Anda di halaman 1dari 52

Nanomaterial dalam

Industri
Keramik
Neni Isnaeni
(1906320853)
Pendahuluan
 Keramik merupakan senyawa anorganik yang terdiri dari
senyawa logam dan non-logam
 Ikatan yang terjadi dalam keramik berupa ikatan ion dan
kovalen
 Nanopartikel keramik terutama terdiri dari oksida, karbida,
fosfat dan karbonat dari logam dan metaloid seperti kalsium,
titanium, silikon, dll.
Why Nanoscale?
 Skala nano adalah dimensi kurang dari 100 nm
Mengubah
 Keramik mekanik meningkatkan kekuatan dan sifat optis

kekerasan
 Menurut Hall – Petch relationship,
semakin halus partikel maka material akan Ukuran
partikel
 semakin kuat Mengurangi
Tetapi di dalam keramik, kekuatan dibatasi halus Mengurangi
suhu
berguna microcracking
pembakaran
dengan ukuran cacat permukaan saat untuk alasan
lain :
pembuatan dan penanganan yang tidak hanya
berhubungan dengan ukuran partikel tetapi
juga kerusakan pada bagian dalam Permukaan
dapat
dipoles
dengan
lebih baik
Sifat-Sifat Keramik
Sifat Mekanik
Sifat Kimia

Keramik merupakan material yang


kuat, memiliki kerapatan yang Salah satu sifat khas dari keramik adalah
rendah dan titik lelehnya tinggi kestabilan kimia. Sifat kimia dari permukaan
keramik dapat dimanfaatkan secara positif.
Karbon aktif, silika gel, zeolit, dsb,
Sifat Termal mempunyai luas permukaan besar dan
dipakai sebagai bahan pengabsorb.
Kapasitas panas, koefisien ekspansi
termal, dan konduktivitas termal
Sifat Fisik

Sebagian besar keramik merupakan ikatan


Sifat Elektrik
karbon, oksigen atau nitrogen dengan
material lain seperti logam ringan dan
Sifat listrik bahan keramik sangat
semilogam, menyebabkan keramik memiliki
bervariasi. dikenal
densitas yang kecil. Sebagian keramik yang
sangat
Keramik sebagai isolator.
ringan mungkin dapat sekeras logam yang
baik isolator keramik
berat. Keramik yang keras juga tahan
Beberapa BaTiO3) dapat
terhadap gesekan.
(seperti dan digunakan
dipolarisasi
sebagai kapasitor.
Raw material dalam industri keramik

Source : Bessa et.al., 2020


Graphene
 Graphene merupakan monolayer atom karbon  GNP memperkenalkan mekanisme new toughening
 Graphene memiliki luas permukaan yang luas dan tidak di dalam matriks keramik sehingga dapat menyerap
membentuk aglomerat di dalam matriks sehingga ideal energi perambatan retak dan menunda fracture
digunakan sebagai nanofiller dalam material komposit
 Graphene nanoplatelet (GNP) 2D memiliki kesamaan sifat
dengan carbon nanotube (CNT) dalam aplikasi
nanokomposit
 Untuk aplikasi nanokomposit skala besar, layered
graphene platelet atau flake seperti graphene oksida (GO)
tereduksi, lebih sesuai dan ekonomis dibandingkan
graphene berlapis tunggal
 Fabrikasi GNP dengan mechanical cleavage method,
serbuk grafit digiling secara intensif dengan attritor mill di
dalam etanol selama 10 jam kemudian dicampur dengan
serbuk keramik
 Metode kedua menggunakan proses Hummers untuk Figure 5. SEM images from fractured surface of GNT-Al2O3 nanocomposites with
various GNP/CNT ratio, (a and b); Al2O3-(0.5 wt% GNP + 1 wt% CNT), (c– e);
menghasilkan GO, kemudian dengan GO larut air Al2O3-(0.5 wt% GNP + 0.5 wt% CNT), (f); Al2O3-0.5 wt% GNP
dicampur dengan serbuk keramik Ahmad et.al, 2015
Nanopartikel oksida
 Nanopartikel oksida menunjukkan sifat fisika dan kimia yang unik karena keterbatasan ukuran dan densitas yang
tinggi pada tepi sisi permukaannya
 Ukuran partikel dapat mempengaruhi sifat penting material yaitu karakteristik struktur, simetri dan parameter
kisi serta sel
 Contoh nanopartikel oksida yang digunakan dalam keramik yaitu :

1. Alumina (Al2O3)
 Alumina adalah keramik rekayasa paling serbaguna karena dapat digunakan hingga pada suhu yang sangat tinggi
dan memiliki sifat kimia, listrik, dan mekanik yang baik
 Biaya pembuatannya yang relatif rendah dan mudah
 Sifat utama alumina : titik lebur sangat tinggi (2050C), kekerasan (9 Mohs scale), kekuatan, stabilitas dimensi,
inert, dan memiliki kemampuan sebagai isolator listrik
2. Zirconia (ZrO2)

 Zirconia memiliki tiga polimorf yang stabil pada tekanan atmosfer yaitu bentuk kubik pada suhu di atas 2370C, fase tetragonal
di atas 1170C dan monoklinik di bawah 1000C
 Transformasi fase monoklinik menjadi tetragonal dimulai pada suhu 1050C dan selesai pada suhu 1170C disertai dengan
penyusutan volume 3-5% dan menunjukkan histeresis termal
 Hanya fase tetragonal yang memberikan bahan keramik dengan sifat yang memuaskan tetapi perilaku mekanis membatasi
penggunaannya
 Fase kubik memiliki sifat mekanis sedang sedangkan fase monoklinik memperlemah kinerja mekanis dan secara simultan
dapat mengurangi kohesi di antara partikel dan densitasnya. Oleh karena itu, penggunaan fase monoklinik dalam keramik
harus dengan komposisi sekecil mungkin
 Transformasi monoklinik-tetragonal disertai perubahan volume sekitar 7% dan histeresis mengakibatkan stress dan keretakan
pada keramik zirconia murni sehingga perlu ditambahkan oksida logam untuk menstabilkan. Kestabilan penuh dapat dicapai
dengan penambahan 5-10% stabilizer
Aluminium Titanate (Al2TiO5)

 Aluminium titanat memiiliki struktur


pseudobrookite
(Fe2TiO5)
 Aluminium titanate disintesis melalui reaksi solid-
state (metode keramik) antara alumina dan titania, dengan
suhu
>1350 C. Produk reaksi disinter di udara pada 1400–
1600C
 Fabrikasi keramik dari aluminium titanate menunjukkan
ketahanan yang sangat baik untuk thermal shock.
 Ketahanan thermal shock yang sangat baik,
konduktivitas
termal yang rendah dan ketahanan kimia terhadap logam
cair (terutama aluminium) menghasilkan material keramik
yang dapat diaplikasikan dalam industri pengecoran serta
industri otomotif sebagai insulating liner knalpot
manifold.
Aplikasi Nanomaterial

Nanomaterial banyak digunakan dalam aplikasi di industri keramik karena memiliki sejumlah
sifat yang menguntungkan, seperti ketahanan terhadap panas yang tinggi, kekuatan
mekanik, stabil secara fisik dan kimia serta bersifat inert
Aplikasi nanomaterial dalam industri keramik
Nanomaterial Application Source
Graphene, carbon used in the ceramic for their Ahmad et al., 2015; Liu et al.,
nanotubes (CNT) dan carbon industry reinforcing ability 2016; Wakamatsu & Salomao,
black 2010

Titanium dioksida (TiO2) used for ceramic glaze, in tiles or as stiffening Cain and Morrell, 2001; da Silva
fillers et al., 2017; Manivasakan et al.,
2010

Alumina (Al2O3) used for making cutting tools and are often Cain and Morrell, 2001
included as polishing agents just like cerium
dioksida (CeO2) NP

Silica (SiO2) incorporated in insulating ceramics due to their Lee et al., 2010
light transmission and fire-resistant properties
in the materials

Ceramic oxides such as Al2O3, used as surface coating materials due to their Knuuttila et al., 1998; Wang et
ZrO2, TiO2, Cr2O3 and SiO2 capacity to improve resistance to wear, erosion, al., 2009
cavitation, fretting and corrosion
Metode Sintesis
Metode sol-gel
Proses sol gel

Dalam proses sol-gel,


senyaw larutan logam
a
partikel yang
atau
sangat
suspensi
halus dalam
cairan (disebut sebagai sol)
diubah menjadi massa yang
sangat kental (gel)

Tahapan Reaksi
Dalam proses sol-gel reaksi yang
terjadi yaitu :
• Hidrolisis
• Kondensasi
Metode Sol-Gel
Reaksi hidrolisis
 Reaksi yang terjadi yaitu :

M(OR)4+H2O→M(OR)3OH + ROH

Reaksi kondensasi
 Reaksi yang terjadi yaitu :

M(OR)3OH + M(OR)4 → (RO)3−M−O−M−(OR)3 + ROH

Polimerisasi yang terbentuk oleh Proses pengeringan


reaksi hidrolisis dan kondensasi • Dilakukan untuk menghilangkan
bersamaan dengan interlinking larutan di dalam gel, dengan cara Kelebihan metode sol gel Kekurangan metode sol gel
dan crossinking rantai polimer evaporasi • Kemurnian tinggi karena proses • Bahan awal cukup mahal
menghasilkan viskositas • Proses ini memakan waktu yang pemurnian mudah • Proses pengeringan konvensional
campuran dan lama dan merupakan proses yang • Homogenitas baik sulit dilakukan sehingga umum
reaksi
pembentukan gel meningkat sulit di antara proses lainnya • Suhu densifikasi terjadi keretakan, bengkok dan
lebih rendah penyusutan
Metode Sintering
 Merupakan metode yang paling banyak digunakan
dalam fabrikasi keramik
 Sintering adalah metode pemanasan yang dilakukan
terhadap suatu material, pada suhu dibawah titik
lelehnya sehingga menjadi bentuk padatan.
 Semakin lama dipanaskan bentuk pori akan semakin
kecil.
 Oleh karena itu, ukuran sampel yang telah disinter
akan semakin kecil dan permukaan lebih licin.

Fig. 2. SEM-images of the Al2O3 ceramics sintered at 1500 C for 3 h (a), at 1600 C for 1 h
(b), and at 1700 C for 0.5 h (c).

V. Kortov et al. (2017) membuat produk keramik yang


Pada suhu 1500C, terbentuk Dengan meningkatkan suhu sintering,
mengandung nanopartikel Al2O3 dan MgO dengan metode
gumpalan dengan ukuran 600 nm partikel kecil tumbuh dan pori semakin
sintering di dalam hampa udara. Semakin lama waktu dan dengan banyak pori dan ukuran pori berkurang. Pada suhu 1700C, ukuran
semakin tinggi suhu menyebabkan ukuran pori sampel sepadan dengan ukuran aglomerat partikel hanya 10 – 40 nm
semakin kecil dan efek luminescent dari keramik semakin
meningkat.
Perkembangan nanomaterial
dalam industri keramik
Nanotechnology concept in ceramic insulator

Porselen Komposisi Material komposit

• Keramik • Campuran • Mullite


tradisional dari tiga crystals
• Dibuat material (poli (Al6Si2O13)
dengan crystalline • Quartz
pemanasan ceramic) (SiO2)
• Clays,
feldspathic,
silica/alumina
Nanotechnology concept in ceramic insulator

Konsep nanoteknologi :
1. Reinforcement porcelain body
untuk meningkatkan kinerja
mekanik dan dielektrik insulator
porselen
2. Aplikasi nano-coating untuk
meningkatkan hidrofobisitas dan
kemampuan self-cleaning

Fig. 1. Nanoparticles alternatives for mechanical improvement of ceramic materials.


Mekanisme self cleaning

Hidrofilik coating seperti TiO2 secara kimia dapat


memecah pengotor saat terpaparolehsinar
Proses ini disebut sebagai
matahari.
"fotokatalisis“. Ketika permukaan disinari oleh
cahaya dengan energi lebih tinggi dari energi
celah pita, maka elektron akan tereksitasi
sehingga spesi oksigen reaktif (ROS) seperti
lubang (h+), radikal superoksida (O2•- ), dan
radikal hidroksida (•OH) terbentuk. Kotoran /
polutan / mikroba yang menempel di permukaan
akan terdegradasi oleh aksi ROS. Produk
degradasi mudah terbawa oleh hujan atau
dibersihkan oleh air.
Perkembangan nanoteknologi dalam ceramic insulator
Peneliti Tahun Penelitian
Goeuriot et al. 2004 Pengaruh penambahan alumina nanosized terhadap reaktivitas
dan sifat mekanik alumina electrical porcelain, ditemukan
bahwa kekuatan mekanik meningkat 10-15% dibandingkan
dengan tanpa NP

Zhuang et al. 2010 Film n-TiO2 dilapisi pada permukaan insulator meningkatkan
kinerja self cleaning

Wu et al. 2010 Pengaruh boron nitrat (10 & 40 % wt) dalam lapisan flororesin
meningkatkan resistensi korosi panas dan cuaca
Perkembangan nanoteknologi dalam ceramic insulator
Peneliti Tahun Penelitian
Portella et al. 2011 Film titanium nanometer (58-350 mm) untuk self cleaning
menunjukkan pengurangan kebocoran (8,4%) dan meningkatkan
hidrofobisitas dan ketahanan kimia terhadap pelapukan oleh
klorida

Braini et al. 2011 Nanocoating membantu menekan aktivitas kebocoran


dan mempertahankan permukaan hidrofobisitas

Ramalla et al. 2011 Nano-size silica based coating meningkatkan stabilitas keramik
terhadap keberadaan debu dan kontaminasi

Li et al. 2011 SiO2 nanopartikel menunjukkan kinerja superhidrofobik

Dave et al. 2011 Lapisan hidrofobik nanostruktur HfO2 meningkatkan


permukaan hidrofobik sifat
Perkembangan nanoteknologi dalam ceramic insulator
Peneliti Tahun Penelitian
Contreras 2014 Penambahan Al2O3 and ZrO2 NP (0 - 8% wt 40 nm, 20 nm)
meningkatkan kekuatan flexural bending hingga 38% dan mekanik
hingga 20% (0-1% wt)

Aigbodion et al. 2015 Insulator porselen silika listrik bertegangan rendah dihasilkan dan diuji
dengan menggunakan campuran cairan nano-clay (diameter 80 nm),
kalium feldspar dan bubuk silika dengan perbandingan 50:30:20.
Sampel nanostruktur memenuhi semua kriteria fisik, mekanik dan
listrik untuk digunakan sebagai porselen tegangan rendah

Gou et al. 2015 Nanometer CaCO3 dan SiO2 yang diisi di dalam polimer nanocoating
meningkatkan kinerja anti icing keramik yang digunakan pada iklim
dingin. Nanocoating menunjukkan sifat superhidrofobisitas (sudut
kontak 166⁰) dan mengurangi persentase luas area yang tertutup
lapisan es hingga 80%
Review perkembangan nanomaterial
Zirconia dan Alumina
 Digunakan dalam produk porcelain stoneware tile
 NP oksida memiliki sifat kimia yang baik, ketahanan dan
kekerasan tinggi
 Adanya lapisan nanostruktur dalam produk keramik membuat
tingkat ketahanan terhadap gores dan lecet meningkat
 Keretakan yang terjadi lebih sedikit karena dimensi nanometrik
butiran oksida membentuk lapisan permukaan sehingga dengan
berkurangnya ukuran dimensi menyebabkan tingkat deformasi
plastik semakin tinggi

Ket.
P = porselen
AP = porselen + alumina NP
ZP = porselen + zirconia NP

Rambadi et.al, 2010


 Dua strategi berbeda diperkenalkan untuk membuat coating TiO2 kovalen yang stabil.
 NP digunakan dalam ubin keramik untuk menginduksi kemampuan self cleaning.
 Pada pendekatan pertama, digunakan perlakuan panas tunggal untuk membuat ikatan fisik yang kuat antara
partikel TiO2 dan ubin keramik.
 Pendekatan kedua, digunakan teknik APTES untuk memfungsikan partikel TiO2, dan kemudian partikel tersebut
secara kovalen berikatan dengan ubin keramik yang ditreatment dengan CO2 plasma.
Result & Discussion

Persentase transmitansi dari puncak hampir sama dengan


Treatment APTES menyebabkan sedikit peningkatan sampel yang dipanaskan.
agglomerasi partikel walaupun tidak signifikan Hal ini menggambarkan massa lapisan TiO2 yang sama.
Hasil mengkonfirmasi bahwa terbentuk ikatan stabil
antara TiO2 NP dan substrat
Tingkat hidrofilik permukaan keramik yang ditreatment
dengan APTES meningkat

Pada spektra partikel TiO2 yang diperlakukan dengan APTES, puncak gugus
hidroksil tidak terlihat dan terbentuk puncak yang lebar antara 2800 - 3600
cm−1. Hal ini disebabkan karena reaksi hidrolisis dan kondensasi antara
kepala gugus silane dalam molekul APTES dan anchoring gugus hidroksil
permukaan NP membentuk ikatan oksana (Si-O-M)
Pewarna hampir tidak terlihat setelah 24 jam, menunjukkan
efektivitas yang sangat baik untuk pelapisan ubin keramik dengan TiO2
NP dengan teknik APTES. Dengan metode pemanasan, pada suhu
optimum 200 C selama 5 jam, degradasi pewarna dapat dilakukan
dengan cepat dan dalam waktu yang singkat

Dengan kedua pendekatan ditunjukkan bahwa kekuatan


fotokatalitik partikel, coating dan kemampuan self cleaning
tetap dapat dipertahankan
Future trend nanotechnology in ceramic

Penguranga Peningkata Perilaku self- Penguranga


n berat dan n kapasitas repair n
ukuran insulasi surface temperatur
sintering
Kesimpulan
Kesimpulan
 Nanopartikel banyak digunakan dalam aplikasi di industri keramik karena
ketahanan terhadap panas yang tinggi, kekuatan mekanik, stabil secara fisik dan
kimia serta bersifat inert
 Nanoteknologi dalam ceramic insulator untuk reinforcement porcelain body
dengan meningkatkan kinerja mekanik dan dielektrik insulator porselen sehingga
dapat dihasilkan keramik yang kuat, tahan terhadap gores dan keretakan
 Aplikasi nano-coating untuk meningkatkan hidrofobisitas dan kemampuan self-
cleaning dalam ceramic insulator
Daftar Pustaka
Ahmad, I., Yazdani, B., & Zhu, Y. (2015). Advances on Carbon Nanotubes and Graphene. 90–
Recent 114.
https://doi.org/10.3390/nano5010090
Bessa, M. J., Brandão, F., Viana, M., Gomes, J. F., Monfort, E., Cassee, F. R., Fraga, S., & Teixeira, J. P. (2020). Manuscript ER-19-1065R2.
Environmental Research, 109297. https://doi.org/10.1016/j.envres.2020.109297

Cain, M., & Morrell, R. (2001). Nanostructured ceramics : a review of their. Appl. Organometal.
Chem, 15, 321–330. https://doi.org/10.1002/aoc.153

Contreras, J. E., & Rodríguez, E. A. (2017). Nanostructured insulators – A review of nanotechnology concepts for outdoor ceramic
insulators. Ceramics International, 43 (12), 8545–8550. https://doi.org/10.1016/j.ceramint.2017.04.105

Kortov, V., Kiryakov, A., Nikiforov, S., Ananchenko, D., & Zvonarev, S. (2017). Manufacture of luminescent ceramics by vacuum sintering of
nanopowder oxides. Vaccum, 143, 433–437. https://doi.org/10.1016/j.vacuum.2017.03.029

Rambaldi, E., Tucci, A., Esposito, L., Naldi, D., & Timellini, G. (2010). Cerámica y Vidrio. Nano-Oxides to Improve the Surface Properties of
Ceramic Tiles, 53(2).

Shakeri, A., Yip, D., Badv, M., Imani, S. M., Sanjari, M., & Didar, T. F. (2018). Self-cleaning ceramic tiles produced via stable coating of TiO2
Nanoparticles. Materials, 11(6). https://doi.org/10.3390/ma11061003
Thank You
Question

& Answer
1. Adistya
Tadi disebutkan Al2O3 merupakan material yg baik untuk keramik karena ketahanannya dalam suhu yg sangat
tinggi. Al2O3 memiliki banyak fase berdasarkan suhu yg digunakan karena setiap fase memiliki struktur kristal
yg berbeda. Fase mana yang paling baik untuk mendapatkan struktur yang ideal dan kekuatan fisik yang
kuat? Metode apa yang paling baik digunakan untuk mensintesisnya? Apakah sol gel apa sintering? Berapa
suhu yg digunakan?

Fase yang paling baik untuk mendapatkan struktur yang ideal dan kekuatan fisik yang kuat yaitu α-Al2O3
(corundrum) karena sifatnya yang paling stabil secara termodinamika.

Untuk mensintesis nanomaterial tersebut dapat menggunakan metode sol gel atau sintering. Masing-masing
metode mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Pada metode sintering, serbuk halus nanomaterial dicampur dengan pengikat organik agar serbuk
terkonsolidasi, sehingga dapat dibentuk menjadi bentuk yang diinginkan. Sebelum dilakukan pembakaran,
keramik disebut sebagai green body. Green body dipanaskan pada suhu rendah untuk menguraikan atau
mengoksidasi pengikat.
Lanjutan no. 1

Kemudian dipanaskan sampai suhu tinggi sampai "disinter," atau dikeraskan. Adhesi antar partikel akan
meningkat, partikel akan beraglomerasi, membentuk ikatan kimia sehingga terbentuk keramik yang padat dan
kuat. Selama proses sintering, keramik dapat menyusut 10 - 40 %. Karena susut tidak seragam, diperlukan
proses tambahan untuk mendapatkan bentuk yang tepat/presisi. Kelebihan metode ini pengurangan jumlah
ukuran dan pori pada keramik. Pada proses sintering dapat digunakan suhu yang sangat tinggi. Berdasarkan
jurnal Kortov et.al, 2017 digunakan suhu sintering sampai dengan suhu 1700C.

Teknologi sol-gel memungkinkan pencampuran yang lebih baik dari komponen keramik di tingkat molekuler
sehingga menghasilkan keramik yang lebih homogen, karena ion-ionnya tercampur saat berada dalam
larutan. Dalam proses sol-gel, larutan senyawa organologam dihidrolisis untuk menghasilkan "sol," suspensi
koloid dari padatan dalam cairan. Biasanya digunakan pelarut logam alkoksida seperti tetramethoxysilane
dalam alkohol. Sol terbentuk ketika unit formula individual berpolimerisasi (terhubung bersama untuk
membentuk rantai dan jaringan). Sol kemudian dapat disebarkan ke dalam film tipis, diendapkan menjadi
bola seragam kecil yang disebut mikrosfer, atau diproses lebih lanjut untuk membentuk gel di dalam cetakan
yang akan menghasilkan benda keramik akhir dalam bentuk yang diinginkan. Banyaknya ikatan silang antar
unit formula menghasilkan keramik yang kurang rapuh dibandingkan keramik biasa. Kelebihan lain dari
metode ini, tidak membutuhkan suhu yang tinggi.
2. Sandi
Apa fungsi dari efek luminesen yang diperoleh ketika suatu keramik disintering pada suhu tinggi?

Luminesen adalah fenomena yang melibatkan penyerapan energi dan emisi cahaya. Saat energi cahaya dari
luar diberikan ke dalam keramik dengan energi yang cukup besar maka foton akan terserap dan elektron
tereksitasi. Eksitasi tersebut sering tidak stabil sehingga elektron akan kembali pada keadaan dasarnya. Saat
elektron kembali pada keadaan dasar maka akan mengemisikan cahaya (fotoluminesen).

Luminesen yang diperoleh ketika keramik disintering pada suhu yang tinggi ini akan dapat menghasilkan
sumber cahaya (light source) keramik yang lebih kuat. Sumber cahaya tersebut akan lebih lama dan lebih
sulit rusak sehingga material keramik dapat diaplikasikan secara luas karena sifat elektrofisik dan
kekuatannya tersebut. Keramik yang memiliki efek luminesen dapat menggantikan LED dan sumber cahaya
lainnya dengan biaya produksi yang lebih murah dibandingkan LED.
3. Aprizal
Pada penjelasan presenter dikatakan bahwa nanomaterial TiO2, Al2O3, dan SiO2 sering digunakan dalam
industri keramik ! Bisa dijelaskan perbedaan fungsi dan sintesis dari ketiga nanomaterial tersebut ?

Nano TiO2 dapat berfungsi sebagai self cleaning pada keramik dengan prinsip fotokatalitik untuk
membersihkan polutan yang ada pada keramik, saat cahaya matahari memberikan energinya untuk nano
TiO2, maka elektron yang ada pada pita valensi akan mengalami eksitasi ke pita konduksi, peristiwa ini
menyebabkan reaksi redoks untuk melakukan degradasi polutan organik.

Al2O3 berfungsi untuk meningkatkan kekuatan dan ketahanan mekanik dari keramik.

SiO2 berfungsi untuk reinforcing agent, juga untuk meningkatkan kekuatan dan ketahanan mekanik pada
keramik.

Untuk ketiga nanomaterial ini umumnya disintesis dengan metode sol gel karena ukuran dan morfologi
partikel yang dihasilkan dapat dikontrol, kemurnian tinggi, homogenitas yang dihasilkan juga baik.
4. Millati
Dalam slide dijelaskan bahwa ada nanomaterial dalam aplikasi keramik yang berfungsi sebagai
"reinforcement ceramic" yang berfungsi untuk meningkatkan mekanik dan dielektrik. Apa pentingnya dan
peranan dari sifat dielektrik pada keramik? dan bagaimana mekanisme "reinforcement ceramic" tersebut?

Sifat dielektrik keramik berperan sebagai bahan isolator dalam tingkat molekuler. Bahan ini dapat digunakan
untuk menyimpan aliran listrik. Penggunaan paling penting dari sifat dielektrik ini pada kapasitor.

Reinforcement ceramic dengan penambahan nanopartikel ke dalam keramik sehingga meningkatkan kekuatan
mekanik dan dielektrik. Flexural strength merupakan ukuran dari ketahanan suatu material terhadap patahan
ketika material tersebut ditekuk dan fracture toughness yang merupakan kemampuan material untuk
menahan beban / deformasi yang terjadi akibat retak dengan memperhatikan faktor cacat material, geometri
material, kondisi pembebanan dan sifat material.

Contoh : penambahan alumina nanosized pada reaktivitas dan sifat mekanik porselen listrik alumina,
ditemukan bahwa alumina nanosized yang berasal dari penambahan gel boehmite tidak hanya
memungkinkan penguatan mekanik badan porselen, tetapi juga memiliki efek pada kekuatan lentur porselen
yang disinter masing-masing 10% dan 15%, dibandingkan dengan porselen alumina tanpa partikel nano.
Peningkatan ini disebabkan oleh ikatan hidrogen yang terbentuk antara boehmite dan tanah liat dan / atau
partikel feldspathic di dalam green material dan tersisa setelah proses pengeringan. Penguatan mekanik ini
juga karena mekanisme peningkatan mullitisation (Goeuriot et al, 2004).
Lanjutan no. 4

Konsep terkait dengan reinforcement mekanik dan dielektrik dari isolator porselen silika konvensional
melalui nanopartikel keramik ditunjukkan juga dengan penambahan nanopartikel Al2O3 dan ZrO2 (0–8%
berat; 40 dan 20 nm) meningkatkan kekuatan lentur (MOR) hingga 38% dibandingkan dengan formulasi
porselen bersilika tanpa nanopartikel. Tes prototipe laboratorium menunjukkan peningkatan mekanis
hingga 20% dengan penggabungan nanopartikel (0-1,0% berat) dalam komposisi porselen. Kerusakan
dielektrik juga ditingkatkan hingga 30% karena penggabungan nanopartikel. Diamati bahwa penambahan
nanopartikel membentuk fase mullite yang menyebabkan reinforcement mikrostruktur dan peningkatan
kekuatan mekanik. (Contreras et.al, 2014)

Fig. 3. Mechanical strength improvement by adding α-Al2O3 and ZrO2


nanoparticles in outdoor porcelain insulators.
5. Anita Nur
Boleh dielaborasi lebih lagi mengenai bagaimana mekanisme yang umum terjadi mengenai interaksi
nanomaterial dalam whole system keramik? Apakah merupakan mekanisme polimerisasi atau interkalasi
mineral aluminosilika atau dispersi NPs atau gmn? Boleh diberikan beberpa contohnya yah. Terima kasih

Mekanisme yang umum terjadi yaitu interkalasi dengan proses pelarutan, polimerisasi in situ, dan dengan
cara peleburan.

Pada interkalasi dengan pelarutan, contohnya dengan teknik sol gel.


Proses sol-gel merupakan teknik sintesis yang menerapkan 2 tahapan fasa penting yaknik sol dan gel. Sol
adalah suspensi koloid partikel padat dalam fasa cair melalui reaksi hidrolisis dan polimerasi dari prekursor
tertentu atau sol merupakan dispersi stabil dari partikel koloid atau polimer dalam sebuah pelarut dimana
interaksi yang terjadi adalah gaya van der walls. Sedangkan gel adalah zat yang memiliki pori semirigid yang
terdiri atas jaringan kontinu dalam tiga dimensi yang dapat terbentuk dari rantai polimer. Prinsip metode
sintesis teknik sol-gel adalah pembentukan larutan prekursor dari senyawa yang diharapkan dengan
menggunakan pelarut organik, terjadinya polimerisasi larutan, terbentuknya, dan dibutuhkan proses
pengeringan dan kalsinasi gel untuk menghilangkan senyawa organik serta membentuk material anorganik
berupa oksida. Teknik sintesis ini membutuhkan banyak tahap diantaranya adalah proses fisika dan kimia yang
terdiri atas hidrolisis, polimerisasi, pembentukan gel, kondensasi, pengeringan dan densifikasi.
Lanjutan no. 5

Teknik polimerisasi in situ (penyisipan secara alami), menggembungkan bahan pengisi dengan absorpsi
dari larutan monomernya. Setelah bahan monomer tersebut dipenetrasikan ke dalam di antara lapisan
silikat, maka polimerisasi akan diinisasi oleh panas, radiasi atau penyatuan (inkorporasi) dari inisiator
pemulanya. Polimerisasi dilakukan dengan panas atau irradiasi, dengan adanya difusi dari iniator yang
sesuai atau dengan suatu katalis tetap melalui proses pertukaran kation di dalam antar lapisan.

Interkalasi dengan cara peleburan (melting process), bahan pengisi komposit nano direaksikan atau
disatukan dengan polimer yang sudah dilebur, lalu dibentuk. Pada interkalasi ini, terjadi difusi ikatan
polimer dari pelelehan polimer kamba ke dalam serambi/bilik di antara kelompok lapisan selama proses
penguatan.
Contohnya teknik sintering keramik.
6. Rendi
Jika tidak salah, dikatakan sebelumnya bahwa NPs pada industri keramik memiliki sifat yg inert. bisa
dijelaskan hal itu berhubungan pada aspek apa ?

Sifat inert keramik artinya keramik tersebut tidak bereaksi dengan senyawa kimia lain. Sifat inert keramik ini
dapat dimanfaatkan dalam biomedis seperti alumina dan zirconia (bioceramic). Aplikasi dalam biomedis
misalnya dalam implant jaringan, fiksasi gigi dan bedah.

Keramik yang inert juga dapat dimanfaatkan dalam rangkaian listrik. Sifat dielektrik dan inert dari keramik
membuat keramik dapat digunakan sebagai isolator, misalnya pada kapasitor.
7. Afiten
Apakah dalam produksi keramik bisa ditambahkan senyawa nanopartikel yang memiliki kemampuan
anti bakteri dan self recovery jika mengalami suatu keretakan? bagaimanakah mekanismenya, dan di
sisipkan di bagian apa? dan nanopartikel apa yg memiliki 2 kemampuan tersebut?

Ya, dalam produk keramik dapat ditambahkan senyawa NP yang memiliki kemampuan sebagai antibakteri
seperti TiO2, dengan struktur kristal fase anatase, ZrO2 atau ZnO dan NP yang memiliki kemampuan untuk
self recovery jika mengalami keretakan (self crack healing) seperti ZrO2 dan MnO.
Mekanisme nanomaterial sebagai antibakteri dengan cara :
1.Berinteraksi langsung dengan 2. Memproduksi produk sekunder
sel mikroba a. Reactive oxygen species (ROS)
a.Mengganggu transfer elektron b. Dissolved heavy metal ions
trans-membran,
b.Mengganggu / menembus sel
amplop,
c. Komponen sel pengoksidasi,
Lanjutan no. 7

Salah satu mekanisme NP sebagai antibakteri dengan memanfaatkan sifat fotokatalis. Pada aktivitas
fotokatalitik, sinar UV yang mengenai TiO2 atau ZrO2 akan menghasilkan spesi oksigen reaktif (ROS) seperti
hole (h+), radikal superoksida (O2•-), dan radikal hidroksil (•OH). Mikroorganisme akan mati setelah kontak
dengan radikal hidroksil (•OH) dan spesi oksigen reaktif (ROS) yang terbentuk.

Mekanisme self crack healing : oksigen akan memasuki celah (bagian yang retak) dan bereaksi dengan
komponen keramik yaitu silikon karbida membentuk silikon dioksida (tahap inflamasi). Alumina yang
merupakan material dasar keramik bereaksi dengan silikon dioksida membentuk bahan pengisi celah (gap
filler) dan menutup keretakan (tahap perbaikan). Filler akan mengkristal untuk mengembalikan kekuatan
awal bagian yang retak (tahap remodeling). Mekanisme ini diaktivasi oleh healing agent seperti MnO atau
ZrO2 (Osada, et.al, 2017).

Nanomaterial tersebut dapat disisipkan/diinterkalasi melalui proses pelarutan sehingga terbentuk suspensi
kemudian ditambahkan ke dalam larutan polimer/matriks keramik (teknik sol gel).
8. Ivan Halomoan :
Pada tabel, dikatakan bahwa ada material yang dapat digunakan sebagai nanocoating untuk mencegah
terjadinya anti icing. Bagaimana cara kerja material tersebut agar bisa membuat lapisan anti icing?

Nanomaterial membuat lapisan anti icing dengan meningkatkan superhidrofobisitas permukaan keramik
(sudut kontak tinggi) sehingga dapat mengurangi gaya adhesi air/es dan mengurangi area kontak air pada
permukaan keramik. Sudut kontak yang tinggi disebabkan oleh tegangan permukaan air dan udara
tertahan di antarmuka air dan struktur nanohierarkis. Air dan es memiliki tegangan permukaan dan energi
permukaan yang mirip sehingga permukaaan yang menolak air mampu untuk mencegah penambahan es
dengan baik (anti icing).
9. Uwin S :
Apakah metode sintesis nanomaterial yang diaplikasikan dalam industri keramik ini sudah ada
standarisasi, berdasarkan pengaplikasiannya? misal nanomaterial sebagai nano-coating dan sebagai
self-cleaning apakah sudah ada standard dalam metode sintesisnya?

Sejauh yang saya pahami, belum ada metode sintesis nanomaterial yang standar dalam industri keramik
berdasarkan aplikasinya. Sama seperti nanomaterial lainnya, sintesis dapat dilakukan dengan pendekatan
bottom up (metode kimia) atau top down (metode fisika). Umumnya pendekatan bottom up lebih disukai
untuk mensintesis senyawa yang baru karena bentuk dan geometri partikel mudah dikontrol, mendapatkan
ukuran yang lebih kecil dan relatif murah.

Pertimbangan lain yang dapat dilakukan dalam pemilihan metode sintesis yaitu nanomaterial apa yang
akan dibuat serta bahan bakunya. Misal teknik sol-gel dapat dilakukan untuk nanopartikel oksida logam.
Berikut rangkuman metode sintesis yang dapat digunakan dalam aplikasi nanocoating dan self cleaning
serta berdasarkan nanomaterial yang akan dibuat.
Lanjutan no. 9

(Ealias & Saravanakumar, 2017)


10. Diah Lestari :
Metode sintesis apa yang dapat diaplikasikan untuk produksi skala besar? apa keuntungannya?

Metode sintesis yang dapat diaplikasikan pada skala besar merupakan metode yang dapat menghasilkan
volume produk dengan jumlah yang besar tetapi hanya membutuhkan sedikit energi dan konsumsi material.

Metode yang mungkin dikembangkan pada skala besar yaitu :


Chemical vapor deposition (deposisi uap secara kimia) yaitu proses yang dikendalikan atmosfer yang
dilakukan pada suhu tinggi dalam reaktor CVD. Pada proses ini, terbentuk lapisan film tipis sebagai hasil
reaksi antara berbagai fase gas dan permukaan substrat yang dipanaskan dalam reaktor CVD.

Keuntungannya biaya rendah, hasil produksi tinggi dan mudah discale up


11. Shinta :
Parameter apa saja yang harus diperhatikan dalam memilih nanomaterial yang dapat digunakan di industri
keramik? bagaimana mekanisme nanomaterial (ex TiO2) dalam keramik sehingga menjadi mempunyai
ketahanan panas yang tinggi juga memiliki kekuatan dan self cleaningnya yang baik pada keramik?
Parameter yang harus diperhatikan dalam pemilihan nanomaterial dalam industri keramik terutama adalah
sifat/karakteristik nanomaterial, sifat/karakteristik keramik yang diinginkan dan fungsi/aplikasi sebagai apa.
Misal keramik sebagai isolator listrik maka dipilih nanomaterial yang memiliki sifat inert, tahan terhadap panas
dan stabil contohnya silika dan alumina. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada slide 11. Mekanisme NM sebagai
self cleaning dengan memanfaatkan sifat fotokatalitik (slide 19). Misalnya TiO2 fase anatase dapat berfungsi
sebagai self cleaning sedangkan pada fase rutil mempunyai ketahanan terhadap panas yang tinggi dan memiliki
kekuatan.

12. Yasmine:
Apakah dapat dijelaskan kembali pengaruh penggunaan dimensi material berskala nano terhadap
kekuatan keramik? Apakah keramik yg menggunakan nanopartikel lebih tidak mudah retak?
Penggunaan material berskala nano menyebabkan terjadi fenomena kuantum akibat keterbatasan ruang gerak
elektron dan pembawa muatan lainnya dalam partikel. Fenomena ini menyebabkan perubahan sifat material,
salah satunya kekuatan mekanik keramik. Dengan material berskala nano dapat meningkatkan kekerasan,
kekuatan dan mengurangi microcraking sehingga keretakan yang terjadi lebih sedikit dan tingkat ketahanan
terhadap gores serta lecet meningkat misalnya pada penambahan alumina dan zirconia NP pada porcelain
stoneware tile (Rambadi et.al, 2010) yang telah dijelaskan pada slide 23.
13. Rizky Azmiarty
Pada contoh jurnal tadi ada yang menggunakan teknik APTES. Bagaimana mekanismenya? Keuntungan
dan kelemahan penggunaan teknik tersebut?

Pada teknik APTES keramik dicoating dengan TiO2 dengan


mekanisme sebagai berikut : nanopartikel TiO2 diaminosilanisasi
dengan (3-Aminopropyl)triethoxysilane (APTES) kemudian diikat
secara kovalen dengan plasma CO2 pada keramik melalui reaksi kimia
N-(3-dimethylaminopropyl)-N-ethylcarbodiimide hydrochloride (EDC)
dan N-hydroxysuccinimide (NHS).

Berdasarkan jurnal tersebut, kelebihan dari teknik APTES ini adalah didapatkan lapisan (coating) yang stabil
dan lebih tahan lama. Sedangkan kelemahan dilihat dari kemampuan mendegradasi pewarna (self cleaning)
lebih lambat dibandingkan dengan metode coating dengan teknik pemanasan.
14. Auliyah M. Putra
Bagaimana cara kerja nanomaterial dalam fungsi ketahanan dan kekuatan keramik? dan metode apa yang
paling bagus dalam metode menentukan ketahanan keramik?

Nanomaterial akan terdispersi ke dalam matriks keramik dan membentuk lapisan nanostruktur
pada permukaan keramik sehingga tingkat ketahanan dan kekuatan keramik serta deformasi plastik semakin
tinggi.

Untuk
dilakukanmenentukan ketahanan
dengan 2 metode yaitu keramik dapat b. Uji kekuatan
ukuran patah (Modulus
ketahanan bahan ofterhadap
Rupture) tekanan
yaitu
a. Uji kekerasan yaitu ketahanan bahan terhadap mekanis dan tekanan panas (thermal stress)
penetrasi atau deformasi dari permukaan bahan, dilakukan dengan metode tiga titik tumpu (triple
dapat dilakukan dengan metode Vickers hardness point bending), dengan nilai kekuatan patah
dengan menggunakan microhardness tester. dapat ditentukan dengan standar ASTM C.733 –
Persamaan yang dapat digunakan 79.
menghitung kekerasan yaitu : untuk

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai