuensi terhadap resistivitas


semu
80
60
Xy

40

Yx
20

III. Data dan Pengolahan


Kita melakukan pengolahan paket
data. Ada dua paket data yaitu data dari site 1
dan site 2. Dengan menggunakan excel kita
dapatkan hasil plot sebagai berikut:

Xy

10

0,0001

0
0,1

100

Gambar 4. Grafik frekuensi terhadap fasa


Tabel 1.Error

Site
1
2

Error Rho
Error Fasa
14,3907805 13,0950467
39,1178018 23,0942246

Setelah itu kita lakukan inversi data.


Berikut grafiknya:

Gambar 5. Site 1 xy
\

Gambar 6. Site 1 YX

Gambar 7. Site 2 XY

Gambar 8. Site 2 YX

IV. Pembahasan

Untuk
menentukkan
keberadaan
variasi lateral kita bisa mengamati perbedaan
nilai resistivitas semi xy dan yx. Pada site 1
kita bisa lihat dari data bahwa terjadi
perbedaan resistivitas semu xy dan yx pada
frekuensi rendah. Begitu juga pada xite 2.
Menurut persamaan 1, frekuensi rendah
artinya kedalaman dalam. Karena terdapat
perbedaan variasi lateral pada kedalaman yang
dalam, maka bisa disimpulkan bahwa variasi
lateral terdapat pada kedalaman dalam dan
pada kedalaman dangkal kasus dapat
diasumsikan
1-D.
Bila kita lihat nilai error pada tabel 1,
site 2 memiliki nilai yang lebih besar daripada
site 1. Kemungkinan, variasi kontras
resistivitas lateral pada site 2 lebih besar.
Melihat pada site 1, kemungkinan
besar terdapat 3 lapisan sementara pada site 2
terdapat
4
lapisan.
Dadri gambar pada modul kita bisa
menginterpretasi lapisan-lapisanya sebagai
berikut. Pada site 1, sampai dengan kedalaman
100 meter resistivitasnya adalah 10ohm.m.
Apabila daerah tersebut bersifat unweathered
layer maka daerah tersebut adalah grafit,
apabila weathered layer maka berupa mafic,
apabila glacial sediment maka daerah tersebut
adalah clay, apabila daerah tersebut batuan
sedimen shale dan apabila air maka daerah
adalah air bersih. Pada kedalaman 100m1000m, resistivitasnya sekitar 1 ohm.m.
Apabila unweathered layer maka daeraah
tersebut berupa massive sulfide, apabila
weathered layer maka mafic, apabila batuan
sediment maka shale, apabila glacial sediment
maka clay, apabila air maka air bersih. Pada
kedalaman lebih dari 1000 meter dengan
resistivitas 100ohm.m, apabila weathered layer
maka mafic, apabila glacial sediment maka
clay, apabila batuan sedimen maka sandstone,
apabila
air
maka
air
bersih.
Pada site 2 dengan kedalaman kurang
dari 100 m di bawah permukaan dan
resistivitas 10 ohm.m maka apabila daerah
tersebut bersifat unweathered layer maka
daerah tersebut adalah grafit, apabila
weathered layer maka berupa mafic, apabila

glacial sediment maka daerah tersebut adalah


clay, apabila daerah tersebut batuan sedimen
shale dan apabila air maka daerah adalah air
bersih. Pada kedalaman 100m sampai 1000 m
dengan
resistivitas
1ohm.m
apabila
unweathered layer maka daeraah tersebut
berupa massive sulfide, apabila weathered
layer maka mafic, apabila batuan sediment
maka shale, apabila glacial sediment maka
clay, apabila air maka air bersih. Lalu pada
kedalaman lebih dari 1000 meter dengan
resistivitas 100 ohm.m apabila weathered layer
maka mafic, apabila glacial sediment maka
clay, apabila batuan sedimen maka sandstone,
apabila
air
maka
air
bersih.
Data inversi ini adalah data inversi
occam yang menyiapkan 40 lapisan. Pada
inversi occam, sistemnya dibuat untuk melihat
kondisi daerah yang tidak ada kontras
resistivitas. Dari sini juga kita bisa lihat bahwa
dugaan awal mengenai jumlah lapisan sesuai
dengan
data
inversi.
Pada sistem geothermal, lapisan
buminya akan memiliki resistivitas rendah
atau konduktivitas tinggi karena reservoirnya
berupa fluida. Namun bisa saja memiliki
resistivitas tinggi, bila reservoirnya bersifat
vapour-dominated. Selain pada reservoir,
karakteristik resistivitas juga bisa dilihat pada
cap rock yang merupakan clay dengan
resistivitas rendah. Selain itu suhu tinggi juga
akan membuat resistivitas rendah, sehingga
secara umum resistivitas pada lapisan bumi
yang terdapat potensi geothermal akan rendah.
Pada sistem petroleum, resistivitas
bisa digunakan untuk menjadi indikator
apakah pori batuan berisi air, clay atau
hidrokarbon. Bila resistivitasnya rendah, maka
bisa kita simpulkan bahwa batuan tersebut
berisi air atau clay. Apabila resistivitasnya
lebih
rendah
lagi.
Pada praktikum ini kita tidak
melakukan praktik pengambilan data MT atau
akuisisi hal ini karena dalam proses
pengambilan data kita membutuhkan waktu
yang sangat lama. Kita membutuhkan sumber
gelombang EM yang memadai sementara
sumber gelombang tidak dapat diprediksi

keberadaanya. Selain itu dalam melakukan


akuisisi data MT kita membutuhkan luas area
yang besar yaitu 100m x 100m dan tidak
terdapat
gangguan
noise.
Misfit merupakan besar perbedaan
antari hasil resistivitas semu model dengan
data yang sebenarnya. Dengan melakukan
iterasi berkali-kali kita bisa melakukan
pendekatan model yang lebih akurat dengan
data
asli.
Pada saat pengambilan data di setiap
site terjadi osilasi di bagian dengan frekuensi
rendah. Hal ini terjadi karena adanya
akumulasi noise saat melakukan akuisisi.
Gelombang EM yang frekuensinya rendah
memiliki panjang gelombang yang lebih besar.
Dengan demikian gelombang dengan frekuensi
kecil bisa menenmbus lapisan lebih dalam.
Karena jarak tempuh lebih jauh (dalam)
otomatis waktu yang dibutuhkan untuk
merambat lebih lama dibanding frekuensi
tinggi. Waktu yang lebih lama ini
menyebabkan
adanya
noise.

V.Kesimpulan
Dengan melihat grafik, kita bisa lihat
bahwa pada site satu terdapat 3 lapisan dan
pada site dua terdapat 4 lapisan. Dan dengan
metode ini kita bisa menarik kesimpulan
mengenai apa saja kandungan di bawah
permukaan bumi.

VI. Referensi

VI. Referensi
[1] Palacky, GJ, 1987 Resistivity
Charasteristic of Geologis Target, in
Nabighian M.N.,ed, Electromagnetic Method
in Applied Geophysics Theory, Thulska, Okla,
Society of Exploration Geophysicsist.
[2] Sutarno Phd., Prof. Dody. 2013. Slide
kuliah FI-3163. Bandung . Institut Teknologi
Bandung

Anda mungkin juga menyukai