Pengantar Geofisika
Nim : 4183240014
1. Untuk menentukan nilai hambatan dalam metode resistivity akan di dapat nilai
hambatan “semu”. Apakah yang dimaksud dengan nilai hambatan semu ini?
JAWAB
Nilai resistivitas semu itu adalah nilai resistivitas pengukuran, jadi kalau kita mengukur
menggunakan metode geolistrik resistivitas di lapangan, data yang kita bawa pulang adalah
data resistivitas semu, yang harus diolah dahulu sampai menjadi data resisitvitas sebenarnya,
penyebabnya adalah bumi yang berlapis, sedangkan pada teori, diasumsikan bumi ini satu
lapisan saja. Secara teoritis, berdasarkan hokum ohm diketahui bahwa besar hambatan listrik
suatu material bergantung pada kuat arus I, tegangan V yang dirumuskan sebagai berikut :
V=IR
Menurut Prasetiawati (2004), beberapa hal yang mempengaruhi nilai resistivitas semu adalah
sebagai berikut:
Ukuran butir penyusun batuan, semakin besar butir maka kelolosan arus akan semakin
baik, sehingga mereduksi nilai tahanan jenis.
Komposisi mineral dari batuan, semakin meningkat kandungan mineral clay akan
mengakibatkan menurunnya nilai resisivitas.
Kandungan air, air tanah atau air permukaan merupakan media yang mereduksi nilai
tahanan jenis.
Kelarutan garam dalam air di dalam batuan akan mengakibatkan meningkatnya
kandungan ion dalam air sehingga berfungsi sebagai konduktor.
Kepadatan, semakin padat batuan akan meningkatkan nilai resistivitas.
Hubungannya nilai semu dalam inversi resistivity dapat diketahui pada kenyataannya bumi
terdiri atas beberapa lapisan dengan nilai resistivitas yang berbeda-beda, sehingga nilai
potensial yang terukur merupakan pengaruh dari lapisanlapisan tersebut. Bumi yang terdiri
dari lebih dari satu lapisan, resistivitas yang diukur tentunya adalah resistivitas rata-rata.
Sehingga nilai resistivitas yang terukur bukan nilai resistivitas satu lapisan saja.
Jadi, di bumi yang tidak homogen, resistivitas yang diukur sebenarnya bukan resistivitas
sebenarnya dari bawah permukaan. Untuk bumi dengan lebih dari satu lapisan, resistivitas
semu yang diukur akan menjadi rata-rata resistivitas lapisan tambahan. Data resistivitas
semu perlu diinterpretasikan dalam bentuk model bawah permukaan untuk menentukan
JAWAB
Ground Penetrating Radar (GPR) : Ground Penetrating Radar (GPR) merupakan suatu alat
yang digunakan untuk proses deteksi benda – benda yang terkubur di bawah tanah dengan tingkat
kedalaman tertentu, dengan menggunakan gelombang radio, biasanya dalam range 10 MHz sampai
1GHz . Seperti pada sistem radar pada umumnya, sistem GPR terdiri atas pengirim (trasmiter), yaitu
antena yang terhubung ke sumber pulsa, dan bagian penerima (receiver), yaitu antena yang
terhubung ke unit pengolahan sinyal dan citra. Adapun dalam menentukan tipe antena yang
digunakan, sinyal yang ditransmisikan dan metode pengolahan sinyal tergantung pada beberapa hal,
yaitu:
Ground Penetrating Radar atau GPR juga memiliki cara kerja yang sama dengan radar konvensional.
GPR mengirim pulsa energi antara 10 sampai 1000 MHz ke dalam tanah dari suatu antena, dan
Sistem GPR yang digunakan untuk mengukur keadaan di bawah permukaan tanah terdiri dari unit
kontrol, antena pengirim dan antena penerima, penyimpanan data yang sesuai dan peralatan
display. Unit kontrol radar menghasilkan pulsa trigger tersinkronasi ke pengirim dan penerima
elektronik di antena. Pulsa ini mengendalikan pengirim dan penerima elektronik untuk menghasilkan
tempat yang dalam, dan pemeriksaan beton. Survey GPR untuk benda-benda yang terpendam di
tempat yang dangkal dapat dilakukan oleh satu orang dan antena GPR dapat ditarik dengan
menggunakan tangan atau ATV. GPR ini dapat digunakan untuk mencari lokasi pipa, tank, drum,
gelombang seismik dan kedalaman masing–masing lapisan yang diturunkan dari kurva travel time
sehingga akan didapatkan model struktur bawah permukaan. Dalam survei ini dilakukan
penembakan pada arah maju dengan konfigurasi garis lurus. Dengan alur pengolahan data tersebut
Mulai
Desain Survei
Interpretasi Kuantitafi
Selesai
Metode geomagentik : Metode geomagnet merupakan metode pengolahan data potensi
magnetiknya. Metode geomagnet memanfaatkan sifat kemagnetan bumi sehingga didapat kontur
yang menggambarkan distribusi suseptibilitas batuan di bawah permukaan pada arah horizontal.
Dari nilai suseptibilitas batuan maka dapat memisahkan batuan yang mengandung sifat kemagnetan
dengan yang tidak mengandung sifat kemagnetan, sehingga dapat menentukan arah sebaran batuan
itu sendiri. Untuk pemodelan kearah horizontal maka didapat informasi kedalamannya, sehingga
metode ini dapat digunakan untuk mengetahui arah sebaran dan kedalaman batuan yang
Metode geomagnetik dapat digunakan untuk menentukan struktur geologi bawah permukaan
seperti patahan, lipatan, intrusi batuan beku, dan reservoir panas bumi (Santosa, 2013). Metode
magnetik bekerja berdasarkan pengukuran variasi kecil intensitas medan magnet di permukaan bumi
yang disebabkan karena perbedaan sifat magnetisasi batuan di kerak bumi (Rusli, 2009). Perbedaan
sifat kemagnetan meningkatkan keberadaan medan magnet bumi yang tidak homogen atau disebut
anomali magnetik.
3. Bagaimana menentkan apakah ada air bawah tanah atau tidak dengan menggunakan
resistivity.
Metode resistivitas atau sering juga disebut tahanan jenis merupakan salah satu dari ketiga
kelompok metode geolistrik yang ada. Metode resistivitas sangat cocok digunakan untuk
mengetahui keadaan bawah permukaan bumi dengan cara mempelajari sifat-sifat aliran listrik
yang terkandung dalam suatu batuan. Yang dipelajari mencakup besaran medan potensial dan
medan elektromagnetik yang disebabkan oleh aliran listrik secara alami maupun buatan.
Prinsip kerja dari metode resistivitas yaitu arus listrik diinjeksikan ke dalam bumi melalui
dua elektroda arus, sedangkan beda potensial yang terjadi diukur melalui dua elektroda
potensial. Hasil pengukuran arus dan beda potensial untuk setiap jarak elektroda tertentu,
dapat digunakan untuk menentukan variasi nilai resistivitas dari masing-masing lapisan di
bawah titik ukur. Variasi nilai resistivitas yang diperoleh, dapat menunjukkan perbedaan
komposisi, ketebalan, bahkan tingkat kontaminasi. Nilai resistivitas yang didapatkan
merupakan nilai resistivitas semu.
Metode resitivitas didasarkan pada anggapan bahwa bumi mempunyai sifat homogen
isotropis. Dengan asumsi tersebut, nilai resistivitas yang terukur merupakan resistivitas yang
sebenarnya dan tidak tergantung pada spasi elektroda. Namun keadaan di lapangan
menunjukkan bahwa bumi tersusun atas lapisan-lapisan dengan resistivitas yang berbeda-
beda. Sehingga, nilai potensial yang terukur merupakan pengaruh dari lapisan-lapisan
tersebut. Karenanya, harga resistivitas yang diukur seolah-olah merupakan harga resistivitas
untuk satu lapisan saja Resistivitas yang terukur sebenarnya adalah resistivitas semu (ρa).
Nilai resistivitas semu dapat dituliskan pada persamaan:
dimana K merupakan faktor geometri (besaran koreksi letak kedua elektroda potensial
terhadap letak elektroda arus).
Metode resistivitas dapat dibagi lagi ke dalam dua kelompok yaitu metode
resistivitas mapping dan sounding. Metode resistivitas mapping merupakan metode
resistivitas yang bertujuan mempelajari variasi nilai resistivitas pada lapisan bawah
permukaan secara horizontal. Di dalam metode ini dipergunakan konfigurasi elektroda yang
sama untuk semua titik pengamatan di permukaan bumi serta dibuat kontur isoresistivitasnya.
Sedangkan metode resistivitas sounding merupakan metode resistivitas yang mempelajari
variasi resistivitas batuan di bawah permukaan bumi secara vertikal. Pada metode ini
pengukuran titik sounding dilakukan dengan mengubah besarnya jarak elektroda.
Pengubahan jarak elektroda dilakukan dari jarak yang terkecil kemudian membesar secara
gradual. Jarak elektroda ini sebanding dengan kedalaman lapisan batuan yang terdeteksi.
Semakin dalam lapisan batuan, maka semakin besar jarak elektroda begitupun sebaliknya. Di
dalam metode resistivitas sounding dikenal beberapa konfigurasi elektroda di antaranya yaitu:
1. Konfigurasi Wenner
Pada konfigurasi Wenner, besarnya jarak antar elektroda dibuat sama. Dalam pengukuran
kedalaman, elektroda dibentangkan pada pusat pengukuran dan diukur dengan menambah
jarak dari masing-masing elektroda. Faktor geometri (K) yaitu:
2. Konfigurasi Schlumberger
Dalam konfigurasi Schlumberger, elektroda arus berjarak lebih besar daripada elektroda
potensial. Pada pengukuran vertikal, elektroda potensial tetap di tempat sedangkan elektroda
arus berubah jarak secara simetris. Faktor geometri (K) yaitu:
Pada konfigurasi Dipole-dipole, sesama elektroda potensial berjarak dekat tetapi berjarak
jauh dari pasangan elektroda arus. Faktor geometri (K) yaitu:
Secara umum metode resistivitas baik digunakan untuk eksplorasi dangkal. Selain itu metode
resistivitas juga dapat diaplikasikan ke dalam bidang hidrologi. Penggunaan metode
resistivitas dalam bidang hidrologi misalnya untuk mencari air tanah. Dalam prosesnya
peralatan yang dipakai yaitu: