Anda di halaman 1dari 28

P3

Gelombang Bunyi

Disusun Oleh:
Ferrent Auryn Hadiwijaya 160218024 / KP A
Devin Akeno Mackenzie 160218026 / KP A

Program Studi Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Surabaya
P3
Gelombang Bunyi

Disusun Oleh:
Ferrent Auryn Hadiwijaya 160218024 / KP A
Devin Akeno Mackenzie 160218026 / KP A

Program Studi Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Surabaya

1
I. Tujuan
1. Memahami gejala resonansi bunyi.
2. Menentukan kecepatan bunyi di udara.
3. Menentukan frekuensi sumber bunyi yang akan ditera.

II. Dasar Teori


2.1 Gelombang
Cambridge Online Dictionary (n.d.) mendefinisikan gelombang sebagai
sebuah pola dimana bentuk-bentuk dari energi seperti suara, bunyi, dan cahaya
disebarkan atau dibawa. Sejalan dengan itu, Oxford English Dictionary (n.d.)
mendefinisikan gelombang sebagai sebuah gangguan secara periodik terhadap
sebuah zat yang dapat menyebar tanpa pergerakan partikel penyusun zat tersebut,
seperti pada pergerakan gerak bergelombang, panas, atau suara. Crundell,
Goodwin, dan Mee (2014) dalam buku Cambridge International AS A Level
Physics, mendefinisikan gelombang sebagai cara berpindahnya energi dari suatu
tempat ke tempat lain. Berdasarkan ketiga definisi di atas, dapat disimpulkan
bahwa gelombang adalah sebuah pola yang merupakan cara perpindahan energi
yang secara arah perambatan terbagi menjadi gelombang transversal dan
longitudinal.

2.1.1 Gelombang Mekanik


Gelombang mekanik adalah sejenis gelombang yang merambat
melalui material atau zat yang disebut sebagai medium. Merambatnya
gelombang mekanik melalui suatu medium menyebabkan terjadinya
peristiwa perpindahan-perpindahan pada

partikel yang menyusun medium tersebut berdasarkan jenis


gelombang yang terdiri dari gelombang longitudinal dan gelombang
transversal. (Freedman, Young dan Ford 2016)

2
2.1.2 Gelombang Longitudinal
Gelombang longitudinal merupakan sejenis gelombang mekanik
yang menyebabkan perpindahan partikel pada medium searah dengan arah

gelombang. Bentuk gelombang longitudinal terdiri dari rapatan dan


renggangan (Crundell, Goodwin dan Mee 2014).

Gambar 2. 1 Gelombang Longitudinal (Crundell, Goodwin dan Mee 2014)

2.1.3 Gelombang Transversal


Gelombang transversal adalah sejenis gelombang mekanik yang
menyebabkan perpindahan partikel pada medium dengan arah tegak lurus
dengan arah gelombang. Bentuk gelombang transversal terdiri dari puncak
dan lembah (Crundell, Goodwin dan Mee 2014).

Gambar 2. 2 Gelombang Transversal (Crundell, Goodwin dan Mee 2014)

2.2 Bunyi
Bunyi termasuk gelombang mekanik, karena dalam perambatannya bunyi
memerlukan medium perantara. Ada tiga syarat agar terjadi bunyi yaitu ada
sumber bunyi, medium, dan pendengar. Bunyi dihasilkan oleh benda yang
bergetar, getaran itu merambat melalui medium menuju pendengar. Gelombang

3
bunyi merupakan gelombang longitudinal, karena gelombang berosilasi searah
dengan gerak gelombang tersebut, membentuk daerah bertekanan tinggi dan
rendah (rapatan dan renggangan). Partikel yang saling berdesakan akan
menghasilkan gelombang bertekanan tinggi, sedangkan molekul yang meregang
akan menghasilkan gelombang bertekanan rendah. Kedua jenis gelombang ini
menyebar dari sumber bunyi dan bergerak secara bergantian pada medium.
2.3 Medium
Menurut Merriam-Webster Dictionary (n.d.), medium didefinisikan
sebagai sebuah zat yang berfungsi untuk mempengaruhi atau menyampaikan
sesuatu. Oxford Online Dictionary (n.d.) mendefinisikan medium sebagai sebuah
zat dimana tayangan sensorik disampaikan atau kekuatan fisik dikirimkan. Selain
itu, Cambridge Online Dictionary (n.d.) mendefinisikan medium sebagai sebuah
zat di mana sesuatu tumbuh, tinggal, atau sebagai zat yang dilalui sesuatu dalam
pergerakan. Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
medium adalah sebuah zat yang berfungsi sebagai perantara untuk menyampaikan
tayangan fisik.

2.4 Cepat Rambat Bunyi


Gelombang bunyi dapat bergerak melalui medium zat padat, zat cair, dan
gas, tetapi tidak bisa melalui vakum, karena di tempat vakum tidak ada partikel
zat yang akan mentransmisikan getaran. Kemampuan gelombang bunyi untuk
menempuh jarak tertentu dalam satu waktu disebut Kecepatan Bunyi. Kecepatan
bunyi di udara bervariasi, tergantung temperatur udara dan kerapatannya. Apabila
temperatur udara meningkat, maka kecepatan bunyi akan bertambah. Semakin
tinggi kerapatan udara, maka bunyi semakin cepat merambat. Kecepatan bunyi
dalam zat cair lebih besar daripada cepat rambat bunyi di udara. Sementara itu,
kecepatan bunyi pada zat padat lebih besar daripada cepat rambat bunyi dalam zat
cair dan udara.
2.4.1 Cepat Rambat Bunyi Pada Zat Gas

4
Cepat rambat bunyi di gas bergantung pada jenis partikel yang
membentuk gas tersebut. Persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut:

γRT
𝑣=√
𝑀

Keterangan:
γ = konstanta Laplace
R = tetapan umum gas (8,314 J/mol °K)
T = suhu mutlak gas (°K)
M = massa molekul gas (kilogram/mol)

2.4.1 Cepat Rambat Bunyi Pada Zat Padat


Cepat rambat bunyi dalam zat padat ditentukan oleh modulus
Young dan massa jenis zat tersebut. Persamaannya dapat dituliskan
sebagai berikut:

E
𝑣=√
ρ

Keterangan:
E = modulus Young zat padat (N/m2)
ρ = massa jenis zat padat (kg/m3)

2.4.2 Cepat Rambat Bunyi Pada Zat Cair


Di dalam zat cair, cepat rambat bunyi ditentukan oleh modulus
Bulk dan kerapatan (massa jenis) cairan tersebut. Persamaannya dapat
dituliskan sebagai berikut:

B
𝑣=√
ρ

Keterangan:
B = modulus Bulk (N/m2)
ρ = massa jenis zat cair (kg/m3)

5
2.5 Unsur-Unsur Bunyi
Unsur-unsur bunyi antara lain sebagai berikut:
2.5.1 Tinggi Nada Bunyi
Semakin banyak jumlah getaran yang dihasilkan dalam satu selang
waktu tertentu, bunyi yang dihasilkan akan semakin tinggi. nyaring. Pada
getaran yang semakin sedikit, bunyi yang terdengar 4 bernada rendah. Hal
tersebut membuktikan bahwa tinggi nada bergantung pada frekuensi
sumber bunyi.
2.5.2 Kuat Bunyi
Kuat bunyi yang dihasilkan bergantung pada amplitude/simpangan
getaran. Semakin besar simpangan, maka kuat bunyi yang dihasilkan
semakin kuat.
2.5.3 Warna Bunyi
Warna bunyi merupakan bunyi khas yang ditimbulkan oleh suatu
sumber bunyi. Bunyi gitar berbeda dengan bunyi biola, itu karena ada
warna bunyi. Perbedaan tersebut terjadi karena gabungan nada atas dan
nada dasar dari sumber bunyi berbedabeda walaupun frekuensinya sama.
2.5.4 Batas Pendengaran
Manusia dan hewan dilengkapi dengan alat pendengaran. Namun,
kemampuan pendengarannya berbeda-beda. Batas kemampuan
pendengaran diukur berdasarkan frekuensi bunyi. Manusia normal
memiliki batas pendengaran antara 20 hertz sampai dengan 20.000 hertz.
Daerah frekuensi tersebut dinamakan frekuensi audio, sedangkan daerah
frekuensi di bawah 20 hertz disebut infrasonik. Sementara itu, daerah di
atas frekuensi dengar atau di atas 20.000 hertz disebut ultrasonik.
2.5.5 Frekuensi Bunyi
KBBI (n.d.) mendefinisikan frekuensi sebagai jumlah getaran
gelombang suara per detik. Cambridge Online Dictionary (n.d.)
mendefinisikan frekuensi sebagai jumlah gelombang, terutama cahaya,
gelombang bunyi, atau gelombang radio, yang dihasilkan dalam waktu
tertentu, terutama dalam satu detik. Buku Fundamentals of Physics 10th

6
Edition (Halliday dan Resnick 2014) mendefinisikan frekuensi sebagai
jumlah yang menunjukkan berapa kali sebuah gelombang melakukan
osilasi penuh dalam satu detik. Berdasarkan definisi-definisi yang telah
dipaparkan oleh sumber-sumber di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
frekuensi adalah jumlah getaran dari gelombang yang dihasilkan dalam
satu detik.

Buku Physics Principles with Applications (Giancoli 2014)


mendefinisikan frekuensi sebagai jumlah getaran gelombang yang
membentuk sebuah siklus dalam satu detik. Menurut buku Fundamentals
of Physics 10th Edition (Halliday dan Resnick 2014) dan Physics
Principles with Application (Giancoli 2014), frekuensi secara umum dapat
dirumuskan sebagai kebalikan dari nilai periode gelombang dengan rumus:

𝑛 1
𝑓= =
𝑡 𝑇
Keterangan:
f = Frekuensi (Hz)
n = banyaknya gelombang yang terjadi
t = waktu (sekon)
T = periode (sekon)
2.5.6 Panjang Gelombang Bunyi
Panjang gelombang adalah jarak antara dua titik yang berdekatan
secara identik dalam gelombang. Hal ini biasanya diukur antara dua titik
agar mudah diidentifikasi, seperti dua puncak yang berdekatan atau
lembah dalam bentuk gelombang.
Panjang gelombang berbanding terbalik dengan frekuensi. Hal ini
berarti jika dua gelombang berjalan dengan kecepatan yang sama,
gelombang dengan frekuensi yang lebih tinggi akan memiliki panjang
gelombang yang lebih pendek. Demikian juga, jika satu gelombang
memiliki panjang gelombang lebih panjang dari gelombang lain, akan
memiliki frekuensi yang lebih rendah jika kedua gelombang berjalan

7
dengan kecepatan yang sama. Rumus berikut dapat digunakan untuk
menentukan panjang gelombang:
v
λ=
f
Keterangan:
λ = panjang gelombang (m)
v = cepat rambat gelombang (m/s)
f = frekuensi gelombang (Hz)
Gelombang dalam spektrum elektromagnetik, seperti gelombang
radio dan gelombang cahaya, memiliki panjang gelombang yang lebih
pendek dari gelombang bunyi. Oleh karena itu, panjang gelombang ini
biasanya diukur dalam milimeter atau nanometer, bukan sentimeter atau
meter.

2.6 Resonansi Bunyi


Resonansi gelombang bunyi adalah suatu peristiwa ikut bergetarnya suatu
benda yang disebabkan oleh sumber getar yang memiliki frekuensi yang sama.
Resonansi sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, resonansi
bunyi pada kolom udara dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan bunyi.
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dibuat berbagai macam alat musik. Alat
musik pada umumnya dibuat berlubang agar terjadi resonansi udara sehingga
suara alat musik tersebut menjadi nyaring. Contoh alat musik itu antara lain: gitar,
seruling, kendang, beduk, ketipung dan sebagainya.
Peristiwa resonansi merupakan peristiwa bergetarnya suatu sistem fisis
dengan nilai frekuensi tertentu akibat dipengaruhi oleh sistem fisis lain (sumber)
yang bergetar dengan frekuensi tertentu pula dimana nilai kedua frekuensi ini
adalah sama. Peristiwa ini dapat kita amati dengan menggunakan kolom udara.
Kolom udara dapat dibuat dengan menggunakan tabung yang sebagian diisi air,
sehingga kita dapat mengatur panjang kolom udara dengan menaik-turunkan
pemukaan air pada tabung. Sistem fisis sumber adalah audio generator yang dapat
menghasilkan gelombang bunyi dengan nilai frekuensi bervariasi, sedangkan

8
sistem fisis yang ikut bergetar adalah molekul-molekul udara yang berada dalam
kolom.

Gelombang bunyi yang terbentuk dalam kolom udara memiliki nilai


panjang gelombang tertentu yang memenuhi hubungan persamaan berikut:
𝑣
𝜆=
𝑓
Keterangan:
λ = Panjang gelombang bunyi (m)
v = cepat rambat bunyi (m/s)
f = frekuensi (Hz)
Jika nilai frekuensi sumber diketahui, maka pada saat resonansi tersebut,
nilai cepat rambat bunyi di udara juga dapat diketahui. Peristiwa resonansi yang
dapat terjadi lewat alat yang ditunjukkan oleh gambar di atas bisa lebih dari satu
kali. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengubah ketinggian kolom udara
dengan cara menurunkan permukaan air dalam tabung. Syarat terjadinya resonansi
untuk sistem ini adalah:
λ
𝐿=𝑛
4
Dimana:
L = panjang tabung (m)
n = 1, 3, 5, …
Peristiwa resonansi terjadi saat frekuensi sumber nilainya sama dengan
frekuensi gelombang bunyi pada kolom udara yang dicirikan dengan terdengarnya
bunyi yang paling nyaring (amplitudo maksimum).
Hal yang perlu diperhatikan adalah letak perut simpangan yang terjadi
pada gelombang bunyi dalam tabung tidak dapat ditentukan secara pasti. Oleh

9
sebab itu, ada faktor koreksi ujung tabung ∆L sehingga didapat persamaan baru
sebagai berikut:

𝐿𝑛 + ∆𝐿 =
4
Keterangan:
Ln = Panjang tabung pada saat resonansi ke n (m)

III. Cara Kerja dan Alat


3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut (lihat
lampiran):
1. Alat penghantar bunyi dari microphone ke headset
2. Tabung resonansi
3. Sumber bunyi dengan frekuensi variabel
4. Sumber bunyi yang akan ditera (speaker biru)
5. Headset
6. Speaker sumber bunyi dengan frekuensi variabel
7. Roll meter
8. Microphone

3.2 Cara Kerja


1. Air pada tabung resonansi diisi penuh dengan pengontrol permukaan air
sampai air berada di posisi teratas yang bisa dicapai.
2. Speaker dipastikan berhadapan dengan mulut tabung resonansi dan
microphone dimasukkan sedikit ke dalam tabung resonansi.
3. Headphone digunakan untuk mendengarkan frekuensi dari speaker.
4. Secara perlahan-lahan, permukaan air dalam tabung resonansi diturunkan
dengan pengontrol permukaan air sampai terdengar suara dengung yang keras.
Ketika terdengar dengung ini, berarti terjadi resonansi bunyi pertama.

10
5. Panjang kolom udara, yaitu jarak dari mulut tabung resonansi sampai ke
permukaan air, dicatat. Rollmeter yang melekat pada tabung resonansi
digunakan untuk mengukur panjang kolom udara.
6. Permukaan air dinaikkan kembali ke posisi semula, lalu langkah 4 dan 5
diulangi untuk mengukur lagi panjang kolom udara yang kedua dan ketiga
kalinya.
7. Secara perlahan-lahan permukaan air, diturunkan lagi dalam tabung resonansi
dengan pengontrol permukaan air sampai terdengar suara dengung yang keras
kembali. Resonansi bunyi ke 2, ke 3, dan seterusnya ditunjukkan oleh
dengungan keras ini.
8. Langkah 4 sampai 7 diulangi.
9. Langkah 4 sampai 8 diulangi dengan frekuensi yang berbeda. Frekuensi yang
digunakan berkisar antara 400Hz sampai 900Hz dengan interval 50Hz sampai
100Hz.
10. Speaker berwarna dihidupkan dan alat di atas mulut tabung resonansi diatur
sedemikian rupa sehingga mulut speaker berhadapan langsung dengan mulut
tabung resonansi. Speaker diletakkan pada tempat speaker sendiri, sedangkan
posisi microphone masih sedikit berada di dalam tabung resonansi.
11. Langkah 4 sampai 7 diulangi kembali. Panjang kolom udara dicari dan
digunakan untuk mencari frekuensi speaker berwarna tersebut.
12. Suhu udara dan tekanan udara dicatat sebelum melakukan percobaan.

IV. Data Hasil Pengukuran


 Suhu udara : 25,8 ˚C
 Tekanan udara : 756 mmHg

11
4.1 Menentukan Kecepatan Bunyi Di Udara
Tabel Hasil Pengukuran
4.1.1 Frekuensi sumber bunyi f1 = 400 Hz
Panjang kolom Pengukuran ke:
udara (cm) 1 2 3
L1 19,0 18,7 18,8
L2 61,4 61,2 61,4
L3 104,4 104,6 104,7

4.1.2 Frekuensi sumber bunyi f2 = 485 Hz


Panjang kolom Pengukuran ke:
udara (cm) 1 2 3
L1 15,1 15,3 15,3
L2 51,6 51,5 51,6
L3 86,2 85,8 85,9

4.1.3 Frekuensi sumber bunyi f3 = 570 Hz


Panjang kolom Pengukuran ke:
udara (cm) 1 2 3
L1 12,3 12,2 12,3
L2 42,3 42,3 42,4
L3 72,7 72,8 72,7

4.1.4 Frekuensi sumber bunyi f4 = 655 Hz


Panjang kolom Pengukuran ke:
udara (cm) 1 2 3
L1 10,2 10,4 10,2
L2 36,8 36,7 36,9
L3 63,0 63,1 63,1

12
4.1.5 Frekuensi sumber bunyi f5 = 740 Hz
Panjang kolom Pengukuran ke:
udara (cm) 1 2 3
L1 8,8 9,0 9,1
L2 32,0 32,1 32,2
L3 55,3 55,4 55,3

4.2 Menentukan Frekuensi Sumber Bunyi yang akan Ditera


Tabel Hasil Pengukuran
Sumber bunyi yang akan ditera: Speaker biru dengan fliteratur = 532 Hz
Panjang kolom Pengukuran ke:
udara (cm) 1 2 3
L1 13,2 13,1 13,2
L2 45,8 46,1 46,0
L3 79,1 79,0 79,2

V. Analisa Data
5.1 Menentukan Kecepatan Bunyi Di Udara
Tabel Analisis Data untuk menentukan kecepatan bunyi di udara
Panjang Pengukuran ke:
Frekuensi ̅̅̅̅
𝜟𝑳
kolom v (m/s)
(Hz) 1 2 3 (m)
udara (m)
L2 0,614 0,612 0,614
400
L3 1,044 1,046 1,047 0,432 345,600
ΔL (m) 0,430 0,434 0,433
L2 0,516 0,515 0,516
485
L3 0,862 0,858 0,859 0,344 333,680
ΔL (m) 0,346 0,343 0,343
L2 0,423 0,423 0,424
570 0,304 346,560
L3 0,727 0,728 0,727

13
ΔL (m) 0,304 0,305 0,303
L2 0,368 0,367 0,369
655
L3 0,630 0,631 0,631 0,263 344,530
ΔL (m) 0,262 0,264 0,262
L2 0,320 0,321 0,322
740
L3 0,553 0,554 0,553 0,232 343,360
ΔL (m) 0,233 0,233 0,231
Contoh Perhitungan:
Sebagai contoh, untuk menghitung nilai ΔL, diambil data dari pengukuran
ke 1 pada frekuensi 400 Hz, sedangkan untuk menghitung nilai ̅̅̅
𝛥𝐿̅ dan v, diambil
dari keseluruhan data pada frekuensi 400 Hz.
1𝑚
 L2 pada frekuensi 400 Hz pengukuran 1 = 61,4 cm = 61,4 𝑐𝑚 × 100 𝑐𝑚 =

0,614 m
 ΔL = L3 – L2 = 1,044 – 0,614 = 0,430 m

 ̅̅̅̅ = ΣΔL = ΔL1+ ΔL2+ ΔL3 = 0,430+0,434+0,433 = 0,43233.. ≈ 0,432 m


𝛥𝐿
𝑛 3 3

 v = λ × f = 2 × ̅̅̅
𝛥𝐿̅ × f = 2 × 0,432 × 400 = 345,600 m/s

γRT 1,4 .8,314 .(273+25,8)


 vteori = √ =√ 28,8 = 347,50661.. ≈ 347,507 m/s
𝑀
1000

Tabel Pembuatan Grafik Regresi Penentuan Kecepatan Bunyi di Udara


x (Hz) y (m-1) xy (Hz/m) x2 (Hz2)
400 2,313 925,212 160.000
485 2,907 1409,884 235.225
570 3,289 1875 324.900
655 3,807 2493,655 429.025
740 4,304 3185,079 547.600
Σx = 2850 Σy = 16,621 Σxy = 9888,829 Σx2 = 1.696.750
Keterangan:
 x=f

14
1
 y = 𝛥𝐿
̅̅̅̅

Perhitungan Tabel Pembuatan Grafik Regresi


Sebagai contoh perhitungan, semua data perhitungan diambil dari data
dengan frekuensi 400Hz.
1 1
 y = 𝛥𝐿
̅̅̅̅
= 0,432 = 2,31303... ≈ 2,313 /m
1
 xy = f × ̅̅̅̅ = 400 × 2,313 = 925,212 Hz/m
𝛥𝐿

 x2 = f2 = 4002 = 160000 = 1,6 × 105 Hz2

Persamaan garis regresi yaitu sebagai berikut:


1
 ̅̅̅̅
= A + Bf
𝛥𝐿
2 𝛴𝑦 − 𝛴𝑥 𝛴𝑥 𝑦
𝛴𝑥𝑛 1.696.750×16,621 – 2850 ×9888,829
 A= 𝑛 𝑛
2 −(𝛴𝑥 )2
𝑛 𝑛
= = 0.05008..
𝑁𝛴𝑥𝑛 𝑛 (5 × 1.696.750)−(2850)2

≈ 5, 008 × 10−2
𝑁𝛴𝑥𝑛 𝑦𝑛 −𝛴𝑥𝑛 𝛴𝑦𝑛 ((5 × 9888,829)−(2850 ×16,621))
 B= 2 −(𝛴𝑥 )2 = 0.005744..≈ 5,744 × 10-3
𝑁𝛴𝑥𝑛 𝑛 ((5 × 1.696.750)−(2850)2 )

 Sehingga persamaan garis regresi dapat dituliskan sebagai berikut:


1
= 5,008 × 10−2 + 5,744 × 10−3 𝑓
̅̅̅̅
𝛥𝐿
Dengan ditemukannya nilai B, maka dapat ditentukan nilai vgrafik dengan
cara:
2 2
 𝑣𝑔𝑟𝑎𝑓𝑖𝑘 = 𝐵 = 5,744 × 10−3 = 348,189415. . ≈ 348,189 m⁄𝑠
𝑣𝑔𝑟𝑎𝑓𝑖𝑘 − 𝑣𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 348,189−347,507
 Error = | | × 100% = | | × 100% = 0,1963..% ≈
𝑣𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 347,507

0,196%
 Akurasi = 100% - error = 100% - 0,196% = 99,803%

15
Grafik Regresi

Grafik Regresi Antara Frekuensi dengan Satu per Rata-rata


1 Panjang Kolom Udara Resonansi
̅̅̅̅
𝛥𝐿
5
Satu per Panjang Kolom Udara (m-1)

4.5
y = 0.005744x + 0.05008 4.304
4
3.807
3.5
3.289
3 2.907
2.5
2.313
2
1.5
1 Data Hasil Percobaan
0.5 Garis Regresi Linear
0 f
0 100 200 300 400 500 600 700 800
Frekuensi Bunyi (Hz)

5.2 Menentukan Frekuensi Sumber Bunyi yang akan Ditera


Tabel Analisis Data untuk menentukan frekuensi sumber bunyi yang akan ditera
Frekuensi literatur dari sumber bunyi yang akan ditera = 532 Hz
vgrafik 2
L2 (m) L3 (m) ΔL(m) λ (m) f (Hz) δ𝑓𝑛 (Hz) δ𝑓𝑛 (Hz2)
(m/s)
348,189 0,458 0,791 0,333 0,666 521,305 -3,645 13,286
348,189 0,461 0,790 0,329 0,658 529,163 4,213 17,749
348,189 0,460 0,792 0,332 0,664 524,381 -0,569 0,324
𝑓 ̅ = 524,950 Hz

Contoh Perhitungan:
Data pertama (L2 = 0,458 dan L3 = 0,791) digunakan dalam contoh
perhitungan:
 ΔL = L3 – L2 = 0,791 – 0,458 = 0,333 m
 λ = 2 × ΔL = 2 × 0,333 = 0,666 m
𝑣𝑔𝑟𝑎𝑓𝑖𝑘 𝑣𝑔𝑟𝑎𝑓𝑖𝑘 348,189
 𝑓= = = = 521,3048048. . ≈ 521,305 Hz
λ 2ΔL 0,666

16
𝛴𝑓𝑖 521,305+529,163+524,381
 𝑓̅ = = = 524,950 Hz
𝑛 3

 δ𝑓𝑛 = 𝑓𝑛 − 𝑓 ̅ = 521,305 − 524,950 = −3,645 Hz

 2
δ𝑓𝑛 = (−3,645)2 = 13,286025 ≈ 13,286 Hz 2

𝛴δ2 13,286+17,749+0.324
 𝑛
𝑆𝑓̅ = √𝑛(𝑛−1) =√ = 2,28615. . ≈ 2,286 Hz
3(3−1)

 𝑓 = 𝑓 ̅ ± 𝑆𝑓̅ = 524,950 ± 2,286Hz

𝑓𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 = 532𝐻𝑧
𝑓̅ 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 − 𝑓𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 524,950−532
 error = | | × 100% = | | × 100% = 1,32518. . ≈
𝑓𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 532

1,325%

 akurasi = 100% - error = 100% - 1,325% ≈ 98.675%

VI. Pembahasan
Pada praktikum fisika kali ini, peneliti melakukan dua macam percobaan.
Percobaan pertama bertujuan untuk menentukan kecepatan rambat bunyi di udara
dan percobaan kedua bertujuan untuk menentukan frekuensi suatu sumber bunyi
yang akan ditera. Sumber bunyi tersebut berupa speaker berwana biru. Kedua
macam percobaan ini dilakukan dengan tabung resonansi sebagai alat utamanya.
Peneliti mencari panjang kolom udara resonansi dengan mengatur tinggi
rendahnya permukaan air pada tabung resonansi. Peneliti melakukan pengukuran
hal yang sama sebanyak tiga kali untuk mendukung keakuratan data yang diambil.
Selama melakukan percobaan, peneliti dapat melihat bahwa semakin besar
frekuensi yang digunakan, maka semakin kecil panjang kolom udara
resonansinya. Hal serupa juga terjadi pada selisih panjang kolom udara resonansi
yang makin kecil ketika frekuensi makin besar. Dari nilai selisih panjang kolom
udara resonansi ketiga dan kedua, diambillah nilai rata-ratanya yang akan
digunakan peneliti untuk mencari panjang gelombang dengan cara mengkalikan
dua sebab panjang kolom udara resonansi adalah setengah panjang gelombang,

17
λ
sesuai dengan rumus 𝐿 = (2𝑛 + 1) 4. Dalam hal ini, panjang kolom udara

resonansi pertama tidak digunakan sebab ketika resonansi pertama terjadi, perut
gelombang tidak terdapat tepat pada mulut tabung resonansi., melainkan berada
sedikit di atas mulut tabung, yaitu 0,3× 𝑑𝑡𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔 . Kecepatan bunyi di udara dapat
ditentukan ketika ada nilai frekuensi dan nilai panjang gelombang menurut rumus
v = λ × f. Di percobaan ini, peneliti mendapatkan beberapa nilai kecepatan bunyi
di udara dengan sedikit perbedaan. Untuk menyatukan beberapa nilai kecepatan
bunyi tersebut, peneliti membuat grafik regresi dan dapat ditentukan satu nilai
kecepatan bunyi di udara menurut grafik, yaitu sebesar 348,189 m/s. Kecepatan ini
2
didapat menurut rumus 𝑣𝑔𝑟𝑎𝑓𝑖𝑘 = 𝐵, dimana B merupakan konstanta pada grafik

regresi yang akan dibahas lebih lanjut pada bagian analisa grafik.
Peneliti menentukan pula seberapa akurat percobaan kali ini dengan
mencari eror dari nilai ini terhadap nilai kecepatan bunyi secara teoretis. Eror
yang terjadi yaitu sebesar 0,196%. Nilai kecepatan bunyi di udara ini juga
digunakan peneliti untuk menentukan frekuensi dari sumber bunyi yang ditera.
Langkah kerja percobaan penentuan frekuensi sumber bunyi sama dengan langkah
kerja percobaan penentuan cepat rambat bunyi di udara. Namun, peneliti
menggunakan kecepatan bunyi di udara tadi pada rumus v = λ × f untuk dapat
mencari frekuensi dari sumber bunyi yang ditera. Selain menentukan frekuensi,
peneliti juga menentukan standar deviasi untuk mengetahui persebaran variasi
data selama percobaan menentukan frekuensi sumber bunyi ini. Standar deviasi
dapat dihitung dengan menentukan terlebih dahulu nilai kuadrat dari selisih
frekuensi masing-masing data dengan frekuensi rata-rata. Peneliti menemukan
rata-rata frekuensi dari sumber bunyi adalah sebesar 524,950 Hz dengan standar
deviasi sebesar 2,286 Hz. Hasil ini memiliki keakuratan sebesar 98,675%
terhadap nilai frekuensi literatur.
Sesuai vgrafik, maka nilai kecepatan bunyi di udara sebesar 348,189 m/s.
Sedangkan perhitungan kecepatan rambat bunyi di udara secara teoretis
membutuhkan data berupa; tetapan laplace gas diatomik (1,4), Tetapan gas ideal
𝐽⁄
(8,314 𝑚𝑜𝑙°𝐾 ), suhu ruangan saat percobaan berlangsung (298,8 °K), dan massa

18
molekul udara (28,8× 10−3 𝑘𝑔/𝑚𝑜𝑙). Dengan menggunakan data tersebut,
peneliti dapatkan cepat rambat bunyi di udara secara teoretis sebesar 347,507 m/s.
Terdapat sedikit perbedaan antara kedua nilai tersebut, yaitu sebesar 0,682 m/s.
Tidak hanya terjadi dalam hal kecepatan bunyi di udara, frekuensi sumber bunyi
dengan frekuensi literatur juga menunjukkan adanya perbedaan. Pada percobaan
penentuan frekuensi sumber bunyi berupa speaker berwarna biru, peneliti
menggunakan rumus 𝑣 = 𝜆 × 𝑓. Sesuai dengan ketentuan yang diberikan, cepat
m
rambat bunyi di udara diambil dari vgrafik, yaitu sebesar 348,189 /s. Panjang
gelombang dapat peneliti rumuskan dengan 2 kali selisih panjang kolom udara
resonansi ke-2 dan resonansi ke-3, yakni 0,666 m (pengukuran pertama), 0,658 m
(pengukuran kedua), dan 0,664 m (pengukuran ketiga). Maka dari itu, peneliti
mendapatkan rata-rata frekuensi sumber bunyi dari speaker warna biru sebesar
524,950 Hz. Selanjutnya perhitungan ralat (standar deviasi) memerlukan data total
penjumahan dari kuadrat selisih frekuensi pada masing-masing resonansi terhadap
frekuensi rata-ratanya. Selanjutnya, data tersebut dapat diolah dengan rumus 𝑆𝑓̅ =

𝛴δ2𝑛
√ , dimana n merupakan jumlah data frekuensi resonansi percobaan.
𝑛(𝑛−1)

Hasilnya, peneliti mendapatkan frekuensi sumber bunyi beserta ralatnya (standar


deviasi) sebesar 524,950 ± 2,286 Hz. Data literatur speaker biru adalah 532Hz
Selisih kedua nilai frekuensi tersebut sebesar 7,05 Hz. Perbedaan nilai yang ada
ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti faktor peneliti maupun faktor alat itu
sendiri. Peneliti memiliki kapasitas pendengaran yang terbatas sehingga tidak
dapat menentukan dimanakah bunyi terkuat pada saat resonansi terjadi. Tak hanya
itu, peneliti juga memiliki keterbatasan penglihatan untuk menentukan panjang
kolom udara resonansi secara pasti dan akurat, ditambah dengan rollmeter yang
memiliki ketelitian terbatas mengakibatkan data yang didapat tidak mungkin
sempurna. Selain itu, alat yang digunakan untuk menghasilkan frekuensi tertentu
tidak dapat menghasilkan frekuensi yang diinginkan dengan stabil sehingga
menambah ketidaksempurnaan penelitian kali ini. Faktor lain yang mempengaruhi
yaitu headphone yang berulang kali menghasilkan suara yang tidak jelas membuat
peneliti tidak yakin dalam menentukan panjang kolom udara resonansi dengan

19
benar. Beberapa faktor penyebab error inilah yang membuat kecepatan bunyi di
udara secara percobaaan memiliki nilai yang sedikit berbeda dengan perhitungan
secara teori.
Setelah mendapatkan berbagai data tentang kecepatan bunyi di udara,
peneliti membuat suatu grafik untuk menentukan hubungan sebab akibat antara
variabel bebas dengan variabel terikat. Grafik yang diciptakan peneliti ialah grafik
yang menentukan hubungan antara frekuensi tertentu dengan rata-rata kebalikan
dari selisih panjang kolom udara resonansi. Sebagaimana dapat dilihat pada
grafik, sumbu X menunjukkan variabel bebas, yaitu frekuensi yang dapat diubah-
ubah oleh peneliti. Sementara itu, sumbu Y merupakan rata-rata kebalikan dari
selisih panjang kolom udara resonansi sebagai variabel terikat yang bergantung
pada variabel bebasnya. Dapat dilihat pula pada grafik, semakin besar nilai
frekuensi, semakin besar pula nilai rata-rata kebalikan dari selisih panjang kolom
udara resonansi. Pada grafik juga terdapat suatu garis linear yang disebut dengan
garis regresi, yaitu garis yang membantu peneliti untuk meramalkan pengaruh
suatu variabel bebas terhadap variabel terikat yang diteliti. Seperti persamaan
garis linear pada umumnya, garis regresi juga memiliki persamaan Y = Ax + B
1
dengan y adalah 𝛥𝐿
̅̅̅̅
dan x adalah f. Sementara itu, A dan B adalah konstanta yang

didapatkan dari perhitungan melalui tabel pembuatan garis regresi. Dari


perhitungan, didapatkan nilai A sebesar 5,744 × 10−3 dan nilai B sebesar
5,008 × 10−2 sehingga persamaan garis regresi yang terbentuk pada grafik
1
regresi adalah ̅̅̅̅
= 5,744 × 10−3 𝑓 + 5,008 × 10−2 . Dengan persamaan ini,
𝛥𝐿

peneliti dapat menentukan berapa nilai variabel terikat ketika mengubah variabel
bebas ke nilai tertentu. Di sekitar garis regresi tersebut, terdapat titik-titik yang
menjelaskan hasil percobaan. Kedudukan titik-titik ini dapat dibandingkan
terhadap garis regresi pada grafik. Semakin jauh titik yang ada dari garis regresi,
maka data hasil percobaan semakin tidak sesuai dengan ramalan garis regresi.
Sebaliknya, apabila titik pada grafik mendekati garis regresi, atau bahkan tepat
kedudukannya pada garis regresi, maka data hasil percobaan semakin
mencerminkan kebenaran dari ramalan garis regresi. Pada penelitian ini, peneliti

20
menemukan bahwa data hasil percobaan berada dekat dengan garis regresi yang
tertera pada grafik sehingga dapat disimpulkan bahwa data hasil percobaaan
mendekati ramalan garis regresi.
Pada percobaan untuk menentukan cepat rambat bunyi di udara, faktor
frekuensi mempengaruhi hasil percobaan peneliti. Nilai frekuensi berbanding
terbalik dengan panjang kolom udara ketika terjadi resonansi. Secara tidak
langsung, semakin besar frekuensi, semakin kecil jarak panjang kolom udara antar
2 resonansi. Terkait dengan nilai cepat rambat bunyi di udara, pada percobaan
pertama tidak ada faktor-faktor dari percobaan yang mempengaruhi nilai cepat
rambat bunyi di udara. Frekuensi tidak mempengaruhi cepat rambat bunyi di
udara karena besar nilai frekuensi berbanding terbalik dengan panjang gelombang,
sehingga perubahan frekuensi sumber bunyi akan menyeimbangkan nilai cepat
rambat bunyi di udara. Meskipun demikian, cepat rambat bunyi yang berbeda-
beda peneliti dapatkan karena adanya faktor error eksternal di luar sistem
percobaan yang mempengaruhi hasil data percobaan, seperti yang sudah
dijelaskan sebelumnya. Faktor-faktor yang mampu mempengaruhi nilai cepat
rambat bunyi di udara antara lain; suhu ruangan, tekanan udara ruangan, dan
γRT
massa molekul udara sesuai dengan dalil (𝑣 = √ ). Namun, faktor tersebut
𝑀

tidak termasuk dalam variabel bebas percobaan pertama. Pada percobaan kedua,
faktor yang mempengaruhi hasil percobaan peneliti adalah kecepatan rambat
bunyi grafik dan 2 kali panjang kolom udara saat terjadinya resonansi. Sesuai
dengan dalil 𝑣 = 𝜆 × 𝑓, kecepatan berbanding lurus dengan frekuensi sumber
bunyi, sedangkan panjang gelombang berbanding terbalik dengan frekuensi
sumber bunyi yang akan ditera.

VII. Kesimpulan
Gejala resonansi bunyi adalah gejala yang terjadi ketika frekuensi getaran
suatu benda sama dengan atau kelipatan bilangan bulat dari frekuensi sumbernya.
Pada percobaan kali ini, gejala resonansi terjadi ketika pada kolom udara
terdengar dengungan yang cukup keras. Pada saat itu terjadi gelombang

21
longitudinal stasioner. Pada permukaan air terdapat simpul gelombang, sedangkan
pada mulut tabung resonansi terdapat perut gelombang. Sehubungan dengan ini,
berarti jarak kolom udara antar 2 resonansi yang berdekatan ialah setengah
panjang gelombang.
Melalui hasil percobaan yang peneliti lakukan, peneliti dapat merumuskan
bahwa cepat rambat bunyi di udara sebesar 348,189 m/s. Berbeda dengan nilai
cepat rambat bunyi di udara secara teoretis sebesar 347,507 m/s.
Sesuai hasil analisis percobaan, sumber bunyi yang akan ditera dari
speaker berwarna biru adalah 524,950 Hz, sedangkan frekuensi literatur yang
peneliti terima ialah 532 Hz.

22
VIII. Daftar Pustaka
Cambridge University Press. “Wave.” Cambridge Dictionary. n.d. diakses 9
September, 2018 dari http://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/wave.

_____. “Medium.” Cambridge Dictionary. n.d. diakses 9 September, 2018


dari http://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/medium.

_____. “Frequency.” Cambridge Dictionary. n.d. diakses 9 September, 2018


dari http://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/frequency.

Crundell, Mike, Geoff Goodwin, dan Chris Mee. Cambridge International AS and
A Level Physics. London: Hodder Education, 2014.

Freedman, Roger A., Hugh D. Young, dan A. Lewis Ford. University Physics with
Modern Physics. 14th ed. Santa Barbara: Pearson Education, 2016.

Giancoli, Douglas C. Physics Principles with Applications. N.p.: Pearson


Education, 2014.

Gunadarma University. Bab6 Gelombang Bunyi. n.d. diakses pada 8 September


2018 dari http://tri_surawan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/40818/
Bab6_Gelombang+Bunyi.pdf

Halliday, David, Jearl Walker, dan Robert Resnick. Fundamentals of Physics.


10th ed. N.p.: John Wiley & Sons, 2014.

Mulyadi, Tedi. Pengertian Panjang Gelombang. n.d. diakses pada 8 September


2018 dari http://budisma.net/2015/03/pengertian-panjang-gelombang.html

Universitas Sumatera Utara. Resonansi-Gelombang Bunyi. n.d. diakses pada 8


September 2018 dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/12345678
9/39301/Chapter%20II.pdf;jsessionid=8113F4E11901A8CE91691D0259FF
44DF?sequence=4

23
Setiawan, Ebta. “Frekuensi.” Kamus Besar Bahasa Indonesia. n.d. diakses 9
September 2018 dari http://kbbi.web.id/frekuensi.

Oxford English Dictionary Editors. Medium. n.d. diakses diakses 9 September,


2018 dari https://en.oxforddictionaries.com/definition/medium.

_____. Wave. n.d. diakses diakses 9 September, 2018 dari


https://en.oxforddictionaries.com/definition/wave.

24
IX. Lampiran

No. Nama Alat Jumlah Gambar

1 Alat penghantar bunyi 1 buah


dari microphone ke
headphone

2 Tabung resonansi 1 buah

3 Sumber bunyi dengan 1 buah


frekuensi variabel

25
4 Sumber bunyi yang 1 buah
akan ditera (speaker
biru)

5 Headphone 1 buah

6 Speaker sumber bunyi 1 buah


dengan frekuensi
variabel

7 Rollmeter 1 buah

26
8 Microphone 1 buah

27

Anda mungkin juga menyukai