Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH GELOMBANG SUARA TERHADAP PERILAKU

DAN PERKEMBANGAN SERANGGA


MATA KULIAH EKOLOGI SERANGGA

Oleh :
ANGEL TESALONIKA T 1606541074
FADEL ALKAHFI 1606541075
VICKY TANDYA LOLO B 1606541079
ARENDRA ARIANTONI 1606541081
I MD PARAMA NANDA M 1606541109

KONSENTRASI BIOTEKNOLOGI PERTANIAN


PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
terselesaikannya Makalah dengan judul “Pengaruh Gelombang Suara Terhadap
Prilaku dan Perkembangan Serangga”. Makalah yang masih perlu
dikembangkan lebih jauh ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak yang membacanya. Makalah ini kami susun sebagai tugas mata kuliah
Ekologi Serangga.

Kami menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan dan dorongan dari


berbagai pihak, kami tidak dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini, untuk
itu ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu. Kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif,
terutama dari Bapak dosen mata kuliah Ekologi Seragga, serta teman-teman
dalam prodi Agroekoteknologi.

Denpasar, 23 Mei 2019

Penyususn
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Indonesia yang mengandalkan sektor pertanian dalam perekonomian
wilayahnya, kadang-kadang mengalami kegagalan disektor pertanian. Hal ini
disebabkan karena peubahan keadaan/lingkungan alam seperti iklim, angin, dan
temperatur serta beberapa penyebab lainnya misalnya virus dan penyakit tanaman,
binatang pengerat, gulma, hama insekta/serangga.
Sebagai salah satu contoh kegagalan sektor pertanian akibat adanya
serangan hama serangga (insekta) dilakukan upaya pengendalian populasi hama
serangga dengan penyemprotan insektisida atau penangkapan dan perburuan
secara massal dengan menggunakan bunyi-bunyian serpeti suara kentongan dan
bunyi-bunyi benda lainnya yang digunakan untuk mengendalikan seranggan hama
serangga.
Gelombang bunyi yang diterima dan ditafsirkan pusat pendengaran
serangga digunakan untuk menghasilkan bermacam macam tanggapan yang
meliputi : daya tarik seks, pertahanan wilayah, tanda bahaya dan perubahan arah
lintasan terbang untuk memepertahankan kelompoknya. Gelombang bunyi yang
digunakan untuk komunikasi antar serangga berada pada rentangan diatas
frekuensi gelombang bunyi pendengaran manusia yaitu gelombang ultrasonik
(Sales & Pye 1974). Gelombang ultrasonik merupakan gelombang longitudinal
dengan frekuensi diatas 20 kHz yaitu daeraj batas pendengaran manusia.
Pemaparan gelombang ultrasonik terhadap suatu medium tergantung pada
kegunaannya dan penerapannya. Hasil penelitian dan eksperimen penggunaan dan
penerapan pemaparan gelombang ultrasonik ini telah dilakukan oleh Dunn dan
Fry (1971) melaporkan hasil eksperimen mereka tentang kerusakan sistem saraf
pusat mamalia akibat pemaparan gelombang ultrasonik sehingga menimbulkan
kombinasi efek termal, kavitasi dan efek mekanik (Sutiono, 1982).
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh suara terhadap perilaku serangga hama?


2. Bagaimana pengaruh suara terhadap perkembangan serangga hama?

1.2 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengaruh suara terhadap perilaku serangga hama.


2. Mengetahui pengaruh suara terhadap perkembangan serangga hama.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Gelombang Bunyi


Gelombang merupakan rambatan energi getaran yang merambat melalui
medium atau tanpa melalui medium (Hallidai 2010). Berdasarkan mediumnya
gelombang dibedakan menjadi dua yaitu gelombang elektromagenetik dan
gelombang mekanik.
Gelombang mekanik adalah gelombang yang arah rambatannya
memerlukan medium perantara sedangkan gelombang elektromagetik adalah
gelombang yang arah rambatannya tidak memerlukan medium perantara.
Berdasarkan rambatannya rambatnya gelombang dibagi menjadi dua yaitu
gelombang transversal dan gelombang longitudinal. Gelombang transversal
merupakan gelmbang yang rambatannya sejajar dengan getaran dan mediumnya
sedangkan gelombang longitudinal adalah gelombang yang rambatannya sejajar
dengan getaran dan mediumnya.
Bunyi adalah salah satu dari gelombang longitudinal yang dapat menjalar
didalam media padat, cair, dan gas yang biasanya banyak dijumpai dalam medium
udara berdasarkan frekuensinya gelombang bunyi dibedakan menjadi tiga yaitu
gelombang infrasonik, audiosonik, dan gelombang ultrasonik. Gelombang
infrasonik adalah gelombang dengan frekuensi <20 Hz seperti gelombang
seismik. Gelombang audiosonik adalah gelombang yang memiliki frekuensi
antara 100 Hz-20.000 Hz misalnya suara televisi radio, mobil, manusia, suara
garangpung dan sebagainya.

2.2 Komunikasi pada serangga


Serangga berkomunikasi dengan berbagai cara dalam satu spesies maupun
antar spesies. Proses komunikasi pada serangga secara umum menggunakan
media berupa bahan mimik kimia, sinyal akustik dan visual (Hynes dan yeargan
1999). Serangga memiliki organ yang memungkinkan mereka dapat melihat,
membau, merasa, mendengar, dan mengindra lingkungannya. Organ reseptor ini
bertindak sebagai transducers yang mengubah energi cahaya, energi kimia atau
energi mekanis dari lingkungan menjadi energi listrik impuls syaraf neuron
sensoris (meyer 2003)
Energi kimia ditangkap oleh organ kemoreseptor, seperti palpi antena dan
sensila. Organ kemoreseptor berfungsi sebagai alat untuk mendeteksi keberadaaan
substansi kimia pada udara dan substrat (Meyer 2003). Penggunaan bahan kimia
adalah feromon seks yang digunakan serangga untuk mengenali dan mencari
pasangan kawin (Ayasse et al 2001).
Energi mekanis ditangkap oleh organ mekano reseptor berupa reseptor
taktil, propioseptor dan reseptor suara. Fungsi dari mekanoreseptor untuk
mendeteksi adanya gerakan, getaran, dan gangguan fisik lainnya (Meyer 2003)
penggunaan sinyal akustik atau suara banyak digunakan oleh serangga unutk
komunikasi inter atau intra spesies, pesan yang dibawa melalui media suara antara
lain berisi informasi tanda bahaya, panggilan, perilaku agresi, pencarian pasangan
kawin (Claridge 1985). Ackerman et al (1988) menyatakan bahwa sinyal suara
bertujuan untuk pertahanan wilayah. Doberlet and cockl (2004) menyatakan
bahwa penggunaan sinyal suara pada serangga untuk interaksi sosial.

2.3 Penerima rangsang suara pada serangga


Sistem audisi aktif pada serangga menggunakan mekanoreseptor yang
berfungsi sebagai alat untuk menangkap getaran yang menimbulkan suara (Robert
2004). Serangga mampu mendeteksi sinyal akustik yang ditransmisi memalui
udara, air dan medium padat. Organ kordotonal yang ada pada bagian tubuh
serangga umumnya digunakan untuk menerima rangsang suara. Secara umum
organ ini berfungsi merubah stimuli gelombang mekanis menjadi impuls saraf
(Yack 2004). Variasi bentuk organ kordotonal pada serangga dapat berupa organ
timpani dan organ johnston. Organ timpani merupakan membran yang membatasi
ruang atau celah berisi udara yang dihubungkan dengan sensor organ kordotonal
(Hoy & Robert 1996). Organ timpani pada serangga berguna sebagai media
pendekteksi predator, mangsa dan pasangan kawin potensial (Hoy & Robert
1996). Fungsi lanjut dari organ timpani adalah sebagai media pendeteksi suara
dari lawan jenis pada jenis spesies yang sama (Gofert & Robert 2002). Pada
beberapa jenis serangga organ timpani digunakan untuk melokalisasi sumber
suara (Robert et al 1996)
Organ johnson sebagai salah satu bentuk organ timpani pada Culicidae.
Fungsi organ Jonhson pada serangga dewasa jantan digunakan untuk menerima
rangsang suara yang dihasilkan sayap serangga betina yang sedang terbang
(Chapman 1971 dalam naumman 1994). Strausfeld et al (1998) menyatakan organ
jonson pada serangga segai reseptor mekano sensoris diantena meneruskan
informasi akustik ke otak melalui saraf dari antena.

2.4 Pengendalian Serangga Hama Menggunakan Gelombang Suara


Pengguanaan gelombang suara untuk pengendalian hama serangga sampai
saat ini belum banyak hasilnya karena sistem akustik serangga belum banyak
diketahui. Secara teoritik ada 3 metode pengendalian yang diusulkan yaitu:
1. Penggunaan intesitas suara yang sangat tinggi sehingga merusak serangga
2. Penggunaan suara lemah guna mengusir serangga
3. Mereka dan mendengarkan suara yang diproduksi serangga guna mengganggu
perilaku serangga sasaran.
Pengguanaan gelombang elektormagnetik dapat mengurangi populasi
hama burung yang menyerang tanaman biji-bijian. Cara ini telah banyak
dilakukan oleh petani di luar negeri dan dalam negeri.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Serangga berkomunikasi dengan berbagai cara dalam satu spesies maupun


antar spesies. Proses komunikasi pada serangga secara umum menggunakan
media berupa bahan mimik kimia, sinyal akustik dan visual (Hynes dan yeargan
1999). Organ kordotonal yang ada pada bagian tubuh serangga umumnya
digunakan untuk menerima rangsang suara. Secara umum organ ini berfungsi
merubah stimuli gelombang mekanis menjadi impuls saraf (Yack 2004).
Pengguanaan gelombang elektormagnetik dapat mengurangi populasi hama
burung yang menyerang tanaman biji-bijian.
DAFTAR PUSTAKA

Dunn F., and Fry F. J. 1971. Ultrasonic threshold dosages for the central
mammalian nervous system. IEEE Trans Bio Eng 18, pp 253.

Lorensius Tatang. 2001. Laporan Serangan Hama Belalang Kumbara di daerah


Ketapang. Ketapang: Tim Program Pemberdayaan Sistem Tani Hutan
Asli Pancur Kasih (PPSTA-PK). Ketapang: 24 Juni.

Resnick R., dan Halliday D. 1992. Fisika. Penterjemah Pantur Silaban dan Erwin
Sucipto, Jakarta: Penerbit Erlangga, hlm 656-693.

Sales G., and D. Pye. 1974. Ultrasonic Communication by Animals. New York:
John Wiley & Sons, Inc, pp 281- 285.

Sutiono B.T. 1982. Studi Keamanan Penggunaan Gelombang Ultrasonik dalam


Kedokteran. Bandung: Fisika Institut Teknologi Bandung, hlm 24- 43.

Untung, K. 2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu (Edisi Revisi). Gadjah


Mada University Press. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai