DAFTAR ISI...............................................................................................................................1
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Tujuan dari dilakukannya percobaan interferensi gelombang bunyi yaitu, dapat
dibuktikannya adanya sifat interferensi pada gelombang bunyi dengan diamatinya pola
difraksi dua celah dan dapat ditentukannya posisi per orde gelap dan terang dari hasil
interferensi gelombang bunyi.
2
dihasilkan oleh jenis gelombang ini sekitar < 20 Hz. Gelombang audiosonik merupakan
gelombang yang dapat ditangkap oleh gendang telinga manusia. Hal tersebut
dikarenakan frekuensi yang dihasilkannya berada pada rentang 20 Hz – 2 kHz. Adapun
gelombang ultrasonik merupakan gelombang yang hanya dapat didengar oleh hewan
seperti kelelawar. Hal ini dikarenakan gelombang ultrasonik memiliki frekuensi yang
sangat tinggi, yang mana sekitar > 20 kHz. Frekuensi dan periode gelombang dapat
dicari menggunakan persamaan (1.1) berikut,
t
T= ...(1.1)
n
(Setiawan et al, 2023)
n
F= ...(1.2)
t
(Setiawan et al, 2023)
4
sinar insiden. Analisa polarisasi sinar insiden sebenarnya cukup mudah, tetapi suatu saat
bisa saja menjadi rumit. Proses pemfokusan tersebut menghasilkan hasil yang acak dan
rumit sehingga hasil deformasi titik fokusnya sulit dimengerti. Karena kerumitan
tersebut, jadi komponen polarisasi disederhanakan menjadi rangkaian celah ganda agar
hasil interferensinya menjadi sangat jelas (Zhang & Xiao, 2021).
Interferensi diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu, interferensi konstruktif,
interferensi destruktif, dan interferensi dengan perbedaan fase lainnya. Interferensi
konstruktif atau yang biasa disebut dengan interferensi membangun terjadi ketika
terdapat dua gelombang elektromagnetik monokromatik memiliki fase yang sama atau
beberapa fase dari 2π. Kemudian, foton dari masing-masing gelombang bersuperposisi
dan menggabung menjadi satu. Bila foton keduanya memiliki fase yang sama dan
momentumnya menjadi dua kali lipat yang akhirnya menjadikan amplitudonya
bertambah menjadi dua kali lipat pula. Interferensi destruktif atau yang biasa disebut
dengan interferensi yang merusak terjadi ketika terdapat dua gelombang
elektromagnetik monokromatik yang beda fasenya berada pada kelipatan π. Dua
gelombang yang memiliki beda fase yang berlawanan 180̊ ini menyebabkan keduanya
saling menghilangkan sehingga amplitudo yang terbentuk menjadi 0 atau hanya garis
lurus. Interferensi dengan perbedaan fasa yang lainnya terjadi saat kedua gelombang
elektromagnetik monokromatik mempunyai beda fase selain 0̊ atau kelipatan
berpotongan. Kedua gelombang memiliki pusat massa yang berbeda tempatnya dengan
momentum sudut yang arahnya berbeda, sehingga menghasilkan amplitudo yang berada
di tengah-tengah, tidak maksimum ataupun minimum (Agarwal, 2016).
5
BAB II
METODOLOGI
6
2.3 Rangkaian Alat
Gambar 2.1 di bawah ini adalah alat dan bahan yang digunakan pada percobaan
dengan topik interferensi gelombang bunyi kali ini.
4 5
6
3
7
7 7
Keterangan:
1. Oscilloscope,
2. Papan difraksi dan celah,
3. Signal Generator,
4. Loudspeaker dan pengait/penyangganya,
5. Microphone dan pengait/penyangganya,
6. Penggaris,
7. Kabel penghubung.
7
Adapun rangkaian alat dan bahan pada saat percobaan langsung adalah sebagai
berikut,
8
BAB III
9
3.1.2 Simulasi
Tabel 3.2 Data Hasil Simulasi
Frekuensi V out Frekuensi V out Frekuens V out
X (m) X (m) X (m)
(Hz) (Volt) (Hz) (Volt) i (Hz) (Volt)
0,1 1,5 0,1 1,33 0,1 0,3
0,08 1,25 0,08 1,25 0,08 0,2
0,06 1,2 0,06 1,2 0,06 0,75
0,04 1 0,04 1 0,04 0,5
0,02 0,75 0,02 0,8 0,02 0,33
3000 0 0,8 5000 0 0,75 7000 0 0,25
- 0,02 0,75 - 0,02 0,8 - 0,02 0,33
- 0,04 1 - 0,04 1 - 0,04 0,33
- 0,06 1,2 - 0,06 1,2 - 0,06 0,5
- 0,08 1,25 - 0,08 1,25 - 0,08 0,5
- 0,1 0,66 - 0,1 0,5 - 0,1 0,33
3.2 Grafik
3.3.1 Percobaan Langsung
3.3.1.1 Frekuensi 3000 Hz
0.7
0.4
0.3
0.2
0.1
0.1
0
-0.3 -0.2 -0.1 0 0.1 0.2 0.3
x (m)
10
3.3.1.2 Frekuensi 5000 Hz
1.2
1 1.1
0.8 0.85
0.825 0.8 0.8
Vout (Volt)
0.675 0.6 0.7
0.46 0.4
0.45 0.4
0.2
0.225
0
-0.3 -0.2 -0.1 0 0.1 0.2 0.3
x (m)
1 1.1
1 1
0.9 0.8 0.9
Vout (Volt)
0.6
0.55
0.5 0.4 0.5
0.4 0.4 0.375
0.2
0
-0.3 -0.2 -0.1 0 0.1 0.2 0.3
x (m)
11
3.3.2 Simulasi
3.2.2.1 Frekuensi 3000 Hz
1.6
1.4 1.5
0.2
0
-0.15 -0.1 -0.05 0 0.05 0.1 0.15
x (m)
0.8 0.8
0.6 0.75
0.5 0.4
0.2
0
-0.15 -0.1 -0.05 0 0.05 0.1 0.15
x (m)
12
3.2.2.3 Frekuensi 7000 Hz
0.8
0.7 0.75
0.6
0.5
0.5 0.5 0.5
Vout (Volt)
0.4
0
-0.15 -0.1 -0.05 0 0.05 0.1 0.15
x (m)
3.3 Pembahasan
3.3.1 Analisa Prosedur
3.3.1.1 Fungsi Alat
Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan interferensi gelombang
bunyi di antaranya yaitu, Loudspeaker, Signal Generator, Oscilloscope,
Universal Microphone, kabel penghubung, pengait dan penyangga Microphone,
papan difraksi dan celah, plat meter atau penggaris, serta aplikasi simulator.
Loudspeaker digunakan sebagai sumber gelombang bunyi pada percobaan ini.
Signal Generator digunakan sebagai penghasil sinyal input pada rangkaian.
Oscillocope digunakan sebagi visualisasi gelombang yang ditangkap oleh
Universal Microphone. Universal Microphone digunakan sebagai penangkap
gelombang bunyi setelah lewat dari celah. Kabel penghubung digunakan sebagai
penghubung antara alat-alat yang digunakan pada rangkaian untuk penghantar
arus dan sinyal. Pengait dan penyangga Microphone digunakan sebagai
penyangga Microphone agar tidak jatuh. Papan difraksi dan celah digunakan
sebagai tempat dilewatinya gelombang bunyi sebelum ditangkap oleh
Microphone. Plat meter atau penggaris digunakan sebagai pengukur skala
pergeseran Microphone. Aplikasi simulator digunakan untuk pengamblan data
simulasi.
14
membentuk grafik yang memiliki puncak tertinggi di posisi 0, kecuali pada grafik
percobaan langsung yang memiliki frekuensi 7000 Hz. Hal tersebut dapat terjadi
karena semakin tinggi frekuensi, maka, akan semakin konstan grafiknya,
kesalahan data yang didapat bisa saja terjadii karena beberapa faktor seperti
kesalahan dalam pembacaan skala dan kondisi ruangan saat pengambilan data
terdapat kebisingan atau adanya suara lain selain dari speaker. Kebisingan tersebut
akan berakibat pada penangkapan gelombang bunyi oleh Microphone terganggu.
Interferensi memiliki hubungan dengan besar frekuensi. Berdasarkan rumus
kecepatan yaitu, v=πf . Diketahui bahwa panjang gelombang berbanding terbalik
dengan frekuensi, di mana semakin tinggi frekuensi, maka, panjang
gelombangnya akan semakin pendek dan bentuknya akan semakin berhimpitan
dan banyak. Semakin tinggi frekuensi, maka, semakin konstan pola dari
gelombang interferensi yang terbentuk. Interferensi ada dua jenis yaitu,
interferensi konstruktif dan interferensi destruktif. Interferensi konstruktif terjadi
bila terdapat dua gelombang monokromatik yang memiliki fase yang sama
bertemu, maka, keduanya akan saling menggabungkan dan dapat dinyatakan
dengan persamaan (3.1) berikut,
d sinθ=mλ ...(3.1)
dengan d adalah lebar celah, m adalah orde interferensi ke- (0, 1, 2, 3, ..) dan λ
adalah panjang gelombang. Interferensi konstruktif dapat digambarkan seperti
pada gambar 3.1,
( 12 ) λ
d sinθ = m+ ...(3.2)
15
dengan d adalah lebar celah, m adalah orde interferensi ke- (0, 1 , 2, 3, ...) dan λ
adalah panjang gelombang. Interferensi destruktif dapat digambarkan seperti pada
gambar 3.2,
16
Contoh aplikasi interferensi gelombang yaitu, pada rangkaian interferometer
akustik. Rangkaian tersebut digunakan untuk mengetahui besar interferensi pada
gelombang bunyi yang melewati pipa dengan jalur 1 dengan panjang lintasannya
konstan atau tetap. Sedangkan pada jalur 2, panjang lintasannya dapat diubah.
Lintasan 2 dapat digeser untuk mendapatkan gelombang sefase pada titik
interferensi, sehingga terjadi interferensi konstruktif. Sedangkan kedua ujungnya
digeser, sehingga gelombang melewati lintasan 2 akan memiliki gelombang yang
selisih setengah panjang gelombang dari gelombang yang melewati lintasan 1. Hal
tersebut dapat menyebabkan terjadinya interferensi destruktif.
17
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah dilakukannya percobaan interferensi gelombang bunyi, praktikan dapat
mencapai tujuan dari dilakukannya percobaan ini. Sifat interferensi pada gelombang
bunyi dibuktikan dengan diamatinya pola difraksi dua celah, di mana interferensi
dihasilkan dari perpaduan gelombang baru yang dihasilkan dari gelombang bunyi yang
telah melewati celah dan menghasilkan peristiwa difraksi yang terlihat dari grafik yang
berbentuk bukit dan lembah. Diketahui bahwa interferensi konstruktif merupakan dua
gelombang yang memiliki fase yang sama, sehingga saling membangun. Sedangkan
interferensi destruktif merupakan interferensi yang terjadi ketika dua gelombang yang
memiliki fase yang berlawanan bertemu, sehingga saling menghilangkan.
4.2 Saran
Sebelum dilaksanakannya praktikum, praktikan lebih baik untuk membaca dan
memahami materi praktikum, sehingga praktikum nanti dapat berjalan dengan
maksimal. Serta praktika diharapkan lebih teliti dalam pengambilan data agar data yang
didapatkan semakin mendekati akurat.
18
DAFTAR PUSTAKA
Baek, J., Kang, B., Rhyou, C. & Lee, H. (2021) “Effect of the sound speed mismatch between
fluuid and channel on the particle alignment in a standing surface acoustic wave
device”, Sensors and Actators;B. Chemical 346 ; 1-9.
Muhammad, Z., & Dahuwa, D. (2017) “A Riview of the Pprinciples and Applications of
Sound Wave”, Journal of Applied Physics (6)9 ; 48-61.
Muldrisnur. (2016) “Optimasi celah pita optik opal dan core shell opal”, Jurnal Ilmu Fisika
8(1) ; 52-59.
Sarah, S. (2015) “Spektrum Bunyi Alat Musik Kentong Berdasarkan Variasi Jumlah
Gelombang”, Jurnal Teknologi Technoscientia (7)2 ; 150-156.
Setiawan, F. B., Prasetyo, D.D., & Pratomo, L.H. (2023) “Design of Audiosonic Frequency
Wave Theraphy Tool with Arduino Mega-Based Spectrum Analyzer Monitoring”,
Jurnal Ilmiah Teknik Elektro 10 ; 33-38.
Silva, A. A. (2017) “Determining the speed of sound in the air by sound wave interference”,
European Journal of Physics 38 ; 1-8.
Zhang, B. & Xiao, T. (2021) “Interferent Polarized Focus Profiles with Double-Slit
Interference”, Optic-International Journal for Light and Electron Optics 226 ; 2-8.
19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Tujuan dari dilakukannya percobaan difraksi celah tunggal dan celah ganda yaitu,
dapat diamatinya pola yang difraksi pada celah tunggal dan celah ganda, dapat
dibuktikannya bahwa ada sifat difraksi dari berkas sinar sejajar, dan dapat
ditentukannya lebar tiap-tiap celah tunggal maupun ganda.
20
fungsi dari sudut merupakan intensitas. Secara konvensional, setiap bagian celah dapat
dianggap sebagai pemancar gelombang berdasarkan prinsip Hyugens. Pola difraksi akan
dihasilkan oleh semua gelombang tersebut. Interferensi konstruktif dihasilkan saat
puncak bertemu dengan puncak dan interferensi destruktif terjadi ketika puncak bertemu
dengan lembah. Eksperimen celah ganda merupakan demonstrasi bahwa cahaya dan
materi dapat menampilkan karakteristik gelombang dan partikel yang didefinisikan
secara klasik dan dapat menampilkan sifat probabilistic fundamental dari fenomena
mekanika kuantum berdasarkan fisika modern. Sumber cahaya yang koheren seperti
laser, menerangi pelat yang tembus oleh dua celah partikel dan cahaya yang melewati
diamati pada layer di belakang pelat pada dasar percobaan ini. Interferensi yang tidak
diharapkan ketika cahaya terdiri dari partikel klasik dapat dihasilkan oleh sifat
gelombang cahaya (Wu, 2020).
Difraksi merupakan fenomena penting yang interferensinya menjembatani dari
geometri ke optik gelombang dan dari optik gelombang ke mekanika kuantum.
Distribusi sudut dapat dikenali berdasarkan analisis kuantitatif pola difraksi yang
dibentuk oleh urutan intensitas maksimum dan minimum yang didistribusikan secara
simetris terhadap posisi maksimum yang berada pada pusat sistem Lucegrafo digunakan
untuk akuisisi intensitas cahaya dengan posisi melintang (Bonguiorno et al, 2018).
Proses difraksi menurut teori dapat digambarkan dan divisualisasikan dengan
integral difraksi fresnel. Tetapi, integrator difraksi tersebut lumayan cukup rumit dalam
kondisi medan dekat terutama untuk layer difraksi dengan struktur yang kompleks yang
solusi analitisnya hampir tidak mungkin untuk didapatkan sifat dasar gelombang cahaya
di ruang angkasa adalah difraksi, dengan metode perkiraan sebagian besar masalah
praktis dapat ditangani. Masalahnya harus dianalisis dari sesuatu yang lebih umum
untuk dapat memberikan deskripsi matematis dari penyebaran intensitas difraksi
Fraunhofer di bawah kondisi medan yang jauh dan mensimulasikan kondisi
pembentukan difraksi Fraunhofer, untuk difraksi celah tunggal berdasarkan referensi
yang relevan. Sumber dari cahaya celah dengan lebar d, dianggap terdiri dari n sumber
cahaya titik yang berjarak (Xing & Li, 2020).
Cahaya menurut pemahaman sekarang ini menjadi pertimbangan antara teori
partikel dan gelombang. Interferensi gelombang menghasilkan teori gelombang cahaya
yang memiliki pola pinggir menurut percobaan celah ganda klasik. Kemudian,
dilakukan percobaan celah ganda dan pola pinggir tadi dengan metode visualisasi yang
baru, yaitu, dengan divisualisasikan langsung dengan menggunakan metode difraksi,
refleksi (pemantulan), dan refraksi (Dutt et al, 2021).
21
BAB II
METODOLOGI
22
2.3 Rangkaian Alat
Gambar 2.1 di bawah ini adalah alat dan bahan yang digunakan pada percobaan
dengan topik difraksi celah tunggal dan ganda kali ini.
1 8
5 9
6
4
2
Keterangan:
1. Laser He-Ne,
2. Celah tunggal,
3. Celah ganda,
4. Pengait celah,
5. Penyangga pengait celah,
6. Kertas grafik,
7. Plotter XY.
8. Penggaris,
9. Kabel penghubung.
23
Adapun rangkaian alat dan bahan pada saat percobaan langsung adalah sebagai
berikut,
24
BAB III
3.1.2 Simulasi
3.1.2.1 Celah Tunggal
Tabel 3.3 Simulasi Celah Tunggal
Celah L (m) n x (m) d (m)
1 0,017 5,9561 ×10−5
2 0,029 6,98377 ×10−5
A 3 0,041 7,41082 ×10−5
4 0,051 7,94505 ×10−5
5 0,063 8,04178 ×10−5
1 0,009 0,0001125
2 0,014 0,000144646
B 1,6 3 0,019 0,000159877
4 0,025 0,000162017
5 0,031 0,000163334
1 0,004 0,000253121
2 0,007 0,000289283
C 3 0,009 0,000337499
4 0,012 0,000337503
5 0,015 0,000337508
26
3.1.2.2 Celah Ganda
Tabel 3.4 Simulasi Celah Ganda
Celah L (m) n x (m) d (m)
1 0,018 5,62524 ×10−5
2 0,029 6,98377 ×10−5
A 3 0,004 0,000759362
4 0,051 7,94505 ×10−5
5 0,064 7,91633 ×10−5
1 0,009 0,0001125
2 0,014 0,000144646
B 1,6 3 0,002 0,001518721
4 0,025 0,000162017
5 0,031 0,000163334
1 0,008 0,000126562
2 0,014 0,000144646
C 3 0,002 0,001518721
4 0,025 0,000162017
5 0,031 0,000163334
3.2 Perhitungan
3.2.1 Percobaan Langsung
3.2.1.1 Celah Tunggal A
n1 λ √ L2+ x 12 1(632,8× 10−9 ) √ 12 +0,0072 −5
d 1= = =9,04022 ×10 m
x1 0,007
−5
d 2=9,04089× 10 m
d 3=0,000105484 m
d 4 =0,000115082 m
d 5=0,000121733 m
d=
∑ d = 0,00052 =0,00010462 m
n 5
2
|d 1−d| =|9,04022×10−5−0,00010462| =2,0221×10−10 m2
2
2
|d 2 −d| =2,0202 ×10−10 m2
2
|d 3 −d| =7,4239 ×10−10 m2
27
2
|d 4−d| =1,0942× 10−10 m2
2
|d 5 −d| =2,928 ×10−10 m2
√ ∑|d−d|2 =
√
−6
8,07 ×10
δd = =6,35287 ×10−6 m
n ( n−1 ) 5 ( 5−1 )
δd 6,35287 ×10−6
Kr d= × 100 %= ×100 %=6,0722046 %
d 0,00010462
−6
d=d ± δd=0,00010462 ±6,35287 ×10 m
d=
∑ d = 0,00103 =0,00020508 m
n 5
2 2
|d 1−d| =|0,00015820−0,00020508| =2,1973× 10−9 m2
2
|d 2 −d| =4,6879× 10−10 m2
2
|d 3 −d| =3,39 ×10−10 m2
2
|d 4−d| =4,384 × 10−10 m2
2
|d 5 −d| =8,594 × 10−10 m2
δd =
√ ∑|d−d|2 =
n ( n−1 ) √ 4,3 ×10−9
5 ( 5−1 )
=1,4659× 10−5 m
δd 1,4659 ×10−5
Kr d= × 100 %= ×100 %=7,14809 %
d 0,00020508
d=d ± δd =0,00020508 ±1,4659 ×10−5 m
d 1= = =0,000316401 m
x1 0,002
d 2=0,000216403 m
d 3=0,000379685 m
28
d 4 =0,000421874 m
d 5=0,000452011 m
d=
∑ d = 0,00189 =0,0003773 m
n 5
2 2
|d 1−d| =|0,000316401−0,0003773| =3,706 × 10−9 m2
2
|d 2 −d| =3,705 ×10−9 m2
2
|d 3 −d| =5,809 ×10−12 m2
2
|d 4−d| =1,989× 10−9 m2
2
|d 5 −d| =5,586 ×10−9 m2
δd =
√ ∑|d−d|2 =
n ( n−1 ) √ 1,5× 10−8
5 ( 5−1 )
=2,737 × 10−5 m
−5
δd 2,737 ×10
Kr d= × 100 %= ×100 %=7,25688 %
d 0,0003773
−5
d=d ± δd=0,0003773 ±2,737 × 10 m
d 1= = =0,000126562 m
x1 0,005
d 2=0,000140628 m
d 3=0,000146043 m
d 4 =0,000148916 m
d 5=0,000158232 m
d=
∑ d =0,0001441 m
n
2 2
|d 1−d| =|0,000126562−0,0001441| =3,068 ×10−10 m2
2
|d 2 −d| =1,189 ×10−11 m2
2
|d 3 −d| =3,87 × 10−12 m2
2
|d 4−d| =2,342× 10−11 m2
2
|d 5 −d| =3,004 × 10−10 m2
√ ∑|d−d|2 =
√
−10
5,5× 10
δd = =5,22646 ×10−6 m
n ( n−1 ) 5 (5−1 )
δd 5,22646 ×10−6
Kr d= × 100 %= ×100 %=3,62757 %
d 0,0001441
29
d=d ± δd =0,0001441 ±5,22646 ×10−6 m
d=
∑ d = 0,00034 =6,899× 10−5 m
n 5
2
|d 1−d| =|5,753 ×10−5−6,899 ×10−5| =1,313 ×10−10 m2
2
2
|d 2 −d| =5,612 ×10−10 m2
2
|d 3 −d| =1,639 ×10−11 m2
2
|d 4−d| =1,138× 10−11 m2
2
|d 5 −d| =4,107 ×10−11 m2
√ ∑|d−d|2 =
√
−10
2,1× 10
δd = =3,207 ×10−6 m
n ( n−1 ) 5 (5−1 )
δd 3,207 ×10−6
Kr d= × 100 %= ×100 %=4,649 %
d 6,899 ×10−5
−5 −6
d=d ± δd=6,899 ×10 ± 3,207 ×10 m
d=
∑ d = 0,00092 =0,0001838 m
n 5
2 2
|d 1−d| =|0,000126562−0,0001838| =3,279 ×10−9 m2
2
|d 2 −d| =9,119 ×10−12 m2
30
2
|d 3 −d| =3,63 ×10−11 m2
2
|d 4−d| =7,357 ×10−10 m2
2
|d 5 −d| =7,362 ×10−10 m2
√ ∑|d−d|2 =
√
−9
4,8 ×10
δd = =1,5486 ×10−5 m
n ( n−1 ) 5 (5−1 )
−5
δd 1,5486 ×10
Kr d= × 100 %= ×100 %=8,4243 %
d 0,0001838
d=d ± δd =0,0001838 ±1,5486 × 10−5 m
3.2.2 Simulasi
a) Celah Tunggal A
n1 λ √ L2+ x 12 1( 632,8× 10−9 ) √ 1,62 +0,017 2 −5
d 1= = =5,956 × 10 m
x1 0,017
−5
d 2=6,983 × 10 m
−5
d 3=7,4108 ×10 m
d 4 =7,94505 ×10−5 m
−5
d 5=8,0417× 10 m
d=
∑ d = 0,00036 =7,268 ×10−5 m
n 5
2
|d 1−d| =|5,956 × 10−5−7,268 ×10−5| =1,72 ×10−10 m2
2
2
|d 2 −d| =8,051 ×10−12 m2
2
|d 3 −d| =2,054 × 10−12 m2
2
|d 4−d| =4,591 ×10−11 m2
2
|d 5 −d| =5,995 ×10−11 m2
√ ∑|d−d|2 =
√
−10
2,9 ×10
δd = =3,794 ×10−6 m
n ( n−1 ) 5 (5−1 )
δd 3,794 × 10−6
Kr d= × 100 %= × 100 %=5,2209 %
d 7,268 ×10
−5
−5 −6
d=d ± δd =7,268 ×10 ± 3,794 ×10 m
b) Celah Tunggal B
n1 λ √ L + x 1 1( 632,8× 10−9 ) √ 1,62 +0,0092
2 2
d 1= = =0,0001125 m
x1 0,009
31
d 2=0,000144646 m
d 3=0,000159877 m
d 4 =0,000162017 m
d 5=0,000163334 m
d=
∑ d = 0,00074 =0,0001485 m
n 5
2 2
|d 1−d| =|0,0001125−0,0001485| =1,294 ×10−9 m2
2
|d 2 −d| =1,466 ×10−11 m2
2
|d 3 −d| =1,3 ×10−10 m2
2
|d 4−d| =1,834 ×10−10 m2
2
|d 5 −d| =2,208 ×10−10 m2
√ ∑|d−d|2 =
√
−9
1,8× 10
δd = =9,5996× 10−6 m
n ( n−1 ) 5 ( 5−1 )
δd 9,5996 × 10−6
Kr d= × 100 %= × 100 %=6,4655 %
d 0,0001485
−6
d=d ± δd=0,0001485 ± 9,5996 ×10 m
c) Celah Tunggal C
n1 λ √ L2+ x 12 1( 632,8× 10−9 ) √ 1,62 +0,004 2
d 1= = =0,000253121 m
x1 0,004
d 2=0,000289283 m
d 3=0,000337499 m
d 4 =0,000337503 m
d 5=0,000337508 m
d=
∑ d = 0,00155 =0,000311 m
n 5
2 2
|d 1−d| =|0,000253121−0,000311| =3,348 ×10−9 m2
2
|d 2 −d| =4,709× 10−10 m2
2
|d 3 −d| =7,031 ×10−10 m2
2
|d 4−d| =7,033× 10−10 m2
2
|d 5 −d| =7,036 ×10−10 m2
32
√ ∑|d−d|2 =
√
−9
5,9× 10
δd = =1,7217 ×10−5 m
n ( n−1 ) 5 ( 5−1 )
−5
δd 1,7217 ×10
Kr d= × 100 %= ×100 %=5,5365 %
d 0,000311
−5
d=d ± δd=0,000311 ±1,7217 ×10 m
d) Celah Ganda A
n1 λ √ L + x 1 1(632,8× 10−9 ) √ 1,62 +0,0182
2 2
−5
d 1= = =5,6245 ×10 m
x1 0,018
−5
d 2=6,9837 × 10 m
d 3=0,0007593 m
−5
d 4 =7,9450 ×10 m
−5
d 5=7,91633 ×10 m
d=
∑ d = 0,00104 =0,0002088 m
n 5
2
|d 1−d| =|5,6245 ×10−5−0,0002088| =2,327 ×10−8 m2
2
2
|d 2 −d| =1,931 ×10−8 m2
2
|d 3 −d| =3,031 ×10−7 m2
2
|d 4−d| =1,673× 10−8 m2
2
|d 5 −d| =1,681 ×10−8 m2
√ ∑|d−d|2 =
√
−7
3,8 ×10
δd = =0,0001377 m
n ( n−1 ) 5 ( 5−1 )
δd 0,0001377
Kr d= × 100 %= ×100 %=65,945 %
d 0,0002088
d=d ± δd =0,0002088 ± 0,0001377 m
e) Celah Ganda B
n1 λ √ L2+ x 12 1( 632,8× 10−9 ) √ 1,62 +0,0092
d 1= = =0,0001125 m
x1 0,009
d 2=0,000144646 m
d 3=0,0001518721 m
d 4 =0,000162017 m
d 5=0,000163334 m
33
d=
∑ d = 0,0021 =0,0004202 m
n 5
2 2
|d 1−d| =|0,0001125−0,0004202| =9,471×10−8 m2
2
|d 2 −d| =7,595 ×10−8 m2
2
|d 3 −d| =1,207 ×10−8 m2
2
|d 4−d| =6,668 ×10−8 m2
2
|d 5 −d| =6,6 × 10−8 m2
√ ∑|d−d|2 =
√
−6
1,5× 10
δd = =0,000274772 m
n ( n−1 ) 5 ( 5−1 )
δd 0,000274772
Kr d= × 100 %= × 100 %=65384 %
d 0,0004202
d=d ± δd=0,0004202 ±0,000274772 m
f) Celah Ganda C
n1 λ √ L + x 1 1( 632,8× 10−9 ) √ 1,62 +0,0082
2 2
d 1= = =0,000126562 m
x1 0,008
d 2=0,000144646 m
d 3=0,001518721 m
d 4 =0,000162017 m
d 5=0,000163334 m
d=
∑ d = 0,00212 =0,0004231 m
n 5
2 2
|d 1−d| =|0,000126562−0,0004231| =8,791 ×10−8 m2
2
|d 2 −d| =7,75 ×10−8 m2
2
|d 3 −d| =1,2 ×10−8 m2
2
|d 4−d| =6,814 ×10−8 m2
2
|d 5 −d| =6,746 × 10−8 m2
√ ∑|d−d|2 =
√
−6
1,5× 10
δd = =0,000273998 m
n ( n−1 ) 5 ( 5−1 )
δd 0,000273998
Kr d= × 100 %= × 100 %=64,7664 %
d 0,0004231
d=d ± δd =0,0004231 ±0,000273998 m
34
3.3 Screenshot Plot
3.3.1 Percobaan Langsung
3.3.1.1 Celah Tunggal A
35
Gambar 3.4 Plot percobaan langsung celah ganda A
3.3.2 Simulasi
36
3.3.2.1 Celah Tunggal A
37
3.3.2.4 Celah Ganda A
38
3.4 Pembahasan
3.4.1 Analisa Prosedur
3.4.1.1 Fungsi Alat
Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan difraksi celah tunggal
dan celah ganda di antaranya yaitu, sebuah sumber cahaya monokromatik (laser
He-Ne), penyangga, pengait, celah tunggal dan ganda, pemegang celah, layar
proyeksi, penggaris, photodetector, plotter XY, kertas grafik, dan aplikasi
simulator. Sumber cahaya monokromatik (lase He-Ne) digunakan sebagai
penghasil cahaya pada percobaan difraksi dengan panjang gelombang 1λ dan
arahnya ke satu titik. Penyangga dan pengait digunakan sebagai tempat
diletakkannya celah tunggal atau celah ganda saat dilangsungkannya praktikum.
Celah tunggal dan celah ganda digunakan sebagai penghasil pola difraksi pada
layer setelah dilewati oleh cahaya. Pemegang celah digunakan sebagai tempat
diletakkannya celah dan pengatur letak celah pada berkas sinar laser. Layar
proyeksi digunakan sebagai tempat ditangkapnya pola difraksi. Penggaris
digunakan sebagai alat pengukur jarak terang pusat dengan terang ke-n dari pola
difraksi. Photodetector digunakan sebagai pengubah energi cahaya ke energi
listrik. Plotter XY digunakan sebagai pengubah energi listrik ke energi mekanik
agar pola difraksi yang dihasilkan dapat dibentuk dalam bentuk plot grafik.
Kertas grafik digunakan sebagai media dalam penggambaran plot grafik pola
difraksi. Aplikasi simulator digunakan sebagai media pengambilan data
simulasi.
39
ditekan sebanyak dua kali agar dapat ditampilkan atau disembunyikannya lebar
jarak pengait dengan solar sel. Proyeksi depan pola difraksi ditekan sebanyak
dua kali agar dapat ditampilkan atau disembunyikannya penggaris. setelah itu,
axis Y pada Plotter XY diatur pada 1 mV/cm dan waktu diatur pada ≥ 0,1 s/cm
agar dihasilkan pola difraksi dalam bentuk grafik yang jelas. Switch pena ditekan
ke arah pen, tombol power ke arah 1 dan jika, semua rangkaian sudah siap,
tombol switch ditekan ke arah start atau rep agar dapat dimulainya plotting.
Kemudian, button waktu diarahkan ke x untuk dikembalikannya Plotter XY ke
arah semula. Selanjutnya, jarak pengait ke solar sel (L) dan jarak pola terang
masing-masing orde ke terang pusat (x) dicatat sebagai data hasil percobaan.
Setelah itu, kertas grafik yang telah terisi plot ditekan sebanyak dua kali untuk
dimunculkankertas grafik agar dapat dijadikan sebagai gambar hasil percobaan
dan kertas grafik dapat diganti dengan yang baru. Kemudian, saklar lampu
ruangan dimatikan bila diperlukan agar pola difraksi terlihat jelas. Selanjutnya,
beberapa langkah diulang kembali untuk celah tunggal B, C, dan celah ganda A,
B, dan C agar didapat variasi data. Tombol Reset ditekan apabila terjadi crash
pada aplikasi untuk dihindarinya kesalahan atau hambatan dalam pengambilan
data.
40
tersebut menunjukkan hasil dari jarak terang pusat ke teang n, dengan nilai yang
tertinggi atau puncak tertinggi sebagai posisi terang pusat. Perbedaan plot terlihat
pada bentuk antara plot pada celah tunggal dan ganda pada data hasil percobaan
dan simulasi. Plot pada celah tunggal memiliki bentuk yang memiliki puncak di
tengah dan puncak-puncak di bawahnya memiliki jarak yang tidak berdempetan,
sedangkan plot celah ganda berbentuk berhimpitan. Tampilan tersebut disebabkan
oleh pola difraksi yang dihasilkan.
Efek Compton merupakan efek yang menggunakan dasar dari gagasan
Einstein tentang cahay partikel. Efek Compton terjadi ketika terdapat foton yang
datang dan menabrak elektron yang diam pada atom dan menghasilkan hamburan
foton dan elektron. Menurut fisika klasik, gelombang elektromagnetik yang
dihasilkan dari tabrakan pada atom sama panjang gelombangnya dengan
gelombang yang datang. Sedangkan menurut Efek Compton, gelombang yang
dihasilkan dari tabrakan tersebut memiliki panjang gelombang yang berbeda
dengan panjang gelombang datang.
Difraksi Fraunhofer merupakan bentuk difraksi gelombng yang terjadi
ketika gelombang medan dilewatkan melalui celah atay celah yang menyebabkan
hanya ukuran gambar apertur yang diamati berubah karena lokasi pengamatan
medan jauh dan sifat gelombang keluar terdifraksi yang semakin planar melewati
celah. Sedangkan difrasi Fresnel (difraksi medan dekat) merupakan peristiwa
difraksi yang terjadi saat gelombang melewati celah dalam medan dekat dan
menyebabkan pola difraksi yang terbentuk berbeda ukuran dan bentuknya
tergantung pada jarak apertur dan proyeksi.
Aplikasi difraksi dalam kehidupan yaitu photodioda. Photodioda berfungsi
untuk mendeteksi cahaya mulaii dari inframerah, cahaya tampak oleh mata, dan
sinar X. Photodioda bekerja dengan diubahnya cahaya menjadi energi listrik.
Photodioda dapat mengalirkan arus listrik dalam 1 arah saat menyerap atau
menangkap cahaya yang juga termasuk dalam sensor cahaya. Semakin banyak
arus yang mengalir terjadi karena semakin banyak pula cahaya yang diserap.
41
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah dilaksanakannya percobaan ini, praktikan dapat mencapai tujuan dari
percobaan ini. Pola difraksi dari celah tunggal dan celah ganda dapat diamati. Sifat
difraksi dari berkas sinar sejajar dapat dibuktikan dengan sinar melewati celah, maka,
sinar akan mengalami pembelokan oleh celah dan dihasilkanlah pola gelap dan terang di
layar. Lebar celah tunggal dan ganda juga dapat dihitung dari data hasil percobaan dan
simulasi. Lebar celah inilah yang berpengaruh pada sudut pembelokan gelombang.
Semakin besar lebar celah, maka, sudut gelombangnya semakin kecil.
4.2 Saran
Saran bagi praktikum selanjutnya yaitu, diharapkan agar praktikan dapat lebih
memahami topik percobaan dengan membaca dan mempelajari topik sebelum
42
praktikum dimulai. Praktikan juga diharapkan lebih teliti dalam melakukan percobaan
dan pembacaan data.
DAFTAR PUSTAKA
Bach, R., Pope. D., Lious, S. & Batelaan, H. (2013) “Controlled double-slit electron
diffraction”, New Journal of Physics, 15 ; 1-7.
Buongiorno, D.., Michelini, M., Santi, L. & Stefanel, A. (2018) “From one slit to diffraction
grating: optical physics lab by means of computer on-line sensors”, Journal of Physics:
Conference Series, 1076 ; 1-8.
Dutt, S., Dutt, N. & Dutt, A. (2021) “Light Strands: Visualization of Free Space in Double
Slit Diffraction”, International Journal of Physics, 9 ; 197-205.
Wu, E. T. H. (2020) “Single Slit Diffraction and Double Slit Interference Interpreted by
Yangton and Yington Theory”, Journal of Applied Physics, 12 ; 10-16.
Xi, Q. & Li, Y. (2020) “Analysis on Single Slit Diffraction Experiment Based on MATLAB
Simulation”, Journal of Physics: Conference Series, 1622 ; 1-4.
43
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Percobaan dengan topik tetapan planck kali ini dilaksanakan dengan tujuan
diketahuinya pola visual spektrum cahaya yang terbentuk dari rangkaian. Percobaan ini
juga dilakukan dengan tujuan ditentukannya nilai tetapan planck tiap-tiap spektrum
warna lampu mercury.
46
Dalam menentukan nilai tetapan Planck menggunakan metode Light Emitting
Diodes (LEDs) diperlukan rangkaian dengan berbagai peralatan seperti pita konduksi
dan pita valensi.. diperlukan pula LED dengan berbagao warna seperti merah, kuning,
hijau, dan biru, agar kurva karakteristik arus tegangan dengan menggunakan rangkaian
yang sama dapat diturunkan. Kemudian, kemiringan (m) dari masing-masing LED
diperkirakan berdasarkan bagian linear dari kurva karakteristik terhadap tegangan-arus
tadi. Bagian linear tersebut juga berguna dalam memperkirakan nilai n (cegatan)
masing-masing LED. Setelah nilai m dan n ditemukan, nilai Vg (potensi sesuai
tegangan di mana elektron dapat bergabung kembali dengan lubang dari pita valensi)
untuk LED dengan warna yang berbeda-beda dapat diperkirakan. Adapun nilai
konstanta Planck untuk setiap warna LED-nya dapat ditentukan dengan persamaan (1.4)
berikut,
qVg λ
h= ...(1.4)
c
(Checchetti & Alessandro, 2015)
λ
Dengan ialah kebalikan dari frekuensi foton yang dipancarkan, di mana h merupakan
c
tetapan Planck, q merupakan nilai muatan elektron, dan Vg merupakan nilai tegangan
mati (voltage off) yang terdapat pada masing-masing LED yang digunakan (Checchetti
& Alessandro, 2015).
BAB II
METODOLOGI
47
tegangan perangkat konstanta Planck disambungkan ke Amplifier. Setelah itu, lampu
Mercury disambungkan ke Universal Choke. Tombol saklar yang terdapat pada
Universal Choke dan Amplifier dinyalakan, dan Amplifier diatur agar tegangan pada
range 100 dapat diukur. Penutup jendela spektrum selanjutnya digeser. Agar proyeksi
depan dan tombol pengatur posisi photocell dapat dilihat, kaca jendela yang terdapat
pada penutup jendela spektrum ditekan sebanyak dua kali. Adapun agar proyeksi dan
tombol pengatur tersembunyi kembali, kaca jendela dapat ditekan sebanyak dua kali
lagi. Posisi photocell kemudian disesuaikan dengan berkas cahaya yang akan digunakan
sebagai foton. Ketika tombol posisi pohotocell diputar ke kiri atau ke kanan, efek
fotolistrik akan dihasilkan pada photocell. Selama percobaan berlangsung, nilai
tegangan yang terdapat pada Voltmeter 2 harus sama dengan 0. Jika, nilai Voltmeter
tidak sama dengan 0, maka, potensiometer dapat diputar ke kiri atau kanan hingga
tegangan pada Voltmeter 2 sama dengan atau hampir 0. Nilai tegangan Voltmeter 1
selanjutnya dicatat sebagai data tegangan ambang pada hasil percobaan. Apabila selama
percobaan berlangsung terjadi error ataupun crash, tombol Reset yang berada di
sebelah tombol Run dapat ditekan.
48
10
8
5
9
6
3
7
1 2
Keterangan:
1. Voltmeter 1,
2. Voltmeter 2,
3. Amplifier,
4. Lampu Mercury,
5. Universal Choke,
6. Papan rangkaian,
7. Potensiometer,
8. Perangkat konsatanta Planck,
9. Kabel penghubung,
10. Photocell.
Adapun rangkaian alat dan bahan pada saat percobaan langsung adalah sebagai
berikut,
49
Gambar 2.2 Rangkaian alat dan bahan percobaan langsung.
50
BAB III
3.2 Perhitungan
3.2.1 Data Hasil Percobaan Langsung
Warna Kuning
Warna Hijau
v ×e 3,34 × ( 1,6 × 10 )
−19
h= = =8,79 ×10−34 JS
f warna x 6,08× 1014
Warna Biru
51
v ×e 8,86 × ( 1,6 ×10 )
−19
−34
h= = =8,98 ×10 JS
f warna x 6,88× 1014
Warna Violet
Warna Hijau
Warna Turquoise
v ×e 0,294 × ( 1,6 × 10 )
−19
h= = =6,84 ×10−35 JS
f warna x 6,88× 1014
Warna Violet
3.3 Grafik
3.3.1 Grafik Percobaan Langsung
Tabel 3.3 Nilai F dan V pada percobaan langsung
Warna F (Hz) V
Kuning 5,2 ×10 14 1,6
Hijau 5,5 ×10 14 2,55
Turquoise 6,1 ×10 14 3,34
Biru 6,9 ×10 14 3,86
Violet 7,4 ×10 14 4,01
x=6,2 ×10
14
y=3,1
x 1=5,6 x 2=6,5
y 1=2,5 y 2=3,7
53
y a=4 y b=2
y 2 − y 1 3,7−2,5 1,2
h= = = =1,33 e
x2 −x1 6,5−5,6 0,9
y a− y b 4−2
Kr= ×100 %= ×100 %
2y 2×3,1
2
¿ ×100 %=0,323=32 %
6,2
x=6,2 ×10
14
y=0,3
x 1=5,9 x 2=6,6
54
y 1=0,25 y 2=0,35
y a=0,4
y b=0,2
55
C=[ ( 6,2 ×10 ) , 0,3 ]
14
y 2 − y 1 0,35−0,25 0,1
h= = = =0,14 e
x2 −x1 6,6−5,9 0,7
0,2
¿ × 100 %=0,333=33 %
0,6
3.4 Pembahasan
3.4.1 Analisa Prosedur
3.4.1.1 Fungsi Alat
Pada percobaan dengan topik tetapan Planck ini dibutuhkan alat serta
bahan seperti dua buah Voltmeter yang digunakan sebagai Voltmeter 1 dan 2,
kabel penghubung, Amplifier, perangkat konstanta Planck, lampu Mercury,
Universal Choke, potensiometer, serta papan rangkaian. Setiap alat dan bahan
tersebut, terdapat fungsi untuk masing-masing alatnya. Seperti Voltmeter 1 yang
digunakan sebagai alat ukut tegangan yang dihasilkan oleh tiap-tiap spektrum
warna dengan adanya variasi frekuensi. Voltmeter 2 digunakan sebagai alat agar
tegangan yang dihasilkan tiap-tiap spektrum warna pada Voltmeter 1 dapat
dibaca. Hal tersebut dilakukan dengan Voltmeter 2 yang di-ground-kan ketika
selesai dihubungkan ke Amplifier. Kabel penghubung digunakan sebagai
penghubung alat-alat yang digunakan agar alat-alat tersebut dapat digunakan
sesuai dengan fungsinya masing-masing. Amplifier digunakan sebagai penguat
tegangan yang dihasilkan. Papan rangkaian digunakan sebagai tempat, di mana
komponen-komponen percobaan diletakkan agar komponen-komponen tersebut
dapat dirangkai sebagaimana mestinya. Perangkat konstanta Planck digunakan
sebagai tempat, di mana proses fotolistrik pada saat percobaan dilangsungkan.
Lampu Mercury digunakan sebagai sumber spektrum warna yang akan diukur
nilai tetapan Planck untuk tiap-tiap spektrum warnanya. Universal Choke
digunakan sebagai sumber tegangan bagi lampu Mercury agar spektrum warna
dari lampu tersebut dapat diciptakan dan diamati selama percobaan.
Potensiometer digunakan sebgaai variabel agar nilai dari tegangan ambang dapat
ditentukan. Tegangan ambang yang dimaksud yaitu, tegangan yang ditangkap
56
oleh anode dalam photocell ketika, elektron yang ditumbuk foton meski sudah
tereksitasi ditarik kembali ke photocell. Nilai dari tegangan tersebut akan sama
dengan 0 atau dekat dengan 0.
58
tegangan ideal yang didapat untuk tiap spektrum warna dimulai dari warna
kuning, hijau, turquoise, biru, dan violet sebesar 2,1 V, 2,3 V, 2,5 V, 2,8 V, dan
3,1 V. Nilai tegangan rata-rata yang didapat baik pada percobaan langsung
ataupun percobaan simulasi terbilang jauh dari tegangan ideal yang didapat.
Ketidaksesuaian tersebut dapat disebabkan berbagai faktor, namun faktor yang
paling memengaruhi ialah kurangnya ketelitian selama pengamatan dan
pengambilan data. Tak hanya perhitungan, percobaan ini juga membentuk grafik
antara frekuensi ideal tiap spektrum dengan tegangan rata-rata pada setiap
percobaan. Grafik yang dibuat pada percobaan ini digunakan untuk mengetahui
nilai tetapan konstanta Planck dan kesalahan relatif dari perhitungan tersebut.
Pada percobaan langsung, nilai tetapan Planck dari grafik sebesar 2,13 ×10−19 JS
dan pada percobaan simulasi diapatkan nilai tetapan Planck dari grafik sebesar
0,22 ×10−19 JS. Nilai tetapan Planck tersebut menghasilkan nilai Kr masing-
masing percobaan sebesar 32% dan 33%. Jika, nilai tetapan Plank tersebut
dibandingkan dengan nilai tetapan Planck sesuai teori, maka, nilai tetapan Planck
yang didapat terbilang jauh dan tidak sesuai. Sama seperti pada perhitungan data,
ketidaksesuaian tersebut dapat disebabkan berbagai faktor. Namun, faktor yang
paling memengaruhi ialah kesalahan yang terjadi pada praktikan. Seperti
kurangnya ketelitian yang dimiliki praktikan dan kesalahan dalam pencatatan
data.
Dalam menentukan nilai konstanta Planck, pengukuran dengan metode yang
mencakup spektrum radiasi benda hitam tak dapat dipisahkan. Hal ini dikarenakan
Plancl yang menyakini bahwa benda hitam akan memancarkan radiasi secara
terus-menerus. Radiasi benda hitam tersebut terjadi ketika cahaya diserap dan
ditahan benda hitam, yang kemudian mulai memancarkan radiasi ke sekitarnya.
Pancaran radiasi tersebut disebabkan permukaan benda hitam yang dapat
menyerap kalor lebih banyak daripada benda berwarna cerah. Planck
menambahkan, radiasi yang dipancarkan oleh benda hitam akan dipancarkan
secara diskontinu (dalam bentuk paket-paket energi kuanta atau foton). Radiasi
benda hitam dapat diketahui melalui suhu ataupun perubahan ke warna-warna
tertentu.
Pada percobaan kali ini digunakan lampu Mercury sebagai sumber spektrum
warna. Alasan digunakannya lampu Mercury pada percobaan ini dikarenakan
lampu Mercury yang bersifat polikromatik dan pada lampu Mercury terjadi
peristiwa radiasi benda hitam. Sifat polikromatik tersebut dimaksudkan ketika
59
cahaya dipancarkan pada lampu Mercury ia akan membiaskan cahaya tersebut
pada prisma, sehingga muncul berbagai spektrum warna yang terdapat pada lampu
Mercury yang dapat diamati dan nantinya digunakan sebagai data hasil percobaan.
Efek fotolistrik merupakan peristiwa terhamburnya elektron akibat ditabrak
oleh foton. Ketika foton ditembakkan dan mengenai permukaan logam,, elektron
yang terdapat pada logam tersebut akan ditumbuk oleh foton dan elektron-
elektron tersebut akan terlepas dan terhambur ke sekitar. Pada percobaan ini,
peristiwa fotolistrik terjadi pada perangkat konstanta Planck. Dengan foton yang
dihasilkan dari pembiasan spektrum cahaya dengan frekuensi yang berbeda-beda
dari cahaya lampu Mercury. Foton tersebut selanjutnya menumbuk layar potasium
pada photocell dan foton serta elektron yang terhambur akibat tumbukan foton,
dapat ditangkap oleh photocell.
Konsep radiasi benda hitam kerap dihubungkan dengan tetapan konstanta
Planck. Konsep radiasi benda hitam sendiri dapat diterapkan pada berbagai hal.
Salah satunya pada panel surya. Panel surya digunakan untuk menyerap radiasi
dari matahari. Wadah logam berongga yang terdapat pada panel surya dicat
berwarna hitam. Wadah logam tersebut selanjutnya akan memanfaatkan konsep
dari radiasi benda hitam, karena kalor radiasi dari matahari akan diserap oleh
permukaan hitam tersebut dan dihantarkan secara konduksi melalui logam. Kalor
kemudian dibawa menjauh melalui sirkulasi air pada wadah logam. Hal ini
dilakukan agar sistem pemanas air domestik dapat memanasi kolam renang.
60
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah dilakukannya percobaan tetapan Planck, praktikan dapat mencapai tujuan
dari dilakukannya percobaan ini. Pola visual spektrum cahaya yang terbentuk dari
rangkaian dapat diketahui. Nilai tetapan Planck berdasarkan spektrum lampu Mercury
dapat ditentukan, di mana konstanta Planck dapat diketahui dari tegangan yang
dihasilkan oleh alat photocell yang dapat mengubah spektrum cahaya menjadi tegangan
listrik. Dapat diketahui juga bahwa, nilai konstanta Planck berbanding lurus dengan
tegang rata-rata. Tetapi, berbanding terbalik dengan nilai frekuensi spektrum warna.
Grafik yang dihasilkan dari nilai frekuensi dan tegangan rata-rata berbentuk linear.
4.2 Saran
Saran bagi praktikan adalah agar pada praktikum selanjutnya, diharapkan
praktikan sudah membaca dan memahami materi praktikum sebelum praktikum
dilaksanakan agar data dan hasil dari percobaan didapatkan dengan lebih baik lagi.
61
DAFTAR PUSTAKA
Chang, Donald, C. (2017). “Physical interpretation of Planck’s constant based on the Maxwell
theory.” Journal of IOPscience, 26(4), 1-9.
Mangano. Gianpiero., Fedele, Lizzi., & Alberto, Porzio. (2015). “Inconstants Plank’s
contants.” International Journal of Modern Physics A, 30(34), 1-13.
62
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Tujuan dari percobaan dengan topik efek Doppler ini yaitu, agar pengaruh gerak
sumber bunyi terhadap frekuensi, yang diterima oleh pendengar dapat diamati dan
dianalisa. Adapun besar perbandingan antara frekuensi yang diterima oleh pendengar
dengan frekuensi asli sumber didasarkan pada kecepatan gerak sumber bunyi terhadap
pendagar dapat ditentukan. Percobaan ini jua dilakukan dengan tujuan interpretasi dari
efek Doppler dapat dijelaskan oleh praktikan.
63
menuju pendengar atau pengamat. Berdasarkan hal ini efek Doppler dapat dituliskan
secara matematis dalam persamaan (1.1) berikut ini,
v ±vp
f p= ...(1.1)
v ± vs
(Silaban & Jumadi, 2022)
Dengan f p merupakan frekuensi pengamat dan f s merupakan frekuensi sumber suara.
Adapun v berlaku sebagai kecepatan pada ruang hampa atau kecepatan udara pada suatu
medium, di mana v p merupakan kecepatan gerak dari pengamat dan v s merupakan
kecepatan dari sumber suara atau sumber gelombang (Silaban & Jumadi, 2022).
Berdasarkan sumber gelombangnya, efek Doppler diketahui dapat terjadi pada
semua jenis sumber gelombang seperti gelombang suara, gelombang radio, dan
gelombang cahaya. Karena hal ini efel Doppler kerap dijumpai pada berbagai bidang
dan perangkat di sekitar kita tak terkecuali pada bidang di dalam air. Perangkat
ultrasonik yang digunakan di dalam air cenderung memanfaatkan prinsip efek Doppler
dalam penggunaannya. Salah satu perangkat ultrasonik di dalam air yang memanfaatkan
prinsip efek Doppler dalam penggunaanya adalah sonar navigasi Doppler. Sonar ini
memanfaatkan log kecepatan Doppler untuk mengukur kecepatan relatif kapal terhadap
air ataupun dasar laut. Pemanfaatan in kemudian mengindikasikan, bahwa bunyi akan
bergerak dalam kecepatan yang seragam selama berada di dalam air. Sayangnya, asumsi
ini tidak dapat dipercaya, karena kecepatan bunyi di dalam air akan beragam tergantung
dari suhu, tekanan dan bahkan salinitas (fungsi kedalaman air) yang ada di laut. Bahkan
pergeseran Doppler atau efek Doppler menjadi salah satu faktor yang memiju
menurunnya kualitas komunikasi di dalam laut (Tanaka et al, 2019).
Fenomena efek Doppler akan terjadi ketika suatu sumber gelombang bergerak
mendekati atau menjauhi pengamat. Ketika fenomena tersebut diinduksi oleh dinamika
micromotion target atau struktur pada target, maka, fenomena tersebut dinamakan
sebagai Micro-Doppler (M-D). Efek ini kerap digunakan dalam peralatan berbasis radar
seperti perputaran pada roda truk dan rotor sebuah helikopter. Induksi yang terjadi pada
efek M-D disebabkan oleh gerakan relatif antara radar dan targetnya sepanjang arah
LOS (Line-of-Sight). Adapun frekuensi dari pergeseran efek Doppler dapat dituliskan
dalam persamaan (1.2) berikut,
vk
...(1.2)
(2 π )
(Luo et al, 2019)
64
Dengan nilai k yang dapat diketahui melalui persamaan (1.3) di bawah atau berdasarkan
ℏk, di mand ℏ merupakan konstanta (tetapan) Planck yang sejajar dengan tiap-tiap
momentum dari foton gebmbang mikro. Sehingga, pergeseran efek Doppler dan
pergeseran efek M-D, dapat disebut sebagai pergeseran Doppler linear dan pergeseran
Micro-Dopple (M-D) Linear untuk tiap-tiap pergeseran jenis efeknya (Luo et al, 2019).
k =2 π f 0 IC ...(1.3)
(Luo et al, 2019)
Berdasarkan persamaan (1.1), terlihat bahwa efek Doppler merupakan hasil
penurunan dari transformasi Galileo, yang mana hasil penurunan tesebut menjadikan
efek Doppler tidak stabil baik itu pada gelombang cahaya ataupun pada gelombang
bunyi. Agar ketidakstabilan ini dapat diatasi, persamaan dari efek Doppler tersebut
dapat diturunkan menggunakan persamaan Lorentz. Persamaan Lorentz dapat
memprediksi aberasi sudut dari kedua gelombang yaitu, gelombang cahaya dan
gelombang suara (Drake & Purviz, 2014).
Seperti yang telah diketahui, persamaan Lorentz kerap dituliskan dalam
persamaan (1.4). Persamaan Lorentz tersebut digabungkan dengan fase invarian dan
menghasilkan persamaan (1.5). Dengan menggunakan kerangka sisa media, persamaan
(1.5) akan berubah menjadi persamaan (1.6). Adapun efek relativistik Doppler yang
didapatkan dapat ditulis dalam persamaan (1.7). Dengan mengeliminasi f m yang
terdapat pada persamaan (1.7), maka, bentuk persamaan untuk frekuensi pengamat efek
Doppler berdasarkan penurunan transformasi Loritz dapat diketahui melalui persamaan
(1.8) di bawah ini,
1
γ≡
√ 1−
v2
c
2
...(1.4)
'
f =γ 1− ( vT up
u2 p
f ) ...(1.5)
f r=f m 1−
( v Tr u
u2 p ) γr ...(1.6)
( )
T
ve u
f c =f m 1− γe ...(1.7)
u2 p
(Drake & Purvis, 2014)
65
f r=
√ 1−
v2 e 2
c
2 (
u p−v Tr u )
...(1.8)
√
2
v r 2
1− 2 ( u p−v e u )
T
c
(Drake & Purvis, 2014)
(Drake & Purvis, 2014)
BAB II
METODOLOGI
67
1 2
4
10 10
8
7
3
8
5
9
6
Keterangan:
1. Digital Counter 1,
2. Digital Counter 2,
3. Loudspeaker,
4. Signal Generator,
5. Universal Microphone,
6. Control Rotor,
7. Rotor,
8. Sensor,
9. Jalur rel,
10. Kabel penghubung.
Adapun rangkaian alat dan bahan pada saat percobaan langsung adalah sebagai
berikut,
68
Gambar 2.2 Rangkaian alat dan bahan percobaan langsung.
BAB III
69
4 9,57 7133 9,54 7045
5 9,56 7133 9,58 7113
3.2 Perhitungan
3.2.1 Perhitungan Percobaan
Pendengar bergerak dan sumber diam
S = 0,2 meter ││Vu=340m/s
Tabel 3.3 Analisa data ketika pendengar bergerak dan sumber diam
mendekat menjauh
no ݂ ሺݖ ܪሻ
ݐା ݂ା ܸ ݂ା ିݐ ݂ି ܸ ݂ି
1 4,56 12100 0,04386 4,99 9500 0,04008
2 4,7 5100 0,042553 5,37 4500 0,037244
3 3000 4,73 4500 0,042283 3000,39 4,14 4400 0,048309 2999,63
4 4,28 4900 0,046729 4,39 4600 0,045558
5 4,26 5000 0,046948 5,16 4600 0,03876
1 4,61 5000 0,043384 4,54 3900 0,044053
2 3,9 9700 0,051282 4,36 4800 0,045872
3 5000 3,99 4800 0,050125 5000,68 3,91 9500 0,051151 4999,32
4 5,18 8200 0,03861 4,37 7000 0,045767
5 4,04 5400 0,049505 4,53 5000 0,04415
Mendekat
s 0.2
vp1= = =0.044 m/ s
t 1 4,56
s 0.2
vp2= = =0.042 m/s
t 2 4,7
70
s 0.2
vp3= = =0.042 m/s
t 3 4,73
s 0.2
v p 4= = =0.046 m/s
t 4 4,28
s 0.2
vp5= = =0.047 m/ s
t 5 4.26
s 0.2
vp6= = =0.043 m/s
t 6 4.61
s 0.2
vp7= = =0.051 m/s
t 7 3.9
s 0.2
v p 8= = =0.050 m/s
t 8 3,99
s 0.2
v p 9= = =0.038 m/s
t 9 5.18
s 0.2
v p 10= = =0.049 m/s
t 10 4.04
Menjauh
s 0.2
vp1 = = =0.040 m/s
t 1 4,99
s 0.2
vp2= = =0.037 m/s
t 2 5,37
s 0.2
vp3= = =0.048 m/ s
t 3 4,14
s 0.2
v p 4= = =0.045 m/s
t 4 4,39
s 0.2
vp5 = = =0.038 m/s
t 5 5,16
s 0.2
vp6 = = =0.044 m/s
t 6 4,54
s 0.2
vp7 = = =0.046 m/s
t 7 4,36
s 0.2
v p 8= = =0.051 m/ s
t 8 3,91
s 0.2
v p 9= = =0.049 m/ s
t 9 4,37
s 0.2
v p 10= = =0.044 m/s
t 10 4,53
71
Σ v pn
v p=
n
Mendekat (3000 Hz)
0.044+0,042+0,042+ 0,046+0,047
v p=¿ =0.044 m/s
5
Mendekat (5000 Hz)
0.04+0,037 +0,048+0,045+0,038
v p=¿ =0.042m/ s
5
Menjauh (3000 Hz)
0.043+0,051+0,05+0,038+ 0,049
v p=¿ =0.046 m/s
5
Menjauh (5000 Hz)
0.044+0,046+ 0,051+0,045+0,044
v p=¿ =0.046 m/s
5
f0 = 3000 Hz (mendekati)
√
2
Σ |v s−v s|
δ p=
n ( n−1 )
=
√ 2,0073−05
20
= 1,0018-06 m/s
v p =v p ± δ p =( 0.044 ±1,0018−06) m/ s
δp 1,0018−06
Kr v p= 100 %= 100 %=2.25 %
vp 0.044
f
( )
+¿=f 0 1 +
vp
vu (
=3000 1 +
0.044
340 )=3000.39 ¿ Hz
f0 = 5000 Hz (mendekati)
√
2
Σ |v s−v s|
δ p=
n ( n−1 )
=
√ 1,1697−04
20
= 2,41-03 m/s
72
v p =v p ± δ p =( 0.042± 2,41−03)m/s
δp 2,41−03
Kr v p= 100 %= 100 %=5 %
vp 0.042
f
( )
+¿=f 0 1−
vp
vu (
=5000 1−
0.042
340 )
=5000.68 Hz ¿
f0 = 3000 Hz (menjauh)
√
2
Σ |v s−v s|
δ p=
n ( n−1 )
=
√ 8,92−06
20
= 2.11-03 m/s
v p =v p ± δ p =( 0.046± 2.11−03)m/s
δp 2.11−03
Kr v p= 100 %= 100 %=5 %
vp 0.046
f
( )
+¿=f 0 1 +
vp
vu (
=3000 1 +
0.046
340 )=2999,63 Hz ¿
f0 = 5000 Hz (menjauh)
√
2
Σ |v s−v s|
δ p=
n ( n−1 )
=
√ 3,36−05
20
= 1,29-03 m/s
v p =v p ± δ p =( 0.046± 1,29−03)m/s
δp 1,29−03
Kr v p= 100 %= 100 %=2 %
vp 0.046
f
( )
−¿=f 0 1−
vp
vu (
=5000 1−
0.046
340 )
=4999.32 Hz ¿
73
mendekat menjauh
no ݂ ሺݖ ܪሻ
ݐା ݂ା ܸ ݂ା ିݐ ݂ି ܸ ݂ି
1 9,52 2038 0,047269 9,56 1965 0,047071
2 9,5 2038 0,047368 7,17 2000 0,062762
3 2000 9,48 2033 0,047468 2000,98 7,11 1998 0,063291 1999,68
4 9,5 1965 0,047368 9,48 2035 0,047468
5 9,43 2029 0,04772 9,46 2035 0,047569
1 9,56 7123 0,047071 9,55 7043 0,04712
2 9,5 7117 0,047368 9,55 7053 0,04712
3 7000 9,57 7132 0,047022 7000,98 9,53 7043 0,047219 6999,03
4 9,57 7133 0,047022 9,54 7045 0,04717
5 9,56 7133 0,047071 9,58 7113 0,046973
f0 = 2000 Hz (mendekati)
s −1
v sn = =… m s
t ❑n
s 0.45
v s 1= = =0.047 m/s
t 1 9.52
s 0.45
v s 2= = =0.047 m/s
t 2 9.5
s 0.45
v s 3= = =0.047 m/ s
t 3 9.48
s 0.45
v s 4= = =0.047 m/ s
t 4 9.50
s 0.45
v s 5= = =0.047 m/s
t 5 9.43
Σ v pn 0.047+ 0,047+0,047+ 0,047+0,047
v S= = =0.047 m/ s
n 5
√
2
Σ|v s −v s|
δ s=
n ( n−1 )
=
√ 1,19−03
20
= 7,7-03 m/s
vU 340
f0 = 7000 Hz (mendekati)
s −1
v sn = =… m s
t ❑n
74
s 0.45
v s 1= = =0.047 m/s
t 1 9,56
s 0.45
v s 2= = =0.047 m/s
t 2 9.5
s 0.45
v s 3= = =0.047 m/ s
t 3 9.57
s 0.45
v s 4= = =0.047 m/ s
t 4 9.57
s 0.45
v s 5= = =0.047 m/ s
t 5 9.56
Σ v Sn 0.047+0.047+ 0.047+0.047+0.047
v S= = =0.047 m/s
n 5
√
2
Σ|v s −v s|
δ s=
n ( n−1 )
=
√ 8,53−03
20
= 6,5-05 m/s
vU 340
f0 = 2000 Hz (menjauh)
s −1
v sn = =… m s
t ❑n
s 0.45
v s 1= = =0.047 m/s
t 1 9.56
s 0.45
v s 2= = =0.062 m/s
t 2 7,17
s 0.45
v s 3= = =0.063 m/s
t 3 7,11
s 0.45
v s 4= = =0.047 m/ s
t 4 9.48
s 0.45
v s 5= = =0.047 m/ s
t 5 9.46
Σ v pn 0.047+ 0,062+ 0,063+0.047+0.047
v S= = =0.053 m/s
n 5
75
√
2
Σ|v s −v s|
δ s=
n ( n−1 )
=
√ 2,94−04
20
= 3,33-03 m/s
vU 340
f0 = 9000 Hz (menjauh)
s −1
v sn = =… m s
t ❑n
s 0.45
v s 1= = =0.047 m/s
t 1 9.55
s 0.45
v s 2= = =0.047 m/s
t 2 9.55
s 0.45
v s 3= = =0.047 m/s
t 3 9.53
s 0.45
v s 4= = =0.047 m/s
t 4 9.54
s 0.45
v s 5= = =0.047 m/ s
t 5 9.58
Σ v Sn 0.047+0,047+ 0,047+0,047+0,047
v S= = =0.047 m/s
n 5
√
2
Σ|v s −v s|
δ s=
n ( n−1 )
=
√ 1,7−03
20
= 4,12-05 m/s
−4
v S=v S ± δ S=( 0,047 ± 4,12−05 ) 10 m/s
δS 4,12−05
Kr v S = 100 %= 100 %=0.09 %
vS 0,047
f f0 7000
−¿=
v
=
1 + s 1+
0,047
=6999,03 Hz ¿
vU 340
3.3 Pembahasan
3.3.1 Analisa Prosedur
76
3.3.1.1 Fungsi Alat
Pada percobaan kali ini digunakan alat serta bahan seperti, kabel
penghubung, Digital Counter 1 dan 2, Loudspeaker, Signal Generator,
Universal Microphone, Control Rotor, Rotor, Sensor, serta jalur rel. Adapun
fungsi dari tiap-tiap alat dan bahannya antara lain, kabel penghubung digunakan
sebagai penghubung tiap alat yang digunakan pada percobaan kali ini, sehingga
tiap-tiap alatnya dapat difungsikan dengan sebagaimana mestinya. Digital
Counter 1 digunakan sebagai timer ketika sumber suara bergerak (saat simulasi)
ataupun ketika pengamat yang bergerak (saat percobaan langsung). Digital
Counter 1 digunakan agar lama waktu yang dihabiskan ketika pengamat didekati
sumber atau sumber suara didekati pengamat dapat diketahui dan data tersebut
nantinya akan digunakan sebagai data hasil percobaan. Digital Counter 2
digunakan sebagai penghitung frekuensi yang dihasilkan oleh sumber ketika
sampai pada pengamat atau sebaliknya. Frekuensi tersebut juga nantinya akan
dicatat dan digunakan sebagai data hasil percobaan. Loudspeaker digunakan
sebagai sumber suara pada percobaan ini dan digunakan sebagai objek yang
akan diamati. Signal Generator digunakan sebagai sumber dari sinyal yang
nantinya dikeluarkan oleh Loudspeaker. Universal Microphone digunakan
sebagai penangkap sinyal yang dihasilkan oleh Loudspeaker, sehingga frekuensi
yang dihasilkan oleh Loudspeaker dapat diketahui dengan Digital Counter 2.
Universal Microphone juga digunakan sebagai pengamat. Control Rotor
digunakan sebagai pengatur kecepatan yang dibutuhkan oleh Rotor ketika rotasi.
Control Rotor juga digunakan sebagai pengatur hidup atau matinya Rotor, yang
berarti Rotor tidak dapat dihidupkan atau dimatikan tanpa adanya Control Rotor.
Rotor digunakan sebagai roda penarik sumber suara ataupun pengamat (sesuai
percobaannya) agar dapat digerakkan sesuai keinginan dalam jangka waktu
tertentu. Sensor digunakan sebagai pemicu Digital Counter 1 agar waktu yang
dibutuhkan sumber suara atau pengamat demi terpenuhinya posisi yang
diinginkan dapat diketahui. Sedangkan jalur rel digunakan sebagai tempat di
mana sumber atau pengamat dapat digerakkan dengan bebas dengan
digunakannya Rotor.
'
f=
( )
v±vp
f
v ± vs 0
...(3.1)
( √ )
2
v v 2
...(3.4)
λ 0=λ s cosθ+ 1− 2 sin θ
c c
79
' c
f =f ...(3.5)
c−v
c
f ' =f ...(3.6)
c +vcosθ
'
f =f 0 ( )
c ± vo
c ± vs
...(3.7)
Pada keadaan sumber bergerak dan pengamat diam, persamaan efek Doppler yang
dapat digunakan ada pada persamaan (3.9), yang mana akan dijelaskan
penurunannya berdasarkan persamaan (3.1) dan (3.8). karena pengamat diam dan
sumber yang bergerak, maka, nilai kecepatam pengamat akan sama dengan nol
atau v p =0.
'
f=
( )v±vp
f
v ± vs 0
...(3.1)
f '=
( vv±±v0 ) f
s
0 ...(3.8)
' f0
f=
(1 ± vv )
s ...(3.9)
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, tujuan awal dari percobaan efek
Doppler ini telah terpenuhi adapaun tujuan tersebut antara lain, pengaruh gerak sumber
bunyi terhadap frekuensi yang diterima oleh pendengar berhasil diambil dan dianalisa.
Besar perbandingan antara frekuensi yang diterima oleh pendengar dengan frekuensi
asli sumber yang didasarkan pada kecepatan gerak sumber bunyi terhadap pendengar
telah ditentukan. Sebagaimana yang dijelaskan pada bab III, sub-bab analisa hasil, di
mana frekuensi yang diterima oleh pendengar ketika sumber bergerak akan lebih besar
dari frekuensi asli. Adapun tujuan terakhir yaitu, interpretasi dari efek Doppler dapat
dijelaskan oleh praktikan.
4.2 Saran
Meski Kr yang didapatkan pada percobaan ini terbilang kecil, praktikan
diharapkan selalu berhati-hati dalam melakukan percobaan. Agar tidak terjadinya
kesalahan yang dapat mengganggu percobaan. Praktikan juga diharapkan senantiasa
teliti dan berhati-hati dalam melakukan pengamatan dan perhitungan data agar tidak
terjadi kesalahan ada pencatatan data dan perhitungan data. Adapun kelengkapan dan
82
ketersediaan alat diharapkan lebih terjamin nantinya, agar percobaan yang dilakukan
selanjutnya dapat dilakukan sesuai dengan ketentuan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Blazsὸ, Tibor. (2021). “Doppler Effect without Light Waves.” Journal of Applied Physics,
13(5), 1-10.
Do ǧan, Furkan. (2022). “The Expanding Universe Delusion Caused by the Doppler Effect in
the Human Brain.” Journal of Neuro Philosophy, 1(2), 166-170.
Drake, Samuel, Picton., & Alan, Purvis. (2014). “Everyday relativity and the Doppler Effect.”
American Journal of Physics, 52(2014), 1-9.
Luo, Ying., Yi-Jun, Chen., Yong-Zhong, Zhu., Wang-Yang, LI., & Qun, Zhang. (2019).
“Doppler effect and micro-Doppler effect of vortex-electromagnetic-wave-based radar.”
IET (The Institution of Engineering and Technology) Journals, 14(1), 2-9.
Silaban, Yohansen, Frando, Hadinata., & Jumadi, Jumadi. (2022). “Concept understanding
profile of high school students on doppler effect and sound intensity levels.”
Momentum: Physics Education Journal, 6(1), 51-58.
Tanaka, Shokichi., Hideyuki, Nomura., & Tomoo, Kamakura. (2019). “Doppler shift equation
and measurement errors affected by spatial variation of the speed of sound in sea
water.” Ultrasonics, 94(2019), 65-73.
83
84
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Tujuan dilakukannya percobaan pengukuran panjang gelombany yaitu, untuk
dapat ditentukan dan diamatinya variasi posisi rapatan dan regangan gelombang bunyi
yang terjadi di sepanjang pipa Kundt, dapat ditentukannya panjang gelombang bunyi
pada pipa Kundt untuk nilai frekuensi yang berbeda, dan dapat dintentukannya pipa
Kundt yang digunakan termasuk dalam jenis pipa organa terbuka atau tertutup.
85
biasanya digunakan dalam percobaan tentang pola gelombang berdiri di tabung tertutup
atau terbuka. Sebagian energi suara datang diserap oleh sampel jika sampel bahan
penyerap ditempatkan di ujung tabung, maka, amplitudo yang dimiliki gelombang
datang dan gelombang pantul berbeda. Superposisi gelombang berdiri dan gelombang
merambat dalam arah sumbu tabung adalah medan suara total dalam pipa (Macho-
Stadler & Elejade Garcia, 2019).
Penyerapan resonansi energi gelombang elektromagnetik pada propagasi melalui
media feromagnetik (FMR). Ketika bagian permeabilitas magnetik efektif di medan
yang lebih kecil dari medan FMR sama dengan nol, dan di bawah pemenuhan hubungan
tertentu antara frekuensi, medan magnet, dan magnetisasi saturasi suatu media
mengakibatkan terjadinya fenomena resonansi Feromagnetic Antiresonance (FMAR).
Peningkatan ke dalaman kulit menyebabkan fenomena antiresonansi diamati secara
eksperimental sebagai transmisi anomali gelombang elektromagnetik melalui film
feromagnetik logam. Gaya dinamis yang diterapkan pada titik tertentu tidak
menyebabkan gerakan sistem pada titik tersebut disebut dengan sistem kebebasan
multiderajat, di mana pada gaya tersebut terdapat frekuensi yang biasa dikenal sebagai
antiresonansi. Variasi kedalaman kulit dominan pada kasus media konduktif, meningkat
secara signifikan di bawah kondisi antiresonansi yang menyebabkan peningkatan
koefisien transmisi dapat diamati, dan efek kulit tidak ada saat dalam kondisi
nonkonduktif, antiresonansi magnetik memanifestasikan dirinya sebagai perubahan
pada permukaan atau impedansi masukan (Nemytova et al, 2021).
Komponen kunci chip semikonduktor dan banyak diterapkan pada perangkat
digital seperti, mobil dan sistem komputer adalah silikon wafers. Adapun silicon wafers
merupakan faktor penting yang menentukan sifat listrik dari chip semikonduktor
tentang kualitas perangkat digital. Sehingga untuk menghasilkan chip semikonduktor
yang optimal, permukaan silicon wafers harus diperiksa dengan akurasi skala nano.
Pada pemeriksaan silicon wafers, interferometri telah diterapkan secara luas karena
pengukuran non-kontak dan resolusinya tinggi. Salah satu metode interferometri optik
telah digunakan untuk pengukuran silicon wafers yaitu, interferometri pemindaian
panjang gelombang. Dalam metode ini, perubahan fase antara dua sinar pantul dari
permukaan silicon wafers dan referensi dimodulasi oleh pemindaian panjang
gelombang. Hasil yang didapatkan selama pemindaian panjang gelombang yaitu,
interferogram dan fase target yang sesuai dengan permukaan silicon wafers dihitung
dengan teknik ekstrasi fase. Untuk pengukuran permukaan silicon wafers dengan
dihilangkannya efek harmonik kedua merupakan perkembangan dari algoritma fase
86
interatif harmonik menggunakan interferogram lima bingkai. Hal tersebut
dikembangkan karena fakfor refleksi permukaan silicon wafers dan harmonik orde
kedua dari intensitas pinggiran, dan dengan kondisi konvergensi harmonik dan teknik
piksel yang dipilih, diamati bahwa teknik ini tidak sensitif terhadap kesalahan
divergensi dan memiliki waktu komputasi yang berkurang. Profil permukaan Silicon
wafers empat inci diukur dengan analisis berulang fase yang baru dikembangkan dan
interferometer Fizeau pemindaian panjang gelombang digunakan untuk percobaan
verivikasi. Untuk melakukan pengukuran permukaan silicon wafers dengan laser
interferometer Fizeau, perlu dipertimbangkan faktor pantulan permukaan referensi ( ρ1 ¿
dan permukaan silicon wafers ( ρ2 ¿. Hal ini disebabkan karena terdapat banyak
pantulan antara dua permukaan interferomter Fizeau saat melakukan pengukuran
tersebut (Kim et al, 2022).
87
BAB II
METODOLOGI
88
7 3
4 5
8
5
1 2
6
6
Keterangan:
1. Signal Generator,
2. Oscilloscope,
3. Universal Microphone,
4. Pipa Kundt,
5. Penyangga,
6. Kabel penghubung,
7. Loudspeaker,
8. Penggaris.
89
Adapun rangkaian alat dan bahan pada saat percobaan langsung adalah sebagai
berikut,
90
BAB III
F. Signal Frekuensi Jarak titik perut dan simpul dari nol (cm)
Generato Microphone
r (Hz) (Hz)
P1 S1 P2 S2 P3 S3 P4 S4 P5 S5
3000 3448,3 4,6 1,2 9 6,1 14,3 11,1 18,7 16,1
4000 4761,9 1,3 3 4,5 6,7 8,5 10,3 12,2 14,1 16 17,8
5000 5555,5 1,5 3,4 4,4 6 7,8 9,2 10,2 12,1 13,4 15,1
6000 6666,6 2,9 1,5 5,5 4,1 8 6,5 10,4 9,3 12,9 11,6
7000 7142,8 1,5 2,5 3,9 4,4 5,5 6,7 8 9 10 11
3.1.2 Simulasi
a) Frekuensi yang terbaca Microphone
Tabel 3.3 Frekuensi yang terbaca pada Microphone
F. Signal Frekuensi Jarak titik perut dan simpul dari nol (cm)
Generato Microphone
r (Hz) (Hz)
P1 S1 P2 S2 P3 S3 P4 S4 P5 S5
4000 3846,2 2 4,3 6,7 8,7 11 13,3 15,5
4500 4545,4 0,6 2,5 4,2 6,6 8,3 10,5 12,5 14,5 16,5
5000 5000 2,5 4,2 6,1 8 10 11,3 13,1 15
5500 6250 1,7 3,3 4,9 6,4 8 9,5 11,3 12,9 14,3 15,8
6000 5882,3 0,3 1,8 3,5 4,8 6 7,8 9 10,7 12,4 13,7
3.2 Perhitungan
3.2.1 Percobaan Langsung
Periode
−3
T 1=Time /¿ ×÷λ=0,1 ×2,9=0,29 ×10 s
−3
T 2=Time /¿ ×÷ λ=0,1 ×2,1=0,21× 10 s
−3
T 3=Time /¿ ×÷ λ=0,1×1,8=0,18 ×10 s
−3
T 4=Time /¿ ×÷λ=0,1 ×1,5=0,15× 10 s
−3
T 5=Time /¿ ×÷ λ=0,1× 2,8=0,28 ×10 s
Frekuensi Microphone
1 1
f mic 1= = =3448,3 Hz
T 1 0,29 ×10−3
1 1
f mic 2= = =4761,9 Hz
T 2 0,21 ×10−3
1 1
f mic 3= = =5555,5 Hz
T 3 0,18 ×10−3
1 1
f mic 4 = = =6666,6 Hz
T 4 0,15 ×10−3
1 1
f mic 5= = =7142,8 Hz
T 5 0,28 ×10−3
a) f microphone1 =3448,3 Hz
−2
λp1 =p 1+2− p1=14,3−4,6=9,7 × 10 m
−2
λp2 =p 2+2− p2=18,7−9=9,7 × 10 m
−2
λp3 =p 3+2− p3 =0−14,3=14,3 ×10 m
−2
λp 4= p 4+2− p 4=0−18,7=18,7 ×10 m
92
λp5 =p 5+2− p5 =0−0=0 m
−2
λs 1=s 1+2−s 1=11,1−4,6=6,5 × 10 m
−2
λs 2=s 2+2 −s 2=16,1−1,2=14,9× 10 m
−2
λs 3=s3+ 2−s 3=0−11,1=11,1 ×10 m
−2
λs 4=s 4+ 2−s 4 =0−16,1=16,1× 10 m
λs 5=s5+ 2−s 5=0−0=0 m
λ=
∑ λp+ ∑ λs (52,4 +48,6 ) × 10−2
= =0,126 m
np+ns 4+ 4
v=λ × f mic =0,126 ×3448,8=434,54 m/s
b) f microphone2 =4761,9 Hz
−2
λp1 =p 1+2− p1=8,5−1,3=7,2× 10 m
λp2 =p 2+2− p2=12,2−4,5=7,7 ×10−2 m
−2
λp3 =p 3+2− p3 =16−8,5=7,5 ×10 m
−2
λp 4= p 4+2− p 4=0−12,2=12,2 ×10 m
−2
λp5 =p 5+2− p5 =0−16=16 × 10 m
λ=
∑ λp+ ∑ λs = ( 40,6+54,1 ) ×10−2 =0,095 m
np+ns 5+5
v=λ × f mic =0,095 × 4761,9=452,38 m/s
c) f microphone3 =5555,5 Hz
−2
λp1 =p 1+2− p1=7,8−1,5=6,3× 10 m
−2
λp2 =p 2+2− p2=10,2−4,4=5,8 ×10 m
λ=
∑ λp+ ∑ λs ( 41,3+45 ) × 10−2
= =0,0863 m
np+ns 5+5
v=λ × f mic =0,0863 ×5555,5=479,44 m/s
d) f microphone 4=6666,6 Hz
−2
λp1 =p 1+2− p1=8−2,9=5,1× 10 m
λ=
∑ λp+ ∑ λs = (38,2+36,2 ) ×10−2 =0,0744 m
np+ns 5+5
v=λ × f mic =0,0744 ×6666,6=495,99 m/s
e) f microphone5 =7142,8 Hz
λ=
∑ λp+ ∑ λs (30,6+ 33,1 ) × 10−2
= =0,0637 m
np+ns 5+ 5
v=λ × f mic =0,0637 ×7142,8=454,99 m/s
3.2.2 Simulasi
Periode
−3
T 1=Time /¿ ×÷λ=0,1 ×2,6=0,26 ×10 s
−3
T 2=Time /¿ ×÷ λ=0,1 ×2,2=0,22× 10 s
−3
T 3=Time /¿ ×÷ λ=0,1× 2=0,2 ×10 s
Frekuensi Microphone
1 1
f mic 1= = =3846,2 Hz
T 1 0,26 ×10−3
1 1
f mic 2= = =4545,4 Hz
T 2 0,22 ×10−3
1 1
f mic 3= = =5000 Hz
T 3 0,2 ×10−3
1 1
f mic 4 = = =6250 Hz
T 4 0,16 ×10−3
1 1
f mic 5= = =5882,3 Hz
T 5 0,17 ×10−3
a) f microphone1 =3846,2 Hz
−2
λp1 =p 1+2− p1=11−2=9 × 10 m
−2
λp2 =p 2+2− p2=15,5−6,5=8,8 ×10 m
−2
λp3 =p 3+2− p3 =0−11=11× 10 m
−2
λp 4= p 4+2− p 4=0−15,5=15,5× 10 m
λp5 =p 5+2− p5 =0−0=0 m
−2
λs 1=s 1+2−s 1=13,3−4,3=9× 10 m
95
λs 2=s 2+2 −s 2=0−8,7=8,7 ×10−2 m
−2
λs 3=s3+ 2−s 3=0−13,3=13,3 × 10 m
λs 4=s 4+ 2−s 4 =0−0=0 m
λs 5=s5+ 2−s 5=0−0=0 m
λ=
∑ λp+ ∑ λs ( 44,3+31 ) ×10−2
= =0,107 m
np+ns 4+3
v=λ × f mic =0,107 ×3846,2=411,54 m/s
b) f microphone2 =4545,4 Hz
−2
λp1 =p 1+2− p1=8,3−0,6=7,7 ×10 m
λ=
∑ λp+ ∑ λs = (53,2+ 41,4 ) ×10−2 =0,1051 m
np+ns 5+ 4
v=λ × f mic =0,1051× 45,45,4=477,72 m/s
c) f microphone3 =5000 Hz
−2
λp1 =p 1+2− p1=10−2,5=7,5× 10 m
−2
λp2 =p 2+2− p2=13,1−6,1=7 × 10 m
−2
λp3 =p 3+2− p3 =0−10=10 ×10 m
−2
λp 4= p 4+2− p 4=0−13,1=13,1 ×10 m
λp5 =p 5+2− p5 =0−0=0 m
−2
λs 1=s 1+2−s 1=11,3−4,2=7,1 ×10 m
λs 2=s 2+2 −s 2=15−8=7 × 10−2 m
−2
λs 3=s3+ 2−s 3=0−11,3=11,3 × 10 m
96
λs 4=s 4+ 2−s 4 =0−15=15 ×10−2 m
λs 5=s5+ 2−s 5=0−0=0 m
λ=
∑ λp+∑ λs = (37,6+ 40,4 ) × 10−2 =0,0975 m
np+ns 4+ 4
v=λ × f mic =0,0975 ×5000=487,5 m/s
d) f microphone 4=6250 Hz
−2
λp1 =p 1+2− p1=8−1,7=6,3 ×10 m
−2
λp2 =p 2+2− p2=11,3−4,9=6,4 × 10 m
−2
λp3 =p 3+2− p3 =14,3−8=6,3 ×10 m
λ=
∑ λp+ ∑ λs = ( 44,6+ 47,7 ) × 10−2 =0,0923 m
np+ns 5+5
v=λ × f mic =0,0923 ×6250=576,87 m/s
3.3 Grafik
3.3.1 Grafik Percobaan Langsung
Tabel 3.5 Data sumbu X dan sumbu Y untuk grafik percobaan langsung
Sumbu X Sumbu Y
(F Microphone) (λ)
3448,3 0,126
4761,9 0,095
5555,5 0,0863
6666,6 0,0744
7142,8 0,0637
0.14
0.08
λ
0.06
0.04
0.02
0
3000.000 4000.000 5000.000 6000.000 7000.000 8000.000
Frekuensi Microphone
3846,2 0,107
4545,4 0,105
98
5000 0,0975
6250 0,0923
5882,3 0,0812
0.12
0.06
λ
0.04
0.02
0
5000.000 5000.000 5000.000 5000.000 5000.000
Frekuensi Microphone
99
Loudspeaker dan Universal Microphone. Aplikasi simulator digunakan untuk
pengambilan data simulasi.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah dilakukannya pengukuran panjang gelombang, praktikan dapat mencapai
tujuan dilakukannya percobaan ini. Didapatkan bahwa nilai frekuensi output berbanding
terbalik dengan besar periode. Panjang gelombang berbanding terbalik dengan besar
frekuensi output. Semakin besar nilai frekuensi output, maka, panjang gelombang
semakin rendah nilainya. Itulah mengapa terbentuklah grafik yang linear ke bawah.
4.2 Saran
Saran untuk praktikum selanjutnya yaitu, agar praktikan telah memahami dan
membaca materi yang akan dilakukan dalam percobaan, agar data yang dihasilkan
nantinya akan lebih mendekati akurat.
102
DAFTAR PUSTAKA
Kim, S., Kim. Y., Sugita, N., & Mitshuishi, M. (2022). “Surface measurement of silicon
wafer using harmonic phase-terative analysis and wavelength-scanning Fizeau
interferometer.” Precision Engineering, 75(2022), 142-152.
Nemytova, Olga, V., Anatoly, B, Rinkevich., & Dimitry, V, Perov. (2021). “Resonance
variations of microwave reflection coefficient in nano composite sample with cobalt and
palladium particles.” Journal of Magnetism and Magnetic Materials, 537(2021), 1-7.
Setiawan, Florentinus. Budi., Daniel, Danin, Prasetyo., & Leonardus, Heru, Pratomo. (2023).
“Design of Audiosonic Frequency Wave Theraphy Tool with Arduino Mega-Based
Spectrum Analyzer Monitoring.” Jurnal Ilmiah Teknik Elektro, 10(2023), 33-38.
Stadler, Erica, Macho., & Maria, Jesǔs, Elejalde-Garc ía. (2019). “Experiments with Kundt’s
Tube.” Journal of Physics, 1287(2019), 1-8.
103
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Pada percobaan dengan topik pemantulan gelombang bunyi kali ini dilakukan
dengan tujuan antara lain, terpenuhinya bukti, bahwa terdapat sifat pemantulan
gelombang longitudinal. Percobaan ini juga dilakukan dengan tujuan terpenuhinya
bukti-bukti terakit hukum pemantulan gelombang.
104
t
T= ...(1.1)
n
(Setiawan et al, 2023)
n
F= ...(1.2)
t
(Setiawan et al, 2023)
Seperti yang disebutkan sebelumnya, gelombang bunyi termasuk ke dalam
gelombang mekanik. Gelombang mekanik sendiri merupakan gelombang yang
membutuhkan media (medium) dalam perambatan gelombangnya. Perambatan tersebut
berlangsung dengan dipindahkannya partikel-partikel energi mekanik yang berupa
energi kinetik dan energi potensial dari suatu bagian medium menuju bagian medium
lainnya, dengan gerakan partikel yang akan semakin melambat setiap pengulangan
gerakann partikel terjadi. Adapun sifat-sifat yang dimiliki oleh gelombang mekanik
yaitu, refraksi, refleksi (pemantulan), dan interferensi (Muhammad & Dahiru, 2017).
Refraksi atau pembiasan merupakan peristiwa dibelokkanya suatu arah rambatan
gelombang ketika melewati bidang batas dua medium dengan indeks bias yang berbeda.
Hal ini dijelaskan oleh Tyndall dalam percobaan yang ia lakukan. Tyndall
memanfaatkan arloji dan balon yang diisi dengan karbon dioksida. Arloji tersebut
diletakkan pada bagian depan balon, yang mana akan menimbulkan efek gelombang
bunyi yang sama seperti lensa konvergen pada gelombang cahaya akibat beratnya salah
satu sisi pada balon setelah diletakkan arloji. Kemudian, balon akan berperan sama
seperti lensa divergen pada gelombang cahaya ketikan balon diisi dengan hidrogen. Hal
ini akan membuat balon lebih ringan dari udara dan gelombang bunyi yang ada akan
dapat bergerak menyebar dan melewati balon. Refraksi gelombang juga dapat diamati
pada peristiwa bunyi yang lebih mudah didengar pada malam hari dikarenakan suhu
yang terdapat pada malam hari memudahkan bunyi untuk merambat ke arah yang lebih
jauh. Hal ini dikarenakan gelombang bunyi membutuhkan suhu yang lebih tinggi pada
lapisan udara. Ketika gelombang bunyi menerima suhu yang lebih tinggi, ia akan
dibiaskan ke arah yang lebih jauh dan membuat intensitas gelombang bunyinya
berkurang. Hal yang sama juga terjadi ketika angin bertiup menuju pendengar. Dengan
prinsip yang sama, pendengar yang berada pada titik 0 akan lebih mudah menangkap
gelombang bunyi ketika angin bertiup (Muhammad & Dahiru, 2017).
Refleksi atau pemantulan merupakan fenomena dipantulkannya gelombang bunyi
melalui permukaan suatu bidang. Pemantulan tersebut akan menghasilkan sudut refleksi
atau sudut pantul yang sama dengan sudut datang. Sedangkan interferensi merupakan
105
fenomena saling tumpang tindihnya dua buah gelombang atau lebih, hingga dapat
menyebabkan kedua gelombang tersebut akan saling menguatkan ataupun saling
melemahkan. Medasarkan prinsip superposisi, maka, pola interferensi dari gelombang
dapat diketahui. Ketika dua gelombang atau lebih dengan fase yang sama saling
berinteraksi (tumpang tindih) dan saling berpadu, akan terjadi pola interferensi
konstruktif, yang mana perpaduan dari kedua gelombang atau lebih tersebut akan saling
menguatkan. Sedangkan interferensi destruktif akan terjadi ketika dua gelombang atau
lebih dengan beda fase yang berbeda saling berinteraksi (tumpang tindih) dan saling
berpadu, yang mana hasil dari perpaduan kedua gelombang atau lebih tersebut akan
saling melemahkan dan bahkan hanya satu gelombang yang terlihat (Muhammad &
Dahiru, 2017).
Pada umumnya, gelombang ganda yang dipantulkan dengan dihasilkannya beda
fase yang sama, akan menciptakan pola gelombang dengan amplitudo yang sangat
tinggi ataupun kecil. Frekuensi dengan amplitudo yang sangat tinggi tersebut
merupakan frekuensi resonansi. Frekuensi resonansi sednriri dapat diamati pada
Fenomena Resonansi Feromagnetik (FMR) yang nantinya akan menjadi penyerapan
rambatan resonansi energi gelombang elektromagnetik melalui medium berupa magnet
dengan sifat feromagnetik. Fenomena resonansi frekuensi juga dapat diamati pada
peristiwa anti resonansi feromagnetik (FMAR). Peristiwa tersebut akan menunjukkan
fenomena resonansi ketika permebilitas magnet dalam medan magnetnya kurang efektif
atau sama dengan 0 dari medan milik FMR, dengan hubungan antara frekuensi, medan
magnet, dan magnetisasi saturasi suatu medium yang tidak dapat dipenuhi (Stadler &
Maria, 2019 ; Nemytova et al, 2021).
Agar suatu sudut frekuensi pada perambatan gelombang dapat diketahui, maka,
digunakan persamaan (1.3). Adapun frekuensi resonansi pada gelombang bunyi dapat
diketahui melalui persamaan (1.4) berikut,
ω=2 πf ...(1.3)
(Nemytova et al, 2021)
V
f n=n =n f 1 ...(1.4)
2L
(Stadler & Maria, 2019)
dengan V pada persamaan (1.4) merupakan kecepatan gelombang bunyi di dalam
medium dan hanya pola resonansi ganjil yang dihitung (Stadler & Maria, 2019 ;
Nemytova et al, 2021).
106
Fenomena perambatan gelombang, pemantulan gelombang, serta pembiasan
gelombang berperan penting pada berbagai bidang yang luas seperti seismologi,
geologi, ekplorasi seismik, geofisika, teknik gempa, dan lain-lain. Gelombang
merambat melalui media membawa sejumlah besar informasi tentang media tertentu, di
mana sifat gelombang berupa refleksi dan refraksi memainkan peranan yang sangat
penting. Kedua sifat gelombang tersebut akan mengikuti gelombang yang terbentuk
pada muka antara dua media tersebut. Kedua sifat tersebut juga berperan dalam
interpretasi yang lebih akurat pada zona beku serta dapat memberikan informasi yang
lebih baik dalam pendeteksian lokasi bahaya penyebaran, pembantu dalam peristiwa
menjelajahi situs kubah garam dan pemetaan garam, pembantu sebagai pendeteksi
ketika melakukan survei tanah dan akuisisi survei kelautan. Bahkan kedua sifat
gelombang tersebut mungkin untuk digunakan dalam pencarian-pencarian yang akan
muncul di masa mendatang (Sigh et al, 2020).
107
BAB II
METODOLOGI
108
2.3 Rangkaian Alat
Gambar 2.1 di bawah ini adalah alat dan bahan yang digunakan pada percobaan
pemantulan gelombang bunyi kali ini.
4 8
9 1 10
1
1 1
7
1
6 6
5
1 1
1
3 3
1 1
Keterangan:
1. Signal Generator,
2. Oscilloscope,
3. Kabel penghubung,
4. Loudspeaker,
5. Universal Microphone,
6. Tiang dan dua penyangga,
7. Busur,
8. Layar pemantulan,
9. Cermin cekung 1,
10. Cermin cekung 2.
109
Adapun rangkaian alat dan bahan pada saat percobaan langsung adalah sebagai
berikut,
110
BAB III
111
3.1.2 Simulasi
Tabel 3.2 Data Hasil Percobaan Simulasi
α β
Frekuensi Frekuensi
(datang) (pantul) ( Div Time/div Periode (s)
Input (Hz) Output (Hz)
(° ) °)
35 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
40 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
35 45 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
50 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
55 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
35 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
40 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
40 45 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
50 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
55 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
35 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
40 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
6000 45 45 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
50 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
55 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
35 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
40 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
50 45 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
50 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
55 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
35 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
40 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
55 45 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
50 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
55 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
112
3.2 Perhitungan
3.2.1 Percobaan Langsung
Kecepatan Bunyi
v sound =
√ √
γRT
M
=
1,4 ×8,314 × 300
2,88 ×10
−2
=348,20 m/s
Panjang Gelombang
a) α (datang) = 35°
v sound 348,20
λ 1= = =0,20892 m
f pantul 1 1666,67
v sound 348,20
λ 2= = =0,20892 m
f pantul 2 1666,67
v sound 348,20
λ 3= = =0,1951 m
f pantul 3 1818,18
v sound 348,20
λ 4= = =0,1951 m
f pantul 4 1818,18
v sound 348,20
λ 5= = =0,20892 m
f pantul 5 1666,67
b) α (datang) = 40°
v sound 348,20
λ 1= = =0,20892 m
f pantul 1 1666,67
v sound 348,20
λ 2= = =0,20892 m
f pantul 2 1666,67
v sound 348,20
λ 3= = =0,20892 m
f pantul 3 1666,67
v sound 348,20
λ 4= = =0,20892 m
f pantul 4 1666,67
v sound 348,20
λ 5= = =0,20892 m
f pantul 5 1666,67
c) α (datang) = 45°
v sound 348,20
λ 1= = =0,20892 m
f pantul 1 1666,67
v sound 348,20
λ 2= = =0,1741 m
f pantul 2 2000
113
v sound 348,20
λ 3= = =0,20892 m
f pantul 3 1666,67
v sound 348,20
λ 4= = =0,1951 m
f pantul 4 1818,18
v sound 348,20
λ 5= = =0,1951 m
f pantul 5 1818,18
3.2.2 Simulasi
a) α (datang) = 35°
v sound 348,20
λ 1= = =0,05571 m
f pantul 1 6250
v sound 348,20
λ 2= = =0,05571 m
f pantul 2 6250
v sound 348,20
λ 3= = =0,05571 m
f pantul 3 6250
v sound 348,20
λ 4= = =0,05571 m
f pantul 4 6250
v sound 348,20
λ 5= = =0,05571 m
f pantul 5 6250
b) α (datang) = 40°
v sound 348,20
λ 1= = =0,05571 m
f pantul 1 6250
v sound 348,20
λ 2= = =0,05571 m
f pantul 2 6250
v sound 348,20
λ 3= = =0,05571 m
f pantul 3 6250
v sound 348,20
λ 4= = =0,05571 m
f pantul 4 6250
v sound 348,20
λ 5= = =0,05571 m
f pantul 5 6250
c) α (datang) = 45°
v sound 348,20
λ 1= = =0,05571 m
f pantul 1 6250
v sound 348,20
λ 2= = =0,05571 m
f pantul 2 6250
114
v sound 348,20
λ 3= = =0,05571 m
f pantul 3 6250
v sound 348,20
λ 4= = =0,05571 m
f pantul 4 6250
v sound 348,20
λ 5= = =0,05571 m
f pantul 5 6250
d) α (datang) = 50°
v sound 348,20
λ 1= = =0,05571 m
f pantul 1 6250
v sound 348,20
λ 2= = =0,05571 m
f pantul 2 6250
v sound 348,20
λ 3= = =0,05571 m
f pantul 3 6250
v sound 348,20
λ 4= = =0,05571 m
f pantul 4 6250
v sound 348,20
λ 5= = =0,05571 m
f pantul 5 6250
e) α (datang) = 55°
v sound 348,20
λ 1= = =0,05571 m
f pantul 1 6250
v sound 348,20
λ 2= = =0,05571 m
f pantul 2 6250
v sound 348,20
λ 3= = =0,05571 m
f pantul 3 6250
v sound 348,20
λ 4= = =0,05571 m
f pantul 4 6250
v sound 348,20
λ 5= = =0,05571 m
f pantul 5 6250
3.3 Grafik
3.3.1 Grafik Percobaan Langsung
3.3.1.1 Sudut datang (α) = 35°
115
1850.00
1800.00
1700.00
1650.00
1600.00
1550.00
30 35 40 45 50 55 60
β
1200.00
1000.00
800.00
600.00
400.00
200.00
0.00
30 35 40 45 50 55 60
β
116
2100.00
2000.00
1800.00
1700.00
1600.00
1500.00
30 35 40 45 50 55 60
β
3.3.2 Simulasi
3.3.2.1 Sudut datang (α) = 35°
7000
6000
5000
Frekuensi Output (Hz)
4000
3000
2000
1000
0
30 35 40 45 50 55 60
β
117
3.3.2.2 Sudut datang (α) = 40°
7000
6000
5000
3000
2000
1000
0
30 35 40 45 50 55 60
β
6000
5000
Frekuensi Output (Hz)
4000
3000
2000
1000
0
30 35 40 45 50 55 60
β
118
7000
6000
5000
3000
2000
1000
0
30 35 40 45 50 55 60
β
6000
5000
Frekuensi Output (Hz)
4000
3000
2000
1000
0
30 35 40 45 50 55 60
β
3.4 Pembahasan
119
3.4.1 Analisa Prosedur
3.4.1.1 Fungsi Alat
Pada percobaan pemantulan gelombang bunyi kali ini digunakan alat
serta bahan seperti, Loudspeaker, Signal Generator, Oscilloscope, busur, layar
pemantulan, cermin cekung 1 dan 2, tiang penyangga dengan dua penyangga,
Universal Microphine, serta kabel-kabel penghubung. Adapun fungsi dari
masing-masing alat tersebut ialah, Loudspeaker yang digunakan sebagai penerus
sumber gelombang bunyi yang dihasilkan oleh Signal Generator, yang mana
gelombang bunyi tersebut selanjutnya diteruskan pada layar pemantulan. Signal
Generator digunakan sebagai pembangkit sinyal yang digunakan sebagai
sumber dari gelombang bunyi, yang mana frekuensi pada Signal Generator
dapat diubah-ubah. Oscilloscope digunakan sebagai pembentuk sinal yang
ditangkap oleh Universal Microphone dan sinyal tersebut dibentuk dalam
tampilan gelombang sinus. Busur digunakan sebagai alat ukur sudut datang dan
sudut pantul gelombang bunyi. Layar pemantulan digunakan sebagai tempat, di
mana gelombang bunyi yang datang dari Loudspeaker dipantulkan ke cermin
cekung 1 dan 2, sebelum akhirnya ditangkap oleh Universal Microphone.
Cermin cekung 1 dan 2 digunakan sebagai pengumpul dan pemfokus gelombang
bunyi setelah dipantulkan oleh layar pemantulan. Tiang penyangga dengan dua
penyangga digunakan sebagai tempat, di manaa alat dirangkai dan diletakkan
sesuai posisi masing-masing. Universal Microphone digunakan sebagai
penangkap gelombang bunyi yang telah dipantulkan dan sinyal yang tertangkap
akan diteruskan pada Oscilloscope agar bentuk dari gelombang bunyinya dapat
diketahui dan dianalisis. Sedangkan kabel-kabel penghubung digunakan sebagai
penghubung setiap alat yang ada agar tiap-tiap alat dapat terhubung dan
percobaan dapat dimulai tanpa adanya kendala.
122
Gammbar 3.9 Pemantulan difus atau pemantulan baur (diffuse reflaction).
Hukum Snellius atau hukum pembiasan merupakan hubungan antar sudur
datang dan sudut bias yang melewati dua media berbeda. Terdapat tiga bunyi da;a,
hukumnya yaitu,
Hukum I, sinar datang, garis normal dan sinar pantul terletak dalam satu
bidaang datar. Hubungan ini kerap ditulis pada persamaan (3.1) berikut,
sin θ2 V 2
= ...(3.1)
sin θ1 V 1
Dengan V 1 merupakan kecepatan cahaya pada medium 1 dan V 2 merupakan
kecepatan cahaya pada medium kedua.
Hukum II, sudut datang sama dengan sudut pantul, yang dapat dituliskan
pada persamaan (3.2) berikut,
θi =θr ...(3.2)
Hukum III, sinar datang tegak lurus cermin akan dipantulkan kembali.
Adapun indeks bias n suatu medium dituliskan dalam persamaan (3.3). dengan
indeks bias medium yang dapat dinyatakan melalui persamaan (3.4), di mana λ
merupakan panjang gelombang di ruang hampa dan λ n merupakan panjang
gelombang di dalam medium dengan indeks bias n.
c
n≡ ...(3.3)
v
λ
n= ...(3.4)
λn
123
V2
Dikarenakan nilai n > 1 dan λ < λ, maka, nilai yang terdapat pada persamaan
V1
n2
(3.1) dapat diganti dengan yang akan menghasilkan persamaan (3.5) atau dapat
n1
pula menjadi persamaan (3.6).
sin θ2 n 2
= ...(3.5)
sin θ1 n 1
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah percobaan pemantulan gelombang bunyi dilakukan, tujuan-tujuan
dilakukannya percobaan ini juga terpenuhi. Seperti tujuan guna membuktikan adanya
sifat pemantulan gelombang pada gelombang longitudinal. Berdasarkan percobaan yang
124
telah dilakukan, gelombang bunyi yang mana termasuk ke dalam longitudinal, dapat
dipantulkan pada layar pemantulan dan cermin cekung yang terdapat di sekitar
Loudspeaker dan Microphone. Praktikan juga dapat memenuhi tujuan membuktikan
adanya hukum pemantulan gelombang. Hukum tersebut ialah hukum Snellius.
4.2 Saran
Praktikan diharapkan lebih berhati-hati selama melakukan percobaan. Ketelitian
dalam melakukan pengamatan dan pengambilan data juga diharapkan dilaksanakan
dengan baik oleh praktikan. Tak lupa, perhitungan dan pembuatan grafik juga harus
diselesaikan dengan baik oleh praktikan. Hal ini agar kesalahan yang terjadi selama
percobaan, pengamatan, pengambilan data, perhitungan, dan pembuatan grafik dapat
diminimalisir hingga sekecil mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
Kallesta, Karmila, Suhaida., & Muhammad, Erfan. 92017). “Analisis Faktor Penyebab
Kesulitan Belajar IPA Fisika pada Materi Bunyi.’ Jurnal Pendidikan Fisika, 1(1), 1-14.
Muhammad, Zakar., & Dahiru, Dahuwa. (2017). “A Riview of the Pprinciples and
Applications of Sound Wave.” Journal of Applied Physics, (6)9, 48-61.
125
Nemytova, Olga, V., Anatoly, B, Rinkevich., & Dimitry, V, Perov. (2021). “Resonance
variations of microwave reflection coefficient in nano composite sample with cobalt and
palladium particles.” Journal of Magnetism and Magnetic Materials, 537(2021), 1-7.
Setiawan, Florentinus. Budi., Daniel, Danin, Prasetyo., & Leonardus, Heru, Pratomo. (2023).
“Design of Audiosonic Frequency Wave Theraphy Tool with Arduino Mega-Based
Spectrum Analyzer Monitoring.” Jurnal Ilmiah Teknik Elektro, 10(2023), 33-38.
Sigh, P., Sigh, A, K, Chattopadhyay, A., & Guha, S. (2020). “Mathematical Study on the
reflection and refraction phenomena of three-dimensional plane waves in a structure
with floating frozen layer.” Applied Mathemathics and Computation, 386(2020), 1-14.
Stadler, Erica, Macho., & Maria, Jesǔs, Elejalde-Garc ía. (2019). “Experiments with Kundt’s
Tube.” Journal of Physics, 1287(2019), 1-8.
126