Anda di halaman 1dari 10

Memahami konsep getaran, gelombang, bunyi,

dan pendengaran, serta penerapannya dalam


sistem sonar pada hewan dan dalam
kehidupan sehari-hari
GETARAN
Semua benda akan bergetar apabila diberi gangguan. Benda yang bergetar ada yang dapat terlihat
secara kasat mata karena simpangan yang diberikan besar, ada pula yang tidak dapat dilihat karena
simpangannya kecil. Benda dapat dikatakan bergetar jika benda bergerak bolak-balik secara teratur
melalui titik kesetimbangan. Jadi dapat diartikan bahwa Getaran adalah gerak bolak – balik secara
periodik (berkala) melalui suatu titik seimbang. Contoh getaran antara lain getaran pegas vertikal
yang salah satu ujungnya digantung, getran ayunan sederhana (Siti Zubaidah, 2014 :56)
Waktu yang dibutuhkan untuk menempuh satu kali getaran disebut periode getar yang dilambangkan
dengan T. Banyaknya getaran dalam satu sekon disebut frekuensi (f). Satuan periode adalah sekon
dan satuan frekuensi adalah getaran per sekon atau disebut dengan Hertz (Hz).
Hubungan periode (T) dan frekuensi (f) dinyatakan oleh persamaan : f=1/T
Frekuensi lingkaran atau kecepatan sudut dapat dihitung dengan persamaan ω=2π f
Periode getaran pada pegas tidak bergantung pada amplitudo tetapi bergantung pada massa beban.
Sebuah bandul sederhana mula-mula diam pada kedudukan O (kedudukan setimbang). Bandul
tersebut ditarik ke kedudukan A (diberi simpangan kecil). Pada saat benda dilepas dari kedudukan A,
bandul akan bergerak bolak-balik secara teratur A-OB-O-A dan gerak bolak balik ini disebut satu
getaran. Salah satu ciri dari getaran adalah adanya amplitudo (simpangan terbesar). Jarak OA atau
OB merupakan amplitudo. Berikut ini gambar dari bandul sederhana :

(Siti Zubaidah, 2014 :59)


Getaran terjadi karena adanya eksitasi baik yang berasal dari dalam maupun dari luar sistem akan
tetapi efek getaran yang ditimbulkannya sangat tergantung dari frekuensi eksitasi tersebut dan
elemen-elemen dari sistem getaran itu sendiri. Untuk meredam getaran yang terjadi dapat dilakukan
dengan cara memasang sistem peredam dinamik pada sistem yang bergetar atau memasang sistem
tersebut pada tumpuan yang baik sesuai dengan frekuensi eksitasinya(Jurnal Teknik Mesin, 1999 :
156 – 162).
Getaran dari sebuah mesin merupakan resultan dari sejumlah getaran individu komponen yang
muncul oleh gerak ataupun gaya pada komponen mekanikal ataupun proses pada mesin ataupun
sistem yang saling terkait. Setiap komponen individu yang bergetar ini memiliki gerak periodik.
Gerakan akan berulang pada periode waktu tertentu. Interval atau selang waktu τ , dimana getaran
berulang biasanya diukur dalam satuan waktu yaitu detik
GELOMBANG
Gelombang didefinisikan sebagai energi getaran yang merambat. Dalam kehidupan sehari-hari
banyak orang berfikir bahwa yang merambat dalam gelombang adalah getarannya atau partikelnya,
Hal ini sedikit tidak benar karena yang merambat dalam gelombang adalah energi yang dipunyai
getaran tersebut. Dari sini timbul benarkan medium yang digunakan gelombang tidak ikut merambat.
Padahal pada kenyataannya terjadi aliran air di laut yang luas.
Menurut aliran air dilaut itu tidak disebabkab oleh gelombang tetapi lebih disebabkan oleh perbedaan
suhu pada air laut. Tapi mungkin juga akan terjadi perpindahan partikel medium, ketika gelombang
melalui medium zat gas yang ikatan antar partikelnya sangat lemah maka sangat dimungkinkan
partikel udara tersebut berpindah posisi karena terkena energi gelombang. Walau perpindahan
partikelnya tidak akan bisa jauh tetapi sudah bisa dikatakan bahwa partikel medium ikut berpindah.
Gelombang berdasarkan mediumnya dibedakan menjadi 2 macam :
Gelombang mekanik yaitu gelombang yang dalam perambatannya membutuhkan medium.
Contoh : gelombang mekanik adalah gelombang bunyi.
Gelombang elektromagnetik yaitu gelombang yang dalam perambatannya tidak
membutuhkanmedium.
Contoh : gelombang elekromagnetik adalah gelombang cahaya.
Gelombang berdasarkan arah rambatnya dibedakan menjadi 2 macam :
Gelombang Longitudinal adalah gelombang yang arah rambatnya sejajar dengan arah getarnya.
Contoh : adalah gelombang bunyi.
Gelombang Transversal adalah gelombang yang arah rambatnya tegak lurus dengan arah getarnya.
Contoh : gelombang cahaya.
BUNYI
Bunyi atau suara adalah gelombang longitudinal yang merambat melalui medium, yang dihasilkan
oleh getaran mekanis dan merupakan hasil perambatan energi. Sumber bunyi sebagai sumber getar
memancarkan gelombang gelombang longitudinal ke segala arah.
Ilustrasi
Gelombang bunyi terdiri dari molekul-molekul udara yang tidak pernah merambat melainkan bergetar
maju-mundur. Tiap saat, molekul-molekul itu berdesakan di beberapa tempat, sehingga
menghasilkan wilayah tekanan tinggi, tapi di tempat lain merenggang, sehingga menghasilkan
wilayah tekanan rendah. Gelombang bertekanan tinggi dan rendah secara bergantian bergerak di
udara, menyebar dari sumber bunyi. Itulah alasannya mengapa gelombang bunyi adalah gelombang
longitudinal ( Hugh D Young. 2003: 58).
Gelombang bunyi yang paling sederhana adalah gelombang sinusoidal, yang mempunyai frekuensi,
amplitude, dan panjang gelombang tertentu. Bunyi membutuhkan medium dalam perambatannya.
Bunyi dihasilkan oleh getaran mekanik dengan frekuensi antara 20-20.000 Hz dan taraf intensitas
antara 0-120 deciBell. Gelombang berfrekuensi di atas nilai tersebut dinamakan gelombang ultrasonik
dan di bawah nilai batas tersebut dinamakan gelombang infrasonik. Daerah dengan frekuensi bunyi
yang dapat ditangkap telinga manusia disebut daerah audio. Gelombang bunyi biasanya menyebar
ke semua arah dari sumber bunyi dengan amplitudo yang bergantung pada arah dan jarak dari
sumber itu ( Hugh D Young. 2003: 58).
Syarat terdengarnya bunyi ada 3 macam:
1. Ada sumber bunyi
2. Ada medium (udara)
3. Ada pendengar
Sifat-sifat gelombang bunyi
Pemantulan Gelombang Bunyi
gelombang bunyi tidak berhenti saat bertemu dengan batas medium atau saat bertemu dengan
sebuah penghalang, tetapi akan memantul. Hukum pemantulan gelombang, sudut datang = sudut
pantul juga berlaku pada gelombang bunyi.
Pemantulan bunyi ini dapat dimanfaatkan untuk mengukur jarak antara kedua tempat. Pemantulan
gelombang bunyi oleh dan permukaan akan mengarah pada satu dari dua fenomena alamiah, yaitu
gaung dan gema.
Gaung
Yaitu sebagian bunyi pantul bersamaan dengan bunyi asli sehingga bunyi asli terdengar tidak jelas.
Biasanya terjadi pada jarak antara 10 sampai 20 meter. Misalnya di ruangan auditorium seandainya
dindingnya tidak dilapisi dengan bahan kedap suara.
Gema
Yaitu bunyi pantul yang terjadi setelah bunyi yang asli selesai diucapkan. Biasanya terjadi pada jarak
lebih dari 20 meter.
Pembiasan Gelombang Bunyi
Gelombang bunyi yang merambat dari satu medium ke medium lain dengan kerapatan berbeda, akan
mengalami pembiasan gelombang bunyi. Peristiwa pembiasan dalam kehidupan kita, misalnya pada
malam hari bunyi petir terdengar lebih keras daripada
siang hari. Hal ini disebabkan karena pada pada siang hari udara lapisan atas
lebih dingin daripada di lapisan bawah.
Karena cepat rambat bunyi pada suhu dingin lebih kecil daripada suhu panas maka kecepatan bunyi
di lapisan udara atas lebih kecil daripada di lapisan bawah, yang berakibat medium lapisan atas lebih
rapat dari medium lapisan bawah. Hal yang sebaliknya terjadi pada malam hari. Jadi pada siang hari
bunyi petir merambat dari lapisan udara atas ke lapisan udara bawah.
Difraksi Gelombang Bunyi
Difraksi gelombang bunyi adalah pembelokan arah gerak gelombang bunyi saat melewati suatu celah
atau bertemu dengan penghalang pada lintasan geraknya. Gelombang bunyi memiliki panjang
gelombang dalam rentang beberapa sentimeter sampai dengan beberapa meter (dibandingkan
dengan gelombang cahaya yang panjang gelombangnya berkisar 500 nm). Seperti yang telah kita
ketahui bahwa gelombang yang panjang gelombangnya lebih panjang akan mudah didifraksi.
Peristiwa difraksi terjadi misalnya saat kita dapat mendengar suara mesin mobil
di tikungan jalan walaupun kita belum melihat mobil tersebut karena terhalang oleh bangunan tinggi di
pinggir tikungan.
Interferensi Gelombang Bunyi
Gelombang bunyi mengalami gejala perpaduan gelombang atau interferensi, yang dibedakan menjadi
dua yaitu interferensi konstruktif (penguatan bunyi) dan interferensi
destruktif (pelemahan bunyi). Misalnya waktu kita berada diantara dua
buah loud-speaker dengan frekuensi dan amplitudo yang sama atau hampir sama
maka kita akan mendengar bunyi yang keras dan lemah secara bergantian
Merambat membutuhkan medium
Resonansi
Resonansi adalah ikut bergetarnya molekul udara dalam kolom udara akibat getaran benda, dalam
beberapa alat musik akan menimbulkan efek bunyi yang merdu. Peristiwa resonansi terjadi sesuai
dengan getaran udara pada pipa organa tertutup. Jadi, resonansi pertama akan terjadi jika panjang
kolom udara di atas air ¼ λ, resonansi ke dua ¾ λ, resonansi ke tiga 5/4 λ, dan seterusnya. (Umar
Efrizon. 2007: 35)
Cepat Rambat Bunyi
Cepat rambat bunyi dipengaruhi oleh jenis medium perambatannya. Medium udara, air, zat padat dan
suhu akan menghasilkan cepat rambat bunyi yang berbeda-beda. Semakin padat suatu medium
makin rapat pula partikel dalam medium dan makin kuat gaya kohesi diantara partikel medium
tersebut. Sehingga suatu bagian dari medium yang bergetar akan menyebabkan bagian lain ikut
bergetar secara cepat.
Demikian pula dengan suhu suatu medium. Makin tinggi suhu suatu medium, makin cepat getaran
partikel-partikel dalam medium tersebut, sehingga proses perpindahan getaran semakin cepat.
Karena bunyi merupakan gelombang maka bunyi mempunyai cepat rambat yang dipengaruhi oleh 2
faktor yaitu :
Kerapatan partikel medium yang dilalui bunyi. Semakin rapat susunan partikel medium maka semakin
cepat bunyi merambat, sehingga bunyi merambat paling cepat pada zat padat.
Suhu medium, semakin panas suhu medium yang dilalui maka semakin cepat bunyi merambat.
Hubungan ini dapat dirumuskan kedalam persamaan matematissebagai berikut : (v = v0 + 0,6.t)
dimana v0 adalah cepat rambat pada suhu nol derajat dan t adalah suhu medium (Hugh D Young.
2003: 59)
SISTEM PENDENGARAN
Proses mendengar pada manusia melalui beberapa tahap. Tahap tersebut diawali dari lubang telinga
yang menerima gelombang dari sumber suara. Gelombang suara yang masuk ke dalam lubang
telinga akan menggetarkan gendang telinga (yang disebut membran timpani). Telinga adalah alat
indra yang memiliki fungsi untuk mendengar suara yang ada di sekitar kita sehingga kita dapat
mengetahui / mengidentifikasi apa yang terjadi di sekitar kita tanpa harus melihatnya dengan mata
kepala kita sendiri. Orang yang tidak bisa mendengar disebut tuli. Telinga kita terdiri atas tiga bagian
yaitu bagian luar, bagian tengah dan bagian dalam.
Telinga luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna, aurikula), saluran telinga luar (meatus akustikus
eksternus) dan selaput gendang (membrane tympani), bagian telinga ini berfungsi untuk menerima
dan menyalurkan getaran suara atau gelombang bunyi sehingga menyebabkan bergetarnya
membran tympani. Meatus akustikus eksternus terbentang dari telinga luar sampai membrane
tympani. Meatus akustikus eksternus tampak sebagai saluran yang sedikit sempit dengan dinding
yang kaku. Satu per tiga luas meatus disokong oleh tulang rawan elastis dan sisanya dibentuk oleh
tulang rawan temporal. Meatus dibatasi oleh kulit dengan sejumlah rambut, kelenjar Sebasea, dan
sejenis kelenjar keringat yang telah mengalami modifikasi menjadi kelenjar seruminosa, yaitu kelenjar
apokrin tubuler yang berkelok-kelok yang mennnghasilkan zat lemak setengah padat berwarna
kecoklat-coklatan yang dinamakan serumen (minyak telinga). Serumen berfungsi menangkap debu
dan mencegah infeksi.
Pada ujung dalam meatus akustikus eksternus terbentang membrane tympani. Dia diliputi oleh
lapisan luar epidermis yang tipis dan pada permukaan dalamnya diliputi oleh epitel selapis kubus.
Antara dua epitel yang melapisi terdapat jaringan ikat kuat yang terdiri atas serabut-serabut kolagen
dan elastin serta fibroblast. Pada kuadran depan atas membran atas tympani tidak mengandung
serabut dan lemas, membentuk membran shrapnel (Soewolo dkk,1999:107).
Telinga tengah
Telinga tengah merupakan suatu rongga kecil dalam tulang pelipis (tulang temporalis) yang berisi tiga
tulang pendengaran (osikula), yaitu maleus (tulang martil), inkus (tulang landasan), dan stapes
(tulang sanggurdi). Ketiganya saling berhubungan melalui persendian . Tangkai maleus melekat pada
permukaan dalam membran tympani, sedangkan bagian kepalanya berhubungan dengan inkus.
Selanjutnya, inkus bersendian dengan stapes. Stapes berhubungan dengan membran pemisah
antara telinga tengah dan telinga dalam, yang disebut fenestra ovalis (tingkap jorong/ fenestra
vestibule). Di bawah fenesta ovalis terdapat tingkap bundar atau fenesta kokhlea, yang tertutup oleh
membran yang disebut membran tympani sekunder.
Telinga tengah dibatasi oleh epitel selapis gepeng yang terletak pada lamina propria yang tipis yang
melekat erat pada periosteum yang berdekatan. Dalam telinga tengah terdapat dua otot kecil yang
melekat pada maleus dan stapes yang mempunyai fungsi konduksi suara . maleus, inkus, dan stapes
diliputi oleh epitel selapis gepeng.
Telinga tengah berhubungan dengan rongga faring melalui saluran eustachius(tuba auditiva), yang
berfungsi untuk menjaga keseimbangan tekanan antara kedua sisi membrane tympani. Tuba auditiva
akan membuka ketika mulut menganga atau ketika menelan makanan. Ketika terjadi suara yang
sangat keras, membuka mulut merupakan usaha yang baik untuk mencegah pecahnya membran
tympani. Karena ketika mulut terbuka, tuba auditiva membuka dan udara akan masuk melalui tuba
auditiva ke telinga tengah, sehingga menghasilkan tekanan yang sama antara permukaan dalam dan
permukaan luar membran tympani.
Telinga dalam (labirin)
Telinga dalam merupakan struktur yang kompleks, terdiri dari serangkaian rongga-rongga tulang dan
saluran membranosa yang berisi cairan. Saluran-saluran membranosa membentuk labirin
membranosa dan berisi cairan endolimfe,sedangkan rongga-rongga tulang yang di dalamnya berada
labirin membranosa disebut labirin tulang (labirin osseosa). Labirin tulang berisi cairan perilimfe.
Rongga yang terisi perilimfe ini merupakan terusan dari rongga subarachnoid selaput otak, sehingga
susunanz peri limfe mirip dengan cairan serebrospinal. Labirin membranosa dilekatkan pada
periosteum oleh lembaran-lembaran jaringan ikat tipis yang mengandung pembuluh darah. Labirin
membranosa sendiri tersusun terutama oleh selapis epitel gepeng dikelilingi oleh jaringan-jaringan
ikat. Labirin terdiri atas tiga saluran yang kompleks, yaitu vestibula, kokhlea (rumah siput) dan 3 buah
kanalis semisirkularis (saluran setengah lingkaran).
Vestibula merupakan rongga di tengah labirin, terletak di belakang kokhlea dan di depan kanalis
semisirkularis. Vestibula berhubungan dengan telinga tengah melalui fenesta ovalis (fenestra
vestibule). Vestibule bagian membran terdiri dari dua kantung kecil, yaitu sakulus dan utikulus. Pada
sakulus dan utikulus terdapat dua struktur khusus yang disebut makula akustika, sebagai indra
keseimbangan statis (orientasi tubuh terhadap tarikan gravitasi). Sel-sel reseptor dalam organ
tersebut berupa sel-sel rambut, yang didampingi oleh sel-sel penunjang. Bagian atas sel tersebut
tertutup oleh membran yang mengandung butir-butiran kecil kalsium karbonat (CaCO3) yang disebut
otolit. Perubahan posisi kepala yang menimbulkan tarikan gravitasi, menyebabkan akan
menyampaikan impuls saraf ke cabang vestibular dari saraf vestibulokokhlear yang terdapat pada
bagian dasar sel-sel tersebut, yang akan meneruskan impuls saraf tersebut ke pusat keseimbangan
di otak.
Kanalis semisiskularis merupakan 3 saluran bertulang yang terletak di atas belakang vestibula. Salah
satu ujung dari masing-masing saluran tersebut menggembung, disebut ampula. Masing-masing
ampula berhubungan dengan utrikulus. Pada ampula terdapat Krista akustika, sehingga organ indra
keseimbangan dinamis (untuk mempertahankan posisi tubuh dalam melakukan respon terhadap
gerakan). Seperti pada vestibula sel-sel reseptor dalam krista akustika juga berupa sel-sel rambut
yang didampingi oleh sel-sel penunjang, tetapi di sini tidak terdapat otolit. Sel-sel reseptor disini
distimulasi oleh gerakanendolimfe. Ketika kepala bergerak akibat terjadinya perputaran tubuh,
endolimfe akan mengalir di atas sel-sel rambut. Sel-sel rambut menerima ransangan tersebut dan
mengubahnya menjadi impuls saraf. Sebagai responnya, otot-otot berkonsraksi untuk
mempertahankan keseimbangan tubuh pada posisi yang baru.
Skala media dipisahkan dengan skala vestibular oleh membran vestibularis (membran reissner), dan
dipisahkan dangan skala tympani oleh membran basilaris.
Pada membran basilaris inilah terdapat indra pendengar, yaitu organ corti. Sel reseptor bunyi pada
organ ini berupa sel rambut yang didimpingi oleh sel penunjang. Akson-akson dari sel-sel rambut
menyusun diri membentuk cabang kokhlear dari saraf vestibulokokhlear (saraf kranial ke VIII) yang
menghantarkan impuls saraf ke pusat pendengaran/ keseimbangan di otak.
Getaran suara dapat sampai pada organ corti melalui lintasan sebagai berikut: Getaran suara
memasuki liang telinga menekan membran tympani melintas melalui tulang-tulang pendengaran
menekan tingkap jorong Menimbulkan gelombang pada jaringan perilimfe menekan membran
vestibularis dan skala basilaris merangsang sel-sel rambut pada organ corti. Di sinilah mulai terjadi
pembentukan impuls saraf (Soewolo dkk,1999:109).
Mekanisme Pendengaran pada Telinga
Gelombang bunyi yang masuk ke dalam telinga luar menggetarkan gendang telinga. Getaran ini akan
diteruskan oleh ketiga tulang dengar ke jendela oval. Getaran Struktur koklea pada jendela oval
diteruskan ke cairan limfa yang ada di dalam saluran vestibulum. Getaran cairan tadi akan
menggerakkan membran Reissmer dan menggetarkan cairan limfa dalam saluran tengah (Slonane
Ethel,1999:122).
Perpindahan getaran cairan limfa di dalam saluran tengah menggerakkan membran basher yang
dengan sendirinya akan menggetarkan cairan dalam saluran timpani. Perpindahan ini menyebabkan
melebarnya membran pada jendela bundar Getaran dengan frekuensi tertentu akan menggetarka
selaput-selaput Basiler, yang akan menggerakkan sel-sel rambut ke atas dan ke bawah. Ketika
rambut-rambut sel menyentuh membran tektorial, terjadilah rangsangan (impuls). Getaran membran
tektorial dan membran basiler akan menekan sel sensori pada organ Korti dan kemudian
menghasilkan impuls yang akan dikirim ke pusat pendengar di dalam otak melalui saraf
pendengaran.
Susunan dan Cara Kerja Alat Keseimbangan .Bagian dari alat vestibulum atau alat keseimbangan
berupa tiga saluran setengah lingkaran yang dilengkapi dengan organ ampula (kristal) dan organ
keseimbangan yang ada di dalam utrikulus clan sakulus. Ujung dari setup saluran setengah lingkaran
membesar dan disebutampula yang berisi reseptor, sedangkan pangkalnya berhubungan dengan
utrikulus yang menuju ke sakulus. Utrikulus maupun sakulus berisi reseptor keseimbangan. Alat
keseimbangan yang ada di dalam ampula terdiri dari kelompok sel saraf sensori yang mempunyai
rambut dalam tudung gelatin yang berbentuk kubah. Alat ini disebut kupula.Saluran semisirkular
(saluran setengah lingkaran) peka terhadap gerakan kepala. Alat keseimbangan di dalam utrikulus
dan sakulus terdiri dari sekelompok sel saraf yang ujungnya berupa rambut bebas yang melekat
padaotolith, yaitu butiran natrium karbonat. Posisi kepala mengakibatkan desakan otolith pada rambut
yang menimbulkan impuls yang akan dikirim ke otak (Slonane Ethel,1999:124).
SISTEM SONAR
Pengertian Sistem Sonar
Sonar berasal dari bahasa Inggris sound navigation and ranging, merupakan istilah yang berarti
penjarakan dan navigasi suara, adalah sebuah teknik yang menggunakan penjalaran suara dalam
untuk navigasi atau mendeteksi keberadaan suatu objek. Jadi dapat diartikan bahwa Sistem sonar
merupakan sistem yang digunakan untuk mendeteksi tempat dalam melakukan pergerakan dengan
deteksi suara yang berfrekuensi tinggi (ultrasonik). Sonar atau Sound Navigation and Ranging
merupakan suatu metode penggunaan gelombang ultrasonik untuk menaksir ukuran, bentuk, dan
kedalaman benda-benda (Lia Yulianti, 2014 :77)
Sistem Sonar pada Makhluk Hidup
Contoh dari pemanfaatan sistem sonar pada makhluk hidup antara lain : Anjing sering menggerakkan
telinga ketika melakukan pelacakan atau berburu. Beberapa mamalia akan menggunakan daun
telinga mereka untuk mengarahkan suara ke dalam saluran pendengarannya. Selain digunakan oleh
anjing dan mamalia, pemanfaatan sistem sonar juga digunaka oleh kelelawar. Kelelawar merupakan
hewan yang mampu mendengarkan bunyi ultrasonik dengan frekuensi diatas 20.000 Hz. Kelelawar
ini dapat mengeluarkan gelombang ultrasonik pada saat ia terbang. Gelombang yang dikeluarkan
akan dipantulkan kembali oleh benda-benda atau binatang lain yang akan dilewatinya dan diterima
oleh suatu alat yang berada di tubuh kelelawar, kemampuan kelewar untuk menentukan lokasi ini
disebut dengan ekolokasi. Untuk terbang dan berburu, kelelawar akan memanfaatkan bunyi yang
frekuensinya tinggi, kemudian mendengarkan gema yang dihasilkan. Pada saat kelelawar
mendengarkan gema, kelelawar tidak dapat mendengar suara lain selain dari yang dipancarkannya
sendiri. Lebar frekuensi yang mampu didengar oleh makhluk ini sangat sempit, yang lazimnya
menjadi hambatan besar untuk hewan ini karena adanya Efek Doppler.
Berikut ini gambar ketika kelelawar memanfaatkan sistem sonar :
Berdasarkan Efek Doppler, jika sumber bunyi dan penerima suara keduanya tak bergerak (jika
dibandingkan dengan benda lain), maka penerima akan menentukan frekuensi yang sama dengan
yang dipancarkan oleh sumber suara. Akan tetapi, jika salah satunya bergerak, frekuensi yang
diterima akan berbeda dengan yang dipancarkan. Dalam hal ini, frekuensi suara yang dipantulkan
dapat jatuh ke wilayah frekuensi yang tidak dapat didengar oleh kelelawar. Dengan demikian,
kelelawar tentu akan menghadapi masalah karena tidak dapat mendengar gema suaranya dari lalat
yang sedang bergerak. Berdasarkan kenyataan, kelelawar dapat menyesuaikan frekuensi suara yang
dikirimkannya terhadap benda bergerak. Misalnya, kelelawar mengirimkan suara berfrekuensi
tertinggi terhadap lalat yang bergerak menjauh sehingga pantulannya tidak hilang dalam wilayah tak
terdengar dari rentang suara. Kelelawar akan dapat mendengar dan menentukan posisi dari berbagai
benda yang ada di sekitarnya. Sistem ini juga dimiliki oleh lumba-lumba dan paus. (Lia Yulianti, 2014
:85)
Sistem sonar juga dimanfaatkan atau digunakan juga dalam kehidupan lumba-lumba. Lumba-lumba
dapat dilihat di permukaan air, namun sebagian besar waktu mereka di kedalaman lautan yang cukup
gelap. Sekalipun hidup di kedalaman lautan, lumba-lumba mempunyai sistem yang memungkinkan
untuk berkomunikasi dan menerima rangsangan, yaitu sistem sonar. Sistem ini berguna untuk
mengindera benda-benda di lautan, mencari makan, dan berkomunikasi.
Berikut ini cara kerja sistem sonar lumba-lumba. Lumba-lumba bernapas melalui lubang yang ada di
atas kepalanya. Tepat di bawah lubang ini, terdapat kantung-kantung kecil berisi udara. Dengan
mengalirkan udara melalui kantung-kantung ini, lumba-lumba menghasilkan bunyi dengan frekuensi
tinggi. Kantung udara ini berperan sebagai cermin akustik yang memfokuskan bunyi yang dihasilkan
gumpalan kecil jaringan lemak yang berada tepat di bawah lubang pernapasan. Kemudian, bunyi ini
dipancarkan ke arah sekitarnya secara terputus-putus. Gelombang bunyi lumba-lumba segera
memantul kembali bila membentur suatu benda. Pantulan gelombang bunyi tersebut ditangkap di
bagian rahang bawahnya yang disebut “jendela akustik”. Dari bagian tersebut, informasi bunyi
diteruskan ke telinga bagian tengah, dan akhirnya ke otak untuk diterjemahkan. Pantulan bunyi dari
sekelilingnya memberi informasi rinci tentang jarak benda-benda dari mereka, ukuran dan
pergerakannya. Dengan cara tersebut, lumba-lumba mengetahui lokasi mangsanya. Lumba-lumba
juga mampu saling berkirim pesan walaupun terpisahkan oleh jarak lebih dari 220 km. Lumba-lumba
berkomunikasi untuk menemukan pasangan dan saling mengingatkan akan bahaya. Berikut ini
gambar mekanisme pemindaian yang dilakukan oleh lumba-lumba :
Pemanfaatan Sistem Sonar
Pemanfaatan dengan sistem sonar tidak terlepas dari pemanfaatan gelombang uktrasonik.
gelombang ultrasonik telah dimanfaatkan bagi kehidupan manusia. Berikut beberapa pemanfaatan
gelombang ultrasonik pada kehidupan manusia :
Gelombang ultrasonik dimanfaatkan untuk mengamati janin bayi dalam kandungan, yang dikenal
dengan ultrasonografi (USG). Alat ini akan memancarkan berkas ultrasonik ke rahim ibu hamil,
kemudian melacak perubahan frekuensi bunyi mantul dari jantung yang berdenyut dan darah yang
beredar. Pancaran pendek dari ultrasonik akan menghasilkan gambar penampang badan manusia.
Denyut yang menabrak janin dan tulang belakang akan terpantul. Komputer menyimpan intensitas
setiap denyut dan waktu arah gemanya. Berdasarkan data, komputer akan menghitung kedalaman
dan lokasi setiap benda yang menghasilkan gema, lalu menampilkan titik cerah pada monitor.
Gelombang ultrasonik digunakan untuk mendeteksi adanya penyakit pada manusia, seperti
mendeteksi adanya kista pada ovarium. Gelombang ultrasonik juga digunakan untuk menentukan
kedalaman dasar lautan yang diperoleh dengan cara memancarkan bunyi ke dalam air. Gelombang
bunyi akan menurut garis lurus hingga mengenai sebuah penghalang, misalnya dasar laut. Ketika
gelombang bunyi itu mengenai penghalang, sebagian gelombang itu akan dipantulkan kembali ke
kapal sebagai gema. Waktu yang dibutuhkan gelombang bunyi untuk bergerak turun ke dasar dan
kembali ke atas diukur dengan cermat. Sistem sonar juga dapat digunakan untuk mengukur
kedalaman laut.

Daftar Pustaka
Ethel,Slonane. 1999. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC
Fathian. 1999. Jurnal Teknik Mesin . Jakarta : Erlangga
Putra Adnyana, I Gusti Agung. 2008 . Fisika Gelombang I. Badung : Jurusan Fisika FMIPA
Universitas Udayana.
Soewolo, dkk. 1999. Fisiologi Manusia. Malang: JICA.
Umar Efrizon. 2007. Fisika dan Kecakapan Hidup. Jakarta: Ganeca Exact.
Young Hugh D. 2003. Fisika Universitas. Jakarta. Erlangga
Yulianti, Lia. 2013. Ilmu Alam (Fisika). Jakarta: Erlangga
Zubaidah, siti. 2013. Fisika bunyi . Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai