Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Tujuan
Tujuan dari dilakukannya percobaan interferensi gelombang bunyi yaitu, dapat
dibuktikannya adanya sifat interferensi pada gelombang bunyi dengan diamatinya pola
difraksi dua celah dan dapat ditentukannya posisi per orde gelap dan terang dari hasil
interferensi gelombang bunyi.

1.2. Tinjauan Pustaka


Gelombang bunyi mengandung empat istilah penting di dalamnya, dengan empat
istilah yang terbagi menjadi amplitudo, panjang gelombang, frekuensi, dan intensitas.
Perubahan paling besar pada parameter selama osilasi gelombang merupakan pengertian
amplitudo secara umum, di mana amplitudo dapat dikatakan pula sebagai jarak antara
puncak dan lembah. Sedangkan seberapa keras suara atau bunyi yang dihasilkan
merupakan arti amplitudo dalam gelombang bunyi. Panjang gelombang merupakan
jarak yang terbentuk antara dua fase yang sama atau puncak dan lembah. Jumlah
getaran, osilasi atau siklus dalam proses berulang yang terjadi per satuan waktu dengan
satuan Hertz (HZ) adalah frekuensi. Sedangkan pengertian frekuensi pada gelombang
bunyi yaitu, nada yang berarti semakin tinggi frekuensi, maka, semakin tinggi pula nada
yang dimilikinya. Kemudian, tingkar energi suara yang mengalir melalui area tertentu
disebut sebagai intensitas yang biasanya memiliki satuan watt/m 2 dan dianggap sebagai
kenyaringan (Muhammad & Dahwa, 2017).
Pengertian gelombang itu sendiri adalah energi getaran yang merambat melalui
atau tanpa medium. Gelombang diklasifikasikan ke dalam beberapa bagian. Bila
diklasifikasikan berdasarkan mediumnya, gelombang terbagi menjadi dua jenis yaitu,
gelombang mekanik dan gelombang elektromagnetik. Sedangkan bila diklasifikasikan
berdasarkan arah rambatnya, gelombang dibedakan menjadi gelombang transversal
yang arah rambat dan getarnya tegak lurus dan gelombang longitudinal yang arah
rambat dan getarnya sejajar (Setiawan et al, 2023).
Jenis gelombang yang dihasilkan oleh sumber suara adalah gelombang mekanik
longitudinal. Gelombang suara diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu, infrasonik,
audiosonik, dan ultrasonik. Gelombang infrasonik merupakan gelombang yang hanya
bisa didengar oleh semut, anjing, dan laba-laba. Hal ini dikarenakan frekuensi yang
dihasilkannya sangat rendah dan tidak bisa didengar oleh manusia. Frekuensi yang
dihasilkan oleh jenis gelombang ini sekitar < 20 Hz. Gelombang audiosonik merupakan
gelombang yang dapat ditangkap oleh gendang telinga manusia. Hal tersebut
dikarenakan frekuensi yang dihasilkannya berada pada rentang 20 Hz – 2 kHz. Adapun
gelombang ultrasonik merupakan gelombang yang hanya dapat didengar oleh hewan
seperti kelelawar. Hal ini dikarenakan gelombang ultrasonik memiliki frekuensi yang
sangat tinggi, yang mana sekitar > 20 kHz. Frekuensi dan periode gelombang dapat
dicari menggunakan persamaan (1.1) berikut,
t
T= ...(1.1)
n
(Setiawan et al, 2023)

n
F= ...(1.2)
t
(Setiawan et al, 2023)

(Setiawan et al, 2023)


Cepat rambat bunyi bergantung pada kerapatan medium. Cepat rambat bunyi pada
gas akan lebih lambat dibandingkan dengan pada cairan, dan cepat rambat bunyi pada
cairan akan lebih lambat dibandingkan pada padatan. Kerapatan medium pada padatan
yang jauh lebih rapat daripada kerapatan medium pada cairan atau gas menjadi alasan
mengapa cepat rambat bunyi akan merambat lebih cepat dan lebih baik pada padatan.
Sehingga diketahui bahwa, semakin rapat suatu medium, maka, akan semakin cepat
pula bunyi merambat di antaranya. Cepat rambat bunyi akan berbeda pada medium
yang sama tetapi dengan temperatur yang berbeda. Hasil dari gelombang bunyi bisa saja
merupakan gelombang mekanik. Gelombang mekanik adalah gelombang yang
energinya (periode, V, energi kinetik, dan energi potensialnya) bergeser dari bagian satu
ke bagian lain pada suatu medium. Beberapa contoh dari gelombang mekanik adalah
gelombang pada tali, gelombang-gelombang air, dan sebagainya. Gelombang yang
terbentuk pada gelombang mekanik memiliki bentuk yang berulang, sehingga jarak
antara puncak ke puncak atau yang biasa disebut sebagai satu gelombang akan memiliki
nilai yang sama dan selalu berulang pada suatu gelombang (Muhammad & Dahwa,
2017).
Beberapa sifat dari gelombang mekanik adalah refraksi, refleksi, dan interferensi.
Refraksi atau yang biasa disebut sebagai pembiasan merupakan peristiwa yang bisa saja
terjadi pada gelombang bunyi. Teori refraksi inilah yang dapat menjelaskan peristiwa
mengapa suara kita lebih terdengar jelas saat malam hari dibandingkan siang hari.
Gelombang bunyi lebih cepat merambat pada suhu yang tinggi, sedangkan pada siang
hari lapisan luar bumi memiliki temperatur yang lebih rendah daripada lapisan yang
berada di dekat bumi. Refleksi atau yang biasa disebut pemantulan atau cerminan terjadi
ketika gelombang bunyi yang datang dipantulkan oleh bidang datar dengan nilai sudut
yang sama antara sudut gelombang datang dengan sudut gelombang pantul. Interferensi
atau gangguan pada gelombang bunyi merupakan peristiwa di mana dua gelombang
atau lebih dengan frekuensi sama yang saling bertumpukan satu sama lain. Prinsip
superposisi dapat menjelaskan pola interferensi ini (Muhammad & Dahwa, 2017).
Interferensi gelombang bidang yang dihasilkan oleh sinar datang disebut sebagai
titik fokus. Gelombang bidang yang dimunculkan oleh tiap titik pada exit pupil objektif
dan titik fokus tersebut merupakan hasil interferensi gelombang bidang tersebut. Semua
gelombang-gelombang bidang yang merambat ke titik fokus dapat dihitung
interferensinya dengan menggunakan superposisi. Titik fokus biasanya menunjukkan
gambar hasil atau bentuk simetris yang melingkar yang diperuntukkan bagi berkas sinar
datang yang seragam. Sedangkan bentuk titik fokus mulai berubah walaupun
penyebaran amplitudonya seragam untuk berkas terpolarisasi (Zhang & Xiao, 2021).
Resultan yang amplitudonya dapat diperkuat atau dibatalkan dapat dihasilkan oleh
gelombang bidang yang dipancarkan oleh cahaya datang dengan arah polarisasi yang
pararel. Bila dua buah gelombang bidang yang memiliki arah polarisasi yang sama
antara keduanya, maka, akan meningkatkan ampitudonya. Bila dua buah gelombang
bidang memiliki arah polarisasi yang berlawanan antara keduanya, maka, akan
membatalkan terjadinya interferensi dan superposisi aljabar tidak berlaku. Bila dua buah
gelombang bidang yang memiliki arah yang orthogonal, maka, tidak dapat
menyebabkan terjadinya interferensi. Cahaya yang datang diuraikan menjadi tiga bagia
polarisasi orthogonal yaitu, Ex, Ey, dan Ez. Sesuai dengan teori difraksi vektor yang
arah polarisasinya dipertimbangkan. Hasil penjumlahan vektor dari tiga bagian di atas
atau disebut sebagai resultan adalah hasil dari perhitungan interferensi masing-masing
ketiga bagian dari titk fokus. Terjadi penyebaran amplitudo dari ketiga bagian polarisasi
yang hasilnya tidak cuma satu, sehingga menyebabkan titik fokus yang dihasilkan
berbeda. Titik fokus yang dihasilkan menyebabkan terbentuknya deformasi. Selain itu,
penyebaran fase dari sinar yang datang juga bisa saja berpengaruh pada proses
pemfokusan. Meningkatnya interferensi di dekat fokus yang didasarkan kepada fakta
bahwasanya sinar yang datang mempunyai fase awal yang sama menghasilkan
gelombang bidang yang dianggap sebagai titik fokus. Akan tetapi, bagi balok yang
terpolarisasi hal ini tidak berlaku. Deformasi titik fokus dapat terjadi karena polarisasi
sinar insiden. Analisa polarisasi sinar insiden sebenarnya cukup mudah, tetapi suatu saat
bisa saja menjadi rumit. Proses pemfokusan tersebut menghasilkan hasil yang acak dan
rumit sehingga hasil deformasi titik fokusnya sulit dimengerti. Karena kerumitan
tersebut, jadi komponen polarisasi disederhanakan menjadi rangkaian celah ganda agar
hasil interferensinya menjadi sangat jelas (Zhang & Xiao, 2021).
Interferensi diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu, interferensi konstruktif,
interferensi destruktif, dan interferensi dengan perbedaan fase lainnya. Interferensi
konstruktif atau yang biasa disebut dengan interferensi membangun terjadi ketika
terdapat dua gelombang elektromagnetik monokromatik memiliki fase yang sama atau
beberapa fase dari 2π. Kemudian, foton dari masing-masing gelombang bersuperposisi
dan menggabung menjadi satu. Bila foton keduanya memiliki fase yang sama dan
momentumnya menjadi dua kali lipat yang akhirnya menjadikan amplitudonya
bertambah menjadi dua kali lipat pula. Interferensi destruktif atau yang biasa disebut
dengan interferensi yang merusak terjadi ketika terdapat dua gelombang
elektromagnetik monokromatik yang beda fasenya berada pada kelipatan π. Dua
gelombang yang memiliki beda fase yang berlawanan 180̊ ini menyebabkan keduanya
saling menghilangkan sehingga amplitudo yang terbentuk menjadi 0 atau hanya garis
lurus. Interferensi dengan perbedaan fasa yang lainnya terjadi saat kedua gelombang
elektromagnetik monokromatik mempunyai beda fase selain 0̊ atau kelipatan
berpotongan. Kedua gelombang memiliki pusat massa yang berbeda tempatnya dengan
momentum sudut yang arahnya berbeda, sehingga menghasilkan amplitudo yang berada
di tengah-tengah, tidak maksimum ataupun minimum (Agarwal, 2016).
BAB II

METODOLOGI

2.1. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan inerferensi gelombang bunyi ini
di antaranya yaitu, Loudspeaker, Signal Generator, Oscilloscope, Universal
Microphone, kabel penghubung, pengait dan penyangga Microphone, pengait dan
penyangga Loudspeaker, papan difraksi dan celah, plat meter atau penggaris, serta
aplikasi simulator.

2.2. Tata Laksana Percobaan


Langkah-langkah yang dilakukan pada percobaan ini yaitu, aplikasi dibuka dan
tombol Run yang ada di tengah bawah aplikasi ditekan. Kemudian, kabel Loudspeaker
disambungkan ke Signal Generator. Kemudian, Signal Generator dinyalakan, frekuensi
outpur diatur pada frekuensi ≥ 2.000 Hz dan ≤ 20.000 Hz, dengan tombol putar AC dan
DC pada value > 0. Setelah itu, Signal Generator disambungkan ke Oscilloscope
sebagai input Channel 1 dan Universal Microphone disambungkan ke Channel 2.
Kemudian, Oscilloscope dinyalakan, diatur mode ke Dual Channel, dan posisi vertikal
masing-masing Channel diatur agar sinyal input tidak terhimpit. Selanjutnya, mouse
diarahkan ke pengait penyangga Universal Microphone untuk diketahuinya informasi,
jarak speaker ke kisi, lebar per celah, jarak antara celah (d), dan jarak ujung Microphone
ke kisi. Setelah itu, Signal Generator dinyalakan, Time/div dan Volt/div masing-masing
Channel di Oscilloscope diatr untuk dapat ditampilkannya sinyal input. Kemudian,
celah ditekan sebanyak dua kali agar dapat ditampilkannya atau disembunyikannya
proyeksi depan celah. Penutup celah digeser, sehingga dua celah saja yang terbuka.
Selanjutnya, Microphone digeser maju atau mundur untuk didapatkannya tampilan
sinyal output Channel 2 yang terbaik. Setelah itu, penyangga atau pengait Microphone
ditekan sebanyak dua kali agar proyeksi samping Microphone terhadap celah pada
pergeseran ke kiri dan ke kanan dapat ditampilkan atau disembunyikan. Kemudian,
Microphone digeser ke kiri atau ke kanan dan posisi maxima dan minima pola
interderensi gelombang yang terdeteksi dicatat sebagai data hasil percobaan.
Selanjutnya, tombol Reset yang ada di samping tombol Run ditekan setiap terjadi crash
pada aplikasi.
2.3. Rangkaian Alat
Gambar 2.1 di bawah ini adalah alat dan bahan yang digunakan pada percobaan
dengan topik interferensi gelombang bunyi kali ini.

4 5
6

3
7

7 7

Gambar 2.1 Alat dan bahan pada percobaan.

Keterangan:

1. Oscilloscope,
2. Papan difraksi dan celah,
3. Signal Generator,
4. Loudspeaker dan pengait/penyangganya,
5. Microphone dan pengait/penyangganya,
6. Penggaris,
7. Kabel penghubung.
Adapun rangkaian alat dan bahan pada saat percobaan langsung adalah sebagai
berikut,

Gambar 2.2 Rangkaian alat dan bahan percobaan langsung.


BAB III

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

3.1. Data Hasil Percobaan


3.1.1 Percobaan Langsung
Tabel 3.1 Data Hasil Percobaan Langsung
Jarak Microphone ke kisi = 0,3 m
Speaker ke kiri = 0,2 m
Time/div = 5 ×10−5 s
Frekuensi V out Frekuensi V out Frekuens V out
X (m) X (m) X (m)
(Hz) (Volt) (Hz) (Volt) i (Hz) (Volt)
0,25 0,5 0,25 0,8 0,25 0,375
0,2 0,4 0,2 1,1 0,2 0,4
0,15 0,5 0,15 0,85 0,15 0,5
0,1 0,55 0,1 0,8 0,1 0,9
0,05 0,65 0,05 0,4 0,05 1
3000 0 0,55 5000 0 0,7 7000 0 1,1
- 0,05 0,55 - 0,05 0,45 - 0,05 1
- 0,1 0,65 - 0,1 0,46 - 0,1 0,9
- 0,15 0,45 - 0,15 0,825 - 0,15 0,55
- 0,2 0,55 - 0,2 0,675 - 0,2 0,5
- 0,25 0,1 - 0,25 0,225 - 0,25 0,4
3.1.2 Simulasi
Tabel 3.2 Data Hasil Simulasi
Frekuensi V out Frekuensi V out Frekuens V out
X (m) X (m) X (m)
(Hz) (Volt) (Hz) (Volt) i (Hz) (Volt)
0,1 1,5 0,1 1,33 0,1 0,3
0,08 1,25 0,08 1,25 0,08 0,2
0,06 1,2 0,06 1,2 0,06 0,75
0,04 1 0,04 1 0,04 0,5
0,02 0,75 0,02 0,8 0,02 0,33
3000 0 0,8 5000 0 0,75 7000 0 0,25
- 0,02 0,75 - 0,02 0,8 - 0,02 0,33
- 0,04 1 - 0,04 1 - 0,04 0,33
- 0,06 1,2 - 0,06 1,2 - 0,06 0,5
- 0,08 1,25 - 0,08 1,25 - 0,08 0,5
- 0,1 0,66 - 0,1 0,5 - 0,1 0,33

3.2. Grafik
3.2.1. Percobaan Langsung
3.2.1.1. Frekuensi 3000 Hz
0.7

0.65 0.6 0.65

0.55 0.55 0.5 0.55 0.55


0.5 0.5
0.45 0.4
Vout (Volt)

0.4
0.3

0.2

0.1
0.1
0
-0.3 -0.2 -0.1 0 0.1 0.2 0.3
x (m)

Grafik 3.1 Percobaan langsung frekuensi 3000 Hz.


3.2.1.2. Frekuensi 5000 Hz
1.2

1 1.1

0.8 0.85
0.825 0.8 0.8

Vout (Volt)
0.675 0.6 0.7

0.46 0.4
0.45 0.4
0.2
0.225

0
-0.3 -0.2 -0.1 0 0.1 0.2 0.3
x (m)

Grafik 3.2 Percobaan langsung frekuensi 5000 Hz.

3.2.1.3. Frekuensi 7000 Hz


1.2

1 1.1
1 1
0.9 0.8 0.9
Vout (Volt)

0.6
0.55
0.5 0.4 0.5
0.4 0.4 0.375
0.2

0
-0.3 -0.2 -0.1 0 0.1 0.2 0.3
x (m)

Grafik 3.3 Percobaan langsung frekuensi 7000 Hz.


3.2.2. Simulasi
3.2.2.1 Frekuensi 3000 Hz
1.6

1.4 1.5

1.25 1.2 1.25


1.2 1.2
1
Vout (Volt) 1 1
0.8
0.8 0.75
0.75 0.6
0.66
0.4

0.2

0
-0.15 -0.1 -0.05 0 0.05 0.1 0.15
x (m)

Grafik 3.4 Simulasi frekuensi 3000 Hz.

3.2.2.2 Frekuensi 5000 Hz


1.4
1.33
1.25 1.2 1.25
1.2 1.2
1
1 1
0.8
Vout (Volt)

0.8 0.8
0.6 0.75

0.5 0.4

0.2

0
-0.15 -0.1 -0.05 0 0.05 0.1 0.15
x (m)

Grafik 3.5 Simulasi frekuensi 5000 Hz.


3.2.2.3 Frekuensi 7000 Hz
0.8

0.7 0.75

0.6

0.5
0.5 0.5 0.5

Vout (Volt)
0.4

0.33 0.33 0.3 0.33


0.33 0.3
0.2 0.25
0.2
0.1

0
-0.15 -0.1 -0.05 0 0.05 0.1 0.15
x (m)

Grafik 3.6 Simulasi frekuensi 7000 Hz.

3.3. Pembahasan
3.3.1. Analisa Prosedur
3.3.1.1. Fungsi Alat
Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan interferensi gelombang
bunyi di antaranya yaitu, Loudspeaker, Signal Generator, Oscilloscope,
Universal Microphone, kabel penghubung, pengait dan penyangga Microphone,
papan difraksi dan celah, plat meter atau penggaris, serta aplikasi simulator.
Loudspeaker digunakan sebagai sumber gelombang bunyi pada percobaan ini.
Signal Generator digunakan sebagai penghasil sinyal input pada rangkaian.
Oscillocope digunakan sebagi visualisasi gelombang yang ditangkap oleh
Universal Microphone. Universal Microphone digunakan sebagai penangkap
gelombang bunyi setelah lewat dari celah. Kabel penghubung digunakan sebagai
penghubung antara alat-alat yang digunakan pada rangkaian untuk penghantar
arus dan sinyal. Pengait dan penyangga Microphone digunakan sebagai
penyangga Microphone agar tidak jatuh. Papan difraksi dan celah digunakan
sebagai tempat dilewatinya gelombang bunyi sebelum ditangkap oleh
Microphone. Plat meter atau penggaris digunakan sebagai pengukur skala
pergeseran Microphone. Aplikasi simulator digunakan untuk pengamblan data
simulasi.

3.3.1.2. Fungsi Perlakuan


Pada percobaan interferensi gelombang bunyi, setiap alat yang
digunakan terdapat perlakuan yang berbeda-beda. Kabel Loudspeaker
disambungkan ke Signal Generator agar dapat dihasilkan gelombang bunyi.
Selanjutnya, Signal Generator dinyalakan, frekuensi outpur diatur pada
frekuensi ≥ 2.000 Hz dan ≤ 20.000 Hz, dengan tombol putar AC dan DC pada
value > 0 agar didapatkan hasil yang sesuai. Setelah itu, Signal Generator
disambungkan ke Oscilloscope sebagai input Channel 1 dan Universal
Microphone disambungkan ke Channel 2 agar sinyal input dan ouput dapat
digambarkan pada gelombang yang dihasilkan oleh Oscilloscope. Kemudian,
Oscilloscope dinyalakan, diatur mode ke Dual Channel, dan posisi vertikal
masing-masing Channel diatur agar sinyal input tidak terhimpit. Selanjutnya,
mouse diarahkan ke pengait penyangga Universal Microphone untuk
diketahuinya informasi, jarak speaker ke kisi, lebar per celah, jarak antara celah
(d), dan jarak ujung Microphone ke kisi. Setelah itu, Signal Generator
dinyalakan, Time/div dan Volt/div masing-masing Channel di Oscilloscope diatr
untuk dapat ditampilkannya sinyal input. Kemudian, celah ditekan sebanyak dua
kali agar dapat ditampilkannya atau disembunyikannya proyeksi depan celah.
Penutup celah digeser, sehingga dua celah saja yang terbuka. Selanjutnya,
Microphone digeser maju atau mundur untuk didapatkannya tampilan sinyal
output Channel 2 yang terbaik. Setelah itu, penyangga atau pengait Microphone
ditekan sebanyak dua kali agar proyeksi samping Microphone terhadap celah
pada pergeseran ke kiri dan ke kanan dapat ditampilkan atau disembunyikan.
Kemudian, Microphone digeser ke kiri atau ke kanan dan posisi maxima dan
minima pola interderensi gelombang yang terdeteksi dicatat sebagai data hasil
percobaan. Selanjutnya, tombol Reset yang ada di samping tombol Run ditekan
setiap terjadi crash pada aplikasi.

3.3.2. Analisa Hasil


Data yang didapatkan pada percobaan ini ada dua jenis yaitu, data
percobaan langsung dan data simulasi dengan frekuensi sumber 3000 Hz, 5000
Hz, dan 7000 Hz. Grafik yang ditampilkan merupakan hubungan antara tegangan
output dengan posisinya 9x). Pada grafik ditampilkan, bentuk bukit dan lembah
yang menggambarkan peristiwa interferensi gelombang. Grafik yang konstan
dapat terbentuk bila puncak paling tinggi berada pada posisi 0. Sedangkan data-
data yang didapatkan dari hasil simulasi maupun percobaan langsung tidak
membentuk grafik yang memiliki puncak tertinggi di posisi 0, kecuali pada grafik
percobaan langsung yang memiliki frekuensi 7000 Hz. Hal tersebut dapat terjadi
karena semakin tinggi frekuensi, maka, akan semakin konstan grafiknya,
kesalahan data yang didapat bisa saja terjadii karena beberapa faktor seperti
kesalahan dalam pembacaan skala dan kondisi ruangan saat pengambilan data
terdapat kebisingan atau adanya suara lain selain dari speaker. Kebisingan tersebut
akan berakibat pada penangkapan gelombang bunyi oleh Microphone terganggu.
Interferensi memiliki hubungan dengan besar frekuensi. Berdasarkan rumus
kecepatan yaitu, v=πf . Diketahui bahwa panjang gelombang berbanding terbalik
dengan frekuensi, di mana semakin tinggi frekuensi, maka, panjang
gelombangnya akan semakin pendek dan bentuknya akan semakin berhimpitan
dan banyak. Semakin tinggi frekuensi, maka, semakin konstan pola dari
gelombang interferensi yang terbentuk. Interferensi ada dua jenis yaitu,
interferensi konstruktif dan interferensi destruktif. Interferensi konstruktif terjadi
bila terdapat dua gelombang monokromatik yang memiliki fase yang sama
bertemu, maka, keduanya akan saling menggabungkan dan dapat dinyatakan
dengan persamaan (3.1) berikut,
d sinθ=mλ ...(3.1)
dengan d adalah lebar celah, m adalah orde interferensi ke- (0, 1, 2, 3, ..) dan λ
adalah panjang gelombang. Interferensi konstruktif dapat digambarkan seperti
pada gambar 3.1,

Gambar 3.1 Interferensi konstruktif

Interferensi destruktif terjadi bila terdapat dua buah gelombang monokromatik


yang memiliki fase kelipatan ganjil atau berlawanan, sehingga saling
menghilangkan dan dapat dinyatakan dengan persamaan (3.2) berikut,

( 12 ) λ
d sinθ = m+ ...(3.2)
dengan d adalah lebar celah, m adalah orde interferensi ke- (0, 1 , 2, 3, ...) dan λ
adalah panjang gelombang. Interferensi destruktif dapat digambarkan seperti pada
gambar 3.2,

Gambar 3.2 Interferensi destruktif

Sensitivitas Microphone adalah rasio output atau tegangan dengan intensitas


suara input. Sensitivitas Microphone juga dapat diartikan sebagai kemampuan
Microphone untuk dapat mengubah tekanan akustik menjadi tegangan listrik.
Sensitivitas Microphone biasanya dinyatakan dalam decibel (dB). Output
tegangan yang tinggi dihasilkan dari sensitivitas tinggi, sehingga Microphone
yang memiliki sensitivitas tinggi tidak memerlukan pengutan lebih banyak jika
dibandingkan dengan Microphone yang bersensitivitas rendah. Semakin tinggi
nilai sensitivitas Microphone, maka , semakin tinggi pula kemampuan
Microphone dalam menerima gelombang bunyi atau Microphone akan semakin
peka. Dalam penerapannya, Microphone dengan sensitivitas tinggi akan sangat
diperlukan untuk menjaga agar noise tetap dalam tingkat yang rendah saat
diperlukannya tingkat tekanan suara yang rendah. Tingkar akurasi Signal
Generator yaitu, di mana Signal Generator dapat mengeluarkan sinyal yang
akurat. Jika, tingkat akurasi Signal Generator rendah, maka, sinyal yang
dikeluarkan juga memiliki akurasi yang kurang. Sehingga hal tersebut akan
berpengaruh pada alat yang disambungkan pada Signal Generator tersebut. Ketika
percobaan ini dilaksanakan, Signal Generator dihubungkan pada Universal
Microphone dan Oscilloscope. Alat-alat tersebut jika dialiri sinyal yang tidak
akurat, maka, pada Microphone akan menangkap sinyal yang tidak akurat dan
Oscilloscope akan menampilkan visualisasi grafik yang tidak sesuai juga. Jadi,
akurasi Signal Generator harus diperhatikan untuk dihasilkan data yang sesuai
dan akurat.
Contoh aplikasi interferensi gelombang yaitu, pada rangkaian interferometer
akustik. Rangkaian tersebut digunakan untuk mengetahui besar interferensi pada
gelombang bunyi yang melewati pipa dengan jalur 1 dengan panjang lintasannya
konstan atau tetap. Sedangkan pada jalur 2, panjang lintasannya dapat diubah.
Lintasan 2 dapat digeser untuk mendapatkan gelombang sefase pada titik
interferensi, sehingga terjadi interferensi konstruktif. Sedangkan kedua ujungnya
digeser, sehingga gelombang melewati lintasan 2 akan memiliki gelombang yang
selisih setengah panjang gelombang dari gelombang yang melewati lintasan 1. Hal
tersebut dapat menyebabkan terjadinya interferensi destruktif.
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Setelah dilakukannya percobaan interferensi gelombang bunyi, praktikan dapat
mencapai tujuan dari dilakukannya percobaan ini. Sifat interferensi pada gelombang
bunyi dibuktikan dengan diamatinya pola difraksi dua celah, di mana interferensi
dihasilkan dari perpaduan gelombang baru yang dihasilkan dari gelombang bunyi yang
telah melewati celah dan menghasilkan peristiwa difraksi yang terlihat dari grafik yang
berbentuk bukit dan lembah. Diketahui bahwa interferensi konstruktif merupakan dua
gelombang yang memiliki fase yang sama, sehingga saling membangun. Sedangkan
interferensi destruktif merupakan interferensi yang terjadi ketika dua gelombang yang
memiliki fase yang berlawanan bertemu, sehingga saling menghilangkan.

4.2. Saran
Sebelum dilaksanakannya praktikum, praktikan lebih baik untuk membaca dan
memahami materi praktikum, sehingga praktikum nanti dapat berjalan dengan
maksimal. Serta praktika diharapkan lebih teliti dalam pengambilan data agar data yang
didapatkan semakin mendekati akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Agarawal, N, S. (2016) “Wave Particle Duality and Interference Explained”, Journal of


Modern Physics 7 ; 267-276.

Baek, J., Kang, B., Rhyou, C. & Lee, H. (2021) “Effect of the sound speed mismatch between
fluuid and channel on the particle alignment in a standing surface acoustic wave
device”, Sensors and Actators;B. Chemical 346 ; 1-9.

Muhammad, Z., & Dahuwa, D. (2017) “A Riview of the Pprinciples and Applications of
Sound Wave”, Journal of Applied Physics (6)9 ; 48-61.

Muldrisnur. (2016) “Optimasi celah pita optik opal dan core shell opal”, Jurnal Ilmu Fisika
8(1) ; 52-59.

Sarah, S. (2015) “Spektrum Bunyi Alat Musik Kentong Berdasarkan Variasi Jumlah
Gelombang”, Jurnal Teknologi Technoscientia (7)2 ; 150-156.

Setiawan, F. B., Prasetyo, D.D., & Pratomo, L.H. (2023) “Design of Audiosonic Frequency
Wave Theraphy Tool with Arduino Mega-Based Spectrum Analyzer Monitoring”,
Jurnal Ilmiah Teknik Elektro 10 ; 33-38.

Silva, A. A. (2017) “Determining the speed of sound in the air by sound wave interference”,
European Journal of Physics 38 ; 1-8.

Zhang, B. & Xiao, T. (2021) “Interferent Polarized Focus Profiles with Double-Slit
Interference”, Optic-International Journal for Light and Electron Optics 226 ; 2-8.

Anda mungkin juga menyukai