Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN LENGKAP KONSERVASI

TANAH DAN AIR

MUHAMMAD HARDIANSYAH

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2016
1

LAPORAN LENGKAP KONSERVASI


TANAH DAN AIR

Disusun sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan


Matakuliah Konservasi Tanah dan Air Pertanian pada
Fakultas Pertanian Universitas Tadulako

Oleh

MUHAMMAD HARDIANSYAH
E 281 13 005

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2016
2

HALAMAN PENGESAHAN
Judul

Laporan Lengkap Konservasi Tanah dan Air

Nama

MUHAMMAD HARDIANSYAH

Stambuk

E 281 13 005

Kelas

A05
Palu, 10 Oktober 2016

Menyetujui,
Koordinator Asisten
Mata Kuliah Praktikun Konservasi Tanah dan Air

Fandi Akase, SP

Disahkan oleh,
Dosen Penanggung Jawab Praktikum
Mata Kuliah Praktikun Konservasi Tanah dan Air

Sesuaikan Kelas
NIP.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang sampai saat ini kita masih di beri
nikmat yang berlimpah dan segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian
alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira
besarnya.
Terimakasih penyusun ucapkan kepada dosen-dosen serta teman-teman
sekalian yang telah membantu, baik bantuan moril maupun material, sehingga
penyusun dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Lengkap Konservasi Tanah
dan Air
Penyusun menyadari bahwa, dalam penulisan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan serta banyak kekurangan-kekurangannya, baik dari segi tata bahasa
maupun dalam hal pengkajian kepada dosen serta teman-teman sekalian. Harapan
yang paling penting dari penyusun, mudah-mudahan apa yang penyusun tulis dapat
bermanfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain yang ingin mengambil
hikmah dari isi laporan ini sebagai tambahan dalam referensi yang telah ada.

Palu, 10 November 2016

Penyusun
4

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
i
HALAMAN JUDUL
ii
HALAMAN PENGESAHAN
iii
KATA PENGANTAR
vi
DAFTAR ISI
viii
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................1
1.2 Tujuan dan Kegunaan ..............................................................................2
II.
TINJAUAN PUSTAKA
II.1Erosi dan Jenis-jenis erosi......................................................................3
II.1.1 Erosi lembar (Sheet erosion)......................................................3
II.1.2 Erosi alur (Rill erosion)..............................................................3
II.1.3 Erosi parit (Channel erosion).....................................................4
II.1.4 Erosi tebing sungai (Riverbank erosion)....................................4
II.1.5 Longsor .....................................................................................4
2.2 Metode Universal Soil Loss Equation (USLE)........................................4
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Erosi ................................................6
2.3.1 Iklim...............................................................................................6
2.3.2 Topografi........................................................................................7
2.3.3 Vegetasi..........................................................................................8
2.3.4 Tanah..............................................................................................8
2.3.5 Manusia..........................................................................................10
2.4 Erosi yang Dapat Ditoleransi ..................................................................10
2.5 Penggunaan Lahan...................................................................................12
2.6 Pencegahan Erosi ....................................................................................14
III.
METODE PRAKTIKUM
3.1 Tempat dan Waktu ...................................................................................17
3.2 Alat dan Bahan ........................................................................................17
3.3 Metode Penelitian ....................................................................................17
3.3.1 Survei.............................................................................................17
3.3.2 Pengambilan sampel tanah.............................................................18
3.3.3 Analisis sampel...............................................................................18
3.3.4 Pengumpulan data .........................................................................18
3.4 Pelaksanaan..............................................................................................18
3.4.1 Faktor erosivitas hujan (R)............................................................18
3.4.2 Faktor erodibilitas tanah (K)..........................................................19
3.4.3 Faktor panjang dan kemiringan lereng (LS)..................................19
3.4.4 Faktor pengelolaan tanaman dan faktor konservasi tanah (CP). . .20
3.4.5 Erosi yang ditoleransi (TSL)..........................................................20
5

IV.

V.

3.4.6 Indeks bahaya erosi (IBE)..............................................................20


HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1 Rata-rata Indeks Erosivitas Hujan (R) ..................................................22
1.2 Erodibilitas Tanah (K)............................................................................23
1.3 Panjang Lereng (L) dan Kemiringan Lereng (S)...................................26
1.4 Pengelolaan Tanaman dan Tindakan Konservasi (CP)..........................27
1.5 Prediksi Erosi.........................................................................................28
1.6 Erosi yang Ditoleransi (TSL) dan Tingkat Bahaya Erosi (TBE)...........29
1.7 Tindakan Konservasi..............................................................................32
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan ...........................................................................................34
V.2 Saran ......................................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BIODATA PENULIS

DAFTAR TABEL

Nomor

Teks

1. ???????????????????????????????????????????????????????
2.
3.

Halaman
??

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Teks

Halaman

1. ???????????????????????????????????????????????????????????...........25
2. ???????????????????????????????????????????????????????????...........31
3.

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Teks

1. ????????????????????????????????????????????????????????
2.

Halaman
??

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan berjalannya waktu jumlah penduduk dimuka bumi semakin
meningkat sehingga menyebabkan tingginya kebutuhan lahan untuk memenuhi
berbagai kebutuhan. Masalah tersebut dapat menyebabkan terjadinya eksploitasi
lahan pertanian yang terus menerus tanpa memperhatikan kaedah-kaedah konservasi,
sehingga menyebabkan penurunan produktifitas lahan baik sifatnya sementara
maupun tetap yang pada gilirannya akan berdampak pada perubahan ekosistem yang
menyebabkan kerusakan lingkunagn salah satunya yaitu terjadinya erosi.
Erosi menyebabkan hilangnya lapisan atas tanah yang subur dan baik untuk
pertumbuhan tanaman serta berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap dan
menahan air. Tanah yang terangkut akibat erosi akan diendapkan ketempat lain dalam
sungai, waduk, danau, saluran irigasi dan sebagainya. Apabila pepohonan di lerenglereng bukit digunduli, maka hujan deras akan segera menghanyutkan lapisan tanah
atas yang subur akibat erosi. Hal ini tidak hanya akan mengurangi produktivitas
lahan di perbukitan itu sendiri, namun juga akan mengakibatkan banjir yang melanda
tanah-tanah pertanian di lembah-lembah di bawahnya. Faktor faktor yang
mempengaruhi erosi tanah adalah hujan, tanah, kemiringan, vegetasi dan manusia
Penanggulangan erosi diperlukan agar tidak terjadi erosi yang lebih besar.
metode konservasi tanah dan air dapat dilakukan untuk mengurangi nilai dari erosi
yang telah maupun akan terjadi. Langkah awal dalam metode konservasi tanah dan
air dapat dilakukan dengan menentukan hasil prediksi yang akan terjadi.

Konservasi tanah adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan
yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai
dengan persyaratan yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Sifat fisika,
kimia tanah dan keadaan topografi lapangan menentukan kemampuan untuk suatu
penggunaan dan perlakuan yang diperlukan.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Dibuatnya laporan lengkap konservasi tanah dan air ini bertujuan untuk:
1. mengetahui jenis-jenis erosi,
2. faktor-faktor yang mempengaruhi erosi, serta
3. erosi apa yang dapat di toleran.
Kegunaan dari laporan ini yaitu agar mahasiswa lebih mengetahui bentuk-bentuk
kerusakan lahan yang diakibatkan oleh erosi, sehingga mahasiswa mampu
melakukan teknin-teknik konservasi tanah dan air pada lahan yang mengalami
kerusakan yang diakibatkan oleh erosi tersebut.

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Erosi dan Jenis-Jenis Erosi
Erosi adalah hilang atau terkikisnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu
tempat ketempat lain. Pada umumnya erosi yang terjadi oleh air lebih besar
dibandingkan erosi oleh angin di daerah beriklim basah seperti indonesia. Erosi
menyebabkan hilangnya lapisan tanah yang subur dan baik untuk pertumbuhan
tanaman serta berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap dan menahan air
(Arsyad, 2010).
Kerusakan yang terjadi akibat adanya erosi adalah kemunduran sifat-sifat kimia
dan fisika tanah seperti kehilangan unsur hara dan bahan organik, meningkatnya
kepadatan tanah serta ketahanan penertasi tanah, dan menurunnya kapasitas infiltrasi
tanah serta kemampuan menahan air. Akibat dari peristiwa ini adalah menurunnya
produktifitas tanah dan berkurangnya pengisian air bawah tanah. Selain itu dampak
lainnya dari adalah pelumpuran atau sedimentasi dan pendangkalan waduk, sungai,
saluran irigasi, muara sungai, pelabuhan dan badan air lainnya (Arsyad, 2010).
Erosi dapat terjadi curah hujan besar diiringi dengan vegetasi yang telah
terganggu. Pengangkutan erosi yang terjadi di iklim basah pada umumnya adalah
pengangkutan erosi oleh air. Proses pengangkutan terjadi saat hujan mengikis tanah
dan membawanya lewat aliran permukaan. Bentuk erosi dapat dibagi menjadi
beberapa macam (Arsyad, 2010).

2.1.1 Erosi Lembar (Sheet erosion)


Erosi lembar (Sheet erosion) adalah pengangkutan laipasan tanah yang merata
tebalnya dari suatu permukaan tanah. Erosi ini disebabkan akibat kekuatan butir
hujan sehhingga mengakibatkan aliran permukaan yang merata di atas tanah. Bentuk
erosi lembar tidak nampak secara kasat mata. Erosi lembar baru akan segera disadari
bila tanaman mulai ditanami di lapisan bawah tanah. Erosi tersebut menyebabkan
tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik (Arsyad, 2010).
2.1.2 Erosi alur (Rill erosion)
Erosi alur (Rill erosion) adalah erosi yang terjadi sehingga mengakibatkan aluralur tertentu di permukaan tanah. Erosi ini terjadi karena air mengalir di permukaan
tanah tidak merata tapi terkonsentrasi di alur tertentu. Biasanya alur ini terjadi di
tanah tanah yang ditanami dengan tanaman yang ditanam berbaris menutur
kemiringan lereng, atau akibat pengolahan tanah menurut kemiringan lereng (Arsyad,
2010).
2.1.3 Erosi parit (Gully erosion)
Yaitu erosi oleh air yang mengalir di permukaan tanah yang miring atau di
lereng perbukitan yang membentuk alur-alur yang dalam dan lebarnya mencapai
beberapa meter, hampir sama dengan erosi alur, sehingga pada mulanya erosi parit ini
dianggap sebagai perkembangan (Arsyad, 2010).
2.1.4 Erosi Tebing Sungai
Adalah erosi yang terjadi akibat pengikisan tebing oleh air yang mengalir dari
bagian atas tebing atau oleh terjangan arus air sungai yang kuat terutama pada
4

tikungan-tikungan. Erosi tebing akan lebih hebat jika tumbuhan penutup tebing telah
rusak atau pengolahan lahan terlalu dekat dengan tebing (Arsyad, 2010).
2.1.5 Longsor
Longsor juga termasuk kedaalam erosi, hanaya saja di tanah longsor
pengangkutan yang terjadi tidak seperti erosi. Longsor dapat terjadi apabila tanah
yang terangkut berpindah dalam volume yang besar. longsor terjadi akibat
meluncurnya suatu volume tanah di atas suatu lapisan agak kedap air yang jenuh air.
Lapisan kedap air tersebut terdiri atas liat atau mengandung liat tinggi atau batuan
lain seperti napal liat (clay shale) yang seteleh terjemur air berlaku sebagai tempat
meluncur (Arzi, 2012).
2.2 Metode Universal Soil Loss Equation (USLE)
Salah satu persamaan yang pertama kali dikembangkan untuk mempelajari erosi
lahan adalah yang disebut persamaan Musgrave, yang selanjutnya berkembang terus
menjadi persamaan yang disebut Universal Soil Loss Equation (USLE). USLE
memungkinkan perencana memprediksi laju erosi rata-rata lahan tertentu pada suatu
kemiringan dengan pola hujan tertentu untuk setiap macam-macam jenis tanah dan
penerapan pengelolaan lahan (tindakan konservasi lahan). USLE dirancang untuk
memprediksi erosi jangka panjang. Persaman tersebut dapat juga memprediksi erosi
pada lahan-lahan (Ayunin, 2008).
Dalam penghitungan bahaya erosi sangat dipengaruhi oleh faktor curah hujan,
panjang lereng, kemiringan lereng, tanah, serta penutupan lahan berikut tindakan
pengelolaannya. Faktor utama penyebab erosi yaitu curah hujan dan adanya aliran

permukaan. Dengan faktor-faktor tersebut, maka besar erosi dapat ditentukan dengan
rumus Universal Soil Loss Equation (USLE) yang dikembangkan Wischmeier dan
Smith (Listriyani 2006).
USLE memungkinkan perencana menduga laju rata-rata erosi suatu bidang tanah
tertentu disuatu kemiringan lereng dengan pola hujan tertentu untuk setiap macam
penanaman dan tindakan pengelolaan yang mungkin dilakukan atau sedang
digunakan (Arsyad, 2010). Dengan persamaan :
A= RxK xLxSxCxP
dimana :

A = Banyaknya tanah tererosi (ton/ha/thn).


R =Faktor curah hujan dan aliran permukaan, yaitu jumlah satuan indeks erosi
hujan tahunan yang merupakan perkalian antara energi hujan total (E)
dengan intensitas hujan maksimum 30 menit (I30).
K =Faktor erodibilitas tanah, yaitu laju erosi per indeks erosi hujan (R) untuk
suatu tanah yang didapat dari petak percobaan standar, yaitu petak
percobaan yang panjangnya 72,6 kaki (22,1 meter) terletak pada lereng 9 %,
tanpa tanaman.
L = Faktor panjang lereng yaitu nisbah antara besarnya erosi dari tanah dengan
suatu panjang lereng tertentu terhadap erosi dari tanah dengan panjang
lereng 72,6 kaki (22,1 meter) di bawah keadaan yang identik.
S = Faktor kecuraman lereng yaitu nisbah antara besarnya erosi yang terjadi dari
suatu tanah dengan kecuraman lereng tertentu terhadap besarnya erosi dari
tanah dengan lereng 9% di bawah keadaan yang identik.

C = Faktor vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanaman yaitu nisbah antara
besarnya erosi dari suatu tanah dengan vegetasi penutup dan pengelolaan
tanaman tertentu terhadap besarnya erosi tanah dari tanah yang identik tanpa
tanaman.
P = Faktor tindakan-tindakan khusus konservasi tanah (pengolahan dan
penanaman menurut kontur, penanaman dalam strip, guludan, teras
menurut kontur), yaitu nisbah antara besarnya erosi dari tanah yang diberi
perlakuan tindakan konservasi khusus tersebut terhadap besarnya erosi dari
tanah yang diolah searah lereng, dalam keadaan yang identik.
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Erosi
2.3.1 Iklim
Di daerah beriklim basah, faktor iklim yang menyebabkan terdispersinya agregat
tanah, aliran air permukaan dan erosi adalah hujan. Besarnya curah hujan serta
intensitas dan distribusi butir hujan menentukan kekuatan dispersi hujan terhadap
tanah, jumlah dan kecepatan aliran permukaan, dan erosi. Air yang jatuh menimpa
tanah-tanah terbuka akan menyrbabkan tanah terdispersi, selanjutnya sebagian dari
air hujan yang jatuh tersebut akan mengalir diatas permukaan tanah. Banyaknya
tanah yang mengalir diatas permukaan tanah tergantung pada kemampuan tanah
untuk menyerap air (kapasitas infiltrasi) (Sucandra, 2009).
2.3.2 Topografi
Topografi yang dipertimbangkan dalam evaluasi lahan adalah bentuk wilayah
(relief) atau lereng dan ketinggian tempat di atas permukaan laut. Relief erat
7

hubungannya dengan faktor pengelolaan lahan dan bahaya erosi. Sedangkan faktor
ketinggian tempat di atas permukaan laut berkaitan dengan persyaratan tumbuh
tanaman yang berhubungan dengan temperatur udara dan radiasi matahari
(Asdak, 2002).
Kemiringan dan panjang lereng adalah dua faktor yang menentukan
karakteristik topografi suatu daerah aliran sungai. Kedua faktor tersebut penting
untuk terjadinya erosi karena faktor-faktor tersebut menentukan besarnya kecepatan
dan volume air larian. Kecepatan air larian yang besar umumnya ditentukan oleh
kemiringan lereng yang tidak terputus dan panjang serta terkonsentrasi pada saluransaluran sempit yang mempunyai potensi besar untuk terjadinya erosi alur dan erosi
parit. Kedudukan lereng juga menentukan besarkecilnya erosi. Lereng bagian bawah
lebih mudah tererosi dari pada lereng bagian atas karena momentum air larian lebih
besar dan kecepatan air larian lebih terkonsentrasi ketika mencapai lereng bagian
bawah. Daerah tropis dengan topografi bergelombang dan curah hujan tinggi sangat
potensial untuk terjadinya erosi dan tanah longsor (Asdak, 2002).
2.3.3 Vegetasi
Vegetasi merupakan lapisan pelindung atau penyangga antara atmosfer dan
tanah. Suatu vegetasi penutup tanah yang baik seperti rumput yang tebal atau
rimba yang lebat akan menghilangkan pengaruh hujan dan topografi terhadap erosi.
Bagian vegetasi yang ada diatas permukaan tanah, seperti daun dan batang,
menyerap energi perusak hujan, sehingga mengurangi dampaknya terhadap
tanah. Sedangkan bagian vegetasi yang ada didalam tanah, yang terdiri atas
sistem

perakaran

akan

meningkatkan
8

kekuatan

mekanik

tanah

Vegetasi mempengaruhi erosi karena vegetasi melindungi tanah terhadap kerusakan


tanah oleh butir-butir hujan. Pada dasarnya tanaman mampu mempengaruhi erosi
karena adanya : Intersepsi air hujan oleh tajuk dan adsorpsi melalui energi air
hujan, sehingga memperkecil erosi (Arsyad, 2010).
2.3.4 Tanah
Secara fisik, tanah terdiri dari partikel-partikel mineral dan organik dengan
berbagai ukuran, partikel-partikel tersusun dalam bentuk materi dan poriporinya
kurang lebih 50 % sebagian terisi oleh air dan sebagian lagi terisi oleh udara. Secara
esensial, semua penggunaan tanah dipengaruhi oleh sifat fisik tanah (Suripin, 2002).
Adapun sifat-sifat tanah yang mempengaruhi erosi adalah tekstur, struktur,
bahan organik, kedalaman, sifat lapisan tanah, dan tingkat kesuburan tanah. Berbagai
tipe tanah mempunyai kepekaan terhadap erosi yang berbeda-beda. Kepekaan erosi
tanah atau mudah tidaknya tanah tererosi adalah fungsi berbagai interaksi sifat-sifat
fisik dan kimia tanah. Sifat-sifat fisik dan kimia tanah yang mempengaruhi erosi
adalah (1) sifat-sifat tanah yang mempengaruhi infiltrasi, permeabilitas, dan kapasitas
menahan air, dan (2) sifat-sifat tanah yang mempengaruhi ketahanan struktur,
terhadap dispersi, dan penghancuran agregat tanah oleh tumpukan butir-butir hujan
dan aliran permukaan (Arsyad, 2010).
2.3.5 Manusia
Pada akhirnya manusialah yang menentukan apakah tanah diusahakannya akan
rusak dan menjadi tidak produktif atau menjadi baik dan produktif secara lestari
Perbuatan manusia yang mengelola tanahnya dengan cara yang salah telah

menyebabkan intensitas erosi semakin meningkat. Misalnya pembukaan hutan,


pembukaan areal lainnya untuk tanaman perladangan, dan lain sebagainya. Maka
dengan praktek konservasi, tanaman diharapkan dapat mengurangi laju erosi yang
terjadi. Faktor penting yang harus dilakukan dalam usaha konservasi tanah,yaitu
teknik inventarisasi dan klasifikasi bahaya erosi dengan tekanan daerah hulu. Untuk
menentukan tingkat bahaya erosi suatu bentang lahan diperlukan kajian terhadap
empat faktor, yaitu jumlah, macam dan waktu berlangsungnya hujan serta faktorfaktor yang berkaitan dengan iklim, jumlah dan macam tumbuhan, penutup tanah,
tingkat erodibilitas di daerah kajian, dan keadaan kemiringan lereng (Arsyad, 2010).
2.4 Erosi yang Dapat Ditoleransi
Erosi merupakan proses alamiah yang tidak bisa atau sulit untuk dihilangkan
sama sekali atau tingkat erosinya nol, khususnya untuk lahan-lahan yang diusahakan
untuk pertanian. Tindakan yang dapat dilakukan adalah mengusahakan supaya erosi
yang terjadi masih dibawah ambang batas yang maksimum (soil loss tolerance), yaitu
besarnya erosi yang tidak melebihi laju pembentukan tanah (Suripin, 2002).
Laju erosi yang dinyatakan dalam mm tahun-1 atau ton ha-1 tahun-1 yang terbesar
dan masih dapat dibiarkan atau ditoleransikan agar terpelihara suatu kedalaman tanah
yang cukup bagi pertumbuhan tanaman sehingga memungkinkan tercapainya
produktivitas yang tinggi secara lestari disebut erosi yang masih dapat dibiarkan atau
ditoleransikan yang dalam (Arsyad, 2010).

10

2.5 Penggunaan Lahan


Sistem penggunaan lahan dengan vegetasi penutup bertipe pohon mempunyai
kapasitas simpan air tanah yang tinggi, sedangkan sistem tataguna lahan dengan
vegetasi penutup bertipe rumput dan semak belukar mempunyai kapasitas menahan
air tanah yang rendah. Variable yang menentukan kapasitas simpanan air tanah suatu
sistem tataguna lahan adalah besarnya tipe vegetasi penutup lahan. Dengan demikian
sistem tataguna lahan tipe vegetasi hutan dan perkebunan bertipe pohon merupakan
lanskap konvensional yang efektif untuk konservasi sumber daya air dan tanah
(Arsyad, 2010).
Pengaruh tanaman penutup terhadap erosi dan aliran permukaan dapat dibagi ke
dalam empat bagian yaitu intersepsi curah hujan oleh tajuk tanaman, mengurangi
kecepatan aliran permukaan dan kekuatan perusak dari air, pengaruh akar dan
kegiatan biologi yang berhubungan dengan pertumbuhan vegetatif dan pengaruhnya
terhadap porositas tanah, dan transpirasi yang menyebabkan keringnya tanah
(Arsyad, 2010).
2.6

Pencegahan Erosi
Mencegah terjadinya erosi di daerah rawan erosi (kemiringan lereng terjal,

pinggir sungai) atau di tempat dimana praktek-praktek pertanian dilakukan tanpa


mengindahkan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air, adalah usaha yang paling
ekonomis dan efektif untuk dilaksanakan dalam rangka menurunkan laju erosi. Hal
prinsip yang harus dilakukan adalah dengan memberikan pengertian kepada petani
bahwa kerusakan tanah akibat erosi yang terjadi dilahan-lahan pertanian mereka akan

11

menurunkan tingkat produktivitas lahan tersebut. Dengan adanya pengertian tersebut,


maka diharapkan lebih mudah mengarahkan petani pemakai tanah untuk selalu
bertindak dalam perspektif usaha konservasi tanah dan air (Asdak, 2002).
Untuk menanggulangi dampak yang lebih besar dari erosi, konservasi tanah
dapat dilalukukan. Konservasi tanah memungkinkan erosi tidak dapat terjadi seperti
pengikisan tanah oleh air dan aliran air limpasan. Konservasi ini dilakukan dengan
menbggunakan metode vegetataif dan mekanis, dari dua metode tersebut, masingmasing memiliki perilakunya tersendiri terhadap tanah (Arsyad, 2010).
Adapun prinsip-prinsip pengendalian erosi adalah untuk (a) menggunakan
lahan sesuai dengan kemampuan lahan, (b) Melindungi permukaan tanah dengan
beberapa bentuk penutup lahan, (c) Mengendalikan limpasan sebelum berkembang
menjadi sebuah kekuatan yang menyebabkan longsor, (d) Tindakan konservasi
tertentu dapat mengurangi erosi tanah oleh air dan angin (Suripin, 2002).

12

III. METODE PRAKTIKUM


3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum mata kuliah Konservasi Tanah dan Air dilaksanakan di belakang
Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, dengan titik
koordinat BT 11905343,6 serta LS 0005021,3. Praktikum ini dilaksanakan pada
hari sabtu tanggal 29 Oktober 2016, pada pukul 08.00 WITA.
3.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini yakni antara lain GPS (Global
Positioning System), cangkul, sekop, parang /arit, ring sampel, pisau, palu, balok
kayu, meteran, clinometer, dan ondol-ondol serta alat tulis menulis. Sedangkan bahan
yang digunakan adalah sampel tanah utuh dan tidak utuh/terganggu dan beberapa
bahan kimia yang digunakan dalam analisis tekstur dan bahan organik.
3.3 Metode Praktikum
3.3.1 Survei
Survei dilakukan dilokasi praktikum terdiri dari beberapa kegiatan yakni
mengukur panjang lereng (L), mengukur kemiringan lereng (S), kedalaman efektif
tanah, serta melihat tumbuhan yang dominan dan spesifik yang tumbuh di lokasi
praktikum guna untuk memperoleh data yang akan digunakan dalam memprediksi
laju erosi yang terjadi di lokasi praktek.

3.3.2 Pengambilan sampel tanah


13

Pertama, membersihkan permukaan tanah dari rerumputan dan sampah lalu


meletakkan ring sampel yang pertama dengan bagian runcing diposisi bawah diatas
tanah. Kedua, meletakkan balok kayu diatas permukaan ring sampel lalu memukul
balok kayu tersebut dengan palu sampai ring sampel tertanam secara keseluruhan
dalam tanah, begitu pula dengan ring sampel yang kedua. Ketiga, mengangkat keluar
ke dua ring tersebut dengan cara menggali sekitar 10 cm mengelilingi posisi ring
sampel yang telah di masukkan kedalam tanah dengan cara hati-hati. Terakhir,
mengris bagian bawah dan atas ring sampel yang pertama secara pelan pelan,
diusahakan agar tak hancur, kemudian membungkus ring sampel dengan pelastik
pembungkus lalu ikatlah dengan gelang karet.
Bekas galian tanah dan tanah yang berada di ring sampel kedua di masukkan
kedalam plastik yang akan digunakan sebagai sampel tanah terganggu atau sampel
tanah tidak utuh.
3.3.3 Analisis sampel
Analisis tanah dilakukan untuk menentukan tekstur, struktur, bahan organik,
bobot isi tanah dan permeabilitas tanah. Adapun sampel tanah yang digunakan untuk
analisis sifat tanah tersebut yakni sampel tanah utuh untuk menentukan nilai bobot isi
tanah dan permeabilitas tanah sedangkan sampel tanah tidak utuh digunakan untuk
menentukan nilai tekstur, struktur, dan bahan organik
3.3.4 Pengumpulan data
Data yang digunakan untuk memprediksi/menentukan laju erosi tanah yakni
data curah hujan 10 tahun terakhir, kemiringan lereng, panjang lereng, kedalaman

14

tanah efektif (Solum tanah), penggunaan lahan, tekstur, struktur, bahan organik,
bobot isi dan permeabilitas tanah.
3.4 Pelaksanaan
3.4.1 Faktor erosivitas hujan (R)
Faktor erosivitas hujan dihitung dengan menggunakan data curah hujan 10
tahun terakhir. Erosivitas hujan di daerah penelitian ditentukan dengan menggunakan
prosedur yang dikemukakan oleh Utomo (1994) dengan menggunakan:
=10,80 + 4,15 CH
Dengan:
CH = Rata-rata curah hujan bulanan (cm th-1)
Tabel 1. Nilai rata-rata curah hujan bulanan selama 10 tahun terakhir pada stasiun
BMKG Bandar Udara Sis-Aljufri Palu
Rata-

Curah Hujan (mm)

Bula
200

200

200

200

201

JAN

40,3

111

37

11,7

58,9

FEB

20,3

88,5

12,8

55,9

MAR

130

48,9

135

APR

69,9

55,4

MEI

77,7

JUN

rata

201

201

201

201

64,7

110

51

137

55,9

67,73

32,1

87,8

23,6

28

34,8

58

44,18

73,3

11,7

45

46,4

35

33,4

64,6

62,35

59,4

162

80,2

23,7

98,8

58,5

42,2

69,6

71,92

78,6

30,1

28,2

81,5

34,3

15,9

49,8

68,8

32,4

49,73

61,6

104

55

40,2

123

76,2

52,8

97

25,6

113

74,83

JUL

143

187

44

112

32,5

166

130

41,9

21,2

88,36

AGU

14

108

199

15,9

100

51,6

83

79,8

119

4,5

77,46

SEP

93,2

47,7

60,7

10,4

114

101

15

98,4

30,8

20

59,11

OKT

4,6

26,9

103

12,6

66,6

50,7

32

57,2

29,5

11,5

39,45

NOV

51,5

76,4

49,5

54,2

44,2

53,5

28

152

37,1

42,5

58,89

DES

31,3

61

20,9

54,9

38,6

48,3

79

69

105

50,8

2011

15

3.4.2 Faktor erodibilitas tanah (K)


Faktor erodibilitas tanah ditentukan berdasarkan analisis tekstur tanah,
permeabilitas tanah, kandungan bahan organik dan struktur tanah. dengan prosedur
yang dikemukakan oleh Wischmeier et al. (1978) dalam Arsyad (2010) dengan
menggunakan:
100K = 1, 292 {2,1 M1.14 (10-4)(12-a) + 3,25 (b-2) + 2,5 (c-3)}
Dengan:
K = erodibilitas tanah
M = Ukuran partikel (% debu + % pasir halus) (100 - % liat)
a = persen bahan organik
b = kelas struktur tanah
c = kelas permeabilitas tanah
Tabel 2. Kode Struktur Tanah (Arsyad, 2010)
Kelas Struktur Tanah (ukuran diameter)

Nilai

Granuler sangat halus (< 1 mm)

Granuler halus (1 sampai 2 mm)

Granuler sedang sampai kasar (2 sampai 10 mm)

Berbentuk blok, blocky, plat, massif

Tabel 3. Kode Permeabilitas Profil Tanah (Arsyad, 2010)


Kelas Permeabilitas
Kecepatan (cm/jam)
< 0,5
Sangat lambat
0,5
sampai
2,0
Lambat
2,0 sampai 6,3
Lambat sampai sedang
6,3 sampai 12,7
Sedang
12,7 sampai 25,4
Sedang sampai cepat
> 25,4
Cepat

16

Nilai
6
5
4
3
2
1

Tabel 4. Klasifikasi nilai Erodibilitas Tanah (K) USDA (1973) dalam Arsyad (2010)
Kelas
Nilai K
Harkat
1
0,00-0,10
Sangat Rendah
2
0,11-0,21
Rendah
3
0,22-0,32
Sedang
4
0,33-0,44
Agak Tinggi
5
0,45-0,55
Tinggi
6
0,56-0,64
Sangat Tinggi
3.4.3 Faktor panjang dan kemiringan lereng (LS)
Faktor panjang dan kemiringan lereng dapat dicari dengan menggunakan
(Arsyad, 2010).
LS = (0,00138 2 + 0,00965 + 0,0138)
Dengan:
L = panjang lereng (m)
S = kemiringan lereng (%)
3.4.4 Faktor pengelolaan tanaman dan faktor konservasi tanah (CP)
Faktor pengelolaan Tanaman (CP) dapat dilihat pada table dibawah ini.
Tabel 5. Nilai Faktor Pengelolaan Tanaman ( Arsyad, 2010)
No.
Jenis Penggunaan
1
Tanah Terbuka / Tanpa Tanaman
2
Sawah Beririgasi
3
Tegalan Tidak Dispesifikasi
4
Ubi Kayu
5
Jagung
6
Kedelai
7
Kentang
8
Kacang Tanah
9
Padi
10
Tebu
11
Pisang
12
Akar Wangi (Sereh Wangi)
17

Nilai Faktor
1,000
0,010
0,700
0,800
0,700
0,399
0,400
0,200
0,561
0,200
0,600
0,400

13
14
15
16
17

18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
36
37
38
39
40

Rumput Bede(Tahun Pertama)


Rumput Bede (Tahun Kedua)
Kopi Dengan Penutup Tanah Buruk
Talas
Kebun Campuran
Kerapatan Tinggi
Kerapatan Sedang
Kerapatan Rendah
Perladangan
Hutan Alam Seresah Banyak
Hutan Alam Seresah Kurang
Hutan Produksi Tebang Habis
Hutan Produksi Tebang Pilih
Semak Belukar/Padang Rumput
Ubi Kayu+Kedelai
Ubi Kayu+ Kacang Tanah
Kacang Tanah + Gude
Kacang Tanah + Kacang Tunggak
Kacang Tanah + Mulsa Jerami 4 Ton / Ha
Padi + Sorghum
Padi + Kedelai
Padi + Mulsa Jerami 4 Ton / Ha
Kacang Tanah + Mulsa Jagung 4 Ton / Ha
Kacang Tanah + Crotalaria 4 Ton / Ha
Kacang Tanah + Mulsa Kacang Tunggak
Kacang Tanah + Mulsa Jerami 2 Ton / Ha
Padi + Mulsa Crotalaria 3 Ton /Ha
Jagung + Padi + Ubi Kayu + Mulsa Jerami 6 Ton /
Ha (Pola Tanam Tumpang Gilir)
Padi + Jagung + Kacang Tanah (Pola Berurutan) +
Mulsa Sisa Tanaman
Alang-Alang

Tabel 6 . Nilai Faktor Teknik Konservasi Tanah (Arsyad, 2010)


18

0,287
0,002
0,200
0,850
0,100
0,200
0,500
0,400
0,001
0,005
0,500
0,200
0,300
0,181
0,195
0,495
0,671
0,049
0,345
0,417
0,096
0,128
0,256
0,359
0,377
0,387
0,079
0,357
0,001

NO.

Nilai
Faktor

Teknik Konservasi Tanah

Teras Bangku
Desain / Konstruksi Baik
Desain / Konstruksi Sedang
Desain / Konstruksi Kurang Baik

2
3
4

0,04
0,15
0,35

Teras Tradisional
Strip Tanaman Rumput Bahia
Pengolahan Tanah dan Penanaman Menurut Garis kontur
Lereng 0 8 %
Lereng 9 20 %
Lereng > 20 %
Tampa Tindakan Konservasi

0,40
0,40
0,50
0,75
0,90
1,00

3.4.5 Erosi yang ditoleransi (TSL)


Erosi yang ditoleransi dapat ditentukan dengan Persamaan yang di kemukakan
oleh Hammer (1981).
TSL = ((KT/RL) + LPT) x BD x 10
Dengan:
TSL
KT

= besarnya erosi yang diperbolehkan (ton ha-1 th-1)


= kedalaman tanah merupakan hasil pengurangan kedalaman efektif

tanah dengan nilai faktor kedalaman minimum (mm)


RL
= umur guna tanah (th)
LPT
= laju pembentukan tanah (mm th-1)
BD
= Bobot isi tanah (g cm-3)

Tabel 7 . Nilai Faktor Kedalaman Sub Order Tanah (Arsyad, 2010).


NO.
1
2
3

Taksonomi Tanah
(Sub Order)
Aqualf
Udalf
Ustalf

19

Nilai Faktor
Kedalaman
0,90
0,90
0,90

4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

Aquent
Arent
Fluvent
Orthent
Psamment
Andept
Aquept
Tropept
Alboll
Aquoll
Rendoll
Udoll
Ustoll
Aquox
Humox
Orthox
Ustox
Aquod
Ferrod
Humod
Orthod
Aquult
Humult
Udult
Udert
Ustert
Ustult

0,90
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
0,95
1,00
0,75
0,90
0,90
1,00
1,00
0,90
1,00
0,90
0,90
0,90
0,95
1,00
0,95
0,80
1,00
0,80
1,00
1,00
0,80

Tabel 8 . Kedalaman Tanah Minimum Untuk Pertumbuhan Tanaman (Hammer,


1981)
Jenis Tanaman
Kedalaman Tanah Minimum (cm)
Padi Sawah
25
Padi Ladang
20
Jagung
24
Sorgum
24
Kedele
20
Kacang Hijau
15
Kacang Tanah
15
Ubi Jalar
30
Kentang
30
Hui
25
Talas
30
Pisang
50
Jeruk; Mangga
50
Kelapa Sawit
75
Kelapa
50

20

Karet
Kakao
Kopi
Cengkeh
Teh
Kapas
Tebu
Rumput Ternak
Jati
Mahoni
Agathis
Altingia
Albizia
Leucaina
Acasia
Eucalyptus
Gelam
Pinus

50
50
50
50
50
45
40
15
75
75
75
75
75
75
50
50
50
50

Tabel 9 . Pengaruh Temperatur Udara Dan Curah Hujan Terhadap Kecepatan


Pembentukan Tanah (Arsyad, 2010).
Temperatur Udara
Masa Tumbuh
Panas
Sedang
Dingin
(Hari)
o
0
o
o
(> 18 C)
(3 C 18 C)
(-3 C 10oC)
Laju Pembentukan Tanah (mm/tahun)
< 75

0,50

0,50

0,25

75 179

1,00

0,50

0,25

180 269

1,50

0,75

0,50

> 270

2,00

1,00

0,50

3.4.6 Indeks bahaya erosi (IBE)


Indeks bahaya erosi dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan 6.
IBE = A/TSL
Dimana:
A = Besarnya tanah yang tererosi (ton ha-1 th-1)
TSL = Erosi yang dapat ditoleransi (ton ha-1 th-1)
Tabel 10. Klasifikasi Indeks Bahaya Erosi (IBE) menurut Hammer (1981).
No

Nilai

Harkat

21

1.
2.
3.
4.

<1,0
1,01 4,00
4,01 10,00
>10,01

22

Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Rata-rata Indeks Erosivitas Hujan (R)
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan menggunakan persamaan yang
dikemukakan oleh Utomo (1994) maka diperoleh nilai indeks erosivitas hujan (R)
selama 10 tahun terakhir yakni sebagai berikut
Tabel 11. Indeks Erosivitas Hujan Selama 10 Tahun Terakhir (2006-2015)
Bulan
Rata-rata Curah Hujan (cm/th) Indeks Erosivitas Hujan (R)
Januari
6,82
39,10
Februari
4,47
29,35
Maret
6,29
36,90
April
7,24
40,85
Mei
4,1
27,82
Juni
7,53
42,05
Juli
8,89
47,69
Agustus
7,8
43,17
September
5,96
35,53
Oktober
3,1
23,67
November
5,94
35,45
Desember
5,13
32,09
R total
433,67
Berdasarkan dari tabel di atas dapat dilihat nilai indeks erosivitas hujan pada 10
tahun terakhir yakni sebesar 433, 67. Nilai erosivitas tersebut dapat mengakibatkan
terjadinya limpasan permukaan yang akan membawa partikel-partikel tanah yang
merupakan hasil dari hancurnya agregat tanah akibat tumbukan/tekanan air hujan.
Apa bila jumlah dan intensitas hujan tinggi maka potensi terjadinya aliran permukaan
dan erosi akan tinggi pula. Erosivitas dipengaruhi oleh jatuhnya butir-butir hujan
langsung di atas tanah dan sebagian lagi karena aliran air di atas permukaan tanah
(Asdak, 2010).
4.2

Erodibilitas Tanah (K)

23

Berdasarkan dari perhitungan data yang merupakan hasil analisis tanah yang
dilakukan di loboratorium menyangkut bahan organik, tekstur, permeabilitas, dan
struktur tanah. Sehingga diperoleh nilai erodibilitas tanah sebagai berikut
Tabel 12. Hasil analisis sampel tanah
Permeabilitas Bulk density C. Organik
(Cm/jam)
(Gram/cm3)
(%)

Tekstur
Kelompok
Pasir
III

31,6

Pasir
halus
13,9

Debu

Liat

42,6

12,0

11,78

1,47

1,00

Tabel 13. Perhitungan Faktor Erodibiltas Tanah


Tekstur %
CBO
KST
KPT
K
organik
PH
D
L
1,63
2,81
3
6
12,7
57,5
20,4
0,61
Keterangan : BO = bahan organik; KST = kelas struktur tanah; KPT = kelas
permeabilitas tanah; PH = pasir halus; D = debu; L = liat; K =
erodibilitas tanah.
Berdasarkan hasil perhitungan yang didapatkan diketahui bahwa nilia
erodibilitas pada kelompok tiga yaitu 0,54 yang harkatnya tinggi berdasarkan
klasifikasi nilai erodibilitas yang terlihat pada tabel 4.
peranan tekstur terhadap besar kecilnya erodibilitas tanah adalah besar. Partikel
yang kurang tahan adalah debu dan pasir halus. Tanah dengan kandungan debu tinggi
merupakan tanah yang mudah tererosi. Tekstur pasir mempunyai daya ikat antar
partikel tanah yang kurang mantap sehingga kemantapan agregat tanahnya rendah
dibandingkan dengan tekstur liat yang mempunyai daya ikat antar partikel tanah
yang sangat kuat sehingga agregat tanahnya sangat sulit dihancurkan oleh butiran
hujan (Asdak 2002).
4.3 Panjang Lereng (L) dan Kemiringan Lereng (S)

24

Berdasarkan hasil pengukuran panjang lereng (L) dan kemiringan lereng (S) di
lapangan yang telah dilakukan maka diperoleh nilai LS sebagaimana dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 14. Perhitungan Nilai Panjang Lereng (L) dan Kemiringan Lereng (S)
L
S
LS
55,5
0,10
0,91
Keterangan : L= panjang lereng (m); S = kemiringan lereng (%)
Bedasarkan hasil perhitungan diatas dapat diketahui bahwa nilai faktor panjang
dan kemiringan lereng yaitu 0,91 dengan panjang lereng 55,5 meter dan kemiringan
lereng 10 %. Hasil ini didapatkan bedasarkan rumus faktor panjang dan kemiringan
lereng.
Semakin besar nilai faktor panjang dan kemiringan lereng akan mengakibatkan
jumlah tanah yang terbawa oleh aliran permukaan (run off) semakin banyak
diakibatkan oleh panjangnya permukaan tanah yang dilalui oleh air dan begitu pula
dengan kemiringan lereng yang sangat curam menyebabkan meningkatnya laju aliran
permukaan (run off) sehingga kemampuan air membawa partikel tanah meningkat
pula. menyatakan bahwa semakin besar kemiringan lereng, maka jumlah butir-butir
tanah yang terpercik kebagian bawah lereng oleh tumbukan butir-butir hujan semakin
banyak. Jika lereng permukaan tanah menjadi dua kali lebih curam, maka banyaknya
erosi per satuan luas menjadi 2,0 sampai 2,5 kali lebih besar
2010).

4.4 Pengelolaan Tanaman dan Tindakan Konservasi (CP)

25

(Arsyad

Berdasarkan dari pengamatan di lapangan terkait dengan pengelolaan tanaman


dan tindakan konservasi yang telah dilakukan pada saat praktikum maka diperoleh
nilai CP sebagai berikut
Tabel 15. Pehitungan Pengelolaan Tanaman dan Tindakan Konservasi (CP)
Penggunaan Lahan
C
P
CP
Semak Belukar/Padang Rumput
0,300
0,75
0,23
Keterangan : C = Nilai Faktor Pengelolan Tanaman; P = Nilai Faktor Teknik
Konservasi Tanah;
Bedasarkan nilai di atas dapat diketahui bahwa nilai CP yaitu 0,23. Nilai ini
didapatkan dari hasil perkalian antara nilai faktor pengelolaan tanaman yaitu 0,300
dengan nilai faktor teknik konservasi tanah yaitu 0,75. Yang berarti vegtasi
4.5 Prediksi Erosi
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan dengan menggunakan persamaan
Universal Soil Loss Equation (USLE) maka diperoleh banyaknya tanah terersoi
dengan nilai (A) sebesar 48,58 ton ha-1 th-1. Nilai ini didapatkan bedasarkan
perhitungan-perhitungan sebelumnya dimana terjadinya erosi dipengaruhi oleh
erosivitas hujan, erodibilatas tanah, vegetasi, panjang dan kemiringan lereng.
USLE adalah suatu metode erosi yang dirancang untuk memprediksi erosi ratarata jangka panjang dari erosi lembar atau alur di bawah keadaan tertentu, tetapi tidak
dapat memprediksi pengendapan dan tidak memperhitungkan hasil sedimen dari
erosi parit, tebing sungai, dan dasar sungai (Arsyad, 2010).

4.6 Erosi yang Ditoleransi (TSL) dan Indeks Bahaya Erosi (IBE)

26

Berdasarkan hasil pengukuran praktek dilapangan untuk mengetahui milai erosi


yang ditoleransi (TSL) dan Indeks Bahaya Erosi (TBE)
Tabel 16. Hasil perhitungan Erosi yang Ditoleransi (TSL) dan Indeks Bahaya Erosi
(IBE)
KT
RL
LPT
BD
TSL
A
IBE
295
200
2
1,47
51,08
47,75
0,93
Berdasarkan hasil perhitungan Erosi yang Ditoleransi (TSL) dan Indeks Bahaya
Erosi (IBE) diketahui bahwa nilia erosi yang dapat ditoleransi (IBE) sebesar 51,08
sedangkan indeks Bahaya erosi (IBE) sebesar 0,93.
4.7 Tindakan Konservasi
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada praktikum yang menyangkut
dengan data permeabilitas, struktur, tekstur, dan kemiringan lereng maka tindakan
konservasi yang cocok dilakukan adalah penanaman vegetasi dimana dapat dilihat
pada nilai indeks bahaya erosi (IBE) yang rendah dan juga erosi yang ditoleransi
(TSL) tinggi sehingga tindakan konservasi yang dilakukan berupa penanaman
vegetasi tanaman yang dapat menghambat laju erosivitas.
Teknik konservasi tanah di Indonesia diarahkan pada tiga prinsip utama yaitu
perlindungan permukaan tanah terhadap pukulan butir butir hujan, meningkatkan
kapasitas infiltrasi tanah seperti pemberian bahan organik atau dengan cara
meningkatkan penyimpanan air, dan mengurangi laju aliran permukaan sehingga
menghambat material tanah dan hara terhanyut (Harjadi, 2014).
Tanah dengan tanaman seperti rumput, jenis-jenis leguminose, semak belukar atau
pepohonan pada kondisi yang ideal dapat resisten terhadap erosi dan mampu menyerap
air hujan. Pengaruh vegetasi terhadap aliran permukaan dan erosi dapat dibagi dalam

27

empat bagian yaitu: (a) Intersepsi hujan oleh tajuk tanaman; (b) mengurangi kecepatan
aliran permukaan dan kekuatan perusak air; (c) pengaruh akar dan kegiatan-kegiatan
biologis yang berhubungan dengan pertumbuhan vegetatif dan pengaruhnya terhadap
stabilitas struktur dan porositas tanah; (d) transpirasi yang mengakibatkan kandungan air
tanah berkurang (Arsyad,2010).

28

V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari praktikum konservasi tanah dan air dapat
disimpulkan bahwa :
Rata-rata Indeks Erosivitas Hujan bulanan selama 10 tahun, berdasarkan data
curah hujan stasiun BMKG Bandar Udara Sis-Aljufri Palu adalah 433,67
Pengaruh kelerengan terhadap kehilangan tanah memiliki pengaruh dari tinggi
hingga sangat tinggi. Adapun pengaruh erosivitas terhadap kehilangan tanah
memiliki pengaruh dari sangat rendah hingga rendah. Perbandingan pengaruh
erosivitas dan kelerengan terhadap kehilangan tanah dapat diketahui melalui
nilai

rata - rata korelasi antar variabel yaitu pengaruh erosivitas terhadap

kehilangan sangat rendah sedangkan pengaruh kelerengan sangat tinggi.


Nilai erodibilitas tanah diperoleh bahwa pasir sebesar pasir halus sebesar 13,9%,
debu sebesar 42,6% dan lia sebesar 12,0%. Sedangkan struktur 4 dan
permeabilitasnya sedang, BO 1,74%.
5.2 Saran
Perlu dilakukan peraktik yang lebih mendalam terhadap erosi tanah, seperti
penentuan kapan erosi, serta perlu dilakukan perhitungan yang lebih matang dan
pemahaman materi yang lebih mendalam.
.

29

DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. UPT Produksi Media Informasi
Lembaga Sumberdaya, IPB. Bogor Press.
Arzi Zulfikri. 2012. Prediksi Erosi Menggunakan Metode USLE di Gunung
Sanggabuana Jawa Barat. Universitas Indonesia. Depok
Listriyana, I. 2006. Pemetaan Daerah Rawan Bahaya Erosi Di Bagian Bara tDaya
Gunung Lawu Melalu Pendekatan Model Pixel dan Sistem Informasi Geografi
(SIG). Skripsi S1 Fakultas Pertanian UNS. Surakarta.
Ayunin Qurratul. 2008. Prediksi Tingkat Bahaya Erosi Dengan Metode Usle Di
Lereng Timur Gunung Sindoro Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.
Surakarta.
Asdak, C. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Penerbit Gadjah
Mada University Press, Bulaksumur, Yogyakarta.
Suripin.2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. ANDI. Yogyakarta.

30

Anda mungkin juga menyukai