Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PRAKTIKUM

KONSERVASI TANAH DAN AIR

Disusun oleh :
KELOMPOK 16
Alifah Zulfa Nada (H0221007)
Ivana Cindy Febrianti (H0221064)
Oktavian Dian Putra M. (H0221087)

LABORATORIUM FISIKA DAN KONSERVASI TANAH


PROGRAM STUDI ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2023
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan praktikum Konservasi Tanah dan Air ini disusun guna melengkapi
tugas mata kuliah Konservasi Tanah dan Air. Laporan ini telah diketahui dan
disahkan oleh Dosen dan Co-Asisten Konservasi Tanah dan Air pada :
Hari :
Tanggal :

Disusun oleh :
Alifah Zulfa Nada (H0221007)
Ivana Cindy Febrianti (H0221064)
Oktavian Dian Putra M. (H0221087)
Program Studi : Ilmu Tanah

Mengetahui,

Dosen Koordinator Praktikum Co-Asisten


Konservasi Tanah dan Air Konservasi Tanah dan Air

Dr. Ir. Jaka Suyana, M.Si. Wulan Rahmawati


NIP. 196408121988031002 H0220074

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga Laporan Praktikum Konservasi Tanah dan Air ini dapat
terselesaikan tepat waktu. Tujuan disusunnya laporan ini untuk melengkapi tugas
mata kuliah Konservasi Tanah dan Air di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Penyusunan laporan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT yang berkuasa atas segalanya.
2. Dekan Fakultas Pertanian UNS.
3. Dosen Pengampu mata kuliah Konservasi Tanah dan Air Fakultas Pertanian
UNS.
4. Co-assisten Konservasi Tanah dan Air yang telah membantu dalam pelaksanaan
praktikum.
5. Teman–teman yang telah mendukung dan membantu dalam pembuatan laporan
ini.
6. Keluarga yang telah memberi motivasi tersendiri dalam proses pembuatan
laporan praktikum ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari para pembaca. Semoga disusunnya laporan ini dapat memberi manfaat bagi
kita semua.

Surakarta, Juni 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LAPORAN PRAKTIKUM...................................... Error! Bookmark not defined.


HALAMAN PENGESAHAN .................................. Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR .............................................. Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI ............................................................. Error! Bookmark not defined.
DAFTAR TABEL .................................................... Error! Bookmark not defined.
I. PENDAHULUAN ............................................. Error! Bookmark not defined.
A. Latar Belakang ........................................... Error! Bookmark not defined.
B. Tujuan Praktikum ....................................... Error! Bookmark not defined.
II. TINJAUAN PUSTAKA.................................... Error! Bookmark not defined.
A. Erosivitas Hujan ......................................... Error! Bookmark not defined.
B. Erodibilitas Tanah ...................................... Error! Bookmark not defined.
C. Kemiringan dan Panjang Lereng ................ Error! Bookmark not defined.
D. Pengelolaan Tanaman dan Tindakan Konservasi ..... Error! Bookmark not
defined.
E. Prediksi Erosi ............................................. Error! Bookmark not defined.
F. Erosi yang Diperbolehkan (Edp) atau Ditoleransikan..... Error! Bookmark
not defined.
III. METODOLOGI PRAKTIKUM ..................... Error! Bookmark not defined.
C. Bahan .......................................................... Error! Bookmark not defined.
D. Cara Kerja .................................................. Error! Bookmark not defined.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................... Error! Bookmark not defined.
A. Hasil Pengamatan dan Analisis Data.......... Error! Bookmark not defined.
B. Pembahasan ................................................ Error! Bookmark not defined.
1. Prediksi Erosi ....................................... Error! Bookmark not defined.
2. Erosi yang Diperbolehkan (Edp) ......... Error! Bookmark not defined.
V. KESIMPULAN DAN SARAN ......................... Error! Bookmark not defined.
A. Kesimpulan................................................. Error! Bookmark not defined.
B. Saran ........................................................... Error! Bookmark not defined.

v
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kegiatan pertanian memiliki potensi yang besar dalam menimbulkan
penurunan kualitas sumber daya lahan. Pengelolaan sumber daya alam
terutama sumber daya lahan dan air mempunyai peranan yang semakin penting,
terutama dalam upaya pemanfaatannya secara berkelanjutan. Kedua, sumber
daya alam tersebut mudah mengalami degradasi atau penurunan kualitas.
Kerusakan sumber daya lahan terutama di bagian hulu Daerah Aliran Sungai
(DAS) akan menurunkan produktivitas lahan, yang selanjutnya mempengaruhi
fungsi produksi, fungsi ekologis, dan fungsi hidrologis DAS. Menurut Upadani
(2018), DAS adalah suatu wilayah daratan yang merupakan kesatuan dengan
sungai dan anak-anak sungainya yang dibatasi oleh pemisah topografis yang
berfungsi menampung air yang berasal dari curah hujan, menyimpan, dan
mengalirkannya ke danau atau laut secara alami.
Tanah dan air merupakan sumber daya alam yang mudah mengalami
kerusakan atau degradasi. Kerusakan tanah bisa terjadi karena hilangnya unsur
hara, penjenuhan tanah oleh air, dan erosi. Rusaknya air bisa berupa
mengeringnya mata air dan juga menurunnya kualitas air yang disebabkan oleh
erosi dan masuknya limbah-limbah pertanian maupun industri. Konservasi
tanah dan air dibutuhkan untuk mencegah kerusakan pada tanah dan air.
Menurut Suryani (2019), konservasi tanah dan air merupakan suatu tindakan
pengawetan terhadap kualitas dan kuantitas tanah dan air serta merupakan
upaya perlindungan, pemulihan, peningkatan, dan pemeliharaan fungsi tanah
pada lahan sesuai dengan kemampuan dan peruntukan lahan untuk mendukung
pembangunan yang berkelanjutan dan kehidupan yang lestari. Konservasi
tanah dan air sangatlah penting agar sumber daya tanah dan air tidak semakin
terdegradasi sehingga dapat mencegah terjadinya erosi tanah.
Erosi merupakan suatu proses kehilangan atau terkikisnya tanah atau
bagian-bagian tanah dari suatu tempat yang terangkut oleh air atau angin ke
tempat lain. Menurut Oktasandi et al., (2019), erosi adalah peristiwa pindahnya

1
2

atau terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat ke tempat
lain oleh media alami. Erosi dapat menyebabkan rendahnya tingkat
produktivitas tanah, daya dukung tanah dan kualitas lingkungan hidup. Erosi
menyebabkan terjadinya pengikisan di suatu tempat dan penimbunan di tempat
lainnya. Terdapat dua proses terjadinya erosi yaitu proses penghancuran
partikel-partikel tanah yang disebabkan oleh hujan dan proses pengangkutan
partikel-partikel tanah yang disebabkan oleh aliran permukaan. Laju erosi dapat
dipengaruhi oleh lima faktor yaitu iklim, tanah, topografi atau bentuk wilayah,
vegetasi penutup lahan dan kegiatan manusia.

B. Tujuan Praktikum
Praktikum Konservasi Tanah dan Air bertujuan untuk:
1. Memahami cara prediksi erosi Metode USLE dan nilai erosi yang dapat
ditoleransikan (nilai ETol) pada suatu penggunaan lahan.
2. Dapat mengetahui status erosi pada suatu jenis penggunaan lahan dan
memberikan rekomendasi tindakan konservasi atau pengelolaan lahan yang
diperlukan.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Erosivitas Hujan
Erosi adalah proses terkikisnya, terangkutnya, dan terendapnya partikel
tanah dari suatu tempat ke tempat yang lain. Tingkat erosi dapat dilihat dari
faktor penyebabnya atau biasa disebut dengan erosivitas. Erosivitas merupakan
kemampuan air hujan dalam menghancurkan dan menghanyutkan partikel tanah
dari suatu tempat ke tempat yang lain. Erosivitas merupakan kemampuan
potensial hujan yang dapat menyebabkan terjadinya erosi. Erosivitas
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu curah hujan, panjang hujan dan lamanya
hujan. Erosivitas hujan merupakan tenaga pendorong yang dapat menyebabkan
terangkutnya partikel tanah dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih
rendah. Tanah yang terangkut atau tererosi akan berbanding lurus dengan
tingkat erosivitas hujan (Fajeriana dan Risal, 2023).
Erosivitas hujan dapat merepresentasikan seberapa kuat erosi yang
disebabkan oleh air hujan dan yang mengakibatkan runoff, melalui pelepasan
partikel-partikel pada permukaan tanah oleh energi kinetik air hujan dan
mengangkut partikel- partikel tanah melalui aliran permukaan. Intensitas hujan
menjadi penanda terjadinya pengangkutan partikel tanah yaitu apabila sering
terjadi hujan deras pada bulan tertentu, maka akan sering terjadi pengangkutan
partikel – partikel tanah terutama pada daerah tanpa vegetasi dan pada daerah
yang kemiringan lerengnya tinggi (Andarwati et al.,2021).
Erosivitas menjadi faktor yang sangat diperhitungkan, karena berkaitan
erat dengan terjadinya erosi. Tingkat terjadinya erosi dapat dinyatakan dalam
bentuk indeks erosivitas. Indeks erosivitas merupakan suatu besaran yang
memberi gambaran tentang seberapa besar kemampuan hujan yang dapat
menimbulkan erosi. Intensitas hujan berpengaruh terhadap indeks erosivitas,
dimana pada saat intensitas hujan tinggi maka indeks erosivitas akan semakin
besar dan pada saat intensitas hujan rendah, indeks erosivitas juga akan semakin
kecil. Nilai indeks erosivitas yang besar, menandakan bahwa kemampuan hujan

3
4

menimbulkan erosi juga besar, begitu juga sebaliknya


(Respatiningrum et al., 2021).
Analisa Wiliams dapat digunakan untuk menduga besarnya laju erosi atau
indeks erosivitas. Analisa indeks erosivitas dapat digunakan untuk menganalisis
tingkat erosi pada daerah aliran sungai yang luas dimana di dalamnya terjadi
proses pengendapan dan pengangkutan. Pengendapan dapat terjadi karena ada
limpasan permukaan. Nilai indeks erosivitas dapat dihitung dengan cara
mengganti indeks erosivitas dengan erosivitas limpasan permukaan yaitu :
Rw = 9,05 . (Vo. Qp)0,56
Vo = R . exp (-Rc / Ro)
Rc = 1000 . MS . b . RD . (Et / Eo)0,50
Ro = R / Rn
RW merupakan indeks erosivitas limpasan permukaan (m2/jam), Vo
merupakan volume limpasan permukaan (m3), Qp merupakan laju maksimum
aliran air permukaan (m3/det), R merupakan jumlah curah hujan rerata bulanan
(mm), MS merupakan kandungan massa pada kapasitas lapang (%w/w), b
dalah berat jenis volume lapisan tanah atas (mg /m-3), RD adalah kedalaman
tanah lapisan atas, Et/Eo adalah perbandingan evapotranspirasi aktual (Et)
dengan evapotraspirasi potensial (Eo), Rn adalah jumlah hari hujan rerata
bulanan (hari), dan Ro adalah rerata hujan setiap harinya (mm/hari)
(Hermawan, 2020).

B. Erodibilitas Tanah
Erodibilitas tanah merupakan ketahanan tanah dalam menghadapi proses
penguraian dan pengangkutan yang diakibatkan oleh tenaga erosi. Tingkat
erodibilitas tanah dapat ditentukan oleh karakteristik tanah seperti keadaan
tekstur tanah, struktur tanah, kapasitas infiltrasi tanah, kestabilan agregat tanah,
serta kandungan bahan organik dan bahan kimia yang berada di dalam tanah.
Erodibilitas tanah menunjukkan seberapa banyak rata-rata jumlah tanah yang
hilang setiap tahun per satuan indeks. Erodibilitas tanah bersifat dinamis atau
5

berubah ubah terhadap waktu, suhu, kelengasan tanah, pengolahan tanah, faktor
kimia dan faktor biologi (Injiliana et al., 2020).
Erodibilitas tanah (K) juga dapat diartikan sebagai tingkat kepekaan tanah
terhadap adanya daya yang dapat menghancurkan dan menghanyutkan partikel
tanah oleh curah hujan atau mudah tidaknya tanah terkena erosi. Tingkat
erodilibitas tanah akan berbanding lurus dengan erosi, yaitu pada saat nilai
erodibilitas tinggi maka tingkat kepekaan tanah terhadap erosi juga semakin
tinggi, sehingga tanah yang hilang juga akan semakin banyak, dan pada saat
tingkat erodibilitas rendah, maka tingkat kepekaan tanah terhadap erosi juga
semakin rendah, sehingga tanah yang hilang tidak sebanyak pada saat nilai
erodibilitas tinggi. Tanah memiliki tingkat kepekaan terhadap erosi yang
berbeda-beda yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu permeabilitas tanah,
tekstur, struktur, serta ada atau tidaknya bahan organik di dalam tanah. Nilai
erodibilitas tanah dapat ditentukan dengan menganalisis sampel tanah yang
telah diambil dan mewakili setiap lokasi yang diteliti. Nilai erodibilitas tanah
akan diperoleh setelah melakukan analisis struktur tanah di lapangan dan
analisis fraksi tanah di laboratorium (Hanifa dan Suwardi, 2022).
Faktor tekstur tanah yang dapat mempengaruhi tingkat erodibilitas tanah
dapat ditunjukkan dari tingkat halus dan kasarnya tanah. Tekstur tanah
merupakan perbandingan antara fraksi pasir (sand), debu (silt) dan liat (clay).
Tanah yang didominasi fraksi pasir menyebabkan air cepat hilang atau berlalu
dimana kapasitas infiltrasi dan permeabilitasnya tinggi dibandingkan dengan
tanah yang didominasi fraksi debu dan liat. Tanah yang didominasi fraksi pasir
memiliki tingkat erodibilitas rendah karena ukuran butir tanahnya besar
sehingga kapasitas infiltrasi dan permeabilitas tanah tinggi. Debu dan liat
merupakan fraksi tanah yang halus, akan tetapi perbedaan dari keduanya adalah
pada fraksi liat terdapat muatan sehingga dapat membentuk sebuah ikatan.
Tanah yang bertekstur halus umumnya sangat sulit untukk dihancurkan karena
memiliki tingkat agregasi yang mantap. Bahan organik memiliki peranan
dalam pembentukan, pengikatan serta penstabilan agregat tanah. Tanah yang
agregat kurang mantap atau tidak mantap akan mudah terdispersi sehingga
6

dapat menimbulkan bahan sedimen tersuspensi sehingga mudah hanyut


terbawa oleh aliran permukaan. Tanah yang mempunyai agregat mantap,
umumnya tidak mudah terdispersi sehingga infiltrasi masih cukup besar dan
aliran permukaan menjadi tidak berbahaya (Nasution et al., 2022).
Tingkat kerentanan tanah dapat diketahui dengan adanya indeks
erodibilitas tanah. Indeks erodibilitas tanah memiliki nilai yang berbeda-beda
berdasarkan jenis-jenis tanahnya. Jenis tanah Latosol (Haplorthox), Latosol
merah (Humox), Latosol coklat (Typic Tropodults), Latosol (Epiaquic
Tropodult), Regosol (Troporthents), Grumusol (Chromudert), Podsolik
(Tropudults), Mediteran (Tropudalfs), dan Andosol memiliki nilai K secara
berturut-turut yaitu 0,09; 0,12; 0,23; 0,31; 0,14; 0,21; 0,16; 0,22; dan 0,28.
Indeks erodibilitas dapat diperoleh dengan menggunakan rumus :
𝐾 = ∑(Ai x Ki)
Dimana Ai merupakan luasan tiap jenis tanah dengan satuan Ha dan Ki
merupakan koefisien dari nilai K atau indeks erodibilitas
tanah (Sari et al., 2019).

C. Kemiringan dan Panjang Lereng


Kemiringan lereng merupakan ukuran kemiringan lahan relatif terhadap
bidang datar yang secara umum dinyatakan dalam persen atau derajat. Definisi
lain dari kemiringan lereng adalah suatu lereng yang membentuk sudut, baik
dalam satuan derajat maupun persen, antara satu bidang tanah yang datar
dengan bidang tanah lainnya yang berada pada posisi yang lebih tinggi.
Pengaruh kemiringan lereng dalam menimbulkan erosi adalah semakin miring
suatu lereng maka peluang terjadinya longsor dan erosi akan semakin besar.
Lereng yang semakin curam atau miring akan meningkatkan kecepatan aliran
permukaan dan volume air permukaan semakin besar sehingga jumlah butir-
butir tanah yang terbawa ke bawah oleh air hujan semakin banyak dan
menyebabkan lapisan tanah atas dan lapisan bahan organik menjadi terkikis
(Dengen et al., 2019).
Panjang lereng adalah jarak titik awal mulainya aliran air hingga batas
titik di mana aliran air tersebut berpencar masuk alur atau ke jaringan drainase.
7

Panjang lereng merupakan titik awal mulai terjadinya aliran permukaan hingga
air selanjutnya akan masuk ke dalam sungai denga kemiringan yang landau atau
datar sehingga mengurangi kecepatan aliran permukaan. Limpasan permukaan
akan terkumpul pada bagian ujung lereng dengan kondisi kemiringan yang
landai atau bahkan datar. Semakin panjang suatu lereng maka jumlah aliran air
permukaan akan semakin berkurang, namun volume tanah yang dihancurkan
justru semakin besar yang artinya derajat erosi juga semakin besar
(Rahmayanti, 2018).
Kemiringan dan panjang lereng menjadi faktor terjadinya laju erosi.
Faktor panjang lereng dan kemiringan lereng berpengaruh terhadap erosi.
Panjang lereng mengacu kepada aliran air permukaan, yaitu lokasi
berlangsungnya erosi dan kemungkinan terjadi deposisi sedimen. Panjang
lereng dapat mempengaruhi besarnya erosi yang terjadi. Makin panjang suatu
lereng maka erosi yang terjadi akan makin besar pula. Sedangkan kemiringan
lereng mempengaruhi banyaknya limpasan yang terjadi. Kemiringan lereng
mengacu pada kecepatan aliran (Thomas et al., 2018).
Kemiringan lereng mempengaruhi besarnya limpasan permukaan. Hal ini
dapat terjadi karena semakin besar kemiringan lereng maka akan meningkatkan
jumlah dan kecepatan aliran. Peningkatan jumlah dan kecepatan aliran akan
memperbesar energi kinetik sehingga kemampuan untuk mengangkut butir-
butir tanah juga meningkat. Kemiringan lereng digunakan untuk menghitung
faktor kelerengan dalam menganalisis kehilangan tanah
(Tarigan dan Djati, 2017).

D. Pengelolaan Tanaman dan Tindakan Konservasi


Penerapan konservasi dengan jenis tanaman dan pengelolaan yang tepat
dapat mengurangi kelas laju erosi sedang menjadi ringan. Pemahaman tentang
efektivitas vegetasi dalam melindungi permukaan tanah menahan erosi dapat
menjadi alternatif teknologi pengelolaan sumberdaya lahan yang baik dan tepat.
Untuk menentukan pengelolaan lahan dan 6 tanaman agar besarnya erosi dapat
ditekan menjadi sama atau lebih kecil dari erosi terbolehkan, maka dilakukan
8

dengan mengganti besarnya tanah yang hilang dalam persamaan prediksi erosi
(A) dengan maksimum kehilangan tanah yang ditoleransikan (T)
(Putra et al., 2018).
Tindakan konservasi merupakan tindakan konservasi tanah yang telah
dilakukan pada lahan yang diprediksi erosinya. Tindakan konservasi merupakan
pencegahan erosi yang sudah harus diperhitungan sejak perencanaan
penggunaan lahan dilakukan. Tindakan konservasi tanah ini tidak hanya
dilakukan secara fisik atau mekanik saja, tetapi juga mencakup berbagai usaha
yang bertujuan untuk mengurangi erosi tanah. Pengaruh suatu teknik konservasi
tanah terhadap erosi dan aliran permukaan dapat dievaluasi dengan melakukan
pengukuran secara langsung di lapangan atau dengan memprediksinya
menggunakan suatu metode tertentu. Perencanaan dan penerapan tindakan
konservasi tanah perlu dilakukan untuk mencegah dan menekan erosi pada
tingkat yang tidak membahayakan guna menjaga kelestarian sumber daya alam
(tanah) agar dapat dimanfaatkan secara keberlanjutan (Liastuti et al., 2018).
Pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya dan
pengelolaan lahan yang tidak didasari dengan tindakan konservasi tanah akan
menyebabkan peningkatan laju erosi. Tindakan konservasi diperlukan untuk
mencegah kerusakan tanah akibat erosi dan untuk memperbaiki tanah yang
rusak akibat erosi. Keberadaan tanaman penutup tanah memberikan pengaruh
dalam mengurangi erosi. Tanaman penutup tanah memiliki peranan untuk
menahan atau mengurangi daya perusak butir-butir hujan yang jatuh dan aliran
air di atas permukaan tanah. Air hujan yang jatuh dapat diserap oleh tanaman
untuk melakukan transpirasi sehingga tidak langsung mengenai tanah dan
mengurangi kemungkinan terjadinya pengikisan tanah oleh air hujan. Tanaman
memiliki peran yang besar dalam pengurangan erosi tanah dengan cara
mengintersepsi, menyerap, dan mengurangi energi pengerosi dari butiran air
hujan (Satriagasa dan Suryatmojo, 2020).
Diperlukannya upaya untuk konservasi tanah dan air pada lingkungan, hal
ini dikarenakan perubahan zaman serta peningkatan populasi manusia. Fungsi
lahan berubah yang semula terbuka menjadi bangunan rumah dan saran jalan
9

sebagai akibatnya kemampuan lahan untuk meresapkan air hujan semakin


berkurang yang dengan pasti akan menimbulkan peningkatan aliran permukaan
atau surface run-off yang akibatnya menimbulkan berbagai genangan bahkan
banjir di kala hujan terjadi. Air hujan yang dulu dengan mudah meresap
kedalam tanah pada saat hujan saat ini sebagian lahan telah tertutup bangunan
hingga terjadi limpasan permukaan meningkat (Pratomo dan Suranto, 2019).

E. Prediksi Erosi
Erosi merupakan suatu proses terkikisnya lapisan permukaan tanah yang
berpindah ke tempat lain disebabkan oleh pergerakan air, angin, es atau
gravitasi yang berlangsung secara alamiah ataupun sebagai akibat dari tindakan
manusia. Erosi dapat diperhitungkan dengan metode prediksi erosi. Prediksi
erosi pada sebidang tanah adalah metode untuk memperkirakan laju erosi yang
akan terjadi dari tanah yang digunakan dalam suatu penggunaan lahan. Prediksi
erosi bertujuan untuk memprediksi besarnya nilai erosivitas curah hujan. Besar
kecilnya nilai erosi dapat dihitung dengan menggunakan metode USLE
(Universal Soil Loss Equation) dan sedimentasi dengan metode SDR
(Sediment Delivery Ratio) serta menentukan kelas bahaya erosi yang terjadi
(Palenga et al., 2020).
Analisis tentang tingkat bahaya erosi penting dilakukan untuk
mengetahui status erosi yang terjadi, apakah berada pada level rentan atau tidak
rentan. Pemodelan erosi secara umum adalah penggambaran secara matematik
tentang proses penghancuran, perpindahan, dan deposisi partikel tanah di atas
permukaan lahan. Pemodelan erosi tanah dapat digunakan sebagai alat untuk
memprediksi kehilangan agregat tanah. Mengetahui besarnya erosi yang terjadi
di suatu wilayah merupakan hal yang penting karena selain dapat mengetahui
banyaknya tanah yang terangkut juga dapat digunakan sebagai salah satu jalan
untuk mencari sebuah solusi dari bahaya erosi. Prediksi erosi dapat dilakukan
secara langsung maupun tidak langsung yaitu melalui model prediksi erosi.
Prediksi erosi yang dilakukan secara langsung menemui banyak kendala, salah
satunya adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan cukup lama,
10

sehingga digunakan sebuah model prediksi erosi, model prediksi erosi itu
sendiri cukup beragam, seperti halnya USLE (Universal Soil Loss Equation),
dimana besarnya erosi (kehilangan) tanah merupakan fungsi dari erosivitas
hujan, erodibilitas tanah, panjang dan kemiringan lereng serta faktor tanaman
dan pengelolaan tanah (Yusuf et al., 2020).
Prediksi erosi memberikan informasi tentang besarnya indeks bahaya
erosi pada beberapa penggunaan lahan pertanian maupun non pertanian
sehingga dapat digunakan secara berkelanjutan. Prediksi erosi sangat
bermanfaat untuk menentukan cara pencegahan erosi atau sistem pengelolaan
tanah pada umumnya, sehingga kerusakan tanah oleh erosi dapat ditekan
sekecil mungkin. Prediksi erosi adalah alat bantu untuk mengetahui besarnya
erosi yang akan terjadi pada suatu penggunaan lahan, dengan pengelolaan
tertentu dan untuk mengambil keputusan dalam perencanaan konservasi tanah
pada suatu areal tanah (Apriani et al., 2021).
Nilai prediksi erosi berkaitan dengan nilai Etol (erosi yang ditoleransi)
atau erosi yang diperbolehkan pada suatu lahan. Dalam prediksi erosi
parameter-parameter yang ditentukan adalah erosivitas hujan (R), erodibilitas
tanah (K), faktor panjang dan kemiringan lereng (LS), pengelolaan tanaman
(C) dan teknik konservasi (P). Penetapan batas tertinggi laju erosi yang
ditoleransi adalah perlu oleh karena tidaklah mungkin menekan laju erosi
menjadi nol dari tanah-tanah yang diusahakan untuk pertanian terutama pada
tanah-tanah yang berlereng (Erfina, 2020).

F. Erosi yang Diperbolehkan (Edp) atau Ditoleransikan


Erosi yang Diperbolehkan biasa disebut dengan Edp. Kajian erosi yang
diperbolehkan adalah untuk menaksirkan berapa proses kehilangan tanah
akibat erosi untuk mencegah terjadinya kerusakan tanah. Nilai Edp sangat erat
hubungannya dengan proses reklamasi lahan agar kelestarian lahan dapat
bertahan sepanjang masa dalam mendukung proses kehidupan, terutama
kehidupan manusia. Nilai EDP apabila lebih tinggi dari ketetapan yang telah
ditetapkan oleh Hammer (1981) yaitu >4,2 ton/ha/tahun. Hal ini mencirikan
11

bahwa daerah penelitian sudah mengalami proses erosi yang dipercepat sangat
intensif (Faradiba et al., 2023).
Besarnya erosi yang terjadi di suatu wilayah perlu diketahui karena
merupakan hal penting karena selain dapat mengetahui banyaknya tanah yang
terangkut juga dapat digunakan sebagai salah satu jalan untuk mencari sebuah
solusi dari bahaya erosi. Erosi yang ditoleransi atau diperoleh dari hasil
prediksi erosi dengan melihat faktor kedalaman tanah, faktor pembentukan
tanah, dan bobot isi tanah. Erosi yang diperbolehkan perlu diketahui guna
mengetahui metode konservasi apa yang tepat untuk wilayah tersebut agar laju
erosi dan sedimentasi dapat diminimalisir (Apriania et al., 2020).
Penetapan batas tertinggi laju erosi yang masih dapat diperbolehkan atau
diperbolehkan (soil loss tolerance) perlu karena tidaklah mungkin menekan
laju erosi menjadi nol dari tanah-tanah yang diusahakan untuk pertanian
terutama pada tanah-tanah berlereng. Erosi yang diperlukan perlu diketahui
karena merupakan salah satu upaya mempertahankan kelestarian tanah dengan
mencegah agar erosi yang terjadi tidak melebihi batas erosi yang dapat
ditoleransi. Apabila erosi telah terjadi maka diperlukan upaya rehabilitasi dan
konservasi lahan (Rahmad et al., 2021).
Erosi yang diperbolehkan (permissible erosion) merupakan laju erosi
yang tidak melebihi laju pembentukan tanah. Besar erosi yang diperbolehkan
di Indonesia yaitu 2-3 kali besar erosi di Amerika (15-33 ton/ha/th atau 1,25-
2,5 mm/th). Nilai erosi pada suatu satuan medan dapat diketahui dalam kondisi
baik atau kritis melalui perhitungan nilai erosi yang diperbolehkan (EDP).
Perhitungan EDP memerlukan data kepadatan tanah, kedalaman efektif tanah,
serta nilai faktor kedalaman tanah (Hanafi dan Dany, 2021).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum Konservasi Tanah dan Air tentang Prediksi Erosi dengan
Metode USLE dilaksanakan pada tanggal 17 April – 8 Mei 2023 di daerah
Klaten dan Kudus. Tempat yang dipilih sebagai pengamatan lapang yaitu
kebun campuran, tegalan, dan sawah.
1. Lokasi pada lahan sawah terletak di Kecamatan Wonosari, Kabupaten
Klaten.

Gambar 3.1 Penggunaan Lahan Sawah


2. Lokasi pada lahan tegalan terletak di Kecamatan Karangnongko,
Kabupaten Klaten.

Gambar 3.2 Penggunaan Lahan Sawah

12
13

3. Lokasi pada lahan tegalan terletak di Kecamatan Mejobo, Kabupaten


Kudus.

Gambar 3.3 Penggunaan Lahan Tegalan


A. Alat
1. Alat tulis
2. Meteran
3. Aplikasi klinometer
4. Linggis
5. Boardlist
B. Bahan
1. Lahan kebun campuran
2. Lahan tegalan
3. Lahan sawah
C. Cara Kerja
1. Mengumpulkan data curah hujan.
2. Mengamati tekstur tanah, struktur tanah, tanaman yang ada, tindakan
konservasi, serta mengukur Panjang lereng dan kemiringan lereng di
lapangan.
3. Melakukan perhitungan faktor-faktor erosi: erosivitas hujan, erodibilitas
tanah, faktor panjang lereng dan kemiringan lereng, faktor pengelolaan
tanaman, dan faktor tindakan konservasi tanah.
4. Menentukan nilai prediksi erosi dengan metode USLE.
5. Menentukan nilai erosi yang diperbolehkan atau ditoleransikan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan dan Analisis Data


1. Nilai Erosivitas Hujan (R)
Tabel 4.1 Perhitungan Faktor Erosivitas Hujan (Nilai R)

No. Bulan CH (cm) HH CHm (cm) R


1. Januari 48,81 24,1 6,87 231,10
2. Februari 45,64 22,8 7,22 224,53
3. Maret 42,98 22,5 6,80 203.53
4. April 35,24 18,3 7,03 179,52
5. Mei 16,47 11,3 5,02 75,04
6. Juni 12,61 7,8 4,08 57,93
7. Juli 3,73 4,4 1,50 10,21
8. Agustus 3,92 3,2 1,56 12,86
9. September 5,72 4,5 2,41 21,80
10. Oktober 18,38 11,0 4,53 82,18
11. November 36,32 17,2 7,20 194,15
12. Desember 42,64 18,9 6,52 213,98
R Tahunan 1506,89
Sumber: Data Curah Hujan Tahun 1987- 2001 Stasiun Kledung
Keterangan:
CH = curah hujan (cm)
HH = hari hujan (hari)
CHm = curah hujan maksimum 24 jam (cm)
Analisis Data :
a. Erosivitas per Bulan
1) Erosivitas Curah Hujan Bulan Januari
El₃₀ = 6,119 (Rain)1,21 (Days)-0,47(Max p)0,53
= 6,119 (48,81)1,21 (24,1)-0,47(6,87)0,53
= 231,10 cm2

14
15

2) Erosivitas Curah Hujan Bulan Februari


El30 = 6,119 (Rain)1,21 (Days)-0,47(Max p)0,53
= 6,119 (45,64)1,21 (22,8)-0,47(7,22)0,53
= 224,53 cm2
3) Erosivitas Curah Hujan Bulan Maret
El30 = 6,119 (Rain)1,21 (Days)-0,47(Max p)0,53
= 6,119 (42,98)1,21 (22,5) -0,47(6,80)0,53
= 203,53 cm2
4) Erosivitas Curah Hujan Bulan April
El30 = 6,119 (Rain)1,21 (Days)-0,47(Max p)0,53
= 6,119 (35,24)1,21 (18,3)-0,47(7,03)0,53
= 179,52 cm2
5) Erosivitas Curah Hujan Bulan Mei
El30 = 6,119 (Rain)1,21 (Days)-0,47(Max p)0,53
= 6,119 (16,47)1,21 (11,3)-0,47(5,02)0,53
= 75,04 cm2
6) Erosivitas Curah Hujan Bulan Juni
El30 = 6,119 (Rain)1,21 (Days)-0,47(Max p)0,53
= 6,119 (12,61)1,21 (7,8)-0,47(4,08)0,53
= 57,98 cm2
7) Erosivitas Curah Hujan Bulan Juli
El30 = 6,119 (Rain)1,21 (Days)-0,47(Max p)0,53
= 6,119 (3,73)1,21 (4,4)-0,47(1,50)0,53
= 10,21 cm2
8) Erosivitas Curah Hujan Bulan Agustus
El30 = 6,119 (Rain)1,21 (Days)-0,47(Max p)0,53
= 6,119 (3,92)1,21 (3,2)-0,47(1,56)0,53
= 12,86 cm2
9) Erosivitas Curah Hujan Bulan September
El30 = 6,119 (Rain)1,21 (Days)-0,47(Max p)0,53
= 6,119 (5,72)1,21 (4,5)-0,47(2,41)0,53
16

= 21,80 cm2
10) Erosivitas Curah Hujan Bulan Oktober
El30 = 6,119 (Rain)1,21 (Days)-0,47(Max p)0,53
= 6,119 (18,38)1,21 (11,0)-0,47(4,53)0,53
= 82,18 cm2
11) Erosivitas Curah Hujan Bulan November
El30 = 6,119 (Rain)1,21 (Days)-0,47(Max p)0,53
= 6,119 (36,32)1,21 (17,2)-0,47(7,20)0,53
= 194,15 cm2
12) Erosivitas Curah Hujan Bulan Desember
El30 = 6,119 (Rain)1,21 (Days)-0,47(Max p)0,53
= 6,119 (42,64)1,21 (18,9)-0,47(6,52)0,53
= 213,98 cm2
b. Erosivitas Rata-Rata per Tahun
∑ El30 = EI30 Januari+...+ EI30 Desember
= 231,10 cm2 + 224,53 cm2 + 203,53 cm2 + 179,52 cm 2 +
75,04 cm2 + 57,93 cm2 + 10,21 cm2 + 12,86 cm2 + 21,80 cm2
+ 82,18 cm2 + 194,15 cm2 + 213,98 cm2
= 1506,89 cm2
2. Nilai Erodibilitas Tanah (K)
Tabel 4.2 Perhitungan Faktor Erodibilitas Tanah (Nilai K)

Nilai K
No Penggunaan Lahan Jenis Tanah Lokasi

Alfisol Karangnongko, 0,13


1. Kebun Campuran
Hapludalf Klaten
Entisol Wonosari, 0,14
2. Sawah
Troporthent Klaten
Alfisol Mejobo, 0,28
3. Tegalan
Endoaqualf Kudus

Sumber : Dianalis dari data primer


17

3. Nilai Kemiringan dan Panjang Lereng (LS)


Tabel 4.3 Perhitungan Faktor Kemiringan dan Panjang Lereng (LS)

Satuan
X S LS
No. Lahan/Penggunaan
(m) (%)
Lahan
2,67761
1. Kebun Campuran 5,0 26

5,1439
2. Sawah 2,5 16

0,0332
3. Tegalan 1,8 1

Sumber : Dianalis dari data primer


Analisis Data :
a. Kebun Campuran
LS = X0,5(0,0138 + 0,00965s + 0,00138s2)
= (5,0) 0,5 (0,0138 + 0,00965 (26) + 0,00138 (26)2)
= (2,236) (0,0138 + 0,2509 + 0,9328)
= (2,236) (1,1975)
= 2,67761
b. Sawah
LS = X0,5(0,0138 + 0,00965s + 0,00138s2)
= (2,5) 0,5 (0,0138 + 0,00965 (16) + 0,00138 (16)2)
= (1,581) (0,0138 + 0,1544 + 0,3532)
= (1,581) (0,5214)
= 0,8243
c. Tegalan
LS = X0,5(0,0138 + 0,00965s + 0,00138s2)
= (1,8) 0,5(0,0138 + 0,00965(1) + 0,00138(1)2)
= (1,341) (0,0138 + 0,00965 + 0,00138)
= (1,341) (0,0248)
= 0,0332
18

4. Nilai Pengelolaan Tanaman (C) dan Tindakan Konservasi (P)


Tabel 4.4 Perhitungan Faktor Pengelolaan Tanaman (C) dan Tindakan
Konservasi (P)

Penggunaan
Penggunaan Nilai Nilai Nilai
No Lahan/Pola tanam
Lahan C P CP
Tindakan Konservasi
Kebun Ubi Kayu/Padang
1. 0,8 0,40 0,32
Campuran Rumput (Jelek)
Padi Sawah/Limbah
2. Sawah 0,01 0,8 0,008
Jerami
Cabai/Penutup Tanah
3. Tegalan 0,9 0,5 0,45
(Sedang)

Sumber : Dianalis dari data primer


Analisis Data :
a. Kebun Campuran/Hutan Rakyat
CP =CxP
= 0,8 x 0,40
= 0,32
b. Sawah
CP =CxP
= 0,01 x 0,8
= 0,008
c. Tegalan
CP =CxP
= 0,9 x 0,5
=0,45
19

5. Perhitungan Prediksi Erosi dengan Model USLE


Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Prediksi Erosi

Jenis Prediksi Erosi


Penggunaan R K LS CP
(ton/ha/th) (mm/th)
Lahan
Kebun
1506,89 0,13 2,67761 0,32 167,8503 16,78503
Campuran
Sawah 1506,89 0,14 0,8243 0,008 1,3911 1,3911
Tegalan 1506,89 0,28 0,0332 0,45 6,3036 6,3036

Sumber : Dianalis dari data primer


Analisis Data :
a. Kebun Campuran
A = R x K x Ls x CP
= 1506,89 x 0,13 x 2,67761 x 0,32
= 167,8503 ton/ha/th
= 167,8503/(1x10)
= 16,78503 mm/th
b. Sawah
A = R x K x Ls x CP
= 1506,89 x 0,14 x 0,8243x 0,008
= 1,3911 ton/ha/th
= 1,3911/(1x10)
= 1,3911 mm/th
c. Tegalan
A = R x K x Ls x CP
= 1506,89 x 0,28 x 0,0332 x 0,45
= 6,3036 ton/ha/th
= 6,3036/(1x10)
= 6,3036 mm/th
20

6. Perhitungan Nilai Erosi yang Diperbolehkan (EDP)


Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Nilai Erosi yang Diperbolehkan (EDP)

Penggunaan KE UGT T
No FK
Lahan (mm) (tahun) (ton/ha/tahun)
1. Hutan Rakyat 160 0,90 250 6,912
2. Sawah 300 1,00 250 14,4
3. Tegalan 250 0,90 250 10,8

Sumber : Dianalis dari data primer


a. Kebun Campuran
𝐾𝐸.𝐹𝐾
T = x BV
𝑈𝐺𝑇
160 . 0,90
= x (1,2 x 10)
250

= 6,912 ton/ha/th
b. Sawah
𝐾𝐸.𝐹𝐾
T = x BV
𝑈𝐺𝑇
300 . 1,00
= x (1,2 x 10)
250

= 14,4 ton/ha/th
c. Tegalan
𝐾𝐸.𝐹𝐾
T = x BV
𝑈𝐺𝑇
250 . 0,90
= x (1,2 x 10)
250

= 10,8 ton/ha/th
21

B. Pembahasan
1. Prediksi Erosi
Metode USLE menjadi salah satu metode yang paling awal dan masih
banyak digunakan di berbagai negara salah satunya Indonesia. Metode ini
memprediksi rata - rata erosi tanah dalam jangka waktu yang lama pada
suatu luasan lahan dengan sistem pertanaman dan pengelolaan tertentu.
Menurut Uca et al. (2021), metode USLE menjadi metode yang digunakan
untuk memprediksi erosi dengan faktor utama penyebabnya berupa hujan
dan aliran permukaan. Sehingga pada praktikum ini data yang digunakan
dalam prediksi erosi berupa erosivitas hujan, erodibilitas tanah, kemiringan
dan panjang lereng, serta pengelolaan tanaman dan tindakan konservasi.
Nantinya data ini akan diolah dan dihasilkan nilai prediksi erosi dengan
satuan ton/ha/th.
Prediksi erosi yang dilakukan pada praktikum ini menggunakan tiga
jenis lahan berbeda, berupa sawah, tegalan, dan kebun campuran. Ketiga
lahan memberikan hasil prediksi erosi yang berbeda yang dipengaruhi oleh
masing-masing faktor perhitungannya. Prediksi erosi terbesar ada pada
lahan hutan rakyat/kebun campuran dengan nilai sebesar 167,8503
ton/ha/th. Prediksi erosi terendah ada pada lahan sawah dengan nilai 1,3911
ton/ha/th, sedangkan prediksi erosi pada lahan tegalan memiliki nilai
sebesar 6,3036 ton/ha/th. Menurut Widiarso et al. (2018), tingginya nilai
prediksi erosi dipicu akibat indeks erodibilitas tanah dan kecuraman lereng
yang tinggi. Hal ini bisa terjadi karena daya tahan tanah terhadap dispersi
energi kinetik dari air hujan rendah dan apabila ditambahkan dengan curah
hujan yang tinggi hal ini bisa menyebabkan prediksi erosi semakin besar.
Faktor nilai K atau indeks erodibilitas pada lahan tegalan termasuk
kedalam kelas sedang dengan nilai 0,28 karena termasuk jenis tanah Alfisol
Endoaqualf. Faktor lain seperti ada tidaknya tindakan konservasi dan
topografi yang curam juga mempengaruhi prediksi erosi ini. Disisi lain
panjang lereng yang memperbesar kecepatan erosi serta energi angkut
lintasan aliran permukaan juga menjadi faktor penentu nilai prediksi erosi
22

makin tinggi. Panjang dan kemiringan lereng (LS) pada lahan tegalan
memiliki nilai 0,0332, sedangkan faktor vegetasi penutup tanah (C) dan
tindakan pengelolaan atau konservasi tanah (P) memiliki nilai 0,45.
Panjang dan kemiringan lereng (LS) pada lahan sawah dan kebun
campuran secara berturut turut adalah 5,1439 dan 2,67761. Faktor vegetasi
penutup tanah (C) serta tindakan pengelolaan tanah (P) pada lahan sawah
dan kebun campuran sebesar 0,008 dan 0,32.
Erodibilitas termasuk faktor yang mempengaruhi terjadinya erosi.
Setiap jenis tanah memiliki erodibilitas tanah yang berbeda. Nilai K pada
lahan kebun campuran yaitu 0,13 sehingga pada termasuk kedalam tanah
Alfisol Hapludalf. Menurut Mbas et al. (2022), pada intensitas hujan yang
sama, tanah dengan erodibilitas tinggi dapat tererosi lebih cepat jika
dibandingkan tanah dengan nilai erodibilitasnya rendah (K). Faktor yang
menentukan nilai erodibilitas tanah adalah bahan organik dan tekstur tanah
khususnya fraksi lempung, debu dan pasir sangat halus. Persentase pasir,
debu dan lempung halus dianggap mempunyai hubungan yang erat
terhadap sifat fisik kimia tanah pada lapisan permukaan. Semakin banyak
persentase pasir maka nilai kepekaan erosi juga bertambah.
Nilai K atau indeks erodibilitas pada lahan sawah yaitu 0,14 yang
termasuk ke dalam kelas rendah. Tanah sawah yang berada di daerah
Wonosari, Klaten termasuk ke dalam jenis tanah Entisol Troporthent.
Menurut Sandi et al., (2020), jenis tanah dapat mempengaruhi besar
kecilnya nilai erodibilitas tanah, dimana tanah Typic Troporthents memiliki
nilai erodibilitas lebih tinggi jika dibandingkan dengan tanah Lithic
Haplustols, Typic Eutropepts dan Typic Hapluderts. Nilai K dijadikan
sebagai persyaratan penting dalam memprediksi adanya erosi, perencanaan
kegiatan konservasi, serta interpretasi mengenai pengaruh lingkungan
terhadap sedimen dari kegiatan pertanian yang berada di suatu DAS.
Karakteristik Typic Troporthents yaitu memiliki kemiringan lereng yang
landai yang didominasi fraksi pasir yang sangat halus dan debu serta diikuti
23

dengan kemiringan lereng agak curam dan yang terendah pada kemiringan
lereng datar.
2. Erosi yang Diperbolehkan (Edp)
I. Kedalaman Efektif Tanah (KE)
Kedalaman efektif tanah adalah kedalaman tanah yang masih
dapat ditembus akar tanaman. Kedalaman efektif tanah berpengaruh
terhadap kepekaan tanah pada erosi. Tanah-tanah yang dalam dan
permeabel kurang peka terhadap erosi daripada tanah yang permeabel
tetapi dangkal. Data kedalaman efektif tanah menurut tabel Perhitungan
Nilai Erosi yang Diperbolehkan (EDP) dari lahan sawah, tegalan, dan
kebun campuran secara berturut-turut adalah 300 mm, 250 mm, dan 160
mm. Lahan sawah memiliki kedalaman efektif paling besar
dibandingkan lahan sawah dan kebun campuran yang lebih dangkal.
Tanah yang solumnya cenderung tipis akan memiliki kedalaman akar
tunggan yang dangkal dan akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman,
karena nutrisi tanah dapat dijangkau lebih luas oleh akar tanaman
apabila kedalaman efektif akar tanaman lebih dalam.
Kedalaman efektif tanah berbeda-beda disebabkan oleh
perbedaan jenis tanah, bahan induk, dan faktor-faktor lainnya yang
mempengaruhi sifat fisika tanah. Tanah memiliki kedalaman solum
yang berbeda-beda. Menurut Hilungka et al. (2020), kedalaman efektif
adalah kedalaman tanah sampai sejauh mana tanah dapat ditumbuhi
akar untuk menyimpan cukup air dan hara. Kedalaman efektif tanah
umumnya dibatasi adanya kerikil dan bahan induk atau lapisan keras
yang lain sehingga tidak lagi dapat ditembus akar tanaman.
Kedalaman efektif tanah sangat mempengaruhi perkembangan
akar tanaman, jika kedalamannya relatif tipis maka akan menghambat
perkembangan akar. Menurut Fitrianto et al. (2019), terdapat empat
kategori kedalaman efektif tanah berdasarkan besar kedalamannya,
yaitu kategori dalam (> 90 cm), sedang (60-90 cm), dangkal (30-60
cm), dan sangat dangkal (< 30 cm). Berdasarkan data pada tabel
24

Perhitungan Nilai Erosi yang Diperbolehkan (EDP) dapat disimpulkan


bahwa lahan sawah adalah lahan dengan kedalaman efektif paling
besar. Hal tersebut menandakan bahwa perakaran tanaman pada lahan
sawah tergolong lebih lebat dibandingkan dengan perakaran di lahan
tegalan dan kebun campuran.

II. Faktor Kedalaman Sub-Ordo Tanah (FK)


Tanah merupakan salah satu penunjang yang membantu
kehidupan semua mahluk hidup yang ada di bumi tidak terkecuali
manusia. Sistem taksonomi tanah merupakan sebuah pengklasifikasian
tanah yang telah dilakukan dengan baik, dan pengklasifikasian tanah
adalah ilmu yang mempelajari cara-cara membedakan sifat-sifat tanah
satu sama lain, dan mampu mengklasifikasikan tanah tanah dengan baik
Menurut Pinoza et al. (2020), klasifikasi tanah yaitu pemilahan tanah
yang didasarkan pada sifat-sifat tanah yang dimilikinya tanpa
menghubungkannya dengan tujuan penggunaan tanah tersebut.
Klasifikasi ini memberikan gambaran dasar terhadap sifat-sifat fisik,
kimia, dan mineral tanah yang dimiliki masing-masing kelas yang
selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar untuk pengelolaan bagi
pengguna tanah. Klasifikasi tanah disusun untuk tujuan-tujuan tertentu
dan menggunakan faktor atau karakteristik tanah yang kadang-kadang
bukan sifat-sifat dari tanah itu sendiri sebagai pembeda.
Klasifikasi tanah menurut Karnilawati (2018) adalah usaha untuk
membeda-bedakan tanah berdasarkan atas sifat–sifat yang dimilikinya
sehingga tanah-tanah dengan sifat yang sama dimasukan ke dalam satu
kelas yang sama. Hal ini penting karena tanah-tanah dengan sifat yang
berbeda memerlukan perlakuan (pengelolaan) yang berbeda pula.
Sistem klasifikasi tanah pada akhirnya akan menghasilkan tata nama
(penamaan) dari suatu jenis tanah. Tata nama tersebut bisa diketahui
sifat dan ciri tanah tersebut. Klasifikasi tanah dalam ordo, sub ordo dan
grup ditekankan pada sifat-sifat tanah yang merupakan hasil proses
25

pembentukkan tanah yang dominan dan menentukan tingkat


perkembangan tanah yang bersangkutan. Ordo tanah dibedakan menurut
ada tidaknya serta jenis horizon penciri (diagnostic horizon) atau sifat-
sifat tanah lain yang merupakan hasil dari proses pembentukkan tanah.
Hasil pengamatan yang ada menunjukkan bahwa nilai FK untuk
lahan Kebun campuran sebesar 0,90 dengan sub-ordo usterts. Nilai FK
untuk lahan sawah sebesar 1 dengan sub-ordo aquept. Nilai FK untuk
lahan tegalan sebesar 0,90 dengan sub-ordo usterts. Nilai FK tertinggi
terdapat pada lahan sawah sebesar 1 dan nilai FK terendah terdapat pada
lahan tegalan dan krbun campuran sebesar 0,90. Vertisols pada
praktikum didominasi oleh suborder usterts, yaitu vertisols yang
berkembang pada regim kelembaban ustic atau panas dan kering. Tanah
Vertisol umumnya terbentuk dari bahan sedimen yang mengandung
mineral smektit dalam jumlah tinggi, di daerah datar, cekungan hingga
berombak. Secara kimiawi Vertisol tergolong tanah yang relatif kaya
akan hara karena mempunyai cadangan sumberhara yang tinggi, dengan
kapasitas tukar kation tinggi dan pH netral hingga alkali. Menurut
Masria et al. (2018), tanah vertisol merupakan tanah dengan kandungan
liat yang tinggi. Kandungan liat pada vertisol lebih dari 30% disemua
horison, dengan montmorillonit sebagai mineral liat yang dominan.
Salah satu sifat penting dari montmorillonit adalah sifat mengembang
dan mengerut yang kadarnya berhubungan dengan perubahan
kandungan air tanah. Proses mengembang dan mengkerut pada tanah
dengan kandungan liat tinggi secara nyata mempengaruhi perubahan
pori tanah.
III. Umur Guna Tanah (UGT)
Umur guna tanah merupakan waktu yang diperlukan suatu tanah
untuk habis akibat adanya erosi. Menurut Fitria et al., (2018), UGT
adalah umur guna tanah atau waktu yang dirasa cukup untuk
memelihara kelestarian tanah. Umur Guna Tanah umumnya memiliki
kisaran antara 250 hingga 400 tahun. Kisaran waktu ini adalah waktu
26

yang diperlukan agar tanah dapat lestari. Upaya dalam melestarikan


tanah dapat dilakukan dengan cara melakukan pencegahan terhadap
erosi dan menjaga agar erosi tidak melebihi ambang batas.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan oleh kelompok 16,
umur guna tanah pada masing-masing lahan baik kebun campuran,
sawah dan tegalan memiliki UGT yang sama yaitu 250 tahun. Umur
guna tanah berhubungan erat dengan nilai erosi yang ditoleransi. Umur
guna tanah dapat dijadikan sebagai parameter dari erosi tanah.
Menurut Buranda et al. (2022) umur guna tanah dapat digunakan untuk
menghitung besar kecilnya nilai erosi yang dapat ditoleransikan dalam
satuan (ton/ha/tahun). Semakin tinggi umur guna tanah, maka nilai
erosi toleransi juga akan semakin tinggi dan begitu pula sebaliknya.

IV. Erosi yang diperbolehkan atau dapat ditoleransikan (Etol)


Erosi yang diperbolehkan merupakan kecepatan erosi yang tidak
melebihi proses pembentukan tanah. Menurut Karim et al., (2022),
erosi diperbolehkan adalah sejumlah tanah yang hilang akibat erosi atau
diperbolehkan pertahun dalam rangka untuk menjaga kelestarian
produktivitas tanah. Perhitungan mengenai nilai erosi yang
diperbolehkan sangatlah penting untuk mengetahui seberapa besar erosi
yang dapat diimbangi dengan suatu tindakan manusia yang membantu
mempercepat proses pembentukan tanah. Laju atau nilai erosi yang
diperbolehkan selalu berada di bawah laju pembentukan tanah. Nilai
erosi yang diperbolehkan dapat digunakan untuk menggambarkan
besarnya erosi tanah pada suatu lahan yang bisa ditoleransi sehingga
produktivitas lahan akan selalu terjaga.
Berdasarkan hasil perhitungan mengenai nilai erosi yang
diperbolehkan, diperoleh hasil bahwa nilai Etol pada kebun campuran,
sawah, dan tegalan memiliki nilai yang berbeda-beda. Kebun campuran
di wilayah Karangnongko, Klaten memiliki nilai T sebesar 6,912
ton/ha/th, lahan sawah di wilayah Wonosari, Klaten memiliki nilai T
27

sebesar 14,4 ton/ha/th, dan tegalan di wilayah Mejobo, Kudus memiliki


nilai T sebesar 10,8 ton/ha/th. Nilai prediksi erosi (A) pada lahan sawah,
kebun campuran, dan tegalan memiliki nilai yang berbeda-beda yaitu
1,3911 mm/th, 16,78503 mm/th, dan 6,3036. Berdasarkan
perbandingan antara prediksi erosi dan nilai erosi yang diperbolehkan
dari setiap penggunaan lahan, dapat disimpulkan bahwa nilai prediksi
erosi (A) lebih besar dari erosi yang diperbolehkan (T), yang artinya
tindakan konservasi pada lahan sawah, kebun campuran, dan tegalan
kurang efektif dan perlu dilakukan tindakan konservasi yang lain untuk
meminimalisir terjadinya erosi yang melebihi erosi yang
diperbolehkan. Nilai T sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
kedalaman efektif tanah (solum tanah), bulk density (berat massa
tanah), dan resource life (umur guna tanah).
Menurut Faradiba et al., (2023), kedalaman efektif tanah, faktor
kedalaman, dan bobot isi merupakan faktor yang dapat mempengaruhi
tinggi rendahnya erosi yang diperbolehkan. Penentuan nilai erosi yang
diperbolehkan harus mempertimbangkan sifat fisik tanah, ketebalan
lapisan tanah atas, penentuan BO, hilangnya zat hara tanaman.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan pelaksanaan Praktikum Konservasi Tanah dan Air 2023,
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Prediksi erosi pada lahan kebun campuran yaitu 16,78503 mm/th, prediksi
erosi pada lahan sawah yaitu 1,3911 mm/th, dan prediksi erosi pada lahan
tegalan yaitu 6,3036 mm/th.
2. Nilai EDP pada lahan kebun campuran yaitu 6,912 ton/ha/th, nilai EDP
pada lahan sawah yaitu 14,4 ton/ha/th, dan nilai EDP pada lahan tegalan
yaitu 10,8 ton/ha/th.
3. Pada lahan kebun campuran nilai A > EDP menunjukkan bahwa indeks
erodibilitas tanah dan kecuraman lereng yang tinggi mempengaruhi
tingginya nilai prediksi erosi karena daya tahan tanah terhadap dispersi
energi kinetik air hujan rendah ditambah curah hujan yang tinggi setiap
tahun dan tidak adanya tindakan konservasi tanah yang khusus, serta
topografi sangat curam dan lereng yang panjang akan memperbesar
kecepatan, energi angkut dan memperpanjang lintasan aliran permukaan
sehingga nilai prediksi erosi menjadi tinggi. Pada lahan sawah dan tegalan
nilai A < EDP menunjukkan bahwa erodibilitas tanah dan kecuraman
lereng yang rendah mempengaruhi rendahnya nilai prediksi erosi karena
daya tahan tanah terhadap dispersi energi kinetik air hujan tinggi ditambah
curah hujan yang cukup setiap tahun dan adanya tindakan konservasi tanah
yang khusus, serta topografi yang datar dan lereng yang pendek akan
memperkecil kecepatan, energi angkut dan memperpanjang lintasan aliran
permukaan sehingga nilai prediksi erosi menjadi rendah.
4. Rekomendasi tindakan konservasi pada SPL kebun campuran karena nilai
prediksi erosi lebih besar dari nilai erosi yang diperbolehkan adalah dengan
tindakan konservasi penanaman LCC dan pembuatan teras dari kontruksi
tradisional sampai kontruksi baik serta mengkombinasikan penanaman
LCC dengan pembuatan teras. Pembuatan teras bangku dengan kontruksi

28
baik ini dilakukan agar dapat menahan tanah yang terkikis akibat curah
hujan.
B. Saran
Saran untuk praktikum konservasi tanah dan air, sebaiknya tata cara
pelaksanaan praktikum secara serempak bersama-sama langsung dilapangan
dengan lokasi yang sama, sebaiknya dijelaskan lebih detail lagi agar praktikan
tidak kebingungan dalam menentukan area lahan dan kemiringan lerengnya
karena tidak semua daerah memiliki kemiringan lereng yang signifikan.
Penyampaian segala bentuk informasi lebih jelas lagi supaya mudah dipahami.

29
DAFTAR PUSTAKA

Buranda, H., Abdul H., Amir T., Suriyanti H.S., Maimuna N. 2022. Analisis
Prediksi Erosi dan Erosi yang Dapat Ditoleransikan di DAS Kampili Sulawesi
Selatan. Jurnal Agroteknologi Universitas Andalas 4(1): 18-24.
Faradiba, N., Purwadi, P., & Maroeto, M. (2023). Pendugaan Erosi di Wilayah
Tengah DAS Welang Kabupaten Pasuruan. Jurnal Solum 20(1): 11-19.
Fitria, I., Sakka, Arif, S. 2018. Analisis Erosi Lahan Pertanian dan Parameter
Ekonomi Menggunakan Metode NAIL (Net Agricultural Income Loss)
Berbasis Sistem Informasi Geografis di Hulu DAS Jeneberang. Jurnal
Geofisika 10(2): 6-15.
Fitrianto, D., Senoaji, G., dan Utama, S. P. 2019. Analisis Kesesuaian Lahan Untuk
Permukiman Transmigrasi Di Pulau Enggano Kabupaten Bengkulu Utara.
Naturalis: Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumber Daya Alam dan
Lingkungan 8(2): 63-75.
Hilungka, E., Bachri, S., Kubangun, S. H., dan Baan, S. 2020. Karakteristik Sifat
Fisik dan pH Tanah pada Lahan Percobaan Manggoapi Fakultas Pertanian
Universitas Papua Manokwari. Jurnal Agrotek 8(2), 38-43.
Karim, I., Sofyan, A., & Ishak, L. 2022. Prediksi Erosi Tanah dengan Menggunakan
Metode Universal Soil Loss Equation Di Bagian Tengah-Hilir DAS
Oba. Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi 7(4): 127-135.
Karnilawati, K. (2018). Karakterisasi Dan Klasifikasi Tanah Ultisol Di Kecamatan
Indrajaya Kabupaten Pidie. Jurnal Ilmiah Pertanian 14(2): 52-59.
Masria, M., Lopulisa, C., Zubair, H., & Rasyid, B. (2018). Karakteristik pori dan
hubungannya dengan permeabilitas pada tanah Vertisol asal Jeneponto
Sulawesi Selatan. Jurnal Ecosolum 7(1): 38-45.
Mbas, O., Wulakada, H., Hasan, M H. 2022. Dampak Penambangan Pasir
Tradisional terhadap Lingkungan di Kawasan Kaki Gunung Poco Ndeki
Wolokolo Kelurahan Kota Ndora Kecamatan Borong Kabupaten Manggarai
Timur. Jurnal Geografi 18(1): 11-25.
Pinoza, D., Ernawati, E., & Prawito, P. 2020. Sistem Pakar Klasifikasi Taksonomi
Tanah Tingkat Ordo Dan Sub Ordo Menggunkan Metode Forward Chaining
Berbasis WEB. Rekursif: Jurnal Informatika 8(1): 90-100.
Sandi, D. K., Mulyanto, D., dan Arbiwati, D. 2020. Kajian Erodibilitas Tanah pada
Beberapa Sub Group Tanah di Kecamatan Semin. Jurnal Tanah dan Air (Soil
and Water Journal) 16(2): 79-84.
Uca, Amal, A., dan Vina, Y. 2021. Prediksi Erosi Menggunakan Metode USLE dan
MUSLE di DAS Jeneberang. Jurnal Environmental Science 4(1): 117- 124.
Widiarso, B., Putri, L., dan Tino, O.C. 2018. Prediksi Erosi dengan Metode USLE
di Perkebunan Kelapa Sawit PTPN XIII Gunung Meliau Kecamatan Meliau
Kabupaten Sanggau. Perkebunan dan Lahan Tropika 8(2): 67-79.
LAMPIRAN
Gambar Titik Koordinat dan Lokasi Praktikum Lahan Kebun Campuran
Gambar Titik Koordinat dan Lokasi Praktikum Lahan Sawah
Gambar Titik Koordinat dan Lokasi Praktikum Lahan Tegalan

Anda mungkin juga menyukai