Anda di halaman 1dari 3

MODUL 06

KARAKTERISTIK SEL SURYA (GENERASI KETIGA)


Jeremia Bonifasius Manurung, Elisabeth Medina, Mulya D.Murti, Asep Sofyan, Casmika
Saputra, Umar Said
10212058,
Program Studi Fisika, Institut Teknologi Bandung, Indonesia
Email : jeremiabm@s.itb.ac.id
Asisten : Grasia Meliolla/10211019
Tanggal Parktikum : 15-04-2015
Abstrak
Keterbatasan energi fosil dan kebutuhan manusia yang semakin meningkat akan energi membuat energi
alternatif sangat dibutuhkan. Energi dari cahaya matahari merupakan salah satu solusinya. Sel surya sebagai
penangkap sinar matahari dapat menjadi penghasil listrik alternatif. Sel surya ada bnyak jenisnya. Generasi
pertama, kedua dan ketiga dibagi berdasarkan material penyusunya dan prinsip kerjanya. Pada praktikum kali
ini kita akan mencari karakteristik dari solar cell atausel surya generasi ketiga yaitu PSC atau plasmonic sollar
cell.

Kata Kunci : Arus Drift, Arus Diffusi, Daerah Deplesi, Fotovoltaik,

I.Pendahuluan
Fotovoltaik adalah proses konversi
energi dari energi cahaya menjadi energi
listrik. Ketika foton mengenai pelat
semikonduktor, maka elektron pada semi
konduktor akan memiliki energi lebih dari
foton untuk melewati bandgap dan bergerak ke
pita konduksi. Pergerakan ini menyebabkan
elektron mengumpul pada satu sisi dan hole
pada sisi lainya. Ketika peristiwa ini
berlangsung, akan tercipta beda potensial dan
akan ada arus yang dihasilkan. Arus ini
nantinya mengalir ke rangkaian luar entah itu
disimpan atau langsung dimanfaatkan.
Prinsip fotovoltaik biasa dimanfaatkan pada
sel surya. Sel surya adalah alat penghasil
listrik dari cahaya matahari. Sel surya ada
beberapa jenis. Jenis-jenis ini bisa dibagi
berdasarkan cara membuatnya, material
pembuatnya dan juga prinsip kerjanya.
Generasi pertama dari sel surya
biasanya terbuat dari kristalin silikon. Generasi
kedua terbuat dari amorfus silikon ataupun
film tipis. Generasi ketiga dibuat dari bahan
organik seperti PSC (plasmonic sollar cell) dan
DSSC (dye-sensitized sollar cell). Selain itu

pada penelitian lebih lanjut telah dicoba


material hibrid untuk membuat sel surya.

Gambar 1. Sel surya PSC

Pada sel surya ada semikonduktor tipe


n dan tipe p. Pada semikonduktor ini terdapat
dua arus yang sangat dominan mempengaruhi
pergerakan muatan yaitu arus drift dan arus
difusi. Arus drift adalah arus yang terjadi
karena adanya pembengkokan pita energi.
Arus ini bergantung pada medan listrik lokal
yang tertuang dalam persamaan matematis :
=
...(1)
Persamaan ini bentuknya sama untuk elektron
dan hole, hanya saja berbeda parameterparameternya.
Sementara arus difusi adalah arus

yang terjadi karena adanya perbedaan


konsentrasi muatan. Muatan akan mengalir
dari konsentrasi yang lebih tinggi ke
konsentrasi yang lebih rendah. Arus difusi
hole
diberikan
oleh
hubungan
:

percobaan pada kutub ITO yang bereda dalam


satu sampel.
III. Data dan Pengolahan

. = .... (2)
Arus difusi elektron sama saja bentuknya
tinggal
diubah
parameternya
menjadi
parameter
elektron.
Setiap sel surya memiliki efisiensinya
masing-masing. Efisiensi konversi daya sel
surya adalah perbandingan antara daya listrik
yang dihasilkan dengan daya cahaya yang
diserap. Perbandingan ini tertuang dalam
persamaan
=

... (3)

II. Metode Percobaan


Hal pertama yang dilakukan adalah
melakukan konfigurasi alat. Atur letak sensor
terhadap lampu LED sehingga intensitas yang
terdeteksi 100 mW/cm2. Ukur jarak antara
sensor dan lampu lalu pertahankan jarak
sedemikian
pada
setiap
percobaan.
Pada percobaan pertama kita akan
melakukan karakteristik J-V dan efisiensi sel
surya. Hubungkan keluaran dari power supply
ke kutub dari sel surya. Kutub dari sel surya
adalah lapisan tipis perak, ITO (indium tin
oxide). Pastikan pemasangan keluaran dengan
kutubnya tidak terbalik. Setelah itu buka
aplikasi karakterisasi sel surya
pada
komputer dan masukkan rentang tegangan
pengukuran yaitu sekitar -0,2 V sampai 0,7 V.
Lakukan percobaan ini untuk keadaan terang
dan gelap. Keadaan terang artinya lampu LED
dinyalakan. Ulangi percobaan ini dengan
mengganti kutub ITO pada sampel yang sama.
Percobaan kedua adalah pengukuran
spektroskopi
impedansi.
Hubungkan keluaran dari LCR dengan kedua
kutub sel surya. Buka aplikasi LCR pada
komputer dan masukkan nilai frekuensi
pengukuran yaitu antara 20 Hz 1 MHz
dengan skan lamba. Lakukan pengukuran
untuk kondisi terang dan gelap. Ulangi

Area
penyinaran

Jarak
lampu
dengan sel
surya

Intensitas

540 nm

3.14 cm2

100
W/cm2

2 cm

Tabel 1. Data awal

Seq.
Start

Freq.

End
Points
Level

Z1
20Hz
1000000H
z
200
10mV

Angle2
20Hz
1000000H
z
200
10mV

Tabel 2. Kondisi dan batasan

IV. Pembahasan
Eksiton adalah pasangan antara hole
(muatan positf) dan elektron (muatan negatif)
yang terbentuk pada sel surya ketika diberi
cahaya. Pembentukan eksiton berbeda pada
tiap jenis sel surya. Pada PSC ketika pelatnya
diberi cahaya, energi dari foton akan membuat
elektron tereksitasi dan melaju. Tempat yang
ditinggalkan elektron adalah hole. PSC
memiliki lapisan absorpsi tipis sehingga
ditambahkan
nanopartikel
untuk
menghamburkan foton. Pada DSSC prinsip
pembentukan eksiton memiliki hubungan
dengan prinsip fotoelektrokimia. Cahaya
menembus elektroda transparan pada DSSC
dan menuju lapisan dye yang kemudian
lapisan ini akan melepaskan elektron yang
mana elektronya akan menuju ke lapisan
titanium oksida. Lepasnya elektron akan
membuat terbentuknya muatan positif.
Elektron lalu keluar ke rangkaian dan setelah
itu menuju ke elektroda satunya lagi. Setelah
itu elektron akan kembali menuju lapisan dye
melalui elektrolit yang memisahkan elektroda
positif
dan
negatif.

Pada sel surya yang menggunakan


semikonduktor p-n akan ada daerah deplesi.
Pada semikonduktor p akan ada kelebihan hole
(muatan positif) dan pada tipe n akan
kelebihan elektron (muatan negatif). Keadaan
beda konsenstrasi muatan akan menimbulkan
arus diffusi dan menyebabkan hole bergerak
menuju semikonduktor tipe n dan elektron
bergerak menuju semikonduktor tipe p
sehingga
menyebabkan
akan
adanya
penumpukan elektron di sekitar batas tipe p
dan hole di sekitar batas tipe n. Hal ini akan
menciptakan medan elektrik yang akan
menggerakan elektron minoritas pada tipe p
tadi menuju tipe n dan hole minoritas pada tipe
n akan menuju tipe p. Arus ini dinamakan arus
drift. Pada daerah deplesi ini lah akan timbul
pembengkokan
pita.
Pembengkokan pita energi terjadi
karena adanya faktor area pada daerah deplesi.
Daerah deplesi terjadi pada batas antara
semikonduktor tipe p dan semikonduktor tipe
n. Pada PSC dan DSSC tidak ada pn-junction
sehingga tidak ada area deplesi. Ketiadaan
aera deplesi membuat sel surya PSC dan
DSSC tidak memiliki pembengkokan pita
energi.
Pada prinsipnya sollar simulator
memiliki persamaan dengan metode percobaan
kali ini. Solar simulator adalah kondisi buatan
yang digunakan untuk menguji karakteristik
dari sel surya, panel matahari, plastik dan
material serta devais lainnya. Sollar simulator
memakai cahaya buatan yang disesuaikan
sehingga mirip dengan cahaya matahari.
V.Kesimpulan

VI. Referensi
[1]http://www.thesolarspark.co.uk/thescience/solar-power/excitonic-solar-cells/
(diakses 18 April 2015, 21.15)

Anda mungkin juga menyukai