Anda di halaman 1dari 126

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...............................................................................................................................1

(INTERFERENSI GELOMBANG BUNYI – GL 04)...............................................................2

(DIFRAKSI CELAH TUNGGAL DAN GANDA – OPT 02).................................................20

(TETAPAN PLANCK – FM 04)..............................................................................................44

(EFEK DOPPLER – GL 03).....................................................................................................61

(PENGUKURAN PANJANG GELOMBANG – GL 01)........................................................81

(PEMANTULAN GELOMBANG BUNYI – GL 02)............................................................100

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan
Tujuan dari dilakukannya percobaan interferensi gelombang bunyi yaitu, dapat
dibuktikannya adanya sifat interferensi pada gelombang bunyi dengan diamatinya pola
difraksi dua celah dan dapat ditentukannya posisi per orde gelap dan terang dari hasil
interferensi gelombang bunyi.

1.2 Tinjauan Pustaka


Gelombang bunyi mengandung empat istilah penting di dalamnya, dengan empat
istilah yang terbagi menjadi amplitudo, panjang gelombang, frekuensi, dan intensitas.
Perubahan paling besar pada parameter selama osilasi gelombang merupakan pengertian
amplitudo secara umum, di mana amplitudo dapat dikatakan pula sebagai jarak antara
puncak dan lembah. Sedangkan seberapa keras suara atau bunyi yang dihasilkan
merupakan arti amplitudo dalam gelombang bunyi. Panjang gelombang merupakan
jarak yang terbentuk antara dua fase yang sama atau puncak dan lembah. Jumlah
getaran, osilasi atau siklus dalam proses berulang yang terjadi per satuan waktu dengan
satuan Hertz (HZ) adalah frekuensi. Sedangkan pengertian frekuensi pada gelombang
bunyi yaitu, nada yang berarti semakin tinggi frekuensi, maka, semakin tinggi pula nada
yang dimilikinya. Kemudian, tingkar energi suara yang mengalir melalui area tertentu
disebut sebagai intensitas yang biasanya memiliki satuan watt/m 2 dan dianggap sebagai
kenyaringan (Muhammad & Dahwa, 2017).
Pengertian gelombang itu sendiri adalah energi getaran yang merambat melalui
atau tanpa medium. Gelombang diklasifikasikan ke dalam beberapa bagian. Bila
diklasifikasikan berdasarkan mediumnya, gelombang terbagi menjadi dua jenis yaitu,
gelombang mekanik dan gelombang elektromagnetik. Sedangkan bila diklasifikasikan
berdasarkan arah rambatnya, gelombang dibedakan menjadi gelombang transversal
yang arah rambat dan getarnya tegak lurus dan gelombang longitudinal yang arah
rambat dan getarnya sejajar (Setiawan et al, 2023).
Jenis gelombang yang dihasilkan oleh sumber suara adalah gelombang mekanik
longitudinal. Gelombang suara diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu, infrasonik,
audiosonik, dan ultrasonik. Gelombang infrasonik merupakan gelombang yang hanya
bisa didengar oleh semut, anjing, dan laba-laba. Hal ini dikarenakan frekuensi yang
dihasilkannya sangat rendah dan tidak bisa didengar oleh manusia. Frekuensi yang

2
dihasilkan oleh jenis gelombang ini sekitar < 20 Hz. Gelombang audiosonik merupakan
gelombang yang dapat ditangkap oleh gendang telinga manusia. Hal tersebut
dikarenakan frekuensi yang dihasilkannya berada pada rentang 20 Hz – 2 kHz. Adapun
gelombang ultrasonik merupakan gelombang yang hanya dapat didengar oleh hewan
seperti kelelawar. Hal ini dikarenakan gelombang ultrasonik memiliki frekuensi yang
sangat tinggi, yang mana sekitar > 20 kHz. Frekuensi dan periode gelombang dapat
dicari menggunakan persamaan (1.1) berikut,
t
T= ...(1.1)
n
(Setiawan et al, 2023)

n
F= ...(1.2)
t
(Setiawan et al, 2023)

(Setiawan et al, 2023)


Cepat rambat bunyi bergantung pada kerapatan medium. Cepat rambat bunyi pada
gas akan lebih lambat dibandingkan dengan pada cairan, dan cepat rambat bunyi pada
cairan akan lebih lambat dibandingkan pada padatan. Kerapatan medium pada padatan
yang jauh lebih rapat daripada kerapatan medium pada cairan atau gas menjadi alasan
mengapa cepat rambat bunyi akan merambat lebih cepat dan lebih baik pada padatan.
Sehingga diketahui bahwa, semakin rapat suatu medium, maka, akan semakin cepat
pula bunyi merambat di antaranya. Cepat rambat bunyi akan berbeda pada medium
yang sama tetapi dengan temperatur yang berbeda. Hasil dari gelombang bunyi bisa saja
merupakan gelombang mekanik. Gelombang mekanik adalah gelombang yang
energinya (periode, V, energi kinetik, dan energi potensialnya) bergeser dari bagian satu
ke bagian lain pada suatu medium. Beberapa contoh dari gelombang mekanik adalah
gelombang pada tali, gelombang-gelombang air, dan sebagainya. Gelombang yang
terbentuk pada gelombang mekanik memiliki bentuk yang berulang, sehingga jarak
antara puncak ke puncak atau yang biasa disebut sebagai satu gelombang akan memiliki
nilai yang sama dan selalu berulang pada suatu gelombang (Muhammad & Dahwa,
2017).
Beberapa sifat dari gelombang mekanik adalah refraksi, refleksi, dan interferensi.
Refraksi atau yang biasa disebut sebagai pembiasan merupakan peristiwa yang bisa saja
terjadi pada gelombang bunyi. Teori refraksi inilah yang dapat menjelaskan peristiwa
mengapa suara kita lebih terdengar jelas saat malam hari dibandingkan siang hari.
3
Gelombang bunyi lebih cepat merambat pada suhu yang tinggi, sedangkan pada siang
hari lapisan luar bumi memiliki temperatur yang lebih rendah daripada lapisan yang
berada di dekat bumi. Refleksi atau yang biasa disebut pemantulan atau cerminan terjadi
ketika gelombang bunyi yang datang dipantulkan oleh bidang datar dengan nilai sudut
yang sama antara sudut gelombang datang dengan sudut gelombang pantul. Interferensi
atau gangguan pada gelombang bunyi merupakan peristiwa di mana dua gelombang
atau lebih dengan frekuensi sama yang saling bertumpukan satu sama lain. Prinsip
superposisi dapat menjelaskan pola interferensi ini (Muhammad & Dahwa, 2017).
Interferensi gelombang bidang yang dihasilkan oleh sinar datang disebut sebagai
titik fokus. Gelombang bidang yang dimunculkan oleh tiap titik pada exit pupil objektif
dan titik fokus tersebut merupakan hasil interferensi gelombang bidang tersebut. Semua
gelombang-gelombang bidang yang merambat ke titik fokus dapat dihitung
interferensinya dengan menggunakan superposisi. Titik fokus biasanya menunjukkan
gambar hasil atau bentuk simetris yang melingkar yang diperuntukkan bagi berkas sinar
datang yang seragam. Sedangkan bentuk titik fokus mulai berubah walaupun
penyebaran amplitudonya seragam untuk berkas terpolarisasi (Zhang & Xiao, 2021).
Resultan yang amplitudonya dapat diperkuat atau dibatalkan dapat dihasilkan oleh
gelombang bidang yang dipancarkan oleh cahaya datang dengan arah polarisasi yang
pararel. Bila dua buah gelombang bidang yang memiliki arah polarisasi yang sama
antara keduanya, maka, akan meningkatkan ampitudonya. Bila dua buah gelombang
bidang memiliki arah polarisasi yang berlawanan antara keduanya, maka, akan
membatalkan terjadinya interferensi dan superposisi aljabar tidak berlaku. Bila dua buah
gelombang bidang yang memiliki arah yang orthogonal, maka, tidak dapat
menyebabkan terjadinya interferensi. Cahaya yang datang diuraikan menjadi tiga bagia
polarisasi orthogonal yaitu, Ex, Ey, dan Ez. Sesuai dengan teori difraksi vektor yang
arah polarisasinya dipertimbangkan. Hasil penjumlahan vektor dari tiga bagian di atas
atau disebut sebagai resultan adalah hasil dari perhitungan interferensi masing-masing
ketiga bagian dari titk fokus. Terjadi penyebaran amplitudo dari ketiga bagian polarisasi
yang hasilnya tidak cuma satu, sehingga menyebabkan titik fokus yang dihasilkan
berbeda. Titik fokus yang dihasilkan menyebabkan terbentuknya deformasi. Selain itu,
penyebaran fase dari sinar yang datang juga bisa saja berpengaruh pada proses
pemfokusan. Meningkatnya interferensi di dekat fokus yang didasarkan kepada fakta
bahwasanya sinar yang datang mempunyai fase awal yang sama menghasilkan
gelombang bidang yang dianggap sebagai titik fokus. Akan tetapi, bagi balok yang
terpolarisasi hal ini tidak berlaku. Deformasi titik fokus dapat terjadi karena polarisasi

4
sinar insiden. Analisa polarisasi sinar insiden sebenarnya cukup mudah, tetapi suatu saat
bisa saja menjadi rumit. Proses pemfokusan tersebut menghasilkan hasil yang acak dan
rumit sehingga hasil deformasi titik fokusnya sulit dimengerti. Karena kerumitan
tersebut, jadi komponen polarisasi disederhanakan menjadi rangkaian celah ganda agar
hasil interferensinya menjadi sangat jelas (Zhang & Xiao, 2021).
Interferensi diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu, interferensi konstruktif,
interferensi destruktif, dan interferensi dengan perbedaan fase lainnya. Interferensi
konstruktif atau yang biasa disebut dengan interferensi membangun terjadi ketika
terdapat dua gelombang elektromagnetik monokromatik memiliki fase yang sama atau
beberapa fase dari 2π. Kemudian, foton dari masing-masing gelombang bersuperposisi
dan menggabung menjadi satu. Bila foton keduanya memiliki fase yang sama dan
momentumnya menjadi dua kali lipat yang akhirnya menjadikan amplitudonya
bertambah menjadi dua kali lipat pula. Interferensi destruktif atau yang biasa disebut
dengan interferensi yang merusak terjadi ketika terdapat dua gelombang
elektromagnetik monokromatik yang beda fasenya berada pada kelipatan π. Dua
gelombang yang memiliki beda fase yang berlawanan 180̊ ini menyebabkan keduanya
saling menghilangkan sehingga amplitudo yang terbentuk menjadi 0 atau hanya garis
lurus. Interferensi dengan perbedaan fasa yang lainnya terjadi saat kedua gelombang
elektromagnetik monokromatik mempunyai beda fase selain 0̊ atau kelipatan
berpotongan. Kedua gelombang memiliki pusat massa yang berbeda tempatnya dengan
momentum sudut yang arahnya berbeda, sehingga menghasilkan amplitudo yang berada
di tengah-tengah, tidak maksimum ataupun minimum (Agarwal, 2016).

5
BAB II

METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan inerferensi gelombang bunyi ini
di antaranya yaitu, Loudspeaker, Signal Generator, Oscilloscope, Universal
Microphone, kabel penghubung, pengait dan penyangga Microphone, pengait dan
penyangga Loudspeaker, papan difraksi dan celah, plat meter atau penggaris, serta
aplikasi simulator.

2.2 Tata Laksana Percobaan


Langkah-langkah yang dilakukan pada percobaan ini yaitu, aplikasi dibuka dan
tombol Run yang ada di tengah bawah aplikasi ditekan. Kemudian, kabel Loudspeaker
disambungkan ke Signal Generator. Kemudian, Signal Generator dinyalakan, frekuensi
outpur diatur pada frekuensi ≥ 2.000 Hz dan ≤ 20.000 Hz, dengan tombol putar AC dan
DC pada value > 0. Setelah itu, Signal Generator disambungkan ke Oscilloscope
sebagai input Channel 1 dan Universal Microphone disambungkan ke Channel 2.
Kemudian, Oscilloscope dinyalakan, diatur mode ke Dual Channel, dan posisi vertikal
masing-masing Channel diatur agar sinyal input tidak terhimpit. Selanjutnya, mouse
diarahkan ke pengait penyangga Universal Microphone untuk diketahuinya informasi,
jarak speaker ke kisi, lebar per celah, jarak antara celah (d), dan jarak ujung Microphone
ke kisi. Setelah itu, Signal Generator dinyalakan, Time/div dan Volt/div masing-masing
Channel di Oscilloscope diatr untuk dapat ditampilkannya sinyal input. Kemudian,
celah ditekan sebanyak dua kali agar dapat ditampilkannya atau disembunyikannya
proyeksi depan celah. Penutup celah digeser, sehingga dua celah saja yang terbuka.
Selanjutnya, Microphone digeser maju atau mundur untuk didapatkannya tampilan
sinyal output Channel 2 yang terbaik. Setelah itu, penyangga atau pengait Microphone
ditekan sebanyak dua kali agar proyeksi samping Microphone terhadap celah pada
pergeseran ke kiri dan ke kanan dapat ditampilkan atau disembunyikan. Kemudian,
Microphone digeser ke kiri atau ke kanan dan posisi maxima dan minima pola
interderensi gelombang yang terdeteksi dicatat sebagai data hasil percobaan.
Selanjutnya, tombol Reset yang ada di samping tombol Run ditekan setiap terjadi crash
pada aplikasi.

6
2.3 Rangkaian Alat
Gambar 2.1 di bawah ini adalah alat dan bahan yang digunakan pada percobaan
dengan topik interferensi gelombang bunyi kali ini.

4 5
6

3
7

7 7

Gambar 2.1 Alat dan bahan pada percobaan.

Keterangan:

1. Oscilloscope,
2. Papan difraksi dan celah,
3. Signal Generator,
4. Loudspeaker dan pengait/penyangganya,
5. Microphone dan pengait/penyangganya,
6. Penggaris,
7. Kabel penghubung.

7
Adapun rangkaian alat dan bahan pada saat percobaan langsung adalah sebagai
berikut,

Gambar 2.2 Rangkaian alat dan bahan percobaan langsung.

8
BAB III

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Hasil Percobaan


3.1.1 Percobaan Langsung
Tabel 3.1 Data Hasil Percobaan Langsung
Jarak Microphone ke kisi = 0,3 m
Speaker ke kiri = 0,2 m
Time/div = 5 ×10−5 s
Frekuensi V out Frekuensi V out Frekuens V out
X (m) X (m) X (m)
(Hz) (Volt) (Hz) (Volt) i (Hz) (Volt)
0,25 0,5 0,25 0,8 0,25 0,375
0,2 0,4 0,2 1,1 0,2 0,4
0,15 0,5 0,15 0,85 0,15 0,5
0,1 0,55 0,1 0,8 0,1 0,9
0,05 0,65 0,05 0,4 0,05 1
3000 0 0,55 5000 0 0,7 7000 0 1,1
- 0,05 0,55 - 0,05 0,45 - 0,05 1
- 0,1 0,65 - 0,1 0,46 - 0,1 0,9
- 0,15 0,45 - 0,15 0,825 - 0,15 0,55
- 0,2 0,55 - 0,2 0,675 - 0,2 0,5
- 0,25 0,1 - 0,25 0,225 - 0,25 0,4

9
3.1.2 Simulasi
Tabel 3.2 Data Hasil Simulasi
Frekuensi V out Frekuensi V out Frekuens V out
X (m) X (m) X (m)
(Hz) (Volt) (Hz) (Volt) i (Hz) (Volt)
0,1 1,5 0,1 1,33 0,1 0,3
0,08 1,25 0,08 1,25 0,08 0,2
0,06 1,2 0,06 1,2 0,06 0,75
0,04 1 0,04 1 0,04 0,5
0,02 0,75 0,02 0,8 0,02 0,33
3000 0 0,8 5000 0 0,75 7000 0 0,25
- 0,02 0,75 - 0,02 0,8 - 0,02 0,33
- 0,04 1 - 0,04 1 - 0,04 0,33
- 0,06 1,2 - 0,06 1,2 - 0,06 0,5
- 0,08 1,25 - 0,08 1,25 - 0,08 0,5
- 0,1 0,66 - 0,1 0,5 - 0,1 0,33

3.2 Grafik
3.3.1 Percobaan Langsung
3.3.1.1 Frekuensi 3000 Hz
0.7

0.65 0.6 0.65

0.55 0.55 0.5 0.55 0.55


0.5 0.5
0.45 0.4
Vout (Volt)

0.4
0.3

0.2

0.1
0.1
0
-0.3 -0.2 -0.1 0 0.1 0.2 0.3
x (m)

Grafik 3.1 Percobaan langsung frekuensi 3000 Hz.

10
3.3.1.2 Frekuensi 5000 Hz
1.2

1 1.1

0.8 0.85
0.825 0.8 0.8

Vout (Volt)
0.675 0.6 0.7

0.46 0.4
0.45 0.4
0.2
0.225

0
-0.3 -0.2 -0.1 0 0.1 0.2 0.3
x (m)

Grafik 3.2 Percobaan langsung frekuensi 5000 Hz.

3.3.1.3 Frekuensi 7000 Hz


1.2

1 1.1
1 1
0.9 0.8 0.9
Vout (Volt)

0.6
0.55
0.5 0.4 0.5
0.4 0.4 0.375
0.2

0
-0.3 -0.2 -0.1 0 0.1 0.2 0.3
x (m)

Grafik 3.3 Percobaan langsung frekuensi 7000 Hz.

11
3.3.2 Simulasi
3.2.2.1 Frekuensi 3000 Hz
1.6

1.4 1.5

1.25 1.2 1.25


1.2 1.2
1
Vout (Volt) 1 1
0.8
0.8 0.75
0.75 0.6
0.66
0.4

0.2

0
-0.15 -0.1 -0.05 0 0.05 0.1 0.15
x (m)

Grafik 3.4 Simulasi frekuensi 3000 Hz.

3.2.2.2 Frekuensi 5000 Hz


1.4
1.33
1.25 1.2 1.25
1.2 1.2
1
1 1
0.8
Vout (Volt)

0.8 0.8
0.6 0.75

0.5 0.4

0.2

0
-0.15 -0.1 -0.05 0 0.05 0.1 0.15
x (m)

Grafik 3.5 Simulasi frekuensi 5000 Hz.

12
3.2.2.3 Frekuensi 7000 Hz
0.8

0.7 0.75

0.6

0.5
0.5 0.5 0.5

Vout (Volt)
0.4

0.33 0.33 0.3 0.33


0.33 0.3
0.2 0.25
0.2
0.1

0
-0.15 -0.1 -0.05 0 0.05 0.1 0.15
x (m)

Grafik 3.6 Simulasi frekuensi 7000 Hz.

3.3 Pembahasan
3.3.1 Analisa Prosedur
3.3.1.1 Fungsi Alat
Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan interferensi gelombang
bunyi di antaranya yaitu, Loudspeaker, Signal Generator, Oscilloscope,
Universal Microphone, kabel penghubung, pengait dan penyangga Microphone,
papan difraksi dan celah, plat meter atau penggaris, serta aplikasi simulator.
Loudspeaker digunakan sebagai sumber gelombang bunyi pada percobaan ini.
Signal Generator digunakan sebagai penghasil sinyal input pada rangkaian.
Oscillocope digunakan sebagi visualisasi gelombang yang ditangkap oleh
Universal Microphone. Universal Microphone digunakan sebagai penangkap
gelombang bunyi setelah lewat dari celah. Kabel penghubung digunakan sebagai
penghubung antara alat-alat yang digunakan pada rangkaian untuk penghantar
arus dan sinyal. Pengait dan penyangga Microphone digunakan sebagai
penyangga Microphone agar tidak jatuh. Papan difraksi dan celah digunakan
sebagai tempat dilewatinya gelombang bunyi sebelum ditangkap oleh
Microphone. Plat meter atau penggaris digunakan sebagai pengukur skala
pergeseran Microphone. Aplikasi simulator digunakan untuk pengamblan data
simulasi.

3.3.1.2 Fungsi Perlakuan


13
Pada percobaan interferensi gelombang bunyi, setiap alat yang
digunakan terdapat perlakuan yang berbeda-beda. Kabel Loudspeaker
disambungkan ke Signal Generator agar dapat dihasilkan gelombang bunyi.
Selanjutnya, Signal Generator dinyalakan, frekuensi outpur diatur pada
frekuensi ≥ 2.000 Hz dan ≤ 20.000 Hz, dengan tombol putar AC dan DC pada
value > 0 agar didapatkan hasil yang sesuai. Setelah itu, Signal Generator
disambungkan ke Oscilloscope sebagai input Channel 1 dan Universal
Microphone disambungkan ke Channel 2 agar sinyal input dan ouput dapat
digambarkan pada gelombang yang dihasilkan oleh Oscilloscope. Kemudian,
Oscilloscope dinyalakan, diatur mode ke Dual Channel, dan posisi vertikal
masing-masing Channel diatur agar sinyal input tidak terhimpit. Selanjutnya,
mouse diarahkan ke pengait penyangga Universal Microphone untuk
diketahuinya informasi, jarak speaker ke kisi, lebar per celah, jarak antara celah
(d), dan jarak ujung Microphone ke kisi. Setelah itu, Signal Generator
dinyalakan, Time/div dan Volt/div masing-masing Channel di Oscilloscope diatr
untuk dapat ditampilkannya sinyal input. Kemudian, celah ditekan sebanyak dua
kali agar dapat ditampilkannya atau disembunyikannya proyeksi depan celah.
Penutup celah digeser, sehingga dua celah saja yang terbuka. Selanjutnya,
Microphone digeser maju atau mundur untuk didapatkannya tampilan sinyal
output Channel 2 yang terbaik. Setelah itu, penyangga atau pengait Microphone
ditekan sebanyak dua kali agar proyeksi samping Microphone terhadap celah
pada pergeseran ke kiri dan ke kanan dapat ditampilkan atau disembunyikan.
Kemudian, Microphone digeser ke kiri atau ke kanan dan posisi maxima dan
minima pola interderensi gelombang yang terdeteksi dicatat sebagai data hasil
percobaan. Selanjutnya, tombol Reset yang ada di samping tombol Run ditekan
setiap terjadi crash pada aplikasi.

3.3.2 Analisa Hasil


Data yang didapatkan pada percobaan ini ada dua jenis yaitu, data
percobaan langsung dan data simulasi dengan frekuensi sumber 3000 Hz, 5000
Hz, dan 7000 Hz. Grafik yang ditampilkan merupakan hubungan antara tegangan
output dengan posisinya 9x). Pada grafik ditampilkan, bentuk bukit dan lembah
yang menggambarkan peristiwa interferensi gelombang. Grafik yang konstan
dapat terbentuk bila puncak paling tinggi berada pada posisi 0. Sedangkan data-
data yang didapatkan dari hasil simulasi maupun percobaan langsung tidak

14
membentuk grafik yang memiliki puncak tertinggi di posisi 0, kecuali pada grafik
percobaan langsung yang memiliki frekuensi 7000 Hz. Hal tersebut dapat terjadi
karena semakin tinggi frekuensi, maka, akan semakin konstan grafiknya,
kesalahan data yang didapat bisa saja terjadii karena beberapa faktor seperti
kesalahan dalam pembacaan skala dan kondisi ruangan saat pengambilan data
terdapat kebisingan atau adanya suara lain selain dari speaker. Kebisingan tersebut
akan berakibat pada penangkapan gelombang bunyi oleh Microphone terganggu.
Interferensi memiliki hubungan dengan besar frekuensi. Berdasarkan rumus
kecepatan yaitu, v=πf . Diketahui bahwa panjang gelombang berbanding terbalik
dengan frekuensi, di mana semakin tinggi frekuensi, maka, panjang
gelombangnya akan semakin pendek dan bentuknya akan semakin berhimpitan
dan banyak. Semakin tinggi frekuensi, maka, semakin konstan pola dari
gelombang interferensi yang terbentuk. Interferensi ada dua jenis yaitu,
interferensi konstruktif dan interferensi destruktif. Interferensi konstruktif terjadi
bila terdapat dua gelombang monokromatik yang memiliki fase yang sama
bertemu, maka, keduanya akan saling menggabungkan dan dapat dinyatakan
dengan persamaan (3.1) berikut,
d sinθ=mλ ...(3.1)
dengan d adalah lebar celah, m adalah orde interferensi ke- (0, 1, 2, 3, ..) dan λ
adalah panjang gelombang. Interferensi konstruktif dapat digambarkan seperti
pada gambar 3.1,

Gambar 3.1 Interferensi konstruktif

Interferensi destruktif terjadi bila terdapat dua buah gelombang monokromatik


yang memiliki fase kelipatan ganjil atau berlawanan, sehingga saling
menghilangkan dan dapat dinyatakan dengan persamaan (3.2) berikut,

( 12 ) λ
d sinθ = m+ ...(3.2)

15
dengan d adalah lebar celah, m adalah orde interferensi ke- (0, 1 , 2, 3, ...) dan λ
adalah panjang gelombang. Interferensi destruktif dapat digambarkan seperti pada
gambar 3.2,

Gambar 3.2 Interferensi destruktif

Sensitivitas Microphone adalah rasio output atau tegangan dengan intensitas


suara input. Sensitivitas Microphone juga dapat diartikan sebagai kemampuan
Microphone untuk dapat mengubah tekanan akustik menjadi tegangan listrik.
Sensitivitas Microphone biasanya dinyatakan dalam decibel (dB). Output
tegangan yang tinggi dihasilkan dari sensitivitas tinggi, sehingga Microphone
yang memiliki sensitivitas tinggi tidak memerlukan pengutan lebih banyak jika
dibandingkan dengan Microphone yang bersensitivitas rendah. Semakin tinggi
nilai sensitivitas Microphone, maka , semakin tinggi pula kemampuan
Microphone dalam menerima gelombang bunyi atau Microphone akan semakin
peka. Dalam penerapannya, Microphone dengan sensitivitas tinggi akan sangat
diperlukan untuk menjaga agar noise tetap dalam tingkat yang rendah saat
diperlukannya tingkat tekanan suara yang rendah. Tingkar akurasi Signal
Generator yaitu, di mana Signal Generator dapat mengeluarkan sinyal yang
akurat. Jika, tingkat akurasi Signal Generator rendah, maka, sinyal yang
dikeluarkan juga memiliki akurasi yang kurang. Sehingga hal tersebut akan
berpengaruh pada alat yang disambungkan pada Signal Generator tersebut. Ketika
percobaan ini dilaksanakan, Signal Generator dihubungkan pada Universal
Microphone dan Oscilloscope. Alat-alat tersebut jika dialiri sinyal yang tidak
akurat, maka, pada Microphone akan menangkap sinyal yang tidak akurat dan
Oscilloscope akan menampilkan visualisasi grafik yang tidak sesuai juga. Jadi,
akurasi Signal Generator harus diperhatikan untuk dihasilkan data yang sesuai
dan akurat.

16
Contoh aplikasi interferensi gelombang yaitu, pada rangkaian interferometer
akustik. Rangkaian tersebut digunakan untuk mengetahui besar interferensi pada
gelombang bunyi yang melewati pipa dengan jalur 1 dengan panjang lintasannya
konstan atau tetap. Sedangkan pada jalur 2, panjang lintasannya dapat diubah.
Lintasan 2 dapat digeser untuk mendapatkan gelombang sefase pada titik
interferensi, sehingga terjadi interferensi konstruktif. Sedangkan kedua ujungnya
digeser, sehingga gelombang melewati lintasan 2 akan memiliki gelombang yang
selisih setengah panjang gelombang dari gelombang yang melewati lintasan 1. Hal
tersebut dapat menyebabkan terjadinya interferensi destruktif.

17
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Setelah dilakukannya percobaan interferensi gelombang bunyi, praktikan dapat
mencapai tujuan dari dilakukannya percobaan ini. Sifat interferensi pada gelombang
bunyi dibuktikan dengan diamatinya pola difraksi dua celah, di mana interferensi
dihasilkan dari perpaduan gelombang baru yang dihasilkan dari gelombang bunyi yang
telah melewati celah dan menghasilkan peristiwa difraksi yang terlihat dari grafik yang
berbentuk bukit dan lembah. Diketahui bahwa interferensi konstruktif merupakan dua
gelombang yang memiliki fase yang sama, sehingga saling membangun. Sedangkan
interferensi destruktif merupakan interferensi yang terjadi ketika dua gelombang yang
memiliki fase yang berlawanan bertemu, sehingga saling menghilangkan.

4.2 Saran
Sebelum dilaksanakannya praktikum, praktikan lebih baik untuk membaca dan
memahami materi praktikum, sehingga praktikum nanti dapat berjalan dengan
maksimal. Serta praktika diharapkan lebih teliti dalam pengambilan data agar data yang
didapatkan semakin mendekati akurat.

18
DAFTAR PUSTAKA

Agarawal, N, S. (2016) “Wave Particle Duality and Interference Explained”, Journal of


Modern Physics 7 ; 267-276.

Baek, J., Kang, B., Rhyou, C. & Lee, H. (2021) “Effect of the sound speed mismatch between
fluuid and channel on the particle alignment in a standing surface acoustic wave
device”, Sensors and Actators;B. Chemical 346 ; 1-9.

Muhammad, Z., & Dahuwa, D. (2017) “A Riview of the Pprinciples and Applications of
Sound Wave”, Journal of Applied Physics (6)9 ; 48-61.

Muldrisnur. (2016) “Optimasi celah pita optik opal dan core shell opal”, Jurnal Ilmu Fisika
8(1) ; 52-59.

Sarah, S. (2015) “Spektrum Bunyi Alat Musik Kentong Berdasarkan Variasi Jumlah
Gelombang”, Jurnal Teknologi Technoscientia (7)2 ; 150-156.

Setiawan, F. B., Prasetyo, D.D., & Pratomo, L.H. (2023) “Design of Audiosonic Frequency
Wave Theraphy Tool with Arduino Mega-Based Spectrum Analyzer Monitoring”,
Jurnal Ilmiah Teknik Elektro 10 ; 33-38.

Silva, A. A. (2017) “Determining the speed of sound in the air by sound wave interference”,
European Journal of Physics 38 ; 1-8.

Zhang, B. & Xiao, T. (2021) “Interferent Polarized Focus Profiles with Double-Slit
Interference”, Optic-International Journal for Light and Electron Optics 226 ; 2-8.

19
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan
Tujuan dari dilakukannya percobaan difraksi celah tunggal dan celah ganda yaitu,
dapat diamatinya pola yang difraksi pada celah tunggal dan celah ganda, dapat
dibuktikannya bahwa ada sifat difraksi dari berkas sinar sejajar, dan dapat
ditentukannya lebar tiap-tiap celah tunggal maupun ganda.

1.2 Tinjauan Pustaka


Difraksi celah tunggal dapat dijelaskan dari dasar teori Yangton dan Yington yang
menjelaskan bahwa yang memiliki dualitas partikel gelombang hanyalah partikel spin
seperti foton dan elektron. Interferensi atraktif dan interferensi repulsif sempat diidekan
sebagai mekanisme baru dalam penerapan difraksi celah tunggal dan interferensi celah
ganda. Sebenarnya, dua interferensi tadi bisa saja terbentuk bila frekuensi yang
digunakan lebih kecil (Wu, 2020).
Eksperimen dengan celah, pola interferensi dan analisis perambatan gelombang
untuk mendukung sifat gelombang cahaya dilakukan Hyugens, Young, dan lain-lain.
Teori gelombang didukung kuat oleh eksperimen celah ganda klasik oleh Young.
Difraksi cahaya yang menghasilkan pola pinggiran melalui celah ganda diterima sebagai
indikasi interferensi gelombang cahaya. Cahaya diasumsikan berperilaku serupa tetapi
susunan interferensi cahaya tidak pernah divisualisasikan secara langsung berdasarkan
pola interferensi gelombang dengan media lain (Dutt et al, 2021).
Tumpang tindihnya gelombang bersama-sama adalah penyebab dari adanya
interferensi. Sedangkan gelombang yang dipancarkan melewati sumber terbatas atau
celah terbatas untuk menyebar dan merambat adalah penyebab untuk adanya difraksi.
Interferensi gelombang dalam jumlah tak terbatas yang dipancarkan oleh titik sumber
kontinu dalam dua atau tiga dimensi dapat menghasilkan difraksi. Perambatan
gelombang dengan mempertimbangkan setiap titik pada muka gelombang sebagai
sumber sekunder dari gelombang kecil bulat mungkin dilakukan berdasarkan prinsip
Hyugens. Gelombang kecil ini dengan kecepatan gelombang dapat merambat keluar.
Gelombang berjalan akan dapat dihasilkan dari gelombang yang dipancarkan oleh
semua titik di muka gelombang yang saling berinterferensi. Pola difraksi celah tunggal
dapat diamati pada layer yang berjarak jauh dari celah saat cahaya melewati celah
tunggal yang lebarnya sesuai dengan urutan panjang gelombang cahaya, yang mana

20
fungsi dari sudut merupakan intensitas. Secara konvensional, setiap bagian celah dapat
dianggap sebagai pemancar gelombang berdasarkan prinsip Hyugens. Pola difraksi akan
dihasilkan oleh semua gelombang tersebut. Interferensi konstruktif dihasilkan saat
puncak bertemu dengan puncak dan interferensi destruktif terjadi ketika puncak bertemu
dengan lembah. Eksperimen celah ganda merupakan demonstrasi bahwa cahaya dan
materi dapat menampilkan karakteristik gelombang dan partikel yang didefinisikan
secara klasik dan dapat menampilkan sifat probabilistic fundamental dari fenomena
mekanika kuantum berdasarkan fisika modern. Sumber cahaya yang koheren seperti
laser, menerangi pelat yang tembus oleh dua celah partikel dan cahaya yang melewati
diamati pada layer di belakang pelat pada dasar percobaan ini. Interferensi yang tidak
diharapkan ketika cahaya terdiri dari partikel klasik dapat dihasilkan oleh sifat
gelombang cahaya (Wu, 2020).
Difraksi merupakan fenomena penting yang interferensinya menjembatani dari
geometri ke optik gelombang dan dari optik gelombang ke mekanika kuantum.
Distribusi sudut dapat dikenali berdasarkan analisis kuantitatif pola difraksi yang
dibentuk oleh urutan intensitas maksimum dan minimum yang didistribusikan secara
simetris terhadap posisi maksimum yang berada pada pusat sistem Lucegrafo digunakan
untuk akuisisi intensitas cahaya dengan posisi melintang (Bonguiorno et al, 2018).
Proses difraksi menurut teori dapat digambarkan dan divisualisasikan dengan
integral difraksi fresnel. Tetapi, integrator difraksi tersebut lumayan cukup rumit dalam
kondisi medan dekat terutama untuk layer difraksi dengan struktur yang kompleks yang
solusi analitisnya hampir tidak mungkin untuk didapatkan sifat dasar gelombang cahaya
di ruang angkasa adalah difraksi, dengan metode perkiraan sebagian besar masalah
praktis dapat ditangani. Masalahnya harus dianalisis dari sesuatu yang lebih umum
untuk dapat memberikan deskripsi matematis dari penyebaran intensitas difraksi
Fraunhofer di bawah kondisi medan yang jauh dan mensimulasikan kondisi
pembentukan difraksi Fraunhofer, untuk difraksi celah tunggal berdasarkan referensi
yang relevan. Sumber dari cahaya celah dengan lebar d, dianggap terdiri dari n sumber
cahaya titik yang berjarak (Xing & Li, 2020).
Cahaya menurut pemahaman sekarang ini menjadi pertimbangan antara teori
partikel dan gelombang. Interferensi gelombang menghasilkan teori gelombang cahaya
yang memiliki pola pinggir menurut percobaan celah ganda klasik. Kemudian,
dilakukan percobaan celah ganda dan pola pinggir tadi dengan metode visualisasi yang
baru, yaitu, dengan divisualisasikan langsung dengan menggunakan metode difraksi,
refleksi (pemantulan), dan refraksi (Dutt et al, 2021).

21
BAB II

METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan difraksi celah tunggal dan celah
ganda di antaranya yaitu, sebuah sumber cahaya monokromatik (laser He-Ne),
penyangga, pengait, celah tunggal dan ganda, pemegang celah, layar proyeksi,
penggaris, photodetector, plotter XY, kertas grafik, serta aplikasi simulator.

2.2 Tata Laksana Percobaan


Langkah pertama yang dilakukan saat akan dilaksanakannya praktikum difraksi
celah tunggal dan ganda ini adalah ditekannya tombol Run pada bagian bawah aplikasi.
Setelah itu, celah tunggal dipasangkan ke penyangga. Penyangga yang sudah dipasangi
celah dipasangkan ke pengait yang terdapat di antara sinar dan Plotter XY. Posisi celah
disesuaikan pada kisi A, sehingga terbentuk pola gelap terang di belakang Plotter XY.
Bagian depan Plotter XY ditekan dua kali untuk ditampilkan atau disembunyikannya
tampilan visual proyeksi atas Plotter XY sekaligus proyeksi depan pola gelap terang
hasil difraksi kisi. Untuk ditampilkan atau disembunyikannya bar jarak pengait dengan
solar sel, yakni dengan ditekan dua kali pada pengait. Proyeksi depan pola difraksi
ditekan dua kali untuk ditampilkan atau disembunyikannya penggaris. kemudian, axis Y
pada Plotter XY pada 1 mV/cm diatur dan waktu pada ≥ 0,1 s/cm. Kemudian, switch
pena ditekan ke arah pen dan tombol power ke arah 1. Jika, semua rangkaian sudah
siap, tombol switch ditekan ke arah start atau rep untuk dimulainya plotting. Setelah
itu, button waktu diarahkan ke arah X untuk dikembalikannya posisi pena Plotter XY
ke posisi semula. Jarak pengait ke solar sel (L) dan jarak pola terang masing-masing
orde ke terang pusat (X) dicatat. Setelah itu, kertas grafik yang telah terisi plot hasil
difraksi ditekan dua kali untuk diperbesar atau dipindahkannya ke posisi lain agar
diganti dengan kertas grafik yang baru. Saklar ruang kemudian ditekan apabila
diperlukan simulasi dalam ruang gelap. Langkah-langkah diulangi untuk untuk kisi B,
C, dan juga kisi A, B, dan C pada celah ganda. Tombol Reset di samping tombol Run
dapat ditekan setiap kali terjadi crash pada aplikasi.

22
2.3 Rangkaian Alat
Gambar 2.1 di bawah ini adalah alat dan bahan yang digunakan pada percobaan
dengan topik difraksi celah tunggal dan ganda kali ini.

1 8

5 9

6
4
2

Gambar 2.1 Alat dan bahan pada percobaan.

Keterangan:

1. Laser He-Ne,
2. Celah tunggal,
3. Celah ganda,
4. Pengait celah,
5. Penyangga pengait celah,
6. Kertas grafik,
7. Plotter XY.
8. Penggaris,
9. Kabel penghubung.

23
Adapun rangkaian alat dan bahan pada saat percobaan langsung adalah sebagai
berikut,

Gambar 2.2 Rangkaian alat dan bahan percobaan langsung.

24
BAB III

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Hasil Percobaan


3.1.1 Percobaan Langsung
−9
λ=632,8 ×10 m
3.1.1.1 Celah Tunggal
Tabel 3.1 Percobaan Langsung Celah Tunggal
Celah L (m) n x (m) d (m)
1 0,007 9,04022 ×10−5
2 0,014 9,04089 ×10−5
A 3 0,018 0,000105484
4 0,022 0,000115082
5 0,026 0,000121733
1 0,004 0,000158201
2 0,0069 0,000183425
B 1 3 0,0085 0,000223349
4 0,0112 0,000226014
5 0,0135 0,000234392
1 0,002 0,000316401
2 0,004 0,000316403
C 3 0,005 0,000379685
4 0,006 0,000421874
5 0,007 0,00045201

3.1.1.2 Celah Ganda


Tabel 3.2 Percobaan Langsung Celah Ganda
Celah L (m) n x (m) d (m)
1 1 0,005 0,000126562
2 0,009 0,000140628
A 3 0,013 0,000146043
4 0,017 0,000148916
5 0,02 0,000158232
B 1 0,011 5,75308 ×10−5
25
2 0,019 6,66225 ×10−5
3 0,026 7,30401 ×10−5
4 0,035 7,23643 ×10−5
5 0,042 7,53997 ×10−5
1 0,005 0,000126562
2 0,007 0,000180804
C 3 0,01 0,000189849
4 0,012 0,000210949
5 0,015 0,000210957

3.1.2 Simulasi
3.1.2.1 Celah Tunggal
Tabel 3.3 Simulasi Celah Tunggal
Celah L (m) n x (m) d (m)
1 0,017 5,9561 ×10−5
2 0,029 6,98377 ×10−5
A 3 0,041 7,41082 ×10−5
4 0,051 7,94505 ×10−5
5 0,063 8,04178 ×10−5
1 0,009 0,0001125
2 0,014 0,000144646
B 1,6 3 0,019 0,000159877
4 0,025 0,000162017
5 0,031 0,000163334
1 0,004 0,000253121
2 0,007 0,000289283
C 3 0,009 0,000337499
4 0,012 0,000337503
5 0,015 0,000337508

26
3.1.2.2 Celah Ganda
Tabel 3.4 Simulasi Celah Ganda
Celah L (m) n x (m) d (m)
1 0,018 5,62524 ×10−5
2 0,029 6,98377 ×10−5
A 3 0,004 0,000759362
4 0,051 7,94505 ×10−5
5 0,064 7,91633 ×10−5
1 0,009 0,0001125
2 0,014 0,000144646
B 1,6 3 0,002 0,001518721
4 0,025 0,000162017
5 0,031 0,000163334
1 0,008 0,000126562
2 0,014 0,000144646
C 3 0,002 0,001518721
4 0,025 0,000162017
5 0,031 0,000163334

3.2 Perhitungan
3.2.1 Percobaan Langsung
3.2.1.1 Celah Tunggal A
n1 λ √ L2+ x 12 1(632,8× 10−9 ) √ 12 +0,0072 −5
d 1= = =9,04022 ×10 m
x1 0,007
−5
d 2=9,04089× 10 m
d 3=0,000105484 m
d 4 =0,000115082 m
d 5=0,000121733 m

d=
∑ d = 0,00052 =0,00010462 m
n 5
2
|d 1−d| =|9,04022×10−5−0,00010462| =2,0221×10−10 m2
2

2
|d 2 −d| =2,0202 ×10−10 m2
2
|d 3 −d| =7,4239 ×10−10 m2

27
2
|d 4−d| =1,0942× 10−10 m2
2
|d 5 −d| =2,928 ×10−10 m2

√ ∑|d−d|2 =

−6
8,07 ×10
δd = =6,35287 ×10−6 m
n ( n−1 ) 5 ( 5−1 )
δd 6,35287 ×10−6
Kr d= × 100 %= ×100 %=6,0722046 %
d 0,00010462
−6
d=d ± δd=0,00010462 ±6,35287 ×10 m

3.2.1.2 Celah Tunggal B


n1 λ √ L2+ x 12 1(632,8× 10−9 ) √ 12 +0,0042
d 1= = =0,000158201 m
x1 0,004
d 2=0,000183425 m
d 3=0,000223349 m
d 4 =0,000226014 m
d 5=0,000234392 m

d=
∑ d = 0,00103 =0,00020508 m
n 5
2 2
|d 1−d| =|0,00015820−0,00020508| =2,1973× 10−9 m2
2
|d 2 −d| =4,6879× 10−10 m2
2
|d 3 −d| =3,39 ×10−10 m2
2
|d 4−d| =4,384 × 10−10 m2
2
|d 5 −d| =8,594 × 10−10 m2

δd =
√ ∑|d−d|2 =
n ( n−1 ) √ 4,3 ×10−9
5 ( 5−1 )
=1,4659× 10−5 m

δd 1,4659 ×10−5
Kr d= × 100 %= ×100 %=7,14809 %
d 0,00020508
d=d ± δd =0,00020508 ±1,4659 ×10−5 m

3.2.1.3 Celah Tunggal C


n1 λ √ L + x 1 1( 632,8× 10−9 ) √ 12 +0,0022
2 2

d 1= = =0,000316401 m
x1 0,002
d 2=0,000216403 m
d 3=0,000379685 m

28
d 4 =0,000421874 m
d 5=0,000452011 m

d=
∑ d = 0,00189 =0,0003773 m
n 5
2 2
|d 1−d| =|0,000316401−0,0003773| =3,706 × 10−9 m2
2
|d 2 −d| =3,705 ×10−9 m2
2
|d 3 −d| =5,809 ×10−12 m2
2
|d 4−d| =1,989× 10−9 m2
2
|d 5 −d| =5,586 ×10−9 m2

δd =
√ ∑|d−d|2 =
n ( n−1 ) √ 1,5× 10−8
5 ( 5−1 )
=2,737 × 10−5 m

−5
δd 2,737 ×10
Kr d= × 100 %= ×100 %=7,25688 %
d 0,0003773
−5
d=d ± δd=0,0003773 ±2,737 × 10 m

3.2.1.4 Celah Ganda A


n1 λ √ L + x 1 1( 632,8× 10−9 ) √ 12 +0,0052
2 2

d 1= = =0,000126562 m
x1 0,005
d 2=0,000140628 m
d 3=0,000146043 m
d 4 =0,000148916 m
d 5=0,000158232 m

d=
∑ d =0,0001441 m
n
2 2
|d 1−d| =|0,000126562−0,0001441| =3,068 ×10−10 m2
2
|d 2 −d| =1,189 ×10−11 m2
2
|d 3 −d| =3,87 × 10−12 m2
2
|d 4−d| =2,342× 10−11 m2
2
|d 5 −d| =3,004 × 10−10 m2

√ ∑|d−d|2 =

−10
5,5× 10
δd = =5,22646 ×10−6 m
n ( n−1 ) 5 (5−1 )
δd 5,22646 ×10−6
Kr d= × 100 %= ×100 %=3,62757 %
d 0,0001441
29
d=d ± δd =0,0001441 ±5,22646 ×10−6 m

3.2.1.5 Celah Ganda B


n1 λ √ L2+ x 12 1(632,8× 10−9 ) √ 12 +0,0112 −5
d 1= = =5,753× 10 m
x1 0,011
d 2=6,66225 × 10−5 m
−5
d 3=7,3040 ×10 m
−5
d 4 =7,2364 ×10 m
−5
d 5=7,5399 ×10 m

d=
∑ d = 0,00034 =6,899× 10−5 m
n 5
2
|d 1−d| =|5,753 ×10−5−6,899 ×10−5| =1,313 ×10−10 m2
2

2
|d 2 −d| =5,612 ×10−10 m2
2
|d 3 −d| =1,639 ×10−11 m2
2
|d 4−d| =1,138× 10−11 m2
2
|d 5 −d| =4,107 ×10−11 m2

√ ∑|d−d|2 =

−10
2,1× 10
δd = =3,207 ×10−6 m
n ( n−1 ) 5 (5−1 )
δd 3,207 ×10−6
Kr d= × 100 %= ×100 %=4,649 %
d 6,899 ×10−5
−5 −6
d=d ± δd=6,899 ×10 ± 3,207 ×10 m

3.2.1.6 Celah Ganda C


n1 λ √ L2+ x 12 1( 632,8× 10−9 ) √ 12 +0,0052
d 1= = =0,000126562 m
x1 0,005
d 2=0,000180804 m
d 3=0,000189849 m
d 4 =0,000210949 m
d 5=0,000210957 m

d=
∑ d = 0,00092 =0,0001838 m
n 5
2 2
|d 1−d| =|0,000126562−0,0001838| =3,279 ×10−9 m2
2
|d 2 −d| =9,119 ×10−12 m2
30
2
|d 3 −d| =3,63 ×10−11 m2
2
|d 4−d| =7,357 ×10−10 m2
2
|d 5 −d| =7,362 ×10−10 m2

√ ∑|d−d|2 =

−9
4,8 ×10
δd = =1,5486 ×10−5 m
n ( n−1 ) 5 (5−1 )
−5
δd 1,5486 ×10
Kr d= × 100 %= ×100 %=8,4243 %
d 0,0001838
d=d ± δd =0,0001838 ±1,5486 × 10−5 m

3.2.2 Simulasi
a) Celah Tunggal A
n1 λ √ L2+ x 12 1( 632,8× 10−9 ) √ 1,62 +0,017 2 −5
d 1= = =5,956 × 10 m
x1 0,017
−5
d 2=6,983 × 10 m
−5
d 3=7,4108 ×10 m

d 4 =7,94505 ×10−5 m
−5
d 5=8,0417× 10 m

d=
∑ d = 0,00036 =7,268 ×10−5 m
n 5
2
|d 1−d| =|5,956 × 10−5−7,268 ×10−5| =1,72 ×10−10 m2
2

2
|d 2 −d| =8,051 ×10−12 m2
2
|d 3 −d| =2,054 × 10−12 m2
2
|d 4−d| =4,591 ×10−11 m2
2
|d 5 −d| =5,995 ×10−11 m2

√ ∑|d−d|2 =

−10
2,9 ×10
δd = =3,794 ×10−6 m
n ( n−1 ) 5 (5−1 )
δd 3,794 × 10−6
Kr d= × 100 %= × 100 %=5,2209 %
d 7,268 ×10
−5

−5 −6
d=d ± δd =7,268 ×10 ± 3,794 ×10 m

b) Celah Tunggal B
n1 λ √ L + x 1 1( 632,8× 10−9 ) √ 1,62 +0,0092
2 2

d 1= = =0,0001125 m
x1 0,009
31
d 2=0,000144646 m
d 3=0,000159877 m
d 4 =0,000162017 m
d 5=0,000163334 m

d=
∑ d = 0,00074 =0,0001485 m
n 5
2 2
|d 1−d| =|0,0001125−0,0001485| =1,294 ×10−9 m2
2
|d 2 −d| =1,466 ×10−11 m2
2
|d 3 −d| =1,3 ×10−10 m2
2
|d 4−d| =1,834 ×10−10 m2
2
|d 5 −d| =2,208 ×10−10 m2

√ ∑|d−d|2 =

−9
1,8× 10
δd = =9,5996× 10−6 m
n ( n−1 ) 5 ( 5−1 )
δd 9,5996 × 10−6
Kr d= × 100 %= × 100 %=6,4655 %
d 0,0001485
−6
d=d ± δd=0,0001485 ± 9,5996 ×10 m

c) Celah Tunggal C
n1 λ √ L2+ x 12 1( 632,8× 10−9 ) √ 1,62 +0,004 2
d 1= = =0,000253121 m
x1 0,004
d 2=0,000289283 m
d 3=0,000337499 m
d 4 =0,000337503 m
d 5=0,000337508 m

d=
∑ d = 0,00155 =0,000311 m
n 5
2 2
|d 1−d| =|0,000253121−0,000311| =3,348 ×10−9 m2
2
|d 2 −d| =4,709× 10−10 m2
2
|d 3 −d| =7,031 ×10−10 m2
2
|d 4−d| =7,033× 10−10 m2
2
|d 5 −d| =7,036 ×10−10 m2

32
√ ∑|d−d|2 =

−9
5,9× 10
δd = =1,7217 ×10−5 m
n ( n−1 ) 5 ( 5−1 )
−5
δd 1,7217 ×10
Kr d= × 100 %= ×100 %=5,5365 %
d 0,000311
−5
d=d ± δd=0,000311 ±1,7217 ×10 m

d) Celah Ganda A
n1 λ √ L + x 1 1(632,8× 10−9 ) √ 1,62 +0,0182
2 2
−5
d 1= = =5,6245 ×10 m
x1 0,018
−5
d 2=6,9837 × 10 m
d 3=0,0007593 m
−5
d 4 =7,9450 ×10 m
−5
d 5=7,91633 ×10 m

d=
∑ d = 0,00104 =0,0002088 m
n 5
2
|d 1−d| =|5,6245 ×10−5−0,0002088| =2,327 ×10−8 m2
2

2
|d 2 −d| =1,931 ×10−8 m2
2
|d 3 −d| =3,031 ×10−7 m2
2
|d 4−d| =1,673× 10−8 m2
2
|d 5 −d| =1,681 ×10−8 m2

√ ∑|d−d|2 =

−7
3,8 ×10
δd = =0,0001377 m
n ( n−1 ) 5 ( 5−1 )
δd 0,0001377
Kr d= × 100 %= ×100 %=65,945 %
d 0,0002088
d=d ± δd =0,0002088 ± 0,0001377 m

e) Celah Ganda B
n1 λ √ L2+ x 12 1( 632,8× 10−9 ) √ 1,62 +0,0092
d 1= = =0,0001125 m
x1 0,009
d 2=0,000144646 m
d 3=0,0001518721 m
d 4 =0,000162017 m
d 5=0,000163334 m

33
d=
∑ d = 0,0021 =0,0004202 m
n 5
2 2
|d 1−d| =|0,0001125−0,0004202| =9,471×10−8 m2
2
|d 2 −d| =7,595 ×10−8 m2
2
|d 3 −d| =1,207 ×10−8 m2
2
|d 4−d| =6,668 ×10−8 m2
2
|d 5 −d| =6,6 × 10−8 m2

√ ∑|d−d|2 =

−6
1,5× 10
δd = =0,000274772 m
n ( n−1 ) 5 ( 5−1 )
δd 0,000274772
Kr d= × 100 %= × 100 %=65384 %
d 0,0004202
d=d ± δd=0,0004202 ±0,000274772 m

f) Celah Ganda C
n1 λ √ L + x 1 1( 632,8× 10−9 ) √ 1,62 +0,0082
2 2

d 1= = =0,000126562 m
x1 0,008
d 2=0,000144646 m
d 3=0,001518721 m
d 4 =0,000162017 m
d 5=0,000163334 m

d=
∑ d = 0,00212 =0,0004231 m
n 5
2 2
|d 1−d| =|0,000126562−0,0004231| =8,791 ×10−8 m2
2
|d 2 −d| =7,75 ×10−8 m2
2
|d 3 −d| =1,2 ×10−8 m2
2
|d 4−d| =6,814 ×10−8 m2
2
|d 5 −d| =6,746 × 10−8 m2

√ ∑|d−d|2 =

−6
1,5× 10
δd = =0,000273998 m
n ( n−1 ) 5 ( 5−1 )
δd 0,000273998
Kr d= × 100 %= × 100 %=64,7664 %
d 0,0004231
d=d ± δd =0,0004231 ±0,000273998 m

34
3.3 Screenshot Plot
3.3.1 Percobaan Langsung
3.3.1.1 Celah Tunggal A

Gambar 3.1 Plot percobaan langsung celah tunggal A

3.3.1.2 Celah Tunggal B

Gambar 3.2 Plot percobaan langsung celah tunggal B


3.3.1.3 Celah Tunggal C

Gambar 3.3 Plot percobaan langsung celah tunggal C

3.3.1.4 Celah Ganda A

35
Gambar 3.4 Plot percobaan langsung celah ganda A

3.3.1.5 Celah Ganda B

Gambar 3.5 Plot percobaan langsung celah ganda B

3.3.1.6 Celah Ganda C

Gambar 3.6 Plot percobaan langsung celah ganda C

3.3.2 Simulasi
36
3.3.2.1 Celah Tunggal A

Gambar 3.7 Plot simulasi celah tunggal A

3.3.2.2 Celah Tunggal B

Gambar 3.8 Plot simulasi celah tunggal B


3.3.2.3 Celah Tunggal C

Gambar 3.9 Plot simulasi celah tunggal C

37
3.3.2.4 Celah Ganda A

Gambar 3.10 Plot simulasi celah ganda A

3.3.2.5 Celah Ganda B

Gambar 3.11 Plot simulasi celah ganda B


3.3.2.6 Celah Ganda C

Gambar 3.12 Plot simulasi celah ganda C

38
3.4 Pembahasan
3.4.1 Analisa Prosedur
3.4.1.1 Fungsi Alat
Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan difraksi celah tunggal
dan celah ganda di antaranya yaitu, sebuah sumber cahaya monokromatik (laser
He-Ne), penyangga, pengait, celah tunggal dan ganda, pemegang celah, layar
proyeksi, penggaris, photodetector, plotter XY, kertas grafik, dan aplikasi
simulator. Sumber cahaya monokromatik (lase He-Ne) digunakan sebagai
penghasil cahaya pada percobaan difraksi dengan panjang gelombang 1λ dan
arahnya ke satu titik. Penyangga dan pengait digunakan sebagai tempat
diletakkannya celah tunggal atau celah ganda saat dilangsungkannya praktikum.
Celah tunggal dan celah ganda digunakan sebagai penghasil pola difraksi pada
layer setelah dilewati oleh cahaya. Pemegang celah digunakan sebagai tempat
diletakkannya celah dan pengatur letak celah pada berkas sinar laser. Layar
proyeksi digunakan sebagai tempat ditangkapnya pola difraksi. Penggaris
digunakan sebagai alat pengukur jarak terang pusat dengan terang ke-n dari pola
difraksi. Photodetector digunakan sebagai pengubah energi cahaya ke energi
listrik. Plotter XY digunakan sebagai pengubah energi listrik ke energi mekanik
agar pola difraksi yang dihasilkan dapat dibentuk dalam bentuk plot grafik.
Kertas grafik digunakan sebagai media dalam penggambaran plot grafik pola
difraksi. Aplikasi simulator digunakan sebagai media pengambilan data
simulasi.

3.4.1.2 Fungsi Perlakuan


Pada percobaan difraksi celah tunggal dan ganda, setiap alat yang
digunakan terdapat perlakuan yang berbeda-beda. Celah tunggal dipasang pada
penyangga agar tidak ada celah yang pindah yang pindah dari posisi awalnya
selama percobaan dilaksanakan. Selanjutnya, penyangga yang sudah dipasangi
celah dipasangkan pada pengait yang berada di antara laser dan Plotter XY agar
pola difraksi yang dihasilkan celah dapat tertangkap jelas pada layar. Setelah itu,
laser dinyalakan dan posisi celah A disesuaikan, sehingga terbentuk pola gelap
terang di belakang Plotter XY agar cahaya dapat lewat dan didapatkan hasil
yang sesuai. Bagian depan Plotter XY ditekan sebanyak dua kali agar dapat
ditampilkan atau disembunyikannya tampilan visual proyeksi atas Plotter XY
dan proyeksi depan pola gelap terang hasil difraksi kisi. Kemudian, pengait

39
ditekan sebanyak dua kali agar dapat ditampilkan atau disembunyikannya lebar
jarak pengait dengan solar sel. Proyeksi depan pola difraksi ditekan sebanyak
dua kali agar dapat ditampilkan atau disembunyikannya penggaris. setelah itu,
axis Y pada Plotter XY diatur pada 1 mV/cm dan waktu diatur pada ≥ 0,1 s/cm
agar dihasilkan pola difraksi dalam bentuk grafik yang jelas. Switch pena ditekan
ke arah pen, tombol power ke arah 1 dan jika, semua rangkaian sudah siap,
tombol switch ditekan ke arah start atau rep agar dapat dimulainya plotting.
Kemudian, button waktu diarahkan ke x untuk dikembalikannya Plotter XY ke
arah semula. Selanjutnya, jarak pengait ke solar sel (L) dan jarak pola terang
masing-masing orde ke terang pusat (x) dicatat sebagai data hasil percobaan.
Setelah itu, kertas grafik yang telah terisi plot ditekan sebanyak dua kali untuk
dimunculkankertas grafik agar dapat dijadikan sebagai gambar hasil percobaan
dan kertas grafik dapat diganti dengan yang baru. Kemudian, saklar lampu
ruangan dimatikan bila diperlukan agar pola difraksi terlihat jelas. Selanjutnya,
beberapa langkah diulang kembali untuk celah tunggal B, C, dan celah ganda A,
B, dan C agar didapat variasi data. Tombol Reset ditekan apabila terjadi crash
pada aplikasi untuk dihindarinya kesalahan atau hambatan dalam pengambilan
data.

3.4.2 Analisa Hasil


Berdasarkan simulasi dan percobaan yang telah dilakukan, didapatkan data
yang berbeda dari masing-masingnya. Pada data simulasi, besar L yang digunakan
adalah 1,6 m. Sedangkan dalam percobaan langsung digunakan L sebesar 1 m.
Dari data hasil perhitungan, diketahui bahwa nilai jarak antara terang pusat ke
terang n pada celah A lebih besar dibandingkan dengan celah B dan C pada celah
tunggal ataupun ganda. Hal tersebut dapat diketahui dari hasil perhitungan lebar
celah A, yang lebih kecil nilainya dibandingkan dengan celah B dan C. Kecuali
pada celah ganda di data hasil percobaan. Sehingga, dapat diketahui bahwa sudut
gelombang semakin besar apabila celahnya semakin sempit. Kr yang didapatkan
pada data hasil percobaan lebih kecil dibandingkan dengan dari data simulasi. Hal
ini berarti data yang diambil secara langsung oleh praktikan di lab lebih
mendekati akurat dibandingkan data yang diambil dengan alat simulasi.
Kesalahan data tersebut dapat diakibatkan oleh beberapa faktor, misalnya
praktikan kurang fokus dalam pengambilan data atau kesalahan alat percobaan.
Dari hasil percobaan dan simulasi juga didapatkan gambar plot. Gambar plot

40
tersebut menunjukkan hasil dari jarak terang pusat ke teang n, dengan nilai yang
tertinggi atau puncak tertinggi sebagai posisi terang pusat. Perbedaan plot terlihat
pada bentuk antara plot pada celah tunggal dan ganda pada data hasil percobaan
dan simulasi. Plot pada celah tunggal memiliki bentuk yang memiliki puncak di
tengah dan puncak-puncak di bawahnya memiliki jarak yang tidak berdempetan,
sedangkan plot celah ganda berbentuk berhimpitan. Tampilan tersebut disebabkan
oleh pola difraksi yang dihasilkan.
Efek Compton merupakan efek yang menggunakan dasar dari gagasan
Einstein tentang cahay partikel. Efek Compton terjadi ketika terdapat foton yang
datang dan menabrak elektron yang diam pada atom dan menghasilkan hamburan
foton dan elektron. Menurut fisika klasik, gelombang elektromagnetik yang
dihasilkan dari tabrakan pada atom sama panjang gelombangnya dengan
gelombang yang datang. Sedangkan menurut Efek Compton, gelombang yang
dihasilkan dari tabrakan tersebut memiliki panjang gelombang yang berbeda
dengan panjang gelombang datang.
Difraksi Fraunhofer merupakan bentuk difraksi gelombng yang terjadi
ketika gelombang medan dilewatkan melalui celah atay celah yang menyebabkan
hanya ukuran gambar apertur yang diamati berubah karena lokasi pengamatan
medan jauh dan sifat gelombang keluar terdifraksi yang semakin planar melewati
celah. Sedangkan difrasi Fresnel (difraksi medan dekat) merupakan peristiwa
difraksi yang terjadi saat gelombang melewati celah dalam medan dekat dan
menyebabkan pola difraksi yang terbentuk berbeda ukuran dan bentuknya
tergantung pada jarak apertur dan proyeksi.
Aplikasi difraksi dalam kehidupan yaitu photodioda. Photodioda berfungsi
untuk mendeteksi cahaya mulaii dari inframerah, cahaya tampak oleh mata, dan
sinar X. Photodioda bekerja dengan diubahnya cahaya menjadi energi listrik.
Photodioda dapat mengalirkan arus listrik dalam 1 arah saat menyerap atau
menangkap cahaya yang juga termasuk dalam sensor cahaya. Semakin banyak
arus yang mengalir terjadi karena semakin banyak pula cahaya yang diserap.

41
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Setelah dilaksanakannya percobaan ini, praktikan dapat mencapai tujuan dari
percobaan ini. Pola difraksi dari celah tunggal dan celah ganda dapat diamati. Sifat
difraksi dari berkas sinar sejajar dapat dibuktikan dengan sinar melewati celah, maka,
sinar akan mengalami pembelokan oleh celah dan dihasilkanlah pola gelap dan terang di
layar. Lebar celah tunggal dan ganda juga dapat dihitung dari data hasil percobaan dan
simulasi. Lebar celah inilah yang berpengaruh pada sudut pembelokan gelombang.
Semakin besar lebar celah, maka, sudut gelombangnya semakin kecil.

4.2 Saran
Saran bagi praktikum selanjutnya yaitu, diharapkan agar praktikan dapat lebih
memahami topik percobaan dengan membaca dan mempelajari topik sebelum
42
praktikum dimulai. Praktikan juga diharapkan lebih teliti dalam melakukan percobaan
dan pembacaan data.

DAFTAR PUSTAKA

Bach, R., Pope. D., Lious, S. & Batelaan, H. (2013) “Controlled double-slit electron
diffraction”, New Journal of Physics, 15 ; 1-7.

Buongiorno, D.., Michelini, M., Santi, L. & Stefanel, A. (2018) “From one slit to diffraction
grating: optical physics lab by means of computer on-line sensors”, Journal of Physics:
Conference Series, 1076 ; 1-8.

Dutt, S., Dutt, N. & Dutt, A. (2021) “Light Strands: Visualization of Free Space in Double
Slit Diffraction”, International Journal of Physics, 9 ; 197-205.

Wu, E. T. H. (2020) “Single Slit Diffraction and Double Slit Interference Interpreted by
Yangton and Yington Theory”, Journal of Applied Physics, 12 ; 10-16.

Xi, Q. & Li, Y. (2020) “Analysis on Single Slit Diffraction Experiment Based on MATLAB
Simulation”, Journal of Physics: Conference Series, 1622 ; 1-4.

43
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan
Percobaan dengan topik tetapan planck kali ini dilaksanakan dengan tujuan
diketahuinya pola visual spektrum cahaya yang terbentuk dari rangkaian. Percobaan ini
juga dilakukan dengan tujuan ditentukannya nilai tetapan planck tiap-tiap spektrum
warna lampu mercury.

1.2 Tinjauan Pustaka


Dalam fisika terdapat berbagai tetapan yang mungkin merupakan parameter dari
ruang-waktu. Paul Adrien Maurice Drac OM FRS atau yang lebih dikenal sebagai Paul
Dirac, merupakan tokoh yang berperan memengaruhi munculnya berbagai gagasan
terhadap konstanta atau tetapan yang ada sekarang ini. Hipotesis Bilangan Besar atau
“Large Numbers Hypothesis” yang dikemukakan oleh Dirac memunculkan berbagai
tetapan dengan berbagai kemungkinan seperti tetapan yang mungkin saja menjadi
besaran efektif. Misalnya, dalam teori dimensi tinggi, tetapan menjadi besaran efektif
44
setelah pengurangan konstanta kopling ke sub ruang empat dimensi. Salah satu contoh
tetapan yang kerap dipelajari ialah konstanta gravitasi Gn miliki Newton dan kopling
struktur halus α. Konstanta-konstanta tersebut tentunya tidak muncul begitu saja.
Berbagai percobaan dilakukan, membuat konstanta-konstanta tersebut berkembang
semakin sempurna. Hingga akhirnya, konstanta memberikan dampak yang sangat besar
pada gambaran umum hukum fisika (Mangano et al, 2015).
Pada awal abad lalu, sebuah tetapan diperkenalkan oleh Max Planck ketika ia
menjelaskan radiasi benda hitam menggunakan prinsip kuantum. Tetapan tersebut
disebut sebagai tetapan Planck dan menggunakan h sebagai simbolnya. Dengan peranan
penting dan signifikannya dalam mekanika kuantum, h dianggap sebagai salah satu
penguasa dalam fenomena fisik tetapan secara fundamental. Tak hanya dalam mekanika
kuantum, konstanta atau tetapan Planck memainkan peranan penting dalam bidang
elektronika, mekanika statistika, astronomi dan astrofisika, serta berbagai bidang terkait
lainnya (Mangano et al, 2015 ; Venkatreddy et al, 2022)
Untuk menemukan nilai dari tetapan Planck dilakukan berbagai pengukuran
dengan metode yang mencakup spektrum radiasi benda hitam, enertgi kinetik
fotoelektron dalam efek fotolistrik, kristal kerapatan pada sinar-X, dan keseimbangan
watt. Dua pengukuran terakhir (kristal kerapatan pada sinar-X dan keseimbangan watt)
dilakukan akhir-akhir ini dan menemukan presisi relatif dari 1,2 bagian pada 108 . Meski
begitu, nilai dari tetapan Planck yang diketahui dan diakui yaitu,
−34
h=6,26070040(81)× 10 Js. Nilai tersebut maminkan peranan yang penting dalam
membangun SI (Satuan Internasional) baru serta sistem konstanta atau tetapan fisik
fundamental yang direvisi (Mangano et al, 2015).
Agar radiasi benda hitam dapat dijelaskan, Max Planck menyatakan bahwa, energi
radiasi ditransmisikan (dikirimkan) dalam bentuk paket kuanta energi. Pernyataan
tersebut kemudian didukung oleh Einstein yang mengungkapkan bahwa, selama ia
mempelajari efek fotolistrik, ia menemukan adanya energi cahaya yang diserap oleh
sebuah elektron dalam bentuk paket kuanta (paket kecil) energi, persis seperti yang
dinyatakan oleh Planck. Paket energi tersebut sebanding dengan frekuensi cahaya V,
yang mana hubungan antar teori ini disebut sebagai Hubungan Planck-Einstein dan
dirumuskan sebagai persamaan (1.1) berikut,
E=hv ...(1.1)
(Chang, 20170
Dengan h adalah konstanta Planck. Selain berhubungan dengan teori Einstein, konstanta
Planck juga memiliki hubungan dengan konsep de Broglie yang terdapat dalam bidang
45
fisika kuantum. Hubungan konstanta Planck dengan konsep de Broglie dapat dilihat
pada persamaan (1.2) berikut,
p=hk ...(1.2)
(Chang, 2017)
Hubungan pada teori tersebut, pada dasarnya memanfaatkan emitor dalam radiasi benda
hitam sebagai osilator yang linear. Maksud dari osilator yang linear tersebut dapat
diperhatikan pada persamaan (1.3) berikut,
2 2
p mω 2
E=T +V = + q ...(1.3)
2m 2
(Chang, 2017)
Dengan E ialah energi total, T adalah energi kinetik, dan V ialah energi potensial.
Sedangkan p merupakan momentum umum, q adalah koordinat umum, m ialah massa
dan ω merupakan frekuensi osilator (Chang, 2017).
Mekanika kuantum atau yang dikenal juga sebagai kuantum energi atau kuantum
aksi merupakan cabang dari ilmu fisika yang bertujuan memahami nilai serta konsep
dalam dunia atom dan nuklir. Dalam bidang ini, akan ditentukan jumlah energi
minimum dari cahaya dan elektron yang diperlukan di dalam sebuah atom. konsep
energi, sifat gelombang elektron, prinsip ketidakpastian dan persamaan Scrö dinger,
serta perkembang struktur atom akan dapat dipahami setelah memahami dasar-dasar
atom. adapun hubungan antara konstanta Planck dengan cahaya, merupakan konsep
yang membuktikan adanya hubungan antara kimia dan fisika (Checchetti & Alessandro,
2015).
Terdapat berbagai metode yang dilakukan dalam memmperlihatkan bagaimana
tetapan atau konstanta Planck ditentukan. Metode-metode tersebut di antaranya, metode
lampu tungsten yang dihasilkan oleh Crandall & Delarel pada tahun 1983. Sayangnya,
metode tersebut masih kurang akurat dan muncullah metode lain yang diusulkan oleh
RD Mac Queen pada tahun 1966. Metode tersebut disebut metode fotosel (photocell)
yang didasarkan pada efek fotolistrik. Metode tersebut memilliki tingkat akurasi yang
cukup. Selanjutnya, terdapat metode LLIght Emitting Diode (LED) yang diusulkan oleh
PJ O’Conner dan L R O’Conner pada tahun 1974. Metode ini menggunakan prinsip
yang sederhana. Selain itu, metode ini membtuhkan peralatan yang dapat dirangkai
dengan mudah. Meski begitu, nilai tetapan Planck yang dihasilkan cukup akurat. Hal-
hal tersebut menjadikan metode LED ini kerap digunakan dalam eksperimen pengantar
pada laboratorium fisika sarjana (Venkatreddy et al, 2022).

46
Dalam menentukan nilai tetapan Planck menggunakan metode Light Emitting
Diodes (LEDs) diperlukan rangkaian dengan berbagai peralatan seperti pita konduksi
dan pita valensi.. diperlukan pula LED dengan berbagao warna seperti merah, kuning,
hijau, dan biru, agar kurva karakteristik arus tegangan dengan menggunakan rangkaian
yang sama dapat diturunkan. Kemudian, kemiringan (m) dari masing-masing LED
diperkirakan berdasarkan bagian linear dari kurva karakteristik terhadap tegangan-arus
tadi. Bagian linear tersebut juga berguna dalam memperkirakan nilai n (cegatan)
masing-masing LED. Setelah nilai m dan n ditemukan, nilai Vg (potensi sesuai
tegangan di mana elektron dapat bergabung kembali dengan lubang dari pita valensi)
untuk LED dengan warna yang berbeda-beda dapat diperkirakan. Adapun nilai
konstanta Planck untuk setiap warna LED-nya dapat ditentukan dengan persamaan (1.4)
berikut,
qVg λ
h= ...(1.4)
c
(Checchetti & Alessandro, 2015)
λ
Dengan ialah kebalikan dari frekuensi foton yang dipancarkan, di mana h merupakan
c
tetapan Planck, q merupakan nilai muatan elektron, dan Vg merupakan nilai tegangan
mati (voltage off) yang terdapat pada masing-masing LED yang digunakan (Checchetti
& Alessandro, 2015).

BAB II

METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan tetapan Planck kali ini di
antaranya yaitu, dua buah Voltmeter, kabel penghubung, Amplifier, perangkat konstanta
Planck, lampu Mercury, Universal Choke, potensiometer, papan rangkaian, dan aplikasi
simulasi.

2.2 Tata Laksana Percobaan


Percobaan ini diawali dengan ditekannya tombol Run yang terdapat pada bagian
tengah bawah aplikasi simulasi. Voltmeter 1 dan 2 diatur dengan tegangan range
maksimal sebesar 20 V. kemudian, Voltmeter 2 disambungkan ke Amplifier dengan
kabel penghubung. Kabel penghubung yang terdapat pada ground rangkaian
potensiometer juga dihubungkan pada ground yang berada di Amplifier. Adapun kabel

47
tegangan perangkat konstanta Planck disambungkan ke Amplifier. Setelah itu, lampu
Mercury disambungkan ke Universal Choke. Tombol saklar yang terdapat pada
Universal Choke dan Amplifier dinyalakan, dan Amplifier diatur agar tegangan pada
range 100 dapat diukur. Penutup jendela spektrum selanjutnya digeser. Agar proyeksi
depan dan tombol pengatur posisi photocell dapat dilihat, kaca jendela yang terdapat
pada penutup jendela spektrum ditekan sebanyak dua kali. Adapun agar proyeksi dan
tombol pengatur tersembunyi kembali, kaca jendela dapat ditekan sebanyak dua kali
lagi. Posisi photocell kemudian disesuaikan dengan berkas cahaya yang akan digunakan
sebagai foton. Ketika tombol posisi pohotocell diputar ke kiri atau ke kanan, efek
fotolistrik akan dihasilkan pada photocell. Selama percobaan berlangsung, nilai
tegangan yang terdapat pada Voltmeter 2 harus sama dengan 0. Jika, nilai Voltmeter
tidak sama dengan 0, maka, potensiometer dapat diputar ke kiri atau kanan hingga
tegangan pada Voltmeter 2 sama dengan atau hampir 0. Nilai tegangan Voltmeter 1
selanjutnya dicatat sebagai data tegangan ambang pada hasil percobaan. Apabila selama
percobaan berlangsung terjadi error ataupun crash, tombol Reset yang berada di
sebelah tombol Run dapat ditekan.

2.3 Rangkaian Alat


Gambar 2.1 di bawah ini adalah alat dan bahan yang digunakan pada percobaan
dengan topik tetapan Planck kali ini.

48
10

8
5

9
6
3
7

1 2

Gambar 2.1 Alat dan bahan pada percobaan.

Keterangan:

1. Voltmeter 1,
2. Voltmeter 2,
3. Amplifier,
4. Lampu Mercury,
5. Universal Choke,
6. Papan rangkaian,
7. Potensiometer,
8. Perangkat konsatanta Planck,
9. Kabel penghubung,
10. Photocell.

Adapun rangkaian alat dan bahan pada saat percobaan langsung adalah sebagai
berikut,

49
Gambar 2.2 Rangkaian alat dan bahan percobaan langsung.

50
BAB III

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Hasil Percobaan


3.1.1 Data Hasil Percobaan Langsung
Tabel 3.1 Percobaan Langsung
Warna V1 V2 V3 V4 V5 V
Kuning 2,5 1 2 1,5 1 1,6
Hijau 2,8 2,5 2,9 2,25 2,3 2,55
Turquoise 3,55 3,5 3,25 3,3 3,1 3,34
Biru 3,75 3,95 4 4 3,6 3,86
Violet 4 4 4 4 4,05 4,01

3.1.2 Data Hasil Percobaan Simulasi


Tabel 3.2 Simulasi
Warna V1 V2 V3 V4 V5 V
Kuning 0,21 0,12 0,26 0,12 0,22 0,186
Hijau 0,19 0,28 0,21 0,40 0,26 0,208
Turquoise 0,29 0,34 0,21 0,09 0,05 0,196
Biru 0,29 0,34 0,21 0,58 0,05 0,294
Violet 0,54 0,36 0,38 0,58 0,40 0,452

3.2 Perhitungan
3.2.1 Data Hasil Percobaan Langsung
 Warna Kuning

v ×e 1,6 × ( 1,6 ×10 )


−19
h= = =4,93 ×10−34 JS
f warna x 5,19× 10
14

 Warna Hijau

v ×e 2,55× ( 1,6 ×10 )


−19
−34
h= = =7,43 ×10 JS
f warna x 5,49 × 1014
 Warna Turquoise

v ×e 3,34 × ( 1,6 × 10 )
−19
h= = =8,79 ×10−34 JS
f warna x 6,08× 1014
 Warna Biru

51
v ×e 8,86 × ( 1,6 ×10 )
−19
−34
h= = =8,98 ×10 JS
f warna x 6,88× 1014

 Warna Violet

v ×e 4,01 × ( 1,6 ×10 )


−19
−34
h= = =8,66 ×10 JS
f warna x 7,41× 1014

3.2.2 Data Hasil Simulasi


 Warna Kuning

v ×e 0,186 × ( 1,6 ×10 )


−19
−35
h= = =5,73× 10 JS
f warna x 5,19× 10
14

 Warna Hijau

v ×e 0,268 × ( 1,6 ×10 )


−19
h= = =7,81×10−35 JS
f warna x 5,49× 10
14

 Warna Turquoise

v ×e 0,196 × ( 1,6 ×10 )


−19
−35
h= = =5,16 ×10 JS
f warna x 6,08× 1014
 Warna Biru

v ×e 0,294 × ( 1,6 × 10 )
−19
h= = =6,84 ×10−35 JS
f warna x 6,88× 1014
 Warna Violet

v ×e 0,452× ( 1,6 ×10 )


−19
h= = =9,76× 10−35 JS
f warna x 7,41 ×10 14

3.2.3 Tegangan Ideal


 Warna Kuning
h × f warna x ( 6,6261× 10−34 ) × ( 5,19 × 1014 )
V= = =2,1 Volt
e ( 1,6 ×10−19 )
 Warna Hijau
h × f warna x ( 6,6261× 10−34 ) × ( 5,49 × 1014 )
V= = =2,3 Volt
e ( 1,6 ×10−19 )
 Warna Turquoise
h × f warna x ( 6,6261× 10−34 ) × ( 6,08× 1014 )
V= = =2,5 Volt
e ( 1,6 ×10−19 )
 Warna Biru
52
h × f warna x ( 6,6261× 10−34 ) × ( 6,88× 1014 )
V= = =2,8 Volt
e ( 1,6 ×10−19 )
 Warna Violet
h × f warna x ( 6,6261× 10−34 ) × ( 7,41 ×10 14 )
V= = =3,1 Volt
e ( 1,6 ×10−19)

3.3 Grafik
3.3.1 Grafik Percobaan Langsung
Tabel 3.3 Nilai F dan V pada percobaan langsung
Warna F (Hz) V
Kuning 5,2 ×10 14 1,6
Hijau 5,5 ×10 14 2,55
Turquoise 6,1 ×10 14 3,34
Biru 6,9 ×10 14 3,86
Violet 7,4 ×10 14 4,01

Gambar 3.1 Grafik percobaan langsung

x=6,2 ×10
14
y=3,1

x 1=5,6 x 2=6,5

y 1=2,5 y 2=3,7
53
y a=4 y b=2

C=[ ( 6,2 ×10 ) , 3,1 ]


14

y 2 − y 1 3,7−2,5 1,2
h= = = =1,33 e
x2 −x1 6,5−5,6 0,9

¿ 1,33 × ( 1,6 ×10 )=2,13 ×10−19 JS


−19

y a− y b 4−2
Kr= ×100 %= ×100 %
2y 2×3,1
2
¿ ×100 %=0,323=32 %
6,2

3.3.2 Grafik Percobaan Simulasi


Tabel 3.4 Nilai F dan V pada percobaan simulasi
Warna F (Hz) V
Kuning 5,2 ×10 14 0,2
Hijau 5,5 ×10 14 0,3
Turquoise 6,1 ×10 14 0,2
Biru 6,9 ×10 14 0,3
Violet 7,4 ×10 14 0,5

Gambar 3.2 Grafik percobaan simulasi

x=6,2 ×10
14
y=0,3
x 1=5,9 x 2=6,6
54
y 1=0,25 y 2=0,35
y a=0,4
y b=0,2

55
C=[ ( 6,2 ×10 ) , 0,3 ]
14

y 2 − y 1 0,35−0,25 0,1
h= = = =0,14 e
x2 −x1 6,6−5,9 0,7

¿ 0,14 × ( 1,6 ×10−19 ) =0,22× 10−19 JS


y a− y b 0,4−0,2
Kr= ×100 %= ×100 %
2y 2 × 0,3

0,2
¿ × 100 %=0,333=33 %
0,6

3.4 Pembahasan
3.4.1 Analisa Prosedur
3.4.1.1 Fungsi Alat
Pada percobaan dengan topik tetapan Planck ini dibutuhkan alat serta
bahan seperti dua buah Voltmeter yang digunakan sebagai Voltmeter 1 dan 2,
kabel penghubung, Amplifier, perangkat konstanta Planck, lampu Mercury,
Universal Choke, potensiometer, serta papan rangkaian. Setiap alat dan bahan
tersebut, terdapat fungsi untuk masing-masing alatnya. Seperti Voltmeter 1 yang
digunakan sebagai alat ukut tegangan yang dihasilkan oleh tiap-tiap spektrum
warna dengan adanya variasi frekuensi. Voltmeter 2 digunakan sebagai alat agar
tegangan yang dihasilkan tiap-tiap spektrum warna pada Voltmeter 1 dapat
dibaca. Hal tersebut dilakukan dengan Voltmeter 2 yang di-ground-kan ketika
selesai dihubungkan ke Amplifier. Kabel penghubung digunakan sebagai
penghubung alat-alat yang digunakan agar alat-alat tersebut dapat digunakan
sesuai dengan fungsinya masing-masing. Amplifier digunakan sebagai penguat
tegangan yang dihasilkan. Papan rangkaian digunakan sebagai tempat, di mana
komponen-komponen percobaan diletakkan agar komponen-komponen tersebut
dapat dirangkai sebagaimana mestinya. Perangkat konstanta Planck digunakan
sebagai tempat, di mana proses fotolistrik pada saat percobaan dilangsungkan.
Lampu Mercury digunakan sebagai sumber spektrum warna yang akan diukur
nilai tetapan Planck untuk tiap-tiap spektrum warnanya. Universal Choke
digunakan sebagai sumber tegangan bagi lampu Mercury agar spektrum warna
dari lampu tersebut dapat diciptakan dan diamati selama percobaan.
Potensiometer digunakan sebgaai variabel agar nilai dari tegangan ambang dapat
ditentukan. Tegangan ambang yang dimaksud yaitu, tegangan yang ditangkap
56
oleh anode dalam photocell ketika, elektron yang ditumbuk foton meski sudah
tereksitasi ditarik kembali ke photocell. Nilai dari tegangan tersebut akan sama
dengan 0 atau dekat dengan 0.

3.4.1.2 Fungsi Perlakuan


Percobaan dengan topik tetapan Planck dilakukan secara lanngsung
dan simulasi. Pada simulasi tombol Run yang terdapat di bagian tengah bawah
aplikasi ditekan agar simulasi percobaan dapat dimulai. Sedangkan pada
percobaan langsung, kabel-kabel penghubung yang terdapat pada setiap alat
dihubungkan terlebih dahulu agar tegangan dapat dialirkan pada setiap alat yang
digunakan. Tegangan pada Voltmeter 1 dan 2 diatur pada range tegangan
maksimal sebesar 20 V. Voltmeter 2 dihubungkan pada Amplifier agar tegangan
output yang dihasilkan Votmeter 2 dapat diperkuat. Kemudian, ground pada
Amplifier dihubungkan pada Voltmeter 2 dan diatur selalu pada nilai 0. Nilai
Voltmeter 2 yang selalu pada nilai 0 ini digunakan agar nilai tegangan pada
Voltmeter 1 lebih stabil dan dapat digunakan sebagai data hasil percobaan.
Variabel yang diukur pada percobaan in ibukan hanya tegangan tiap spektrum
warna yang dihasilkan oleh Voltmeter 1, nilai-nilai frekuensi tiap-tiap spektrum
warna juga dijadikan variable pengukuran pad apercobaan ini. Dengan nilai
tegangan Voltmeter 1 digunakan sebagai variabel terikat dan nilai frekuensi
digunakan sebagai variabel bebas. Adapun spektrum-spektrum warna yang akan
diamati pada percobaan dihasilkan oleh lampu Mercury yang bersifat
polikromatik. Lampu tersebut akan disambungkan pada Universal Choke agar
diberikannya tegangan DC pada lampu Mercury yang termasuk dalam unsur
penting pada percobaan ini. Ketika tegangan ditangkap oleh lampu Mercury,
sinar yang dihasilkan olehnya akan terpecah jadi spektrum-spektrum warna.
Agar spektrum tersebut dapat diamati, tombol photocell diputar ke kiri ke kanan
dengan hati-hati, sehingga spektrum warna yang diperoleh sesuai dan nilai
tegangan yang diperoleh lebih akurat. Pada percobaan langsung, Universal
Choke yang dihubungkan pada lampu Mercury harus dihidupkan cukup lama.
Hal ini dikarenakan spektrum warna yang dihasilkan oleh lampu Mercury akan
semakin cerah seiring dengan lampu Mercury yang semakin panas akibat
tegangan yang diterimanya dalam jangka waktu yang cukup lama. Meski begitu,
lampu tidak boleh dihidupkan terlalu lama karena lampu dapat terbakar dan
mungkin saja akan meledak. Oleh karena itu, percobaan langsung hanya
57
dilakukan paling lama sekitar 2 jam, yang berarti lampu Mercury dapat
dinyalakan selama mungkin hingga jangka waktu percobaan dilakukan habis.
Karena percobaan ini dilakukan agar nilai tetapan konstanta Planck tiap
spektrum warna dapat diketahui, maka, digunakan perangkat konstanta Planck
dan papan rangkaian yang dihubungkan pada Amplifier.

3.4.2 Analisa Hasil


Pada percobaan tetapan Planck ini diambil dua data hasil percobaan yaitu,
percobaan langsung dan percobaan simulasi dengan masing-masing percobaan
melakukan pengulangan pengambilan data sebanyak lima kali untuk tiap-tiap
spektrum warna. Berdasarkan kumpulan data tersebut, nilai tegangan rata-rata
inilah yang nantinya digunakan dalam perhitungan nilai konstanta Plank,
perhitungan grafik, dan pembuatan grafik antara frekuensi tiap spektrum dengan
tegangan rata-ratanya. Pada percobaan langsung, nilai tegangan rata-rata
didapatkan sebesar 1,6 V, 2,55 V, 3,34 V, 3,86 V, dan 4,01 V. Sedangkan pada
percobaan simulasi, nilai tegangan rata-rata yang didapatkan sebear 0,186 V,
0,268 V, 0,196 V, 0,294 V, dan 0,452 V. frekuensi spektrum warna akan semakin
besar dimulai dari warna kuning, hijau, turquoise, biru, hingga violet. Nilai
frekuensi tiap spektrum akan sebanding dengan nilai tegangan rata-rata tiap
spektrum warnanya, yang berarti semakin besar nilai frekuensinya, maka, nilai
tegangan rata-rata akan semakin besar. Hal ini sesuai dengan nilai tegangan rata-
rata yang didapatkan pada percobaan langsung. Meski pada percobaan simulasi
terdapat data yang tidak sesuai, mayoritas data yang dikumpulkan masih sesuai.
Adapun nilai tetapan Planck yang didapat berdasarkan percobaan langsung
sebesar 4,93 ×10−34 JS, 7,43 ×10−34 JS, 8,79 ×10−34 JS, 8,98 ×10−34 JS, dan 8,66
−34
×10 JS untuk tiap-tiap spektrum warna dimulai dari kuning, hijau, turquoise,
biru, dan violet. Sedangkan pada percobaan simulasi didapat nilai tetapan
konstanta Planck sebesar 5,13 ×10−35 JS, 7,81 ×10−35 JS, 5,16 ×10−35 JS, 6,84
−35
×10 JS, dan 9,76 ×10−35 JS dengan urutan spektrum warna yang sama seperti
pada percobaan langsung. Nilai tetapan Planck yang didapat dari percobaan-
percobaan tersebut, terbilang jauh dengan nilai tetapan Planck ideal yaitu, sebesar
6,6261 ×10−34 JS. Selain perhitungan tetapan konstanta Planck pada tiap
spektrum, dilakukan pula perhitungan tegangan ideal tiap spektrum warna agar
didapatkan nilai tetapan konstanta Planck yang sesuai dengan teori. Dengan nilai

58
tegangan ideal yang didapat untuk tiap spektrum warna dimulai dari warna
kuning, hijau, turquoise, biru, dan violet sebesar 2,1 V, 2,3 V, 2,5 V, 2,8 V, dan
3,1 V. Nilai tegangan rata-rata yang didapat baik pada percobaan langsung
ataupun percobaan simulasi terbilang jauh dari tegangan ideal yang didapat.
Ketidaksesuaian tersebut dapat disebabkan berbagai faktor, namun faktor yang
paling memengaruhi ialah kurangnya ketelitian selama pengamatan dan
pengambilan data. Tak hanya perhitungan, percobaan ini juga membentuk grafik
antara frekuensi ideal tiap spektrum dengan tegangan rata-rata pada setiap
percobaan. Grafik yang dibuat pada percobaan ini digunakan untuk mengetahui
nilai tetapan konstanta Planck dan kesalahan relatif dari perhitungan tersebut.
Pada percobaan langsung, nilai tetapan Planck dari grafik sebesar 2,13 ×10−19 JS
dan pada percobaan simulasi diapatkan nilai tetapan Planck dari grafik sebesar
0,22 ×10−19 JS. Nilai tetapan Planck tersebut menghasilkan nilai Kr masing-
masing percobaan sebesar 32% dan 33%. Jika, nilai tetapan Plank tersebut
dibandingkan dengan nilai tetapan Planck sesuai teori, maka, nilai tetapan Planck
yang didapat terbilang jauh dan tidak sesuai. Sama seperti pada perhitungan data,
ketidaksesuaian tersebut dapat disebabkan berbagai faktor. Namun, faktor yang
paling memengaruhi ialah kesalahan yang terjadi pada praktikan. Seperti
kurangnya ketelitian yang dimiliki praktikan dan kesalahan dalam pencatatan
data.
Dalam menentukan nilai konstanta Planck, pengukuran dengan metode yang
mencakup spektrum radiasi benda hitam tak dapat dipisahkan. Hal ini dikarenakan
Plancl yang menyakini bahwa benda hitam akan memancarkan radiasi secara
terus-menerus. Radiasi benda hitam tersebut terjadi ketika cahaya diserap dan
ditahan benda hitam, yang kemudian mulai memancarkan radiasi ke sekitarnya.
Pancaran radiasi tersebut disebabkan permukaan benda hitam yang dapat
menyerap kalor lebih banyak daripada benda berwarna cerah. Planck
menambahkan, radiasi yang dipancarkan oleh benda hitam akan dipancarkan
secara diskontinu (dalam bentuk paket-paket energi kuanta atau foton). Radiasi
benda hitam dapat diketahui melalui suhu ataupun perubahan ke warna-warna
tertentu.
Pada percobaan kali ini digunakan lampu Mercury sebagai sumber spektrum
warna. Alasan digunakannya lampu Mercury pada percobaan ini dikarenakan
lampu Mercury yang bersifat polikromatik dan pada lampu Mercury terjadi
peristiwa radiasi benda hitam. Sifat polikromatik tersebut dimaksudkan ketika
59
cahaya dipancarkan pada lampu Mercury ia akan membiaskan cahaya tersebut
pada prisma, sehingga muncul berbagai spektrum warna yang terdapat pada lampu
Mercury yang dapat diamati dan nantinya digunakan sebagai data hasil percobaan.
Efek fotolistrik merupakan peristiwa terhamburnya elektron akibat ditabrak
oleh foton. Ketika foton ditembakkan dan mengenai permukaan logam,, elektron
yang terdapat pada logam tersebut akan ditumbuk oleh foton dan elektron-
elektron tersebut akan terlepas dan terhambur ke sekitar. Pada percobaan ini,
peristiwa fotolistrik terjadi pada perangkat konstanta Planck. Dengan foton yang
dihasilkan dari pembiasan spektrum cahaya dengan frekuensi yang berbeda-beda
dari cahaya lampu Mercury. Foton tersebut selanjutnya menumbuk layar potasium
pada photocell dan foton serta elektron yang terhambur akibat tumbukan foton,
dapat ditangkap oleh photocell.
Konsep radiasi benda hitam kerap dihubungkan dengan tetapan konstanta
Planck. Konsep radiasi benda hitam sendiri dapat diterapkan pada berbagai hal.
Salah satunya pada panel surya. Panel surya digunakan untuk menyerap radiasi
dari matahari. Wadah logam berongga yang terdapat pada panel surya dicat
berwarna hitam. Wadah logam tersebut selanjutnya akan memanfaatkan konsep
dari radiasi benda hitam, karena kalor radiasi dari matahari akan diserap oleh
permukaan hitam tersebut dan dihantarkan secara konduksi melalui logam. Kalor
kemudian dibawa menjauh melalui sirkulasi air pada wadah logam. Hal ini
dilakukan agar sistem pemanas air domestik dapat memanasi kolam renang.

60
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Setelah dilakukannya percobaan tetapan Planck, praktikan dapat mencapai tujuan
dari dilakukannya percobaan ini. Pola visual spektrum cahaya yang terbentuk dari
rangkaian dapat diketahui. Nilai tetapan Planck berdasarkan spektrum lampu Mercury
dapat ditentukan, di mana konstanta Planck dapat diketahui dari tegangan yang
dihasilkan oleh alat photocell yang dapat mengubah spektrum cahaya menjadi tegangan
listrik. Dapat diketahui juga bahwa, nilai konstanta Planck berbanding lurus dengan
tegang rata-rata. Tetapi, berbanding terbalik dengan nilai frekuensi spektrum warna.
Grafik yang dihasilkan dari nilai frekuensi dan tegangan rata-rata berbentuk linear.

4.2 Saran
Saran bagi praktikan adalah agar pada praktikum selanjutnya, diharapkan
praktikan sudah membaca dan memahami materi praktikum sebelum praktikum
dilaksanakan agar data dan hasil dari percobaan didapatkan dengan lebih baik lagi.

61
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Donald, C. (2017). “Physical interpretation of Planck’s constant based on the Maxwell
theory.” Journal of IOPscience, 26(4), 1-9.

Checchetti, Andrea., & Alessandro, Fantini. (2015). “Experimental Determination of Planck’s


constant using Light Emitting Diodes (LEDs) and Photoelectric Effect.” World Journal
of Chemical Education, 3(4), 87-92.

Mangano. Gianpiero., Fedele, Lizzi., & Alberto, Porzio. (2015). “Inconstants Plank’s
contants.” International Journal of Modern Physics A, 30(34), 1-13.

Venkatreddy, Harish., Shivaprasad, Nambhihalli, Gopalakrishna., Ashok, Godekere,


Visweswaraiah., & Nagendra, Naik, Keemya, Naik. (2022). “Five decades of
determining Planck’s constant using light emitting diodes in Undergraduate
Laboratories – A Riview.” Journal of Sciences, 21(2), 75-91.

62
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan
Tujuan dari percobaan dengan topik efek Doppler ini yaitu, agar pengaruh gerak
sumber bunyi terhadap frekuensi, yang diterima oleh pendengar dapat diamati dan
dianalisa. Adapun besar perbandingan antara frekuensi yang diterima oleh pendengar
dengan frekuensi asli sumber didasarkan pada kecepatan gerak sumber bunyi terhadap
pendagar dapat ditentukan. Percobaan ini jua dilakukan dengan tujuan interpretasi dari
efek Doppler dapat dijelaskan oleh praktikan.

1.2 Tinjauan Pustaka


Pada saat suatu frekuensi gelombang mengalami perubahan akibat adanya kaitan
antar pengamat yang bergerak terhadap sumber gelombang relatif, akan tercipta sebuah
fenomena yang disebut dengan efek Doppler atau pergeseran Doppler. Perubahan
frekuensi gelombang yang dipancarkan dari suatu sumber tersebut dikarenakan
kecepatan sumber dan pengamat relatif terhadap medium. Austria Christian Doppler
merupakan seorang fisikawan yang menemukan konsep terkait efek Doppler pada tahun
1842. Efek Doppler terjadi ketika sumber gelombang bergerak mendekati pengamat
atau pendengar. Selama bergerak mendekati pengamat, sunder gelombang ini akan
memancarkan berbagai puncak gelombang dari posisi yang lebih dekat dengan
pengamat lebih dari puncak-puncak gelombang sebelumnya. Posisi yang lebih dekat
inilah yang membuat waktu kedatangan tiap puncak-puncak gelombang tersebut
berkurang dan frekuensi mengalami peningkatan. Hal tersebut juga berlaku sebaliknya.
Ketika sumber gelombang bergerak menjauhi pengamat, sumber gelombang tesebut
akan memancarkan berbagai puncak gelombang dari posisi yang lebih jauh dari
pengamat. Posisi puncak gelombang yang lebih jauh tersebut membutuhkan waktu
kedatangan yang lebih lama pula. Hal ini juga menyebabkan frekuensi gelombang
mengalami pengurangan. Adapun jarak antar muka gelombang ketika sumber
mendekati pengamat akan berbentuk kumpulan ombak gelombang yang berkumpul
bersama. Sedangkan ketika sumber bergerak menjauhi pengamat, akan terbentuk
kumpulan gelombang yang menyebar (Blazὸ, 2021).
Seperti yang telah diketahui, frekuensi gelombang akan mengalami peningkatan
yang lebih besar dari frekuensi asli ketika sumber gelombang (cahaya atau bunyi)

63
menuju pendengar atau pengamat. Berdasarkan hal ini efek Doppler dapat dituliskan
secara matematis dalam persamaan (1.1) berikut ini,
v ±vp
f p= ...(1.1)
v ± vs
(Silaban & Jumadi, 2022)
Dengan f p merupakan frekuensi pengamat dan f s merupakan frekuensi sumber suara.
Adapun v berlaku sebagai kecepatan pada ruang hampa atau kecepatan udara pada suatu
medium, di mana v p merupakan kecepatan gerak dari pengamat dan v s merupakan
kecepatan dari sumber suara atau sumber gelombang (Silaban & Jumadi, 2022).
Berdasarkan sumber gelombangnya, efek Doppler diketahui dapat terjadi pada
semua jenis sumber gelombang seperti gelombang suara, gelombang radio, dan
gelombang cahaya. Karena hal ini efel Doppler kerap dijumpai pada berbagai bidang
dan perangkat di sekitar kita tak terkecuali pada bidang di dalam air. Perangkat
ultrasonik yang digunakan di dalam air cenderung memanfaatkan prinsip efek Doppler
dalam penggunaannya. Salah satu perangkat ultrasonik di dalam air yang memanfaatkan
prinsip efek Doppler dalam penggunaanya adalah sonar navigasi Doppler. Sonar ini
memanfaatkan log kecepatan Doppler untuk mengukur kecepatan relatif kapal terhadap
air ataupun dasar laut. Pemanfaatan in kemudian mengindikasikan, bahwa bunyi akan
bergerak dalam kecepatan yang seragam selama berada di dalam air. Sayangnya, asumsi
ini tidak dapat dipercaya, karena kecepatan bunyi di dalam air akan beragam tergantung
dari suhu, tekanan dan bahkan salinitas (fungsi kedalaman air) yang ada di laut. Bahkan
pergeseran Doppler atau efek Doppler menjadi salah satu faktor yang memiju
menurunnya kualitas komunikasi di dalam laut (Tanaka et al, 2019).
Fenomena efek Doppler akan terjadi ketika suatu sumber gelombang bergerak
mendekati atau menjauhi pengamat. Ketika fenomena tersebut diinduksi oleh dinamika
micromotion target atau struktur pada target, maka, fenomena tersebut dinamakan
sebagai Micro-Doppler (M-D). Efek ini kerap digunakan dalam peralatan berbasis radar
seperti perputaran pada roda truk dan rotor sebuah helikopter. Induksi yang terjadi pada
efek M-D disebabkan oleh gerakan relatif antara radar dan targetnya sepanjang arah
LOS (Line-of-Sight). Adapun frekuensi dari pergeseran efek Doppler dapat dituliskan
dalam persamaan (1.2) berikut,
vk
...(1.2)
(2 π )
(Luo et al, 2019)

64
Dengan nilai k yang dapat diketahui melalui persamaan (1.3) di bawah atau berdasarkan
ℏk, di mand ℏ merupakan konstanta (tetapan) Planck yang sejajar dengan tiap-tiap
momentum dari foton gebmbang mikro. Sehingga, pergeseran efek Doppler dan
pergeseran efek M-D, dapat disebut sebagai pergeseran Doppler linear dan pergeseran
Micro-Dopple (M-D) Linear untuk tiap-tiap pergeseran jenis efeknya (Luo et al, 2019).
k =2 π f 0 IC ...(1.3)
(Luo et al, 2019)
Berdasarkan persamaan (1.1), terlihat bahwa efek Doppler merupakan hasil
penurunan dari transformasi Galileo, yang mana hasil penurunan tesebut menjadikan
efek Doppler tidak stabil baik itu pada gelombang cahaya ataupun pada gelombang
bunyi. Agar ketidakstabilan ini dapat diatasi, persamaan dari efek Doppler tersebut
dapat diturunkan menggunakan persamaan Lorentz. Persamaan Lorentz dapat
memprediksi aberasi sudut dari kedua gelombang yaitu, gelombang cahaya dan
gelombang suara (Drake & Purviz, 2014).
Seperti yang telah diketahui, persamaan Lorentz kerap dituliskan dalam
persamaan (1.4). Persamaan Lorentz tersebut digabungkan dengan fase invarian dan
menghasilkan persamaan (1.5). Dengan menggunakan kerangka sisa media, persamaan
(1.5) akan berubah menjadi persamaan (1.6). Adapun efek relativistik Doppler yang
didapatkan dapat ditulis dalam persamaan (1.7). Dengan mengeliminasi f m yang
terdapat pada persamaan (1.7), maka, bentuk persamaan untuk frekuensi pengamat efek
Doppler berdasarkan penurunan transformasi Loritz dapat diketahui melalui persamaan
(1.8) di bawah ini,
1
γ≡

√ 1−
v2
c
2
...(1.4)

(Drake & Purvis, 2014)

'
f =γ 1− ( vT up
u2 p
f ) ...(1.5)

(Drake & Purvis, 2014)

f r=f m 1−
( v Tr u
u2 p ) γr ...(1.6)

(Drake & Purvis, 2014)

( )
T
ve u
f c =f m 1− γe ...(1.7)
u2 p
(Drake & Purvis, 2014)
65
f r=
√ 1−
v2 e 2
c
2 (
u p−v Tr u )
...(1.8)


2
v r 2
1− 2 ( u p−v e u )
T

c
(Drake & Purvis, 2014)
(Drake & Purvis, 2014)

BAB II

METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan


Pada percobaan kali ini dibutuhkan alat serta bahan berupa aplikasi simulasi
percobaan, kabel penghubung, Digital Counter 1 dan 2, Loudspeaker, Signal Generator,
Universal Microphone, Control Rotor, Rotor, Sensor, serta jalur rel.

2.2 Tata Laksana Percobaan


Percobaan ini diawali dengan kabel penghubung milik Signal Generator
disambungkan ke stopkontak agar tegangan dapat dialirkan. Masing-masing kabel
penghubung sensor dihubungkan ke Digital Counter 1, dengan kabel penghubung
sensor bagian kanan dihubungkan ke knob nomor 1 dan kabel penghubung sensor
bagian kiri dihubungkan ke kenob lainnya. Kemudian, Digital Counter 1 diatur ke mode
timer dengan tanda panah start disembunyikan pada tombol reset dan tombol stop.
Sebagai pengaturan lanjutan, knob 1 diatur ke arah tanda kebalikan z, dan knob lainnya
diatur ke tanda z. Kabel yang terdapat pada Loudspeaker selanjutnya disambungkan
pada Signal Generator, dan Signal Generator dinyalakan dengan frekuensi output diatur
pada frekuensi ≥ 2000 Hz. Frekuensi f 0 diatur pada ≤ 20.000 Hz dengan tombol putar
AC dan DC pada value > 0. Kabel yang terdapat pada Universal Microphone
disambungkan ke Digital Counter 2 yang telah diatur ke mode repetition dengan satuan
kHz. Posisi Loudspeaker diarahkan ke posisi maksimum sebelah kanan. Selanjutnya,
tombol Control Rotor diatur dengan tombol kecepatan > 0 dan tombol perputaran ke
arah kiri. Setelah pasti tombol Run pada Digital Counter 1 dan 2 ditekan disusul dengan
dinyalakannya saklar Control Rotor. Ketika Loudspeaker berada pada posisi maksimum
sebelah kiri, tombol stop pada Digital Counter 2 dimatikan dan disusul dengan
dimatikannya tombol stop pada Digital Counter 1. Tombol saklar pada Control Rotor
juga dimatikan. Waktu yang ditampilkan oleh Digital Counter 1 dicatat sebagai waktu
tempuh dan nilai rata-rata frekuensi Digital Counter 2 dicatat sebagai nilai frekuensi
66
sumber bunyi yang bergerak jauh dari pendengar. Tombol Control Rotor kemudian
diatur dengan tombol kecepatan yang sama. Namun, dengan tombol perputaran ke arah
kanan. Digital Counter 1 dan 2 direset, yang mana selanjutnya tombol Run Digital
Counter 1 dan 2 ditekan disusul dengan dinyalakannya saklar Control Rotor kembali.
Ketika Loudspeaker berada pada posisi maksima sebelah kanan, tombol stop pada
Digital Counter 2 dimatikan yang disusul dengan tombol stop pada Digital Counter 1
yang juga dimatikan. Waktu yang ditampilkan oleh Digital Counter 1 dicatat sebagai
waktu tempuh dan nilai rata-rata frekuensi Digital Counter 2 dicatat sebagai nilai
frekuensi sumber bunyi yang bergerak dekat ke pendengar. Agar keterangan jarak
antara sensor sebelah kanan ke kiri dapat diketahui, sensor baik sebelah kiri ataupun
kanan ditekan sebanyak dua kali dan tampilan jaraak antara sensor akan diperlihatkan.
Digital Counter 1 dan 2 selanjutnya direset agar langkah-langkah dalam pengumpulan
waktu tempuh dan nilai frekuensi sumber bunyi yang bergerak jauh dan dekat ke
pendengar dapat dilakukan kembali. Namun, dengan nilai frekuensi output yang
berbeda dari Signal Generator. Setting atau bentuk dari rangkaian dapat dimodifikasi
sesuai dengan keinginan masing-masing praktikan. Pada saat percobaan langsung,
terjadi error pada Digital Counter 2. Sehingga, nilai yang terbaca pada Digital Counter
2 dimajukkan tanda komanya sebanyak dua angka.

2.3 Rangkaian Alat


Gambar 2.1 di bawah ini adalah alat dan bahan yang digunakan pada percobaan
dengan topik efek Doppler kali ini.

67
1 2
4

10 10

8
7
3
8
5
9
6

Gambar 2.1 Alat dan bahan pada percobaan.

Keterangan:

1. Digital Counter 1,
2. Digital Counter 2,
3. Loudspeaker,
4. Signal Generator,
5. Universal Microphone,
6. Control Rotor,
7. Rotor,
8. Sensor,
9. Jalur rel,
10. Kabel penghubung.

Adapun rangkaian alat dan bahan pada saat percobaan langsung adalah sebagai
berikut,

68
Gambar 2.2 Rangkaian alat dan bahan percobaan langsung.

BAB III

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Hasil Percobaan


3.1.1 Data Hasil Percobaan Langsung
S = 0,2 meter
Tabel 3.1 Pendengar bergerak dan sumber diam
Mendekat Menjauh
No. f 0 (Hz)
t+ (s) f+ (Hz) t- (s) f- (Hz)
1 9,52 2038 9,56 1965
2 9,5 2038 7,17 2000
3 2000 9,48 2033 7,11 1998
4 9,5 1965 9,48 2035
5 9,43 2029 9,46 2035
1 9,56 7123 9,55 7043
2 7000 9,5 7117 9,55 7053
3 9,57 7132 9,53 7043

69
4 9,57 7133 9,54 7045
5 9,56 7133 9,58 7113

3.1.2 Data Hasil Percobaan Simulasi


S = 0,45 meter
Tabel 3.2 Sumber bergerak dan pendengar diam
Mendekat Menjauh
No. f 0 (Hz)
t+ (s) f+ (Hz) t- (s) f- (Hz)
1 9,52 2038 9,56 1965
2 9,5 2038 7,17 2000
3 2000 9,48 2033 7,11 1998
4 9,5 1965 9,48 2035
5 9,43 2029 9,46 2035
1 9,56 7123 9,55 7043
2 9,5 7117 9,55 7053
3 7000 9,57 7132 9,53 7043
4 9,57 7133 9,54 7045
5 9,56 7133 9,58 7113

3.2 Perhitungan
3.2.1 Perhitungan Percobaan
Pendengar bergerak dan sumber diam
S = 0,2 meter ││Vu=340m/s
Tabel 3.3 Analisa data ketika pendengar bergerak dan sumber diam
mendekat menjauh
no ݂଴ ሺ‫ݖ ܪ‬ሻ
‫ݐ‬ା ݂ା ܸ௣ ݂ା ‫ିݐ‬ ݂ି ܸ௣ ݂ି
1 4,56 12100 0,04386 4,99 9500 0,04008
2 4,7 5100 0,042553 5,37 4500 0,037244
3 3000 4,73 4500 0,042283 3000,39 4,14 4400 0,048309 2999,63
4 4,28 4900 0,046729 4,39 4600 0,045558
5 4,26 5000 0,046948 5,16 4600 0,03876
1 4,61 5000 0,043384 4,54 3900 0,044053
2 3,9 9700 0,051282 4,36 4800 0,045872
3 5000 3,99 4800 0,050125 5000,68 3,91 9500 0,051151 4999,32
4 5,18 8200 0,03861 4,37 7000 0,045767
5 4,04 5400 0,049505 4,53 5000 0,04415

 Mendekat
s 0.2
vp1= = =0.044 m/ s
t 1 4,56
s 0.2
vp2= = =0.042 m/s
t 2 4,7

70
s 0.2
vp3= = =0.042 m/s
t 3 4,73
s 0.2
v p 4= = =0.046 m/s
t 4 4,28
s 0.2
vp5= = =0.047 m/ s
t 5 4.26
s 0.2
vp6= = =0.043 m/s
t 6 4.61
s 0.2
vp7= = =0.051 m/s
t 7 3.9
s 0.2
v p 8= = =0.050 m/s
t 8 3,99
s 0.2
v p 9= = =0.038 m/s
t 9 5.18
s 0.2
v p 10= = =0.049 m/s
t 10 4.04

 Menjauh

s 0.2
vp1 = = =0.040 m/s
t 1 4,99
s 0.2
vp2= = =0.037 m/s
t 2 5,37
s 0.2
vp3= = =0.048 m/ s
t 3 4,14
s 0.2
v p 4= = =0.045 m/s
t 4 4,39
s 0.2
vp5 = = =0.038 m/s
t 5 5,16
s 0.2
vp6 = = =0.044 m/s
t 6 4,54
s 0.2
vp7 = = =0.046 m/s
t 7 4,36
s 0.2
v p 8= = =0.051 m/ s
t 8 3,91
s 0.2
v p 9= = =0.049 m/ s
t 9 4,37
s 0.2
v p 10= = =0.044 m/s
t 10 4,53

71
Σ v pn
 v p=
n
 Mendekat (3000 Hz)
0.044+0,042+0,042+ 0,046+0,047
v p=¿ =0.044 m/s
5
 Mendekat (5000 Hz)
0.04+0,037 +0,048+0,045+0,038
v p=¿ =0.042m/ s
5
 Menjauh (3000 Hz)
0.043+0,051+0,05+0,038+ 0,049
v p=¿ =0.046 m/s
5
 Menjauh (5000 Hz)
0.044+0,046+ 0,051+0,045+0,044
v p=¿ =0.046 m/s
5

 f0 = 3000 Hz (mendekati)


2
Σ |v s−v s|
 δ p=
n ( n−1 )

=
√ 2,0073−05
20
= 1,0018-06 m/s

 v p =v p ± δ p =( 0.044 ±1,0018−06) m/ s
δp 1,0018−06
 Kr v p= 100 %= 100 %=2.25 %
vp 0.044
f
 ( )
+¿=f 0 1 +
vp
vu (
=3000 1 +
0.044
340 )=3000.39 ¿ Hz

 f0 = 5000 Hz (mendekati)


2
Σ |v s−v s|
 δ p=
n ( n−1 )

=
√ 1,1697−04
20
= 2,41-03 m/s

72
 v p =v p ± δ p =( 0.042± 2,41−03)m/s
δp 2,41−03
 Kr v p= 100 %= 100 %=5 %
vp 0.042
f
 ( )
+¿=f 0 1−
vp
vu (
=5000 1−
0.042
340 )
=5000.68 Hz ¿

 f0 = 3000 Hz (menjauh)


2
Σ |v s−v s|
 δ p=
n ( n−1 )

=
√ 8,92−06
20
= 2.11-03 m/s

 v p =v p ± δ p =( 0.046± 2.11−03)m/s
δp 2.11−03
 Kr v p= 100 %= 100 %=5 %
vp 0.046
f
 ( )
+¿=f 0 1 +
vp
vu (
=3000 1 +
0.046
340 )=2999,63 Hz ¿

 f0 = 5000 Hz (menjauh)


2
Σ |v s−v s|
 δ p=
n ( n−1 )

=
√ 3,36−05
20
= 1,29-03 m/s

 v p =v p ± δ p =( 0.046± 1,29−03)m/s
δp 1,29−03
 Kr v p= 100 %= 100 %=2 %
vp 0.046
f
 ( )
−¿=f 0 1−
vp
vu (
=5000 1−
0.046
340 )
=4999.32 Hz ¿

3.2.2 Data Hasil Simulasi


Sumber bergerak dan pendengar diam
S = 0,2 meter ││Vu=340m/s
Tabel 3.3 Analisa data ketika sumber bergerak dan pendengar diam

73
mendekat menjauh
no ݂଴ ሺ‫ݖ ܪ‬ሻ
‫ݐ‬ା ݂ା ܸ௣ ݂ା ‫ିݐ‬ ݂ି ܸ௣ ݂ି
1 9,52 2038 0,047269 9,56 1965 0,047071
2 9,5 2038 0,047368 7,17 2000 0,062762
3 2000 9,48 2033 0,047468 2000,98 7,11 1998 0,063291 1999,68
4 9,5 1965 0,047368 9,48 2035 0,047468
5 9,43 2029 0,04772 9,46 2035 0,047569
1 9,56 7123 0,047071 9,55 7043 0,04712
2 9,5 7117 0,047368 9,55 7053 0,04712
3 7000 9,57 7132 0,047022 7000,98 9,53 7043 0,047219 6999,03
4 9,57 7133 0,047022 9,54 7045 0,04717
5 9,56 7133 0,047071 9,58 7113 0,046973

 f0 = 2000 Hz (mendekati)
s −1
 v sn = =… m s
t ❑n
s 0.45
v s 1= = =0.047 m/s
t 1 9.52
s 0.45
v s 2= = =0.047 m/s
t 2 9.5
s 0.45
v s 3= = =0.047 m/ s
t 3 9.48
s 0.45
v s 4= = =0.047 m/ s
t 4 9.50
s 0.45
v s 5= = =0.047 m/s
t 5 9.43
Σ v pn 0.047+ 0,047+0,047+ 0,047+0,047
 v S= = =0.047 m/ s
n 5


2
Σ|v s −v s|
 δ s=
n ( n−1 )

=
√ 1,19−03
20
= 7,7-03 m/s

 v S=v S ± δ S=(0.047 ±7,7−03) m/s


δS 7,7−03
 Kr v S = 100 %= 100 %=0,0016 %
vS 0.047
f f0 2000
 +¿=
1−
vs
=
1−
0,047
=2000,98 Hz ¿

vU 340

 f0 = 7000 Hz (mendekati)
s −1
 v sn = =… m s
t ❑n

74
s 0.45
v s 1= = =0.047 m/s
t 1 9,56
s 0.45
v s 2= = =0.047 m/s
t 2 9.5
s 0.45
v s 3= = =0.047 m/ s
t 3 9.57
s 0.45
v s 4= = =0.047 m/ s
t 4 9.57
s 0.45
v s 5= = =0.047 m/ s
t 5 9.56
Σ v Sn 0.047+0.047+ 0.047+0.047+0.047
 v S= = =0.047 m/s
n 5


2
Σ|v s −v s|
 δ s=
n ( n−1 )

=
√ 8,53−03
20
= 6,5-05 m/s

 v S=v S ± δ S=(0.047 ± 6,5−05)m/s


δS 6,5−05
 Kr v S = 100 %= 100 %=0,0014 %
vS 0.047
f f0 7000
 +¿=
1−
vs
=
1−
0,047
=7000,98 Hz ¿

vU 340

 f0 = 2000 Hz (menjauh)
s −1
 v sn = =… m s
t ❑n
s 0.45
v s 1= = =0.047 m/s
t 1 9.56
s 0.45
v s 2= = =0.062 m/s
t 2 7,17
s 0.45
v s 3= = =0.063 m/s
t 3 7,11
s 0.45
v s 4= = =0.047 m/ s
t 4 9.48
s 0.45
v s 5= = =0.047 m/ s
t 5 9.46
Σ v pn 0.047+ 0,062+ 0,063+0.047+0.047
 v S= = =0.053 m/s
n 5

75

2
Σ|v s −v s|
 δ s=
n ( n−1 )

=
√ 2,94−04
20
= 3,33-03 m/s

 v S=v S ± δ S=( 0,053 ± 3,33−03 ) 10−4 m/s


δS 3,33−03
 Kr v S = 100 %= 100 %=7 %
vS 0,053
f f0 2000
 −¿=
1+
vs
=
1+
0,053
=1999,68 Hz ¿

vU 340

 f0 = 9000 Hz (menjauh)
s −1
 v sn = =… m s
t ❑n
s 0.45
v s 1= = =0.047 m/s
t 1 9.55
s 0.45
v s 2= = =0.047 m/s
t 2 9.55
s 0.45
v s 3= = =0.047 m/s
t 3 9.53
s 0.45
v s 4= = =0.047 m/s
t 4 9.54
s 0.45
v s 5= = =0.047 m/ s
t 5 9.58
Σ v Sn 0.047+0,047+ 0,047+0,047+0,047
 v S= = =0.047 m/s
n 5


2
Σ|v s −v s|
 δ s=
n ( n−1 )

=
√ 1,7−03
20
= 4,12-05 m/s

−4
 v S=v S ± δ S=( 0,047 ± 4,12−05 ) 10 m/s
δS 4,12−05
 Kr v S = 100 %= 100 %=0.09 %
vS 0,047
f f0 7000
 −¿=
v
=
1 + s 1+
0,047
=6999,03 Hz ¿

vU 340

3.3 Pembahasan
3.3.1 Analisa Prosedur

76
3.3.1.1 Fungsi Alat
Pada percobaan kali ini digunakan alat serta bahan seperti, kabel
penghubung, Digital Counter 1 dan 2, Loudspeaker, Signal Generator,
Universal Microphone, Control Rotor, Rotor, Sensor, serta jalur rel. Adapun
fungsi dari tiap-tiap alat dan bahannya antara lain, kabel penghubung digunakan
sebagai penghubung tiap alat yang digunakan pada percobaan kali ini, sehingga
tiap-tiap alatnya dapat difungsikan dengan sebagaimana mestinya. Digital
Counter 1 digunakan sebagai timer ketika sumber suara bergerak (saat simulasi)
ataupun ketika pengamat yang bergerak (saat percobaan langsung). Digital
Counter 1 digunakan agar lama waktu yang dihabiskan ketika pengamat didekati
sumber atau sumber suara didekati pengamat dapat diketahui dan data tersebut
nantinya akan digunakan sebagai data hasil percobaan. Digital Counter 2
digunakan sebagai penghitung frekuensi yang dihasilkan oleh sumber ketika
sampai pada pengamat atau sebaliknya. Frekuensi tersebut juga nantinya akan
dicatat dan digunakan sebagai data hasil percobaan. Loudspeaker digunakan
sebagai sumber suara pada percobaan ini dan digunakan sebagai objek yang
akan diamati. Signal Generator digunakan sebagai sumber dari sinyal yang
nantinya dikeluarkan oleh Loudspeaker. Universal Microphone digunakan
sebagai penangkap sinyal yang dihasilkan oleh Loudspeaker, sehingga frekuensi
yang dihasilkan oleh Loudspeaker dapat diketahui dengan Digital Counter 2.
Universal Microphone juga digunakan sebagai pengamat. Control Rotor
digunakan sebagai pengatur kecepatan yang dibutuhkan oleh Rotor ketika rotasi.
Control Rotor juga digunakan sebagai pengatur hidup atau matinya Rotor, yang
berarti Rotor tidak dapat dihidupkan atau dimatikan tanpa adanya Control Rotor.
Rotor digunakan sebagai roda penarik sumber suara ataupun pengamat (sesuai
percobaannya) agar dapat digerakkan sesuai keinginan dalam jangka waktu
tertentu. Sensor digunakan sebagai pemicu Digital Counter 1 agar waktu yang
dibutuhkan sumber suara atau pengamat demi terpenuhinya posisi yang
diinginkan dapat diketahui. Sedangkan jalur rel digunakan sebagai tempat di
mana sumber atau pengamat dapat digerakkan dengan bebas dengan
digunakannya Rotor.

3.3.1.2 Fungsi Perlakuan


Pada percobaan langsung, alat serta bahan yang ada telah dirangkai
terlebih dahulu, sehingga kabel penghubung yang ada hanya perlu
77
disambungkan pada stopkontak oleh praktikan. Hal ini dilakukan agar tegangan
dapat dialirkan pada Signal Generator dan Digital Counter 1 dan 2, sehingga
alat-alat tersebut dapat digunakan sebagaimana mestinya. Rangkaian alat
selanjutnya dipastikan kesesuaiannya. Adapun frekuensi dari Signal Generator
dan pengaturan pada Digital Counter 1 dan 2 dilakukan agar didapat data hasil
percobaan yang dibutuhkan. Sayangnya Digital Counter 2 yang digunakan tidak
kondisi yang baik, sehingga nilai frekuensi yang dihasilkan pada Digital Counter
2 dimajukan sebanyak dua angka setelah koma. Percobaan langsung juga
dilakukan tidak seperti pada simulasi. Hal ini dilakukan agar diketahuinya
perbedaan dari kedua jenis percobaan tersebut. Nilai data hasil percobaan yang
didapatkan juga bervariasi. Kurangnya alat yang mumpuni juga menjadi alasan
terjadinya perbedaan tersebut. Selama percobaan dilangsungkan, nilai data hasil
percobaan yang didapat terbilang jauh dari yang scharusnya. Sehingga
percobaan banyak diulang agar didapat hasil paling baik. Meski begitu,
percobaan dihentikan akibat keterbatasan waktu dan nilai data hasil percobaan
yang paling baik diambil oleh praktikan. Nilai data percobaan yang didapat
sebanyak 9 data untuk setiap frekuensi yang ada. Namun, data yang diambil
sebanyak lima untuk setiap frekuensinya. Hal ini dilakukan agar data yang
digunakan hanya data terbaik di antara data lainnya. Alat selanjutnya
dikembalikan seperti biasa, ketika percobaan selesai. Agar tidak terjadi
kerusakan pada alat dan alat dapat disimpan dan digunakan pada percobaan
selanjutnya.

3.3.2 Analisa Hasil


Pada percobaan yang dilakukan, didapatkan dua jenis data hasil percobaan
yang ketika sumber bergerak dan pendengar diam, seperti yang dilakukan pada
simulasi, serta pendengar bergerak dan sumber diam seperti yang dilakukan pada
percobaan langsung. Pada perhitungan yang telah dilakukan, diketahui bahwa
ketika pengamat atau sumber bergerak mendekati sisi diam, maka, frekuensi rata-
rata yang diperoleh akan lebih besar dan mendekati nilai frekuensi awal. Adapun
ketika pengamat atau sumber bergerak menjauhi sisi diam, maka, frekuensi rata-
rata yang didapatkan akan lebih kecil dan mendekati nilai frekuensi awal. Seperti
pada data hasil percobaan langsung dan simulasi dengan frekuensi awal sebesar
3000 Hz dan 2000 hz, nilai dari frekuensi mendekat rata-rata yang didapat yaitu,
3000,3924 Hz dan 2000,2791 Hz. Sedangkan untuk frekuensi menjauh rata-rata
78
yang didapat sebesar 2999,6295 Hz dan 1999,6846 Hz. Jika, didasarkan pada
literatur, di mana dijelaskan bahwa frekuensi yang diterima oleh penamat ataupun
sumber yang diam akan bernilai lebih tinggi daripada frekuensi asli yang
diberikan. Hal ini sesuai dengan pengumpulan data dan perhitungan yang telah
dilakukan oleh praktikan, di mana, jika diperhatikan pada tabel perhitungan
percobaan langsung dan simulasi, nilai frekuensi rata-rata mendekat dan menjauh
yang didapat lebih besar dan mendekati nilai frekuensi awal yang diberikan.
Selain memperoleh nilai frekuensi rata-rata, nilai kecepatan dari sumber atau
pengamat ketika bergerak juga diketahui. nilai tersebut didapatkan melalui
perhitungan yang dilakukan oleh praktikan dengan membagi jarak (s) yang
ditempuh ketika bergerak dengan waktu tempuh. Seperti yang kita ketahui, pada
berbagai literatur disebutkan bahwa kecepatan berbanding terbalik dengan waktu
yang ditempuh. Seperti pada percobaan langsung, dengan frekuensi 5000 Hz
untuk percobaan keempat dan kelima. Terlihat bahwa pada waktu 4,18 s,
pendengar bergerak menggunakan kecepatan sebesar 0,0386 m/s. sedangkan pada
waktu 4,04 s, pendengar bergerak menggunakan kecepatan sevesar 0,0495 m/s.
hal ini membuktikan bahwa semakin cepat pendengar atau sumber bergerak,
maka, semakin kecil pula waktu yang perlu untuk ditempuh. Pembuktian ini juga
didukung oleh nilai Kr untuk tiap-tiap jenias kecepatan pada percobaan yang
tergolong kecil, di mana nilai Kr tersebut berada di bawah 1%. Meski begitu,
masih terdapat beberapa nilai kecepatan yang tidak sesuai. Hal ini dapat
disebabkan berbagai faktor seperti, kesalahan dalam pengamatan dan pencatatan
data, kesalahan alat, atau bahkan kesalahan dalam melakukan perhitungan.
Efek Doppler merupakan perubahan frekuensi yang didapat dari dua
keadaan yaitu, ketika sumber suara bergerak dan pengamat diam. Serta ketika
pengamat bergerak dan sumber suara yang diam. Secara umum, efek Doppler
dapat diketahui melalui persamaan (3.1) dengan penurunan rumus yang berasal
dari persamaan (3.2) dan dijelaskan hingga persamaan (3.7).

'
f=
( )
v±vp
f
v ± vs 0
...(3.1)

r s2+r o2+ v 2 t 2−2 r 0 v t cosθ ...(3.2)


2
v v
λ 02−2 λ0 λ s cosθ+ 2 λ s2−λ s2=0 ...(3.3)
c c

( √ )
2
v v 2
...(3.4)
λ 0=λ s cosθ+ 1− 2 sin θ
c c
79
' c
f =f ...(3.5)
c−v
c
f ' =f ...(3.6)
c +vcosθ

'
f =f 0 ( )
c ± vo
c ± vs
...(3.7)

Pada keadaan sumber bergerak dan pengamat diam, persamaan efek Doppler yang
dapat digunakan ada pada persamaan (3.9), yang mana akan dijelaskan
penurunannya berdasarkan persamaan (3.1) dan (3.8). karena pengamat diam dan
sumber yang bergerak, maka, nilai kecepatam pengamat akan sama dengan nol
atau v p =0.

'
f=
( )v±vp
f
v ± vs 0
...(3.1)

f '=
( vv±±v0 ) f
s
0 ...(3.8)

' f0
f=
(1 ± vv )
s ...(3.9)

Gelombang bunyi merupakan rambatan gelombang yang berasal dari benda


bergetar sebagai sumber bunyinya. Dalam perambatannya, bunyi membutuhkan
medium tertentu. Sehingga, bunyi tergolong sebagai gelombang mekanik
longitudinal. Sifat-sifat bunyi sama seperti gelombang yaitu, refleksi, refraksi,
difraksi, interferensi, efek Doppler, dan pelayangan bunyi. Refleksi atau
pemantulan merupakan fenomena dipantulkannya gelombang ketika merambat
pada sebuah medium dan mengenai permukaan suatu bidang. Refleksi
diperngaruhi oleh dua hal yaitu, sudut bunyi yang datang akan sama dengan sudut
bunyi yang dipantulkan, serta arah datang, arah pantulan, dan garis normal bunyi
di antara keduanya berada pada satu bidang yang sama. Refraksi atau pembiasan
merupakan fenomena dibelokkannya gelombang bunyi yang melewati dua
medium perambatan yang berbeda. Selain medium, pembiasan juga dapat
dipengaruhi oleh suhu. Difraksi atau pelenturan merupakan pelenturan bunyi
ketika melewati celah sempit. Hal ini dipengaruhi oleh ukuran orde celah dan
panjang gelombang bunyi seperti pada fenomena bunyi yang dapat terdengar dari
ruangan sebelah. Interferensi merupakan perpaduan dua atau lebih bunyi yang
nantinya akan saling menguatkan atau melemahkan . interferensi dipengaruhi oleh
besar frekuensi dan fase yang dimiliki helombang bunyi. Ketika frekuensi dan
80
fase yang sama, maka, gelombang bunyi akan saling menguatkan dan disebut
sebagai interferensi konstruktif. Sedangkan jika frekuensi dan fase yang dimiliki
berbeda, maka, gelombang bunyi akan saling melemahkan dan galombang dengan
frekuensi yang lebih tinggi atau kuat akan terdengar. Efek Doppler merupakan
perubahan frekuensi ketika sumber atau pengamat bergerak menjauh atau
mendekati pengamat atau sumber yang diam. Efek Doppler akan dipengaruhi oleh
kecepatan yang diberikan pada sumber atau pengamat yang bergerak, jarak
tempuh, serta frekuensi yang diberikan. Adapun sifat bunyi yang terakhir yaitu
pelayangan gelombang bunyi.
Pelayangan gelombang bunyi merupakan fenomena penguatan dan
pelemahan bunyi yang terjadi secara berurutan akibat interaksi dua gelombang
bunyi lemah dengan frekuensi yang berbeda. Frekuensi yang berbeda relatif kecil
dan pada pelayangan memanfaatkan prinsip superposisi. Ketika suatu gelombang
bunyi merambat bersamaan dengan fase yang sama, maka, bunyi yang paling kuat
yang akan dihasilkan. Sedangkan ketika buunyi merambat dengan fase yang
berbeda, maka, bunyi yang paling lemah yang akan dihasilkan. Frekuensi layang
bunyi dapat diketahui melalui persamaan (3.10) berikut, dengan nilai frekuensi
yang selalu positif akibat mutlak.
Pada awalnya, Austin Christian Doppler menyarankan penjelasan terkait
pewarnaan bintang dijelaskan melalui efek Doppler. Menggunakan spektroskopi,
ia dapat mengamati perpindahan garis dalam spektrum galaksi jauh menuju
wilayah cahaya merah tampak yang berarti menuju panjang gelombang yang lebih
panjang. Fenomena ini memperlihatkan cahaya dari benda bergerak akan
memiliki panjang gellombang yang berbeda bergantung pada gerakan relatif
sumber dan pengamat. Ketika pengamat diam melihat sumber bergerak mendekat,
akan terlihat cahaya yang bergeser ke panjang gelomang yang lebih pendek (blue
shift) dan sebaliknya, ketika pengamat diam melihat sumber menjauh, akan
terlihat cahaya yang bergeser ke panjang gelombang yang lebih panjang (red
shfit). Fenomena ini kemudian disebut sebagai Doppler-Red-Shift. Tak hanya
pada bidang astronomi seperti yang telah dijelaskan, efek Doppler juga dapat
dimanfaatkan pada bidang kesehatan. Contohnya pada Ekokardiogram Doppler
yang digunakan untuk mengidentifikasi arah dan kecepatan aliran darah.
Pengidentifikasian ini memanfaatkan gelombang elektromagnetik dengan
penerapan efek Doppler. Kecepatan sel darah ditentukan dengan dihitungnya
besaran pergeseran frekuensi yang dikirim dengan yang diterima. Adapun arah
81
aliran darah ditentukan dengan pergeseran Doppler yang menghasilkan nilai
positif atau nilai negatif.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, tujuan awal dari percobaan efek
Doppler ini telah terpenuhi adapaun tujuan tersebut antara lain, pengaruh gerak sumber
bunyi terhadap frekuensi yang diterima oleh pendengar berhasil diambil dan dianalisa.
Besar perbandingan antara frekuensi yang diterima oleh pendengar dengan frekuensi
asli sumber yang didasarkan pada kecepatan gerak sumber bunyi terhadap pendengar
telah ditentukan. Sebagaimana yang dijelaskan pada bab III, sub-bab analisa hasil, di
mana frekuensi yang diterima oleh pendengar ketika sumber bergerak akan lebih besar
dari frekuensi asli. Adapun tujuan terakhir yaitu, interpretasi dari efek Doppler dapat
dijelaskan oleh praktikan.

4.2 Saran
Meski Kr yang didapatkan pada percobaan ini terbilang kecil, praktikan
diharapkan selalu berhati-hati dalam melakukan percobaan. Agar tidak terjadinya
kesalahan yang dapat mengganggu percobaan. Praktikan juga diharapkan senantiasa
teliti dan berhati-hati dalam melakukan pengamatan dan perhitungan data agar tidak
terjadi kesalahan ada pencatatan data dan perhitungan data. Adapun kelengkapan dan

82
ketersediaan alat diharapkan lebih terjamin nantinya, agar percobaan yang dilakukan
selanjutnya dapat dilakukan sesuai dengan ketentuan yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Blazsὸ, Tibor. (2021). “Doppler Effect without Light Waves.” Journal of Applied Physics,
13(5), 1-10.

Do ǧan, Furkan. (2022). “The Expanding Universe Delusion Caused by the Doppler Effect in
the Human Brain.” Journal of Neuro Philosophy, 1(2), 166-170.

Drake, Samuel, Picton., & Alan, Purvis. (2014). “Everyday relativity and the Doppler Effect.”
American Journal of Physics, 52(2014), 1-9.

Luo, Ying., Yi-Jun, Chen., Yong-Zhong, Zhu., Wang-Yang, LI., & Qun, Zhang. (2019).
“Doppler effect and micro-Doppler effect of vortex-electromagnetic-wave-based radar.”
IET (The Institution of Engineering and Technology) Journals, 14(1), 2-9.

Silaban, Yohansen, Frando, Hadinata., & Jumadi, Jumadi. (2022). “Concept understanding
profile of high school students on doppler effect and sound intensity levels.”
Momentum: Physics Education Journal, 6(1), 51-58.

Tanaka, Shokichi., Hideyuki, Nomura., & Tomoo, Kamakura. (2019). “Doppler shift equation
and measurement errors affected by spatial variation of the speed of sound in sea
water.” Ultrasonics, 94(2019), 65-73.

83
84
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan
Tujuan dilakukannya percobaan pengukuran panjang gelombany yaitu, untuk
dapat ditentukan dan diamatinya variasi posisi rapatan dan regangan gelombang bunyi
yang terjadi di sepanjang pipa Kundt, dapat ditentukannya panjang gelombang bunyi
pada pipa Kundt untuk nilai frekuensi yang berbeda, dan dapat dintentukannya pipa
Kundt yang digunakan termasuk dalam jenis pipa organa terbuka atau tertutup.

1.2 Tinjauan Pustaka


Pengertian gelombang itu sendin adalah energi getaran yang melalui atau tanpa
medium. Gelombang diklasifikasikan ke dalam beberapa bagian. Gelombang
diklasifikasikan menjadi dua jenis bila dilihat dari mediumnya, yaitu gelombang
mekanik dan gelombang elektromagnetik. Sedangkan bila diklasifikasikan sesuai arah
rambatnya gelombang dibedakan menjadi gelombang transversal yang arah rambat dan
getarnya tegak lurus dan gelombang longitudinal yang arah rambat dan getarnya sejajar.
Sementara itu, gelombang suara merupakan jenis gelombang mekanik longitudinal.
Sebelum ditangkap oleh gendang telinga pendengar, gelombang bunyi dihasilkan oleh
sumber yang bergetar dan merambat di udara. Terdapat tiga jenis gelombang bunyi,
yaitu gelombang infrasonic, gelombang audiosonic, dan gelombang ultrasonic.
Gelombang Infrasonic merupakan gelombang dengan frekuensi yang tidak dapat
didengar oleh manusia karena memiliki frekuensi yang paling rendah. Gelombang
infrasonik memiliki frekuensi di bawah 20 Hz dan hanya dapat didengar oleh laba-laba,
semut, dan anjing. Gelombang audiosonik merupakan gelombang yang dapat didengar
oleh manusia dengan frekuensi yang lebih besar dari 20 Hz dan kurang dari 20.000 Hz.
Kemudian yang terakhir yaitu ultrasonik yang juga tidak dapat didengar oleh telinga
manusia karena frekuensinya sangat tinggi dengan nilai di atas 20.000 Hz. Gelombang
ultrasonik dapat didengar oleh kelelawar. Besar amplitudo dalam gelombang bunyi
memiliki satuan dB (decibel) dan kecepatan memiliki satuan Hz (Hertz) (Setiawan et al,
2023).
Perambatan gelombang suara dalam tabung kemungkinan dapat diselidiki dengan
menggunakan tabung Kundt. Gelombang akustik dari speaker akan merambat ke bawah
pipa dan dipantulkan dari ujungnya. Pola gelombang berdiri di dalam pipa dihasilkan
karena interferensi fasa antara gelombang datang dan gelombang pantul. Tabung Kundt

85
biasanya digunakan dalam percobaan tentang pola gelombang berdiri di tabung tertutup
atau terbuka. Sebagian energi suara datang diserap oleh sampel jika sampel bahan
penyerap ditempatkan di ujung tabung, maka, amplitudo yang dimiliki gelombang
datang dan gelombang pantul berbeda. Superposisi gelombang berdiri dan gelombang
merambat dalam arah sumbu tabung adalah medan suara total dalam pipa (Macho-
Stadler & Elejade Garcia, 2019).
Penyerapan resonansi energi gelombang elektromagnetik pada propagasi melalui
media feromagnetik (FMR). Ketika bagian permeabilitas magnetik efektif di medan
yang lebih kecil dari medan FMR sama dengan nol, dan di bawah pemenuhan hubungan
tertentu antara frekuensi, medan magnet, dan magnetisasi saturasi suatu media
mengakibatkan terjadinya fenomena resonansi Feromagnetic Antiresonance (FMAR).
Peningkatan ke dalaman kulit menyebabkan fenomena antiresonansi diamati secara
eksperimental sebagai transmisi anomali gelombang elektromagnetik melalui film
feromagnetik logam. Gaya dinamis yang diterapkan pada titik tertentu tidak
menyebabkan gerakan sistem pada titik tersebut disebut dengan sistem kebebasan
multiderajat, di mana pada gaya tersebut terdapat frekuensi yang biasa dikenal sebagai
antiresonansi. Variasi kedalaman kulit dominan pada kasus media konduktif, meningkat
secara signifikan di bawah kondisi antiresonansi yang menyebabkan peningkatan
koefisien transmisi dapat diamati, dan efek kulit tidak ada saat dalam kondisi
nonkonduktif, antiresonansi magnetik memanifestasikan dirinya sebagai perubahan
pada permukaan atau impedansi masukan (Nemytova et al, 2021).
Komponen kunci chip semikonduktor dan banyak diterapkan pada perangkat
digital seperti, mobil dan sistem komputer adalah silikon wafers. Adapun silicon wafers
merupakan faktor penting yang menentukan sifat listrik dari chip semikonduktor
tentang kualitas perangkat digital. Sehingga untuk menghasilkan chip semikonduktor
yang optimal, permukaan silicon wafers harus diperiksa dengan akurasi skala nano.
Pada pemeriksaan silicon wafers, interferometri telah diterapkan secara luas karena
pengukuran non-kontak dan resolusinya tinggi. Salah satu metode interferometri optik
telah digunakan untuk pengukuran silicon wafers yaitu, interferometri pemindaian
panjang gelombang. Dalam metode ini, perubahan fase antara dua sinar pantul dari
permukaan silicon wafers dan referensi dimodulasi oleh pemindaian panjang
gelombang. Hasil yang didapatkan selama pemindaian panjang gelombang yaitu,
interferogram dan fase target yang sesuai dengan permukaan silicon wafers dihitung
dengan teknik ekstrasi fase. Untuk pengukuran permukaan silicon wafers dengan
dihilangkannya efek harmonik kedua merupakan perkembangan dari algoritma fase
86
interatif harmonik menggunakan interferogram lima bingkai. Hal tersebut
dikembangkan karena fakfor refleksi permukaan silicon wafers dan harmonik orde
kedua dari intensitas pinggiran, dan dengan kondisi konvergensi harmonik dan teknik
piksel yang dipilih, diamati bahwa teknik ini tidak sensitif terhadap kesalahan
divergensi dan memiliki waktu komputasi yang berkurang. Profil permukaan Silicon
wafers empat inci diukur dengan analisis berulang fase yang baru dikembangkan dan
interferometer Fizeau pemindaian panjang gelombang digunakan untuk percobaan
verivikasi. Untuk melakukan pengukuran permukaan silicon wafers dengan laser
interferometer Fizeau, perlu dipertimbangkan faktor pantulan permukaan referensi ( ρ1 ¿
dan permukaan silicon wafers ( ρ2 ¿. Hal ini disebabkan karena terdapat banyak
pantulan antara dua permukaan interferomter Fizeau saat melakukan pengukuran
tersebut (Kim et al, 2022).

87
BAB II

METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan pengukuran panjang gelombang
di antaranya yaitu, Loudspeaker, Signal Generator, Oscilloscope, Universal
Microphone, tabung Kundt, penggaris, kabel penghubung, set penyangga, dan aplikasi
simulator.

2.2 Tata Laksana Percobaan


Percobaan ini diawali dengan dibukanya aplikasi simulator dan tombol Run yang
ada di tengah bawah aplikasi ditekan. Kemudian, kabel speaker disambungkan ke
Signal Generator. Selanjutnya, Signal Generator dinyalakan dan frekuensi output diatur
pada frekuensi ≥ 2000 Hz dan ≤ 20.000 Hz, dengan tombol putar AC dan DC pada
value > 0. Setelah itu, Signal Generator disambungkan ke Oscilloscope sebagai input
tegangan Channel 2. Kemudian, Oscilloscope diatur pada mode dual channel dengan
tombol Time/div dan Volt/div masing-masing Channel sesuai nilai output frekuensi
yang dikeluarkan Signal Generator dan yang ditetapkan oleh Microphone. Selanjutnya,
apabila tampilan di layar Oscilloscope telah didapatkan, Microphone digerak-gerakkan
maju atau mundur, posisi tegangan maksimum dan minimum regangan yang ditangkap
ujung Microphone ditentukan dan ditandai. Setelah itu, pipa Kundt bagian tengah
ditekan sebanyak dua kali agar skala proyeksi di samping pipa dan penggaris dapat
ditampilkan atau disembunyikan, untuk diketahuinya, atau ditandainya posisi regangan
pada langkah 7. Kemudian, posisi terjadinya rapatan dan regangan langkah 8 dicatat
sebagai data hasil percobaan. Selanjutnya, langkah 1-9 diulangi untuk nilai frekuensi
output Signal Generator yang lain. Kemudian tombol Reset yang ada di samping
tombol Run ditekan apabila setiap kali terjadi crash pada aplikasi.

2.3 Rangkaian Alat


Gambar 2.1 di bawah ini adalah alat dan bahan yang digunakan pada percobaan
pengukuran panjang gelombang kali ini.

88
7 3

4 5

8
5

1 2

6
6

Gambar 2.1 Alat dan bahan pada percobaan.

Keterangan:

1. Signal Generator,
2. Oscilloscope,
3. Universal Microphone,
4. Pipa Kundt,
5. Penyangga,
6. Kabel penghubung,
7. Loudspeaker,
8. Penggaris.

89
Adapun rangkaian alat dan bahan pada saat percobaan langsung adalah sebagai
berikut,

Gambar 2.2 Rangkaian alat dan bahan percobaan langsung.

90
BAB III

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Hasil Percobaan


3.1.1 Percobaan Langsung
a) Frekuensi yang terbaca Microphone
Tabel 3.1 Frekuensi yang terbaca pada Microphone

F. Signal Time/ Frekuensi


Volt/
No Generator div Div λ T (s) ×10−3 Microphon
div
(Hz) (ms) e (Hz)
1 3000 0,1 2 2,9 0,29 ×10−3 3448,3
2 4000 0,1 1 2,1 0,21 ×10−3 4761,9
3 5000 0,1 1 1,8 0,18 ×10−3 5555,5
4 6000 0,1 1 1,5 0,15 ×10−3 6666,6
5 7000 0,05 0,5 2,8 0,14 ×10−3 7142,8

b) Jarak titik perut ke simpul


Tabel 3.2 Jarak titik perut ke simpul

F. Signal Frekuensi Jarak titik perut dan simpul dari nol (cm)
Generato Microphone
r (Hz) (Hz)
P1 S1 P2 S2 P3 S3 P4 S4 P5 S5
3000 3448,3 4,6 1,2 9 6,1 14,3 11,1 18,7 16,1
4000 4761,9 1,3 3 4,5 6,7 8,5 10,3 12,2 14,1 16 17,8
5000 5555,5 1,5 3,4 4,4 6 7,8 9,2 10,2 12,1 13,4 15,1
6000 6666,6 2,9 1,5 5,5 4,1 8 6,5 10,4 9,3 12,9 11,6
7000 7142,8 1,5 2,5 3,9 4,4 5,5 6,7 8 9 10 11

3.1.2 Simulasi
a) Frekuensi yang terbaca Microphone
Tabel 3.3 Frekuensi yang terbaca pada Microphone

F. Signal Time/div Frekuensi


No Generator Volt/div Div λ T (s) ×10−3 Microphone
(Hz) (ms) (Hz)
1 4000 0,1 5 2,6 0,26 ×10−3 3846,2
2 4500 0,1 5 2,2 0,22 ×10−3 4545,4
3 5000 0,1 5 2 0,2 ×10−3 5000
4 5500 0,1 5 1,6 0,16 ×10−3 6250
5 6000 0,1 5 1,7 0,17 ×10−3 5882,3

b) Jarak titik perut ke simpul


91
Tabel 3.4 Jarak titik perut ke simpul

F. Signal Frekuensi Jarak titik perut dan simpul dari nol (cm)
Generato Microphone
r (Hz) (Hz)
P1 S1 P2 S2 P3 S3 P4 S4 P5 S5
4000 3846,2 2 4,3 6,7 8,7 11 13,3 15,5
4500 4545,4 0,6 2,5 4,2 6,6 8,3 10,5 12,5 14,5 16,5
5000 5000 2,5 4,2 6,1 8 10 11,3 13,1 15
5500 6250 1,7 3,3 4,9 6,4 8 9,5 11,3 12,9 14,3 15,8
6000 5882,3 0,3 1,8 3,5 4,8 6 7,8 9 10,7 12,4 13,7

3.2 Perhitungan
3.2.1 Percobaan Langsung
 Periode
−3
T 1=Time /¿ ×÷λ=0,1 ×2,9=0,29 ×10 s
−3
T 2=Time /¿ ×÷ λ=0,1 ×2,1=0,21× 10 s
−3
T 3=Time /¿ ×÷ λ=0,1×1,8=0,18 ×10 s
−3
T 4=Time /¿ ×÷λ=0,1 ×1,5=0,15× 10 s
−3
T 5=Time /¿ ×÷ λ=0,1× 2,8=0,28 ×10 s

 Frekuensi Microphone
1 1
f mic 1= = =3448,3 Hz
T 1 0,29 ×10−3
1 1
f mic 2= = =4761,9 Hz
T 2 0,21 ×10−3
1 1
f mic 3= = =5555,5 Hz
T 3 0,18 ×10−3
1 1
f mic 4 = = =6666,6 Hz
T 4 0,15 ×10−3
1 1
f mic 5= = =7142,8 Hz
T 5 0,28 ×10−3

a) f microphone1 =3448,3 Hz
−2
λp1 =p 1+2− p1=14,3−4,6=9,7 × 10 m
−2
λp2 =p 2+2− p2=18,7−9=9,7 × 10 m
−2
λp3 =p 3+2− p3 =0−14,3=14,3 ×10 m
−2
λp 4= p 4+2− p 4=0−18,7=18,7 ×10 m
92
λp5 =p 5+2− p5 =0−0=0 m
−2
λs 1=s 1+2−s 1=11,1−4,6=6,5 × 10 m
−2
λs 2=s 2+2 −s 2=16,1−1,2=14,9× 10 m
−2
λs 3=s3+ 2−s 3=0−11,1=11,1 ×10 m
−2
λs 4=s 4+ 2−s 4 =0−16,1=16,1× 10 m
λs 5=s5+ 2−s 5=0−0=0 m

λ=
∑ λp+ ∑ λs (52,4 +48,6 ) × 10−2
= =0,126 m
np+ns 4+ 4
v=λ × f mic =0,126 ×3448,8=434,54 m/s

b) f microphone2 =4761,9 Hz
−2
λp1 =p 1+2− p1=8,5−1,3=7,2× 10 m
λp2 =p 2+2− p2=12,2−4,5=7,7 ×10−2 m
−2
λp3 =p 3+2− p3 =16−8,5=7,5 ×10 m
−2
λp 4= p 4+2− p 4=0−12,2=12,2 ×10 m
−2
λp5 =p 5+2− p5 =0−16=16 × 10 m

λs 1=s 1+2−s 1=10,3−3=7,3 ×10−2 m


−2
λs 2=s 2+2 −s 2=14,1−6,7=7,4 × 10 m
λs 3=s3+ 2−s 3=17,8−10,3=7,5 ×10−2 m
−2
λs 4=s 4+ 2−s 4 =0−14,1=14,1× 10 m
−2
λs 5=s5+ 2−s 5=0−17,8=17,8 × 10 m

λ=
∑ λp+ ∑ λs = ( 40,6+54,1 ) ×10−2 =0,095 m
np+ns 5+5
v=λ × f mic =0,095 × 4761,9=452,38 m/s

c) f microphone3 =5555,5 Hz
−2
λp1 =p 1+2− p1=7,8−1,5=6,3× 10 m
−2
λp2 =p 2+2− p2=10,2−4,4=5,8 ×10 m

λp3 =p 3+2− p3 =13,4−7,8=5,6 ×10−2 m


−2
λp 4= p 4+2− p 4=0−10,2=10,2 ×10 m
λp5 =p 5+2− p5 =0−13,4=13,4 × 10−2 m
−2
λs 1=s 1+2−s 1=9,2−3,4=5,8 ×10 m
93
λs 2=s 2+2 −s 2=12,1−6=6,1 ×10−2 m
−2
λs 3=s3+ 2−s 3=15,1−9,2=5,9 ×10 m
−2
λs 4=s 4+ 2−s 4 =0−12,1=12,1× 10 m
−2
λs 5=s5+ 2−s 5=0−15,1=15,1 ×10 m

λ=
∑ λp+ ∑ λs ( 41,3+45 ) × 10−2
= =0,0863 m
np+ns 5+5
v=λ × f mic =0,0863 ×5555,5=479,44 m/s

d) f microphone 4=6666,6 Hz
−2
λp1 =p 1+2− p1=8−2,9=5,1× 10 m

λp2 =p 2+2− p2=10,4−5,5=4,9 × 10−2 m


−2
λp3 =p 3+2− p3 =12,9−8=4,9× 10 m
λp 4= p 4+2− p 4=0−10,4=10,4 ×10−2 m
−2
λp5 =p 5+2− p5 =0−12,9=12,9 ×10 m
−2
λs 1=s 1+2−s 1=6,5−1,5=5 ×10 m
−2
λs 2=s 2+2 −s 2=9,3−4,1=5,2×10 m

λs 3=s3+ 2−s 3=11,6−6,5=5,1 ×10−2 m


−2
λs 4=s 4+ 2−s 4 =0−9,3=9,3 × 10 m
λs 5=s5+ 2−s 5=0−11,6=11,6× 10−2 m

λ=
∑ λp+ ∑ λs = (38,2+36,2 ) ×10−2 =0,0744 m
np+ns 5+5
v=λ × f mic =0,0744 ×6666,6=495,99 m/s

e) f microphone5 =7142,8 Hz

λp1 =p 1+2− p1=5,5−1,5=4 ×10−2 m


−2
λp2 =p 2+2− p2=8−3,9=4,1 ×10 m
−2
λp3 =p 3+2− p3 =10−5,5=4,5 ×10 m
−2
λp 4= p 4+2− p 4=0−8=8 ×10 m

λp5 =p 5+2− p5 =0−10=10 ×10−2 m


−2
λs 1=s 1+2−s 1=6,7−2,5=4,2× 10 m
λs 2=s 2+2 −s 2=9−4,4=4,6 ×10−2 m
−2
λs 3=s3+ 2−s 3=11−6,7=4,3 ×10 m
94
λs 4=s 4+ 2−s 4 =0−9=9 × 10−2 m
−2
λs 5=s5+ 2−s 5=0−11=11 ×10 m

λ=
∑ λp+ ∑ λs (30,6+ 33,1 ) × 10−2
= =0,0637 m
np+ns 5+ 5
v=λ × f mic =0,0637 ×7142,8=454,99 m/s

3.2.2 Simulasi
 Periode
−3
T 1=Time /¿ ×÷λ=0,1 ×2,6=0,26 ×10 s
−3
T 2=Time /¿ ×÷ λ=0,1 ×2,2=0,22× 10 s
−3
T 3=Time /¿ ×÷ λ=0,1× 2=0,2 ×10 s

T 4=Time /¿ ×÷λ=0,1 ×1,6=0,16 ×10−3 s


−3
T 5=Time /¿ ×÷ λ=0,1×1,7=0,17 × 10 s

 Frekuensi Microphone
1 1
f mic 1= = =3846,2 Hz
T 1 0,26 ×10−3
1 1
f mic 2= = =4545,4 Hz
T 2 0,22 ×10−3
1 1
f mic 3= = =5000 Hz
T 3 0,2 ×10−3
1 1
f mic 4 = = =6250 Hz
T 4 0,16 ×10−3
1 1
f mic 5= = =5882,3 Hz
T 5 0,17 ×10−3

a) f microphone1 =3846,2 Hz
−2
λp1 =p 1+2− p1=11−2=9 × 10 m
−2
λp2 =p 2+2− p2=15,5−6,5=8,8 ×10 m
−2
λp3 =p 3+2− p3 =0−11=11× 10 m
−2
λp 4= p 4+2− p 4=0−15,5=15,5× 10 m
λp5 =p 5+2− p5 =0−0=0 m
−2
λs 1=s 1+2−s 1=13,3−4,3=9× 10 m

95
λs 2=s 2+2 −s 2=0−8,7=8,7 ×10−2 m
−2
λs 3=s3+ 2−s 3=0−13,3=13,3 × 10 m
λs 4=s 4+ 2−s 4 =0−0=0 m
λs 5=s5+ 2−s 5=0−0=0 m

λ=
∑ λp+ ∑ λs ( 44,3+31 ) ×10−2
= =0,107 m
np+ns 4+3
v=λ × f mic =0,107 ×3846,2=411,54 m/s

b) f microphone2 =4545,4 Hz
−2
λp1 =p 1+2− p1=8,3−0,6=7,7 ×10 m

λp2 =p 2+2− p2=12,5−4,2=8,3 ×10−2 m


−2
λp3 =p 3+2− p3 =16,5−8,3=8,2 ×10 m
λp 4= p 4+2− p 4=0−12,5=12,5× 10−2 m
−2
λp5 =p 5+2− p5 =0−16,5=16,5 ×10 m
−2
λs 1=s 1+2−s 1=10,5−2,5=8,5 ×10 m
−2
λs 2=s 2+2 −s 2=14,5−6,6=7,9 ×10 m

λs 3=s3+ 2−s 3=0−10,5=10,5 × 10−2 m


−2
λs 4=s 4+ 2−s 4 =0−14,5=14,5 ×10 m
λs 5=s5+ 2−s 5=0−0=0 m

λ=
∑ λp+ ∑ λs = (53,2+ 41,4 ) ×10−2 =0,1051 m
np+ns 5+ 4
v=λ × f mic =0,1051× 45,45,4=477,72 m/s

c) f microphone3 =5000 Hz
−2
λp1 =p 1+2− p1=10−2,5=7,5× 10 m
−2
λp2 =p 2+2− p2=13,1−6,1=7 × 10 m
−2
λp3 =p 3+2− p3 =0−10=10 ×10 m
−2
λp 4= p 4+2− p 4=0−13,1=13,1 ×10 m
λp5 =p 5+2− p5 =0−0=0 m
−2
λs 1=s 1+2−s 1=11,3−4,2=7,1 ×10 m
λs 2=s 2+2 −s 2=15−8=7 × 10−2 m
−2
λs 3=s3+ 2−s 3=0−11,3=11,3 × 10 m

96
λs 4=s 4+ 2−s 4 =0−15=15 ×10−2 m
λs 5=s5+ 2−s 5=0−0=0 m

λ=
∑ λp+∑ λs = (37,6+ 40,4 ) × 10−2 =0,0975 m
np+ns 4+ 4
v=λ × f mic =0,0975 ×5000=487,5 m/s

d) f microphone 4=6250 Hz
−2
λp1 =p 1+2− p1=8−1,7=6,3 ×10 m
−2
λp2 =p 2+2− p2=11,3−4,9=6,4 × 10 m
−2
λp3 =p 3+2− p3 =14,3−8=6,3 ×10 m

λp 4= p 4+2− p 4=0−11,3=11,3× 10−2 m


−2
λp5 =p 5+2− p5 =0−14,3=14,3 ×10 m
λs 1=s 1+2−s 1=9,5−3,3=6,2 ×10−2 m
−2
λs 2=s 2+2 −s 2=12,9−6,4=6,5× 10 m
−2
λs 3=s3+ 2−s 3=15,8−9,5=6,3× 10 m
−2
λs 4=s 4+ 2−s 4 =0−12,9=12,9 ×10 m

λs 5=s5+ 2−s 5=0−15,8=15,8 × 10−2 m

λ=
∑ λp+ ∑ λs = ( 44,6+ 47,7 ) × 10−2 =0,0923 m
np+ns 5+5
v=λ × f mic =0,0923 ×6250=576,87 m/s

e) f micro phone 5=5882,3 Hz

λp1 =p 1+2− p1=6−0,3=5,7 ×10−2 m


−2
λp2 =p 2+2− p2=9−3,5=5,5 ×10 m
λp3 =p 3+2− p3 =12,4−6=6,4 ×10−2 m
−2
λp 4= p 4+2− p 4=0−9=9 ×10 m
−2
λp5 =p 5+2− p5 =0−12,4=12,4 × 10 m
−2
λs 1=s 1+2−s 1=7,8−1,8=6 ×10 m

λs 2=s 2+2 −s 2=10,7−4,8=5,9× 10−2 m


−2
λs 3=s3+ 2−s 3=13,7−7,8=5,9 × 10 m
λs 4=s 4+ 2−s 4 =0−10,7=10,7 ×10−2 m
−2
λs 5=s5+ 2−s 5=0−13,7=13,7 ×10 m
97
λ=
∑ λp+ ∑ λs (39+ 42,2 ) ×10−2
= =0,0812 m
np+ns 5+5
v=λ × f mic =0,0812× 5882,3=477,64 m/s

3.3 Grafik
3.3.1 Grafik Percobaan Langsung
Tabel 3.5 Data sumbu X dan sumbu Y untuk grafik percobaan langsung

Sumbu X Sumbu Y
(F Microphone) (λ)

3448,3 0,126

4761,9 0,095

5555,5 0,0863

6666,6 0,0744

7142,8 0,0637

0.14

0.12 f(x) = − 1.635578135088E-05 x + 0.181537984614925


R² = 0.993182173501249
0.1

0.08
λ
0.06

0.04

0.02

0
3000.000 4000.000 5000.000 6000.000 7000.000 8000.000
Frekuensi Microphone

Gambar 3.1 Grafik percobaan langsung

3.3.2 Grafik Simulasi


Tabel 3.6 Data sumbu X dan sumbu Y untuk grafik simulasi
Sumbu X Sumbu Y
(F Microphone) (λ)

3846,2 0,107

4545,4 0,105

98
5000 0,0975

6250 0,0923

5882,3 0,0812

0.12

0.1 f(x) = − 0.0064235714285714 x + 0.114618174603174


R² = 0.896965069767148
0.08

0.06
λ

0.04

0.02

0
5000.000 5000.000 5000.000 5000.000 5000.000
Frekuensi Microphone

Gambar 3.2 Grafik simulasi


3.4 Pembahasan
3.4.1 Analisa Prosedur
3.4.1.1 Fungsi Alat
Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan pengukuran panjang
gelombang di antaranya yaitu, Loudspeaker, Signal Generator, Oscilloscope,
Universal Microphone, tabung Kundt, penggaris, kabel penghubung, set
penyangga, dan aplikasi simulator. Loudspeaker digunakan sebagai sumber
bunyi yang akan ditangkap oleh Universal Microphone. Signal Generator
digunakan sebagai penghasil sinyal dengan frekuensi yang dapat diubah sesuai
dengan yang dibutuhkan. Oscilloscope digunakan sebagai alat visualisasi sinyal
yang ditangkap oleh Universal Microphone. Universal Microphone digunakan
sebagai penangkap sinyal bunyi yang akan diubah ke sinyal listrik. Tabung
Kundt digunakan sebagai penerima sinyal gelombang bunyi yang nantinya
rapatan dan regangan terbentuk dan sebagai medium perambatan gelombang
bunyi. Penggaris digunakan sebagai alat pengukur div dan jarak simpul dan
perut dalam gelombang. Kabel penghubung digunakan sebagai penghubung
antara alat-alat yang digunakan dalam percobaan agar dapat digunakan dengan
sesuai. Set penyangga digunakan sebagai penyangga alat seperti tabung Kundt,

99
Loudspeaker dan Universal Microphone. Aplikasi simulator digunakan untuk
pengambilan data simulasi.

3.4.1.2 Fungsi Perlakuan


Pada percobaan pengukuran panjang gelombang, setiap alat yang
digunakan terdapat perlakuan yang berbeda-beda. Kabel speaker disambungkan
ke Signal Generator agar dapat digunakan. Selanjutnya, Signal Generator
dinyalakan agar dapat dihasilkannya frekuensi input, frekuensi output diset pada
frekuensi ≥ 2000 Hz dan ≤ 20.000 Hz, dengan tombol putar AC dan DC pada
value > 0 agar didapatkan hasil yang sesuai. Setelah itu, Signal Generator
disambungkan ke Oscilloscope sebagai input tegangan Channel 2 agar
Oscilloscope dapat digunakan. Kemudian, Oscilloscope diatur pada mode dual
Channel agar dihasilkan gelombang input dan output dengan tombol Time/div
dan Volt/div masing-masing Channel sesuai nilai output frekuensi yang
dikeluarkan Signal Generator dan yang ditetapkan oleh Microphone agar
didapatkan hasil yang sesuai. Selanjutnya apabila tampilan di layar Osilloscope
telah didapatkan, Microphone digerakkan maju atau mundur, posisi tegangan
maksimum dan minimum tegangan yang ditangkap ujung Microphone
ditentukan dan ditandai untuk didapatkan data hasil percobaan. Setelah itu, pipa
Kundt bagian tengah didouble klik agar skala proyeksi disamping pipa dan
penggaris dapat ditampilkan atau disembunyikan, untuk diketahuinya atau
ditandainya tegangan. Kemudian, posisi terjadinya rapatan dan regangan dicatat
sebagai data hasil percobaan. Selanjutnya langkah-langkah sebelumnya diulangi
untuk nilai frekuensi output Signal Generator yang lain agar didapatkan variasi
data. Setelah itu, setting rangkaian dapat dimodifikan sesuai kreativitas praktikan
masing-masing. Kemudian, tombol Reset yang ada di samping tombol Run
ditekan apabila setiap kali terjadi crash pada aplikasi.

3.4.2 Analisa Hasil


Berdasarkan hasil percobaan, didapatkan 2 jenis data, yaitu data hasil
percobaan langsung dan hasil simulasi. Didapatkan nilai frekuensi output
berbanding terbalik dengan nilai periode, di mana semakin besar frekuensi, maka,
semakin besar periodenya. Panjang gelombang yang dihasilkan dan data
percobaan langsung nilainya berbanding terbalik dengan nilai frekuensi output.
Jadi, semakin besar nilai frekuensi, maka, nilai panjang gelombang akan semakin
100
kecil. Begitu pula dengan data hasil simulasi, nilai frekuensi output berbanding
terbalik dengan nilai panjang gelombang. Sesuai literatur, nilai kecepatan
berbanding lurus dengan nilai frekuensi. Tetapi, dari data hasil percobaan
langsung dan simulasi yang didapatkan dan hasil perhitungan pada frekuensi ke-5
tidak sesuai. Sedangkan kecepatan pada frekuensi 1 sampai 4 sesuai, yaitu
berbanding lurus dengan nilai frekuensi. Hal tersebut bisa saja terjadi karena
kesalahan praktikan dalam pengambilan data, atau kesalahan perhitungan yang
dihasilkan praktikan, atau bisa saja kesalahan dalam pembuatan angka sehingga
hasil yang didapatkan kurang tepat.
Berdasarkan data perhitungan yang didapatkan dan hasil percobaan
langsung dari simulasi, dibuatlah grafik yang sumbu X nya merupakan frekuensi
output dan sumbu Y nya merupakan panjang gelombang (λ). Hubungan keduanya
yaitu berbanding terbalik, itulah mengapa grafik yang dihasilkan dan data hasil
percobaan langsung dan simulasi berbentuk linear ke bawah.
Gelombang elektromagnetik merupakan jenis gelombang yang merambat
tanpa medium. Gelombang elektromagnetik memiliki beberapa sifat, yaitu
merupakan gelombang transversal, dapat mengalami refleksi (pemantulan),
refraksi (pembiasan), interferensi, difraksi, dan polarisasi, memiliki arah rambat
yang tidak bisa dibelokkan dengan medan magnet atau medan listrik. Sementara
itu gelombang akustik merupakan salah satu jenis gelombang mekanik tetapi yang
berkaitan dengan suara. Gelombang akustik membutuhkan medium dalam
perambatannya. Gelombang akustik dapat berpindah karena perbedaan tekanan
pada medium berpindahnya. Bila suatu objek bergetar dan mendorong partikel di
sekeliling nya lalu terbentuklah tekanan yang merambat melalui medium.
Pada percobaan ini, kita menggunakan pipa Kundt sebagai metode untuk
mengukur panjang gelombang. Terdapat beberapa cara lain untuk mengukur
panjang gelombang, misalnya dengan metode Young dan metode Ayer. Metode
Young merupakan metode yang sinar laser diarahkan pada celah sempit dan
difraksi oleh celah tersebut untuk membentuk pola interferensi pada layar.
Panjang gelombang dapat dihitung dan jarak antara puncak ke puncak pada pola
interferensi. Sedangkan metode Ayer merupakan metode yang melibatkan
resonansi dari tabung udara tertutup dengan satu ujung terbuka, seperti pipa
Kundt. Tetapi, resonansi dipicu oleh suara nada tertentu yang ditiupkan ke dalam
tabung. Panjang gelombang kemudian dapat diukur dari frekuensi resonansi dan
dimensi tabung.
101
Gelombang suara merupakan gelombang mekanik sehingga dapat merambat
melalui udara. Gelombang suara juga merupakan gelombang longitudinal yang
arah rambat sejajar dengan arah getarnya. Gelombang udara yang dihasilkan oleh
sumber membuat molekul udara bergerak bolak balik. Saat molekul udara
bergerak ke depan, dia akan mendorong molekul yang ada di sampingnya ke
depan dan terciptalah area bertekanan tinggi. Sebaliknya, jika molekul udara
bergerak ke belakang dan mendorong molekul lain ke belakang, maka, terciptalah
area bertekanan rendah. Terciptalah gelombang suara dari 2 kejadian tersebut.
Lalu gelombang suara tersebut merambat melalui udara dan ditangkap oleh
gendang telinga.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Setelah dilakukannya pengukuran panjang gelombang, praktikan dapat mencapai
tujuan dilakukannya percobaan ini. Didapatkan bahwa nilai frekuensi output berbanding
terbalik dengan besar periode. Panjang gelombang berbanding terbalik dengan besar
frekuensi output. Semakin besar nilai frekuensi output, maka, panjang gelombang
semakin rendah nilainya. Itulah mengapa terbentuklah grafik yang linear ke bawah.

4.2 Saran
Saran untuk praktikum selanjutnya yaitu, agar praktikan telah memahami dan
membaca materi yang akan dilakukan dalam percobaan, agar data yang dihasilkan
nantinya akan lebih mendekati akurat.

102
DAFTAR PUSTAKA

Kim, S., Kim. Y., Sugita, N., & Mitshuishi, M. (2022). “Surface measurement of silicon
wafer using harmonic phase-terative analysis and wavelength-scanning Fizeau
interferometer.” Precision Engineering, 75(2022), 142-152.

Nemytova, Olga, V., Anatoly, B, Rinkevich., & Dimitry, V, Perov. (2021). “Resonance
variations of microwave reflection coefficient in nano composite sample with cobalt and
palladium particles.” Journal of Magnetism and Magnetic Materials, 537(2021), 1-7.

Setiawan, Florentinus. Budi., Daniel, Danin, Prasetyo., & Leonardus, Heru, Pratomo. (2023).
“Design of Audiosonic Frequency Wave Theraphy Tool with Arduino Mega-Based
Spectrum Analyzer Monitoring.” Jurnal Ilmiah Teknik Elektro, 10(2023), 33-38.

Stadler, Erica, Macho., & Maria, Jesǔs, Elejalde-Garc ía. (2019). “Experiments with Kundt’s
Tube.” Journal of Physics, 1287(2019), 1-8.

103
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan
Pada percobaan dengan topik pemantulan gelombang bunyi kali ini dilakukan
dengan tujuan antara lain, terpenuhinya bukti, bahwa terdapat sifat pemantulan
gelombang longitudinal. Percobaan ini juga dilakukan dengan tujuan terpenuhinya
bukti-bukti terakit hukum pemantulan gelombang.

1.2 Tinjauan Pustaka


Gelombang merupakan peristiwa di mana suatu energi mengalami perambatan
baik dengan adanya medium ataupun tanpa medium. Gelombang dibedakan berdasarkan
media perambatan dan arah rambatnya. Secara medium, gelombang dibedakan menjadi
gelombang mekanik dan gelombang elektromagnetik. Sedangkan secara arah
rambatnya, gelombang dibedakan menjadi gelombang transversal dan gelombang
longitudinal. Gelombang transversal merupakan gelombang yang arah getarannya tegak
lurus dengan arah rambatnya. Sedangkan gelombang longitudinal merupakan
gelombang yang arah getarannya sejajar dengan arah rambatnya. Adapun gelombang
bunyi termasuk ke dalam gelombang mekanik longitudinal. Gelombang bunyi tercipta
ketika indra pendengar menangkap rambatan gelombang pada udara yang merupakan
gelombang hasil getaran suatu benda. Berdasarkan jenisnya, gelombang dibedakan
menjadi gelombang infrasonic, gelombang audiosonic, dan gelombang ultrasonic.
Gelombang infrasonic merupakan gelombang suara yang tidak dapat didengar oleh
manusia, namun, dapat didengar oleh hewan terutama serangga. Hal ini dikarenakan
frekuensi gelombangnya sangat rendah yaitu, berada pada rentang < 20 Hz. Gelombang
audiosonic merupakan gelombang bunyi yang dapat didengar dan digunakan manusia
dalam kehidupan sehari-hari. Gelombang ini memiliki frekuensi gelombang pada
rentang 20 Hz – 20 kHz. Gelombang ultrasonic merupakan gelombang bunyi yang sulit
didengar oleh manusia, namun, dapat digunakan sebagai media komunikasi oleh hewan
seperti kelelawar, lumba-lumba, dll. Frekuensi gelombang ini berada pada rentang > 20
kHz (lebih dari 20.000 getaran gelombang per detik). Agar periode dan frekuensi dari
suatu gelomang dapat diketahui, maka, digunakanlah persamaan (1.1) dan (1.2) di
bawah ini. Dengan periode gelombang yang dapat ditentukan melalui persamaan (1.1)
dan frekuensi gelombang yang dapat ditentukan melalui persamaan (1.2) (Setiawan et
al, 2023).

104
t
T= ...(1.1)
n
(Setiawan et al, 2023)
n
F= ...(1.2)
t
(Setiawan et al, 2023)
Seperti yang disebutkan sebelumnya, gelombang bunyi termasuk ke dalam
gelombang mekanik. Gelombang mekanik sendiri merupakan gelombang yang
membutuhkan media (medium) dalam perambatan gelombangnya. Perambatan tersebut
berlangsung dengan dipindahkannya partikel-partikel energi mekanik yang berupa
energi kinetik dan energi potensial dari suatu bagian medium menuju bagian medium
lainnya, dengan gerakan partikel yang akan semakin melambat setiap pengulangan
gerakann partikel terjadi. Adapun sifat-sifat yang dimiliki oleh gelombang mekanik
yaitu, refraksi, refleksi (pemantulan), dan interferensi (Muhammad & Dahiru, 2017).
Refraksi atau pembiasan merupakan peristiwa dibelokkanya suatu arah rambatan
gelombang ketika melewati bidang batas dua medium dengan indeks bias yang berbeda.
Hal ini dijelaskan oleh Tyndall dalam percobaan yang ia lakukan. Tyndall
memanfaatkan arloji dan balon yang diisi dengan karbon dioksida. Arloji tersebut
diletakkan pada bagian depan balon, yang mana akan menimbulkan efek gelombang
bunyi yang sama seperti lensa konvergen pada gelombang cahaya akibat beratnya salah
satu sisi pada balon setelah diletakkan arloji. Kemudian, balon akan berperan sama
seperti lensa divergen pada gelombang cahaya ketikan balon diisi dengan hidrogen. Hal
ini akan membuat balon lebih ringan dari udara dan gelombang bunyi yang ada akan
dapat bergerak menyebar dan melewati balon. Refraksi gelombang juga dapat diamati
pada peristiwa bunyi yang lebih mudah didengar pada malam hari dikarenakan suhu
yang terdapat pada malam hari memudahkan bunyi untuk merambat ke arah yang lebih
jauh. Hal ini dikarenakan gelombang bunyi membutuhkan suhu yang lebih tinggi pada
lapisan udara. Ketika gelombang bunyi menerima suhu yang lebih tinggi, ia akan
dibiaskan ke arah yang lebih jauh dan membuat intensitas gelombang bunyinya
berkurang. Hal yang sama juga terjadi ketika angin bertiup menuju pendengar. Dengan
prinsip yang sama, pendengar yang berada pada titik 0 akan lebih mudah menangkap
gelombang bunyi ketika angin bertiup (Muhammad & Dahiru, 2017).
Refleksi atau pemantulan merupakan fenomena dipantulkannya gelombang bunyi
melalui permukaan suatu bidang. Pemantulan tersebut akan menghasilkan sudut refleksi
atau sudut pantul yang sama dengan sudut datang. Sedangkan interferensi merupakan

105
fenomena saling tumpang tindihnya dua buah gelombang atau lebih, hingga dapat
menyebabkan kedua gelombang tersebut akan saling menguatkan ataupun saling
melemahkan. Medasarkan prinsip superposisi, maka, pola interferensi dari gelombang
dapat diketahui. Ketika dua gelombang atau lebih dengan fase yang sama saling
berinteraksi (tumpang tindih) dan saling berpadu, akan terjadi pola interferensi
konstruktif, yang mana perpaduan dari kedua gelombang atau lebih tersebut akan saling
menguatkan. Sedangkan interferensi destruktif akan terjadi ketika dua gelombang atau
lebih dengan beda fase yang berbeda saling berinteraksi (tumpang tindih) dan saling
berpadu, yang mana hasil dari perpaduan kedua gelombang atau lebih tersebut akan
saling melemahkan dan bahkan hanya satu gelombang yang terlihat (Muhammad &
Dahiru, 2017).
Pada umumnya, gelombang ganda yang dipantulkan dengan dihasilkannya beda
fase yang sama, akan menciptakan pola gelombang dengan amplitudo yang sangat
tinggi ataupun kecil. Frekuensi dengan amplitudo yang sangat tinggi tersebut
merupakan frekuensi resonansi. Frekuensi resonansi sednriri dapat diamati pada
Fenomena Resonansi Feromagnetik (FMR) yang nantinya akan menjadi penyerapan
rambatan resonansi energi gelombang elektromagnetik melalui medium berupa magnet
dengan sifat feromagnetik. Fenomena resonansi frekuensi juga dapat diamati pada
peristiwa anti resonansi feromagnetik (FMAR). Peristiwa tersebut akan menunjukkan
fenomena resonansi ketika permebilitas magnet dalam medan magnetnya kurang efektif
atau sama dengan 0 dari medan milik FMR, dengan hubungan antara frekuensi, medan
magnet, dan magnetisasi saturasi suatu medium yang tidak dapat dipenuhi (Stadler &
Maria, 2019 ; Nemytova et al, 2021).
Agar suatu sudut frekuensi pada perambatan gelombang dapat diketahui, maka,
digunakan persamaan (1.3). Adapun frekuensi resonansi pada gelombang bunyi dapat
diketahui melalui persamaan (1.4) berikut,
ω=2 πf ...(1.3)
(Nemytova et al, 2021)
V
f n=n =n f 1 ...(1.4)
2L
(Stadler & Maria, 2019)
dengan V pada persamaan (1.4) merupakan kecepatan gelombang bunyi di dalam
medium dan hanya pola resonansi ganjil yang dihitung (Stadler & Maria, 2019 ;
Nemytova et al, 2021).

106
Fenomena perambatan gelombang, pemantulan gelombang, serta pembiasan
gelombang berperan penting pada berbagai bidang yang luas seperti seismologi,
geologi, ekplorasi seismik, geofisika, teknik gempa, dan lain-lain. Gelombang
merambat melalui media membawa sejumlah besar informasi tentang media tertentu, di
mana sifat gelombang berupa refleksi dan refraksi memainkan peranan yang sangat
penting. Kedua sifat gelombang tersebut akan mengikuti gelombang yang terbentuk
pada muka antara dua media tersebut. Kedua sifat tersebut juga berperan dalam
interpretasi yang lebih akurat pada zona beku serta dapat memberikan informasi yang
lebih baik dalam pendeteksian lokasi bahaya penyebaran, pembantu dalam peristiwa
menjelajahi situs kubah garam dan pemetaan garam, pembantu sebagai pendeteksi
ketika melakukan survei tanah dan akuisisi survei kelautan. Bahkan kedua sifat
gelombang tersebut mungkin untuk digunakan dalam pencarian-pencarian yang akan
muncul di masa mendatang (Sigh et al, 2020).

107
BAB II

METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan


Pada percobaan pemantulan gelombang bunyi kali ini dilgunakan alat serta bahan
antara lain, Loudspeaker, Signal Generator, Oscilloscope, busur, layar pemantulan,
cermin cekung 1 dan 2, tiang penyangga dengan dua penyangga, Universal Microphine,
serta kabel-kabel penghubung.

2.2 Tata Laksana Percobaan


Percobaan pemantulan gelombang bunyi kali ini dimulai dengan dilakukannya
percobaan simulasi dengan digunakannya aplikasi simulasi percobaan. Aplikasi tersebut
dibuka terlebih dahulu, yang mana selanjutnya adalah ditekannya tombol Run pada
bagian bawah aplikasi agar aplikasi dapat dijalankan dengan semestinya. Ketika aplikasi
dapat dioperasikan seperti biasa, kabel penghubung yang terdapat pada Loudspeaker
dihubungkan pada Signal Generator. Kemudian, Signal Generator dihubungkan pada
Channel 1 yang ada di Oscilloscope, dengan tegangan Signal Generator diatur pada
frekuensi ≥ 2.000 Hz dan ≤ 20.000 Hz. Pada simulasi ataupun percobaan langsung yang
dilakukan, frekuensi Signal Generator diatur pada frekuensi 6.000 Hz. Adapun tombol
putar AC dan DC yang terdapat pada Signal Generator diatur pada value > 0.
Selanjutnya, kabel penghubung yang terdapat pada Universal Microphone
disambungkan pada Channel 2 yang ada di Oscilloscope. Oscilloscope dinyalakan dan
dilanjutkan dengan diaktifkannya mode dual pada Oscilloscope. Time/div dan Volt/div
dari masing-masing Channel disesuaikan, sehingga sinyal yang ditampilkan tidak saling
terhimpit dan sinyal dapat lebih mudah diamati. Agar didapat variasi perbandingan
sinyal output, maka, posisi Microphone, posisi Loudspeaker, ataupun posisi layar
pemantulan digeser dan diputar ke arah kiri dan kanan. Adapun busur penunjuk sudut
pergeseran dapat ditampilkan dalam proyeksi yang lebih jelas dengan cara layar
pemantulan atau bagian busur ditekan sebanyak dua kali. Adapun cara agar proyeksi
sudut pergeseran tadi dapat disembunyikan ialah dengan layar atau busur yang ditekan
sebanyak dua kali kembali. Ketika terdapat error atau crash pada aplikasi selama
percobaan dilakukan, maka, tombol Reset yang terdapat di bagian tengah bawah
aplikasi simulasi atau tepatnya terletak tepat di sebelah tombol Run dapat ditekan agar
percobaan dapat diulang seperti semula.

108
2.3 Rangkaian Alat
Gambar 2.1 di bawah ini adalah alat dan bahan yang digunakan pada percobaan
pemantulan gelombang bunyi kali ini.

4 8
9 1 10
1
1 1

7
1

6 6
5
1 1
1

3 3
1 1

Gambar 2.1 Alat dan bahan pada percobaan.

Keterangan:

1. Signal Generator,
2. Oscilloscope,
3. Kabel penghubung,
4. Loudspeaker,
5. Universal Microphone,
6. Tiang dan dua penyangga,
7. Busur,
8. Layar pemantulan,
9. Cermin cekung 1,
10. Cermin cekung 2.

109
Adapun rangkaian alat dan bahan pada saat percobaan langsung adalah sebagai
berikut,

Gambar 2.2 Rangkaian alat dan bahan percobaan langsung.

110
BAB III

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Hasil Percobaan


3.1.1 Percobaan Langsung
Tabel 3.1 Data Hasil Percobaan Langsung
α β
Frekuensi Frekuensi
(datang) (pantul) ( Div Time/div Periode (s)
Input (Hz) Output (Hz)
(° ) °)
35 1,2 5 ×10−4 6 ×10−4 1666,67
40 1,2 5 ×10−4 6 ×10−4 1666,67
35 45 1,1 5 ×10−4 5,5 ×10−4 1818,18
50 1,1 5 ×10−4 5,5 ×10−4 1818,18
55 1,2 5 ×10−4 6 ×10−4 1666,67
35 1,2 5 ×10−4 6 ×10−4 1666,67
40 1,2 5 ×10−4 6 ×10−4 1666,67
40 45 1,2 5 ×10−4 6 ×10−4 1666,67
50 1,2 5 ×10−4 6 ×10−4 1666,67
55 1,2 5 ×10−4 6 ×10−4 1666,67
35 1,2 5 ×10−4 6 ×10−4 1666,67
40 1 5 ×10−4 5 ×10−4 2000
6000 45 45 1,2 5 ×10−4 6 ×10−4 1666,67
50 1,1 5 ×10−4 5,5 ×10−4 1818,18
55 1,1 5 ×10−4 5,5 ×10−4 1818,18
35
40
50 45
50
55
35
40
55 45
50
55

111
3.1.2 Simulasi
Tabel 3.2 Data Hasil Percobaan Simulasi
α β
Frekuensi Frekuensi
(datang) (pantul) ( Div Time/div Periode (s)
Input (Hz) Output (Hz)
(° ) °)
35 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
40 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
35 45 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
50 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
55 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
35 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
40 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
40 45 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
50 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
55 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
35 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
40 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
6000 45 45 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
50 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
55 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
35 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
40 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
50 45 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
50 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
55 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
35 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
40 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
55 45 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
50 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
55 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250

112
3.2 Perhitungan
3.2.1 Percobaan Langsung
 Kecepatan Bunyi

v sound =
√ √
γRT
M
=
1,4 ×8,314 × 300
2,88 ×10
−2
=348,20 m/s

 Panjang Gelombang
a) α (datang) = 35°
v sound 348,20
λ 1= = =0,20892 m
f pantul 1 1666,67
v sound 348,20
λ 2= = =0,20892 m
f pantul 2 1666,67
v sound 348,20
λ 3= = =0,1951 m
f pantul 3 1818,18
v sound 348,20
λ 4= = =0,1951 m
f pantul 4 1818,18
v sound 348,20
λ 5= = =0,20892 m
f pantul 5 1666,67

b) α (datang) = 40°
v sound 348,20
λ 1= = =0,20892 m
f pantul 1 1666,67
v sound 348,20
λ 2= = =0,20892 m
f pantul 2 1666,67
v sound 348,20
λ 3= = =0,20892 m
f pantul 3 1666,67
v sound 348,20
λ 4= = =0,20892 m
f pantul 4 1666,67
v sound 348,20
λ 5= = =0,20892 m
f pantul 5 1666,67

c) α (datang) = 45°
v sound 348,20
λ 1= = =0,20892 m
f pantul 1 1666,67
v sound 348,20
λ 2= = =0,1741 m
f pantul 2 2000

113
v sound 348,20
λ 3= = =0,20892 m
f pantul 3 1666,67
v sound 348,20
λ 4= = =0,1951 m
f pantul 4 1818,18
v sound 348,20
λ 5= = =0,1951 m
f pantul 5 1818,18

3.2.2 Simulasi
a) α (datang) = 35°
v sound 348,20
λ 1= = =0,05571 m
f pantul 1 6250
v sound 348,20
λ 2= = =0,05571 m
f pantul 2 6250
v sound 348,20
λ 3= = =0,05571 m
f pantul 3 6250
v sound 348,20
λ 4= = =0,05571 m
f pantul 4 6250
v sound 348,20
λ 5= = =0,05571 m
f pantul 5 6250

b) α (datang) = 40°
v sound 348,20
λ 1= = =0,05571 m
f pantul 1 6250
v sound 348,20
λ 2= = =0,05571 m
f pantul 2 6250
v sound 348,20
λ 3= = =0,05571 m
f pantul 3 6250
v sound 348,20
λ 4= = =0,05571 m
f pantul 4 6250
v sound 348,20
λ 5= = =0,05571 m
f pantul 5 6250

c) α (datang) = 45°
v sound 348,20
λ 1= = =0,05571 m
f pantul 1 6250
v sound 348,20
λ 2= = =0,05571 m
f pantul 2 6250
114
v sound 348,20
λ 3= = =0,05571 m
f pantul 3 6250
v sound 348,20
λ 4= = =0,05571 m
f pantul 4 6250
v sound 348,20
λ 5= = =0,05571 m
f pantul 5 6250

d) α (datang) = 50°
v sound 348,20
λ 1= = =0,05571 m
f pantul 1 6250
v sound 348,20
λ 2= = =0,05571 m
f pantul 2 6250
v sound 348,20
λ 3= = =0,05571 m
f pantul 3 6250
v sound 348,20
λ 4= = =0,05571 m
f pantul 4 6250
v sound 348,20
λ 5= = =0,05571 m
f pantul 5 6250

e) α (datang) = 55°
v sound 348,20
λ 1= = =0,05571 m
f pantul 1 6250
v sound 348,20
λ 2= = =0,05571 m
f pantul 2 6250
v sound 348,20
λ 3= = =0,05571 m
f pantul 3 6250
v sound 348,20
λ 4= = =0,05571 m
f pantul 4 6250
v sound 348,20
λ 5= = =0,05571 m
f pantul 5 6250

3.3 Grafik
3.3.1 Grafik Percobaan Langsung
3.3.1.1 Sudut datang (α) = 35°

115
1850.00

1800.00

Frekuensi Output (Hz)


1750.00

1700.00

1650.00

1600.00

1550.00
30 35 40 45 50 55 60
β

Gambar 3.1 Grafik percobaan langsung α (datang) = 35°

3.3.1.2 Sudut datang (α) = 40°


1800.00
1600.00
1400.00
Frekuensi Output (Hz)

1200.00
1000.00
800.00
600.00
400.00
200.00
0.00
30 35 40 45 50 55 60
β

Gambar 3.2 Grafik percobaan langsung α (datang) = 40°

3.3.1.3 Sudut datang (α) = 45°

116
2100.00

2000.00

Frekuensi Output (Hz)


1900.00

1800.00

1700.00

1600.00

1500.00
30 35 40 45 50 55 60
β

Gambar 3.3 Grafik percobaan langsung α (datang) = 45°

3.3.2 Simulasi
3.3.2.1 Sudut datang (α) = 35°
7000

6000

5000
Frekuensi Output (Hz)

4000

3000

2000

1000

0
30 35 40 45 50 55 60
β

Gambar 3.4 Grafik simulasi α (datang) = 35°

117
3.3.2.2 Sudut datang (α) = 40°
7000

6000

5000

Frekuensi Output (Hz)


4000

3000

2000

1000

0
30 35 40 45 50 55 60
β

Gambar 3.5 Grafik simulasi α (datang) = 40°

3.3.2.3 Sudut datang (α) = 45°


7000

6000

5000
Frekuensi Output (Hz)

4000

3000

2000

1000

0
30 35 40 45 50 55 60
β

Gambar 3.6 Grafik simulasi α (datang) = 45°

3.3.2.4 Sudut datang (α) = 50°

118
7000

6000

5000

Frekuensi Output (Hz)


4000

3000

2000

1000

0
30 35 40 45 50 55 60
β

Gambar 3.7 Grafik simulasi α (datang) = 50°

3.3.2.5 Sudut datang (α) = 55°


7000

6000

5000
Frekuensi Output (Hz)

4000

3000

2000

1000

0
30 35 40 45 50 55 60
β

Gambar 3.8 Grafik simulasi α (datang) = 55°

3.4 Pembahasan

119
3.4.1 Analisa Prosedur
3.4.1.1 Fungsi Alat
Pada percobaan pemantulan gelombang bunyi kali ini digunakan alat
serta bahan seperti, Loudspeaker, Signal Generator, Oscilloscope, busur, layar
pemantulan, cermin cekung 1 dan 2, tiang penyangga dengan dua penyangga,
Universal Microphine, serta kabel-kabel penghubung. Adapun fungsi dari
masing-masing alat tersebut ialah, Loudspeaker yang digunakan sebagai penerus
sumber gelombang bunyi yang dihasilkan oleh Signal Generator, yang mana
gelombang bunyi tersebut selanjutnya diteruskan pada layar pemantulan. Signal
Generator digunakan sebagai pembangkit sinyal yang digunakan sebagai
sumber dari gelombang bunyi, yang mana frekuensi pada Signal Generator
dapat diubah-ubah. Oscilloscope digunakan sebagai pembentuk sinal yang
ditangkap oleh Universal Microphone dan sinyal tersebut dibentuk dalam
tampilan gelombang sinus. Busur digunakan sebagai alat ukur sudut datang dan
sudut pantul gelombang bunyi. Layar pemantulan digunakan sebagai tempat, di
mana gelombang bunyi yang datang dari Loudspeaker dipantulkan ke cermin
cekung 1 dan 2, sebelum akhirnya ditangkap oleh Universal Microphone.
Cermin cekung 1 dan 2 digunakan sebagai pengumpul dan pemfokus gelombang
bunyi setelah dipantulkan oleh layar pemantulan. Tiang penyangga dengan dua
penyangga digunakan sebagai tempat, di manaa alat dirangkai dan diletakkan
sesuai posisi masing-masing. Universal Microphone digunakan sebagai
penangkap gelombang bunyi yang telah dipantulkan dan sinyal yang tertangkap
akan diteruskan pada Oscilloscope agar bentuk dari gelombang bunyinya dapat
diketahui dan dianalisis. Sedangkan kabel-kabel penghubung digunakan sebagai
penghubung setiap alat yang ada agar tiap-tiap alat dapat terhubung dan
percobaan dapat dimulai tanpa adanya kendala.

3.4.1.2 Fungsi Perlakuan


Pada percobaan kali ini dilakukan dua jenis percobaan yaitu,
percobaan langsung dan simulasi. Simulasi dilakukan sebelum percobaan
langsung. Hal ini dilakukan agar percobaan dapat dilakukan oleh praktikan
terlebih dahulu secara pribadi. Sedangkan percobaan langsung dilakukan agar
percobaan dapat dipahami secara lebih oleh praktikan. Kedua jenis percobaan
tersebut dilakukan juga agar didapat data hasil percobaan yang lebih banyak
variasi, sehingga data-data tersebut dapat dibandingkan antar satu sama lainnya.
120
Prinsip pada percobaan ini ialah, ditentukannya besar nilai intensitas gelombang
bunyi yang telah dipantulkan pada cermin cekung dan layar pemantulan terlebih
dahulu. Percobaan ini dilakukan dengan digunakannya cermin cekung agar
gelombang bunyi yang dipantulkan dapat dikumpulkan dan difokuskan kembali,
sebelum gelombang bunyi tersebut ditangkap oleh Universal Microphone.
Adapun media perambatan gelombang bunyi yang digunakan ialah udara. Hal
ini dikarenakan gelombang bunyi tidak dapat dirambatkan tanpa adanya media,
yang berarti gelombang bunyi tidak dapat dirambatkan pada ruang hampa.
Permukaan layar pemantulan gelombang yang digunakan harus rata. Hal ini agar
pemantulan yang dihasilkan natinya bukan pemantulan baur, sehingga data hasil
percobaan juga jadi tidak terpengaruh.

3.4.2 Analisa Hasil


Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, didapatkan data hasil
percobaan secara lasngung dan simulasi. Percobaan tersebut dilakukan dengan
frekuensi Signal Generator sebesar 6000 Hz, sudut datang (α) dan sudut pantul
(β) sebesar 35° , 40° , 45° , 50° , dan 55° . Kemudian, nilai-nilai tersebut digunakan
pada perhitungan yang menghasilkan frekuensi output masing-masing β (pantul).
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan pada percobaan langsung, nilai frekuensi
output-nya jauh lebih kecil daripada frekuensi inout. Hal ini tidak sama dengan
perhitungan simulasi yang menghasilkan frekuensi output di atas frekuensi input
dan nilai tersebut masih mendekati nilai frekuensi input. Contohnya pada α = 35 °
dan β = 35° . Pada percobaan langsung didapat nilai frekuensi output sebesar
1666,67 Hz dan pada simulasi sebesar 6250 Hz. Adapun besar frekuensi ouput
yang ada berbanding terbalik dengan besar nilai panjang gelombangnya, di mana
semakin besar nilai frekuensi output-nya, maka, nilai panjang gelombangnya akan
semakin pendek. Hal ini dapat dilihat pada percobaan langsung dengan α = 35 °
dan β = 35° yang memiliki nilai frekuensi output sebesar 1666,67 Hz dan λ =
0,20892 m. Sedangkan pada α = 35° dan β = 45° yang memiliki nilai frekuensi
output sebesar 1818,18 Hz dan λ = 0,19151 m. Perhitungan yang dilakukan juga
digunakan agar nilai v sound (cepat rambat gelombang bunyi) melalui udara dapat
diketahui. Pada perhitungan yang telah dilakukan, dengan nilai tiap-tiap
komponennya merupakan konstanta, didapatkan nilai v sound sebesar 348,20 m/s.
Sedangkan pada literatur yang ada, nilai cepat rambat bunyi pada udara 0 ° dan 15
° sebesar 331 m/s dan 340 m/s. Perbedaan nilai cepat rambat gelombang bunyi
121
yang didapat dengan cepat rambat bunyi berdassarkan literatur dapat diakibatkan
perbedaan nilai konstanta yang digunakan. Meski begitu, nilai keduanya tidak
memiliki perbedaan yang terlalu jauh. Perhitungan-perhitungan yang dilakukan
selanjutnya dapat menghasilkan grafik hubungan antara sudut pantul (β) dengan
frekuensi output-nya. Grafik yang dihasilkan sebanyak 8 gambar dengan 3 grafik
yang berasal dari percobaan langsung dan 5 grafik dari simulasi. Berdasarkan
grafik tersebut diketahui bahwa nilai frekuensi output akan linear dengan sudut
pantulnya (β). Meski sudut pantul diubah-ubah, frekuensi output yang dihasilkan
akan tetap sama antara satu sama lain. Meski ada beberapa grafik yang tidak
sesuai, hal tersebut dapat disebabkan berbagai faktor yang salah satunya ialah
human error.
Gaung merupakan peristiwa pemantulan gelombang bunyi yang terdengar
bersamaan dengan bunyi asli. Bunyi yang terdengar bersamaan tersebut membuat
bunyi asli hanya terdengar sebagian. Gaung terjadi ketika sumber bunyi dan
pendengar berada pada posisi yang dekat dengan layar pantul. Gaung juga terjadi
akibat bidang pemantulann gelombang bunyi yang tidak rata. Bunyi asli yang
terdengar sebagian dikarenakan bertumpuknya bunyi-bunyi pantul yang
menyebabkan saling menguat ataupun saling melemahkannya bunyi tersebut,
sehingga bunyi asli terdengar tidak jelas. Adapun gema merupakan pemantulan
gelombang bunyi yang terdengar setelah bunyi asli. Gema terjadi ketika sumber
bunyi dan pendengar berada pada jarak yang jauh dari bidang atau layar pantul.
Akibat hal tersebut, gema kerap digunakan sebagai alat bantu dalam menentukan
jarak ke dalaman laut, jurang, atau jarak sumber bunyi ke bukit (Kallesta &
Muhammad, 2017).
Pemantulan dibagi menjadi dua yaitu, pemantulan teratur dan pemantulan
baur. Pemantulan difus atau baur merupakan pemantulan ke segala arah akibat
permukaan bidang pemantulan yang kasar atau tidak rata. Meski sumber jatuh
pada permukaan tidak rata, besaran sudut datang dan sudut pantul ajan tetap sama
ketika ditarik garis normal. Hal ini tetap memenuhi teori yang terdapat dalam
hukum Snellius. Fenomena pemantulan baur dapat diamati pada gambar 3.9
berikut,

122
Gammbar 3.9 Pemantulan difus atau pemantulan baur (diffuse reflaction).
Hukum Snellius atau hukum pembiasan merupakan hubungan antar sudur
datang dan sudut bias yang melewati dua media berbeda. Terdapat tiga bunyi da;a,
hukumnya yaitu,
 Hukum I, sinar datang, garis normal dan sinar pantul terletak dalam satu
bidaang datar. Hubungan ini kerap ditulis pada persamaan (3.1) berikut,
sin θ2 V 2
= ...(3.1)
sin θ1 V 1
Dengan V 1 merupakan kecepatan cahaya pada medium 1 dan V 2 merupakan
kecepatan cahaya pada medium kedua.
 Hukum II, sudut datang sama dengan sudut pantul, yang dapat dituliskan
pada persamaan (3.2) berikut,
θi =θr ...(3.2)
 Hukum III, sinar datang tegak lurus cermin akan dipantulkan kembali.

Adapun indeks bias n suatu medium dituliskan dalam persamaan (3.3). dengan
indeks bias medium yang dapat dinyatakan melalui persamaan (3.4), di mana λ
merupakan panjang gelombang di ruang hampa dan λ n merupakan panjang
gelombang di dalam medium dengan indeks bias n.

c
n≡ ...(3.3)
v

λ
n= ...(3.4)
λn

123
V2
Dikarenakan nilai n > 1 dan λ < λ, maka, nilai yang terdapat pada persamaan
V1
n2
(3.1) dapat diganti dengan yang akan menghasilkan persamaan (3.5) atau dapat
n1
pula menjadi persamaan (3.6).

sin θ2 n 2
= ...(3.5)
sin θ1 n 1

n1 sinθ 1=n2 sinθ 2 ...(3.6)

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Setelah percobaan pemantulan gelombang bunyi dilakukan, tujuan-tujuan
dilakukannya percobaan ini juga terpenuhi. Seperti tujuan guna membuktikan adanya
sifat pemantulan gelombang pada gelombang longitudinal. Berdasarkan percobaan yang
124
telah dilakukan, gelombang bunyi yang mana termasuk ke dalam longitudinal, dapat
dipantulkan pada layar pemantulan dan cermin cekung yang terdapat di sekitar
Loudspeaker dan Microphone. Praktikan juga dapat memenuhi tujuan membuktikan
adanya hukum pemantulan gelombang. Hukum tersebut ialah hukum Snellius.

4.2 Saran
Praktikan diharapkan lebih berhati-hati selama melakukan percobaan. Ketelitian
dalam melakukan pengamatan dan pengambilan data juga diharapkan dilaksanakan
dengan baik oleh praktikan. Tak lupa, perhitungan dan pembuatan grafik juga harus
diselesaikan dengan baik oleh praktikan. Hal ini agar kesalahan yang terjadi selama
percobaan, pengamatan, pengambilan data, perhitungan, dan pembuatan grafik dapat
diminimalisir hingga sekecil mungkin.

DAFTAR PUSTAKA

Kallesta, Karmila, Suhaida., & Muhammad, Erfan. 92017). “Analisis Faktor Penyebab
Kesulitan Belajar IPA Fisika pada Materi Bunyi.’ Jurnal Pendidikan Fisika, 1(1), 1-14.

Muhammad, Zakar., & Dahiru, Dahuwa. (2017). “A Riview of the Pprinciples and
Applications of Sound Wave.” Journal of Applied Physics, (6)9, 48-61.

125
Nemytova, Olga, V., Anatoly, B, Rinkevich., & Dimitry, V, Perov. (2021). “Resonance
variations of microwave reflection coefficient in nano composite sample with cobalt and
palladium particles.” Journal of Magnetism and Magnetic Materials, 537(2021), 1-7.

Setiawan, Florentinus. Budi., Daniel, Danin, Prasetyo., & Leonardus, Heru, Pratomo. (2023).
“Design of Audiosonic Frequency Wave Theraphy Tool with Arduino Mega-Based
Spectrum Analyzer Monitoring.” Jurnal Ilmiah Teknik Elektro, 10(2023), 33-38.

Sigh, P., Sigh, A, K, Chattopadhyay, A., & Guha, S. (2020). “Mathematical Study on the
reflection and refraction phenomena of three-dimensional plane waves in a structure
with floating frozen layer.” Applied Mathemathics and Computation, 386(2020), 1-14.

Stadler, Erica, Macho., & Maria, Jesǔs, Elejalde-Garc ía. (2019). “Experiments with Kundt’s
Tube.” Journal of Physics, 1287(2019), 1-8.

126

Anda mungkin juga menyukai