Anda di halaman 1dari 14

Laporan Praktikum Konservasi Tanah dan Air Medan, September 2021

CONTOH PENGGUNAAN LAHAN YANG SESUAI DENGAN


KAIDAH KONSERVASI DAN CONTOH LAHAN YANG
TERDEGRADASI

Dosen Penanggungjawab :
Dr. Deni Elfiati SP., MP.

Disusun Oleh :
Ichsan Maulana 191201023
Sri Meliana Saragih 191201109
Ladiko Karnotua Naibaho 191201118
Kelompok 12
KSH 5

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Mang Maha Esa, karena
berkat dan kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum
Konservasi Tanah dan Air ini dengan baik. Laporan Praktikum Konservasi Tanah
dan Air yang berjudul “Contoh Penggunaan Lahan yang Sesuai dengan Kaidah
Konservasi dan Contoh Lahan yang Terdegradasi” ini dimaksudkan untuk
memenuhi tugas Praktikum Konservasi Tanah dan Air pada Program Studi
Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen penanggungjawab
Praktikum Konservasi Tanah dan Air Dr. Deni Elfiati SP., MP. karena telah
memberikan materi dengan baik dan benar serta memberikan bimbingan dan
arahan selama penulis mengikuti kegiatan praktikum.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, saran dan kritik dari berbagai pihak dalam upaya untuk memperbaiki
isi laporan ini akan sangat penulis hargai. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi
siapapun yang membacanya.

Medan, September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang .........................................................................................1
Tujuan Praktikum ....................................................................................2
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat ...................................................................................3
Alat dan Bahan ........................................................................................3
Metode Praktikum ...................................................................................3
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil .........................................................................................................4
Pembahasan .............................................................................................6
KESIMPULAN
Kesimpulan ..............................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan pembangunan nasional disemua bidang,
degradasi lahan juga berkembang dengan pesat dalam arti yang negatif, yakni
makin mengancam keberlanjutan sistem lahan pertanian dan hutan. Hutan-hutan
ditebang habis dan danau-danau penampung air ditimbun untuk berbagai
keperluan lain, sehingga mengakibatkan penurunan fungsi hidrologis. Jutaan
hektar kawasan hutan secara formal masih terdaftar dan terbaca pada peta
penggunaan lahan, namun di lapangan tidak lagi mampu menyerap air pada
musim hujan dan mensuplai air pada musim kemarau. Berbagai kegiatan
pembangunan sering merelokasian lahan pertanian, seperti untuk infrastruktur,
pemukiman, perkantoran, pertambangan dan industri. Bahkan, keberadaan hutan
sendiri pun sering mengancam sustainabilitas hidrologis, seperti penggunaan
lereng terjal untuk tanaman semusim (Wahyunto, 2014).
Degradasi lahan dewasa ini tidak hanya berupa erosi tanah, namun sudah
merambah ke bentuk-bentuk lain seperti banjir, longsor, pencemaran, dan
pembakaran lahan, sudah sering terjadi dalam intensitas dan kualitas yang tinggi.
Hal ini jelas merupakan ancaman bagi kelangsungan sistem pertanian, dan
tantangan bagi upaya konservasinya. Dilihat dari beberapa kasus saat ini, banyak
lahan persawahan yang dikelola oleh petani namun di ganti menjadi areal
industry,areal perumahan, pasar dan lain sebagainya. Hal ini merupakan
permasalahan yang dihadapi oleh petani saat ini, tanah yang kurang mendukung
dan pengairan yang kurang karna terhambatnya oleh proses pembangunan dan
kurangnya lahan (Widiatmaka, 2012).
Degradasi lahan adalah proses penurunan produktivitas lahan, baik
bersifat sementara maupun tetap. Lahan terdegradasi dalam definisi lain sering
disebut lahan tidak produktif, lahan kritis, atau lahan tidur yang dibiarkan terlantar
tidak digarap dan umumnya ditumbuhi semak belukar. Lahan yang telah
terdegradasi berat dan menjadi lahan kritis luasnya sekitar 48,3 juta ha atau 25,1%
dari luas wilayah Indonesia. Untuk lahan gambut dari sekitar 14,9 juta ha lahan
2

gambut di Indonesia, ± 3,74 juta ha atau 25,1 % dari total luas gambut telah
terdegradasi dan ditumbuhi semak belukar. Proses degradasi lahan dimulai dengan
tidak terkontrolnya konversi hutan, dan usaha pertambangan kemudian diikuti
dengan penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan potensi dan pengelolaan lahan
yang kurang tepat (Dariah, 2014).
Menurut Siswomartono (1989), konservasi adalah perlindungan, perbaikan
dan pemakaian sumber daya alam menurut prinsip-prinsip yang akan menjamin
keuntungan ekonomi atau sosial yang tertinggi secara lestari. Konservasi standar
adalah standar untuk berbagai type tanah dan pemakaian tanah, meliputi kriteria,
teknik dan metode-metode untuk pengendalian erosi dan sedimen yang
disebabkan oleh aktivitas penggunaan tanah. Konservasi tanah dan air
mengandung pengertian bagaimana kita menggunakan tanah agar dapat memberi
manfaat yang optimum bagi kepentingan umat manusia dalam jangka waktu
berkelanjutan. Kegiatan konservasi tanah meliputi pengendalian erosi, banjir,
pengaturan pemanfaatan air, peningkatan daya guna lahan (Widiatmaka, 2012).
Sifat fisik tanah merupakan faktor yang bertanggung jawab terhadap
pengangkutan udara, panas, air dan bahan terlarut dalam tanah. Sifat fisik tanah
sangat bervariasi pada tanah tropis. Beberapa sifat fisik tanah dapat berubah
dengan pengolahan seperti temperatur tanah, permeabilitas,kepekaan terhadap
aliran permukaan (run-off), dan erosi, kemampuan mengikat air dan menyuplai air
untuk tanaman. Banyak para petani mengambil air irigasi untuk kebutuhan
tanaman dari buangan air limbah pabrik di sungai, hal ini berpengaruh terhadap
hasil produksi padi dan proses produksinya (Wahyudi, 2014).

Tujuan
Tujuan dari Praktikum Koservasi Tanah dan Air dengan judul “Contoh
Penggunaan Lahan yang Sesuai dengan Kaidah Konservasi dan Contoh Lahan
yang Telah Terdegradasi” adalah agar mengetahui lahan-lahan yang sesuai dengan
kaidah konservasi dan mengetahui contoh-contoh lahan yang terdegradasi dan
lahan yang belum terdegradasi.
3

METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat


Praktikum Konservasi Tanah dan Air yang berjudul “Penggunaan Lahan
Yang Sesuai Dengan Kaidag Konservsi dan Contoh Lahan yang Terdegradasi” ini
dilakukan pada hari Kamis, 9 September 2021 pada Pukul 13.00 WIB sampai
dengan selesai. Praktikum ini dilaksanakan secara daring, menggunakan media
aplikasi Google Classroom dan Google Meet/Zoom.

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat tulis, kamera atau
smatphone (aplikasi Timestamp). Bahan yang digunakan dalam praktikum ini
adalah referensi jurnal.

Prosedur Praktikum
1. Ditentukan metode yang ingin digunakan sebelum melakukan survey lapangan.
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode survei/observasi di
lapangan yang dan dilanjutkan dengan analisis kelompok yang di lakukan
secara daring.
2. Ditentukan lahan atau kawasan yang ingin disurvey, yakni lahan yang
termasuk kedalam kategori lahan yang sesuai kaidah konservasi dan lahan yang
sudah terdegradasi.
3. Diamati lahan yaitu kondisi lahan dan penyebab lahan di golongkan sesuai
kaida konservasi atau di golongkan terdegradasi. Dicatat hasil analisis.
4. Dilakukan pendokumentasian terhadap lahan survey yang telah ditemukan
sesuai kategori yang dicari.
4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Adapun hasil yang diperoleh dari Praktikum Konservasi Tanah dan Air
dengan judul “Contoh Penggunaan Lahan yang Sesuai Kaidah Konservasi, dan
Contoh Lahan yang Terdegradasi” adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Penggunaan lahan yang Gambar 2. Penggunaan lahan yang


tepat dengan mpembuatan teras tepat dengan penanaman sejajar
kontur

Gambar 3. Lahan terdegradasi akibat Gambar 4. Lahan terdegradasi akibat


terkontaminasi belerang bekas tambang
5

Gambar 4.1. Lahan terdegradasi Gambar 4.2. Lahan terdegradasi


akibat bekas tambang akibat bekas tambang

Gambar 5. Penggunaan lahan terdegradasi Gambar 5.1. Penggunaan lahan


akibat pembakaran lahan terdegradasi akibat kebakaran lahan

Gambar 6. Penggunaan lahan yang Gambar 6.1. Penggunaan lahan tepat


tepat di area pegunungan dengan penanaman sejajar kontur
6

Pembahasan
Adapun perolehan dari hasil lapangan dalam Praktikum Konservasi Tanah
dan Air dapat diamati bahwa bentuk penggunaan lahan disetiap tempat sangat
beragam, mulai dari penggunaan lahan yang tepat, hingga penggunaan lahan yang
terdegradasi. Dari semua survey yang telah dilakukan, dapat diamati cukup
banyak lahan di daerah Sianjur Mula Mula Kabupaten Samosir sudah terdegradasi
dan sebagian besar lahan diselimuti semak belukar. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Dariah (2014), yang menyatakan bahwa Degradasi lahan adalah proses
penurunan produktivitas lahan, baik bersifat sementara maupun tetap. Lahan
terdegradasi dalam definisi lain sering disebut lahan tidak produktif, lahan kritis,
atau lahan tidur yang dibiarkan terlantar tidak digarap dan umumnya ditumbuhi
semak belukar.
Dari hasil yang diperoleh, pada Gambar 3 diketahui merupakan lahan yang
terdegradasi akibat kontaminasi belerang. Dapat dilihat dalam gambar penurunan
kualitas tanah jika dibandingkan dengan tanah yang ada di sampingnya. Tanah
yang ada di sampingnya masih memiliki vegetasi seperti tumbuhan bawah atau
beberapa pohon, sedangkan pada daerah atau lahan yang terkontaminasi oleh
belerang hanya sedikit yang ditumbuhi oleh vegetasi tumbuh-tumbuhan atau
bahkan dapat dikatakan tidak ada. Terkontaminasinya lahan tersebut oleh belerang
merupakan proses alamiah dikarenakan pada daerah tersebut merupakan sumber
mata air air panas yang keluar dari gunung Pusuk Buhit. Wahyunto dan Ai (2014)
menyatakan bahwa belerang dioksida (SO2) dapat menyebabkan terjadinya hujan
asam yang sangat merusak lahan.
Dari hasil yang diperoleh terdapat lahan yang penggunaannya sesuai
dengan kaidah konservasi tanah dan air yaitu ada pada gambar 1 yang merupakan
penggunaan lahan pada daerah lereng dengan membuat teras-teras terlebih dahulu
untuk menghindari adanya longsor, kemudian ada gambar 2 dan gambar 6.1
dimana penggunaan lahan di kedua gambar tersebut sesuai dengan kaidah
konservasi, yaitu dengan penanaman searah dengan garis kontur dan gambar 6
yang juga merupakan penggunaan lahan yang sesuai dengan kehidupan servasi
dimana lahan yang dipakai berada di daerah yang kaya akan air dan tentunya
penggunaan tanah sesuai dengan kemampuannya. Widiatmaka (2012)
7

mengemukakan bahwa lahan dengan kemiringan curam serta pengetahuan petani


yang belum terbiasa dengan usaha konservasi lahan mengakibatkan rentannya
lahan terhadap erosi atau degradasi lahan. Sehingga penggunaan lahan yang baik
dan benar yang berada di daerah Sianjur mula-mula dapat diapresiasi dengan baik
dan seharusnya dijalankan selalu.
Dari hasil yang diperoleh, pada Gambar 3 diketahui merupakan lahan yang
terdegradasi akibat kontaminasi belerang. Dapat dilihat dalam gambar penurunan
kualitas tanah jika dibandingkan dengan tanah yang ada di sampingnya. Tanah
yang ada di sampingnya masih memiliki vegetasi seperti tumbuhan bawah atau
beberapa pohon, sedangkan pada daerah atau lahan yang terkontaminasi oleh
belerang hanya sedikit yang ditumbuhi oleh vegetasi tumbuh-tumbuhan atau
bahkan dapat dikatakan tidak ada. Lahan yang terkontaminasi belerang yang
konsentrasi tinggi dapat membunuh jaringan pada daun. pinggiran daun dan
daerah diantara tulang-tulang daun rusak. Secara kronis SO2 menyebabkan
terjadinya khlorosis. Kerusakan tanaman iniakan diperparah dengan kenaikan
kelembaban udara. SO2 diudara akan berubah menjadi asam sulfat. Oleh karena
itu, didaerah dengan adanya pencemaran oleh SO2 yang cukup tinggi, tanaman
akan rusak oleh aerosol asam sulfat. Terkontaminasinya lahan tersebut oleh
belerang merupakan proses alamiah dikarenakan pada daerah tersebut merupakan
sumber mata air air panas yang keluar dari gunung Pusuk Buhit. Wahyunto
(2014), menyatakan bahwa belerang dioksida (SO2) dapat menyebabkan
terjadinya hujan asam yang sangat merusak lahan.
Selain dampak buruk pada lingkungan belerang juga memiliki dampak
pada penduduk pada lingkungan yang kontaminasi belerang, kadar belerang
yang terlampau tinggi dapat menibulkannya adalah sesak nafas, mual, pusing,
pandangan tidak jelas, hingga kehilangan kesadaran. Racun yang terkandung
dalam gas bisa menyebabkan masalah pada tubuh, keadaan paling parah dapat
menyebabkan kanker dan kematian. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari
Wahyudi (2014), yang menyatakan bahwa terdapat keluhan pernafasan, sebagian
besar penambang belerang di Gunung Ijen berupa mengeluh batuk berdahak yaitu
sebesar 74%, keluhan pada mata, berupa mata berair ketika menambang sebesar
94%. Sehingga dampak dari lahan ini tidak dapat disepelekan.
8

Dari hasil yang diperoleh, pada Gambar 3 diketahui merupakan lahan yang
mengalami kebakaran, kebakaran pada lahan meiliki efek yang sangat merugikan
bagi lingkungan maupun sawta yang teberada di sekitarnya, namun pada Gambar
3 merupakan kebakaran lahan yang berskala kecil yang efeknya hanya merusak
struktur tanah yang menyebabkan terjadinya degradasi lahan, tidak sampai ke
tahap memusnahkan satwa dan tempat tinggalnya. Kebakaran hutan dan lahan
berpengaruh langsung terhadap kualitas tanah berupa pemanasan terhadap tanah.
Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Dariah (2014), yang menyatakan bahwa
kebakaran hutan berpengaruh langsung terhadap kualitas tanah berupa pemanasan
terhadap tanah, sedangkan pengaruh yang tidak langsung berupa perubahan sifat
tanah karena kebakaran mengkonsumsi vegetasi yang hidup di atas tanah.
Dampak kebakaran terhadap sifat tanah ditentukan oleh frekuensi kebakaran,
intensitas panas, lamanya kebakaran, vegetasi yang tumbuh dan jenis tanah.
9

KESIMPULAN

Kesimpulan
1. Dari survey yang telah dilakukan terdapat tiga lahan yang sesuai dengan
kaidah konservasi yang berada di daerah Sianjur Mula Mula, Samosir, yakni
penggunaan lahan dengan membuat teras; penggunaan lahan dengan
penanaman sejajar kontur; dan penggunaan lahan di area pegunungan.
2. Dari survey yang telah dilakukan 60% dari lahan sudah terdegradasi, yakni
lahan bekas tambang, lahan belerang, dan kebakaran lahan.
3. Lahan yang terdegradasi belerang menyatakan bahwa belerang dioksida
(SO2) dapat menyebabkan terjadinya hujan asam yang sangat merusak lahan.
4. Degradasi lahan adalah proses penurunan produktivitas lahan, baik bersifat
sementara maupun tetap.
5. Kebakaran pada lahan meiliki efek yang sangat merugikan bagi lingkungan
maupun sawta yang teberada di sekitarnya.
10

DAFTAR PUSTAKA

Dariah A, Wahyunto. 2014. Degradasi Lahan Di Indonesia: Kondisi Exsiting,


Karateristik dan Penyeragaman Definisi Mendukung Gerakan Menuju
Satu Peta. Jurnal sumberdaya lahan, 8(02):81-93.
Wahyuanto, Ai D. 2014. Degradasi Lahan di Indonesia: Kondisi Existing,
Karakteristik, dan Penyeragaman Definisi Mendukung Gerakan Menuju
Satu Peta. Jurnal Sumberdaya Lahan, 8(2): 81-93.
Wahyudi. 2014. Teknik Konservasi Tanah serta Implemantasinya pada Lahan
Terdegradasi dalam Kawasan Hutan. Jurnal sains dan teknologi
lingkungan, 6(02): 71-85.
Widiatmaka. 2012. Perencanaan Penggunaan Lahan Konservasi Tingkat Satuan
Pemukiman: Studi Kasus Unit Pemukiman Transmigrasi Rantau Pandan
SP-3, Provinsi Jambi. JPSL, 2(1):29-36.
Widiatmaka. 2012. Perencanaan Penggunaan Lahan Tingkat Satuan Pemukiman:
Studi Kasus Unit Pemukiman Transmigrasi Rantau Pandan SP-3, Provinsi
Jambi. JPSL, 2(01) : 29-36.
11

LAMPIRAN

Ladiko Karnotua Sri Meliana Saragih Ichsan Maulana


Naibaho (191201109) (191201023)
(191201118)

Anda mungkin juga menyukai