1
Aprilia Amanda Syam, 2Andi Muthia Ainun Zahra, 3Hidayat DG Manarang
123
Mahasiswa Jurusan Fisika, Fakultas Sains Dan Teknologi, Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar
Email: aamandasyam@gmail.com
ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan yang berjudul Gelombang Bunyi dengan tujuan untuk
mengetahuai perbedaan frekuensi setiap bunyi pada tangga nada dan untuk menjelaskan
faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan frekuensi. Adapun alat dan bahan yang
digunakan pada percobaan ini adalah gelas piala, sendok, mistar, kertas label dan air.
Gelombang merupakan getaran yang merambatkan energi melalui medium atau tanpa
melalui medium. Bunyi merupakan gelombang mekanik jenis longtudional yang
merambat dan sumbernya berupa benda yang bergetar. Sumber bunyi menggetarkan
udara di sekitar dan melalui medium udara bunyi merambat sampai ke gendang telinga
dan merupakan variasi tekanan udara secara periodik di sepanjang lintasan rambatannya.
Setiap bunyi memiliki karakteristik tertentu, dilihat dari frekuensi, amplitudo, cepat
rambat, waktu dengung, dan lain lain. Setiap sel dalam tubuh setiap orang, batu dan
pohon juga mempunyai frekuensi resonansi alami yang idealnya selaras dengan seluruh
kesatuannya. Adapun hasil yang di peroleh dalam menghitung kolom udara tiap tangga
nada pada percobaan ini adalah pada nada Do sebesaar 0,15 m, nada Re sebesar 0,14 m,
nada Mi sebesar 0,13 m, nada Fa sebesar 0,12 m, nada Sol sebesar 0,11 m, nada La
sebesar 0,10 m, nada Si sebesar 0,9 m, nada Do sebesar 0,8 m. Adapun hasil yang di
peroleh yaitu pada Do sebesar 8500 Hz, nada Re sebesar 12,75 Hz, nada Mi sebesar 14,16
Hz, nada Fa sebesar 14,87 Hz, nada Sol sebesar 15,30 Hz, nada La sebesar 15,58 Hz,
nada Si sebesar 15,78 Hz dan nada Do sebesar 15,93 Hz. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi perbedaan frekuensi pada gelombang bunyi atau nada yaitu karena adanya
frekuensi audiosonik terhadap ketinggian air dalam gelas yang berbeda-beda dan dapat
disimpulkan bahwa semakin rendah ketinggian air dalam gelas maka semakin tinggi
frekuensi bunyi yang dihasilkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Gelombang merupakan rambatan energi getaran yang merambat melalui
medium atau tanpa melalui medium. Berdasarkan mediumnya gelombang
dibedakan menjadi dua yaitu gelombang mekanik dan elektromagnetik.
Gelombang mekanik adalah gelombang yang arah rambatannya memerlukan
medium perantara sedangkan gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang
arah rambatannya tanpa menggunakan medium. Berdasarkan rambatannya
gelombang dibagi menjadi dua yaitu gelombang transversal dan longitudinal.
Gelombang transversal merupakan gelombang yang rambatan sejajar dengan
getaran dan mediumnya sedangkan gelombang longitudinal adalah gelombang
yang rambatannya sejajar dengan getaran dan mediumnya (Yasid dkk, 2016: 190).
Elemen dasar sebuah gelombang adalah getaran. Untuk menyatakan suatu
gelombang dalam bentuk persamaan atau fungsi, kita memerlukan informasi
tentang karakteristik getaran pembentuknya, yaitu frekuensi (f) atau periode (T)
dan amplitudonya (A). Kita juga memerlukan informasi laju (v) gelombang itu.
Kita bahas dulu persamaan getaranya (Yuberti. 2014: 87).
Bunyi merupakan gelombang mekanik jenis longitudinal yang merambat
dan sumbernya berupa benda yang bergetar. Bunyi bisa didengar sebab getaran
benda sebagai sumber bunyi menggetarkan udara di sekitar dan melalu medium
udara bunyi merambat sampai ke gendang telinga, sebenarnya merupakan variasi
tekanan udara secara periodik di sepanjang lintasan perambatannya. Bunyi yang
dapat didengar manusia berada pada kawasan frekuensi pendengaran. Bunyi bisa
didengar karena getaran benda sebagai sumber bunyi menggetarkan udara di
sekitar dan melalui medium udara bunyi merambat sampai ke gendang telinga,
sebenarnya merupakan variasi tekanan udara secara periodik di sepanjang lintasan
perambatannya. Tekanan udara periodik inilah yang mnggetarkan selaput gendang
telinga. Gelombang audiosonik merupakan salah satu gelombang bunyi yang
mudah dibuat dibandingkan dengan gelombang ultrasonik dan gelombang
infrasonik (Yasid dkk, 2016: 192).
Bunyi timbul karena adanya getaran partikel-partikel penyusun medium.
Getaran partikel-partikel inilah yang menyebabkan energi yang berasal dari
sumber bunyi merambat pada medium tersebut. Dengan demikian, bunyi hanya
bisa merambat jika terdapat medium. Dalam ruang hampa bunyi tidak dapat
merambat. Di udara bunyi merambat akibat getaran molekul-molekul udara. Di
dalam zat padat bumi merambat akibat getaran atom-atom zat padat. Di dalam zat
cair bunyi merambat akibat getaran atom-atom atau molekul-molekul penyusun
zat cair. Laju rambat bunyi berbeda dalam material yang berbeda. Dalam zat padat
laju rambat bunyi lebih besar daripada dalam zat cair. Dan dalam zat cair laju
rambat bunyi lebih besar daripada dalam gas (Mikrajuddin, 2017: 581).
Menurut Zulfahruddin (2018: 72), terdapat 3 aspek atau syarat terjadinya
bunyi, yaitu sebagai berikut:
1. Sumber Bunyi
Sumber bunyi merupakan benda-benda yang bergetar dan menghasilkan
suara merambat melalui medium atau zat perantara hingga dapat terdengar.
Sumber bunyi berhubungan erat dengan frekuensi bunyi. Frekuensi bunyi adalah
banyaknya gelombang bunyi setiap detik. Semakin besar frekuensi gelombang
bunyi, berarti semakin banyak pula pola rapatan dan renggangan sehingga
bunyinya akan terdengar semakin nyaring atau nadanya lebih tinggi. Berdasarkan
frekuensinya, bunyi terbagi menjadi tiga yaitu infrasonik yang bunyi frekuensinya
di bawah 20 Hz, audiosonik yang bunyi frekuensinya antara 20-20.000 Hz dan
ultrasonik yang bunyi frekuensinya di atas 20.000 Hz.
2. Pendengar
Pendengar merupakan objek yang dikenai oleh gelombang suara
(gelombang bunyi). Suara yang dihasilkan elemen tersebut bergetar ke depan dan
meregangkan udara sewaktu bergerak ke belakang. Udara kemudian
mentransmisikan gangguan-gangguan yang ke luar dari sumber tersebut sebagai
gelombang. Sewaktu memasuki telinga, gelombang-gelombang ini menimbulkan
sensasi bunyi.
3. Medium Perambatan Bunyi
Gelombang-gelombang bunyi, jika tidak dirintangi maka akan menyebar
di dalam semua arah dari sebuah sumber (gelombang bunyi bersifat tiga dimensi),
tapi agar lebih sederhana akan dibahas penjalaran dalam satu dimensi saja. Cepat
rambat bunyi berbeda-beda untuk setiap material, yang menjadi medium
perambatan gelombang.
Frekuensi dari gelombang bunyi yang diciptakan udara sekitarnya
terbentuk oleh senar yang bergetar. Instrumen-instrumen musik biasanya
memperhatikan bagaimana frekuensi dasar f1 bergantung pada sifat-sifat senar
atau dawai. Penambahan panjang l dawai mengakibatan frekuensi bunyi yang
dihasilkan oleh semakin rendah sedangkan penambahan tegangan F senar akan
menambahkan laju gelombang v yang kemudian akan menambahkan frekuensi
bunyi. Adapun penambahan massa per satuan panjang senar μ akan mengurangi
laju gelombang pada senar sehingga frekuensi bunyi yang dihasilkan adalah
rendah secara matematis (Mikrajuddin, 2017: 578).
Gelombang bunyi disebut sebagai gelombang longitudinal atau gelombang
yang partikelnya dapat bergerak sejajar dengan arah rambatnya yang terjadi
karena perapatan dan perenggangan dalam medium gas, cair dan padat.
Contohnya, seperti gelombang listrik magnet dapat merambat dalam vakum.
Perambatan gelombang dalam medium tidak diikuti oleh perambatan media
partikel-partikel mediumnya akan bergetar. Gelombanng bunyi dihasilkan dari
suatu getaran partikel-partikel benda yang saling beradu satu sama lain sehingga
menghasilkan sebuah energi. Energi tersebut dipindahkan dari sumber dalam
bentuk gelombang longitudinal dan kemudian dapat dideteksi oleh telinga atau
suatu alat (Astuti, 2016: 23).
Gelombang bunyi dihasilkan ketika sebuah benda, seperti garpu tala yang
digetarkan dan menyebabkan gangguan kerapatan medium. Gangguan tersebut
menyebabkan munculnya cepat rambat bunyi pada medium gas. Bunyi
dihubungkan dengan indera pendengaran manusia yaitu telinga. Istilah bunyi
(sound) juga merujuk pada sensasi fisik yang merangsang telinga yaitu gelombang
longitudinal. Syarat terjadinya bunyi ada tiga, yang pertama harus ada sumber
bunyi dan seperti halnya dengan semua gelombang, sumber bunyi merupakan
benda yang bergetar. Kedua, energi dipindahkan dari sumber dalam bentuk
gelombang bunyi longitudinal melalui medium, dan ketiga bunyi dideteksi oleh
telinga atau alat yang menerima. Jadi, bunyi merupakan gelombang longitudinal
yang memerlukan medium dalam perambatannya (Astuti, 2016: 19).
Menurut Astuti (2016: 20). Laju bunyi berbeda untuk materi yang berbeda.
Pada udara di 0°C dan 1 atm, bunyi merambat dengan laju 331 m/s.
v=
√ B
ρ
…(1)
Keterangan:
v = Cepat rambat bunyi di udara (m/s)
B = Modulus bulk (Pa)
ρ = Massa jenis fluida (kg/m3)
Persamaan diatas menunjukan bahwa laju bergantung pada modulus
elastisitas B, dan kerapatan dari materi ρ, dan cepat rambat bunyi bergantung
pada waktu dan jarak sebagaimana pada persaman berikut:
s
v= …(2)
t
Keterangan:
v = cepat rambat (m/s)
s = jarak (m)
t = waktu (s)
Cepat rambat bunyi dalam medium gas dipengaruhi oleh suhu tetapi dalam
medium padat dipengaruhi oleh sifat elastis dan dalam. Cepat rambat bunyi dalam
medium udara dapat ditentukan dengan metode Time Of Flight. Time Of Flight
(ToF) atau Time of Arrival (ToA) adalah waktu tempuh yang diperlukan sinyal
radio dari sebuah pemancar (transmitter) sampai diterima oleh penerima
(receiver). Dalam hubungannya antara kecepatan cahaya diruang hampa dengan
frekuensi sinyal pembawa maka dapat diperoleh jarak antara transmitter dengan
receiver (Astuti, 2016: 20).
Setiap bunyi memiliki karakteristik tertentu, dilihat dari frekuensi,
amplitudo, cepat rambat, waktu dengung, dan lain lain. Setiap sel dalam tubuh
setiap orang, batu dan pohon juga mempunyai frekuensi resonansi alami yang
idealnya selaras dengan seluruh kesatuannya. Berdasarkan besaran fisika tersebut
bunyi dapat dianalisis untuk berbagai macam keperluan (Sugianta, 2020: 15).
Ada dua aspek dari setiap bunyi yang dirasakan oleh pendengaran
manusia, yaitu kenyaringan dan ketinggian, dan masing-masing menyatakan
sensasi dalam kesadaran pendengar. Untuk masing-masing sensasi subjektif ini,
ada besaran yang dapat diukur secara fisis. Kenyaringan berhubungan dengan
energi pada gelombang bunyi. Sedang ketinggian bunyi menyatakan apakah bunyi
tersebut tinggi, seperti bunyi suling atau biola, atau rendah seperti bunyi bas dram
atau senarbass. Besaran fisika yang menyatakan ketinggian adalah frekuensi.
Makin rendah frekuensi, makin rendah pula ketinggian, demikian juga sebaliknya
(Wulur dkk, 2014: 45).
METODE PERCOBAAN
Percobaan ini dilakukan pada hari Jumat 01 Juli 2022 pada pukul
Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah gelas sebagai
wadah penyimpanan air, sendok sebagai alat pemukul gelas, mistar untuk
mengukur ketinggian air, kertas label sebagai untuk memberi keterangan nada
Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada percobaan ini yaitu menyiapkan alat dan bahan,
melabeli setiap gelas dengan tangga nada (do re mi fa sol la si do), menentukan
memasukkan air kedalam gelas sesuai dengan batas yang telah ditentukan,
dinding gelas, mengulangi cara tersebut sampai didapatkan irama yang pas,
apabila memungkinkan ukur frekuensi bunyi yang dihasilkan setiap nada (gelas),
Analisis Data
Menghitung frekuensi setiap tangga nada
v = 340 m/s
Untuk nada Do
Tinggi air = 15 cm = 0,15 m
L = 0,01 m
v
F =
4L
340 m/s
=
4 × 0,01 m
= 8.500 Hz
Untuk nada Re - Dȯ menggunakan persamaan yang sama.
Pembahasan
Bunyi merupakan sesuatu yang dihasilkan dari suatu getaran. Bunyi juga
termasuk gelombang mekanik yang merambat dalam medium. Bunyi timbul
akibat adanya getaran partikel-partikel penyusun medium. Getaran partikel-
partikel inilah yang menyebabkan energi yang berasal dari sumber bunyi
merambat dalam medium tersebut. Dengan demikian, bunyi hanya bisa merambat
ketika ada medium. Dalam ruang hampa bunyi tidak dapat merambat. Di udara
bunyi merambat akibat getaran molekul-molekul udara. Di dalam zat padat bumi
merambat akibat getaran atom-atom zat padat. Di dalam zat cair bunyi merambat
akibat getaran atom-atom atau molekul-molekul penyusun zat cair. Laju rambat
bunyi berbeda pada setiap material yang berbeda. Dalam zat padat laju rambat
bunyi lebih besar daripada dalam zat cair. Pada zat cair laju rambat bunyi lebih
besar daripada dalam gas (udara).
Adapun hasil yang diperoleh pada kegiatan pertama yakni menghitung
kolom udara setiap tangga nada pada percobaan ini adalah pada nada Do sebesar
0,15 m, nada Re sebesar 0,14 m, nada Mi sebesar 0,13 m, nada Fa sebesar 0,12 m,
nada So sebesar 0,11 m, nada La sebesar 0,10 m, nada Si sebesar 0,9 m, dan nada
Do sebesar 0,08 m. Pada kegiatan kedua yakni menghitung frekuensi setiap
tangga nada dengan v = 340 m/s diperoleh adalah pada nada Do sebesar 8.500 Hz,
nada Re sebesar 12.750 Hz, nada Mi sebesar 14.166 Hz, nada Fa sebesar 14. 875
Hz, nada Sol sebesar 15.300 Hz, nada La sebesar 15.583 Hz, nada Si sebesar
15.785 Hz dan nada Do sebesar 15.937 Hz.
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada percobaan ini dapat disimpulkan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan frekuensi bunyi pada tiap
nada adalah adanya perbedaan kolom udara dan perbedaan tinggi air. Semakin
besar kolom udaranya maka semakin besar pula frekuensinya begitu pula
sebaliknya, semakin kecil kolom udaranya maka semakin kecil pula frekuensinya
dan semakin tinggi air yang terdapat dalam gelas piala maka semakin kecil
frekuensi yang dihasilkan begitu pula sebaliknya semakin rendah air yang terdapat
dalam gelas piala makan semakin besar frekuensi yang dihasilkan.
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan pada percobaan ini adalah perbedaan frekuensi dari setiap
bunyi pada tangga nada itu berbeda-beda, semakin sedikit volume air maka bunyi
yang dihasilkan pun semakin nyaring terdengar begitu sebaliknya jika volume
airnya banyak maka bunyi yang dihasilkan pun terdengar lebih kecil. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi adanya perbedaan frekuensi bunyi tiap tangga
nada adalah adanya perbedaan kolom udara dan perbedaan tinggi air yang terdapat
dalam gelas piala semakin besar kolom udaranya maka semakin besar pula
frekuensinya begitu pula sebaliknya semakin kecil kolom udaranya maka semakin
kecil pula frekuensinya dan semakin tinggi air yang terdapat dalam gelas piala
maka semakin kecil frekuensi yang dihasilkan begitu pula sebaliknya semakin
rendah air yang terdapat dalam gelas piala makan semakin besar frekuensi yang
dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA
Afriza, Zafira. 2012. Perambatan Gelombang Bunyi. Bandung: CV Media Sains
Indonesia.
Astuti, Irnin Agustina Dwi. “Pengembangan Alat Eksperimen Cepat Rambat
Bunyi”. Jurnal Pembelajaran Fisika Vol. 5, No. 3. 2016: hal. 18-24.
Mikrajuddin, Abdullah. 2017. Fisika Dasar II. Bandung: Institut Teknologi
Bandung.
Sanusi, A. F. “Prototipe sistem pemantau ketinggian level air sungai jarak jauh
berbasis IoT (Internet of Things) dengan NodeMCU”. Doctoral
dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. 2018:
hal. 1-50.
Sugianta dkk. “Analisis Pola Bunyi Sunari Berdasarkan Metode Fast Fourier
Transform” Jurnal Ilmu Komputer Indonesia Vol. 5, No. 2. 2020: hal.
14-21.
Wulur dkk. “Pola Distribusi Bunyi dan Toleransi Kebisingan pada Perumahan di
Kawasan Bandara”. Media Matrasain, Vol. 11, No. 3. 2014: hal. 43-53.
Yasid dkk. “Pengaruh Frekuensi Gelombang Bunyi Terhadap Perilaku Lalat
Rumah”. Jurnal Pembelajaran Fisika Vol. 5, No. 2. 2016: hal. 190-196.
Yuberti. 2014. Konsep Materi Fisika Dasar II. Bandar Lampung: Anugrah Utama
Rahahrja.
Zulfahruddin, Z. “Proses Pembuatan Kanda–kanda Wuta pada Suku Tolaki di
Konawe Sulawesi Tenggara”. Doctoral dissertation, Universitas Negeri
Makassar. 2018: hal. 1-100.
LAMPIRAN DATA
V = 340 m/s
Nada Re
L = 0,02 m
3v
F =
4L
3 . 340 m/s
F =
4 . 0,02 m
= 12.750 Hz
Nada Mi
L = 0,03 m
5v
F =
4L
5 . 340 m/s
F =
4 . 0,03 m
= 14. 167 Hz
Nada Fa
L = 0,04 m
7v 7 . 340 m/s
F = F =
4L 4 . 0,04 m
= 14. 875 Hz
Nada Sol
L = 0,05 m
9v
F =
4L
9 . 340 m/s
F =
4 . 0,05 m
= 15.300 Hz
Nada La
L = 0,06 m
11v
F =
4L
11 . 340 m/s
F =
4 . 0,06 m
= 15. 583 Hz
Nada Si
L = 0,07 m
13v 13 . 340 m/s
F = F =
4L 4 . 0,07 m
= 15.785 Hz
Nada Dȯ
L = 0,08 m
15v
F =
4L
15 . 340 m/s
F =
4 . 0,02 m
= 15.937 Hz
LAMPIRAN GAMBAR
ALAT DAN BAHAN