Anda di halaman 1dari 26

Gelombang Bunyi

1. Pengertian Gelombang Bunyi

Gelombang bunyi adalah gelombang longitudinal yang terjadi karena padatan dan
perenggangan dalam medium gas,cair,atau padat. Gelombang bunyi mempunyai
sifat-sifat dapat dipantulkan (reflection), dapat dibiaskan (refraction), dapat
dilenturkan (difraction), dan dapat dibiaskan (interferention). Komponen bunyi
berupa sumber bunyi, pengantar, frekuensi, kekuatan bunyi, dan timbre.

Bunyi dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Pemanfaatannya antara lain


dengan pemanfaatan ultrasonik (pemanfatan dalam dunia kesehatan). Bunyi dapat
dimanfaatkan dengan adanya cepat rambat bunyi, pemantulan bunyi dan resonansi.
Pemanfaatan dalam kehidupan sehari-hari diantaranya untuk menghitung
kedalaman laut, melakukan survei geofisika, dan mendeteksi retak-retak pada
struktur logam.

Bunyi juga merupakan salah satu bentuk energi. Energi bunyi didapat dari perubahan
beberapa energi seperti listrik dan kimia. Di dalam pengubahannya tentu saja
menggunakan alat. Misalnya membuat bel untuk mengubah energi listrik menjadi
energi suara. Bel dapat dibuat dengan menggunakan beberapa komponen dan
langkah-langkah yang sistematis.

2. Kategori Gelombang Bunyi

Gelombang bunyi berdasarkan frekuensi :


1. Infrasonik (frekuensi 0-16 Hz). Frekuensi ini tidak dapat ditangkap oleh indera
pendengar manusia. Contohnya getaran gempa, tanah longsor, getaran truk,dll.
2. Sonik (frekuensi 16-20.000 Hz). Frekuensi ini dapat ditangkap oleh indera
pendengar manusia. Misalnya suara pembicaraan, suara lonceng, dan
sebagainya.
3. Ultrasonik adalah gelombang bunyi yang memiliki frekuensi di atas 20.000 Hz.
Gelombang ini tidak dapat didengar oleh telinga. Namun, beberapa hewan
seperti anjing dan kelelawar dapat mendengar bunyi ultrasonik. Walaupun tidak
dapat didengar telinga, gelombang ultrasonik banyak dinamfaatkan manusia.
Pemanfaatan yang paling banyak saat ini dijumpai dalam bidang kedokteran.
Ketika gelombang ultrasonik berpindah dari satu medium ke medium lainnya di
mana pada dua medium tersebut kecepatan gelombang berbeda maka yang
terjadi adalah
i. Sebagian gelombang dipantulkan
ii. Sebagian gelombang dibiaskan (diteruskan) ke medium berikutnya
iii. Intensitas gelombang yang dipantulkan dan dibiaskan bergantung pada lagu
gelombang pada dua medium.

Sifat ini dimanfaatkan untuk menyelidiki keadaan dalam tubuh menggunakan


gelombang ultrasonik.

(Gambar mengenai Gelombang mengalami pemantulan dan pembiasan (transmisi)


setiap melewati bidang batas dua medium)

Pulsa ultrasonik yang diarahkan ke dalam tubuh akan dipantulkan ketika


berpindah dari satu organ ke organ yang berbeda dalam tubuh. Detektor yang
berada di luar mendeteksi intensitas gelombang yang dipantulkan serta waktu
yang diperlukan gelombang yang semula dipancarkan mencapai kembali
detektor setelah mengalami pemantulan pada dinding-dinding organ.

Informasi intensitas dan waktu tunda tersebut digunakan untuk menggambarkan


bayangan organtubuh.
(Gambar Pulsa yang tampak pada layar merepresentasikan gelombang yang
dipantulkan pada batas antara organ-organ dalam tubuh. Berdasarkan selang waktu
antar dua pulsa setra tinggi pulsa maka bayangan organ dalam tubuh dapat dibuat
(dengan komputer))

(Contoh bayangan yang dibuat berdasarkan intensitas dan waktu tunda gelombang
ultrasonik yang diarahkan ke perut ibu hamil. Bayangan seorang bayi terlihat dengan
jelas.)

Aplikasi lain dari gelombang ultrasonic dalam kedokteran adalah untuk


mengukur laju aliran dareah dalam nadi. Frekuensi gelombang ultrasonic yang
digunakan dalam aplikasi ini biasanya 5- 10 MHz. Sel-sel darah merah yang
mengalir dalam tubuh berfungsi sebagai pemantul gelombang ultrasonic.
Karena sel darah merah bergerak, maka berdasarkan efek dopler, frekuensi
gelombang yang dipantulkan berbeda dengan frekuensi gelombang datang.
Dengan menghitung selisih frekuensi tersebut maka laju aliran darah dapat
dihitung.

(Skema pengukuran laju aliran darah dalam nadi menggunakan gelombang ultrasonic.)
Berdasarkan Gambar diatas, perubahan frekuensi gelombang ultrasonic yang
dideteksi dapat dinyatakan dengan rumus

2 𝑓𝑣 cos 𝛼
∆𝑓 =
𝑐
dengan ∆f perubahan frekuensi gelombang, f frekuensi gelombang ultrasonic
yang digunakan, claju perambatan gelombang ultrasonic dalam tubuh, v laju
aliran sel darah merah, 𝛼 sudut yang dibentuk oleh arah gelombang ultrasonic
dengan arah aliran sel darah merah.

3. Laju Gelombang Bunyi


Laju gelombang bunyi, seperti laju gelombang pada tali, juga bergantung pada sifat
medium. Untuk gelombang bunyi dalam fluida seperti udara atau air, laju v diberikan
oleh
𝐵
𝑣=√
𝜌
Dimana 𝜌 adalah rapat kesetimbangan medium dan B adalah modulus limbak (bulk
modulus). Untuk gelombang bunyi pada suatu batang padat dan panjang, modulus
limbak digantikan oleh modulus Young Y.
𝑌
𝑣=√
𝜌
Dengan membandingkan persamaan diatas, dimana secara umum laju gelombang
bergantung pada
a. Elastisitas medium
Elastisitas medium adalah tegangan untuk gelombang tali dan modulus limbak
atau modulus Young untuk gelombang bunyi.
b. Sifat inersial medium
Sifat inersial medium adalah rapat massa linear atau rapat massa volume.

Persamaan gelombang bunyi dalam gas

𝛾𝑅𝑇
𝑣=√
𝑀

Dengan 𝛾 konstanta yang bergantung pada jenis gas, dan untuk udara mempunyai
nilai 1,4. R merupakan konstanta gas universal, yang mempunyai nilai R=8,314
J/mol.K. T merupakan temperatur mutlak yang diukur dalam kelvin (K), yang
dihubungkan dengan temperatur Celcius tC oleh T = tC + 273. Konstanta M adalah
massa molar gas (yaitu, massa 1 mol gas), untuk udara bernilai. M = 29 x 10 -3 kg/mol.
4. Gelombang Bunyi Harmonik
Gelombang bunyi harmonik dapat dibangkitkan oleh suatu suber yang bergetar
dengan gerak harmonik sederhana, seperti garpu tala, atau pengeras suara (speaker)
yang digerakkan oleh osiator audio. Sumber yang bergetar menyebabkan molekul-
molekul udara didekatnya berosilasi dengan gerak harmonik sederhana disekitar
posisi kesetimbangannya. Molekul ini bertumbukan dengan molekul-molekul
tetangganya, sehingga menyebabkan molekul-molekul itu berosilasi. Dengan cara
demikian gelombang bunyi dijalarkan. Simpangan molekul s (x, t) untuk gelombang
harmonik dapat ditulis :
s(x, t) = s0 sin (kx - wt)

Dengan s0 adalah simpangan maksimum molekul gas dari posisi kesetimbangannya,


dan k merupakan bilangan gelombang.
k = 2π / λ
Dan w adalah frekuensi sudut.
w =2 π f = 2π / T
Sebagaimana semua gelombang harmonic, laju gelombang sana dengan frekuensi
kali panjang.
v = f λ =w/k

Simpangan dari kesetimbangan yang diberikan oleh persamaan diatas sejajar dengan
arah gerak gelombang, yang artinya : bunyi merupakan gelombang longitudinal.

Simpangan ini menyebabkan variasi kerapatan udara dan tekanan udara.

Ketika simpangan nol, perubahan tekanan dan kerapatan bernilai maksimum atau
minimum. Bila simpangan bernilai maksimum atau minimum perubahan tekanan dan
kerapatan sama dengan nol. Kita akan melihat bahwa gelombang simpangan akan
menyiratkan gelombang tekanan yang diberikan oleh :

P = P0 sin (kx - wt – π/2)

Dengan p menyatakan perubahan tekanan dari tekanan kesetimbangan dan


P0 adalah nilai maksimum perubahan inii. Kita akan melihat bahwa amplitudo
tekanan maksimum P0 dihubungkan ke amplitude pergeseran maksimum s0 oleh :

P0 = ρwvs0

Dengan v adalah laju penjalaran dan r adalah kerapatan kesetimbangan gas.


Ketika gelombang bunyi bergerak seiring waktu, simpangan molekul udara,
kerapatan, dan tekanan pada satu titik semuanya berubah secara sinusoidal dengan
frekuensi f, yang sama dengan frekuensi sumber yang bergetar.

5. Gelombang Dalam Tiga Dimensi: Intensitas


Intensitas I dari sebuah gelombang adalah energi silang daerah dalam waktu.
Eksperimen ditentukan oleh pengukuran energi E pada sebuah detektor dalam
waktu t. Intensitas adalah persamaan energi dibagi denga waktu dan daerah A pada
detektor:
𝐸
𝐼=
𝐴𝑡
Dalam mks intensitas adalah J/m2.s atau watt per meter kuadrat (W/m2). Untuk
contoh, misalnya bahwa selama 5s selang waktu sebuah mikropon menerima energi
1.5 x 10-11J. Jika mikropon mempunyai daerah aktif pada 3 cm2 (3 x 10-4 m2),
intensitas bunyi adalah
𝐸 1.5 𝑥 10−11
𝐼= =
𝐴𝑡 (3 x 10−4 𝑚2 )(5s)
Ini adalah intensitas dari bunyi dalam percakapan normal. Energi bunyi umumnya
diungkapkan dengan intensitas, atau daya per satuan luas, yaitu banyaknya energi
yang melewati suatumedium per satuan luas, dinyatakan oleh
𝑃 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎
𝐼=
𝐴
Satuan intensitas adalah watt per meter kuadrat. Pada jaraj r dari sumber titik, besar
intensitasnya adalah
𝑃 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎
𝐼=
4𝜋𝑟 2
Telinga manusia dapat mengakomodasi suatu rentang intensitas gelombang bunyi
yang agak besar, dari kira-kira 10-12 W/m2 (yang biasanya diambil sebagai ambang
pendengaran) hingga kira-kira 1 W/m2 (yang menimbulkan rasa sakit pada sebagian
besar orang).

Skala decibel

Walaupun mengamati bunyi lemah ditambah dengan intensitas, hubungan antara


kelemahan dan intensitas jauh dari linier. Sebagai contoh, dalam bacaan intensitas
dari pengeras suara mungkin 100 kali lebih besar dari ruang depan daripada ruang
belakang, tetapi perpindahan pendengar dari depan ke belakang hanya berkurang
sedikit dalam kelemahan.

Dewasa ini dapat diketahui bunyi dengan intensitas yang kecil 10-12 W/m2 dan luas 1
W/m2. Dengan konveksi intensitas Io = 10-12 W/m2. Adalah titik nol pada skala level
intensitas dikenal dengan skala decibel (dB). Pada skala ini, intensitas ditambah
dengan factor 10 koresponden untuk menambah level intensitas β dengan 10 dB.
Demikianlah, ketika Io = 10-12 W/m2 sama dengan β = 0 dB, 10-11 W/m2 = 10 Io sama
dengan β = 10 dB, 10-10 W/m2 = 102 Io sama dengan β = 20 dB, dan 10-6 W/m2 = 106Io
sama dengan β = 60 dB. Matematikanya, tingkat intensitas β (dalam desibel) dari
intensitas bunyi I ditemukan bentuk logaritmiknya
𝐼
𝛽 = 10 log
𝐼0
Dimana Io = 10-12 W/m2.
Intensitas diatas 1 W/m2, sensasi perubahan gelombang dari bunyi untuk terasa. Itu
adalah gelombang dengan intensitas yang lebih besar daripada 1 W/m 2 lebih baik
terdengar. Level intensitas dari gelombang pada ambang ditemukan pada
𝐼
persamaan 𝛽 = 10 log 𝐼 menjadi
0
𝑊
12
𝑚
𝛽 = 10 log −12 = 10 log 1012 = 120 𝑑𝐵
10 𝑊
𝑚2

Batas pendengaran manusia antara 0 dan 120 dB, faktor 1012 dalam intensitas dan
faktor 106 dalam amplitudo tekanan.

Tingkat bunyi dan intensitas dari beberapa bunyi

Level bunyi dB Intensitas Level bunyi dB Intensitas Level bunyi dB Intensitas W/m2
W/m2 Bunyi W/m2 Bunyi Bunyi
0 10-12 Batas pendengaran
10 10-11 Geresik
20 10-10 Bisikan (sepanjang 1m)
30 10-9 Tenang
40 10-8 Rata-rata rumah, kantor tenang
50 10-7 Rata-rata kantor
60 10-6 Percakapan normal, rata-rata lalu
lintas
70 10-5 Keributan dalam kantor
80 10-4 Lalu lintas sibuk, disamping lalu
lintas
90 10-3 mobil
100 10-2 Sepanjang kereta api
120 100 Toko mesin
140 102 Tekanan (sejauh 2m), batas dari
pendengaran. Pesawat jet (sejauh
30m)

Psikologi Pendengaran

Walaupun perbandingan dari intensitas untuk mengetahui bunyi keras sampai


lembut adalah 1012, kita tidak menyadari seperti faktor 1012 dalam bunyi keras yang
dapat kita dengar. Ini karena hubungan antara intensitas, yang simbol fisik dari
bunyi, dan keras, atribut subjek, melibatkan psikologi dan proses psikologi dalam
telinga dan otak.
Eksperimen psikologi fisik adalah rancangan untuk mengukur hubungan antara
simbol fisik dari stimulus dan simbol subjekdilihat sebagai individu. Sebagai contoh,
dipertimbangkan berdasarkan eksperimen psikologi fisik. Perbandingan subjek
standar bunyi, (bicara) frekuensinya 100 Hz dan level intensitasnya 60 dB untuk tes
bunyi dengan frekuensi f. intensitas untuk tes bunyi berganti-ganti sampai subjek
dipertimbangkan mempunyai kekerasan bunyi standarnya 1000 Hz. Ini diulang untuk
rentang frekuensi sampai menjadi bentuk kurva seperti satu label dalam gambar
13.6 diperoleh. Tiap titik pada kurva diberikan level intensitas pada sinyal yang sama
dengan frekuensi yang mempunyai kekerasan yang sama sebagai sinyal standar
(1000 Hz pada 60 dB). Sebagai contoh, 100 Hz harus mempunyai level intensitas 72
dB dengan kekerasan 1000 Hz mempunyai 60 dB. Gambar dibawah ini ditunjukkan
kurva yang dihasilkan ketika sinyal standar 1000 Hz diberikan level intensitas yang
berbeda.

(Gambar hubungan psikologi fisik dari intensitas yang kuat dan frekuensi. Setiap kurva memberikan intensitas
bunyi dari frekuensi yang bervariasi yang mempunyai kenyaringan yang sama. Level kenyaringan adalah sesuai
dengan level intensitas dengan sinyal 1000 Hz.)
Dari kurva ini dilihat bahwa pendengaran yang tajam dengan frekuensi antara 3000
dan 4000Hz.
Variasi intensitas dengan jarak

Intensitas yang dihasilkan bunyi dari pengurangan sumber dengan jarak dari sumber.
Jika sumber kecil, bunyi menyebar keluar dalam bentuk gelombang speris dalam
intensitas yang sama pada semua titik yang jaraknya sama dari sumber (d1). Ketika
intensitas adalah energi unit daerah silang dalam unit waktu, energi per detik, atau
kuat P1, lewat melalui kulit ke jari-jari pusat d1 pada sumber adalah hasil dari
intensitas I1 pada jarak ini dan area A1 = 4πd1 dari kulit:
(Gambar bunyi dari titik sumber berpencar keluar bidang radial
dalam semua bagian)

P1 = A1 I1 = 4πd1 2I1
Sama dengan, kuat P2 yang lewat melalui kulit ke jari-jari d2 adalah
P2 = 4πd22I2
Dari d1 ke d2, beberapa energi gelombang akan diserap oleh udara, tetapi energi kecil
jika jarak dari d1 ke d2 tidak terlalu jauh. Jika kita mengabaikan energi masuk, semua
energi lewat melalui kulit 1 juga lewat melalui kulit 2. Karena itu energi per detik P 1
melewati kulit 1 sama dengan energi per detik P2 melewati kulit 2, dari kedua
persamaan terakhir kita dapatkan:
4πd12I1 = 4πd22I2
𝑑1 2
𝐼2 = 2 𝐼1
𝑑2
Persamaan diatas menunjukkan bahwa intensitas I2 adalah kuadrat dari jarak d2 dari
sumber. Demikian intensitas menurut hukum invers kuadrat sama dengan hukum
invers kuadrat gravitasi..

6. Interferensi: Layangan

Interfernsi adalah terjadinya penguatan atau pelemahan simpangan gelombang


karena muncul gelombang yang lain pada tempat yang sama. Simpangan gelombang
yang dihasilkan merupakan superposisi gelombang asal dan gelombang lain.

Simpangan total yang dihasilkan bergantung pada fase masing-masing gelombang.


Jika di sutu titik gelombang-gelombang tersebut memiliki fase yang sama maka
terjadi penguatan simpangan di titik tersebut. Sebaliknya jika dua gelombang
memiliki fase berlawanan pada suatu tiik maka simpangan gelombang tersebut
saling melemahkan. Jika dua gelombang memiliki frekuensi, panjang gelombang, dan
amplitudo yang sama maka dua gelombang yang memiliki fase berlawanan
menghasilkan simpangan total nol.
(Gambar Interferensi gelombang yang dihasilkan oleh dua sumber.)

Jarak titik pengamatan ke sumber S1 adalah


𝑋1 = √𝐿2 + (ℎ − 𝑑)2
Jarak titik pengamatan ke sumber S2 adalah
𝑋2 = √𝐿2 + (ℎ + 𝑑)2
Simpangan gelombang dari sumber S1 yang sampai di titik pengamatan adalah

Simpangan gelombang dari sumber S2 yang sampai di titik pengamatan adalah

Simpangan total pada titik pengamatan

Dengan

Karena cos−α=cos α, A’ menjadi amplitudo gelombang hasil interferensi. Amplitudo


pada titik pengamatan memiliki nilai paling besar jika
Yang dipenuhi oleh

Atau

Sebaliknya, amplitudo minimum terjadi jika A’ = 0 atau

Yang dipenuhi oleh

Atau

Tampak dari hasil di atas bahwa amplitudo terbesar terjadi jika selisih jarak antara
dua sumber ke titik pengamatan adalah kelipatan bulat dari panjang gelombang.
Pada kondisi ini interfersi dikatakan interferensi konstruktif. Amplitudo minimum
terjadi jika selisih jarak dua sumber ke titik pengamatan adalah kelipatan ganjil dari
setengah panjang gelombang. Pada kondisi ini interfersi dikatakan interferensi
destruktif.

Intensitas gelombang yang dideteksi sebanding dengan kuadrat amplitudo. Dengan


demikian, intensitas gelombang superposisi memenuhi
Gambar dibawah adalah plot intensitas sebagain fungsi. Intensitas berubah
maksimum dan minimun secara periodic.

(Gambar Intensitas gelombang hasil superposisi dua gelombang yang memiliki


amplitudo, frekuensi, dan panjang gelombang yang sama )

Layangan Bunyi

Interferensi gelombang bunyi mempunyai penerapan yang sangat luas dalam bidang
akustik dan musik. Salah satu aplikasi interferensi berupa layangan bunyi. Layangan
adalah fluktuasi intensitas bunyi yang terdengar secara periodik ketika dua
gelombang dengan frekuensi yang sedikit berbeda mengalami interferensi satu sama
lain. Diagram di bawah menggambarkan pola interferensi gelombang yang dihasilkan
dari dua gelombang dengan frekuensi yang hampis sama. Pola layangan
dikarakterisasi sebagai gelombang dengan amplitudo yang berubah pada kelajuan
yang teratur. Dapat diamati bahwa pola layangan beroislasi secara berulang dari
amplitudo nol sampai amplitudo besar, kembali ke amplitudo nol dengan pola yang
sama. Titik interferensi konstruktif (CI) dan intereferensi destruktif (DI) ditandai pada
diagram. Jika interferensi konstruktif terjadi antara dua puncak atau dua lembah,
bunyi nyaring akan terdengar. Hal tersebut berkoresponedensi dengan puncak pada
pola layangan (berwarna hijau). Ketika interferensi destruktif terjadi antara satu
puncak dan lembah bunyi tidak akan terdengar, yang berkorespondensi dengan titik
yang tidak mengalami perpindahan pada pola layangan.

Frekuensi layangan berhubungan dengan laju dimana volume terdengar yang


berosilasi dari volume tinggi ke rendah. Sebagai contoh, jika dua putaran penuh
volume tinggi dan rendah terdengar setiap detik, maka frekuensi layangan sebesar 2
Hz. Frekuensi layangan selalu sama dengan perbedaan frekuensi dua titik yang
berinterferensi menghasilkan layangan. Jika dua gelombang bunyi dengan frekuensi
256 Hz dan 254 Hz dimainkan secara bersamaan, maka frekuensi layangan akan
dideteksi sebesar 2 Hz.
7. Gelombang Bunyi Berdiri
Resonansi

Pada rongga udara, seperti tali bercampur pada kedua yang terakhir, hanya dapat
bervibrasi tentunya pada pertimbangan frekuensi pada karakteristik rongga.
Gelombang berdiri hanya gelombang panjang tertentu dan frekuensi yang tertentu
dapat hadir dalam rongga. Frekuensi dari gelombang ini tergantung pada ukuran dan
bentuk dari rongga, tetapi gelombang ini mudah hanya untuk dikalkulasi untuk rongga
dari geometri yang sangat sederhana.

Pada kasus khusus bahwa rongga silinder dengan panjang L terbuka pada kedua pipa.
Udara berhembus dari salah satu ujung silinder, gelombang yang dihasilkan pada
sepanjang silinder bawah. Jika diameter silinder kecil dibandingkan dengan gelombang
panjang, akan dipantulkan kembali ke silinder ketika menjangkau ujung. Superposisi dari
gelombang sama dengan amplitudo dan frekuensi jalan berlawanan dengan direksi hasil
pola gelombang berdiri. Tekanan tiap ujung adalah campuran tekanan atmosfer karena
ujungya terbuka ke atmosfer. Karena itu hanya gelombang berdiri yang mempunyai
simpul di setiap ujung silinder
(Gambar beberapa gelombang berdiri dalam pipa terbuka. Kurva ditunjukkan dengan tekanan bervariasi
dalam tabung)
Situasi ini identik dengan kedua ujung tali: hanya gelombang berdiri yang mungkin
mempunyai gelombang panjang diberikan oleh:
𝜆𝑛
L=n
2
𝑣 𝑛𝑣
𝑓𝑛 = =
𝜆𝑛 2𝐿
Seperti frekuensi vibrasi, mengandung dasar, f1 = v/2L dan semua harmoni fn = nf1.
Organ pipa dan instrumen angin, tergandung dalam suara manusia, menghasilkan nada
ditetapkan gelombang berdiri dalam rongga. Bagaimanapun, karakteristik frekuensi
adalah hanya deret harmonik jika rongga silinder sempurna terbuka pada kedua
ujungnya. Untuk rongga yang bentuknya berbeda, frekuensinya tidak berbentuk deret
harmonik.

Sebagai contoh, beberapa organ pipa tertutup pada ujung satu dan terbuka pada ujung
yang lain. Seperti pipa yang mempunyai tekanan antinoda pada ujung yang terbuka
karena pertukaran udara.

(Gambar 13.10 Beberapa gelombang berdiri dalam tabung tertutup.Kurva ditunjukkan dengan tekanan
bervariasi dalam tabung).

Karakteristik gelombang berdiri, kemudian mempunyai simpul yang tertutup dan


antinoda yang terbuka. Gambar diatas menunjukkan tiga gelombang berdiri cukup untuk
kondisi ini.
Gelombang ini mempunyai ¼, ¾, 5/4,……, gelombang panjang dalam pipa jadi
𝜆𝑚 4𝐿
L=m =
4 𝑚
Dimana m adalah bilangan ganjil (m = 1, 3, 5, 7,….). Karakteristik frekuensi adalah
𝑣 𝑚𝑣
𝑓𝑚 = =
𝜆𝑛 4𝐿
Frekuensi dasar adalah f1 = v/4L, dimana setengah frekuensi dasar dari pipa terbuka
terdiri dari harmonik ganjil: f1, 3f1, 5f1, ……

Untuk menetapkan gelombang berdiri pada rongga, hanya perlu pada udara dalam
rongga bervibrasi dengan frekuensi mendekati 1 dari karakteristik frekuensi rongga.
Garputala adalah bagian untuk yang dimaksud karena ketika diserang, vibrasi dengan
frekuensi campuran f dan menghasilkan gelombang bunyi dari frekuensi yang sama.
Tetapi, ketika garputala bervibrasi, hanya fraksi kecil dari energi mekanik adalah
transformasi bunyi dan diam berhambur. Akibatnya, vibrasi garputala menghasilkan
intensitas rendah gelombang bunyi.

Jika, vibrasi garputala diletakkan dekat ujung yang terbuka dari rongga akan mempunyai
karakteristik frekuensi mendekati f, fraksi yang luas dari energi mekanik adalah diubah
ke dalam gelombang berdiri amplitudo besar dalam rongga.

Fenomena ini disebut resonansi, demonstrasinya mudah dengan menghubungkan


silinder dengan reservoir air, yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini.

(Gambar sebuah silinder dengan reservoir yang berisi air.


Dengan berbagai macam tinggi reservoir, panjangnya L dari kolom
udara dalam berbagai macam silinder.)

Sebuah vibrasi garpu tala diletakkan di ujung silinder yang tertutup, saat panjang L pipa
terbuka diatur oleh peningkatan dan penurunan reservoir. Ketika panjang pipa tertutup
yang mempunyai karakteristik frekuensi yang sama dengan frekuensi garpu tala,
bunyinya menjadi lebih keras karena resonansi dengan fraksi yang besar dari energi
mekanik garpu tala diubah ke dalam energi bunyi. Instrument tali, seperti gitar dan
biola, mempunyai resonansi rongga dari tali dengan intensitas bunyi. Tentunya,
karakteristik frekuensi rongga tidak sama dengan semua frekuensi yang dimainkan
talinya, tetapi untungnya resonansi dapat terjadi ketika frekuensi yang dikeluarkan f
tidak sama dengan karakteristik frekuensi fn. Ketika vibrasi tali bebas menghasilkan
bunyi dengan amplitudo Ap pada frekuensi f, vibrasi rongga dengan frekuensi yang sama
f dengan amplitudo yang lain Ap’. Perbandingannya
𝐴𝑝 ′
𝑟=
𝐴𝑝
Disebut dengan faktor resonansi. Ketika r lebih besar dari 1, rongga akan
memperkuat bunyinya.

8. Paket Gelombang dan Dispersi


Karakter pulsa gelombang yang membedakannya dengan gelombang perodik
berfrekuensi tunggal adalaj bahwa pulsa mempunyai awal dan akhir, sebalikanya
suatu gelombang harmonik berulang terus-menerus. Untuk mengirim sinyal dengan
gelombang, suatu pulsa yang terdiri dari kelompok gelombang dengan frekuensi
yang berbeda lebih diperlukan ketimbang suatu gelombang harmonik berfrekuensi
tunggal. Kelompok gelombang seperti itu disebut paket gelombang. Ada suatu
hubungan penting antara distribusi frekuensi fungsi harmonik yang membentuk
paket gelombang yang menyatakan pulsa, dan lama waktu pulsa. Jika lama waktu
Δt sangat singkat, rentang frekuensi Δw sangat besar. Hubungan umum antara Δt
dan Δw adalah
Δw Δt ~ a
Dengan cara yang sama, rentang bilangan gelombang Δk dihubungkan dengan lebar
ruang Δx oleh persamaan
Δk Δx ~ 1

9. Refleksi, Refraksi dan Difraksi

Dalam medium homogen, seperti udara dengan kerapatan konstan, gelombang akan
menjalar dengan garis lurus searah berkas. Pada jarak yang jauh dari sumber titik, bagi
suatu bagian kecil muka gelombang dapat didekati dengan suatu bidang, dan berkas-
berkas hampir merupakan garis-garis paralel; gelombang demikian disebut gelombang
bidang. Analogy dua dimensi untuk gelombang bidang adalah gelombang garis, yang
merupakan suatu bagian kecil muka gelombang sirkular atu melingkar yang berada pada
jarak yang sangat jauh dari sumber. Gelombang ini juga dapat dihasilkan dalam tangki
riak dengan suatu sumber garis.

Bila suatu gelombang datang suatu permukaan batas yang memisahkan dua daerah
dengan laju gelombang berbeda maka sebagian gelombang akan dipantulkan dan
sebagian lagi akan ditransmisikan. Ini terjadi misalnya ketika suatu gelombang bunyi di
udara menumbuk suatu permukaaan padat atau cair. Berkas yang terpantul membentuk
sudut dengan garis normal permukaan yang besarnya sama dengan sudut berkas
datang, sebaliknya berkas yang ditransimisikan akan dibelokkan atau enjauh dari garis
normal bergantung apakah laju gelombang dalam medium kedua lebih kecil atau lebih
besar daripada laju gelombang dalam medium datang. Pembelokkan berkas yang
ditransimisikan disebut refraksi atau pembelokkan.

Jumlah energy bunyi yang dipantulkan dari permukaan bergantung pada permukaan
dinding, lantai dan langit-langit datar dapat menjadi pemantulan yang baik. Sebaliknya,
bahan yang kurang keras dan berpori seperti; kain, tirai dan taplak perabot akan banyak
menyerap bunyi datang. Refleksi atau pemantulan gelombang bunyi memainkan suatu
peran penting dalam perancangan ruang perkuliahan, perpustakaan dan auditorium
music. Dalam ruang perkuliahan denagan banyak permukaan pemantulan datar
pembicaraan sulit untuk dimengerti karena banyak gaung yang tiba pada waktu yang
berbeda pada telinga pendengar dan bahan penyerap sering ditempatkan pada dinding
langit untuk mengurangi pemantulan. Sedangkan, pada ruangan konser dilapisi
pemantul yang ditempatkan dibelakang orchestra dan panel- panel pemantulnya
digantung dilangit – langit untuk memanatulkan kemebali ke pendengar.

Penjalaran gelombang berbeda dengan penjalaran aliran partikel. Aliran pertikel yang
mengenai perintang dengan lubang kecil atau celah. Partikel-partikel yang menembus
lubang akan terbatas hanay pada suatu sudut yang kecil. Sedangkan berkas-berkas yang
menyatakan penjalaran gelomabng lingkaran menuju perintang. Setelah melewat
perintang, berkas akan membelok melengkungi pinggir-pinggir lubang kecil tersebut.
Pembelokkan berkas ini, yang hingga batas tertentu selalu terjadi ketika sebagian muka
gelombang dibatasi , maka pada peristiwa ini disebut difraksi.
Difraksi
Difraksi adalah penyebaran arah rambat gelombang ketika melewati celah yang
sempit. Peristiwa difraksi adalah konsekukuensi dari prinsip Huygens. Ketika
gelombang masuk ke celah sempit, maka tiap titik pada celah berperan sebagai
sumber gelombang baru dengan arah rambat radial. Gelombang yang
melewati celah merupakan hasil superposisi gelombang-gelombang baru pada
celah. Jika ukuran celah cukup kecil, maka muka gelombang yang melewati pelat
mendekati bentuk bola atau lingkaran. Makin lebar ukuran celah maka makin kecil
efek penyebaran muka gelombang yang melewati celah.

10. Efek Doppler


Ketika pesawat tempur sedang latihan dan kebetulan kalian menontonya, kalian
akan mengalami fenomena berikut ini.
i. Suara pesawat menggemuruh kencang ketika pesawat bergerak dari jauh
mendekati ke arah kalian. Bunyi gelegas luar biasa kalian dengar bukan?
ii. Tetapi ketika pesawat telah melintas di atas kepala kalian dan terbang menjauh,
suara pesawat terdengar pelan walalupun lokasinya belum terlalu jauh dari kalian.
Mengapa bisa terjadi perbedaan suara tersaebut? Bukankan mesin penghasil
suara tetap itu-itu juga? Jadi, ada efek arah gerak terhadap suara yang dihasilkan
mesin pesawat. Dan memang benar, gerakan sumber suara atau gerak pendengar
memiliki efek pada frekuensi yang didengar. Fenomena ini disebut
efek Doppler.

Efek Doopler dapat dipahami sebagai berikut.


a. Kasus I: Sumber suara dan pengamat tidak bergerak
Sumber mengelurkan suara dengan panjang gelombang λ ke segala arah. Di
sekeliling sumber terbentuk pola kompresi udara dengan jarak λ satu dengan
lainnya. Pendengar yang diam di sekitar sumber akan mendengar bunyi dengan
panjang gelombang λ. Jika kecepatan rambat gelombang di udara adalah v maka
frekuensi yang didengar pendengar adalah
𝑣
𝑓=
𝜆
yang persis sama dengan frekuensi yang dihasilkan sumber bunyi.

(Gambar Pola kompresi udara yang dihasilkan di sekitar sumber yang diam.)

b. Kasus II: Pengamat mendekati sumber gelombang yang tidak bergerak Sumber
mengeluarkan suara dengan panjang gelombang λ ke segala arah. Di sekeliling
sumber terbentuk pola kompresi udara dengan jarak λ satu dengan lainnya.

(Gambar Pendengar menerima puncak gelombang berikutnya setelah bergerak menuju


ke arah sumber bunyi)
Jika pendengar diam maka ia menangkap dua pincak gelombang dalam selang waktu T.
Namun, jika pengamat bergerak mendekati sumber dengan laju u, maka setelah
menerima satu puncak, pengamat tidak perlu menunggu waktu T untuk menerima
puncak berikutnya. Pendengar menerima puncak berikutnya setelah selang waktu T’ yang
lebih pendek dari T.

i. Mula-mula pendengar menerima puncak gelombang.


ii. Gelombang bergerak ke kanan dan pengamatan bergerak ke kiri.
iii. Puncak berikutnya diterima pengamat setalah selang waktu T’.
iv. Selama selang waktu T’
Gelombang sudah berpindah sejauh: vT’
Pengamat sudah berpindah sejauh : uT’
v. Pengamat menerima puncak berikutnya jika terpenuhi
vT '+uT '= λ
atau

Tetapi T ' = 1/ f ' dan λ = v / f sehingga

atau

c. Kasus III: Pengamat menjauhi sumber gelombang yang tidak bergerak


Sumber mengeluarkan suara dengan panjang gelombang λ ke segala arah. Di
sekeliling sumber terbentuk pola kompresi udara dengan jarak λ satu dengan
lainnya. Jika pendengar diam maka ia menangkap dua puncak gelombang dalam
selang waktu T. Namun, jika pengamat bergerak menjauhi sumber dengan laju u,
maka setelah menerima satu puncak, pengamat harus menunggu selama waktu
T’ untuk menerima puncak berikutnya. Selang waktu T’ lebih panjang dari T
karena gelombang mengejar pengamat.

(Gambar Pendengar menerima puncak gelombang berikutnya setelah bergerak


menjauhi arah sumber bunyi.)
i. Mula-mula pendengar menerima puncak gelombang.
ii. Gelombang bergerak ke kanan dan pengamatan juga bergerak ke kanan.
iii. Selama selang waktu T’
Gelombang sudah berpindah : vT’
Pengamat sudah berpindah sejauh : uT’
iv. Pengamat menerima puncak berikutnya jika terpenuhi
vT '−uT '= λ
atau

Tetapi T ' = 1/ f ' dan λ = v / f sehingga

Atau

d. Kasus IV: Sumber gelombang bergerak mendekati pengamat yang diam


Misalkan sumber bunyi bergerak ke kanan dengan laju w. Sumber bunyi mengeluarkan
puncak pertama. Jika sumber tidak bergerak maka puncak kedua dilepaskan
setelah puncak pertama meninggalkan sumber bunyi sejauh λ. Tetapi karena sumber
bunyi bergerak, maka puncak pertama dikejar oleh sumber bunyi. Oleh karena itu saat
mengeluarkan puncak kedua, jarak sumber bunyi ke puncak pertama yang telah
dilepaskan sebelumnya lebih pendek daripada λ. Dengan demikian, panjang gelombang
di depan sumber bunyi menjadi lebih pendek, yaitu λ’ dengan λ’ < λ.

(Jarak puncak gelombang di depan sumber bunyi lebih rapat.)

Selang waktu dilepaskan puncak kedua setelah pelepasan puncak pertama adalah T
(periode sumber bunyi).
Selama selang waktu ini:
Puncak pertama telah bergerak sejauh : λ
Sumber bunyi telah bergerak mengikuti puncak pertama sejauh : wT
Jarak puncak pertama dan kedua menjadi : λ'
Tampak dari Gambar diatas bahwa
λ'= λ − wT
Dengan menggunakan hubungan: λ' = v / f ' , λ = v / f , dan T = 1/ f kita mendapatkan

e. Kasus V: Sumber gelombang bergerak menjauhi pengamat yang diam


Sumber bunyi mengeluarkan puncak pertama. Jika sumber tidak bergerak maka
puncak kedua dilepaskan setelah puncak pertama meninggalkan sumber bunyi
sejauh λ. Tetapi karena sumber bunyi bergerak menjuhi pengamat, maka puncak kedua
dilepaskan setelah sumber bunyi bergerak berlawanan dengan arah gerak sumber
pertama. Oleh karena itu saat mengeluarkan puncak kedua, jarak sumber bunyi ke
puncak pertama yang telah dilepaskan sebelumnya lebih jauh daripada λ. Dengan
demikian, panjang gelombang di belakang sumber bunyi menjadi lebih panjang, yaitu λ’
dengan λ’ >λ.

( Jarak puncak gelombang yang dihasilkan sumber bunyi yang menjauhi pengamat lebih
renggang)
Selang waktu dilepaskan puncak kedua setelah pelepasan puncak pertama adalah T
(periode sumber bunyi).
Selama selang waktu ini:
Puncak pertama telah bergerak sejauh :λ
Sumber bunyi telah bergerak menjauhi puncak pertama sejauh : wT
Jarak puncak pertama dan kedua menjadi : λ'
Tampak dari Gambar diatas bahwa
λ'= λ + wT
Dengan menggunakan hubungan: λ' = v / f ' , λ = v / f , dan T = 1/ f kita mendapatkan

f. Kasus VI: Sumber gelombang beserta pengamat bergerak


Dalam kondisi umum di mana sumber gelombang dan pengamat bergerak maka
frekuensi yang didengar pengamat adalah

dengan f frekuensi yang dikeluarkan sumber bunyi, f’ frekuensi yang dideteksi


pengamat, v :kecepatan rambat gelombang, u kecepatan pengamat, w kecepatan
sumber gelombang.Yang perlu diingat
Suku di pembilang untuk pengamat
Suku di penyebut untuk sumber gelombang
Urutan tanda sebagai berikut

( Urutan frekuensi gelombang adalah pencerminan (plus, minus, minus, plus)


Pada Gambar diatas,tanda sebelah atas untuk saling mendekati dan tanda sebelah
bawah untuk saling menjauhi.

g. Kasus VII Medium perambatan gelombang bergerak menuju pendengar


Pada kasus ini kita anggap sumber gelombang dan pendengar diam, tetapi medium
tempat perambatan gelombang bergerak dari arah sumber menuju pendengar.
Jika medium tidak bergerak, maka pengamat mendeteksi dua puncak dalam selang
waktu T (sama dengan periode sumber gelombang). Karena medium bergerak ke arah
pengamat, maka selang waktu terdeteksinya dua puncak menurut pengamat menjadi
lebih pendek. Selang waktu tersebut adalah T’ yang memenuhi
(v + o)T '= λ
Atau

Dengan menggunakan hubungan f ' = 1/ T ' dan λ = v / f maka frekuensi gelombang


yang dideteksi pendengar adalah

h. Kasus VIII Medium perambatan gelombang bergerak menjauhi pendengar


Jika medium tidak bergerak, maka pengamat mendeteksi dua puncak dalam selang
waktu T (sama dengan periode sumber gelombang). Karena medium bergerak menjauhi
pengamat, maka selang waktu terdeteksinya dua puncak menurut pengamat menjadi
lebih panjang karena gerakan gelombang dilawan oleh gerakan medium. Selang waktu
tersebut adalah T’ yang memenuhi
(v − o)T '= λ
Atau

Dengan menggunakan hubungan f ' = 1/ T ' dan λ = v / f maka frekuensi gelombang


yang dideteksi pendengar adalah

i. Kasus IX: Sumber gelombang, pengamat, dan medium perambatan gelombang bergerak
Dalam kondisi umum di mana sumber gelombang, pengamat, maupun medium
bergerak maka frekuensi yang didengar pengamat adalah

dengan f frekuensi yang dikeluarkan sumber bunyi, f’ frekuensi yang dideteksi


pengamat, v kecepatan rambat gelombang, u kecepatan pengamat, w kecepatan
sumber gelombang, o kecepatan medium.
Referensi
http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-drengmikra-30581-5-pagesfr-5.pdf
http://marno.lecture.ub.ac.id/files/2012/06/Gelombang-bunyi.pdf
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/196302071991031-
WASLALUDDIN/GGO3_%5BCompatibility_Mode%5D.pdf
http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-drengmikra-30581-5-pagesfr-5.pdf
Paul A. Tipler,alih bahasa, Lea Prasetio, Rahmad W.Adi,”Fisika Untuk Sains dan Teknik” , Edisi
3,Cetakan 3. .1998.Jakarta:Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai