DASAR TEORI
melewati suatu medium, dimana setelah gangguan itu lewat keadaan medium
akan kembali ke keadaan semula, seperti sebelum gangguan itu datang (Tipler,
1998).
luar. Sebuah sumber secara tipikal (disebut transduser) adalah satu atau lebih
kristal yang digerakkan dengan cara memberikan tegangan listrik agar bergetar
dan diberi hubungan dengan permukaan sisi permukaan sisi luar pembungkusnya.
volume medium yang sangat kecil dimana semua atom-atom dapat dianggap
mempunyai gaya-gaya fisik yang sama. Jika pergerakan suatu partikel dalam
mundur dan maju dengan jumlah kecil. Sebuah bentuk umum dari getaran adalah
mengalami deformasi atau medium elastik. Contoh dari gelombang ini adalah
pada tali.
dalam pergeseran dari suatu bagian medium elastis dari kedudukan normalnya.
gangguan tadi akan bergerak maju melalui medium tersebut. Perlu diperhatikan
bahwa medium itu sendiri tidak bergerak secara keseluruhan bersama-sama gerak
bagian yang dipindahkan dari medium ini akan menanggapi gaya-gaya pemulih.
Semua medium, seperti udara, air dan baja memiliki sifat elastisitas dan inersia
akan berjalan sepanjang tali tersebut: gangguan bergerak sepanjang tali tetapi
pertikel-partikel tali bergetar di dalam arah yang tegak lurus terhadap arah
penjalaran gangguan.
jika sebuah pegas vertikal di bawah tegangan dibuat berosilasi ke atas dan ke
bunyi tersebut dapat dijalarkan di dalam benda padat, benda cair dan gas. Partikel-
Gelombang bunyi ini merupakan getaran molekul – molekul zat dan saling
beradu satu sama lain namun demikian zat tersebut terkoordinasi menghasilkan
batas permukaan maka gelombang bunyi tersebut akan mengalami transmisi dan
refleksi.
Berdasarkan jangkauan frekuensi, maka gelombang akustik/ bunyi dapat
jangkauan frekuensi yang sangat rendah sehingga tidak dapat terdengar oleh
Hz.
suara yang memiliki frekuensi di atas batas pendengaran manusia. Frekuensi batas
gelombang ultrasonic memiliki frekuensi lebih dari 20 kHz. Sampai saat ini,
frekuensi gelombang ultrasonic telah mencapai 1 GHz dan jika melebihi frekuensi
Untuk aplikasi medical imaging dibutuhkan frekuensi dari 1 MHz sampai dengan
(Cheeke, 2002)
2. Gelombang ultrasonic mudah masuk melewati bahan yang tidak bisa dilewati
oleh cahaya. Karena gelombang ultrasonic cukup murah, sensitif dan reliabel
sinyal pulsa atau sinyal kontinu, tergantung pada tegangan yang diinputkan pada
transduser. Mode apa yang akan dipakai tergantung pada metode tes yang akan
digunakan.
getaran partikel dengan medium amplitudo sejajar dengan arah rambat secara
dan tegangan (stress). Proses kontinu yang menyebabkan terjadinya rapatan dan
kemampuannya yang dapat merambat di dalam zat cair dan gas, sama baiknya
merambat dalam zat cair dan gas, karena karakternya yang kurang elastis dan
dibutuhkan gaya yang kuat pada partikel untuk berosilasi. Gelombang ini dapat
terjadi apabila gelombang ultrasonik merambat pada arah yang tegak lurus,
dengan vibrasi yang bergerak ke atas dan ke bawah, pada arah dan bidang gerakan
atom yang digetarkan. Ilustrasi dari gelombang ini secara skematis ditunjukkan
yang bersebelahan)
(Still, 2010)
didalam material, hal ini dikarenakan massa-massa dari partikel atom dan
digambarkan sebagai kumpulan osilasi dengan jumlah yang tidak terbatas atau
(Anonim², 2009).
Gambar 2.4. Ilustrasi hukum hook’s
(Anonim², 2009).
karakter yang reflektif atau memantul, apabila dihubungkan dengan teori fisika
gelombang, maka dapat dianalogikan dengan hukum Hook (Hook's Law) pada
ilustrasi pegas (Gambar 2.4). Massa pada pegas memiliki frekuensi gema tunggal
(single resonant frequency), ditentukan oleh nilai konstanta pegas k dan massanya
m. Di bawah batas elastis setiap material, terdapat hubungan yang linear antara
Hukum Hook menjelaskan bahwa gaya balik dari pegas proporsional pada
panjang ketika pegas mengalami peregangan atau tertarik, dan bergerak pada arah
𝐹 = − 𝑘𝑥 (2.1)
Dimana:
F = gaya pegas
k = konstanta pegas
pada partikel pegas. Hukum Hook juga berhubungan dengan hukum II Newton,
dimana dikatakan bahwa gaya yang diberikan pada material akan diseimbangkan
sebagai berikut:
𝐹 =𝑚𝑎 (2.2)
dalam satu getaran. Frekuensi (f) adalah banyaknya gelombang yang bergetar
dalam waktu satu detik. Periode adalah waktu yang dibutuhkan gelombang
gelombang suara (c) adalah jarak yang dilalui oleh gelombang persatuan waktu
dan sebanding dengan panjang gelombang dibagi dengan periode. Karena periode
2.2.1.1.1.4.Impedansi Akustik
𝑍=𝜌𝑐 (2.5)
a. Menentukan transmisi dan refleksi dari gelombang suara pada batasan dua
aliran dari suatu sistem. Volume aliran merupakan perkalian antara kecepatan dari
memiliki impedansi akustik yang hampir sama, hanya sedikit energi yang
direfleksikan. Impedansi akustik memiliki peran menetapkan transmisi dan
refleksi gelombang di batas antara medium yang memiliki impedansi akustik yang
berbeda.
2.2.1.1.1.5.Atenuasi
penyerapan energi suara oleh medium dan diubahnya menjadi energi bentuk lain.
Hal ini menyebabkan pulsa ultrasonik yang bergerak melewati suatu zat akan
dan tebalnya medium yang dilalui. Setiap medium memiliki koefisien pelemahan
𝐴 = 𝐴0 𝑒 −𝑎𝑧 (2.6)
Zat padat yang keras selalu kaku, kuat dan tahan aus. Di sisi lain biasanya
zat padat yang keras menunjukkan perpatahan variabel stasis dan sensitivitas
tinggi terhadap kerusakan mesin. Ketika di muat dengan kekuatan tarik zat padat
keras lewat dari batas elastis untuk fraktur suatu perilaku bahan yang selalu gagal,
dengan bertambahnya perluasan retakan dari suatu bahan. Sehingga zat padat
yang keras biasanya rapuh, karena zat padat keras memiliki kapasitas kecil untuk
(Dieter,1988). Zat padat rapuh dan keras dapat diklasifikasikan dalam empat
kelompok yaitu:
1. Mineral
2. Polycrystalline
4. Kristal
5. Gelas amorphus
berbagai macam produk seperti amplas, batu permata, logam dan paduan, kristal
sintesis yang diproduksi pada skala besar dan lain-lain. Keramik dan gelas banyak
fungsional dan rekayasa struktural (Chiang et al. 1997). Keramik fungsional dan
kristal secara luas digunakan dalam produksi listrik, eletronik, magnetik dan
kompenen optik untuk sistem kerja tinggi seperti transduscer, resonator, aktuator
keramik yang modern dalam aplikasi struktural seperti roller dan bantalan geser,
mesin diesel adiabtik, alat pemotong dll. Proses pembentukan dan sintering
keramik yang konvensional tidak selalu memberikan akurasi dimensi yang tinggi
dan kualitas permukaan yang bagus untuk komponen yang fungsional dan
strukutral. Oleh karena itu dikembangkan teknologi mesin yang presisi, yang
digunakan untuk pembuatan komponen yang presisi, hemat biaya, kualitas yang
baik untuk memproduksi zat padat yang rapuh dan keras. Ultrasonic machining
keras dan rapuh seperti kristal, gelas, dan keramik. Dan untuk meningkatkan
operasional yang kompleks, dan untuk memberikan bentuk yang rumit dan profil
kerja yang rumit. Oleh karena itu mesin ini digunakan untuk proses pemotongan
bahan yang keras dan rapuh yang tidak bisa dilakukan oleh mesin konvensional.
partikel abrasif tersuspensi dalam cairan, atau dengan tool berlian berlapis yang
berputar. Jenis ini biasanya dikenal dengan nama ultrasonic machining stasioner
kecepatan tinggi ke suatu titik diantara tool dan benda kerja, proses pemakanan
benda kerja sendiri terjadi dengan cara menggetarkan tool pada amplitudo yang
rendah sekitar 10-60 micron meter dan frekuensi tinggi antara 18-40 kHz. Untuk
berosilasi dengan arah tegak lurus terhadap permukaan benda kerja yang
bentuk yang sesuai dengan bentuk negatif tool yang digunakan seperti yang
(El-Hofy, 2005)
Seperti penjelasan diatas untuk menghasilkan keadaan tertentu maka tool
Namun demikian jarak antara tool dan benda kerja harus tetap terjaga sehingga
dapat dialirkan cairan campuran air dan material abrasive yang akan mengikis
benda kerja. Vibrasi amplitudo harus terus-menerus dijaga agar gap antara tool
dan benda kerja tetap pada kondisi ideal yaitu pada jarak sedikit lebih besar dari
ukuran butir partikel abrasive yang hendak dilewatkan. Setelah proses pemakanan
terjadi oleh material abrasive, tatal yang terbentuk nantinya akan di dorong dan
itu slurry akan dipompakan kembali menuju benda kerja untuk melakukan proses
permesinan.
Dari bentuk fisik, tampilan dan juga struktur mekanik dari ultrasonic
machining pada umumnya memilki kemiripan dengan mesin bor maupun mesin
air dengan partikel abrasive), tangki/penampung slurry, pompa slurry dan saluran
slurry.
Ultrasonic generator
Power supply atau catu daya adalah sebuah peralatan penyedia tegangan
atau sumber daya untuk peralatan elektronika dengan prinsip mengubah tegangan
listrik yang tersedia dari jaringan distribusi transmisi listrik ke level yang
menjadi stabil walaupun terjadi variasi atau perubahan pada suhu, beban,
walaupun dihadapkan pada variasi dari voltase transmisi (untuk power supply
DC), arus pada beban, maupun suhu. Karakteristik ideal lainnya adalah tidak
setiap jenjang frekuensi, dan juga tidak memiliki gangguan (noise) maupun
Pada gambar dibawah ini (Gambar 2.7. dan Gambar 2.8.) dapat dilihat
dua buah contoh rangkaian yang umum dipakai untuk menghasilkan daya DC
Rectifier)
power supply linier. Pada jenis ini, tegangan AC yang masuk ke dalam
dimana frekuensi ini jauh lebih tinggi daripada frekuensi AC yang sekitar 50
Hz. Pada power supply tipe switching biasanya diberikan rangkaian umpan
balik agar tegangan dan arus yang keluar dari rangkaian ini dapat dikontrol
dengan baik.
Power Supply tipe switching menjadi semakin populer pemakaiannya
karena tipe ini memberikan penyediaan daya DC yang efisiensi dan densitas
dayanya sangat tinggi dibandingkan dengan tipe linear. Untuk lebih jelasnya,
beberapa perbandingan antara kedua tipe tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Perbandingan power supply tipe linier dan tipe switching
Pengaturan Beban
0,02-0,01% 0,1-1,0%
(Load regulatorion)
(Sutrisno, 2011)
3. Transformator
input, kumparan kedua (skunder) yang bertindak sebagai output, dan inti besi
1994).
yang berubah diperkuat oleh adanya inti besi dan dihantarkan inti besi ke
sekunder, dan jumlah lilitan sekunder (Gambar 2.9), dapat dinyatakan dalam
persamaan:
𝑉𝑝 𝑁𝑝
= (2.7)
𝑉𝑠 𝑁𝑠
Keterangan :
lilitan kumparan primer lebih banyak daripada jumlah lilitan sekunder (Np
amplitodo sinyal input. Ada 2 jenis amplfier yang ada saat ini yaitu linear
amplifier dan switching amplifier . Contoh dari linear amplifier adalah amplifier
Class A, Class B dan Class AB. Sedangkan contoh switching amplifier adalah
Class D atau ada juga yang menyebut sebagai digital amplifier (Sukarno, 2010).
Switching amplifier pertama kali diajukan pada 1958, namun baru popular setelah
adalah mampu mencapai efisiensi > 90 % serta penggunaan daya power supply
yang lebih efisien. Prinsip dasar dari switching amplfier sangat sederhana, sebagai
memiliki hambatan 1 Ohm. Maka dengan menggunakan hukum Ohm kita bias
dalam rangkaian sebesar 2 Ohm, sehingga dengan hukum Ohm kita bisa
lampu sekarang menjadi 6 Volt dan tegangan di resistor juga 6 Volt. Sehingga
disipasi daya lampu menjadi 36 Watt dan disipasi daya di resistor juga 36 Watt.
Jeleknya adalah bahwa disipasi daya yang ada di resistor akan dibuang dalam
bentuk panas, dan ini artinya ada daya yang terbuang secara percuma. Oleh karena
itu diperlukan cara lain untuk meredupkan lampu tampa ada daya yang terbuang.
Cara tersebut adalah dengan mengganti resistor dengan sebuah saklar seperti
Agar sebuah saklar bisa meredupkan lampu maka saklar tersebut perlu
dibuka atau ditutup (on atau off) dengan kecepatan tertentu. Pada saat saklar
terbuka, maka lampu akan mati karena tidak ada arus yang mengalir menunju
lampu. Sedangkan jika saklar ditutup maka arus akan mengalir menuju lampu
daya listrik sehingga lampu memperoleh arus dan daya yang maksimum, dan
tidak ada daya terbuang akibat berubah menjadi panas. Kecerahan lampu
ditentukan oleh tegangan rata-rata yang diakibatkan oleh gerakan buka dan tutup
dari switch.
2.5.2. Transduser
Transduser merupakan alat yang dapat mengubah suatu bentuk besaran energi ke
bentuk besaran energi yang lain. Umumnya transduser bekerja mengubah energi listrik
menjadi mekanik atau mengubah besaran bukan listrik (seperti temperatur, bunyi dan
cahaya) akan menjadi suatu sinyal listrik. Transduser ultrasonik terdiri dari dua buah
kristal piezoelectric yang digunakan sebagai pemancar serta penerima dari gelombang
Secara umum ada dua macam transduser yang digunakan dalam proses
piezoelectric.
2.5.2.1. Transduser Magnetostrictive
magnetostriktif. Ketika aliran arus listrik disuplai melalui kumparan kawat, terjadi
medan magnet (seperti jaringan listrik tegangan tinggi). Medan magnet ini
dalam medan magnet bolak-balik. Energi listrik bolak balik dari generator
ultrasonik pertama-tama diubah menjadi bolak medan magnet melalui
kuat untuk aplikasi listrik tinggi seperti aplikasi ultrasonik pembersih. Karena
kendala mekanik yang melekat pada ukuran fisik dari perangkat keras serta
(Kaczmarek, 1976)
hingga 90%
diterima
3. Membutuhkan komponen 3. Stabil pada berbagai temperatur,
lingkungan tersebut.
kedirgantaraan.
frekuensi tinggi.
(Al-Budairi, 2012)
Pada tahun 1880 Curie bersaudara (Pierre dan Jacques Curie) menemukan
kuarsa atau material lain. Kata “piezo” berasal dari bahasa Yunani yang artinya
“tekanan”; oleh karena itu arti asli dari kata piezoelectricity adalah “tekanan
listrik”. Material menunjukkan fenomena sebaliknya memiliki regangan geometris
yang sebanding dengan medan listrik yang diterapkan. Hal ini disebut dengan efek
Tourmalin, Lithium Sulfate (LH), Lead Zirconate Titanate (PZT), dan lain-lain.
Gambar 2.18. Efek piezoelektrik langsung (atas) dan efek piezoelektrik terbalik
(bawah)
(Kumar, 2013)
digunakan sebagai dasar dari transducers tipe piezoelectric. Gambar (a) ketika
tidak ada gaya yang diberikan, Gambar (b) ketika material diberi gaya tarik,
material menghasilkan tegangan listrik, Gambar (c) ketika material diberi gaya
ketika material tidak diberi tegangan listrik, Gambar (e) ketika material diberi
tegangan listrik, material memanjang, Gambar (f) ketika material diberi tegangan
(PZT), terjepit di antara elektroda yang terdapat sumber titik untuk kontak listrik.
Perakitan keramik dikompresi antara blok logam (satu aluminium dan satu baja)
material tertentu berubah dimensi ketika energi listrik pada frekuensi ultrasonik
transduser elemen piezoelektrik yang bergetar. Getaran ini diperkuat oleh massa
piezoelektrik.
komponen bertumpuk satu sama lain atau sering disebut sandwitch atau transduser
Langevin, transduser tipe ini memiliki beberapa komponen utama yaitu back
mass, electrode, piezoelektrik ring, front mass, baut dan ring, serta insulator
sebagai pengaman agar tidak terjadi arus pendek seperti terlihat pada Gambar
2.19.
Gambar 2.19. Transduser Langevin piezoelektrik konvensional
(Prokic, 2004)
mempengaruhi desain dari pada tool holder. Resonansi antara kedua bagian ini
transduser.
2. Terjadi osilasi elastis pada arah longitudinal pada tool holder dengan
Ada tiga bentuk tool holder/horn yang digunakan pada proses ultrasonic
machining (USM) yaitu conical, exponential, dan catenoidal seperti pada gambar
2.20.
Gambar 2.20. Bentuk tool holder ultrasonik machining dengan distribusi
(MacBeath, 2006)
penyerapan energi suara oleh medium dan diubahnya menjadi energi bentuk lain.
dan tebalnya medium yang dilalui. Setiap medium memiliki koefisien pelemahan
(2.7)
Dimana :
ln
(𝐾)
𝛽= (2.8)
𝐿
machining/permesinan kasar.
Panjang dari konsentrator/tool holder (L) biasanya untuk half wave (n = 1)
nC ln (𝐾) 2
𝐿= 1+ (2.9)
𝑓 2𝜋𝑛
𝐷 = 𝐷0 𝑒𝑥𝑝−𝛽𝑋 (2.10)
𝑓𝑐 diperoleh dari :
𝛽𝐶
𝑓𝑐 = (2.11)
2𝜋
USM jika dilihat dari segi desain pahat adalah terletak pada kesederhanaan
pahatnya. Untuk suatu lubang dengan penampang yang tidak teratur maka bentuk
penampang pahat yang dipergunakan dalam proses USM ini sama dengan bentuk
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam desain pahat untuk proses
USM :
1. Material pahat
Material pahat yang keras dan getas, misalnya : Carbide dan baja
memberikan hasil yang tidak baik. Pada yang pertama, karena proses
tumbukkan pada frekuensi ultrasonik oleh material rapuh, maka mudah terjadi
3. Panjang pahat
mm.
terdapat sistem lain yang memanfaatkan tekanan dari fluida yaitu sistem
(a) Counter weight pulley system, (b) Counter weight lever system, (c) Spring-
2. Bila proses pengerjaan selesai pahat bisa bergerak kembali keposisi semula.
pembawa (slurry):
1. Boron Karbida adalah material yang keras sekali, sekitar 1,5-2 kali lebih keras
4. Proses pemotongannya lebih presisi dan surface finish yang lebih sempurna.
Dalam proses USM fluida pembawa adalah cairan dan dalam hal ini bisa
berupa air (𝐻2 𝑂), fluida dalam kelompok benzene, campuran gliserin, light oil.
Untuk membantu adanya reaksi kimia dalam proses USM ini maka fluida
Ada suatu pertimbangan yaitu semakin kasar ukuran butir partikel abrasive
(Kazantsev, 1973)
Menurut Samal (2009), boron karbida sejauh ini adalah abrasive dengan
silicon karbida juga digunakan. Boron karbida sangat mahal sekitar 29 kali lebih
tinggi dibandingkan dengan alumunium oksida atau silicon karbida. Abrasive ini
dibawa bersama air slurry dengan 30-60% volume abrasive. Bila menggunakan
mempengaruhi Material Removal Rate dan surface finish adalah grit size dan
dicapai apabila grain size/ukuran butir sebanding dengan amplitudo tool. Ukuran
grit dari 200-400 digunakan untuk operasi roughing dan 800-1000 untuk
finishing. Rata-rata ukuran partikel dalam micron meter dapat dilihat pada Tabel
2.3.
Tabel 2.3. Rata-rata ukuran partikel dalam mikron meter untuk ukuran grit
yang berbeda
180 86 400 23
220 66 500 16
240 63 600 8
280 44 800 7
320 32 900 6
(Bangalore, 2001)
material yang dapat dimesin oleh proses USM, USM dapat diaplikasikan pada
material ulet seperti baja lunak, tembaga, dan kuningan tetapi USM paling cocok
untuk operasi permesinan pada material keras, material rapuh yang tidak praktis
direkomendasikan pada material kerja yang lebih lunak dari Rockwell Hardness
Number HRC 45. Ultrasonic machining dapat digunakan untuk logam dan non-
sangat cocok untuk material keras seperti tungsten carbide, titanium karbida,
keramik dan berlian. Material yang menunjukkan kekerasan tinggi dan yang
memiliki impact brittleness dapat berhasil dimesin dengan teknik ini. Material
working biasa.
1. Teknik abrasi oleh localized direct hammering dari butir abrasive yang
terjebak antara alat penggetar (vibration tool) dan permukaan benda kerja
yang berdekatan.
Kontribusi relatif dari efek kavitasi dilaporkan kurang dari 5 persen dari
total material removal. Mekanisme yang dominan terlibat dalam USM semua
bahan adalah direct hummering (penumbukan langsung). Material yang lunak dan
lembut seperti mild steel sering mengalami deformasi plastis pertama dan yang
Dalam kasus material keras dan rapuh seperti kaca, pada tingkat
permesinan tinggi, peran yang dimainkan oleh impact bebas perlu untuk dicatat.
getaran alat (vibration tool), tekanan statis (static pressure), ukuran dari daerah
yang dimesin, dan material abrasif dan material benda kerja. Material Removal
kekuatan material. Menurut Tabel 2.5 glass memiliki machinability lebih tinggi
daripada logam dengan kekerasan serupa. Selain itu, karena kriteria kerapuhan
yang rendah dari baja, yang lebih lunak, digunakan sebagai tool material. Gambar
(El-Hofy, 2005)
Tabel 2.5. Nilai relatif permesinan suatu material dengan proses USM
Glass 100
Brass 66
Tungsten 4,8
Titanium 4,0
Steel 3,9
(El-Hofy, 2005)
kualitas dan kompatibilitas bahan untuk keramik, karbida dan bahan keras lainya.
persyaratan desain, dan hasil bagian berkualitas tinggi dengan kerusakan bawah
permukaan sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali selain itu tidak
menghasilkan HAZ (Heat Affected Zone) yang umumnya terjadi pada proses
bagi, insinyur ilmuwan dan desainer beberapa aplikasi yang dapat dikerjakan
1. Untuk proses permesinan lubang bulat dan tidak bulat dengan sumbu lurus
ataupun melengkung
2. Membuat ulir pada material yang keras melalui tool yang tepat dan pergerakan
5. Untuk pembuatan lubang dalam jumlah besar namun dengan diameter kecil
milling.
1. Dapat digunakan untuk proses permesinan material yang keras dan rapuh,
3. Angka tool wear rate yang tinggi menyebabkan proses pergantian tool
berlangsung cepat
Power 200-4000 W
Frequency 15-30 kHz (most commonly ~20kHz)
Abrasives
Type Cubic Boron nitride (very few cases)
Boron Carbide (specific applications)
Silicon Carbide (most commonly used)
Alumina (frequently)
Size Mesh 120-1200
Size: 06-142 µm
Concentration 20-60% by volume with water as medium
Oil is used for finishing operations.
Flow Max. 36.5 L/min.
Amplitude 05-70 µm
(for optimum results, amplitude should be equal to
mean abrasive particle diameter)
Static Force 0.45 to 5 kg, generally 4.5 kg
Tool Material Stainless Steel, Silver Steel, Monel, Molybdenum
Cutting gap 20-150 µm
Over-cut Twice the grit size (approx.)
Depth of Cut (max.) Up to 90 mm, normally 64 mm
Accuracy ± 25 µm
Taper 05 µm per mm
Surface Roughness 0.25 to 1.5 µm
Minimum size of the 76 µm.
hole drilled
atau spray dan mendistribusikan secara merata pada objek yang dilindungi. Spray
nozzle digunakan untuk tiga tujuan: untuk menentukan butiran semprot (droplet
size), untuk mengatur flow rate (angka curah), dan mengatur distribusi semprotan,
yang dipengaruhi oleh pola semprotan, sudut semprotan, dan lebar semprotan.
Nozzle dibuat dalam bermacam-macam desain. Setiap tipe butiran cairan yang
dibuat dengan sudut penyemprotan yang lebar dan dengan berbagai model
cairan dalam jumlah besar dengan gaya sentrifugal dan mempunyai pola
penyebaran 360o.
Sebagian besar spray nozzle terdiri dari beberapa komponen utama yaitu
badan/body nozzle, strainer atau saringan, spray tip (spuyer) dan penutup nozzle
yang digunakan untuk memegang spray tip, seperti terlihat pada Gambar 2.25.
yang dihasilkan berbentuk bulat (kerucut). Cone nozzle terdiri dari 2 tipe,
yaitu full cone nozzle dan hollow cone nozzle, seperti terlihat pada Gambar
2.26.
Gambar 2.26. Hollow cone nozzle (kiri) dan full cone nozzle (kanan)
(Grisso, 2013)
oval (V) atau bentuk kipas dengan sudut tetap (65° – 110°) (Gambar 2.27).
(Grisso, 2013)
Standard flat-fan nozzle biasanya beroperasi antara 30 sampai 60
pounds per square inch (psi), dengan rentang ideal antara 30 sampai 40 psi
(Grisso, 2013).
Even flat fan nozzle pada tekanan rendah digunakan untuk aplikasi
herbisida pada barisan tanam atau antar barisan tanam. Sedangkan pada
vektor.
(Grisso, 2013)
4. Nozzle Polijet
cerutu untuk nozzle polijet (Gambar 2.29). Butiran semprot agak kasar
hingga kasar. Tidak atau sangat sedikit menimbulkan drift dan hanya
(Grisso, 2013)
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, A., Shahini, M. & Pak, A., 2009, An Approach to Design a High Power
NewYork.
Glasgow, UK.
Amin, S.G., Ahmed, M.H. & Youssef, A.H., 1995, Computer-aided design of
ed.org/EducationResources/CommunityCollege/Ultrasonics/Physics/acous
ed.org/EducationResources/CommunityCollege/Ultrasonics/Physics/elasti
ed.org/EducationResources/CommunityCollege/Ultrasonics/Physics/wave
http://www.morgantechnicalceramics.com/sites/default/files/documents/pc
ASM International., 1997, Materials Selection and Design Volume 20, Materials
Park, OH.
Bandung.
New Delhi.
engineering and materials processing Vol 19, Marcel Dekker INC, New
York, USA.
Burczynski, J., 1982, Introduction to The Use of Sonar Systems for Estimating
MIT Series in Materials Science and Engineering, Ed. J. Wiley and Sons,
Deutsch, A.E. & Poole, A.P., 1972, Manual of Pesticide Application Equipment,
Book, Singapore.
Fraden, J., 1996, Handbook of Modern Sensors, 2a ed., Ed. Springer, New York,
USA, 556.
Halliday, D., Resnick, R. & Krane, K.S., 1992, Physics, 4th ed Vol.1, Jhon Wiley
Halliday, D dan Resnick, R., 1996, Fisika Jilid I, [penerj.] Pantur Silaban dan
Jain, N.K. & Jain, V.K., 2001, Modeling of Material Removal in Mechanical Type
Cleaning Agents and Systems, 2nd Edition, CRC Press Taylor & Francis
pp.3–37.
Kramer, D., 1995, Ultrasonically Assisted Machining, Mech. Ind. Mater., Vol. 48,
pp. 15-21.
Glasgow, UK.
Kolkata, India.
Nad, M., 2010, Ultrasonic Horn Design For Ultrasonic Machining Technologies,
hlm 79-88.
Pandey, P. C. & Shan, H. S., 1980, Modern Machining Process, Edisi cetak ulang,
Radmanovic, M. & Mancic, D., 2004, Design and Modelling of the Power
Stanasel, I. & Ardelean, F., 2010, The Parametric Design of The Ultrasonic
Engineering.
Universitas Indonesia.
Sutrisno, T., 2011, Studi Karakteristik Tranduser Ultrasonik Berbahan
Thoe, T. B., Aspinwal, D. K. & Wise, M.L.H., 1995, Towards Ultrasonic Contour
pp. 953–962.
Thoe, T. B., Aspinwall, D.K. & Wise, M.L.H., 1998, Review on Ultrasonic
Machining, Int. J. Mach. Tools Manufacture, Vol. 38, No. 4, pp. 239-
255.
Tipler, P.A., 1998, Fisika Untuk Sains dan Teknik, Edisi Ketiga, Jilid 1, (Alih
Erlangga Jakarta.
Trisnobudi, A., 2000, Teori Ultrasonik, Catatan Kuliah, Penerbit ITB, Bandung.
pp.102-8.
Warman., 2009, Slurry Pumping Handbook, Fifth Edition, Weir Slurry Group
Inc.