Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIKUM

MATA KULIAH PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN


KONSERVASI TANAH
(TL 42343)

Oleh :
ARENDRA ARIANTONI 1606541081

KONSENTRASI BIOTEKNOLOGI PERTANIAN


PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah. Puji syukur hanya milik Allah SWT. Hanya karena izin-
Nyalah saya dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Tak lupa saya
panjatkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW
beserta keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh insan yang dikehendaki-Nya.
Penulisan laporan praktikum ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Konservasi Tanah dengan materi
praktikum “Prediksi erosi dan perencanaan konservasi tanah dan air serta
arahan penggunaan lahan”. Dalam tugas ini saya menguraikan mengenai
pengertian erosi, faktor utama penyebab erosi, perhitungan prediksi erosi, erosi
yang dapat ditoleransikan, perencanaan konservasi tanah dan air, dan arahan
penggunaan lahan di daerah Baturiti.
Dalam penyelesaian tugas ini, saya mendapatkan bantuan serta bimbingan
dari beberapa pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya jika saya mengucapkan
terima kasih kepada dosen, orang tua, dan semua pihak yang membantu dalam
pembuatan tugas ini.
Saya menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna. Karena itu
saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun demi
perbaikan tugas ini mendatang. Harapan saya semoga tugas ini bermanfaat dan
memenuhi harapan berbagai pihak.
Aamiin.
Denpasar, 23 Mei 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………… i


DAFTAR ISI ….…………………………………………………………. ii
DAFTAR TABEL ….……………………………………………………. iii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………….. 1


1.1 Latar Belakang ………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………… 2
1.3 Tujuan Penulisan …………………………………………….. 2
1.4 Manfaat Penulisan …………………………………………… 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………… 3


2.1 Pengertian Erosi ………..……………………………………... 3
2.2 Prediksi Erosi …………………………………………………. 3
2.3 Erosi yang Dapat Ditoleransikan …………………..…………. 8
2.4 Metode Konservasi Tanah dan Air …………...………………. 10
2.5 Arahan Penggunaan Lahan …………………………...………. 12

BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM ……………………………… 16


3.1 Sumber dan Jenis Data ………………………………………... 16
3.2 Pengumpulan Data ……………………………………………. 16
3.3 Parameter yang Diamati ………..…………………..…………. 16
3.4 Analisis Data ……………………...…………...……………….16

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………… 18


4.1 Prediksi Erosi …………………………………………………. 18
4.2 Erosi yang Dapat Ditoleransikan …………………..…………. 22
4.3 Perencanaan Konservasi Tanah dan Air ………………………. 23
4.4 Arahan Penggunaan Lahan …………………………...………. 25

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………. 27


5.1 Kesimpulan ……………………………………………………. 27
5.2 Saran ………………………………………………..…………. 27

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 28


DAFTAR LAMPIRAN …………………………..……………………… 29

ii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Klasifikasi Nilai Erodibilitas Tanah (K) .................................... 6
Tabel 2. Kelas Tingkat Bahaya Erosi …….............................................. 8
Tabel 3. Satuan Unit Lahan Daerah Penelitian ……................................ 8
Tabel 4. Pedoman Penetapan Nilai Etol untuk tanah-tanah di Indonesia .. 9
Tabel 5. Skor Penetapan Arahan Penggunaan Lahan .............................. 15
Tabel 6. Faktor Erosivitas Hujan (R) selama 7 tahun (2009 – 2015)
di Stasiun Baturiti ....................................................................... 18
Tabel 7. Nilai Erodibilitas Tanah (K) di Kecamatan Baturiti .................. 19
Tabel 8. Nilai Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng (LS) ................... 20
Tabel 9. Nilai Faktor Pengelolaan Tanaman dan Pengelolaan Tanah ..... 21
Tabel 10.Prediksi Erosi Rata-rata Tahunan di Kecamatan Baturiti ......... 22
Tabel 11.Erosi yang Dapat Ditoleransikan (Etol) di Kecamatan Baturiti .. 22
Tabel 12.Nilai CPmaksimum Pada Setiap Unit Lahan.................................... 24
Tabel 13.Penentuan Arahan Penggunaan Lahan di Daerah Penelitian...... 25
Tabel 14. Arahan Penggunaan Lahan Kawasan Luar Hutan ………….... 26

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanah sebagai sumber daya alam telah mengalami berbagai tekanan seiring
dengan peningkatan jumlah manusia. Tekanan tersebut telah menyebabkan
penurunan mutu tanah yang berujung pada pengurangan kemampuan tanah untuk
berproduksi. Penurunan mutu tanah tersebut disebabkan oleh proses pencucian
hara dan proses erosi tanah terutama pada lahan-lahan yang tidak memiliki
penutupan vegetasi. Erosi merupakan peristiwa hilangnya lapisan tanah atau
bagian-bagian tanah di permukaan. Di Indonesia erosi yang sering dijumpai
adalah erosi yang disebabkan oleh air.
Erosi dapat menimbulkan kerusakan baik pada tanah tempat terjadi erosi
maupun pada tempat tujuan akhir tanah yang terangkut tersebut diendapkan.
Kerusakan pada tanah tempat erosi terjadi berupa penurunan sifat-sifat kimia dan
fisik tanah yang pada akhirnya menyebabkan memburuknya pertumbuhan
tanaman dan rendahnya produktivitas. Sedangkan pada tempat tujuan akhir hasil
erosi akan menyebabkan pendangkalan sungai, waduk, situ/danau, dan saluran
irigasi. Dengan peningkatan jumlah aliran air di permukaan dan mendangkalnya
sungai menyebabkan makin seringnya terjadi banjir (Murdis, 1999).
Semula prediksi erosi adalah suatu metode untuk memperkirakan atau
menduga laju erosi yang terjadi dari lahan yang dipergunakan bagi usaha
pertanian tertentu. Persamaan yang sering digunakan untuk memprediksi erosi
adalah persamaan Universal Soil Loss Equation (USLE). Persamaan ini adalah
model pendugaan erosi yang digunakan untuk menghitung besarnya erosi yang
terjadi dalam jangka panjang pada suatu daerah. Metode USLE mempunyai
kelebihan, yaitu proses pengolahan datanya yang sedehana, sehingga mudah
dihitung secara manual maupun menggunakan alat bantu program komputer
(software). Hal ini memudahkan para petugas yang bekerja di lapangan dalam
membuat suatu perkiraan kasar terhadap besarnya laju erosi (Indrawati, 2000)
Universal Soil Loss Equation (USLE) sudah dua puluh tahun lebih digunakan
sebagai metode pendugaan besarnya erosi yang cukup baik. Metode ini

1
dikembangkan di Amerika Utara dengan tujuan untuk mengetahui besarnya erosi
pada lahan pertanian. Pengembangan metode ini didasarkan pada hasil
pengukuran pada sepuluh ribu stasiun pengamatan erosi yang tersebar di seluruh
Amerika Utara. Dengan keserdahanaan, kemudahan dalam pemasukan input data,
dan hasil yang cukup baik metode ini banyak dipakai di berbagai sektor di luar
pertanian termasuk di sektor kehutanan (Ispriyanto, 2001). Nilai erosi yang
diperoleh dari pendekatan USLE selanjutnya dapat dipergunakan untuk menduga
laju erosi yang terjadi pada suatu wilayah dan menentukan Klasifikasi Tingkat
Bahaya Erosi, sehingga untuk mencegah kerusakan lahan akibat erosi dapat
dihindari sedini mungkin dengan teknik-teknik konservasi lahan.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan yang menjadi topic
utama dalam laporan praktikum ini, antara lain :
1. Bagaimanakah prediksi erosi rata-rata tahunan di daerah Baturiti?
2. Berapakah besar erosi yang dapat ditoleransi (Etol) di daerah Baturiti?
3. Bagaimanakah perencanaan konservasi tanah dan air untuk unit lahan di
daerah Baturiti?
4. Bagaimanakah arahan penggunaan lahan untuk setiap unit lahan di daerah
Baturiti?

1.3 Tujuan Penulisan


Penelitian ini bertujuan menduga besarnya nilai erosi di derah Baturiti dengan
pendekatan USLE (Universal Soil Loss Equation) dan membuat perencanaan
konservasi tanah dan air di unit lahan yang ditentukan serta menyusun arah
penggunaan lahan yang ada di daerah Baturiti.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui cara
mengukur prediksi erosi, dapat menghitung besar erosi yang dapat ditoleransikan,
merencanakan konservasi tanah dan air yang tepat dilakukan berdasarkan tingkat
erosi yang terjadi serta menentukan arahan pengguanaan lahan pada suatu daerah.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetian Erosi
Erosi adalah peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagian
bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami. Pada peristiwa
erosi, tanah atau bagian bagian tanah terkikis dan terangkut, kemudian diendapkan
di tempat lain (Arsyad, 2010). Pengikisan, pengangkutan dan pemindahan tanah
tersebut dilakukan oleh media alami yaitu air dan angin.
Proses erosi terjadi melalui penghancuran, pengangkutan, dan
pengendapan (Meyer et al. 1991; Utomo 1987; dan Foth (1978, dalam Banuwa,
2008). Di alam terdapat dua penyebab utama yang aktif dalam proses ini yakni
angin dan air. Pada daerah iklim tropik basah seperti Indonesia, air merupakan
penyebab utama terjadinya erosi, sedangkan angin tidak mempunyai pengaruh
berarti (Arsyad 2010). Beasley (1972, dalam Banuwa, 2008) dan Hudson (1976,
dalam Banuwa, 2008) berpendapat, bahwa erosi adalah proses kerja fisik yang
keseluruhan prosesnya menggunakan energi. Energi ini digunakan untuk
menghancurkan agregat tanah (detachment), memercikkan partikel tanah (splash),
menyebabkan gejolak (turbulence) pada limpasan permukaan, serta
menghanyutkan partikel tanah.
Erosi tanah (soil erosion) terjadi melalui dua proses yakni proses
penghancuran partikel-partikel tanah (detachment) dan proses pengangkutan
(transport) partikel-partikel tanah yang sudah dihancurkan. Kedua proses ini
terjadi akibat hujan (rain) dan aliran permukaan (run off) yang dipengaruhi oleh
berbagai faktor antara lain curah hujan (intensitas, diameter, lama dan jumlah
hujan), karakteristik tanah (sifat fisik), penutupan lahan (land cover), kemiringan
lereng, panjang lereng dan sebagainya (Wischmeier dan Smith 1978, dalam
Banuwa, 2008). Faktor-faktor tersebut satu sama lain bekerja secara simultan
dalam mempengaruhi erosi (Banuwa, 2008).

2.2 Prediksi Erosi


Prediksi erosi adalah metode untuk memperkirakan laju erosi yang akan
terjadi dari tanah dengan penggunaan dan pengelolaan lahan tertentu. Dengan

3
diketahuinya perkiraan dan ditetapkan laju erosi yang masih dapat ditoleransi,
maka dapat ditentukan kebijaksanaan penggunaan lahan dan tindakan konservasi
yang diperlukan untuk areal tersebut. Tindakan konservasi tanah dan penggunaan
lahan yang diterapkan harus dapat menekan laju erosi agar “sama atau lebih kecil”
daripada laju erosi yang masih dapat ditoleransikan.
Laju erosi yang masih dapat ditoleransikan adalah laju erosi yang
dinyatakan dalam mm/tahun atau ton/ha/tahun yang terbesar yang masih dapat
ditoleransikan agar terpelihara suatu kedalaman tanah yang cukup bagi
pertumbuhan tanaman/tumbuhan yang memungkinkan tercapainya produktivitas
yang tinggi secara lestari (Susanto, 1992). Selanjutnya Susanto (1992)
menyebutkan beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penetapan nilai
erosi yang masih dapat ditoleransikan adalah: kedalaman tanah, ciri ciri fisik dan
sifat sifat tanah lainnya yang mempengaruhi perkembangan perakaran,
pencegahan erosi parit, penyusutan kandungan bahan orgnaik, kehilangan unsur
hara dan masalah-masalah yang ditimbulkan oleh sedimen di lapangan.
Metode perkiraan erosi dapat juga digunakan sebagai alat penilai apakah
suatu tindakan konservasi tanah telah berhasil mengurangi erosi dari suatu daerah
aliran sungai (DAS). Salah satu metode perkiraan erosi adalah yang dikenal
dengan metode USLE (Universal Soil Loss Equation) yang dikembangkan oleh
Wischmeier dan Smith (1978). USLE adalah suatu model erosi yang dirancang
untuk memprediksi erosi rata-rata jangka panjang dari erosi lembar atau alur di
bawah keadaan tertentu. Ia juga bermanfaat untuk tanah tempat bangunan dan
penggunaan non pertanian, tetapi tidak dapat meprediksi pengendapan dan tidak
memperhitungkan hasil sedimen dari erosi parit, tebing sungai dan dasar sungai
(Arsyad, 2010).
Selanjutnya Arsyad (2010) menyatakan bahwa USLE memungkinkan
perencana menduga laju rata-rata erosi suatu bidang tanah tertentu pada suatu
kecuraman lereng dengan pola hujan tertentu untuk setiap macam penanaman dan
tindakan pengelolaan (tindakan konservasi tanah) yang mungkin dilakukan atau
sedang digunakan. Persamaan yang digunakan mengelompokkan berbagai
parameter fisik dan pengelolaan yang mempengaruhi laju erosi ke dalam enam
peubah utama yang nilainya setiap tempat dapat dinyatakan secara numerik.

4
Erosi pada setiap satuan lahan dihitung dengan menggunakan model
Universal of Soil Loss Equation (USLE) (Wischmeier dan Smith (1978). Data ini
digunakan untuk menentukan agroteknologi (tindakan) konservasi dan
merencanakan pemanfaatan laboratorium secara lestari. Adapun rumus USLE
yang digunakan untuk prediksi erosi adalah (Wischmeierdan Smith (1978):
A = R.K.LS.C.P
Keterangan :
A = banyaknya tanah yang tererosi (ton/ha/tahun)
R = faktor indeks (erosivitas) hujan (ton/ha/cm)
K = faktor erodibilitas tanah
LS = faktor panjang dan kemiringan lereng
C = faktor vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanaman
P = faktor tindakan-tindakan khusus konservasi tanah

Penetapan nilai faktor-faktor dalam model USLE dapat dihitung dengan


menggunakan rumus-rumus atau hasil penelitian yang sudah ada :
Faktor Erosivitas hujan (R)
Erosivitas hujan adalah jumlah satuan indeks erosi hujan, yang
merupakan perkalian antara energi hujan total (E) dengan intensitas hujan
maksimum 30 menit (I30), tahunan (Arsyad, 2010). Menurut Bols (1978, dalam
Arsyad 2010), faktor erosivitas hujan (R) merupakan penjumlahan nilai-nilai
indeks erosi hujan bulanan dan dihitung berdasarkan persamaan :
12
R=∑ (Rm)
m=1

Untuk menduga nilai Rm, Bols (1978, dalam Arsyad 2010) menggunakan
persamaan sebagai berikut :
Rmonth = 6,119 . (Rain month)1,21 . (Days month)-0,47 . (Max P month)0,53
Keterangan :
Rmonth = indeks erosivitas hujan bulanan (ton/ha/cm)

Rainmonth = curah hujan rata-rata bulanan (cm)


Daysmonth = jumlah hari hujan rata-rata per bulan (hari)

5
Max Pmonth = curah hujan maksimum selama 24 jam dalam bulan bersangkutan
(cm)
Rtahunan adalah erosivitas hujan tahunan rata-rata yang sama dengan jumlah
Rbulanan selama 12 bulan.

Faktor Erodibilitas Tanah (K)


Erodibilitas tanah (kepekaan erosi tanah), yaitu laju erosi per indeks erosi
hujan (R) untuk suatu tanah, yang didapat dari petak percobaan standar, yaitu
petak percobaan yang panjangnya 22,1 m terletak pada lereng 9 %, tanpa tanaman
(K = A/R) (Arsyad, 2010). Kepekaan erosi tanah ini sangat dipengaruhi oleh
tekstur, kandungan bahan organik, permeabilitas dan kemantapan struktur tanah.
Nilai erodibilitas tanah dihitung dengan menggunakan rumus Wischmeier dan
Smith (1978) :
100K = 1,292 [ 2,1 M1,14 (10-4)(12 – a) + 3,25 (b – 2) + 2,5 (c – 3) ]
Keterangan :
K = erodibilitas tanah
M = kelas tekstur tanah (% pasir halus + % debu) x (100 - % liat)
a = persentase bahan organik (%)
b = kode harkat struktur tanah
c = kode harkat permeabilitas profil tanah
Tabel 1. Klasifikasi Nilai Erodibilitas Tanah (K)
Kelas Nilai K Klasifikasi
1 0, 00 – 0, 10 Sangat Rendah
2 0, 11 – 0, 20 Rendah
3 0, 21 – 0, 32 Sedang
4 0, 33 – 0, 40 Agak Tinggi
5 0, 41 – 0, 55 Tinggi
6 0, 56 – 0, 64 Sangat Tinggi

Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng (LS)


Faktor panjang lereng yaitu nisbah antara besarnya erosi dari suatu tanah
dengan lereng tertentu terhadap erosi dari tanah dengan panjang lereng 22,1 m di
bawah keadaan yang identik. Faktor kecuraman lereng, yaitu nisbah antara
besarnya erosi yang terjadi dari suatu tanah dengan kecuraman lereng tertentu,

6
terhadap besarnya erosi dari tanah dengan kemiringan 9 % di bawah keadaan yang
identik (Arsyad, 2010). Faktor panjang dan kemiringan dihitung menurut rumus
(Wischmeier dan Smith 1978) :
LS=√ X [0,0138+ s ( 0,00965 ) +s 2 ( 0,00138 )]
Keterangan :
LS = Faktor topografi
X = panjang lereng (m)
s = kedalam lereng (%)

Faktor Tanaman dan Pengelolaannya (C)


Faktor vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanaman, yaitu nisbah
antara besarnya erosi dari suatu areal dengan vegetasi penutup dan pengelolaan
tanaman tertentu terhadap besarnya erosi dari tanah yang identik tanpa tanaman
(Arsyad, 2010). Penentuan faktor C didasarkan atas berbagai penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya.

Faktor Pengelolaan Tanah dan Tindakan Konservasi (P)


Faktor tindakan-tindakan khusus konservasi tanah (pengelolaan dan
penanaman menurut kontur, penanaman dalam strip, guludan, teras), yaitu nisbah
antara besarnya erosi dari tanah yang diberi perlakukan tindakan konservasi
khusus, seperti pengelolaan menurut kontur, penanaman dalam strip, guludan,
teras, terhadap besarnya erosi dari tanah yang diolah searah lereng, dalam keadaan
yang identik (Arsyad, 2010). Faktor tindakan konservasi juga ditentukan
berdasarkan berbagai penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
Hasil perhitungan yang telah diperoleh menggunakan rumus USLE yang
telah memperhitungkan nilai dari factor erosivitas hujan (R), erodibilitas tanah
(K), panjang dan kemiringan lereng (LS), pengelolaan tanaman (C) dan
pengelolaan tanah (P) selanjutnya diklasifikasikan ke dalam kelas tingkat bahaya
erosi. Adapun pedoman yang digunakan dalam mengklasifikasikan kelas tingkat
bahaya erosi dapat dilihat pada Tabel 2.

7
Tabel 2. Kelas Tingkat Bahaya Erosi
Erosi (ton/ha/tahun) Tingkat Bahaya Erosi
< 15 Sangat ringan
15 – 60 Ringan
61 – 180 Sedang
181 – 480 Berat
> 480 Sangat berat

Tabel 3. Satuan Unit Lahan Daerah Penelitian


No. Unit Lahan Penggunaan Kemiringan Jenis Tanah
Lahan Lereng
8 Kebun 3%-8% Andosol
9 Kebun 15 % - 30 % Latosol
10 Kebun 8 % – 15 % Latosol
11 Kebun 0%-3% Latosol
12 Sawah 45 % - 65 % Andosol
13 Sawah 30 % - 45 % Andosol
14 Sawah 3%-8% Andosol

2.3 Erosi yang dapat ditoleransikan


Tujuan penetapan batas laju erosi yang dapat dibiarkan adalah agar dapat
menurunkan laju erosi yang terjadi pada suatu lahan baik pertanian maupun non
pertanian terutama pada lahan-lahan yang mempunyai kemiringan yang berlereng.
Secara teori dapat dikatakan bahwa laju erosi harus seimbang dengan laju
pembentukan tanah, namun dalam prakteknya sangat sulit untuk mencapai
keadaan yang seimbang tersebut (Nurpilihan, dkk., 2011).
Penetapan batas tertinggi laju erosi yang masih dapat dibiarkan atau
ditoleransikan adalah perlu, oleh karena tidaklah mungkin menekan laju erosi
menjadi nol dari tanah-tanah yang diusahakan untuk pertanian terutama pada
tanah-tanah yang berlereng. Akan tetapi suatu kedalaman tanah tertentu harus
dipelihara agar didapat suatu volume tanah yang cukup, baik bagi tempat
berjangkarnya akar tanaman dan untuk tempat menyimpan air serta unsur hara
yang diperlukan oleh tanaman (Arsyad, 2010).
Beberapa cara untuk menetapkan nilai erosi yang dapat ditoleransi (Etol)
telah dikemukakan. Thompson (1957, dalam Arsyad, 2010) menyarankan sebagai
pedoman penetapan nilai Etol dengan menggunakan kedalaman tanah,
permeabilitas lapisan bawah dan kondisi substratum.

8
Selanjutnya, Arsyad (2010) menyatakan bahwa di Indonesia pada daerah
daerah yang masa tumbuhnya lebih dari 270 hari kecepatan pembentukan tanah
dapat mencapai lebih dari 2 mm per tahun.
Hammer (1981, dalam Arsyad, 2010), menggunakan konsep kedalaman
ekivalen (equivalent depth) dan umur guna (resources life) tanah untuk
menetapkan nilai Etol suatu tanah. Kedalaman ekivalen adalah kedalaman tanah
yang setelah mengalami erosi produktivitasnya berkurang dengan 60% dari
produktivitas tanah yang tidak tererosi. Menurunnya produktivitas tanah oleh
erosi disebabkan oleh menurunnya kandungan unsur hara tanah dan atau
memburuknya sifat-sifat fisik tanah.
Nilai Etol juga dapat dihitung dengan kriteria yang digunakan oleh
Thompson (1957, dalam Arsyad, 2010), dengan menentukan Etol maksimum untuk
tanah yang dalam, dengan lapisan bawah yang permeable, di atas bahan
(substratum) yang telah melapuk (tidak terkonsolidasi) sebesar 2,5 mm/th, dan
dengan menggunakan nisbah nilai untuk berbagai sifat dan stratum tanah, maka
nilai Etol seperti tertera pada Tabel 4. disarankan untuk menjadi pedoman
penetapan nilai Etol tanah-tanah di Indonesia.

Tabel 4. Pedoman Penetapan Nilai Etol untuk tanah-tanah di Indonesia


Sifat Tanah dan Subtratum Nilai Etol (mm/th)

Tanah sangat dangkal di atas batuan 0,0

Tanah sangat dangkal di atas bahan telah melapuk (tidak 0,4


terkonsolidasi)
Tanah dangkal di atas bahan telah melapuk 0,8

Tanah dengan kedalam sedang di atas bahan telah melapuk 1,2

Tanah yang dalam dengan lapisan bawah yang kedap air di 1,4
atas substrata yang telah melapuk
Tanah yang dalam dengan lapisan bawah berpermeabilitas 1,6
lambat, di atas substrata telah melapuk
Tanah yang dalam dengan lapisan bawah berpermeabilitas 2,0
sedang, di atas substrata telah melapuk
Tanah yang dalam dengan lapisan bawah yang permeabel 2,5
sedang, di atas substrata telah melapuk
Catatan:
mm x Berat isi x 10 ton/ha/th

9
Berat isi tanah berkisar antara 0,8 sampai 1,6 g/cm3 akan tetapi pada umumnya
tanah-tanah berkadar liat tinggi mempunyai berat isi antara 1,0 sampai 1,2 g/cm3
Sumber : Thompson (1957, dalam Arsyad, 2010)

Dalam penelitian ini, erosi yang dapat ditoleransi (E tol) dihitung


berdasarkan persamaan yang dikemukakan oleh Hammer (1981) yang
menggunakan konsep kedalaman ekivalen dan umur guna tanah, dengan
memperhatikan kedalaman tanah minimum dan kecepatan proses pembentukan
tanah dengan persamaan berikut :

Etol =

Nilai faktor kedalaman ( mm ) x kedalaman tanah (mm) gr


10. Berat Volume ( )
Umur guna(tahun ) cm3

2.4 Metode Konservasi Tanah dan Air


Metode konservasi tanah dan air dapat dibagi dalam tiga golongan yaitu
(1) metode konservasi secara fisik/mekanis, (2) metode konservasi secara
biologis, dan (3) metode konservasi secara kimia.

Metode Konservasi Secara Fisik/Mekanis


Pada dasarnya konservasi secara fisik bertujuan untuk menghambat laju
aliran air, mengurangi daya rusak butir-butir hujan, serta menampung sejumlah
volume air pada saat tertentu.
Untuk menghambat laju aliran air, dapat dilakukan dengan membangun
penghambat seperti bendung, teras, serta membuat saluran air yang memotong
arah lereng (sejajar dengan garis kontur). Pada saluran air juga biasanya dibuat
terjunan, yang berfungsi untuk memecah energi aliran air. Untuk mengurangi
daya rusak (tumbuk) air hujan, misalnya dengan menutup permukaan tanah
dengan bahan-bahan tertentu seperti aspal, semen, plastik, serasah dan bahan
lainnya.
Secara umum metode konservasi secara fisik digambarkan adalah dengan
membuat bangunan fisik, baik yang menggunakan bahan bahan alami maupun
buatan (batu, kayu, bambu, pasir, beton, plastik, serasah, dan lain lain). Tujuan

10
menggunakan metode ini antara lain untuk menghambat laju kecepatan air,
menampung kelebihan air pada saat hujan (misalnya waduk, embung), kemudian
mendistribusikannya kembali pada saat dibutuhkan. Penampungan air hujan
biasanya berbentuk embung, parit, waduk, petakan sawah, biopori, atau bentuk
penampungan lain, baik di permukaan tanah maupun di dalam tanah.

Metode Konservasi Secara Biologis


Metode konservasi tanah secara biologis bertujuan untuk mengurangi daya
rusak butir hujan, meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah, serta memperbaiki
struktur dan ruang pori tanah.
Ada beberapa metode yang sering digunakan antara lain: menanam
tanaman penutup tanah, umumnya menggunakan jenis leguminosa (Peuraria
javanica dan Calopogonium pubescens) terutama pada perkebunan kelapa sawit,
karet, dan kelapa.
Khususnya pada lahan yang berlereng curam atau tepian sungai, biasaya
dilakukan dengan penanaman bambu (Bambusa bamboo), Pisang (Musa
paradisiaca), serta tanaman keras lainnya seperti Durian, Tangkil, Petai, Nangka,
Damar, Mangga, Manggis, Duku, Rambutan, Mahoni, dan lain lain.
Penanaman tanaman perdu seperti Kopi, Cokelat dan Tebu akan lebih
bermanfaat bagi konservasi tanah apabila ditanami juga dengan tanaman
pelindung seperti Dadap, Kapuk Randu, dan lain lain.

Metode Konservasi Secara Kimiawi


Metode konservasi secara kimiawi bertujuan untuk membentuk tanah agar
lebih kompak, sehingga tidak mudah hancur karena pukuan air hujan. Bahan
yang digunakan biasanya disebut soil conditioner. Penggunaan metode ini sangat
jarang, karena memerlukan biaya yang mahal serta residu yang ditimbulkan belum
tentu ramah lingkungan.
Perencanaan konservasi tanah dan air dilakukan dengan cara
membandingkan besarnya prediksi erosi dengan erosi yang dapat ditoleransikan.
Apabila prediksi erosi yang dapat ditoleransikan. Apabila prediksi erosi (A) lebih
besar dari erosi yang dapat ditoleransikan (Etol) maka harus dilakukan perencanaan

11
konservasi tanah dan air. Berikut persamaan nilai CPmaksimum yang digunakan
untuk penentuan perencanaan konservasi tanah dan air :
E tol
CPmaksimum ≤
R . K . LS
Keterangan :
CPmaksimum = Nilai CP terbesar yang digunakan untuk mengurangi erosi
Etol = erosi yang dapat ditoleransi (ton/ha/tahun)
R = erosivitas hujan (ton/ha/cm)
K = erodibilitas tanah
LS = panjang (m) dan kemiringan lereng (%)

Hasil penjumlahan nilai R.K.LS adalah prediksi erosi potensial di lokasi


bersangkutan. Untuk menjaga tanah yang hilang melalui erosi, tetap berada
dibawah laju erosi yang dapat ditoleransikan, maka jenis tanaman dan sistem
penanaman serta konservasi tanah haruslah sesuai agar nilai faktor C.P tidak
melebihi rasio Etol/R.K.LS. Semua kombinasi jenis tanaman dan pengelolaannya
dalam konservasi tanah memberi nilai CP maksimum yang memadai, sehingga
menjadi perencanaan konservasi tanah dan air yang sesuai untuk suatu lahan
bersangkutan. Dalam perencanaan konservasi tanah dan air dengan menggunakan
nilai faktor pengelolaan tanaman (C) dan faktor pengelolaan tanah, maka beberapa
pilihan kombinasi nilai CP yang sama atau lebih kecil dari nilai CP maksimum
yang memadai dipilih. Nilai faktor C untuk berbagai jenis tanaman dan
pengelolaan tanaman, serta nilai faktor P untuk tindakan konservasi tanah di
Indonesia dapat dilihat di Lampiran 1 dan 2.

2.5 Arahan Penggunaan Lahan

Dalam analisis data mengenai arahan penggunaan lahan menggunakan


metode scoring yang berdasarkan atas SK Menteri Pertanian Nomor 837/Kpts/
Um/ 11/ 1980 dan Nomor 683/ Kpts/ Um/ 8/ 1981. Dalam metode scoring ini
diperhitungkan tiga faktor yang berpengaruh antara lain yaitu, faktor lereng
lapangan, faktor kepekaan jenis tanah dan faktor intesitas curah hujan harian rata-

12
rata. Penjumlahan dari ketiga faktor tersebut menentukan nilai dari masing-
masing kawasan dengan kriteria berikut:

Lahan di Luar Kawasan Hutan

a. Kawasan Lindung

Jumlah skor dari ketiga faktor fisik pada satuan lahan sama atau lebih
besar dari 175 atau memenuhi kriteria di bawah ini:

1. Mempunyai kemiringan lerengan >45%

2. Merupakan kawasan yang mempunyai jenis tanah yang sangat peka terhadap
erosi (regosol, litosol, dan renzina) dan memiliki kemiringan lereng >15%

3. Merupakan jalur pengaman aliran sungai sekurang-kurangnya 100 meter di


kanan kiri alur sungai

4. Merupakan pelindung mata air yaitu 200 meter dari sumber mata air

5. Berada pada ketinggian > 2000 meter di atas permukaan laut

6. Guna keperluan atau kepentingan khusus ditetapkan oleh Menteri Kehutanan


sebagai hutan lindung

b. Kawasan Penyangga

Jumlah skor dari ketiga faktor fisik pada satuan lahan berkisar antara 125-
174 atau memenuhi salah satu dari kriteria di bawah ini:

1. Keadaan fisik wilayah memungkinkan untuk dilakukan budidaya secara


ekonomis

2. Lokasinya secara ekonomis mudah dikembangkan sebagai kawasan penyangga

3. Tidak merugikan dari segi ekologi ataupun lingkungan hidup apabila


dikembangkan sebagai kawasan penyangga

13
c. Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan

Pada kawasan budidaya tanaman tahunan jumlah skor fisik pada satuan
lahan sama taua kurang dari 124 dan sesuai dikembangkan untuk usaha tani
tahunan, di samping itu kawasan ini harus memenuhi kriteria umum untuk
kawasan penyangga.

d. Kawasan Budidaya Tanaman Semusim

Jumlah skor ketiga faktor fisik pada satuan luas untuk satuan luas pada
kawasan budidaya tanaman semusim sama seperti penetapan kawasan budidaya
tanaman tahunan serta terletak di tanah milik, tanah adat atau desa, dan tanah
negara yang seharusnya dikembangkan untuk usaha tani tanaman semusim.

Lahan di Dalam Kawasan Hutan

a. Hutan Lindung

Jumlah skor dari ketiga faktor fisik pada satuan lahan untuk hutan lindung
sama atau lebih besar dari 175, sehingga kawasan tersebut merupakan kawasan
yang dijadikan dan dipertahankan sebagai kawasan hutan lindung atau memenuhi
salah satu kriteria di bawah ini:

1. Mempunyai kemiringan lereng >45%

2. Merupakan kawasan yang mempunyai jenis tanah yang sangat peka terhadap
erosi (regosol, organosol dan renzena) dan memiliki kemiringan lereng >15%

3. Merupakan pelindung nata air yaitu 200 meter dari sumber mata air

4. Merupakan jalur pengaman aliran sungai sekurang-kurangnya 100 meter di


kanan kiri alur sungai

5. Berada pada ketinggian > 2000 meter di atas permukaan laut

6. Guna keperluan atau kepentingan khusus ditetapkan oleh Menteri Kehutanan


sebagai hutan lindung

b. Hutan Produksi

14
Hutan produksi dibedakan menjadi dua jenis yaitu hutan produksi
penebangan terbatas dengan jumlah skor ketiga faktor fisik 125-174 dan hutan
produksi bebas dengan jumlah skor ketiga faktor fisik sama atau jurang dari 124
di luar kawasan hutan suaka alam dan hutan konservasi lainnya.

c. Hutan Suaka Alam dan Hutan Wisata

Penetapan hutan suaka alam dan hutan wisata tidak berdasarkan nilai skor
dari ketiga faktor fisik npada suatu unit lahan melainkan lebih diarahkan kepada
kepentingan kebudayaan, ilmu ilmu pengetahuan, pelesatrian plasma nutfah dan
rekreasi. SKor penetapan arahan penggunaan lahan disajikan pada.

Tabel 5. Skor Penetapan Arahan Penggunaan Lahan


Faktor Kelas Kisaran Kriteria Skor
1 0-8 % Agak Curam 20
2 8-15 % Curam 40
Lereng 3
15-30% Sangat Curam 60
Lapangan
4 30-45% Tidak Peka 80
5 >45% Kurang Peka 100
1 Aluvial, Tanah Glei,
Planosol, Hidromorf
Kelabu, Laterik Air
Agak Peka 15
Tanah

Jenis tanah 2 Latosol Peka 30


3 Brown Forest Soil,
menurut
Non, Classic Brown, Sangat Peka 45
kepekaannya
Mediteran
terhadap erosi 4 Andosol, Laterite,
Grumosol, Podosol, Sangat Rendah 60
Podsolik
5 Regosol, Litosol,
Rendah 75
Organosol, Renzina
1 0-13,6 Mm/Hari Sedang 10
Intensitas hujan 2 13,6-20,7 Mm/Hari Tinggi 20
3 20,7-27,7 Mm/Hari Sangat Tinggi 30
harian rata-rata
4 27,7-34,8 Mm/Hari Agak Curam 40
5 34,8 Mm/Hari Curam 50
Sumber: SK Menteri Pertanian Nomor 837/Kpts/Um/11/1980 dan Nomor 683/
Kpts/Um/8/1981

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

15
3.1 Sumber dan Jenis Data
Data-data yang dipergunakan dalam penyusunan laporan praktikum ini
berasal dari data lahan di daerah Baturiti, bersumber dari berbagai literatur
kepustakaan yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas, penuntun
praktikum, jurnal ilmiah edisi cetak maupun edisi online, dan artikel ilmiah yang
bersumber dari internet.

3.2. Pengumpulan Data


Metode penulisan bersifat studi pustaka. Informasi didapatkan dari data
penggunaan unit lahan di daerah Baturiti, dan berbagai literature yang berkaitan
dengan materi prediksi erosi dan perencanaan konservasi tanah dan air, serta
arahan penggunaan lahannya.

3.3. Parameter Yang Diamati `


1. Faktor erosivitas hujan (R)
2. Faktor erodibilitas tanah (K)
3. Faktor panjang dan kemiringan lereng (LS)
4. Faktor pengelolaan tanaman (C)
5. Faktor pengelolaan tanah (P)
6. Erosi yang dapat ditoleransikan (E tol)
7. Perencanaan konservasi tanah dan air untuk masing-masing unit lahan
8. Arahan penggunaan lahan

3.4. Analisis Data


Analisis data diperlukan untuk perhitungan pendekatan USLE guna
memprediksi besarnya erosi. Tahap-tahap pengolahan data selengkapnya sebagai
berikut:
a. Menghitung nilai R (erosivitas hujan) menggunakan rumus yang
dikemukakan oleh Bols (1978, dalam Arsyad 2010) menggunakan persamaan
sebagai berikut :
Rmonth = 6,119 . (Rain month)1,21 . (Days month)-0,47 . (Max P month)0,53

16
b. Dari berbagai rumus perhitungan erosivitas, pada kasus ini dipilih
rumus di atas karena data curah hujan yang tersedia hanya data curah hujan
bulanan.
c. Menentukan nilai K (erodibilitas tanah) berdasarkan rumus Wischmeier
dan Smith (1978) :
100K = 1,292 [ 2,1 M1,14 (10-4)(12 – a) + 3,25 (b – 2) + 2,5 (c – 3) ]
d. Menentukan Nilai LS dengan menggunakan rumus (Wischmeier dan
Smith 1978) :
LS=√ X [0,0138+ s ( 0,00965 ) +s 2 ( 0,00138 )]
Sebelum menentukan besarnya nilai LS, harus diketahui terlebih dahulu
kemiringan lereng.
e. Menentukan nilai CP. Nilai CP dapat dicari dengan menentukan faktor
C dan P masing-masing atau digabungkan sekaligus menjadi faktor CP. Pada
penelitian ini, faktor CP diperoleh melalui penelusuran pustaka dari penelitian
sebelumnya yang dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2.
f. Selanjutnya nilai A (jumlah kehilangan tanah maksimum) dapat dihitung
sesuai dengan Rumus USLE :
A=R.K.L.S.C.P
g. Menentukan nilai erosi yang dapat ditoleransikan dengan menggunakan
rumus yang dikemukakan oleh Hammer (1981), sebagai berikut :

Nilai faktor kedalaman ( mm ) x kedalaman tanah (mm) gr


Etol = 10. Berat Volume ( )
Umur guna(tahun ) cm3
h. Menentukan perencanaan konservasi tanah dan air dengan sebelumnya
mencari nilai CPmaksimum.
i. Menentukan arahan penggunaan lahan pada lahan di luar kawasan hutan
dan di lahan di dalam kawasan hutan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Prediksi Erosi

17
Berdasarkan persamaan USLE (Universal Soil Loss Equation), faktor-
faktor erosi yang akan dihitung meliputi faktor erosivitas hujan (R), faktor
erodibilitas (K), faktor panjang dan kemiringan lereng (LS), dan faktor
pengelolaan tanaman dan usaha pencegahan erosi (CP).
Menghitung Erosivitas Hujan
Data curah hujan yang digunakan untuk menghitung faktor erosivitas
diperoleh dari data curah hujan di Stasiun Baturiti. Curah hujan rata-rata bulanan
untuk daerah Baturiti berkisar antara 3, 12 cm sampai dengan 43, 51 cm, dengan
curah hujan tertinggi terjadi pada Bulan Desember dan terendah pada Bulan
Agustus.
Curah hujan mempunyai peranan yang cukup tinggi terhadap erosi tanah
yang terjadi. Pada daerah yang berlereng terjal, erosivitas hujan yang tinggi sangat
berpengaruh terhadap besarnya erosi.
Masukan data curah hujan terdiri dari jumlah curah hujan bulanan selama
7 tahun dari tahun 2009 sampai tahun 2015. Sehingga setelah dilakukan
perhitungan diperoleh nilai erosivitas seperti yang ditunjukkan oleh Tabel 6.
Tabel 6.
Faktor Erosivitas Hujan (R) selama 7 tahun (2009 – 2015) di Stasiun Baturiti
No. Bulan Curah Hujan Hari Hujan Curah Erosivitas
/ Rain (cm) / Day Hujan Hujan
(Hari) Max. / Max (R)
P(cm)
1 Januari 45, 57 24 7, 87 416, 72
2 Februari 37, 64 20 7, 08 340, 60
3 Maret 35, 35 20 7, 15 317, 34
4 April 36, 73 19 7, 31 344, 52
5 Mei 20, 76 14 6, 76 191, 30
6 Juni 8, 09 9 3, 56 53, 59
7 Juli 7, 83 13 2, 58 36, 54
8 Agustus 3, 12 9 0, 98 8, 54
9 September 8, 90 7 3, 87 70, 75
10 Oktober 19, 05 9 5, 33 187, 08
11 November 32, 26 16 7, 70 328, 15
12 Desember 43, 51 22 8, 29 421, 96
Rtahunan 2717, 09

Menghitung Erodibilitas Tanah

18
Erodibilitas tanah (K) menunjukkan tingkat kepekaan tanah terhadap erosi
yaitu mudah tidaknya tanah mengalami erosi. Erodibilitas tanah dipengaruhi oleh
tekstur tanah (persentase pasir sangat halus, debu dan liat), struktur tanah,
permeabilitas tanah dan kandungan bahan organik tanah. Erodibilitas tanah dapat
dihitung dengan persamaan yaitu :
100K = 1,292 [ 2,1 M1,14 (10-4)(12 – a) + 3,25 (b – 2) + 2,5 (c – 3) ]
Nilai erodibilias tanah diperoleh dengan pengamatan sifat dan kimia tanah.
Semakin tinggi kandungan debu maka tanah akan rentan terhadap terjadinya erosi
tanah. Berdasarkan pengujian laboratorium, kandungan bahan organik pada lokasi
penelitian berkisar 1, 90% sampai dengan 3, 50 %. Bahan organik berpengaruh
terhadap kemampuan tanah untuk menahan erosi. Dimana bahan organik berperan
sebagai bahan untuk meningkatkan kemampuan tanah menahan air (sifat fisika
tanah) dan meningkatnya daya serap. Struktur tanah pada lokasi yang dijadikan
pengambilan data diperoleh cukup bervariasi dari granuler sampai dengan masif.
Struktur tanah juga turut dalam mempengaruhi kepekaan tanah terhadap besarnya
erosi yang akan terjadi. Semakin besar nilai koefisien struktur tanah, maka tanah
akan semakin peka terhadap erosi dan sebaliknya, jika nilai koefisien struktur
kecil maka kepekaan tanah terhadap erosi juga akan rendah.
Nilai erodibilitas tanah (K) yang telah diperoleh dari hasil perhitungan
dapat dilihat pada Tabel 7, kemudian dibandingkan dengan Tabel 1 untuk
mengetahui kategori nilai erodibilitas tanah (K) yang diperoleh.

Tabel 7. Nilai Erodibilitas Tanah (K) di Kecamatan Baturiti


No. % % % % Kode Kode Kelas Nilai Kriteria
UST Pasir Debu Liat Bahan Struktur Permeabilitas Tekstur Erodibilitas
Halu Organi Tanah Profil Tanah Tanah Tanah
s k (a) (b) (c) (M) (K)
8 9, 55 21, 55 11, 30 2, 40 3 1 2758, 57 0, 195 Rendah
9 8, 16 49, 90 9, 10 3, 30 3 1 5277, 65 0, 390 Agak Tinggi
10 17, 42 39, 19 11, 68 2, 50 3 1 4999, 80 0, 402 Agak Tinggi
11 8 ,85 37, 58 19, 17 1, 90 3 1 3752, 94 0, 303 Sedang
12 7, 95 44, 44 19, 49 3, 50 4 1 4217, 92 0, 332 Agak Tinggi
13 12, 66 60, 98 11, 68 3, 00 4 1 6503, 88 0, 562 Sangat Tinggi
14 5, 60 42, 03 19, 46 2, 70 4 1 3836, 12 0, 327 Sedang

Menghitung Panjang dan Kemiringan Lereng

19
Dalam penelitian ini, peta kemiringan lereng diperoleh dari pengolahan
data yang telah tersedia sebelumnya. Semakin besar nilai kemiringan lereng, maka
tingkat erosi yang terjadi akan lebih besar dibandingkan dengan wilayah yang
datar. Perhitungan nilai faktor dan kemiringan lereng dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Nilai Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng (LS)


No. Unit Lahan Panjang Kemiringan Nilai
Lereng (m) Lereng LS
8 19 6 1, 397
9 25 21 4, 542
10 19 11 2, 335
11 13 3 0, 847
12 55 51 15, 008
13 45 34 9, 337
14 11 8 1, 404

Dari data yang disajikan, dapat diketahui bahwa daerah Baturiti terletak
pada kemiringan lereng yang beragam dari 3 - 51 % dengan nilai indeks LS
berkisar antara 1, 397 sampai 15, 008.
Faktor panjang dan kemiringan lereng merupakan sumber terjadinya
kesalahan yang terbesar dalam perhitungan erosi. Hal ini disebabkan oleh
penggunaan data untuk mendapatkan nilai panjang dan kemiringan lereng. Data
yang digunakan memberikan informasi terlalu umum, sehingga untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik, nilai LS harus ditentukan berdasarkan
pengukuran di lapangan.

Menghitung Pengelolaan Tanaman (C) dan Pengelolaan Tanah (P)


Faktor Pengelolaan Tanaman dan Usaha Pencegahan Erosi (Pengelolaan
tanah) dapat diketahui dari Peta Tata Guna Lahan atau Peta Penutupan Lahan dan
pengamatan langsung di lapangan. Dalam penelitian ini faktor Pengelolaan
tanaman dan Pengelolaan tanah diperoleh pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.
Pada penelitian ini faktor CP diketahui dengan mencocokkan data
pengamatan sebelumnya di lokasi penelitian. Hal ini memungkinkan nilai CP
yang didapat benar-benar aktual atau kondisi terkini di lokasi, sehingga
diharapkan nilai hasil pendugaan erosi memiliki tingkat keakuratan yang tinggi.

20
Nilai C dan P harus diteliti secara intensif dan dipetakan lebih terperinci dengan
menggunakan interprestasi foto udara dan kerja lapangan. Setelah melakukan
pengolahan data penelitian sebelumnya, maka diperoleh hasil bahwa faktor C dan
P di bantaran sekeliling Situ Bojongsari berbeda-beda yang dapat dilihat pada
Tabel 9.

Tabel 9. Nilai Faktor Pengelolaan Tanaman (C) dan Pengelolaan Tanah (P)
No. Unit Pengelolaan Tanaman (C) Nilai Pengelolaan Tanah (P) Nilai Nilai CP
Lahan Faktor C Faktor P
8 Kebun Campuran – Penutup Tanah 0, 3 Teras Bangku – Kontruksi Sedang 0, 15 0, 045
Bervariasi, Kerapatan Sedang
9 Kebun Campuran – Penutup Tanah 0, 3 Teras Bangku – Kontruksi Buruk 0, 35 0, 105
Bervariasi, Kerapatan Sedang
10 Kebun Campuran – Penutup Tanah 0, 1 Tanpa Tindakan Konservasi Tanah 1, 00 0, 1
Bervariasi, Kerapatan Tinggi
11 Kebun Campuran – Penutup Tanah 0, 1 Tanpa Tindakan Konservasi Tanah 1, 00 0, 1
Bervariasi, Kerapatan Tinggi
12 Sawah Beririgasi 0, 01 Teras Bangku – Kontruksi Sedang 0, 15 0, 0015
13 Sawah Beririgasi 0, 01 Teras Bangku – Kontruksi Baik 0, 04 0, 0004
14 Sawah Beririgasi 0, 01 Teras Bangku – Kontruksi Sedang 0, 15 0, 0015

Menghitung Prediksi Erosi (A)


Setelah parameter-parameter dalam persamaan USLE telah ditentukan
nilainya, maka besanya erosi di daerah Baturiti dapat diperkirakan dengan
mengkalikan faktor-faktor erosi melalui persamaan berikut :
A = R.K.LS.C.P
Dimana :
A = banyaknya tanah yang tererosi (ton/ha/tahun)
R = faktor indeks (erosivitas) hujan (ton/ha/cm)
K = faktor erodibilitas tanah
LS = faktor panjang dan kemiringan lereng
C = faktor vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanaman
P = faktor tindakan-tindakan khusus konservasi tanah
Setelah dilakukan perhitungan diperoleh nilai prediksi erosi seperti yang
ditunjukkan oleh Tabel 10.

21
Tabel 10. Prediksi Erosi Rata-rata Tahunan di Kecamatan Baturiti
No. Unit Nilai Prediksi Erosi Tingkat Erosi
Lahan (A) (ton/ha/tahun
R K LS C P
8 2717, 09 0, 195 1, 397 0, 3 0, 15 33, 308 Ringan
9 2717, 09 0, 390 4, 542 0, 3 0, 35 505, 365 Sangat Berat
10 2717, 09 0, 402 2, 335 0, 1 1, 00 255, 045 Berat
11 2717, 09 0, 303 0, 847 0, 1 1, 00 69, 732 Sedang
12 2717, 09 0, 332 15, 008 0, 01 0, 15 20, 307 Ringan
13 2717, 09 0, 562 9, 337 0, 01 0, 04 5, 703 Sangat Ringan
14 2717, 09 0, 327 1, 404 0, 01 0, 15 1, 871 Sangat Ringan

4.2 Erosi yang Dapat Ditoleransikan


Dalam penelitian ini, erosi yang dapat ditoleransi (E tol) dihitung
berdasarkan persamaan yang dikemukakan oleh Hammer (1981) yang
menggunakan konsep kedalaman ekivalen dan umur guna tanah, dengan
memperhatikan kedalaman tanah minimum dan kecepatan proses pembentukan
tanah dengan persamaan berikut :
Etol =

Nilai faktor kedalaman ( mm ) x kedalaman tanah (mm) gr


10. Berat Volume ( )
Umur guna(tahun ) cm3
Setelah perhitungan, dapat diketahui Nilai dari erosi yang dapat
ditoleransikan pada setiap satuan lahan di daerah Baturiti yang dapat dilihat pada
Tabel 11.
Tabel 11.
Erosi yang Dapat Ditoleransikan (Etol) di Kecamatan Baturiti
No. Unit Kedalaman Sub Grup Faktor Umur Guna Berat Volume Erosi yang
Lahan Tanah (mm) Tanah Kedalaman Tanah (tahun) (gr/cm3) Ditoleransikan (Etol)
8 600 Andept 1, 00 300 1, 05 21, 00
9 600 Aquept 0, 95 300 1, 04 19, 76
10 750 Aquept 0, 95 300 0, 91 21, 61
11 800 Aquept 0, 95 300 1, 11 28, 12
12 650 Andept 1, 00 300 1, 10 23, 83
13 650 Andept 1, 00 300 0, 98 21, 23
14 600 Andept 1, 00 300 1, 30 26, 00

Erosi yang dapat ditoleransi (Etol) dihitung berdasarkan persamaan yang


dikemukakan oleh Wood dan Dent (1983, dalam Banuwa, 2008) yang

22
memperhitungkan kedalaman minimum tanah, laju pembentukan tanah,
kedalaman ekuivalen (equivalent depth), dan umur guna tanah (resources life).
Perhitungan nilai Etol secara lengkap disajikan pada Tabel 11. Laju pembentukan
tanah yang digunakan adalah 2 mm/th dengan umur guna tanah (UGT) sebesar
400 tahun (Arsyad, 2010), faktor kedalaman tanah sebesar 1, 00 dan 0, 95 dengan
kedalaman tanah yang bervariasi antara 600 mm hingga 800 mm.
Nilai Etol berkisar antara 19, 76 ton/ha/th sampai dengan 28, 12 ton/ha/th.
Besarnya nilai Etol pada masing-masing satuan lahan disajikan pada Tabel 11.

4.3 Perencanaan Konservasi Tanah dan Air


Menghitung CPmaksimum
Perencanaan konservasi tanah dan air dilakukan dengan cara
membandingkan besarnya prediksi erosi dengan erosi yang dapat ditoleransikan.
Apabila prediksi erosi yang dapat ditoleransikan. Apabila prediksi erosi (A) lebih
besar dari erosi yang dapat ditoleransikan (Etol) maka harus dilakukan perencanaan
konservasi tanah dan air. Nilai CPmaksimum dapat dilihat di Tabel 12.Berikut
persamaan nilai CPmaksimum yang digunakan untuk penentuan perencanaan
konservasi tanah dan air :
E tol
CPmaksimum ≤
R . K . LS

Tabel 12. Nilai CPmaksimum Pada Setiap Unit Lahan


No. Unit Nilai Erosi yang Nilai
Lahan R K LS Ditoleransikan (Etol) CPmaksimum
8 2717, 09 0, 195 1, 397 21, 00 0, 028
9 2717, 09 0, 390 4, 542 19, 76 0, 004
10 2717, 09 0, 402 2, 335 21, 61 0, 008
11 2717, 09 0, 303 0, 847 28, 12 0, 004
12 2717, 09 0, 332 15, 008 23, 83 0, 002

23
13 2717, 09 0, 562 9, 337 21, 23 0, 001
14 2717, 09 0, 327 1, 404 26, 00 0, 021

Karena laju erosi jauh nilai erosi yang masih bisa ditoleransi maka perlu
upaya yang serius untuk menekan laju erosi pada masing-masing satuan lahan
terutama dengan melakukan upaya pengelolaan yang konservatif sehingga nilai
CP bisa ditekan seminimal mungkin. Upaya lain yang bias dilakukan adalah
dengan memperpendek nilai panjang lereng (X) dengan cara pembuatan teras
maupun guludan pada lokasi-lokasi tertentu.
Hasil penjumlahan nilai R.K.LS adalah prediksi erosi potensial di lokasi
bersangkutan. Untuk menjaga tanah yang hilang melalui erosi, tetap berada
dibawah laju erosi yang dapat ditoleransikan, maka jenis tanaman dan sistem
penanaman serta konservasi tanah haruslah sesuai agar nilai faktor C.P tidak
melebihi rasio Etol/R.K.LS. Semua kombinasi jenis tanaman dan pengelolaannya
dalam konservasi tanah memberi nilai CP maksimum yang memadai, sehingga
menjadi perencanaan konservasi tanah dan air yang sesuai untuk suatu lahan
bersangkutan. Dalam perencanaan konservasi tanah dan air dengan menggunakan
nilai faktor pengelolaan tanaman (C) dan faktor pengelolaan tanah, maka beberapa
pilihan kombinasi nilai CP yang sama atau lebih kecil dari nilai CP maksimum
yang memadai dipilih. Nilai faktor C untuk berbagai jenis tanaman dan
pengelolaan tanaman, serta nilai faktor P untuk tindakan konservasi tanah di
Indonesia dapat dilihat di Lampiran 1 dan 2.
Setelah menghitung nilai dari CPmaksimum dan membandingkannya dengan
perkalian Lampiran 1 dan Lampiran 2, Perencanaan konservasi tanah dan air pada
unit lahan di daerah Baturiti dapat dilihat di Lampiran 4. Lampiran 4 berisis
tentang perkalian antara nilai faktor pengelolaan vegetasi (C) dan nilai faktor
pengelolaan tanah (P) yang lebih kecil dari pada CPmaksimum terbesar yang ada pada
unit lahan di aerah Baturiti tersebut. Penulis tidak menjabarkan secara spesifik
mengenai perencanaan konservasi tanah dan air pada setiap satuan lahan namun
penulis melampirkan nilai CP tersebut untuk memudahkan mencari metode
konservasi yang akan digunakan.

4.4 Arahan Penggunaan Lahan

24
Tabel 13. Penentuan Arahan Penggunaan Lahan di Daerah Penelitian
Jenis Tanah
Kemiringan Intensitas Hujan Total
Menurut Arahan Penggunaan Lahan
No. Lereng Rata-rata Skor
Kepekaannya
UL
Dalam Kawasan
% Skor Jenis Skor mm/hari Skor Luar Kawasan Hutan
Hutan
8 Hutan Suaka Alam dan Budidaya Tanaman Tahunan
6 20 Andosol 60 16, 80 20 100 Hutan Wisata & Semusim
9 Hutan Suaka Alam dan Budidaya Tanaman Tahunan
21 60 Latosol 30 16, 80 20 110 Hutan Wisata & Semusim
10 Hutan Suaka Alam dan Budidaya Tanaman Tahunan
11 40 Latosol 30 16, 80 20 100 Hutan Wisata & Semusim
11 Hutan Suaka Alam dan Budidaya Tanaman Tahunan
3 20 Latosol 30 16, 80 20 70 Hutan Wisata & Semusim
12 51 100 Andosol 60 16, 80 20 180 Hutan Lindung Kawasan Lindung

13 34 80 Andosol 60 16, 80 20 160 Hutan Produksi Kawasan Penyangga

14 Hutan Suaka Alam dan Budidaya Tanaman Tahunan


8 20 Andosol 60 16, 80 20 100 Hutan Wisata & Semusim

Hasil analisis data pada daerah Baturiti di luar kawasan hutan terbagi
menjadi 3 (tiga) fungsi kawasan yaitu : a) kawasan lindung, b) kawasan
penyangga, dan c) kawasan budidaya. Sedangkan pada kawasan hutan juga
terbagi menjadi 3 (tiga) fungsi kawasan yaitu : a) hutan lindung, b) hutan
produksi, dan c) hutan suaka alam dan hutan wisata.
Di daerah Baturiti tersebut hanya unit lahan 12 yang dapat dijadikan hutan
dan kawasan lindung, dan pada unit lahan 13 dapat dijadikan hutan produksi dan
kawasan penyangga. Sedangkan seluruh unit lahan yang lain hanya dapat
dimanfaatkan sebagai hutan wisata dan suaka alam dan kawasan budidaya
tanaman tahunan dan musiman. Arahan penggunaan lahan di daerah Baturiti
dalam kawasan luar hutan dapat dilihat di Tabel 14.
Tabel 14. Arahan Penggunaan Lahan Kawasan Luar Hutan
No. Fungsi kawasan Arahan Penggunaan Lahan
1 Kawasan Lindung 1. Kawasan hutan lindung dengan
tujuan untuk perlindungan mata air
dan daerah rawan bencana.
2. Hutan Kemasyarakatan
(mengutamakan hasil hutan non
kayu), dengan jenis tanaman bertajuk
rapat dan akar dalam.
3. Kawasan Jalur Hijau Sepanjang
Sempadan Sungai untuk melindungi
terjadinya erosi tebing.

2 Kawasan Penyangga 1. Hutan tanaman (agroforestry)


kombinasi tanaman tahunan dan
tanaman kehutanan.

25
2. Kebun Campuran tanaman
tahunan dan semusim dengan teknik
konservasi tanah dan vegetasi bawah.
3. Padang Rumput (Silvopastura)
untuk penggembalaan ternak

3 Kawasan Budidaya 1. Pertanian Tanaman Semusim


(tumpang sari) atau Pergiliran
tanaman
2. Pemukiman dan bangunan fisik
lainnya serta aktifitas sosial ekonomi
masyarakat.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Untuk menghitung prediksi erosi dapat diperoleh menggunakan rumus
USLE yang telah memperhitungkan nilai dari factor erosivitas hujan (R),
erodibilitas tanah (K), panjang dan kemiringan lereng (LS), pengelolaan tanaman
(C) dan pengelolaan tanah (P) selanjutnya diklasifikasikan ke dalam kelas tingkat
bahaya erosi. Adapun tingkat prediksi erosi di daerah Baturiti bervariasi mulai
dari sangat ringan (A= 1,871) sampai sangat berat (A= 505,365).

26
Erosi yang dapat ditoleransi (Etol) dihitung berdasarkan persamaan yang
dikemukakan oleh Wood dan Dent (1983, dalam Banuwa, 2008) yang
memperhitungkan kedalaman minimum tanah, laju pembentukan tanah,
kedalaman ekuivalen (equivalent depth), dan umur guna tanah (resources life).
Nilai Etol berkisar antara 19, 76 ton/ha/th sampai dengan 28, 12 ton/ha/th.
Di daerah Baturiti tersebut hanya unit lahan 12 yang dapat dijadikan hutan
dan kawasan lindung, dan pada unit lahan 13 dapat dijadikan hutan produksi dan
kawasan penyangga. Sedangkan seluruh unit lahan yang lain hanya dapat
dimanfaatkan sebagai hutan wisata dan suaka alam dan kawasan budidaya
tanaman tahunan dan musiman.

5.2 Saran
Untuk meningkatkan keakuratan perhitungan erosi, perlu diadakan survey
langsung ke lapangan agar data yang diperoleh adalah data yang paling terkini di
lokasi yang akan di survey.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Serial Pustaka IPB Press. Bogor.

Banuwa, I.S. 2008. Pengembangan Alternatif Usahatani Berbasis Kopi Untuk


Pembangunan Pertanian Lahan Kering Berkelanjutan Di DAS Sekampung Hulu.
Disertasi Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor.

Beasley, W.G. 1972. The Meiji Restoration. Stanford: Stanford University Press

Bols, P. L., 1978. The Iso-Erodent Map of Java and Madura. Belgian Technical
Assistance Project ATA 105, Soil Research Institute, Bogor.

27
Indrawati, 2000. Keterampilan Proses Sains : Tinjauan Kritis dari Teori ke
Praktis. Bandung : Depdikbud Pusan Pengembangan Penataran Guru IPA.

Ispriyanto, R., Arifjaya, N.M., Hendrayanto, 2001, Aliran Permukaan dan Erosi
di Areal Tumpangsari Tanaman Pinus Merkusii Jungh et de Vriesse, Managemen
Hutan Tropika, Vol. 7, No. 1, hal. 37-47.

Meyer, J.P. dan N.J. Allen. 1991. The Measurement and Antecedents of
Affective, Continuance and Normative Commitment to the Organizational. Journal
of Occupational Psychology. 63 (1): 1-18.

Nurpilihan, Bafda dkk,. 2011. Buku Ajar Sistem Informasi Geografis. Bandung:
Fakultas Teknologi Industri Pertanian UNPAD

Susanto, H. 1992. Cokelat : Pengolahan Hasil dan Aspek Ekonominya. Kanisius :


Yogyakarta.

Thompson, L. M., 1957. Soil and Soil Fertility. Mc. Graw-Hill Book Company
Inc. New York.

Utomo. W. H. 1987. Konservasi Tanah di Indonesia, Suatu Rekaman dan Analisa.


Rajawali Pers, Jakarta

Wischmeier W.H., and D.D Smith. 1978. Predicting Rainfall Erosion Lossess: A
guide to Conservation Planning USDA Handbook No 537. Washington DC

Wood, S.R. and F.J. Dent. 1983. LECS. A Land Evaluation Computer System
Methodology. Centre for Soil Research, Bogor.

28
Indeks Perencanaan Konservasi Pada Satuan Lahan di Daerah Baturiti
Nilai Faktor (P)
C 0.04 0.15 0.35 0.04 0.4 0.06 0.02 0.4 0.01 0.06 0.01 0.11 0.15 0.6 0.05 0.5 0.75 0.9 0.3 0.5 0.8 0.4 1
1 0.02 0.01 0.01 0.11
0.01 0.0004 0.0015 0.0035 0.0004 0.004 0.0006 0.0002 0.004 0.0001 0.0006 0.0001 0.0011 0.0015 0.006 0.0005 0.005 0.0075 0.009 0.003 0.005 0.008 0.004 0.01
0.05 0.002 0.0075 0.0175 0.002 0.02 0.003 0.001 0.02 0.0005 0.003 0.0005 0.0055 0.0075 0.0025 0.025 0.015 0.025 0.02
0.7 0.028 0.028 0.014 0.007 0.007
0.7 0.028 0.028 0.014 0.007 0.007
0.7 0.028 0.028 0.014 0.007 0.007
0.5 0.02 0.02 0.01 0.005 0.005 0.025
0.6 0.024 0.024 0.012 0.006 0.006
0.45 0.0180 0.0180 0.0271 0.0090 0.0045 0.0271 0.0045
2 8 8 2 4 2 2 2
0.1 0.004 0.015 0.004 0.006 0.002 0.001 0.006 0.001 0.011 0.015 0.005
0.2 0.008 0.008 0.012 0.004 0.002 0.012 0.002 0.022 0.01
0.3 0.012 0.012 0.018 0.006 0.003 0.018 0.003 0.015
0.5 0.02 0.02 0.01 0.005 0.005 0.025
0.1 0.004 0.015 0.004 0.006 0.002 0.001 0.006 0.001 0.011 0.015 0.005
0.5 0.02 0.02 0.01 0.005 0.005 0.025
0.3 0.012 0.012 0.018 0.006 0.003 0.018 0.003 0.015
0.2 0.008 0.008 0.012 0.004 0.002 0.012 0.002 0.022 0.01
0.00 0.0000 0.0001 0.0003 0.0000 0.000 0.0000 0.0000 0.000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0001 0.0001 0.000 0.0000 0.000 0.0007 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
0.001
1 4 5 5 4 4 6 2 4 1 6 1 1 5 6 5 5 5 9 3 5 8 4
0.00 0.0007 0.0017 0.0000 0.0000 0.0005 0.0007 0.0002 0.002 0.0037 0.004 0.001 0.002
0.0002 0.0002 0.002 0.0003 0.0001 0.002 0.0003 0.003 0.004 0.002 0.005
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
0.5 0.02 0.02 0.01 0.005 0.005 0.025
0.2 0.008 0.008 0.012 0.004 0.002 0.012 0.002 0.022 0.01
0.95 0.019 0.0095 0.0095
0.3 0.012 0.012 0.018 0.006 0.003 0.018 0.003 0.015
0.02 0.0008 0.0031 0.0073 0.0008 0.008 0.0012 0.0004 0.008 0.0002 0.0012 0.0002 0.0023 0.0031 0.012 0.0010 0.010 0.0157 0.018 0.006 0.010 0.016 0.008
0.021
1 4 5 5 4 4 6 2 4 1 6 1 1 5 6 5 5 5 9 3 5 8 4
0.51 0.0204 0.0204 0.0102 0.0051 0.0051 0.0255
0.01 0.0004 0.0004 0.004 0.0007 0.0002 0.004 0.0001 0.0007 0.0001 0.0013 0.007 0.010 0.003 0.009 0.004
0.0018 0.0042 0.0018 0.0006 0.006 0.009 0.006 0.012
2 8 8 8 2 4 8 2 2 2 2 2 8 6 6 8
0.32 0.0128 0.0128 0.0192 0.0064 0.0032 0.0192 0.0032 0.016
0.18 0.0072 0.0271 0.0072 0.0108 0.0036 0.0018 0.0108 0.0018 0.0199 0.0271 0.0090
1 4 5 4 6 2 1 6 1 1 5 5
0.19 0.0019 0.0019 0.0214 0.0097
0.0078 0.0078 0.0117 0.0039 0.0117
5 5 5 5 5
0.8 0.28 0.016 0.008 0.008
0.5 0.02 0.02 0.01 0.005 0.005 0.025
0.5 0.02 0.02 0.01 0.005 0.005 0.025
0.5 0.02 0.02 0.01 0.005 0.005 0.025
0.3 0.012 0.012 0.018 0.006 0.003 0.018 0.003 0.015
0.02 0.0008 0.003 0.007 0.0008 0.008 0.0012 0.0004 0.008 0.0002 0.0012 0.0002 0.0022 0.003 0.012 0.001 0.01 0.015 0.018 0.006 0.01 0.016 0.008 0.02
0.00 0.0000 0.0000 0.000 0.0001 0.0000 0.000 0.0000 0.0001 0.0000 0.0002 0.001 0.001 0.000 0.001 0.000
0.0003 0.0007 0.0003 0.0001 0.001 0.0015 0.001 0.002
2 8 8 8 2 4 8 2 2 2 2 2 8 6 6 8
0.49 0.0198 0.0198 0.0099 0.0049 0.0049
0.0248
6 4 4 2 6 6
0.34 0.0138 0.0138 0.0208 0.0069 0.0034 0.0208 0.0034 0.0173
7 8 8 2 4 7 2 7 5
0.35 0.0142 0.0142 0.0214 0.0071 0.0035 0.0214 0.0035 0.0178
7 8 8 2 4 7 2 7 5
0.58 0.0235 0.0235 0.0117 0.0058 0.0058
8 2 2 6 8 8
0.49 0.0049 0.0049 0.0247
0.0198 0.0198 0.0099
5 5 5 5
0.57 0.0228 0.0228 0.0114 0.0057 0.0057
1 4 4 2 1 1
0.04 0.0019 0.0073 0.0171 0.0019 0.019 0.0029 0.0009 0.019 0.0004 0.0029 0.0004 0.0053 0.0073 0.0024 0.024 0.014 0.024 0.019
9 6 5 5 6 6 4 8 6 9 4 9 9 5 5 5 7 5 6
0.02 0.0011 0.0043 0.0101 0.0011 0.011 0.0017 0.0005 0.011 0.0002 0.0017 0.0002 0.0031 0.0043 0.017 0.0014 0.014 0.0217 0.026 0.008 0.014 0.023 0.011
9 6 5 5 6 6 4 8 6 9 4 9 9 5 4 5 5 5 1 7 5 2 6
1 0.04 0.04 0.02 0.4 0.01 0.06 0.01
0.35 0.014 0.014 0.021 0.007 0.14 0.0035 0.021 0.0035 0.0175 0.175
0.08 0.0032 0.012 0.028 0.0032 0.0048 0.0016 0.0008 0.0048 0.0008 0.0088 0.012 0.004 0.04 0.024
0.6 0.024 0.024 0.012 0.24 0.006 0.036 0.006 0.03 0.3

Anda mungkin juga menyukai