Oleh :
ARENDRA ARIANTONI 1606541081
Alhamdulillah. Puji syukur hanya milik Allah SWT. Hanya karena izin-
Nyalah saya dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Tak lupa saya
panjatkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW
beserta keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh insan yang dikehendaki-Nya.
Penulisan laporan praktikum ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Konservasi Tanah dengan materi
praktikum “Prediksi erosi dan perencanaan konservasi tanah dan air serta
arahan penggunaan lahan”. Dalam tugas ini saya menguraikan mengenai
pengertian erosi, faktor utama penyebab erosi, perhitungan prediksi erosi, erosi
yang dapat ditoleransikan, perencanaan konservasi tanah dan air, dan arahan
penggunaan lahan di daerah Baturiti.
Dalam penyelesaian tugas ini, saya mendapatkan bantuan serta bimbingan
dari beberapa pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya jika saya mengucapkan
terima kasih kepada dosen, orang tua, dan semua pihak yang membantu dalam
pembuatan tugas ini.
Saya menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna. Karena itu
saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun demi
perbaikan tugas ini mendatang. Harapan saya semoga tugas ini bermanfaat dan
memenuhi harapan berbagai pihak.
Aamiin.
Denpasar, 23 Mei 2019
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Klasifikasi Nilai Erodibilitas Tanah (K) .................................... 6
Tabel 2. Kelas Tingkat Bahaya Erosi …….............................................. 8
Tabel 3. Satuan Unit Lahan Daerah Penelitian ……................................ 8
Tabel 4. Pedoman Penetapan Nilai Etol untuk tanah-tanah di Indonesia .. 9
Tabel 5. Skor Penetapan Arahan Penggunaan Lahan .............................. 15
Tabel 6. Faktor Erosivitas Hujan (R) selama 7 tahun (2009 – 2015)
di Stasiun Baturiti ....................................................................... 18
Tabel 7. Nilai Erodibilitas Tanah (K) di Kecamatan Baturiti .................. 19
Tabel 8. Nilai Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng (LS) ................... 20
Tabel 9. Nilai Faktor Pengelolaan Tanaman dan Pengelolaan Tanah ..... 21
Tabel 10.Prediksi Erosi Rata-rata Tahunan di Kecamatan Baturiti ......... 22
Tabel 11.Erosi yang Dapat Ditoleransikan (Etol) di Kecamatan Baturiti .. 22
Tabel 12.Nilai CPmaksimum Pada Setiap Unit Lahan.................................... 24
Tabel 13.Penentuan Arahan Penggunaan Lahan di Daerah Penelitian...... 25
Tabel 14. Arahan Penggunaan Lahan Kawasan Luar Hutan ………….... 26
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
dikembangkan di Amerika Utara dengan tujuan untuk mengetahui besarnya erosi
pada lahan pertanian. Pengembangan metode ini didasarkan pada hasil
pengukuran pada sepuluh ribu stasiun pengamatan erosi yang tersebar di seluruh
Amerika Utara. Dengan keserdahanaan, kemudahan dalam pemasukan input data,
dan hasil yang cukup baik metode ini banyak dipakai di berbagai sektor di luar
pertanian termasuk di sektor kehutanan (Ispriyanto, 2001). Nilai erosi yang
diperoleh dari pendekatan USLE selanjutnya dapat dipergunakan untuk menduga
laju erosi yang terjadi pada suatu wilayah dan menentukan Klasifikasi Tingkat
Bahaya Erosi, sehingga untuk mencegah kerusakan lahan akibat erosi dapat
dihindari sedini mungkin dengan teknik-teknik konservasi lahan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetian Erosi
Erosi adalah peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagian
bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami. Pada peristiwa
erosi, tanah atau bagian bagian tanah terkikis dan terangkut, kemudian diendapkan
di tempat lain (Arsyad, 2010). Pengikisan, pengangkutan dan pemindahan tanah
tersebut dilakukan oleh media alami yaitu air dan angin.
Proses erosi terjadi melalui penghancuran, pengangkutan, dan
pengendapan (Meyer et al. 1991; Utomo 1987; dan Foth (1978, dalam Banuwa,
2008). Di alam terdapat dua penyebab utama yang aktif dalam proses ini yakni
angin dan air. Pada daerah iklim tropik basah seperti Indonesia, air merupakan
penyebab utama terjadinya erosi, sedangkan angin tidak mempunyai pengaruh
berarti (Arsyad 2010). Beasley (1972, dalam Banuwa, 2008) dan Hudson (1976,
dalam Banuwa, 2008) berpendapat, bahwa erosi adalah proses kerja fisik yang
keseluruhan prosesnya menggunakan energi. Energi ini digunakan untuk
menghancurkan agregat tanah (detachment), memercikkan partikel tanah (splash),
menyebabkan gejolak (turbulence) pada limpasan permukaan, serta
menghanyutkan partikel tanah.
Erosi tanah (soil erosion) terjadi melalui dua proses yakni proses
penghancuran partikel-partikel tanah (detachment) dan proses pengangkutan
(transport) partikel-partikel tanah yang sudah dihancurkan. Kedua proses ini
terjadi akibat hujan (rain) dan aliran permukaan (run off) yang dipengaruhi oleh
berbagai faktor antara lain curah hujan (intensitas, diameter, lama dan jumlah
hujan), karakteristik tanah (sifat fisik), penutupan lahan (land cover), kemiringan
lereng, panjang lereng dan sebagainya (Wischmeier dan Smith 1978, dalam
Banuwa, 2008). Faktor-faktor tersebut satu sama lain bekerja secara simultan
dalam mempengaruhi erosi (Banuwa, 2008).
3
diketahuinya perkiraan dan ditetapkan laju erosi yang masih dapat ditoleransi,
maka dapat ditentukan kebijaksanaan penggunaan lahan dan tindakan konservasi
yang diperlukan untuk areal tersebut. Tindakan konservasi tanah dan penggunaan
lahan yang diterapkan harus dapat menekan laju erosi agar “sama atau lebih kecil”
daripada laju erosi yang masih dapat ditoleransikan.
Laju erosi yang masih dapat ditoleransikan adalah laju erosi yang
dinyatakan dalam mm/tahun atau ton/ha/tahun yang terbesar yang masih dapat
ditoleransikan agar terpelihara suatu kedalaman tanah yang cukup bagi
pertumbuhan tanaman/tumbuhan yang memungkinkan tercapainya produktivitas
yang tinggi secara lestari (Susanto, 1992). Selanjutnya Susanto (1992)
menyebutkan beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penetapan nilai
erosi yang masih dapat ditoleransikan adalah: kedalaman tanah, ciri ciri fisik dan
sifat sifat tanah lainnya yang mempengaruhi perkembangan perakaran,
pencegahan erosi parit, penyusutan kandungan bahan orgnaik, kehilangan unsur
hara dan masalah-masalah yang ditimbulkan oleh sedimen di lapangan.
Metode perkiraan erosi dapat juga digunakan sebagai alat penilai apakah
suatu tindakan konservasi tanah telah berhasil mengurangi erosi dari suatu daerah
aliran sungai (DAS). Salah satu metode perkiraan erosi adalah yang dikenal
dengan metode USLE (Universal Soil Loss Equation) yang dikembangkan oleh
Wischmeier dan Smith (1978). USLE adalah suatu model erosi yang dirancang
untuk memprediksi erosi rata-rata jangka panjang dari erosi lembar atau alur di
bawah keadaan tertentu. Ia juga bermanfaat untuk tanah tempat bangunan dan
penggunaan non pertanian, tetapi tidak dapat meprediksi pengendapan dan tidak
memperhitungkan hasil sedimen dari erosi parit, tebing sungai dan dasar sungai
(Arsyad, 2010).
Selanjutnya Arsyad (2010) menyatakan bahwa USLE memungkinkan
perencana menduga laju rata-rata erosi suatu bidang tanah tertentu pada suatu
kecuraman lereng dengan pola hujan tertentu untuk setiap macam penanaman dan
tindakan pengelolaan (tindakan konservasi tanah) yang mungkin dilakukan atau
sedang digunakan. Persamaan yang digunakan mengelompokkan berbagai
parameter fisik dan pengelolaan yang mempengaruhi laju erosi ke dalam enam
peubah utama yang nilainya setiap tempat dapat dinyatakan secara numerik.
4
Erosi pada setiap satuan lahan dihitung dengan menggunakan model
Universal of Soil Loss Equation (USLE) (Wischmeier dan Smith (1978). Data ini
digunakan untuk menentukan agroteknologi (tindakan) konservasi dan
merencanakan pemanfaatan laboratorium secara lestari. Adapun rumus USLE
yang digunakan untuk prediksi erosi adalah (Wischmeierdan Smith (1978):
A = R.K.LS.C.P
Keterangan :
A = banyaknya tanah yang tererosi (ton/ha/tahun)
R = faktor indeks (erosivitas) hujan (ton/ha/cm)
K = faktor erodibilitas tanah
LS = faktor panjang dan kemiringan lereng
C = faktor vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanaman
P = faktor tindakan-tindakan khusus konservasi tanah
Untuk menduga nilai Rm, Bols (1978, dalam Arsyad 2010) menggunakan
persamaan sebagai berikut :
Rmonth = 6,119 . (Rain month)1,21 . (Days month)-0,47 . (Max P month)0,53
Keterangan :
Rmonth = indeks erosivitas hujan bulanan (ton/ha/cm)
5
Max Pmonth = curah hujan maksimum selama 24 jam dalam bulan bersangkutan
(cm)
Rtahunan adalah erosivitas hujan tahunan rata-rata yang sama dengan jumlah
Rbulanan selama 12 bulan.
6
terhadap besarnya erosi dari tanah dengan kemiringan 9 % di bawah keadaan yang
identik (Arsyad, 2010). Faktor panjang dan kemiringan dihitung menurut rumus
(Wischmeier dan Smith 1978) :
LS=√ X [0,0138+ s ( 0,00965 ) +s 2 ( 0,00138 )]
Keterangan :
LS = Faktor topografi
X = panjang lereng (m)
s = kedalam lereng (%)
7
Tabel 2. Kelas Tingkat Bahaya Erosi
Erosi (ton/ha/tahun) Tingkat Bahaya Erosi
< 15 Sangat ringan
15 – 60 Ringan
61 – 180 Sedang
181 – 480 Berat
> 480 Sangat berat
8
Selanjutnya, Arsyad (2010) menyatakan bahwa di Indonesia pada daerah
daerah yang masa tumbuhnya lebih dari 270 hari kecepatan pembentukan tanah
dapat mencapai lebih dari 2 mm per tahun.
Hammer (1981, dalam Arsyad, 2010), menggunakan konsep kedalaman
ekivalen (equivalent depth) dan umur guna (resources life) tanah untuk
menetapkan nilai Etol suatu tanah. Kedalaman ekivalen adalah kedalaman tanah
yang setelah mengalami erosi produktivitasnya berkurang dengan 60% dari
produktivitas tanah yang tidak tererosi. Menurunnya produktivitas tanah oleh
erosi disebabkan oleh menurunnya kandungan unsur hara tanah dan atau
memburuknya sifat-sifat fisik tanah.
Nilai Etol juga dapat dihitung dengan kriteria yang digunakan oleh
Thompson (1957, dalam Arsyad, 2010), dengan menentukan Etol maksimum untuk
tanah yang dalam, dengan lapisan bawah yang permeable, di atas bahan
(substratum) yang telah melapuk (tidak terkonsolidasi) sebesar 2,5 mm/th, dan
dengan menggunakan nisbah nilai untuk berbagai sifat dan stratum tanah, maka
nilai Etol seperti tertera pada Tabel 4. disarankan untuk menjadi pedoman
penetapan nilai Etol tanah-tanah di Indonesia.
Tanah yang dalam dengan lapisan bawah yang kedap air di 1,4
atas substrata yang telah melapuk
Tanah yang dalam dengan lapisan bawah berpermeabilitas 1,6
lambat, di atas substrata telah melapuk
Tanah yang dalam dengan lapisan bawah berpermeabilitas 2,0
sedang, di atas substrata telah melapuk
Tanah yang dalam dengan lapisan bawah yang permeabel 2,5
sedang, di atas substrata telah melapuk
Catatan:
mm x Berat isi x 10 ton/ha/th
9
Berat isi tanah berkisar antara 0,8 sampai 1,6 g/cm3 akan tetapi pada umumnya
tanah-tanah berkadar liat tinggi mempunyai berat isi antara 1,0 sampai 1,2 g/cm3
Sumber : Thompson (1957, dalam Arsyad, 2010)
Etol =
10
menggunakan metode ini antara lain untuk menghambat laju kecepatan air,
menampung kelebihan air pada saat hujan (misalnya waduk, embung), kemudian
mendistribusikannya kembali pada saat dibutuhkan. Penampungan air hujan
biasanya berbentuk embung, parit, waduk, petakan sawah, biopori, atau bentuk
penampungan lain, baik di permukaan tanah maupun di dalam tanah.
11
konservasi tanah dan air. Berikut persamaan nilai CPmaksimum yang digunakan
untuk penentuan perencanaan konservasi tanah dan air :
E tol
CPmaksimum ≤
R . K . LS
Keterangan :
CPmaksimum = Nilai CP terbesar yang digunakan untuk mengurangi erosi
Etol = erosi yang dapat ditoleransi (ton/ha/tahun)
R = erosivitas hujan (ton/ha/cm)
K = erodibilitas tanah
LS = panjang (m) dan kemiringan lereng (%)
12
rata. Penjumlahan dari ketiga faktor tersebut menentukan nilai dari masing-
masing kawasan dengan kriteria berikut:
a. Kawasan Lindung
Jumlah skor dari ketiga faktor fisik pada satuan lahan sama atau lebih
besar dari 175 atau memenuhi kriteria di bawah ini:
2. Merupakan kawasan yang mempunyai jenis tanah yang sangat peka terhadap
erosi (regosol, litosol, dan renzina) dan memiliki kemiringan lereng >15%
4. Merupakan pelindung mata air yaitu 200 meter dari sumber mata air
b. Kawasan Penyangga
Jumlah skor dari ketiga faktor fisik pada satuan lahan berkisar antara 125-
174 atau memenuhi salah satu dari kriteria di bawah ini:
13
c. Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan
Pada kawasan budidaya tanaman tahunan jumlah skor fisik pada satuan
lahan sama taua kurang dari 124 dan sesuai dikembangkan untuk usaha tani
tahunan, di samping itu kawasan ini harus memenuhi kriteria umum untuk
kawasan penyangga.
Jumlah skor ketiga faktor fisik pada satuan luas untuk satuan luas pada
kawasan budidaya tanaman semusim sama seperti penetapan kawasan budidaya
tanaman tahunan serta terletak di tanah milik, tanah adat atau desa, dan tanah
negara yang seharusnya dikembangkan untuk usaha tani tanaman semusim.
a. Hutan Lindung
Jumlah skor dari ketiga faktor fisik pada satuan lahan untuk hutan lindung
sama atau lebih besar dari 175, sehingga kawasan tersebut merupakan kawasan
yang dijadikan dan dipertahankan sebagai kawasan hutan lindung atau memenuhi
salah satu kriteria di bawah ini:
2. Merupakan kawasan yang mempunyai jenis tanah yang sangat peka terhadap
erosi (regosol, organosol dan renzena) dan memiliki kemiringan lereng >15%
3. Merupakan pelindung nata air yaitu 200 meter dari sumber mata air
b. Hutan Produksi
14
Hutan produksi dibedakan menjadi dua jenis yaitu hutan produksi
penebangan terbatas dengan jumlah skor ketiga faktor fisik 125-174 dan hutan
produksi bebas dengan jumlah skor ketiga faktor fisik sama atau jurang dari 124
di luar kawasan hutan suaka alam dan hutan konservasi lainnya.
Penetapan hutan suaka alam dan hutan wisata tidak berdasarkan nilai skor
dari ketiga faktor fisik npada suatu unit lahan melainkan lebih diarahkan kepada
kepentingan kebudayaan, ilmu ilmu pengetahuan, pelesatrian plasma nutfah dan
rekreasi. SKor penetapan arahan penggunaan lahan disajikan pada.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
15
3.1 Sumber dan Jenis Data
Data-data yang dipergunakan dalam penyusunan laporan praktikum ini
berasal dari data lahan di daerah Baturiti, bersumber dari berbagai literatur
kepustakaan yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas, penuntun
praktikum, jurnal ilmiah edisi cetak maupun edisi online, dan artikel ilmiah yang
bersumber dari internet.
16
b. Dari berbagai rumus perhitungan erosivitas, pada kasus ini dipilih
rumus di atas karena data curah hujan yang tersedia hanya data curah hujan
bulanan.
c. Menentukan nilai K (erodibilitas tanah) berdasarkan rumus Wischmeier
dan Smith (1978) :
100K = 1,292 [ 2,1 M1,14 (10-4)(12 – a) + 3,25 (b – 2) + 2,5 (c – 3) ]
d. Menentukan Nilai LS dengan menggunakan rumus (Wischmeier dan
Smith 1978) :
LS=√ X [0,0138+ s ( 0,00965 ) +s 2 ( 0,00138 )]
Sebelum menentukan besarnya nilai LS, harus diketahui terlebih dahulu
kemiringan lereng.
e. Menentukan nilai CP. Nilai CP dapat dicari dengan menentukan faktor
C dan P masing-masing atau digabungkan sekaligus menjadi faktor CP. Pada
penelitian ini, faktor CP diperoleh melalui penelusuran pustaka dari penelitian
sebelumnya yang dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2.
f. Selanjutnya nilai A (jumlah kehilangan tanah maksimum) dapat dihitung
sesuai dengan Rumus USLE :
A=R.K.L.S.C.P
g. Menentukan nilai erosi yang dapat ditoleransikan dengan menggunakan
rumus yang dikemukakan oleh Hammer (1981), sebagai berikut :
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Prediksi Erosi
17
Berdasarkan persamaan USLE (Universal Soil Loss Equation), faktor-
faktor erosi yang akan dihitung meliputi faktor erosivitas hujan (R), faktor
erodibilitas (K), faktor panjang dan kemiringan lereng (LS), dan faktor
pengelolaan tanaman dan usaha pencegahan erosi (CP).
Menghitung Erosivitas Hujan
Data curah hujan yang digunakan untuk menghitung faktor erosivitas
diperoleh dari data curah hujan di Stasiun Baturiti. Curah hujan rata-rata bulanan
untuk daerah Baturiti berkisar antara 3, 12 cm sampai dengan 43, 51 cm, dengan
curah hujan tertinggi terjadi pada Bulan Desember dan terendah pada Bulan
Agustus.
Curah hujan mempunyai peranan yang cukup tinggi terhadap erosi tanah
yang terjadi. Pada daerah yang berlereng terjal, erosivitas hujan yang tinggi sangat
berpengaruh terhadap besarnya erosi.
Masukan data curah hujan terdiri dari jumlah curah hujan bulanan selama
7 tahun dari tahun 2009 sampai tahun 2015. Sehingga setelah dilakukan
perhitungan diperoleh nilai erosivitas seperti yang ditunjukkan oleh Tabel 6.
Tabel 6.
Faktor Erosivitas Hujan (R) selama 7 tahun (2009 – 2015) di Stasiun Baturiti
No. Bulan Curah Hujan Hari Hujan Curah Erosivitas
/ Rain (cm) / Day Hujan Hujan
(Hari) Max. / Max (R)
P(cm)
1 Januari 45, 57 24 7, 87 416, 72
2 Februari 37, 64 20 7, 08 340, 60
3 Maret 35, 35 20 7, 15 317, 34
4 April 36, 73 19 7, 31 344, 52
5 Mei 20, 76 14 6, 76 191, 30
6 Juni 8, 09 9 3, 56 53, 59
7 Juli 7, 83 13 2, 58 36, 54
8 Agustus 3, 12 9 0, 98 8, 54
9 September 8, 90 7 3, 87 70, 75
10 Oktober 19, 05 9 5, 33 187, 08
11 November 32, 26 16 7, 70 328, 15
12 Desember 43, 51 22 8, 29 421, 96
Rtahunan 2717, 09
18
Erodibilitas tanah (K) menunjukkan tingkat kepekaan tanah terhadap erosi
yaitu mudah tidaknya tanah mengalami erosi. Erodibilitas tanah dipengaruhi oleh
tekstur tanah (persentase pasir sangat halus, debu dan liat), struktur tanah,
permeabilitas tanah dan kandungan bahan organik tanah. Erodibilitas tanah dapat
dihitung dengan persamaan yaitu :
100K = 1,292 [ 2,1 M1,14 (10-4)(12 – a) + 3,25 (b – 2) + 2,5 (c – 3) ]
Nilai erodibilias tanah diperoleh dengan pengamatan sifat dan kimia tanah.
Semakin tinggi kandungan debu maka tanah akan rentan terhadap terjadinya erosi
tanah. Berdasarkan pengujian laboratorium, kandungan bahan organik pada lokasi
penelitian berkisar 1, 90% sampai dengan 3, 50 %. Bahan organik berpengaruh
terhadap kemampuan tanah untuk menahan erosi. Dimana bahan organik berperan
sebagai bahan untuk meningkatkan kemampuan tanah menahan air (sifat fisika
tanah) dan meningkatnya daya serap. Struktur tanah pada lokasi yang dijadikan
pengambilan data diperoleh cukup bervariasi dari granuler sampai dengan masif.
Struktur tanah juga turut dalam mempengaruhi kepekaan tanah terhadap besarnya
erosi yang akan terjadi. Semakin besar nilai koefisien struktur tanah, maka tanah
akan semakin peka terhadap erosi dan sebaliknya, jika nilai koefisien struktur
kecil maka kepekaan tanah terhadap erosi juga akan rendah.
Nilai erodibilitas tanah (K) yang telah diperoleh dari hasil perhitungan
dapat dilihat pada Tabel 7, kemudian dibandingkan dengan Tabel 1 untuk
mengetahui kategori nilai erodibilitas tanah (K) yang diperoleh.
19
Dalam penelitian ini, peta kemiringan lereng diperoleh dari pengolahan
data yang telah tersedia sebelumnya. Semakin besar nilai kemiringan lereng, maka
tingkat erosi yang terjadi akan lebih besar dibandingkan dengan wilayah yang
datar. Perhitungan nilai faktor dan kemiringan lereng dapat dilihat pada Tabel 8.
Dari data yang disajikan, dapat diketahui bahwa daerah Baturiti terletak
pada kemiringan lereng yang beragam dari 3 - 51 % dengan nilai indeks LS
berkisar antara 1, 397 sampai 15, 008.
Faktor panjang dan kemiringan lereng merupakan sumber terjadinya
kesalahan yang terbesar dalam perhitungan erosi. Hal ini disebabkan oleh
penggunaan data untuk mendapatkan nilai panjang dan kemiringan lereng. Data
yang digunakan memberikan informasi terlalu umum, sehingga untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik, nilai LS harus ditentukan berdasarkan
pengukuran di lapangan.
20
Nilai C dan P harus diteliti secara intensif dan dipetakan lebih terperinci dengan
menggunakan interprestasi foto udara dan kerja lapangan. Setelah melakukan
pengolahan data penelitian sebelumnya, maka diperoleh hasil bahwa faktor C dan
P di bantaran sekeliling Situ Bojongsari berbeda-beda yang dapat dilihat pada
Tabel 9.
Tabel 9. Nilai Faktor Pengelolaan Tanaman (C) dan Pengelolaan Tanah (P)
No. Unit Pengelolaan Tanaman (C) Nilai Pengelolaan Tanah (P) Nilai Nilai CP
Lahan Faktor C Faktor P
8 Kebun Campuran – Penutup Tanah 0, 3 Teras Bangku – Kontruksi Sedang 0, 15 0, 045
Bervariasi, Kerapatan Sedang
9 Kebun Campuran – Penutup Tanah 0, 3 Teras Bangku – Kontruksi Buruk 0, 35 0, 105
Bervariasi, Kerapatan Sedang
10 Kebun Campuran – Penutup Tanah 0, 1 Tanpa Tindakan Konservasi Tanah 1, 00 0, 1
Bervariasi, Kerapatan Tinggi
11 Kebun Campuran – Penutup Tanah 0, 1 Tanpa Tindakan Konservasi Tanah 1, 00 0, 1
Bervariasi, Kerapatan Tinggi
12 Sawah Beririgasi 0, 01 Teras Bangku – Kontruksi Sedang 0, 15 0, 0015
13 Sawah Beririgasi 0, 01 Teras Bangku – Kontruksi Baik 0, 04 0, 0004
14 Sawah Beririgasi 0, 01 Teras Bangku – Kontruksi Sedang 0, 15 0, 0015
21
Tabel 10. Prediksi Erosi Rata-rata Tahunan di Kecamatan Baturiti
No. Unit Nilai Prediksi Erosi Tingkat Erosi
Lahan (A) (ton/ha/tahun
R K LS C P
8 2717, 09 0, 195 1, 397 0, 3 0, 15 33, 308 Ringan
9 2717, 09 0, 390 4, 542 0, 3 0, 35 505, 365 Sangat Berat
10 2717, 09 0, 402 2, 335 0, 1 1, 00 255, 045 Berat
11 2717, 09 0, 303 0, 847 0, 1 1, 00 69, 732 Sedang
12 2717, 09 0, 332 15, 008 0, 01 0, 15 20, 307 Ringan
13 2717, 09 0, 562 9, 337 0, 01 0, 04 5, 703 Sangat Ringan
14 2717, 09 0, 327 1, 404 0, 01 0, 15 1, 871 Sangat Ringan
22
memperhitungkan kedalaman minimum tanah, laju pembentukan tanah,
kedalaman ekuivalen (equivalent depth), dan umur guna tanah (resources life).
Perhitungan nilai Etol secara lengkap disajikan pada Tabel 11. Laju pembentukan
tanah yang digunakan adalah 2 mm/th dengan umur guna tanah (UGT) sebesar
400 tahun (Arsyad, 2010), faktor kedalaman tanah sebesar 1, 00 dan 0, 95 dengan
kedalaman tanah yang bervariasi antara 600 mm hingga 800 mm.
Nilai Etol berkisar antara 19, 76 ton/ha/th sampai dengan 28, 12 ton/ha/th.
Besarnya nilai Etol pada masing-masing satuan lahan disajikan pada Tabel 11.
23
13 2717, 09 0, 562 9, 337 21, 23 0, 001
14 2717, 09 0, 327 1, 404 26, 00 0, 021
Karena laju erosi jauh nilai erosi yang masih bisa ditoleransi maka perlu
upaya yang serius untuk menekan laju erosi pada masing-masing satuan lahan
terutama dengan melakukan upaya pengelolaan yang konservatif sehingga nilai
CP bisa ditekan seminimal mungkin. Upaya lain yang bias dilakukan adalah
dengan memperpendek nilai panjang lereng (X) dengan cara pembuatan teras
maupun guludan pada lokasi-lokasi tertentu.
Hasil penjumlahan nilai R.K.LS adalah prediksi erosi potensial di lokasi
bersangkutan. Untuk menjaga tanah yang hilang melalui erosi, tetap berada
dibawah laju erosi yang dapat ditoleransikan, maka jenis tanaman dan sistem
penanaman serta konservasi tanah haruslah sesuai agar nilai faktor C.P tidak
melebihi rasio Etol/R.K.LS. Semua kombinasi jenis tanaman dan pengelolaannya
dalam konservasi tanah memberi nilai CP maksimum yang memadai, sehingga
menjadi perencanaan konservasi tanah dan air yang sesuai untuk suatu lahan
bersangkutan. Dalam perencanaan konservasi tanah dan air dengan menggunakan
nilai faktor pengelolaan tanaman (C) dan faktor pengelolaan tanah, maka beberapa
pilihan kombinasi nilai CP yang sama atau lebih kecil dari nilai CP maksimum
yang memadai dipilih. Nilai faktor C untuk berbagai jenis tanaman dan
pengelolaan tanaman, serta nilai faktor P untuk tindakan konservasi tanah di
Indonesia dapat dilihat di Lampiran 1 dan 2.
Setelah menghitung nilai dari CPmaksimum dan membandingkannya dengan
perkalian Lampiran 1 dan Lampiran 2, Perencanaan konservasi tanah dan air pada
unit lahan di daerah Baturiti dapat dilihat di Lampiran 4. Lampiran 4 berisis
tentang perkalian antara nilai faktor pengelolaan vegetasi (C) dan nilai faktor
pengelolaan tanah (P) yang lebih kecil dari pada CPmaksimum terbesar yang ada pada
unit lahan di aerah Baturiti tersebut. Penulis tidak menjabarkan secara spesifik
mengenai perencanaan konservasi tanah dan air pada setiap satuan lahan namun
penulis melampirkan nilai CP tersebut untuk memudahkan mencari metode
konservasi yang akan digunakan.
24
Tabel 13. Penentuan Arahan Penggunaan Lahan di Daerah Penelitian
Jenis Tanah
Kemiringan Intensitas Hujan Total
Menurut Arahan Penggunaan Lahan
No. Lereng Rata-rata Skor
Kepekaannya
UL
Dalam Kawasan
% Skor Jenis Skor mm/hari Skor Luar Kawasan Hutan
Hutan
8 Hutan Suaka Alam dan Budidaya Tanaman Tahunan
6 20 Andosol 60 16, 80 20 100 Hutan Wisata & Semusim
9 Hutan Suaka Alam dan Budidaya Tanaman Tahunan
21 60 Latosol 30 16, 80 20 110 Hutan Wisata & Semusim
10 Hutan Suaka Alam dan Budidaya Tanaman Tahunan
11 40 Latosol 30 16, 80 20 100 Hutan Wisata & Semusim
11 Hutan Suaka Alam dan Budidaya Tanaman Tahunan
3 20 Latosol 30 16, 80 20 70 Hutan Wisata & Semusim
12 51 100 Andosol 60 16, 80 20 180 Hutan Lindung Kawasan Lindung
Hasil analisis data pada daerah Baturiti di luar kawasan hutan terbagi
menjadi 3 (tiga) fungsi kawasan yaitu : a) kawasan lindung, b) kawasan
penyangga, dan c) kawasan budidaya. Sedangkan pada kawasan hutan juga
terbagi menjadi 3 (tiga) fungsi kawasan yaitu : a) hutan lindung, b) hutan
produksi, dan c) hutan suaka alam dan hutan wisata.
Di daerah Baturiti tersebut hanya unit lahan 12 yang dapat dijadikan hutan
dan kawasan lindung, dan pada unit lahan 13 dapat dijadikan hutan produksi dan
kawasan penyangga. Sedangkan seluruh unit lahan yang lain hanya dapat
dimanfaatkan sebagai hutan wisata dan suaka alam dan kawasan budidaya
tanaman tahunan dan musiman. Arahan penggunaan lahan di daerah Baturiti
dalam kawasan luar hutan dapat dilihat di Tabel 14.
Tabel 14. Arahan Penggunaan Lahan Kawasan Luar Hutan
No. Fungsi kawasan Arahan Penggunaan Lahan
1 Kawasan Lindung 1. Kawasan hutan lindung dengan
tujuan untuk perlindungan mata air
dan daerah rawan bencana.
2. Hutan Kemasyarakatan
(mengutamakan hasil hutan non
kayu), dengan jenis tanaman bertajuk
rapat dan akar dalam.
3. Kawasan Jalur Hijau Sepanjang
Sempadan Sungai untuk melindungi
terjadinya erosi tebing.
25
2. Kebun Campuran tanaman
tahunan dan semusim dengan teknik
konservasi tanah dan vegetasi bawah.
3. Padang Rumput (Silvopastura)
untuk penggembalaan ternak
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Untuk menghitung prediksi erosi dapat diperoleh menggunakan rumus
USLE yang telah memperhitungkan nilai dari factor erosivitas hujan (R),
erodibilitas tanah (K), panjang dan kemiringan lereng (LS), pengelolaan tanaman
(C) dan pengelolaan tanah (P) selanjutnya diklasifikasikan ke dalam kelas tingkat
bahaya erosi. Adapun tingkat prediksi erosi di daerah Baturiti bervariasi mulai
dari sangat ringan (A= 1,871) sampai sangat berat (A= 505,365).
26
Erosi yang dapat ditoleransi (Etol) dihitung berdasarkan persamaan yang
dikemukakan oleh Wood dan Dent (1983, dalam Banuwa, 2008) yang
memperhitungkan kedalaman minimum tanah, laju pembentukan tanah,
kedalaman ekuivalen (equivalent depth), dan umur guna tanah (resources life).
Nilai Etol berkisar antara 19, 76 ton/ha/th sampai dengan 28, 12 ton/ha/th.
Di daerah Baturiti tersebut hanya unit lahan 12 yang dapat dijadikan hutan
dan kawasan lindung, dan pada unit lahan 13 dapat dijadikan hutan produksi dan
kawasan penyangga. Sedangkan seluruh unit lahan yang lain hanya dapat
dimanfaatkan sebagai hutan wisata dan suaka alam dan kawasan budidaya
tanaman tahunan dan musiman.
5.2 Saran
Untuk meningkatkan keakuratan perhitungan erosi, perlu diadakan survey
langsung ke lapangan agar data yang diperoleh adalah data yang paling terkini di
lokasi yang akan di survey.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Serial Pustaka IPB Press. Bogor.
Beasley, W.G. 1972. The Meiji Restoration. Stanford: Stanford University Press
Bols, P. L., 1978. The Iso-Erodent Map of Java and Madura. Belgian Technical
Assistance Project ATA 105, Soil Research Institute, Bogor.
27
Indrawati, 2000. Keterampilan Proses Sains : Tinjauan Kritis dari Teori ke
Praktis. Bandung : Depdikbud Pusan Pengembangan Penataran Guru IPA.
Ispriyanto, R., Arifjaya, N.M., Hendrayanto, 2001, Aliran Permukaan dan Erosi
di Areal Tumpangsari Tanaman Pinus Merkusii Jungh et de Vriesse, Managemen
Hutan Tropika, Vol. 7, No. 1, hal. 37-47.
Meyer, J.P. dan N.J. Allen. 1991. The Measurement and Antecedents of
Affective, Continuance and Normative Commitment to the Organizational. Journal
of Occupational Psychology. 63 (1): 1-18.
Nurpilihan, Bafda dkk,. 2011. Buku Ajar Sistem Informasi Geografis. Bandung:
Fakultas Teknologi Industri Pertanian UNPAD
Thompson, L. M., 1957. Soil and Soil Fertility. Mc. Graw-Hill Book Company
Inc. New York.
Wischmeier W.H., and D.D Smith. 1978. Predicting Rainfall Erosion Lossess: A
guide to Conservation Planning USDA Handbook No 537. Washington DC
Wood, S.R. and F.J. Dent. 1983. LECS. A Land Evaluation Computer System
Methodology. Centre for Soil Research, Bogor.
28
Indeks Perencanaan Konservasi Pada Satuan Lahan di Daerah Baturiti
Nilai Faktor (P)
C 0.04 0.15 0.35 0.04 0.4 0.06 0.02 0.4 0.01 0.06 0.01 0.11 0.15 0.6 0.05 0.5 0.75 0.9 0.3 0.5 0.8 0.4 1
1 0.02 0.01 0.01 0.11
0.01 0.0004 0.0015 0.0035 0.0004 0.004 0.0006 0.0002 0.004 0.0001 0.0006 0.0001 0.0011 0.0015 0.006 0.0005 0.005 0.0075 0.009 0.003 0.005 0.008 0.004 0.01
0.05 0.002 0.0075 0.0175 0.002 0.02 0.003 0.001 0.02 0.0005 0.003 0.0005 0.0055 0.0075 0.0025 0.025 0.015 0.025 0.02
0.7 0.028 0.028 0.014 0.007 0.007
0.7 0.028 0.028 0.014 0.007 0.007
0.7 0.028 0.028 0.014 0.007 0.007
0.5 0.02 0.02 0.01 0.005 0.005 0.025
0.6 0.024 0.024 0.012 0.006 0.006
0.45 0.0180 0.0180 0.0271 0.0090 0.0045 0.0271 0.0045
2 8 8 2 4 2 2 2
0.1 0.004 0.015 0.004 0.006 0.002 0.001 0.006 0.001 0.011 0.015 0.005
0.2 0.008 0.008 0.012 0.004 0.002 0.012 0.002 0.022 0.01
0.3 0.012 0.012 0.018 0.006 0.003 0.018 0.003 0.015
0.5 0.02 0.02 0.01 0.005 0.005 0.025
0.1 0.004 0.015 0.004 0.006 0.002 0.001 0.006 0.001 0.011 0.015 0.005
0.5 0.02 0.02 0.01 0.005 0.005 0.025
0.3 0.012 0.012 0.018 0.006 0.003 0.018 0.003 0.015
0.2 0.008 0.008 0.012 0.004 0.002 0.012 0.002 0.022 0.01
0.00 0.0000 0.0001 0.0003 0.0000 0.000 0.0000 0.0000 0.000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0001 0.0001 0.000 0.0000 0.000 0.0007 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
0.001
1 4 5 5 4 4 6 2 4 1 6 1 1 5 6 5 5 5 9 3 5 8 4
0.00 0.0007 0.0017 0.0000 0.0000 0.0005 0.0007 0.0002 0.002 0.0037 0.004 0.001 0.002
0.0002 0.0002 0.002 0.0003 0.0001 0.002 0.0003 0.003 0.004 0.002 0.005
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
0.5 0.02 0.02 0.01 0.005 0.005 0.025
0.2 0.008 0.008 0.012 0.004 0.002 0.012 0.002 0.022 0.01
0.95 0.019 0.0095 0.0095
0.3 0.012 0.012 0.018 0.006 0.003 0.018 0.003 0.015
0.02 0.0008 0.0031 0.0073 0.0008 0.008 0.0012 0.0004 0.008 0.0002 0.0012 0.0002 0.0023 0.0031 0.012 0.0010 0.010 0.0157 0.018 0.006 0.010 0.016 0.008
0.021
1 4 5 5 4 4 6 2 4 1 6 1 1 5 6 5 5 5 9 3 5 8 4
0.51 0.0204 0.0204 0.0102 0.0051 0.0051 0.0255
0.01 0.0004 0.0004 0.004 0.0007 0.0002 0.004 0.0001 0.0007 0.0001 0.0013 0.007 0.010 0.003 0.009 0.004
0.0018 0.0042 0.0018 0.0006 0.006 0.009 0.006 0.012
2 8 8 8 2 4 8 2 2 2 2 2 8 6 6 8
0.32 0.0128 0.0128 0.0192 0.0064 0.0032 0.0192 0.0032 0.016
0.18 0.0072 0.0271 0.0072 0.0108 0.0036 0.0018 0.0108 0.0018 0.0199 0.0271 0.0090
1 4 5 4 6 2 1 6 1 1 5 5
0.19 0.0019 0.0019 0.0214 0.0097
0.0078 0.0078 0.0117 0.0039 0.0117
5 5 5 5 5
0.8 0.28 0.016 0.008 0.008
0.5 0.02 0.02 0.01 0.005 0.005 0.025
0.5 0.02 0.02 0.01 0.005 0.005 0.025
0.5 0.02 0.02 0.01 0.005 0.005 0.025
0.3 0.012 0.012 0.018 0.006 0.003 0.018 0.003 0.015
0.02 0.0008 0.003 0.007 0.0008 0.008 0.0012 0.0004 0.008 0.0002 0.0012 0.0002 0.0022 0.003 0.012 0.001 0.01 0.015 0.018 0.006 0.01 0.016 0.008 0.02
0.00 0.0000 0.0000 0.000 0.0001 0.0000 0.000 0.0000 0.0001 0.0000 0.0002 0.001 0.001 0.000 0.001 0.000
0.0003 0.0007 0.0003 0.0001 0.001 0.0015 0.001 0.002
2 8 8 8 2 4 8 2 2 2 2 2 8 6 6 8
0.49 0.0198 0.0198 0.0099 0.0049 0.0049
0.0248
6 4 4 2 6 6
0.34 0.0138 0.0138 0.0208 0.0069 0.0034 0.0208 0.0034 0.0173
7 8 8 2 4 7 2 7 5
0.35 0.0142 0.0142 0.0214 0.0071 0.0035 0.0214 0.0035 0.0178
7 8 8 2 4 7 2 7 5
0.58 0.0235 0.0235 0.0117 0.0058 0.0058
8 2 2 6 8 8
0.49 0.0049 0.0049 0.0247
0.0198 0.0198 0.0099
5 5 5 5
0.57 0.0228 0.0228 0.0114 0.0057 0.0057
1 4 4 2 1 1
0.04 0.0019 0.0073 0.0171 0.0019 0.019 0.0029 0.0009 0.019 0.0004 0.0029 0.0004 0.0053 0.0073 0.0024 0.024 0.014 0.024 0.019
9 6 5 5 6 6 4 8 6 9 4 9 9 5 5 5 7 5 6
0.02 0.0011 0.0043 0.0101 0.0011 0.011 0.0017 0.0005 0.011 0.0002 0.0017 0.0002 0.0031 0.0043 0.017 0.0014 0.014 0.0217 0.026 0.008 0.014 0.023 0.011
9 6 5 5 6 6 4 8 6 9 4 9 9 5 4 5 5 5 1 7 5 2 6
1 0.04 0.04 0.02 0.4 0.01 0.06 0.01
0.35 0.014 0.014 0.021 0.007 0.14 0.0035 0.021 0.0035 0.0175 0.175
0.08 0.0032 0.012 0.028 0.0032 0.0048 0.0016 0.0008 0.0048 0.0008 0.0088 0.012 0.004 0.04 0.024
0.6 0.024 0.024 0.012 0.24 0.006 0.036 0.006 0.03 0.3