Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Tujuan
Pada percobaan dengan topik pemantulan gelombang bunyi kali ini dilakukan
dengan tujuan antara lain, terpenuhinya bukti, bahwa terdapat sifat pemantulan
gelombang longitudinal. Percobaan ini juga dilakukan dengan tujuan terpenuhinya
bukti-bukti terakit hukum pemantulan gelombang.

1.2. Tinjauan Pustaka


Gelombang merupakan peristiwa di mana suatu energi mengalami perambatan
baik dengan adanya medium ataupun tanpa medium. Gelombang dibedakan berdasarkan
media perambatan dan arah rambatnya. Secara medium, gelombang dibedakan menjadi
gelombang mekanik dan gelombang elektromagnetik. Sedangkan secara arah
rambatnya, gelombang dibedakan menjadi gelombang transversal dan gelombang
longitudinal. Gelombang transversal merupakan gelombang yang arah getarannya tegak
lurus dengan arah rambatnya. Sedangkan gelombang longitudinal merupakan
gelombang yang arah getarannya sejajar dengan arah rambatnya. Adapun gelombang
bunyi termasuk ke dalam gelombang mekanik longitudinal. Gelombang bunyi tercipta
ketika indra pendengar menangkap rambatan gelombang pada udara yang merupakan
gelombang hasil getaran suatu benda. Berdasarkan jenisnya, gelombang dibedakan
menjadi gelombang infrasonic, gelombang audiosonic, dan gelombang ultrasonic.
Gelombang infrasonic merupakan gelombang suara yang tidak dapat didengar oleh
manusia, namun, dapat didengar oleh hewan terutama serangga. Hal ini dikarenakan
frekuensi gelombangnya sangat rendah yaitu, berada pada rentang < 20 Hz. Gelombang
audiosonic merupakan gelombang bunyi yang dapat didengar dan digunakan manusia
dalam kehidupan sehari-hari. Gelombang ini memiliki frekuensi gelombang pada
rentang 20 Hz – 20 kHz. Gelombang ultrasonic merupakan gelombang bunyi yang sulit
didengar oleh manusia, namun, dapat digunakan sebagai media komunikasi oleh hewan
seperti kelelawar, lumba-lumba, dll. Frekuensi gelombang ini berada pada rentang > 20
kHz (lebih dari 20.000 getaran gelombang per detik). Agar periode dan frekuensi dari
suatu gelomang dapat diketahui, maka, digunakanlah persamaan (1.1) dan (1.2) di
bawah ini. Dengan periode gelombang yang dapat ditentukan melalui persamaan (1.1)
dan frekuensi gelombang yang dapat ditentukan melalui persamaan (1.2) (Setiawan et
al, 2023).
t
T= ...(1.1)
n
(Setiawan et al, 2023)
n
F= ...(1.2)
t
(Setiawan et al, 2023)
Seperti yang disebutkan sebelumnya, gelombang bunyi termasuk ke dalam
gelombang mekanik. Gelombang mekanik sendiri merupakan gelombang yang
membutuhkan media (medium) dalam perambatan gelombangnya. Perambatan tersebut
berlangsung dengan dipindahkannya partikel-partikel energi mekanik yang berupa
energi kinetik dan energi potensial dari suatu bagian medium menuju bagian medium
lainnya, dengan gerakan partikel yang akan semakin melambat setiap pengulangan
gerakann partikel terjadi. Adapun sifat-sifat yang dimiliki oleh gelombang mekanik
yaitu, refraksi, refleksi (pemantulan), dan interferensi (Muhammad & Dahiru, 2017).
Refraksi atau pembiasan merupakan peristiwa dibelokkanya suatu arah rambatan
gelombang ketika melewati bidang batas dua medium dengan indeks bias yang berbeda.
Hal ini dijelaskan oleh Tyndall dalam percobaan yang ia lakukan. Tyndall
memanfaatkan arloji dan balon yang diisi dengan karbon dioksida. Arloji tersebut
diletakkan pada bagian depan balon, yang mana akan menimbulkan efek gelombang
bunyi yang sama seperti lensa konvergen pada gelombang cahaya akibat beratnya salah
satu sisi pada balon setelah diletakkan arloji. Kemudian, balon akan berperan sama
seperti lensa divergen pada gelombang cahaya ketikan balon diisi dengan hidrogen. Hal
ini akan membuat balon lebih ringan dari udara dan gelombang bunyi yang ada akan
dapat bergerak menyebar dan melewati balon. Refraksi gelombang juga dapat diamati
pada peristiwa bunyi yang lebih mudah didengar pada malam hari dikarenakan suhu
yang terdapat pada malam hari memudahkan bunyi untuk merambat ke arah yang lebih
jauh. Hal ini dikarenakan gelombang bunyi membutuhkan suhu yang lebih tinggi pada
lapisan udara. Ketika gelombang bunyi menerima suhu yang lebih tinggi, ia akan
dibiaskan ke arah yang lebih jauh dan membuat intensitas gelombang bunyinya
berkurang. Hal yang sama juga terjadi ketika angin bertiup menuju pendengar. Dengan
prinsip yang sama, pendengar yang berada pada titik 0 akan lebih mudah menangkap
gelombang bunyi ketika angin bertiup (Muhammad & Dahiru, 2017).
Refleksi atau pemantulan merupakan fenomena dipantulkannya gelombang bunyi
melalui permukaan suatu bidang. Pemantulan tersebut akan menghasilkan sudut refleksi
atau sudut pantul yang sama dengan sudut datang. Sedangkan interferensi merupakan
fenomena saling tumpang tindihnya dua buah gelombang atau lebih, hingga dapat
menyebabkan kedua gelombang tersebut akan saling menguatkan ataupun saling
melemahkan. Medasarkan prinsip superposisi, maka, pola interferensi dari gelombang
dapat diketahui. Ketika dua gelombang atau lebih dengan fase yang sama saling
berinteraksi (tumpang tindih) dan saling berpadu, akan terjadi pola interferensi
konstruktif, yang mana perpaduan dari kedua gelombang atau lebih tersebut akan saling
menguatkan. Sedangkan interferensi destruktif akan terjadi ketika dua gelombang atau
lebih dengan beda fase yang berbeda saling berinteraksi (tumpang tindih) dan saling
berpadu, yang mana hasil dari perpaduan kedua gelombang atau lebih tersebut akan
saling melemahkan dan bahkan hanya satu gelombang yang terlihat (Muhammad &
Dahiru, 2017).
Pada umumnya, gelombang ganda yang dipantulkan dengan dihasilkannya beda
fase yang sama, akan menciptakan pola gelombang dengan amplitudo yang sangat
tinggi ataupun kecil. Frekuensi dengan amplitudo yang sangat tinggi tersebut
merupakan frekuensi resonansi. Frekuensi resonansi sednriri dapat diamati pada
Fenomena Resonansi Feromagnetik (FMR) yang nantinya akan menjadi penyerapan
rambatan resonansi energi gelombang elektromagnetik melalui medium berupa magnet
dengan sifat feromagnetik. Fenomena resonansi frekuensi juga dapat diamati pada
peristiwa anti resonansi feromagnetik (FMAR). Peristiwa tersebut akan menunjukkan
fenomena resonansi ketika permebilitas magnet dalam medan magnetnya kurang efektif
atau sama dengan 0 dari medan milik FMR, dengan hubungan antara frekuensi, medan
magnet, dan magnetisasi saturasi suatu medium yang tidak dapat dipenuhi (Stadler &
Maria, 2019 ; Nemytova et al, 2021).
Agar suatu sudut frekuensi pada perambatan gelombang dapat diketahui, maka,
digunakan persamaan (1.3). Adapun frekuensi resonansi pada gelombang bunyi dapat
diketahui melalui persamaan (1.4) berikut,
ω=2 πf ...(1.3)
(Nemytova et al, 2021)
V
f n=n =n f 1 ...(1.4)
2L
(Stadler & Maria, 2019)
dengan V pada persamaan (1.4) merupakan kecepatan gelombang bunyi di dalam
medium dan hanya pola resonansi ganjil yang dihitung (Stadler & Maria, 2019 ;
Nemytova et al, 2021).
Fenomena perambatan gelombang, pemantulan gelombang, serta pembiasan
gelombang berperan penting pada berbagai bidang yang luas seperti seismologi,
geologi, ekplorasi seismik, geofisika, teknik gempa, dan lain-lain. Gelombang
merambat melalui media membawa sejumlah besar informasi tentang media tertentu, di
mana sifat gelombang berupa refleksi dan refraksi memainkan peranan yang sangat
penting. Kedua sifat gelombang tersebut akan mengikuti gelombang yang terbentuk
pada muka antara dua media tersebut. Kedua sifat tersebut juga berperan dalam
interpretasi yang lebih akurat pada zona beku serta dapat memberikan informasi yang
lebih baik dalam pendeteksian lokasi bahaya penyebaran, pembantu dalam peristiwa
menjelajahi situs kubah garam dan pemetaan garam, pembantu sebagai pendeteksi
ketika melakukan survei tanah dan akuisisi survei kelautan. Bahkan kedua sifat
gelombang tersebut mungkin untuk digunakan dalam pencarian-pencarian yang akan
muncul di masa mendatang (Sigh et al, 2020).
BAB II

METODOLOGI

2.1. Alat dan Bahan


Pada percobaan pemantulan gelombang bunyi kali ini dilgunakan alat serta bahan
antara lain, Loudspeaker, Signal Generator, Oscilloscope, busur, layar pemantulan,
cermin cekung 1 dan 2, tiang penyangga dengan dua penyangga, Universal Microphine,
serta kabel-kabel penghubung.

2.2. Tata Laksana Percobaan


Percobaan pemantulan gelombang bunyi kali ini dimulai dengan dilakukannya
percobaan simulasi dengan digunakannya aplikasi simulasi percobaan. Aplikasi tersebut
dibuka terlebih dahulu, yang mana selanjutnya adalah ditekannya tombol Run pada
bagian bawah aplikasi agar aplikasi dapat dijalankan dengan semestinya. Ketika aplikasi
dapat dioperasikan seperti biasa, kabel penghubung yang terdapat pada Loudspeaker
dihubungkan pada Signal Generator. Kemudian, Signal Generator dihubungkan pada
Channel 1 yang ada di Oscilloscope, dengan tegangan Signal Generator diatur pada
frekuensi ≥ 2.000 Hz dan ≤ 20.000 Hz. Pada simulasi ataupun percobaan langsung yang
dilakukan, frekuensi Signal Generator diatur pada frekuensi 6.000 Hz. Adapun tombol
putar AC dan DC yang terdapat pada Signal Generator diatur pada value > 0.
Selanjutnya, kabel penghubung yang terdapat pada Universal Microphone
disambungkan pada Channel 2 yang ada di Oscilloscope. Oscilloscope dinyalakan dan
dilanjutkan dengan diaktifkannya mode dual pada Oscilloscope. Time/div dan Volt/div
dari masing-masing Channel disesuaikan, sehingga sinyal yang ditampilkan tidak saling
terhimpit dan sinyal dapat lebih mudah diamati. Agar didapat variasi perbandingan
sinyal output, maka, posisi Microphone, posisi Loudspeaker, ataupun posisi layar
pemantulan digeser dan diputar ke arah kiri dan kanan. Adapun busur penunjuk sudut
pergeseran dapat ditampilkan dalam proyeksi yang lebih jelas dengan cara layar
pemantulan atau bagian busur ditekan sebanyak dua kali. Adapun cara agar proyeksi
sudut pergeseran tadi dapat disembunyikan ialah dengan layar atau busur yang ditekan
sebanyak dua kali kembali. Ketika terdapat error atau crash pada aplikasi selama
percobaan dilakukan, maka, tombol Reset yang terdapat di bagian tengah bawah
aplikasi simulasi atau tepatnya terletak tepat di sebelah tombol Run dapat ditekan agar
percobaan dapat diulang seperti semula.
2.3. Rangkaian Alat
Gambar 2.1 di bawah ini adalah alat dan bahan yang digunakan pada percobaan
pemantulan gelombang bunyi kali ini.

4 8
9 1 10
1
1 1

7
1

6 6
5
1 1
1

3 3
1 1

Gambar 2.1 Alat dan bahan pada percobaan.

Keterangan:

1. Signal Generator,
2. Oscilloscope,
3. Kabel penghubung,
4. Loudspeaker,
5. Universal Microphone,
6. Tiang dan dua penyangga,
7. Busur,
8. Layar pemantulan,
9. Cermin cekung 1,
10. Cermin cekung 2.
Adapun rangkaian alat dan bahan pada saat percobaan langsung adalah sebagai
berikut,

Gambar 2.2 Rangkaian alat dan bahan percobaan langsung.


BAB III

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

3.1. Data Hasil Percobaan


3.1.1 Percobaan Langsung
Tabel 3.1 Data Hasil Percobaan Langsung
α β
Frekuensi Frekuensi
(datang) (pantul) ( Div Time/div Periode (s)
Input (Hz) Output (Hz)
(° ) °)
35 1,2 5 ×10−4 6 ×10−4 1666,67
40 1,2 5 ×10−4 6 ×10−4 1666,67
35 45 1,1 5 ×10−4 5,5 ×10−4 1818,18
50 1,1 5 ×10−4 5,5 ×10−4 1818,18
55 1,2 5 ×10−4 6 ×10−4 1666,67
35 1,2 5 ×10−4 6 ×10−4 1666,67
40 1,2 5 ×10−4 6 ×10−4 1666,67
40 45 1,2 5 ×10−4 6 ×10−4 1666,67
50 1,2 5 ×10−4 6 ×10−4 1666,67
55 1,2 5 ×10−4 6 ×10−4 1666,67
35 1,2 5 ×10−4 6 ×10−4 1666,67
40 1 5 ×10−4 5 ×10−4 2000
6000 45 45 1,2 5 ×10−4 6 ×10−4 1666,67
50 1,1 5 ×10−4 5,5 ×10−4 1818,18
55 1,1 5 ×10−4 5,5 ×10−4 1818,18
35
40
50 45
50
55
35
40
55 45
50
55
3.1.2 Simulasi
Tabel 3.2 Data Hasil Percobaan Simulasi
α β
Frekuensi Frekuensi
(datang) (pantul) ( Div Time/div Periode (s)
Input (Hz) Output (Hz)
(° ) °)
35 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
40 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
35 45 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
50 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
55 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
35 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
40 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
40 45 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
50 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
55 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
35 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
40 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
6000 45 45 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
50 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
55 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
35 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
40 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
50 45 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
50 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
55 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
35 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
40 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
55 45 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
50 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250
55 3,2 5 ×10−5 1,6 ×10−4 6250

3.2. Perhitungan
3.2.1 Percobaan Langsung
 Kecepatan Bunyi

v sound =
√ √
γRT
M
=
1,4 ×8,314 × 300
2,88 ×10−2
=348,20 m/s

 Panjang Gelombang
a) α (datang) = 35°
v sound 348,20
λ 1= = =0,20892 m
f pantul 1 1666,67
v sound 348,20
λ 2= = =0,20892 m
f pantul 2 1666,67
v sound 348,20
λ 3= = =0,1951 m
f pantul 3 1818,18
v sound 348,20
λ 4= = =0,1951 m
f pantul 4 1818,18
v sound 348,20
λ 5= = =0,20892 m
f pantul 5 1666,67

b) α (datang) = 40°
v sound 348,20
λ 1= = =0,20892 m
f pantul 1 1666,67
v sound 348,20
λ 2= = =0,20892 m
f pantul 2 1666,67
v sound 348,20
λ 3= = =0,20892 m
f pantul 3 1666,67
v sound 348,20
λ 4= = =0,20892 m
f pantul 4 1666,67
v sound 348,20
λ 5= = =0,20892 m
f pantul 5 1666,67

c) α (datang) = 45°
v sound 348,20
λ 1= = =0,20892 m
f pantul 1 1666,67
v sound 348,20
λ 2= = =0,1741 m
f pantul 2 2000
v sound 348,20
λ 3= = =0,20892 m
f pantul 3 1666,67
v sound 348,20
λ 4= = =0,1951 m
f pantul 4 1818,18
v sound 348,20
λ 5= = =0,1951 m
f pantul 5 1818,18

3.2.2 Simulasi
a) α (datang) = 35°
v sound 348,20
λ 1= = =0,05571 m
f pantul 1 6250
v sound 348,20
λ 2= = =0,05571 m
f pantul 2 6250
v sound 348,20
λ 3= = =0,05571 m
f pantul 3 6250
v sound 348,20
λ 4= = =0,05571 m
f pantul 4 6250
v sound 348,20
λ 5= = =0,05571 m
f pantul 5 6250

b) α (datang) = 40°
v sound 348,20
λ 1= = =0,05571 m
f pantul 1 6250
v sound 348,20
λ 2= = =0,05571 m
f pantul 2 6250
v sound 348,20
λ 3= = =0,05571 m
f pantul 3 6250
v sound 348,20
λ 4= = =0,05571 m
f pantul 4 6250
v sound 348,20
λ 5= = =0,05571 m
f pantul 5 6250

c) α (datang) = 45°
v sound 348,20
λ 1= = =0,05571 m
f pantul 1 6250
v sound 348,20
λ 2= = =0,05571 m
f pantul 2 6250
v sound 348,20
λ 3= = =0,05571 m
f pantul 3 6250
v sound 348,20
λ 4= = =0,05571 m
f pantul 4 6250
v sound 348,20
λ 5= = =0,05571 m
f pantul 5 6250

d) α (datang) = 50°
v sound 348,20
λ 1= = =0,05571 m
f pantul 1 6250
v sound 348,20
λ 2= = =0,05571 m
f pantul 2 6250
v sound 348,20
λ 3= = =0,05571 m
f pantul 3 6250
v sound 348,20
λ 4= = =0,05571 m
f pantul 4 6250
v sound 348,20
λ 5= = =0,05571 m
f pantul 5 6250

e) α (datang) = 55°
v sound 348,20
λ 1= = =0,05571 m
f pantul 1 6250
v sound 348,20
λ 2= = =0,05571 m
f pantul 2 6250
v sound 348,20
λ 3= = =0,05571 m
f pantul 3 6250
v sound 348,20
λ 4= = =0,05571 m
f pantul 4 6250
v sound 348,20
λ 5= = =0,05571 m
f pantul 5 6250

3.3. Grafik
3.3.1. Grafik Percobaan Langsung
3.3.1.1. Sudut datang (α) = 35°
1850.00

1800.00

Frekuensi Output (Hz)


1750.00

1700.00

1650.00

1600.00

1550.00
30 35 40 45 50 55 60
β

Gambar 3.1 Grafik percobaan langsung α (datang) = 35°

3.3.1.2. Sudut datang (α) = 40°


1800.00
1600.00
1400.00
Frekuensi Output (Hz)

1200.00
1000.00
800.00
600.00
400.00
200.00
0.00
30 35 40 45 50 55 60
β

Gambar 3.2 Grafik percobaan langsung α (datang) = 40°

3.3.1.3. Sudut datang (α) = 45°


2100.00

2000.00

Frekuensi Output (Hz)


1900.00

1800.00

1700.00

1600.00

1500.00
30 35 40 45 50 55 60
β

Gambar 3.3 Grafik percobaan langsung α (datang) = 45°

3.3.2. Simulasi
3.3.2.1 Sudut datang (α) = 35°
7000

6000

5000
Frekuensi Output (Hz)

4000

3000

2000

1000

0
30 35 40 45 50 55 60
β

Gambar 3.4 Grafik simulasi α (datang) = 35°

3.3.2.2 Sudut datang (α) = 40°


7000

6000

5000

Frekuensi Output (Hz)


4000

3000

2000

1000

0
30 35 40 45 50 55 60
β

Gambar 3.5 Grafik simulasi α (datang) = 40°

3.3.2.3 Sudut datang (α) = 45°


7000

6000

5000
Frekuensi Output (Hz)

4000

3000

2000

1000

0
30 35 40 45 50 55 60
β

Gambar 3.6 Grafik simulasi α (datang) = 45°

3.3.2.4 Sudut datang (α) = 50°


7000

6000

5000

Frekuensi Output (Hz)


4000

3000

2000

1000

0
30 35 40 45 50 55 60
β

Gambar 3.7 Grafik simulasi α (datang) = 50°

3.3.2.5 Sudut datang (α) = 55°


7000

6000

5000
Frekuensi Output (Hz)

4000

3000

2000

1000

0
30 35 40 45 50 55 60
β

Gambar 3.8 Grafik simulasi α (datang) = 55°

3.4. Pembahasan
3.4.1. Analisa Prosedur
3.4.1.1. Fungsi Alat
Pada percobaan pemantulan gelombang bunyi kali ini digunakan alat
serta bahan seperti, Loudspeaker, Signal Generator, Oscilloscope, busur, layar
pemantulan, cermin cekung 1 dan 2, tiang penyangga dengan dua penyangga,
Universal Microphine, serta kabel-kabel penghubung. Adapun fungsi dari
masing-masing alat tersebut ialah, Loudspeaker yang digunakan sebagai penerus
sumber gelombang bunyi yang dihasilkan oleh Signal Generator, yang mana
gelombang bunyi tersebut selanjutnya diteruskan pada layar pemantulan. Signal
Generator digunakan sebagai pembangkit sinyal yang digunakan sebagai
sumber dari gelombang bunyi, yang mana frekuensi pada Signal Generator
dapat diubah-ubah. Oscilloscope digunakan sebagai pembentuk sinal yang
ditangkap oleh Universal Microphone dan sinyal tersebut dibentuk dalam
tampilan gelombang sinus. Busur digunakan sebagai alat ukur sudut datang dan
sudut pantul gelombang bunyi. Layar pemantulan digunakan sebagai tempat, di
mana gelombang bunyi yang datang dari Loudspeaker dipantulkan ke cermin
cekung 1 dan 2, sebelum akhirnya ditangkap oleh Universal Microphone.
Cermin cekung 1 dan 2 digunakan sebagai pengumpul dan pemfokus gelombang
bunyi setelah dipantulkan oleh layar pemantulan. Tiang penyangga dengan dua
penyangga digunakan sebagai tempat, di manaa alat dirangkai dan diletakkan
sesuai posisi masing-masing. Universal Microphone digunakan sebagai
penangkap gelombang bunyi yang telah dipantulkan dan sinyal yang tertangkap
akan diteruskan pada Oscilloscope agar bentuk dari gelombang bunyinya dapat
diketahui dan dianalisis. Sedangkan kabel-kabel penghubung digunakan sebagai
penghubung setiap alat yang ada agar tiap-tiap alat dapat terhubung dan
percobaan dapat dimulai tanpa adanya kendala.

3.4.1.2. Fungsi Perlakuan


Pada percobaan kali ini dilakukan dua jenis percobaan yaitu,
percobaan langsung dan simulasi. Simulasi dilakukan sebelum percobaan
langsung. Hal ini dilakukan agar percobaan dapat dilakukan oleh praktikan
terlebih dahulu secara pribadi. Sedangkan percobaan langsung dilakukan agar
percobaan dapat dipahami secara lebih oleh praktikan. Kedua jenis percobaan
tersebut dilakukan juga agar didapat data hasil percobaan yang lebih banyak
variasi, sehingga data-data tersebut dapat dibandingkan antar satu sama lainnya.
Prinsip pada percobaan ini ialah, ditentukannya besar nilai intensitas gelombang
bunyi yang telah dipantulkan pada cermin cekung dan layar pemantulan terlebih
dahulu. Percobaan ini dilakukan dengan digunakannya cermin cekung agar
gelombang bunyi yang dipantulkan dapat dikumpulkan dan difokuskan kembali,
sebelum gelombang bunyi tersebut ditangkap oleh Universal Microphone.
Adapun media perambatan gelombang bunyi yang digunakan ialah udara. Hal
ini dikarenakan gelombang bunyi tidak dapat dirambatkan tanpa adanya media,
yang berarti gelombang bunyi tidak dapat dirambatkan pada ruang hampa.
Permukaan layar pemantulan gelombang yang digunakan harus rata. Hal ini agar
pemantulan yang dihasilkan natinya bukan pemantulan baur, sehingga data hasil
percobaan juga jadi tidak terpengaruh.

3.4.2. Analisa Hasil


Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, didapatkan data hasil
percobaan secara lasngung dan simulasi. Percobaan tersebut dilakukan dengan
frekuensi Signal Generator sebesar 6000 Hz, sudut datang (α) dan sudut pantul
(β) sebesar 35° , 40° , 45° , 50° , dan 55° . Kemudian, nilai-nilai tersebut digunakan
pada perhitungan yang menghasilkan frekuensi output masing-masing β (pantul).
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan pada percobaan langsung, nilai frekuensi
output-nya jauh lebih kecil daripada frekuensi inout. Hal ini tidak sama dengan
perhitungan simulasi yang menghasilkan frekuensi output di atas frekuensi input
dan nilai tersebut masih mendekati nilai frekuensi input. Contohnya pada α = 35 °
dan β = 35° . Pada percobaan langsung didapat nilai frekuensi output sebesar
1666,67 Hz dan pada simulasi sebesar 6250 Hz. Adapun besar frekuensi ouput
yang ada berbanding terbalik dengan besar nilai panjang gelombangnya, di mana
semakin besar nilai frekuensi output-nya, maka, nilai panjang gelombangnya akan
semakin pendek. Hal ini dapat dilihat pada percobaan langsung dengan α = 35 °
dan β = 35° yang memiliki nilai frekuensi output sebesar 1666,67 Hz dan λ =
0,20892 m. Sedangkan pada α = 35° dan β = 45° yang memiliki nilai frekuensi
output sebesar 1818,18 Hz dan λ = 0,19151 m. Perhitungan yang dilakukan juga
digunakan agar nilai v sound (cepat rambat gelombang bunyi) melalui udara dapat
diketahui. Pada perhitungan yang telah dilakukan, dengan nilai tiap-tiap
komponennya merupakan konstanta, didapatkan nilai v sound sebesar 348,20 m/s.
Sedangkan pada literatur yang ada, nilai cepat rambat bunyi pada udara 0 ° dan 15
° sebesar 331 m/s dan 340 m/s. Perbedaan nilai cepat rambat gelombang bunyi
yang didapat dengan cepat rambat bunyi berdassarkan literatur dapat diakibatkan
perbedaan nilai konstanta yang digunakan. Meski begitu, nilai keduanya tidak
memiliki perbedaan yang terlalu jauh. Perhitungan-perhitungan yang dilakukan
selanjutnya dapat menghasilkan grafik hubungan antara sudut pantul (β) dengan
frekuensi output-nya. Grafik yang dihasilkan sebanyak 8 gambar dengan 3 grafik
yang berasal dari percobaan langsung dan 5 grafik dari simulasi. Berdasarkan
grafik tersebut diketahui bahwa nilai frekuensi output akan linear dengan sudut
pantulnya (β). Meski sudut pantul diubah-ubah, frekuensi output yang dihasilkan
akan tetap sama antara satu sama lain. Meski ada beberapa grafik yang tidak
sesuai, hal tersebut dapat disebabkan berbagai faktor yang salah satunya ialah
human error.
Gaung merupakan peristiwa pemantulan gelombang bunyi yang terdengar
bersamaan dengan bunyi asli. Bunyi yang terdengar bersamaan tersebut membuat
bunyi asli hanya terdengar sebagian. Gaung terjadi ketika sumber bunyi dan
pendengar berada pada posisi yang dekat dengan layar pantul. Gaung juga terjadi
akibat bidang pemantulann gelombang bunyi yang tidak rata. Bunyi asli yang
terdengar sebagian dikarenakan bertumpuknya bunyi-bunyi pantul yang
menyebabkan saling menguat ataupun saling melemahkannya bunyi tersebut,
sehingga bunyi asli terdengar tidak jelas. Adapun gema merupakan pemantulan
gelombang bunyi yang terdengar setelah bunyi asli. Gema terjadi ketika sumber
bunyi dan pendengar berada pada jarak yang jauh dari bidang atau layar pantul.
Akibat hal tersebut, gema kerap digunakan sebagai alat bantu dalam menentukan
jarak ke dalaman laut, jurang, atau jarak sumber bunyi ke bukit (Kallesta &
Muhammad, 2017).
Pemantulan dibagi menjadi dua yaitu, pemantulan teratur dan pemantulan
baur. Pemantulan difus atau baur merupakan pemantulan ke segala arah akibat
permukaan bidang pemantulan yang kasar atau tidak rata. Meski sumber jatuh
pada permukaan tidak rata, besaran sudut datang dan sudut pantul ajan tetap sama
ketika ditarik garis normal. Hal ini tetap memenuhi teori yang terdapat dalam
hukum Snellius. Fenomena pemantulan baur dapat diamati pada gambar 3.9
berikut,
Gammbar 3.9 Pemantulan difus atau pemantulan baur (diffuse reflaction).
Hukum Snellius atau hukum pembiasan merupakan hubungan antar sudur
datang dan sudut bias yang melewati dua media berbeda. Terdapat tiga bunyi da;a,
hukumnya yaitu,
 Hukum I, sinar datang, garis normal dan sinar pantul terletak dalam satu
bidaang datar. Hubungan ini kerap ditulis pada persamaan (3.1) berikut,
sin θ2 V 2
= ...(3.1)
sin θ1 V 1
Dengan V 1 merupakan kecepatan cahaya pada medium 1 dan V 2 merupakan
kecepatan cahaya pada medium kedua.
 Hukum II, sudut datang sama dengan sudut pantul, yang dapat dituliskan
pada persamaan (3.2) berikut,
θi =θr ...(3.2)
 Hukum III, sinar datang tegak lurus cermin akan dipantulkan kembali.

Adapun indeks bias n suatu medium dituliskan dalam persamaan (3.3). dengan
indeks bias medium yang dapat dinyatakan melalui persamaan (3.4), di mana λ
merupakan panjang gelombang di ruang hampa dan λ n merupakan panjang
gelombang di dalam medium dengan indeks bias n.

c
n≡ ...(3.3)
v

λ
n= ...(3.4)
λn
V2
Dikarenakan nilai n > 1 dan λ < λ, maka, nilai yang terdapat pada persamaan
V1
n2
(3.1) dapat diganti dengan yang akan menghasilkan persamaan (3.5) atau dapat
n1
pula menjadi persamaan (3.6).

sin θ2 n 2
= ...(3.5)
sin θ1 n 1

n1 sinθ 1=n2 sinθ 2 ...(3.6)

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Setelah percobaan pemantulan gelombang bunyi dilakukan, tujuan-tujuan
dilakukannya percobaan ini juga terpenuhi. Seperti tujuan guna membuktikan adanya
sifat pemantulan gelombang pada gelombang longitudinal. Berdasarkan percobaan yang
telah dilakukan, gelombang bunyi yang mana termasuk ke dalam longitudinal, dapat
dipantulkan pada layar pemantulan dan cermin cekung yang terdapat di sekitar
Loudspeaker dan Microphone. Praktikan juga dapat memenuhi tujuan membuktikan
adanya hukum pemantulan gelombang. Hukum tersebut ialah hukum Snellius.

4.2. Saran
Praktikan diharapkan lebih berhati-hati selama melakukan percobaan. Ketelitian
dalam melakukan pengamatan dan pengambilan data juga diharapkan dilaksanakan
dengan baik oleh praktikan. Tak lupa, perhitungan dan pembuatan grafik juga harus
diselesaikan dengan baik oleh praktikan. Hal ini agar kesalahan yang terjadi selama
percobaan, pengamatan, pengambilan data, perhitungan, dan pembuatan grafik dapat
diminimalisir hingga sekecil mungkin.

DAFTAR PUSTAKA

Kallesta, Karmila, Suhaida., & Muhammad, Erfan. 92017). “Analisis Faktor Penyebab
Kesulitan Belajar IPA Fisika pada Materi Bunyi.’ Jurnal Pendidikan Fisika, 1(1), 1-14.

Muhammad, Zakar., & Dahiru, Dahuwa. (2017). “A Riview of the Pprinciples and
Applications of Sound Wave.” Journal of Applied Physics, (6)9, 48-61.
Nemytova, Olga, V., Anatoly, B, Rinkevich., & Dimitry, V, Perov. (2021). “Resonance
variations of microwave reflection coefficient in nano composite sample with cobalt and
palladium particles.” Journal of Magnetism and Magnetic Materials, 537(2021), 1-7.

Setiawan, Florentinus. Budi., Daniel, Danin, Prasetyo., & Leonardus, Heru, Pratomo. (2023).
“Design of Audiosonic Frequency Wave Theraphy Tool with Arduino Mega-Based
Spectrum Analyzer Monitoring.” Jurnal Ilmiah Teknik Elektro, 10(2023), 33-38.

Sigh, P., Sigh, A, K, Chattopadhyay, A., & Guha, S. (2020). “Mathematical Study on the
reflection and refraction phenomena of three-dimensional plane waves in a structure
with floating frozen layer.” Applied Mathemathics and Computation, 386(2020), 1-14.

Stadler, Erica, Macho., & Maria, Jesǔs, Elejalde-Garc ía. (2019). “Experiments with Kundt’s
Tube.” Journal of Physics, 1287(2019), 1-8.

Anda mungkin juga menyukai