Disusun oleh :
Menyetujui,
Puji syukur kehadirat Allah S.W.T. yang telah memberikan rahmat, hidayah,
dan izin Nya sehingga dapat menyelesaikan laporan praktikum Konservasi Tanah
dan Air. Penulis menyampaikan dengan penuh ucapan terima kasih kepada Dr. Ir.
Susilo Budiyanto, M.Si. selaku Koordinator Praktikum Konservasi Tanah dan Air
yang telah membimbing dan membantu selama praktikum berlangsung sampai
penyusunan laporan Praktikum Konservasi Tanah dan Air ini selesai. Penulis sadar
atas ketidaksempurnaan laporan Praktikum ini. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang konstruktif dari pembaca sangat diharapkan oleh penulis. Akhir kata, penulis
berharap semoga laporan Praktikum Konservasi Tanah dan Air ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang berkompeten.
Demikian kata pengantar dari penulis, penulis menyampaikan terima kasih
atas perhatian dan koreksi dari berbagai pihak.
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
untuk menentukan potensi pemanfaatan unit lahan berdasarkan laju erosi tanah saat
pemanfaatan lahan agar dapat mencegah terjadinya erosi yang menurunkan
produktivitas tanah.
Berbasarkan Tabel 1., dapat diketahui bahwa nilai dari Erosi Toleransi Tanah
(TSL / Tolerable Soil Loss / Erosion atau SLT (Soil Loss Tolerance)) pada
Perkebunan Sayuran di Daerah DAS Citere, Pengalengan, Jawa Barat sebesar 55.2.
TSL merupakan indikator penentuan titik ekuivalen toleransi ketahanan tanah pada
suatu lahan dalam mempertahankan produktivitas dengan pemberian perlakuan
sebelum tanah akan berpotensi mengalami erosi. TSL merpakan indikator dalam
perhitungan yang penting dalam menentukan pemberian perlakuan kepada tanah
dengan mencegah terjadinya erosi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mandal et al.
(2021) bahwa pengetahuan mengenai nilai TSL pada suatu lahan merupakan hal
yang penting dalam menentukan kegiatan konservasi tanah dan model perencanan
lahan apa yang tepat pada suatu lahan dengan memitigasi potensi terjadinya erosi.
Nilai dari TSL suatu lahan dipengaruhi oleh berbagai parameter penentu nilai TSL.
Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Ostovari et al. (2020)
4
bahwa nilai dair TSL suatu lahan dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti berat isi
(Bulk Density / BD), faktor erodibiltas, serta sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
Kedalaman minimum tanah (minimum soil depth) merupakan toleransi
minimum kedalaman tanah yang mempengaruhi nilai dari TSL. Hal ini sesuai
dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Efrina (2020) bahwa nilai dari TSL
mempengaruhi keteguhan tanah, dan kapasitas tanah dalam memberikan ruang bagi
akar tanah untuk tumbuh dengan baik. Nilai kedalaman tanah minimum adalah
sebesar 0.3 meter atau 30 cm. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan
oleh Harijanto et al. (2015) bahwa kedalaman minimum tanah adalah sebesar 30
cm.
Berat isi (Bulk Density / BD) tanah merupakan parameter perhitungan kondisi
fisik tanah melalui perhitungan faktor yang mempengaruhi nilai dari berat isi tanah.
Berat isi tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, biomassa, dan jenis
tanah, dimana semakin tinggi nilai berat isi tanah, maka kualitas tanah semakin
tidak menguntungkan bagi tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang
dikemukakan oleh Meki et al. (2013) bahwa semakin tinggi bahan organik tanah,
maka jumlah dan aktivitas organisme tanah semakin tinggi, yang memberikan
peningkatan porositas tanah, yang menjadikan tanah lebih mudah untuk ditembus
oleh akar tanaman dan memiliki retensi air yang tinggi. Nilai dari berat isi tanah
minimum yang baik untuk pertanian adalah sebesar 1.2 gram/cm3. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Brouwer dan Jenkins (2015) bahwa tanah yang telah melewati
nilai minimum berat isi tanah menandakan tanah tersebut telah mengalami
pemadatan, dimana hal ini mengindikasikan kadar BO dan porositas tanah yang
kurang baik bagi pertumbuhan tanah.
Laju Pembentukan Tanah (Soil formation rates) merupakan laju kemampuan
bagi tanah untuk bertransformasi menjadi tanah dari bentuk awal berupa bedrock.
Nilai dari Laju Pembentukan Tanah dipengaruhi oleh ketebalan dari horizon tanah.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Evans et al. (2021) bahwa horizon tanah yang
tebal memiliki kemampuan lebih baik untuk bertahan dari penghancuran terhadap
berbagai faktor lingkungan, baik dari aktivitas organisme, atau dari perubahan
lingkungan. Nilai dari laju pembentukan tanah secara umum adalah sebesar 2
5
mm/tahun. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Kasmawati et
al. (2016) bahwa pada perhitungan toleransi erosi, nilai dari Laju Pembentukan
Tanah sebesar 2 mm/tahun.
Berbasarkan Tabel 2., dapat diketahui bahwa nilai dari R / EI30 pada
Perkebunan Sayuran di Daerah DAS Citere, Pengalengan, Jawa Barat sebesar
2057.32 mm. Hal ini membuktikan bahwa nilai dari R berperan penting terhadap
nilai dari TSL. Hal ini sesuai dengan pernyataan Efthimiou (2018) bahwa nilai R
yang berdasarkan curah hujan yang dipengaruhi durasi, intensitas, dan frekuensi
yang berubab - ubah menjadikan nilai R menjadi faktor penting dalam perhitungan
TSL. Faktor Erosivitas hujan (R / Rainfall Erosivity Factor / R-Factor) merupakan
parameter dalam perhitungan pendugaan nilai erosivitas tanah pada suaut lahan
dimana besarnya curah hujan pada suatu wilayah dapat mempengaruhi terjadinya
6
erosi tanah. Rendah dan tingginya nilai R yang tinggi dapat mengindikasikan
potensi terjadinya erosi tanah. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Sadeghi dan
Tavangar (2015) bahwa tingginya nilai R dapat memberikan potensi erosi tanah
pada suatu lahan yang lebih besar. Nilai dari R dapat diperoleh dengan penjumlahan
rata - rata curah hujan pada setiap bulan dalam jangka tahun tertentu. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Zhu et al. (2011) bahwa nilai dari R dapat ditentukan dengan
memperoleh data curah hujan pada setiap bulan dalam jangka tahun tertentu,
dimana semakin besar jangka tahun yang diambil, maka semakin akurat pula nilai
dari R yang diperoleh.
dari 10 satuan unit utama dan 3 satuan unit yang terpecah menjadi sub satuan unit.
Pada Perkebunan Sayuran di Daerah DAS Citere, Pengalengan, Jawa Barat, nilai
LS tertinggi dan terendah terdapat pada masing - masing satuan unit 4 yang
memiliki nilai LS sebesar 16.4 dan satuan unit 7.9 sebesar 2.39. Nilai dari LS
mempengaruhi potensi tanah terjadinya longsor, dimana satuan unit 4 yang
memiliki LS tertinggi menjadikan satuan unit 4 mempunyai potensi longsor yang
lebih besar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Luliro et al. (2013) bahwa semakin
tinggi nilai LS pada satuan unit, maka semakin tinggi pula potensi terjadinya erosi,
dan semakin rendah nilai LS, maka semakin kecil potensi terjadinya erosi. LS
(Panjang Lereng dan Kemiringan Lereng / LS-Factor) merupakan parameter
potensi erosi tanah yang dipengaruhi oleh nilai LS yang terbentuk dari parameter L
dan S. Hal ini sesuai dengan pernyataan Panagos et al. (2015) bahwa nilai dari LS
pada suatu satuan unit lahan dipengaruhi oleh panjang lereng dan kemiringan
lereng, dimana nilai nya sama dengan atau lebih besar dari 0.
9
Berdasarkan data praktikum yang telah diperoleh, hasil faktor tindakan erosi
adalah sebagai berikut :
Tabel 6. Nilai Tindakan Konservasi (P)
No Tindakan Nilai P
1 Tanpa tindakan konservasi 1.0
Sumber : Data Primer Praktikum Konservasi Tanah dan Air, 2021.
3.1. Simpulan
3.2. Saran
Saran yang dapat diberikan dalam praktikum Konservasi Tanah dan Air
adalah penentuan nilai dari berbagai faktor perhitungan dapat dicari dan ditentukan
lebih mendalam untuk mendapatkan nilai faktor perhitungan yang secara luas
digunakan untuk mendapatkan hasil perhitungan yang lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Mansida, A., dan M. Mahmuddin. 2015. Kajian Tingkat Bahaya Erosi (TBE)
Pemanfaatan Lahan Sub Das Mataallo Provinsi Sulawesi Selatan. Simposium
Nasional Teknologi Terapan (SNTT).
Meki, M. N., J. L. Snider, J. R. Kiniry, R. L. Raper, and A. C. Rocateli. 2013.
Energy sorghum biomass harvest thresholds and tillage effects on soil organic
carbon and bulk density. Industrial Crops and Products. 43 : 172 – 182.
Ostovari, Y., A. A. Moosavi, and H. R. Pourghasemi. 2020. Soil loss tolerance in
calcareous soils of a semiarid region: evaluation, prediction, and influential
parameters. Land Degradation & Development, 31 (15) : 2156 – 2167.
Panagos, P., P. Borrelli, and K. Meusburger. 2015. A new european slope length
and steepness factor (ls-factor) for modeling soil erosion by
water. Geosciences. 5 (2) : 117 – 126.
Purwantara, S., dan M. Nursa'ban. 2012. Pengukuran tingkat bahaya bencana erosi
di kecamatan kokap. Geomedia: Majalah Ilmiah dan Informasi
Kegeografian. 10 (1) : 111 – 128.
Rutebuka, J., A. M. Uwimanzi, O. Nkundwakazi, D. M. Kagabo, J. J. M.
Mbonigaba, P. Vermeir, and A. Verdoodt. 2021. Effectiveness of terracing
techniques for controlling soil erosion by water in Rwanda. J. of
Environmental Management. 277 : 111369.
Sadeghi, S. H., and S. Tavangar. 2015. Development of stational models for
estimation of rainfall erosivity factor in different timescales. Natural
Hazards. 77 (1) : 429 – 443.
Salik, A. W. 2019. The application of universal soil loss equation (usle) for
predicting the soil erosin: a review. Scientific Journal of Research in Natural
Science. 2 : 34 – 242.
Wickama, J., B. Okoba, and G. Sterk. 2014. Effectiveness of sustainable land
management measures in west usambara highlands, tanzania. Catena. 118 :
91 – 102.
Zhu, Q., X. Chen, Q. Fan, H. Jin, and J. Li. 2011. A new procedure to estimate the
rainfall erosivity factor based on Tropical Rainfall Measuring Mission (trmm)
data. Science China Technological Sciences. 54 (9) : 2437 – 2445.
LAMPIRAN
X R Agustus = 98
X R September = 108
X R Oktober = 159
X R November = 350
X R Desember = 358
Dit : EI30 Tahunan (R) = ?
Jawab :
EI30 Tahunan = Σ EI30 Bulanan
EI30 Bulanan = 2.21*R(cm)1.36
EI30 Januari = 2.21*39.11.36
EI30 Januari = 323.46
EI30 Februari = 236.91
EI30 Maret = 293.42
EI30 April = 265.30
EI30 Mei = 94.32
EI30 Juni = 49.95
EI30 Juli = 32.38
EI30 Agustus = 45.20
EI30 September = 56.22
EI30 Oktober = 95.12
EI30 November = 278.18
EI30 Desember = 286.86
EI30 Tahunan = Σ EI30 Bulanan = 2057.32
Lampiran 3. Perhitungan Erodibilitas Tanah (K)
Dik :
Liat (%) = 36.2
Debu (%) = 33.1
Pasir sangat halus (%) = 7.2
19
Berat ST
ST1 = *Luas 5x5
Berat 5x5
0.616
= *25
0.193
= 79.79 cm2
Berat ST
ST2 = *Luas 5x5
Berat 5x5
0.851
= *25
0.193
= 110.23 cm2
Skala 1 Skala 2
79.79 cm2 : 1,020,000,000 cm2 110.23 cm2 : 1,380,000,000 cm2
1 cm2 : 1,020,000,000 cm2 1 cm2 : 1,380,000,000 cm2
79.79 110.23
1 cm : 3575.35 cm 1 cm : 3583.21 cm
Skala 1+Skala 2
Skala Peta = cm
2
3.575.35 +3.538.21 2
= cm
2
= 3557 cm
Skala Peta = 1 : 3557
21
LS = √0.0138+0.00965*s+0.00138*s2
LS 1 = √0.0138+0.00965*s+0.00138*s2
a
s= *100%
b
4
s= *100%
103.5
s= 3.9%
LS 1 = √0.0138+0.00965*3.9+0.00138*3.92
LS 1 = 0.54
LS 2 = √0.0138+0.00965*21+0.00138*212
LS 2 = 3.40
LS 3.1 = √0.0138+0.00965*8.75+0.00138*8.752
LS 3.1 = 1.69
22
LS 3.2 = √0.0138+0.00965*7.57+0.00138*7.572
LS 3.2 = 1.52
LS 4 = √0.0138+0.00965*46.4+0.00138*46.42
LS 4 = 10.64
LS 5 = √0.0138+0.00965*11.9+0.00138*11.92
LS 5 = 2.67
LS 6 = √0.0138+0.00965*4.96+0.00138*4.962
LS 6 = 0.93
LS 7.1 = √0.0138+0.00965*27.9+0.00138*27.92
LS 7.1 = 7.73
LS 7.2 = √0.0138+0.00965*24.4+0.00138*24.42
LS 7.2 = 3.73
LS 7.3 = √0.0138+0.00965*18.74+0.00138*18.742
LS 7.3 = 2.61
LS 7.4 = √0.0138+0.00965*28.11+0.00138*212
LS 7.4 = 4.69
LS 7.5 = √0.0138+0.00965*4.56+0.00138*4.562
LS 7.5 = 0.51
LS 7.6 = √0.0138+0.00965*7.44+0.00138*7.442
LS 7.6 = 1.21
LS 8.1 = √0.0138+0.00965*1.92+0.00138*1.922
LS 8.1 = 0.34
LS 8.2 = √0.0138+0.00965*9.14+0.00138*9.142
LS 8.2 = 1.68
LS 9 = √0.0138+0.00965*7.03+0.00138*7.032
LS 9 = 1.02
LS 10 = √0.0138+0.00965*5.92+0.00138*5.922
LS 10 = 0.98
LS 11 = √0.0138+0.00965*18.07+0.00138*18.072
23
LS 11 = 2.40
LS 12 = √0.0138+0.00965*8.03+0.00138*8.032
LS 12 = 1.04
LS 13 = √0.0138+0.00965*4.56+0.00138*4.562
LS 13 = 0.72
Lampiran 6. Nilai Faktor C Jenis Tanaman dan P Tindakan Konservasi
Diketahui :
(a) C Kentang = 0.4
(b) C Jagung = 0.7
Ditanya :
C Kentang - Jagung =?
Jawab :
Ca+Cb
C Kentang - Jagung = 2
0.4+0.7
C Kentang - Jagung = 2
A SU 3.1 = 516.32
A SU 3.2 = 464.38
A SU 4 = 3250.65
A SU 5 = 815.72
A SU 6 = 284.13
A SU 7.1 = 284.13
A SU 7.2 = 1139.56
A SU 7.3 = 797.39
A SU 7.4 = 1432.85
A SU 7.5 = 155.81
A SU 7.6 = 369.67
A SU 8.1 = 103.87
A SU 8.2 = 513.26
A SU 9 = 311.62
A SU 10 = 299.40
A SU 11 = 733.23
A SU 12 = 317.73
A SU 13 = 219.97
25
B. Wortel
Diketahui :
Pola = Wortel - Jagung
Satuan Unit 1
R = 2057.32
K = 0.27
LS = 0.54
P : Teras Bangku Konstruksi Baik = 0.04
C Wortel = 0.27
C Jagung = 0.7
0.27+0.7
C Wortel - Jagung = = 0.485
2
27
TSL = 0.55
Dit :
A Satuan unit 1 ?
Jawab :
A = R*K*LS*P*C
= 2057.32*0.27*0.54*0.04*0.485
A = 5.82
Tabel 10. Perhitungan Perbandingan faktor A dengan TSL pada pengelolaan
tanaman Wortel - Jagung dengan Konservasi Tanah Teras Bangku Konstruksi Baik
(P = 0.04) di Perkebunan Sayuran di Daerah DAS Citere, Pengalengan, Jawa Barat.
SU R K LS C P A TSL
1 2057.32 0.27 0.54 0.485 0.04 5.82 55.2
2 2057.32 0.27 3.4 0.485 0.04 36.64 55.2
3.1 2057.32 0.27 1.69 0.485 0.04 18.21 55.2
3.2 2057.32 0.27 1.52 0.485 0.04 16.38 55.2
4 2057.32 0.27 10.64 0.485 0.04 114.66 55.2
5 2057.32 0.27 2.67 0.485 0.04 28.77 55.2
6 2057.32 0.27 0.93 0.485 0.04 10.02 55.2
7.1 2057.32 0.27 7.73 0.485 0.04 83.30 55.2
7.2 2057.32 0.27 3.73 0.485 0.04 40.20 55.2
7.3 2057.32 0.27 2.61 0.485 0.04 28.13 55.2
7.4 2057.32 0.27 4.69 0.485 0.04 50.54 55.2
7.5 2057.32 0.27 0.51 0.485 0.04 5.50 55.2
7.6 2057.32 0.27 1.21 0.485 0.04 13.04 55.2
8.1 2057.32 0.27 0.34 0.485 0.04 3.66 55.2
8.2 2057.32 0.27 1.68 0.485 0.04 18.10 55.2
9 2057.32 0.27 1.02 0.485 0.04 10.99 55.2
10 2057.32 0.27 0.98 0.485 0.04 10.56 55.2
11 2057.32 0.27 2.4 0.485 0.04 25.86 55.2
12 2057.32 0.27 1.04 0.485 0.04 11.21 55.2
13 2057.32 0.27 0.72 0.485 0.04 7.76 55.2
Sumber : Data X Prakitkum Konservasi Tanah dan Air, 2021.
C. Cabai
Diketahui :
Pola = Cabai - Jagung
Satuan Unit 1
R = 2057.32
K = 0.27
28
LS = 0.54
P : Teras Bangku Konstruksi Baik = 0.04
C Cabai = 0.33
C Jagung = 0.7
0.33+0.7
C Cabai - Jagung = = 0.515
2
TSL = 0.55
Dit :
A Satuan unit 1 ?
Jawab :
A = R*K*LS*P*C
= 2057.32*0.27*0.54*0.04*0.515
A = 6.18
Tabel 11. Perhitungan Perbandingan faktor A dengan TSL pada pengelolaan
tanaman Cabai - Jagung dengan Konservasi Tanah Teras Bangku Konstruksi Baik
(P = 0.04) di Perkebunan Sayuran di Daerah DAS Citere, Pengalengan, Jawa Barat.
SU R K LS C P A TSL
1 2057.32 0.27 0.54 0.515 0.04 6.18 55.2
2 2057.32 0.27 3.4 0.515 0.04 38.91 55.2
3.1 2057.32 0.27 1.69 0.515 0.04 19.34 55.2
3.2 2057.32 0.27 1.52 0.515 0.04 17.39 55.2
4 2057.32 0.27 10.64 0.515 0.04 121.75 55.2
5 2057.32 0.27 2.67 0.515 0.04 30.55 55.2
6 2057.32 0.27 0.93 0.515 0.04 10.64 55.2
7.1 2057.32 0.27 7.73 0.515 0.04 88.45 55.2
7.2 2057.32 0.27 3.73 0.515 0.04 42.68 55.2
7.3 2057.32 0.27 2.61 0.515 0.04 29.87 55.2
7.4 2057.32 0.27 4.69 0.515 0.04 53.67 55.2
7.5 2057.32 0.27 0.51 0.515 0.04 5.84 55.2
7.6 2057.32 0.27 1.21 0.515 0.04 13.85 55.2
8.1 2057.32 0.27 0.34 0.515 0.04 3.89 55.2
8.2 2057.32 0.27 1.68 0.515 0.04 19.22 55.2
9 2057.32 0.27 1.02 0.515 0.04 11.67 55.2
10 2057.32 0.27 0.98 0.515 0.04 11.21 55.2
11 2057.32 0.27 2.4 0.515 0.04 27.46 55.2
12 2057.32 0.27 1.04 0.515 0.04 11.90 55.2
13 2057.32 0.27 0.72 0.515 0.04 8.24 55.2
Sumber : Data X Prakitkum Konservasi Tanah dan Air, 2021.
29
D. Kubis
Diketahui :
Pola = Kubis - Jagung
Satuan Unit 1
R = 2057.32
K = 0.27
LS = 0.54
P : Teras Bangku Konstruksi Baik = 0.04
C Kubis = 0.4
C Jagung = 0.7
0.4+0.7
C Kubis - Jagung = = 0.55
2
TSL = 0.55
Dit :
A Satuan unit 1 ?
Jawab :
A = R*K*LS*P*C
= 2057.32*0.27*0.54*0.04*0.55
A = 6.18
30