Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PRAKTIKUM

KONSERVASI TANAH DAN AIR

Disusun oleh :

Irfan Yusuf Fachrurrozi 2302021914013

PROGAM STUDI S1-AGROEKOTEKNOLOGI


DEPARTEMEN PERTANIAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Laporan Praktikum Konservasi Tanah dan Air


Nama : Irfan Yusuf Fachrurrozi
Program Studi : Agroekoteknologi
Fakultas : Peternakan dan Pertanian
Tanggal Pengesahan : Desember 2021

Menyetujui,

Koordinator Praktikum Konservasi


Tanah dan Air

Dr. Ir. Susilo Budiyanto, M. Si.


NIP. 19610812 198703 1 001
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah S.W.T. yang telah memberikan rahmat, hidayah,
dan izin Nya sehingga dapat menyelesaikan laporan praktikum Konservasi Tanah
dan Air. Penulis menyampaikan dengan penuh ucapan terima kasih kepada Dr. Ir.
Susilo Budiyanto, M.Si. selaku Koordinator Praktikum Konservasi Tanah dan Air
yang telah membimbing dan membantu selama praktikum berlangsung sampai
penyusunan laporan Praktikum Konservasi Tanah dan Air ini selesai. Penulis sadar
atas ketidaksempurnaan laporan Praktikum ini. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang konstruktif dari pembaca sangat diharapkan oleh penulis. Akhir kata, penulis
berharap semoga laporan Praktikum Konservasi Tanah dan Air ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang berkompeten.
Demikian kata pengantar dari penulis, penulis menyampaikan terima kasih
atas perhatian dan koreksi dari berbagai pihak.

Bekasi, 18 Desember 2021

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii


KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ..................................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................2
2.1. Satuan Unit Lahan ...................................................................................2
2.2. Erosi Yang Ditoleransikan .......................................................................3
2.3. Pendugaan Erosi ......................................................................................5
2.3.1 Faktor Erosivitas Hujan (R)............................................................5
2.3.2 Erodibilitas Tanah (K) ....................................................................6
2.3.3 Faktor Panjang Lereng dan Kemiringan Lereng (LS) ....................7
2.3.4 Faktor Pengelolaan Tanaman (C) ...................................................9
2.3.5 Faktor Tindakan Konservasi (P) ...................................................10
2.3.6 Erosi Aktual (A) ...........................................................................11
2.4. Alternatif Konservasi Tanah dan Air .....................................................12
BAB III SIMPULAN DAN SARAN ...................................................................14
3.1. Simpulan ................................................................................................14
3.2. Saran ......................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................15
LAMPIRAN ..........................................................................................................17
DAFTAR TABEL

1. Erosi Yang Ditoleransikan ..............................................................................3


2. Nilai Faktor Erosivitas Hujan (R) ...................................................................5
3. Nilai Erodibilitas Tanah (K) ...........................................................................6
4. Nilai Faktor Panjang Lereng (L) dan Kemiringan Lereng (S) .......................7
5. Faktor Pengelolaan Tanaman (C) ...................................................................9
6. Nilai Tindakan Konservasi (P) .....................................................................10
7. Hasil Perhitungan Erosi Aktual di Perkebunan Sayuran di Daerah DAS
Citere, Pengalengan, Jawa Barat ..................................................................11
8. Alternatif Pengelolaan Tanah dan Manajemen Vegetasi Lahan di Perkebunan
Sayuran di Daerah DAS Citere, Pengalengan, Jawa Barat ...........................12
9. Perhitungan Perbandingan faktor A dengan TSL pada pengelolaan tanaman
Kentang - Jagung dengan Konservasi Tanah Teras Bangku Konstruksi Baik
(P = 0.04) di Perkebunan Sayuran di Daerah DAS Citere, Pengalengan, Jawa
Barat. .............................................................................................................26
10. Perhitungan Perbandingan faktor A dengan TSL pada pengelolaan tanaman
Wortel - Jagung dengan Konservasi Tanah Teras Bangku Konstruksi Baik (P
= 0.04) di Perkebunan Sayuran di Daerah DAS Citere, Pengalengan, Jawa
Barat. .............................................................................................................27
11. Perhitungan Perbandingan faktor A dengan TSL pada pengelolaan tanaman
Cabai - Jagung dengan Konservasi Tanah Teras Bangku Konstruksi Baik (P
= 0.04) di Perkebunan Sayuran di Daerah DAS Citere, Pengalengan, Jawa
Barat. .............................................................................................................28
12. Perhitungan Perbandingan faktor A dengan TSL pada pengelolaan tanaman
Kubis - Jagung dengan Konservasi Tanah Teras Bangku Konstruksi Baik (P
= 0.04) di Perkebunan Sayuran di Daerah DAS Citere, Pengalengan, Jawa
Barat. .............................................................................................................30
DAFTAR LAMPIRAN

1. Erosi yang ditoleransikan (TSL / ETol) .........................................................17


2. Perhitungan Erosivitas Hujan (R) .................................................................17
3. Perhitungan Erodibilitas Tanah (K) ..............................................................18
4. Perhitungan Skala Peta .................................................................................19
5. Perhitungan Panjang dan Kemiringan Lereng (LS)......................................21
6. Nilai Faktor C Jenis Tanaman dan P Tindakan Konservasi .........................23
7. Perhitungan Erosi Aktual (A) .......................................................................23
8. Perhitungan Alternatif Pengelolaan Tanah dan Tanaman di Perkebunan
Sayuran di Daerah DAS Citere, Pengalengan, Jawa Barat ...........................25
DAFTAR GAMBAR

1. Pembagian Satuan Unit peta Perkebunan Sayuran di Daerah DAS Citere,


Pengalengan, Jawa Barat. ...............................................................................2
BAB I

PENDAHULUAN

Erosi atau pengikisan merupakan peristiwa terjadinya kehilangan, terangkut,


dan terbawanya tanah dari posisi awal ke tempat yang lain yang disebabkan oleh
air atau angin. Erosi menyebabkan terjadinya peningkatan penurunan efektivitas
tanah yang disebabkan oleh berkurangnya volume, luas bidang tanah, serta potensi
penurunan kadar nutrisi pada tanah yang tercuci saat tanah erosi.
Erosi terbagi menjadi dua, yaitu erosi aktual, dan erosi ditoleransi. Erosi
aktual merupakan nilai erosi yang ditimbulkan akibat berbagai faktor, yaitu
erosivitas hujan (R), erodibilitas tanah (K), panjang dan kemiringan lereng (LS),
manajemen vegetasi lahan (C), dan metode konservasi lahan (P). Perhitungan erosi
aktual dilakukan dengan perhitungan laju erosi tanah (USLE/ Universal Soil Loss
Equation). Perhitungan USLE dilakukan berdasarkan perkalian dari faktor - faktor
erosi aktual tanah. Erosi aktual merupakan acuan yang harus diperhatikan untuk
memastikan nilai erosi aktual tidak lebih besar dari nilai erosi ditoleransi.
Erosi ditoleransi (TSL (Tolerable Soil Loss / Soil Loss Tolerance (SLT))
merupakan besar toleransi erosi tanah dalam menahan penurunan produktivitas
lahan akibat erosi tanah. Nilai erosi ditoleransi didasarkan atas kedalaman
minimum dan ekuivalen tanah, laju pembentukan tanah, berat isi tanah (bulk
density), dan faktor kedalaman tanah yang disesuaikan dengan umur guna lahan
pada daerah tersebut. Erosi ditoleransi yang lebih besar dari erosi aktual
menandakan kemampuan tanah pada suatu lahan untuk menahan produktivitas dan
efektivitas tanah dari laju pengikisan.
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui besar nilai erosi aktual dan
erosi yang dapat ditoleransikan, serta mengetahui pola penanaman komoditas dan
jenis konservasi lahan yang tepat untuk diaplikasikan di Perkebunan Sayuran di
Daerah DAS Citere, Pengalengan, Jawa Barat untuk mendapatkan ketahanan lahan
terhadap terjadinya erosivitas lahan dan pemanfaatan lahan yang efisien.
BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1. Satuan Unit Lahan

Berdasarkan praktikum Konservasi Tanah dan Air yang telah dilakukan


didapatkan hasil sebagai berikut:

Gambar 1. Pembagian Satuan Unit peta Perkebunan Sayuran di Daerah


DAS Citere, Pengalengan, Jawa Barat.
Dari Gambar 1., dapat diketahui bahwa pada peta Perkebunan Sayuran di
Daerah DAS Citere, Pengalengan, Jawa Barat, terdapat 20 satuan unit. Pembagian
satuan unit pada suatu lahan dapat dibagi dan ditentukan berdasarkan berbagai
pendekatan, salah satunya adalah pendekatan tumpang susun peta. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Purwantara dan Nursa’ban (2012) bahwa penentuan dan
pembagian satuan peta pada lahan dihitung berdasarkan pendekatan tumpang susun
peta (overlay) yang dilakukan dengan penentunan kondisi geologi, kemiringan
lereng, tata guna lahan, dan jenis tanah dari kegiatan survey lapangan. Penentuan
satuan unit lahan merupakan bahan awal dan utama dari penentuan pemanfaatan
satuan lahan yang efektif dan tepat untuk memitigasi terjadinya erosi tanah. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Fitri (2018) bahwa penentuan satuan unit lahan bertujuan
3

untuk menentukan potensi pemanfaatan unit lahan berdasarkan laju erosi tanah saat
pemanfaatan lahan agar dapat mencegah terjadinya erosi yang menurunkan
produktivitas tanah.

2.2. Erosi Yang Ditoleransikan

Berdasarkan praktikum Konservasi Tanah dan Air yang telah dilakukan


didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Erosi Yang Ditoleransikan
Keterangan Nilai
Kedalaman Ekuivalen (cm) 95
Faktor Kedalaman Hydric 1
Kedalaman minimum (cm) 30
Umur Guna (tahun) 250
3)
Bulk Density (gram/cm 1.2
Laju Permukaan Tanah (mm/tahun) 2
E Toleransi 55.2
Sumber : Data Primer Praktikum Konservasi Tanah dan Air, 2021.

Berbasarkan Tabel 1., dapat diketahui bahwa nilai dari Erosi Toleransi Tanah
(TSL / Tolerable Soil Loss / Erosion atau SLT (Soil Loss Tolerance)) pada
Perkebunan Sayuran di Daerah DAS Citere, Pengalengan, Jawa Barat sebesar 55.2.
TSL merupakan indikator penentuan titik ekuivalen toleransi ketahanan tanah pada
suatu lahan dalam mempertahankan produktivitas dengan pemberian perlakuan
sebelum tanah akan berpotensi mengalami erosi. TSL merpakan indikator dalam
perhitungan yang penting dalam menentukan pemberian perlakuan kepada tanah
dengan mencegah terjadinya erosi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mandal et al.
(2021) bahwa pengetahuan mengenai nilai TSL pada suatu lahan merupakan hal
yang penting dalam menentukan kegiatan konservasi tanah dan model perencanan
lahan apa yang tepat pada suatu lahan dengan memitigasi potensi terjadinya erosi.
Nilai dari TSL suatu lahan dipengaruhi oleh berbagai parameter penentu nilai TSL.
Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Ostovari et al. (2020)
4

bahwa nilai dair TSL suatu lahan dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti berat isi
(Bulk Density / BD), faktor erodibiltas, serta sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
Kedalaman minimum tanah (minimum soil depth) merupakan toleransi
minimum kedalaman tanah yang mempengaruhi nilai dari TSL. Hal ini sesuai
dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Efrina (2020) bahwa nilai dari TSL
mempengaruhi keteguhan tanah, dan kapasitas tanah dalam memberikan ruang bagi
akar tanah untuk tumbuh dengan baik. Nilai kedalaman tanah minimum adalah
sebesar 0.3 meter atau 30 cm. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan
oleh Harijanto et al. (2015) bahwa kedalaman minimum tanah adalah sebesar 30
cm.
Berat isi (Bulk Density / BD) tanah merupakan parameter perhitungan kondisi
fisik tanah melalui perhitungan faktor yang mempengaruhi nilai dari berat isi tanah.
Berat isi tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, biomassa, dan jenis
tanah, dimana semakin tinggi nilai berat isi tanah, maka kualitas tanah semakin
tidak menguntungkan bagi tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang
dikemukakan oleh Meki et al. (2013) bahwa semakin tinggi bahan organik tanah,
maka jumlah dan aktivitas organisme tanah semakin tinggi, yang memberikan
peningkatan porositas tanah, yang menjadikan tanah lebih mudah untuk ditembus
oleh akar tanaman dan memiliki retensi air yang tinggi. Nilai dari berat isi tanah
minimum yang baik untuk pertanian adalah sebesar 1.2 gram/cm3. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Brouwer dan Jenkins (2015) bahwa tanah yang telah melewati
nilai minimum berat isi tanah menandakan tanah tersebut telah mengalami
pemadatan, dimana hal ini mengindikasikan kadar BO dan porositas tanah yang
kurang baik bagi pertumbuhan tanah.
Laju Pembentukan Tanah (Soil formation rates) merupakan laju kemampuan
bagi tanah untuk bertransformasi menjadi tanah dari bentuk awal berupa bedrock.
Nilai dari Laju Pembentukan Tanah dipengaruhi oleh ketebalan dari horizon tanah.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Evans et al. (2021) bahwa horizon tanah yang
tebal memiliki kemampuan lebih baik untuk bertahan dari penghancuran terhadap
berbagai faktor lingkungan, baik dari aktivitas organisme, atau dari perubahan
lingkungan. Nilai dari laju pembentukan tanah secara umum adalah sebesar 2
5

mm/tahun. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Kasmawati et
al. (2016) bahwa pada perhitungan toleransi erosi, nilai dari Laju Pembentukan
Tanah sebesar 2 mm/tahun.

2.3. Pendugaan Erosi

2.3.1. Faktor Erosivitas Hujan (R)

Berdasarkan Praktikum Konservasi Tanah dan Air yang telah dilaksanakan


dihasilkan data erosivitas hujan yaitu sebagai berikut :
Tabel 2. Nilai Faktor Erosivitas Hujan (R)
No Bulan Rerata Curah Hujan (mm) EI30 Bulanan
1 Januari 391 323.46
2 Februari 311 236.91
3 Maret 364 293.42
4 April 338 265.30
5 Mei 158 94.32
6 Juni 99 49.95
7 Juli 72 32.38
8 Agustus 98 45.20
9 September 108 56.22
10 Oktober 159 95.12
11 November 350 278.18
12 Desember 358 286.86
EI30 Tahunan 2057.32
Sumber : Data Primer Praktikum Konservasi Tanah dan Air, 2021.

Berbasarkan Tabel 2., dapat diketahui bahwa nilai dari R / EI30 pada
Perkebunan Sayuran di Daerah DAS Citere, Pengalengan, Jawa Barat sebesar
2057.32 mm. Hal ini membuktikan bahwa nilai dari R berperan penting terhadap
nilai dari TSL. Hal ini sesuai dengan pernyataan Efthimiou (2018) bahwa nilai R
yang berdasarkan curah hujan yang dipengaruhi durasi, intensitas, dan frekuensi
yang berubab - ubah menjadikan nilai R menjadi faktor penting dalam perhitungan
TSL. Faktor Erosivitas hujan (R / Rainfall Erosivity Factor / R-Factor) merupakan
parameter dalam perhitungan pendugaan nilai erosivitas tanah pada suaut lahan
dimana besarnya curah hujan pada suatu wilayah dapat mempengaruhi terjadinya
6

erosi tanah. Rendah dan tingginya nilai R yang tinggi dapat mengindikasikan
potensi terjadinya erosi tanah. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Sadeghi dan
Tavangar (2015) bahwa tingginya nilai R dapat memberikan potensi erosi tanah
pada suatu lahan yang lebih besar. Nilai dari R dapat diperoleh dengan penjumlahan
rata - rata curah hujan pada setiap bulan dalam jangka tahun tertentu. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Zhu et al. (2011) bahwa nilai dari R dapat ditentukan dengan
memperoleh data curah hujan pada setiap bulan dalam jangka tahun tertentu,
dimana semakin besar jangka tahun yang diambil, maka semakin akurat pula nilai
dari R yang diperoleh.

2.3.2. Erodibilitas Tanah (K)

Berdasarkan praktikum Konservasi Tanah dan Air yang telah dilakukan


diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 3. Nilai Erodibilitas Tanah (K)
Keterangan Nilai
Tekstur Lempung Berliat
Liat 36.2%
Debu 33.1%
Pasir sangat halus 7.2%
Pasir kasar 23.5%
Kadar Bahan Organik 2
Struktur granular halus 2
Permeabilitas Lambat 5
K 0.27
Sumber : Data Primer Praktikum Konservasi Tanah dan Air, 2021.

Berdasarkan Tabel 3., dapat diketahui bahwa nilai K pada Perkebunan


Sayuran di Daerah DAS Citere, Pengalengan, Jawa Barat sebesar 0.27, dimana nilai
ini dipengaruhi oleh faktor pendukung, yaitu sifat fisik tanah . Hal ini sesuai dengan
pernyataan yang dikemukakan oleh Bulasri et al. (2017) bahwa nilai dari K pada
tanah di suatu lahan dipengaruhi oleh faktor fisik tanah, seperti agregat, struktur,
permeabilitas, tekstur tanah (yang dipengaruhi oleh distribusi partikel tanah), dan
kadar bahan organik tanah. Erodibilitas tanah (K / Soil Erodibility (K-Factor))
7

merupakan indikator ketahanan tanah dalam terjadinya pemisahan dan migrasi


tanah dari pengaruh curah hujan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Gao et al. (2017)
bahwa K merupakan parameter dalam penentuan toleransi tanah terhadap erosi
dalam aspek ketangguhan tanah terhadap menahan kesatuan tanah dari separasi dan
migrasi tanah yang disebabkan oleh pukulan dari hujan dan aliran runoff air pada
permukaan tanah.

2.3.3. Faktor Panjang Lereng dan Kemiringan Lereng (LS)

Berdasarkan praktikum Konservasi Tanah dan Air yang telah dilakukan


diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4. Nilai Faktor Panjang Lereng (L) dan Kemiringan Lereng (S)
Panjang S
Satuan Unit Skala LS
Lereng (X) (m) (%)
1 3557 103.23 3.88 2.73
2 3557 69.01 20.72 7.46
3.1 3557 160.67 8.75 5.72
3.2 3557 185.49 7.57 5.55
4 3557 78.42 46.39 16.40
5 3557 186.26 11.89 7.77
6 3557 181.63 4.96 4.17
7.1 3557 166.01 27.49 14.81
7.2 3557 54.92 24.36 7.66
7.3 3557 54.29 18.74 6.07
7.4 3557 59.12 28.11 9.02
7.5 3557 64.10 4.69 2.39
7.6 3557 121.27 7.44 4.43
8.1 3557 156.54 1.92 2.42
8.2 3557 142.79 8.43 5.25
9 3557 99.82 7.03 3.87
10 3557 135.41 5.92 4.02
11 3557 50.60 18.07 5.69
12 3557 74.94 8.03 3.68
13 3557 131.75 4.56 3.38
Sumber : Data Primer Praktikum Konservasi Tanah dan Air, 2021.

Berdasarkan Tabel 4., dapat diketahui bahwa pada Perkebunan Sayuran di


Daerah DAS Citere, Pengalengan, Jawa Barat, terdapat 20 satuan unit yang terdiri
8

dari 10 satuan unit utama dan 3 satuan unit yang terpecah menjadi sub satuan unit.
Pada Perkebunan Sayuran di Daerah DAS Citere, Pengalengan, Jawa Barat, nilai
LS tertinggi dan terendah terdapat pada masing - masing satuan unit 4 yang
memiliki nilai LS sebesar 16.4 dan satuan unit 7.9 sebesar 2.39. Nilai dari LS
mempengaruhi potensi tanah terjadinya longsor, dimana satuan unit 4 yang
memiliki LS tertinggi menjadikan satuan unit 4 mempunyai potensi longsor yang
lebih besar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Luliro et al. (2013) bahwa semakin
tinggi nilai LS pada satuan unit, maka semakin tinggi pula potensi terjadinya erosi,
dan semakin rendah nilai LS, maka semakin kecil potensi terjadinya erosi. LS
(Panjang Lereng dan Kemiringan Lereng / LS-Factor) merupakan parameter
potensi erosi tanah yang dipengaruhi oleh nilai LS yang terbentuk dari parameter L
dan S. Hal ini sesuai dengan pernyataan Panagos et al. (2015) bahwa nilai dari LS
pada suatu satuan unit lahan dipengaruhi oleh panjang lereng dan kemiringan
lereng, dimana nilai nya sama dengan atau lebih besar dari 0.
9

2.3.4. Faktor Pengelolaan Tanaman (C)

Berdasarkan data praktikum yang telah diperoleh, hasil faktor pengelolaan


tanaman adalah sebagai berikut :
Tabel 5. Faktor Pengelolaan Tanaman (C)
No Jenis Tanaman Faktor Pengelolaan Tanaman (C)
1 Kentang 0.4
2 Jagung 0.7
3 Kentang - Jagung 0.55
Sumber : Data Primer Praktikum Konservasi Tanah dan Air, 2021.

Berdasarkan Tabel 5., dapat diketahui bahwa pemilihan jenis pengolahan


tanaman pada Perkebunan Sayuran di Daerah DAS Citere, Pengalengan, Jawa Barat
adalah dengan jenis tanaman Kentang yang dilanjutkan dengan Jagung pada musim
selanjutnya. Nilai dari pemilihan pengolahan tanaman dengan Kentang - Jagung
adalah sebesar 0.55, dimana nilai ini diperoleh dari rata - rata faktor C pada tanaman
kentang dan tanaman jagung. Hal ini sesuai dengan pernyataan . C Faktor
Pengelolaan Tanaman (C / C Factor) merupakan faktor yang menentukan nlai erosi
aktual, dimana nilai faktor C menentukan nilai dari pengaruh penentuan
pengelolaan tanah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Auerswald et al. (2021) bahwa
faktor C mempengaruhi perlakuan pengelolaan tanaman, dimana hal ini
menentukan metode pengelolaan jenis tanaman yang ditumbuhkan pada lahan
tersebut. Faktor C memiliki nilai tersendiri dpengaruhi berdasarkan pengelolaan
jenis tanaman yang diaplikasikan kepada suatu lahan dan fase pertumbuhan
tanaman tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ayalew et al. (2020) bahwa
nilai dari C dipengaruhi oleh jenis pengelolaan tanaman yang diberikan kepada
satuan lahan, dimana nilai tersebut harus disesuaikan dengan nilai dari TSL.
10

2.3.5. Faktor Tindakan Konservasi (P)

Berdasarkan data praktikum yang telah diperoleh, hasil faktor tindakan erosi
adalah sebagai berikut :
Tabel 6. Nilai Tindakan Konservasi (P)
No Tindakan Nilai P
1 Tanpa tindakan konservasi 1.0
Sumber : Data Primer Praktikum Konservasi Tanah dan Air, 2021.

Berdasarkan Tabel 6., dapat diketahui bahwa pada Perkebunan Sayuran di


Daerah DAS Citere, Pengalengan, Jawa Barat, tidak diterapkan tindakan konservasi
tanah dengan nilai faktor P dari tindakan tersebut adalah sebesar 1.0. Nilai faktor P
yang diperoleh pada hasil praktikum tergolong tinggi, dimana faktor P ini harus
ditekan karena nilai P yang terlalu tinggi memberi resiko pada terjadinya erosi
tanah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kassawmar et al. (2018) bahwa faktor P
sangat mempengaruhi nilai toleransi erosi, dimana nilai P yang tinggi harus ditekan
dengan memberikan perlakuan konservasi tanah untuk meningkatkan kemantapan
tanah pada satuan unit lahan. Pemberian perlakuan konservasi tanah pada suatu
lahan menekan nilai P karena konservasi lahan mencegah terjadinya erosi dengan
memberikan perlakuan pencegahan pada terjadinya erosi pada lahan tersebut. Hal
ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Panagos et al. (2015) bahwa
pemberian perlakuan tindakan konservasi tanah pada suatu lahan dapat memitigasi
terjadinya erosi akibat dari adanya runoff dengan cara membentuk pencegah erosi
lahan, seperti praktik pembentukan kontur, strip cropping (pola tanam yang
mengikut kontur lahan), dan pembentukan teras.
11

2.3.6.Erosi Aktual (A)

Berdasarkan praktikum Konservasi Tanah dan Air yang telah dilakukan


diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 7. Hasil Perhitungan Erosi Aktual di Perkebunan Sayuran di Daerah DAS
Citere, Pengalengan, Jawa Barat
Satuan Unit
R K LS C P A
Lahan
1 2057.32 0.27 2.73 0.55 1.0 832.75
2 2057.32 0.27 7.46 0.55 1.0 2278.45
3.1 2057.32 0.27 5.72 0.55 1.0 1748.55
3.2 2057.32 0.27 5.55 0.55 1.0 1694.81
4 2057.32 0.27 16.40 0.55 1.0 5011.25
5 2057.32 0.27 7.77 0.55 1.0 2372.69
6 2057.32 0.27 4.17 0.55 1.0 1273.34
7.1 2057.32 0.27 14.81 0.55 1.0 4525.57
7.2 2057.32 0.27 7.66 0.55 1.0 2339.80
7.3 2057.32 0.27 6.07 0.55 1.0 1855.33
7.4 2057.32 0.27 9.02 0.55 1.0 2755.30
7.5 2057.32 0.27 2.39 0.55 1.0 730.97
7.6 2057.32 0.27 4.43 0.55 1.0 1354.31
8.1 2057.32 0.27 2.42 0.55 1.0 738.90
8.2 2057.32 0.27 5.25 0.55 1.0 1605.26
9 2057.32 0.27 3.87 0.55 1.0 1181.55
10 2057.32 0.27 4.02 0.55 1.0 1227.67
11 2057.32 0.27 5.69 0.55 1.0 1737.24
12 2057.32 0.27 3.68 0.55 1.0 1123.15
13 2057.32 0.27 3.38 0.55 1.0 1031.20
Sumber : Data Primer Praktikum Konservasi Tanah dan Air, 2021.

Berdasarkan Tabel 7., dapat diketahui bahwa pada Perkebunan Sayuran di


Daerah DAS Citere, Pengalengan, Jawa Barat, erosi aktual tertinggi terdapat pada
satuan unit lahan 4 dengan nilai A sebesar 3250.65 yang tergolong sangat berat, dan
erosi aktual terendah terdapat pada satuan unit lahan 1 dengan nilai A sebesar
164.98, dimana sudah tergolong ke kategori sedang. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Krisnayanti et al. (2018) bahwa laju erosi aktual yang memiliki nilai
diantara 60 - 180 termasuk sedang, dan nilai erosi aktual yang diatas 480 termasuk
sangat berat.
12

2.4. Alternatif Konservasi Tanah dan Air

Berdasarkan praktikum Konservasi Tanah dan Air yang telah dilakukan,


diperoleh hasil sebagai berikut : kentang, wortel, lobak kubis, tomat dan cabe
Tabel 8. Alternatif Pengelolaan Tanah dan Manajemen Vegetasi Lahan di
Perkebunan Sayuran di Daerah DAS Citere, Pengalengan, Jawa Barat
Satuan
Unit Pengelolaan Tanah dan Tanaman A TSL
Lahan
1 Kubis - Jagung, I Konstruksi Baik (P = 0.04) 6.6 55.2
Wortel - Jagung, P = 0.04 5.82 55.2
2 Cabai - Jagung, P = 0.04 38.91 55.2
Wortel - Jagung, P = 0.04 36.64 55.2
3.1 Wortel - Jagung, P = 0.04 18.21 55.2
Kentang - Jagung , P = 0.04 18.56 55.2
3.2 Wortel - Jagung , P = 0.04 16.38 55.2
Kubis - Jagung , P = 0.04 18.58 55.2
4 Wortel - Jagung , P = 0.04 114.66 55.2
Cabai - Jagung , P = 0.04 121.75 55.2
5 Kentang - Jagung , P = 0.04 32.63 55.2
Wortel - Jagung , P = 0.04 28.77 55.2
6 Wortel - Jagung , P = 0.04 10.02 55.2
Cabai - Jagung , P = 0.04 10.64 55.2
7.1 Kubis - Jagung , P = 0.04 94.46 55.2
Kentang - Jagung , P = 0.04 94.46 55.2
7.2 Cabai - Jagung , P = 0.04 42.68 55.2
Wortel - Jagung , P = 0.04 45.58 55.2
7.3 Cabai - Jagung , P = 0.04 29.87 55.2
Kubis - Jagung , P = 0.04 31.90 55.2
7.4 Wortel - Jagung , P = 0.04 50.54 55.2
Cabai - Jagung , P = 0.04 53.67 55.2
7.5 Wortel - Jagung , P = 0.04 5.50 55.2
Kentang - Jagung , P = 0.04 6.23 55.2
7.6 Kubis - Jagung , P = 0.04 14.79 55.2
Kentang - Jagung , P = 0.04 14.79 55.2
8.1 Cabai - Jagung , P = 0.04 3.89 55.2
Kubis - Jagung , P = 0.04 4.15 55.2
8.2 Wortel - Jagung , P = 0.04 18.10 55.2
Cabai - Jagung , P = 0.04 19.22 55.2
9 Cabai - Jagung , P = 0.04 11.67 55.2
Kentang - Jagung, P = 0.04 12.46 55.2
10 Kentang - Jagung , P = 0.04 11.98 55.2
Wortel - Jagung , P = 0.04 10.56 55.2
11 Wortel - Jagung , P = 0.04 25.86 55.2
13

Cabai - Jagung , P = 0.04 27.46 55.2


12 Kubis - Jagung , P = 0.04 12.71 55.2
Cabai - Jagung , P = 0.04 11.90 55.2
13 Kubis - Jagung , P = 0.04 8.80 55.2
Wortel - Jagung , P = 0.04 7.76 55.2
Sumber : Data Primer Praktikum Konservasi Tanah dan Air, 2021.

Berdasarkan Tabel 8., dapat diketahui bahwa pada Perkebunan Sayuran di


Daerah DAS Citere, Pengalengan, Jawa Barat, perlakuan alternatif konservasi tanah
sangat berpengaruh terhadap penurunan faktor A, yaitu dengan pemberian
perlakuan konservasi tanah dengan teras bangku. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Rawat et al. (2016) bahwa nilai dari faktor P sangat mempengaruhi nilai akhir dari
faktor A, dimana semakin kecil faktor P, maka efektivitas penekanan laju erosi
semakin besar. Perlakuan perubahan komoditas yang memiliki nilai faktor C yang
lebih rendah juga memberikan pengaruh terhadap potensi laju erosi lahan. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Auerswald (2021), Mansida (2015), dan Salik (2019)
bahwa nilai faktor C dari tanaman wortel, kubis, dan cabai sebesar 0.27, 0.48, dan
0.33, dimana ketiga komoditas tersebut dapat menjadi alternatif untuk menekan
faktor laju erosi (A-factor). Hampir semua satuan unit lahan memiliki prospek yang
baik dalam mencegah terjadinya penurunan produktivitas lahan, kecuali pada
satuan unit 4 dimana nilai A lebih besar dari TSL. Hal ini sesuai dengan pernyataan
yang dikemukakan oleh Bajard et al. (2017) bahwa nilai laju erosivitas yang lebih
tinggi dari laju toleransi erosi meyenbabkan terjadinya penurunan produktvitas dan
efisiensi tanah.
Penerapan teras bangku pada lahan dengan kemiringan tertentu dapat
menekan potensi erosi karena teras bangku dapat memitigasi laju erosi tanah. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Rutebuka et al. (2021) pada penelitiannya di Murehe
dan Tangata, Rwadna, bahwa teras bangku dapat efektif menekan terjadinya erosi
karena teras bangku dapat menekan laju erosi hingga 85%. Penerapan erosi pada
lereng sangat baik untuk peningkatan efektivitas lahan dan penekanan potensi eros.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Wickama et al. (2014) bahwa penerapan teras
bangku sangat baik dalam menekan laju erosi, dan menekan laju kehilangan nutrisi
tanah akibat runoff air yang cepat.
BAB III

SIMPULAN DAN SARAN

3.1. Simpulan

Berdasarkan kegiatan praktikum, dapat disimpulkan bahwa pada Perkebunan


Sayuran di Daerah DAS Citere, Pengalengan, Jawa Barat, manjemen vegetatif
lahan dan konservasi lahan yang terbaik pada hampir semua satuan lahan dengan
umur guna lahan minimum 250 tahun adalah dengan pengaplikasian pola tanam
Wortel - Jagung, Kubis - Jagung, Kentang - Jagung, dan Cabai - Jagung dan
penerapan konservasi lahan teras bangku dengan konstruksi yang baik. Satuan unit
4 tidak direkomendasikan untuk dilakukan manajemen vegetasi dan konservasi
lahan karena nilai erosi aktual pada satuan unit tersebut lebih tinggi terhadap laju
erosi ditoleransinya.

3.2. Saran

Saran yang dapat diberikan dalam praktikum Konservasi Tanah dan Air
adalah penentuan nilai dari berbagai faktor perhitungan dapat dicari dan ditentukan
lebih mendalam untuk mendapatkan nilai faktor perhitungan yang secara luas
digunakan untuk mendapatkan hasil perhitungan yang lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Auerswald, K., F. Ebertseder, K Levin, Y. Yuan, V.Prasuhn, N. O. Plambeck, A.


Menzel, and M. Kainz. 2021. Summable C factors for contemporary soil
use. Soil and Tillage Research. 213 : 105155.
Belasri, A., A. Lakhouili, and O. I. Halima. 2017. Soil erodibility mapping and its
correlation with soil properties of Oued El Makhazine watershed,
Morocco. Forestry. 2 (3) : 3208 – 3215.
Bajard, M., J. Poulenard, P. Sabatier, A. L. Develle, C. Giguet-Covex, J. Jacob, C.
Crouzet, F. David, C. Pignol, and F. Arnaud. .2017.. Progressive and
regressive soil evolution phases in the Anthropocene. Catena. 150 : 39 – 52.
Brouwer, D., and A. Jenkins. 2015. Managing for Healthy Soil: AgGuide–A
Practical Handbook. NSW Agriculture : Tocal-New South Wales.
Efthimiou, N. 2018. Evaluating the performance of different empirical rainfall
erosivity (r) factor formulas using sediment yield measurements. Catena. 169
: 195 – 208.
Evans, D. L., J. N. Quinton, A. M. Tye, Á. Rodés, J. C. Rushton, J. A. C. Davies,
and S. M. Mudd. 2021. How the composition of sandstone matrices affects
rates of soil formation. Geoderma. 401 : 115337.
Fitri, R. 2018. Prediksi erosi pada lahan petani agroforestri di das ciliwung hulu
provinsi jawa barat. J. Agrosains dan Teknologi. 3 (1) : 13 – 18.
Gao, L., M. A. Bowker, M. Xu, H. Sun, D. Tuo, and Y. Zhao. 2017. Biological soil
crusts decrease erodibility by modifying inherent soil properties on the Loess
Plateau, China. Soil Biology and Biochemistry. 105 : 49 – 58.
Harjianto, M., N. Sinukaban, S. D. Tarigan, and O. Haridjaja. 2015. Erosion
prediction and soil conservation planning in Lawo watershed Indonesia. J.
Environ Earth Sci. 5 (6) : 40 – 50.
Kasmawati, K., U. Hasanah, dan A. Rahman. 2016. Prediksi erosi pada be berapa
penggunaan lahan di desa labuan toposo kecamatan labuan kabupaten
donggala. Agrotekbis: E-J. Ilmu Pertanian. 4 (6) : 659 – 666.
Kassawmar, T., G. D. Gessesse, G. Zeleke, and A. Subhatu. 2018. Assessing the
soil erosion control efficiency of land management practices implemented
through free community labor mobilization in Ethiopia. International soil and
water conservation research. 6 (2) : 87 – 98.
Krisnayanti, D. S., I. M. Udiana, dan M. J. Muskanan. 2018. Pendugaan erosi dan
sedimentasi menggunakan metode usle dan musle pada das noel-puames. J.
Teknik Sipil. 7 (2) : 143 – 154.
Luliro, N. D., J. S. Tenywa, and J. G. M. Majaliwa. 2013. Adaptation of rusle to
model erosion risk in a watershed with terrain heterogeneity. International J.
of Advanced Earth Science and Engineering. 2 (1) : 93 – 107.
Mandal, D., M. Chandrakala, N. M. Alam, T. Roy, and U. Mandal. 2021.
Assessment of soil quality and productivity in different phases of soil erosion
with the focus on land degradation neutrality in tropical humid region of
India. CATENA. 204 : 105440.
16

Mansida, A., dan M. Mahmuddin. 2015. Kajian Tingkat Bahaya Erosi (TBE)
Pemanfaatan Lahan Sub Das Mataallo Provinsi Sulawesi Selatan. Simposium
Nasional Teknologi Terapan (SNTT).
Meki, M. N., J. L. Snider, J. R. Kiniry, R. L. Raper, and A. C. Rocateli. 2013.
Energy sorghum biomass harvest thresholds and tillage effects on soil organic
carbon and bulk density. Industrial Crops and Products. 43 : 172 – 182.
Ostovari, Y., A. A. Moosavi, and H. R. Pourghasemi. 2020. Soil loss tolerance in
calcareous soils of a semiarid region: evaluation, prediction, and influential
parameters. Land Degradation & Development, 31 (15) : 2156 – 2167.
Panagos, P., P. Borrelli, and K. Meusburger. 2015. A new european slope length
and steepness factor (ls-factor) for modeling soil erosion by
water. Geosciences. 5 (2) : 117 – 126.
Purwantara, S., dan M. Nursa'ban. 2012. Pengukuran tingkat bahaya bencana erosi
di kecamatan kokap. Geomedia: Majalah Ilmiah dan Informasi
Kegeografian. 10 (1) : 111 – 128.
Rutebuka, J., A. M. Uwimanzi, O. Nkundwakazi, D. M. Kagabo, J. J. M.
Mbonigaba, P. Vermeir, and A. Verdoodt. 2021. Effectiveness of terracing
techniques for controlling soil erosion by water in Rwanda. J. of
Environmental Management. 277 : 111369.
Sadeghi, S. H., and S. Tavangar. 2015. Development of stational models for
estimation of rainfall erosivity factor in different timescales. Natural
Hazards. 77 (1) : 429 – 443.
Salik, A. W. 2019. The application of universal soil loss equation (usle) for
predicting the soil erosin: a review. Scientific Journal of Research in Natural
Science. 2 : 34 – 242.
Wickama, J., B. Okoba, and G. Sterk. 2014. Effectiveness of sustainable land
management measures in west usambara highlands, tanzania. Catena. 118 :
91 – 102.
Zhu, Q., X. Chen, Q. Fan, H. Jin, and J. Li. 2011. A new procedure to estimate the
rainfall erosivity factor based on Tropical Rainfall Measuring Mission (trmm)
data. Science China Technological Sciences. 54 (9) : 2437 – 2445.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Erosi yang ditoleransikan (TSL / ETol)


Diketahui :
Kedalaman Efektif : 95 cm = 950 mm
Faktor Kedalaman : Andepts = 1
De : Kedalaman Efektif*Faktor Kedalaman = 950 mm
Dmin : 0.3 m = 30 cm = 300 mm (Harijanto et al., 2015)
UGT : 250 tahun
LPT : 2 mm/tahun (Kasmawati et al., 2016)
BD : 1.2 gram/cm3 (Meki et al., 2013)
Ditanya : TSL / ETol = ?
Jawab :
De-Dmin
TSL / ETol =( )*1.2*10
UGT
950-300
= ( 2)*1.2*10
250

TSL / ETol = 55.2


Lampiran 2. Perhitungan Erosivitas Hujan (R)
Diketahui :
X = rata - rata (Average)
X R Hujan (mm)
X R Januari = 391
X R Februari = 311
X R Maret = 364
X R April = 338
X R Mei = 158
X R Juni = 99
X R Juli = 72
18

X R Agustus = 98
X R September = 108
X R Oktober = 159
X R November = 350
X R Desember = 358
Dit : EI30 Tahunan (R) = ?
Jawab :
EI30 Tahunan = Σ EI30 Bulanan
EI30 Bulanan = 2.21*R(cm)1.36
EI30 Januari = 2.21*39.11.36
EI30 Januari = 323.46
EI30 Februari = 236.91
EI30 Maret = 293.42
EI30 April = 265.30
EI30 Mei = 94.32
EI30 Juni = 49.95
EI30 Juli = 32.38
EI30 Agustus = 45.20
EI30 September = 56.22
EI30 Oktober = 95.12
EI30 November = 278.18
EI30 Desember = 286.86
EI30 Tahunan = Σ EI30 Bulanan = 2057.32
Lampiran 3. Perhitungan Erodibilitas Tanah (K)
Dik :
Liat (%) = 36.2
Debu (%) = 33.1
Pasir sangat halus (%) = 7.2
19

Pasir kasar (%) = 23.5


Kadar Bahan Organik = 2 (a)
Struktur Tanah = Granular Halus = 2 (b)
Permeabilitas = Lambat = 5 (c)
M = (% pasir sangat halus + % debu)*(100 – % liat)
= (7.2+33.1)*(100-36.2)
= 2571.14
Dit : K = ?
Jawab :
100K = 1.292 (2.1 M1.14 (10-4 ) (12 – a) + 3.25 (b – 2) + 2.5 (c – 3))
100K = 1.292 (2.1 2571.141.14 (10-4 ) (12 – 2) + 3.25 (2 – 2) + 2.5 (5 – 3))
100K = 1.292 (2.1 2571.141.14 (10-4 ) (12 – 2) + 3.25 (2 – 2) + 2.5 (5 – 3))
100K = 27.40
K = 0.27
Lampiran 4. Perhitungan Skala Peta
Diketahui :
Luas lahan ST1 = 10.2 ha = 1.020.000.000 cm2
Luas lahan ST2 = 13.8 ha = 1.380.000.000 cm2
Luas kertas 5 x 5 = 25 cm2
Berat ST1 = 0.616 g
Berat ST2 = 0.851 g
Berat kertas 5 x 5 = 0.193 g
Ditanya :
Skala yang digunakan = ?
Jawab :
Luas Skala =
Berat ST
*Luas 5x5
Berat 5x5
20

Berat ST
ST1 = *Luas 5x5
Berat 5x5
0.616
= *25
0.193
= 79.79 cm2
Berat ST
ST2 = *Luas 5x5
Berat 5x5
0.851
= *25
0.193
= 110.23 cm2
Skala 1 Skala 2
79.79 cm2 : 1,020,000,000 cm2 110.23 cm2 : 1,380,000,000 cm2
1 cm2 : 1,020,000,000 cm2 1 cm2 : 1,380,000,000 cm2
79.79 110.23

√1 cm2 : cm2 √1 cm2 : cm2


1 cm : √12,783,116.88 1 cm : √12,518,918.92

1 cm : 3575.35 cm 1 cm : 3583.21 cm

Skala Peta Rata-rata

Skala 1+Skala 2
Skala Peta = cm
2
3.575.35 +3.538.21 2
= cm
2
= 3557 cm
Skala Peta = 1 : 3557
21

Lampiran 5. Perhitungan Panjang dan Kemiringan Lereng (LS)


Sisi
Sisi Panjang Kecuraman
Satuan tidur Skala Sisi tidur x
tegak lereng lereng [s] LS
Unit (b) (cm) Skala (m)
(m) [X] (m) (m)
(cm)
1 2.9 3557 103.15 4 4 3.9 0.54
2 1.9 3557 67.58 14 14 21 3.40
3.1 4.5 3557 160.01 14 14 8.75 1.69
3.2 5.2 3557 184.96 14 14 7.57 1.52
4 2.0 3557 71.14 33 33 46.4 10.64
5 5.2 3557 184.96 22 22 11.9 2.67
6 5.1 3557 181.41 9 9 4.96 0.93
7.1 4.5 3557 160.07 44 44 27.9 7.73
7.2 1.5 3557 53.36 13 13 24.4 3.73
7.3 1.5 3557 53.36 10 10 18.74 2.61
7.4 1.6 3557 56.91 16 16 28.11 4.69
7.5 1.8 3557 64.03 3 3 4.56 0.51
7.6 3.4 3557 120.94 9 9 7.44 1.21
8.1 4.4 3557 156.51 3 3 1.92 0.34
8.2 4.0 3557 142.28 12 13 9.14 1.68
9 2.8 3557 99.57 7 7 7.03 1.02
10 3.8 3557 135.17 8 8 5.92 0.98
11 1.4 3557 49.80 9 9 18.07 2.40
12 2.1 3557 74.70 6 6 8.03 1.04
13 3.7 3557 131.61 6 6 4.56 0.72

LS = √0.0138+0.00965*s+0.00138*s2

LS 1 = √0.0138+0.00965*s+0.00138*s2
a
s= *100%
b
4
s= *100%
103.5

s= 3.9%

LS 1 = √0.0138+0.00965*3.9+0.00138*3.92
LS 1 = 0.54
LS 2 = √0.0138+0.00965*21+0.00138*212
LS 2 = 3.40
LS 3.1 = √0.0138+0.00965*8.75+0.00138*8.752
LS 3.1 = 1.69
22

LS 3.2 = √0.0138+0.00965*7.57+0.00138*7.572
LS 3.2 = 1.52
LS 4 = √0.0138+0.00965*46.4+0.00138*46.42
LS 4 = 10.64
LS 5 = √0.0138+0.00965*11.9+0.00138*11.92
LS 5 = 2.67
LS 6 = √0.0138+0.00965*4.96+0.00138*4.962
LS 6 = 0.93
LS 7.1 = √0.0138+0.00965*27.9+0.00138*27.92
LS 7.1 = 7.73
LS 7.2 = √0.0138+0.00965*24.4+0.00138*24.42
LS 7.2 = 3.73
LS 7.3 = √0.0138+0.00965*18.74+0.00138*18.742
LS 7.3 = 2.61
LS 7.4 = √0.0138+0.00965*28.11+0.00138*212
LS 7.4 = 4.69
LS 7.5 = √0.0138+0.00965*4.56+0.00138*4.562
LS 7.5 = 0.51
LS 7.6 = √0.0138+0.00965*7.44+0.00138*7.442
LS 7.6 = 1.21
LS 8.1 = √0.0138+0.00965*1.92+0.00138*1.922
LS 8.1 = 0.34
LS 8.2 = √0.0138+0.00965*9.14+0.00138*9.142
LS 8.2 = 1.68
LS 9 = √0.0138+0.00965*7.03+0.00138*7.032
LS 9 = 1.02
LS 10 = √0.0138+0.00965*5.92+0.00138*5.922
LS 10 = 0.98
LS 11 = √0.0138+0.00965*18.07+0.00138*18.072
23

LS 11 = 2.40
LS 12 = √0.0138+0.00965*8.03+0.00138*8.032
LS 12 = 1.04
LS 13 = √0.0138+0.00965*4.56+0.00138*4.562
LS 13 = 0.72
Lampiran 6. Nilai Faktor C Jenis Tanaman dan P Tindakan Konservasi
Diketahui :
(a) C Kentang = 0.4
(b) C Jagung = 0.7
Ditanya :
C Kentang - Jagung =?
Jawab :
Ca+Cb
C Kentang - Jagung = 2
0.4+0.7
C Kentang - Jagung = 2

C Kentang - Jagung = 0.55


Lampiran 7. Perhitungan Erosi Aktual (A)
Diketahui :
R= 2057.32
K= 0.27
LS (SU 1)= 0.54
C= 0.55
P= 1
Ditanya :
A= R*K*LS*C*P
Jawab :
A SU 1 = 2057.32*0.27*0.54*0.55*1
A SU 1 = 164.98
A SU 2 = 1038.74
24

A SU 3.1 = 516.32
A SU 3.2 = 464.38
A SU 4 = 3250.65
A SU 5 = 815.72
A SU 6 = 284.13
A SU 7.1 = 284.13
A SU 7.2 = 1139.56
A SU 7.3 = 797.39
A SU 7.4 = 1432.85
A SU 7.5 = 155.81
A SU 7.6 = 369.67
A SU 8.1 = 103.87
A SU 8.2 = 513.26
A SU 9 = 311.62
A SU 10 = 299.40
A SU 11 = 733.23
A SU 12 = 317.73
A SU 13 = 219.97
25

Lampiran 8. Perhitungan Alternatif Pengelolaan Tanah dan Tanaman di


Perkebunan Sayuran di Daerah DAS Citere, Pengalengan, Jawa Barat
A. Kentang
Diketahui :
Pola = Kentang - Jagung
Satuan Unit 1
R = 2057.32
K = 0.27
LS = 0.54
P : Teras Bangku Konstruksi Baik = 0.04
C Kentang = 0.4
C Jagung = 0.7
0.4+0.7
C Kentang - Jagung = = 0.55
2
TSL = 0.55
Dit :
A Satuan unit 1 ?
Jawab :
A = R*K*LS*P*C
= 2057.32*0.27*0.54*0.04*0.55
A = 6.60
26

Tabel 9. Perhitungan Perbandingan faktor A dengan TSL pada pengelolaan


tanaman Kentang - Jagung dengan Konservasi Tanah Teras Bangku Konstruksi
Baik (P = 0.04) di Perkebunan Sayuran di Daerah DAS Citere, Pengalengan, Jawa
Barat.
SU R K LS C P A TSL
1 2057.32 0.27 0.54 0.55 0.04 6.60 55.2
2 2057.32 0.27 3.4 0.55 0.04 41.55 55.2
3.1 2057.32 0.27 1.69 0.55 0.04 20.65 55.2
3.2 2057.32 0.27 1.52 0.55 0.04 18.58 55.2
4 2057.32 0.27 10.64 0.55 0.04 130.03 55.2
5 2057.32 0.27 2.67 0.55 0.04 32.63 55.2
6 2057.32 0.27 0.93 0.55 0.04 11.37 55.2
7.1 2057.32 0.27 7.73 0.55 0.04 94.46 55.2
7.2 2057.32 0.27 3.73 0.55 0.04 45.58 55.2
7.3 2057.32 0.27 2.61 0.55 0.04 31.90 55.2
7.4 2057.32 0.27 4.69 0.55 0.04 57.31 55.2
7.5 2057.32 0.27 0.51 0.55 0.04 6.23 55.2
7.6 2057.32 0.27 1.21 0.55 0.04 14.79 55.2
8.1 2057.32 0.27 0.34 0.55 0.04 4.15 55.2
8.2 2057.32 0.27 1.68 0.55 0.04 20.53 55.2
9 2057.32 0.27 1.02 0.55 0.04 12.46 55.2
10 2057.32 0.27 0.98 0.55 0.04 11.98 55.2
11 2057.32 0.27 2.4 0.55 0.04 29.33 55.2
12 2057.32 0.27 1.04 0.55 0.04 12.71 55.2
13 2057.32 0.27 0.72 0.55 0.04 8.80 55.2
Sumber : Data X Prakitkum Konservasi Tanah dan Air, 2021.

B. Wortel
Diketahui :
Pola = Wortel - Jagung
Satuan Unit 1
R = 2057.32
K = 0.27
LS = 0.54
P : Teras Bangku Konstruksi Baik = 0.04
C Wortel = 0.27
C Jagung = 0.7
0.27+0.7
C Wortel - Jagung = = 0.485
2
27

TSL = 0.55
Dit :
A Satuan unit 1 ?
Jawab :
A = R*K*LS*P*C
= 2057.32*0.27*0.54*0.04*0.485
A = 5.82
Tabel 10. Perhitungan Perbandingan faktor A dengan TSL pada pengelolaan
tanaman Wortel - Jagung dengan Konservasi Tanah Teras Bangku Konstruksi Baik
(P = 0.04) di Perkebunan Sayuran di Daerah DAS Citere, Pengalengan, Jawa Barat.
SU R K LS C P A TSL
1 2057.32 0.27 0.54 0.485 0.04 5.82 55.2
2 2057.32 0.27 3.4 0.485 0.04 36.64 55.2
3.1 2057.32 0.27 1.69 0.485 0.04 18.21 55.2
3.2 2057.32 0.27 1.52 0.485 0.04 16.38 55.2
4 2057.32 0.27 10.64 0.485 0.04 114.66 55.2
5 2057.32 0.27 2.67 0.485 0.04 28.77 55.2
6 2057.32 0.27 0.93 0.485 0.04 10.02 55.2
7.1 2057.32 0.27 7.73 0.485 0.04 83.30 55.2
7.2 2057.32 0.27 3.73 0.485 0.04 40.20 55.2
7.3 2057.32 0.27 2.61 0.485 0.04 28.13 55.2
7.4 2057.32 0.27 4.69 0.485 0.04 50.54 55.2
7.5 2057.32 0.27 0.51 0.485 0.04 5.50 55.2
7.6 2057.32 0.27 1.21 0.485 0.04 13.04 55.2
8.1 2057.32 0.27 0.34 0.485 0.04 3.66 55.2
8.2 2057.32 0.27 1.68 0.485 0.04 18.10 55.2
9 2057.32 0.27 1.02 0.485 0.04 10.99 55.2
10 2057.32 0.27 0.98 0.485 0.04 10.56 55.2
11 2057.32 0.27 2.4 0.485 0.04 25.86 55.2
12 2057.32 0.27 1.04 0.485 0.04 11.21 55.2
13 2057.32 0.27 0.72 0.485 0.04 7.76 55.2
Sumber : Data X Prakitkum Konservasi Tanah dan Air, 2021.

C. Cabai
Diketahui :
Pola = Cabai - Jagung
Satuan Unit 1
R = 2057.32
K = 0.27
28

LS = 0.54
P : Teras Bangku Konstruksi Baik = 0.04
C Cabai = 0.33
C Jagung = 0.7
0.33+0.7
C Cabai - Jagung = = 0.515
2
TSL = 0.55
Dit :
A Satuan unit 1 ?
Jawab :
A = R*K*LS*P*C
= 2057.32*0.27*0.54*0.04*0.515
A = 6.18
Tabel 11. Perhitungan Perbandingan faktor A dengan TSL pada pengelolaan
tanaman Cabai - Jagung dengan Konservasi Tanah Teras Bangku Konstruksi Baik
(P = 0.04) di Perkebunan Sayuran di Daerah DAS Citere, Pengalengan, Jawa Barat.
SU R K LS C P A TSL
1 2057.32 0.27 0.54 0.515 0.04 6.18 55.2
2 2057.32 0.27 3.4 0.515 0.04 38.91 55.2
3.1 2057.32 0.27 1.69 0.515 0.04 19.34 55.2
3.2 2057.32 0.27 1.52 0.515 0.04 17.39 55.2
4 2057.32 0.27 10.64 0.515 0.04 121.75 55.2
5 2057.32 0.27 2.67 0.515 0.04 30.55 55.2
6 2057.32 0.27 0.93 0.515 0.04 10.64 55.2
7.1 2057.32 0.27 7.73 0.515 0.04 88.45 55.2
7.2 2057.32 0.27 3.73 0.515 0.04 42.68 55.2
7.3 2057.32 0.27 2.61 0.515 0.04 29.87 55.2
7.4 2057.32 0.27 4.69 0.515 0.04 53.67 55.2
7.5 2057.32 0.27 0.51 0.515 0.04 5.84 55.2
7.6 2057.32 0.27 1.21 0.515 0.04 13.85 55.2
8.1 2057.32 0.27 0.34 0.515 0.04 3.89 55.2
8.2 2057.32 0.27 1.68 0.515 0.04 19.22 55.2
9 2057.32 0.27 1.02 0.515 0.04 11.67 55.2
10 2057.32 0.27 0.98 0.515 0.04 11.21 55.2
11 2057.32 0.27 2.4 0.515 0.04 27.46 55.2
12 2057.32 0.27 1.04 0.515 0.04 11.90 55.2
13 2057.32 0.27 0.72 0.515 0.04 8.24 55.2
Sumber : Data X Prakitkum Konservasi Tanah dan Air, 2021.
29

D. Kubis
Diketahui :
Pola = Kubis - Jagung
Satuan Unit 1
R = 2057.32
K = 0.27
LS = 0.54
P : Teras Bangku Konstruksi Baik = 0.04
C Kubis = 0.4
C Jagung = 0.7
0.4+0.7
C Kubis - Jagung = = 0.55
2
TSL = 0.55
Dit :
A Satuan unit 1 ?
Jawab :
A = R*K*LS*P*C
= 2057.32*0.27*0.54*0.04*0.55
A = 6.18
30

Tabel 12. Perhitungan Perbandingan faktor A dengan TSL pada pengelolaan


tanaman Kubis - Jagung dengan Konservasi Tanah Teras Bangku Konstruksi Baik
(P = 0.04) di Perkebunan Sayuran di Daerah DAS Citere, Pengalengan, Jawa Barat.
SU R K LS C P A TSL
1 2057.32 0.27 0.54 0.55 0.04 6.60 55.2
2 2057.32 0.27 3.4 0.55 0.04 41.55 55.2
3.1 2057.32 0.27 1.69 0.55 0.04 20.65 55.2
3.2 2057.32 0.27 1.52 0.55 0.04 18.58 55.2
4 2057.32 0.27 10.64 0.55 0.04 130.03 55.2
5 2057.32 0.27 2.67 0.55 0.04 32.63 55.2
6 2057.32 0.27 0.93 0.55 0.04 11.37 55.2
7.1 2057.32 0.27 7.73 0.55 0.04 94.46 55.2
7.2 2057.32 0.27 3.73 0.55 0.04 45.58 55.2
7.3 2057.32 0.27 2.61 0.55 0.04 31.90 55.2
7.4 2057.32 0.27 4.69 0.55 0.04 57.31 55.2
7.5 2057.32 0.27 0.51 0.55 0.04 6.23 55.2
7.6 2057.32 0.27 1.21 0.55 0.04 14.79 55.2
8.1 2057.32 0.27 0.34 0.55 0.04 4.15 55.2
8.2 2057.32 0.27 1.68 0.55 0.04 20.53 55.2
9 2057.32 0.27 1.02 0.55 0.04 12.46 55.2
10 2057.32 0.27 0.98 0.55 0.04 11.98 55.2
11 2057.32 0.27 2.4 0.55 0.04 29.33 55.2
12 2057.32 0.27 1.04 0.55 0.04 12.71 55.2
13 2057.32 0.27 0.72 0.55 0.04 8.80 55.2
Sumber : Data X Prakitkum Konservasi Tanah dan Air, 2021.

Anda mungkin juga menyukai