Gelombang Bunyi
Disusun Oleh:
Ferrent Auryn Hadiwijaya 160218024 / KP A
Devin Akeno Mackenzie 160218026 / KP A
Disusun Oleh:
Ferrent Auryn Hadiwijaya 160218024 / KP A
Devin Akeno Mackenzie 160218026 / KP A
1
I. Tujuan
1. Memahami gejala resonansi bunyi.
2. Menentukan kecepatan bunyi di udara.
3. Menentukan frekuensi sumber bunyi yang akan ditera.
2
2.1.2 Gelombang Longitudinal
Gelombang longitudinal merupakan sejenis gelombang mekanik
yang menyebabkan perpindahan partikel pada medium searah dengan arah
2.2 Bunyi
Bunyi termasuk gelombang mekanik, karena dalam perambatannya bunyi
memerlukan medium perantara. Ada tiga syarat agar terjadi bunyi yaitu ada
sumber bunyi, medium, dan pendengar. Bunyi dihasilkan oleh benda yang
bergetar, getaran itu merambat melalui medium menuju pendengar. Gelombang
3
bunyi merupakan gelombang longitudinal, karena gelombang berosilasi searah
dengan gerak gelombang tersebut, membentuk daerah bertekanan tinggi dan
rendah (rapatan dan renggangan). Partikel yang saling berdesakan akan
menghasilkan gelombang bertekanan tinggi, sedangkan molekul yang meregang
akan menghasilkan gelombang bertekanan rendah. Kedua jenis gelombang ini
menyebar dari sumber bunyi dan bergerak secara bergantian pada medium.
2.3 Medium
Menurut Merriam-Webster Dictionary (n.d.), medium didefinisikan
sebagai sebuah zat yang berfungsi untuk mempengaruhi atau menyampaikan
sesuatu. Oxford Online Dictionary (n.d.) mendefinisikan medium sebagai sebuah
zat dimana tayangan sensorik disampaikan atau kekuatan fisik dikirimkan. Selain
itu, Cambridge Online Dictionary (n.d.) mendefinisikan medium sebagai sebuah
zat di mana sesuatu tumbuh, tinggal, atau sebagai zat yang dilalui sesuatu dalam
pergerakan. Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
medium adalah sebuah zat yang berfungsi sebagai perantara untuk menyampaikan
tayangan fisik.
4
Cepat rambat bunyi di gas bergantung pada jenis partikel yang
membentuk gas tersebut. Persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut:
γRT
𝑣=√
𝑀
Keterangan:
γ = konstanta Laplace
R = tetapan umum gas (8,314 J/mol °K)
T = suhu mutlak gas (°K)
M = massa molekul gas (kilogram/mol)
E
𝑣=√
ρ
Keterangan:
E = modulus Young zat padat (N/m2)
ρ = massa jenis zat padat (kg/m3)
B
𝑣=√
ρ
Keterangan:
B = modulus Bulk (N/m2)
ρ = massa jenis zat cair (kg/m3)
5
2.5 Unsur-Unsur Bunyi
Unsur-unsur bunyi antara lain sebagai berikut:
2.5.1 Tinggi Nada Bunyi
Semakin banyak jumlah getaran yang dihasilkan dalam satu selang
waktu tertentu, bunyi yang dihasilkan akan semakin tinggi. nyaring. Pada
getaran yang semakin sedikit, bunyi yang terdengar 4 bernada rendah. Hal
tersebut membuktikan bahwa tinggi nada bergantung pada frekuensi
sumber bunyi.
2.5.2 Kuat Bunyi
Kuat bunyi yang dihasilkan bergantung pada amplitude/simpangan
getaran. Semakin besar simpangan, maka kuat bunyi yang dihasilkan
semakin kuat.
2.5.3 Warna Bunyi
Warna bunyi merupakan bunyi khas yang ditimbulkan oleh suatu
sumber bunyi. Bunyi gitar berbeda dengan bunyi biola, itu karena ada
warna bunyi. Perbedaan tersebut terjadi karena gabungan nada atas dan
nada dasar dari sumber bunyi berbedabeda walaupun frekuensinya sama.
2.5.4 Batas Pendengaran
Manusia dan hewan dilengkapi dengan alat pendengaran. Namun,
kemampuan pendengarannya berbeda-beda. Batas kemampuan
pendengaran diukur berdasarkan frekuensi bunyi. Manusia normal
memiliki batas pendengaran antara 20 hertz sampai dengan 20.000 hertz.
Daerah frekuensi tersebut dinamakan frekuensi audio, sedangkan daerah
frekuensi di bawah 20 hertz disebut infrasonik. Sementara itu, daerah di
atas frekuensi dengar atau di atas 20.000 hertz disebut ultrasonik.
2.5.5 Frekuensi Bunyi
KBBI (n.d.) mendefinisikan frekuensi sebagai jumlah getaran
gelombang suara per detik. Cambridge Online Dictionary (n.d.)
mendefinisikan frekuensi sebagai jumlah gelombang, terutama cahaya,
gelombang bunyi, atau gelombang radio, yang dihasilkan dalam waktu
tertentu, terutama dalam satu detik. Buku Fundamentals of Physics 10th
6
Edition (Halliday dan Resnick 2014) mendefinisikan frekuensi sebagai
jumlah yang menunjukkan berapa kali sebuah gelombang melakukan
osilasi penuh dalam satu detik. Berdasarkan definisi-definisi yang telah
dipaparkan oleh sumber-sumber di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
frekuensi adalah jumlah getaran dari gelombang yang dihasilkan dalam
satu detik.
𝑛 1
𝑓= =
𝑡 𝑇
Keterangan:
f = Frekuensi (Hz)
n = banyaknya gelombang yang terjadi
t = waktu (sekon)
T = periode (sekon)
2.5.6 Panjang Gelombang Bunyi
Panjang gelombang adalah jarak antara dua titik yang berdekatan
secara identik dalam gelombang. Hal ini biasanya diukur antara dua titik
agar mudah diidentifikasi, seperti dua puncak yang berdekatan atau
lembah dalam bentuk gelombang.
Panjang gelombang berbanding terbalik dengan frekuensi. Hal ini
berarti jika dua gelombang berjalan dengan kecepatan yang sama,
gelombang dengan frekuensi yang lebih tinggi akan memiliki panjang
gelombang yang lebih pendek. Demikian juga, jika satu gelombang
memiliki panjang gelombang lebih panjang dari gelombang lain, akan
memiliki frekuensi yang lebih rendah jika kedua gelombang berjalan
7
dengan kecepatan yang sama. Rumus berikut dapat digunakan untuk
menentukan panjang gelombang:
v
λ=
f
Keterangan:
λ = panjang gelombang (m)
v = cepat rambat gelombang (m/s)
f = frekuensi gelombang (Hz)
Gelombang dalam spektrum elektromagnetik, seperti gelombang
radio dan gelombang cahaya, memiliki panjang gelombang yang lebih
pendek dari gelombang bunyi. Oleh karena itu, panjang gelombang ini
biasanya diukur dalam milimeter atau nanometer, bukan sentimeter atau
meter.
8
sistem fisis yang ikut bergetar adalah molekul-molekul udara yang berada dalam
kolom.
9
sebab itu, ada faktor koreksi ujung tabung ∆L sehingga didapat persamaan baru
sebagai berikut:
nλ
𝐿𝑛 + ∆𝐿 =
4
Keterangan:
Ln = Panjang tabung pada saat resonansi ke n (m)
10
5. Panjang kolom udara, yaitu jarak dari mulut tabung resonansi sampai ke
permukaan air, dicatat. Rollmeter yang melekat pada tabung resonansi
digunakan untuk mengukur panjang kolom udara.
6. Permukaan air dinaikkan kembali ke posisi semula, lalu langkah 4 dan 5
diulangi untuk mengukur lagi panjang kolom udara yang kedua dan ketiga
kalinya.
7. Secara perlahan-lahan permukaan air, diturunkan lagi dalam tabung resonansi
dengan pengontrol permukaan air sampai terdengar suara dengung yang keras
kembali. Resonansi bunyi ke 2, ke 3, dan seterusnya ditunjukkan oleh
dengungan keras ini.
8. Langkah 4 sampai 7 diulangi.
9. Langkah 4 sampai 8 diulangi dengan frekuensi yang berbeda. Frekuensi yang
digunakan berkisar antara 400Hz sampai 900Hz dengan interval 50Hz sampai
100Hz.
10. Speaker berwarna dihidupkan dan alat di atas mulut tabung resonansi diatur
sedemikian rupa sehingga mulut speaker berhadapan langsung dengan mulut
tabung resonansi. Speaker diletakkan pada tempat speaker sendiri, sedangkan
posisi microphone masih sedikit berada di dalam tabung resonansi.
11. Langkah 4 sampai 7 diulangi kembali. Panjang kolom udara dicari dan
digunakan untuk mencari frekuensi speaker berwarna tersebut.
12. Suhu udara dan tekanan udara dicatat sebelum melakukan percobaan.
11
4.1 Menentukan Kecepatan Bunyi Di Udara
Tabel Hasil Pengukuran
4.1.1 Frekuensi sumber bunyi f1 = 400 Hz
Panjang kolom Pengukuran ke:
udara (cm) 1 2 3
L1 19,0 18,7 18,8
L2 61,4 61,2 61,4
L3 104,4 104,6 104,7
12
4.1.5 Frekuensi sumber bunyi f5 = 740 Hz
Panjang kolom Pengukuran ke:
udara (cm) 1 2 3
L1 8,8 9,0 9,1
L2 32,0 32,1 32,2
L3 55,3 55,4 55,3
V. Analisa Data
5.1 Menentukan Kecepatan Bunyi Di Udara
Tabel Analisis Data untuk menentukan kecepatan bunyi di udara
Panjang Pengukuran ke:
Frekuensi ̅̅̅̅
𝜟𝑳
kolom v (m/s)
(Hz) 1 2 3 (m)
udara (m)
L2 0,614 0,612 0,614
400
L3 1,044 1,046 1,047 0,432 345,600
ΔL (m) 0,430 0,434 0,433
L2 0,516 0,515 0,516
485
L3 0,862 0,858 0,859 0,344 333,680
ΔL (m) 0,346 0,343 0,343
L2 0,423 0,423 0,424
570 0,304 346,560
L3 0,727 0,728 0,727
13
ΔL (m) 0,304 0,305 0,303
L2 0,368 0,367 0,369
655
L3 0,630 0,631 0,631 0,263 344,530
ΔL (m) 0,262 0,264 0,262
L2 0,320 0,321 0,322
740
L3 0,553 0,554 0,553 0,232 343,360
ΔL (m) 0,233 0,233 0,231
Contoh Perhitungan:
Sebagai contoh, untuk menghitung nilai ΔL, diambil data dari pengukuran
ke 1 pada frekuensi 400 Hz, sedangkan untuk menghitung nilai ̅̅̅
𝛥𝐿̅ dan v, diambil
dari keseluruhan data pada frekuensi 400 Hz.
1𝑚
L2 pada frekuensi 400 Hz pengukuran 1 = 61,4 cm = 61,4 𝑐𝑚 × 100 𝑐𝑚 =
0,614 m
ΔL = L3 – L2 = 1,044 – 0,614 = 0,430 m
v = λ × f = 2 × ̅̅̅
𝛥𝐿̅ × f = 2 × 0,432 × 400 = 345,600 m/s
14
1
y = 𝛥𝐿
̅̅̅̅
≈ 5, 008 × 10−2
𝑁𝛴𝑥𝑛 𝑦𝑛 −𝛴𝑥𝑛 𝛴𝑦𝑛 ((5 × 9888,829)−(2850 ×16,621))
B= 2 −(𝛴𝑥 )2 = 0.005744..≈ 5,744 × 10-3
𝑁𝛴𝑥𝑛 𝑛 ((5 × 1.696.750)−(2850)2 )
0,196%
Akurasi = 100% - error = 100% - 0,196% = 99,803%
15
Grafik Regresi
4.5
y = 0.005744x + 0.05008 4.304
4
3.807
3.5
3.289
3 2.907
2.5
2.313
2
1.5
1 Data Hasil Percobaan
0.5 Garis Regresi Linear
0 f
0 100 200 300 400 500 600 700 800
Frekuensi Bunyi (Hz)
Contoh Perhitungan:
Data pertama (L2 = 0,458 dan L3 = 0,791) digunakan dalam contoh
perhitungan:
ΔL = L3 – L2 = 0,791 – 0,458 = 0,333 m
λ = 2 × ΔL = 2 × 0,333 = 0,666 m
𝑣𝑔𝑟𝑎𝑓𝑖𝑘 𝑣𝑔𝑟𝑎𝑓𝑖𝑘 348,189
𝑓= = = = 521,3048048. . ≈ 521,305 Hz
λ 2ΔL 0,666
16
𝛴𝑓𝑖 521,305+529,163+524,381
𝑓̅ = = = 524,950 Hz
𝑛 3
2
δ𝑓𝑛 = (−3,645)2 = 13,286025 ≈ 13,286 Hz 2
𝛴δ2 13,286+17,749+0.324
𝑛
𝑆𝑓̅ = √𝑛(𝑛−1) =√ = 2,28615. . ≈ 2,286 Hz
3(3−1)
𝑓𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 = 532𝐻𝑧
𝑓̅ 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 − 𝑓𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 524,950−532
error = | | × 100% = | | × 100% = 1,32518. . ≈
𝑓𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 532
1,325%
VI. Pembahasan
Pada praktikum fisika kali ini, peneliti melakukan dua macam percobaan.
Percobaan pertama bertujuan untuk menentukan kecepatan rambat bunyi di udara
dan percobaan kedua bertujuan untuk menentukan frekuensi suatu sumber bunyi
yang akan ditera. Sumber bunyi tersebut berupa speaker berwana biru. Kedua
macam percobaan ini dilakukan dengan tabung resonansi sebagai alat utamanya.
Peneliti mencari panjang kolom udara resonansi dengan mengatur tinggi
rendahnya permukaan air pada tabung resonansi. Peneliti melakukan pengukuran
hal yang sama sebanyak tiga kali untuk mendukung keakuratan data yang diambil.
Selama melakukan percobaan, peneliti dapat melihat bahwa semakin besar
frekuensi yang digunakan, maka semakin kecil panjang kolom udara
resonansinya. Hal serupa juga terjadi pada selisih panjang kolom udara resonansi
yang makin kecil ketika frekuensi makin besar. Dari nilai selisih panjang kolom
udara resonansi ketiga dan kedua, diambillah nilai rata-ratanya yang akan
digunakan peneliti untuk mencari panjang gelombang dengan cara mengkalikan
dua sebab panjang kolom udara resonansi adalah setengah panjang gelombang,
17
λ
sesuai dengan rumus 𝐿 = (2𝑛 + 1) 4. Dalam hal ini, panjang kolom udara
resonansi pertama tidak digunakan sebab ketika resonansi pertama terjadi, perut
gelombang tidak terdapat tepat pada mulut tabung resonansi., melainkan berada
sedikit di atas mulut tabung, yaitu 0,3× 𝑑𝑡𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔 . Kecepatan bunyi di udara dapat
ditentukan ketika ada nilai frekuensi dan nilai panjang gelombang menurut rumus
v = λ × f. Di percobaan ini, peneliti mendapatkan beberapa nilai kecepatan bunyi
di udara dengan sedikit perbedaan. Untuk menyatukan beberapa nilai kecepatan
bunyi tersebut, peneliti membuat grafik regresi dan dapat ditentukan satu nilai
kecepatan bunyi di udara menurut grafik, yaitu sebesar 348,189 m/s. Kecepatan ini
2
didapat menurut rumus 𝑣𝑔𝑟𝑎𝑓𝑖𝑘 = 𝐵, dimana B merupakan konstanta pada grafik
regresi yang akan dibahas lebih lanjut pada bagian analisa grafik.
Peneliti menentukan pula seberapa akurat percobaan kali ini dengan
mencari eror dari nilai ini terhadap nilai kecepatan bunyi secara teoretis. Eror
yang terjadi yaitu sebesar 0,196%. Nilai kecepatan bunyi di udara ini juga
digunakan peneliti untuk menentukan frekuensi dari sumber bunyi yang ditera.
Langkah kerja percobaan penentuan frekuensi sumber bunyi sama dengan langkah
kerja percobaan penentuan cepat rambat bunyi di udara. Namun, peneliti
menggunakan kecepatan bunyi di udara tadi pada rumus v = λ × f untuk dapat
mencari frekuensi dari sumber bunyi yang ditera. Selain menentukan frekuensi,
peneliti juga menentukan standar deviasi untuk mengetahui persebaran variasi
data selama percobaan menentukan frekuensi sumber bunyi ini. Standar deviasi
dapat dihitung dengan menentukan terlebih dahulu nilai kuadrat dari selisih
frekuensi masing-masing data dengan frekuensi rata-rata. Peneliti menemukan
rata-rata frekuensi dari sumber bunyi adalah sebesar 524,950 Hz dengan standar
deviasi sebesar 2,286 Hz. Hasil ini memiliki keakuratan sebesar 98,675%
terhadap nilai frekuensi literatur.
Sesuai vgrafik, maka nilai kecepatan bunyi di udara sebesar 348,189 m/s.
Sedangkan perhitungan kecepatan rambat bunyi di udara secara teoretis
membutuhkan data berupa; tetapan laplace gas diatomik (1,4), Tetapan gas ideal
𝐽⁄
(8,314 𝑚𝑜𝑙°𝐾 ), suhu ruangan saat percobaan berlangsung (298,8 °K), dan massa
18
molekul udara (28,8× 10−3 𝑘𝑔/𝑚𝑜𝑙). Dengan menggunakan data tersebut,
peneliti dapatkan cepat rambat bunyi di udara secara teoretis sebesar 347,507 m/s.
Terdapat sedikit perbedaan antara kedua nilai tersebut, yaitu sebesar 0,682 m/s.
Tidak hanya terjadi dalam hal kecepatan bunyi di udara, frekuensi sumber bunyi
dengan frekuensi literatur juga menunjukkan adanya perbedaan. Pada percobaan
penentuan frekuensi sumber bunyi berupa speaker berwarna biru, peneliti
menggunakan rumus 𝑣 = 𝜆 × 𝑓. Sesuai dengan ketentuan yang diberikan, cepat
m
rambat bunyi di udara diambil dari vgrafik, yaitu sebesar 348,189 /s. Panjang
gelombang dapat peneliti rumuskan dengan 2 kali selisih panjang kolom udara
resonansi ke-2 dan resonansi ke-3, yakni 0,666 m (pengukuran pertama), 0,658 m
(pengukuran kedua), dan 0,664 m (pengukuran ketiga). Maka dari itu, peneliti
mendapatkan rata-rata frekuensi sumber bunyi dari speaker warna biru sebesar
524,950 Hz. Selanjutnya perhitungan ralat (standar deviasi) memerlukan data total
penjumahan dari kuadrat selisih frekuensi pada masing-masing resonansi terhadap
frekuensi rata-ratanya. Selanjutnya, data tersebut dapat diolah dengan rumus 𝑆𝑓̅ =
𝛴δ2𝑛
√ , dimana n merupakan jumlah data frekuensi resonansi percobaan.
𝑛(𝑛−1)
19
benar. Beberapa faktor penyebab error inilah yang membuat kecepatan bunyi di
udara secara percobaaan memiliki nilai yang sedikit berbeda dengan perhitungan
secara teori.
Setelah mendapatkan berbagai data tentang kecepatan bunyi di udara,
peneliti membuat suatu grafik untuk menentukan hubungan sebab akibat antara
variabel bebas dengan variabel terikat. Grafik yang diciptakan peneliti ialah grafik
yang menentukan hubungan antara frekuensi tertentu dengan rata-rata kebalikan
dari selisih panjang kolom udara resonansi. Sebagaimana dapat dilihat pada
grafik, sumbu X menunjukkan variabel bebas, yaitu frekuensi yang dapat diubah-
ubah oleh peneliti. Sementara itu, sumbu Y merupakan rata-rata kebalikan dari
selisih panjang kolom udara resonansi sebagai variabel terikat yang bergantung
pada variabel bebasnya. Dapat dilihat pula pada grafik, semakin besar nilai
frekuensi, semakin besar pula nilai rata-rata kebalikan dari selisih panjang kolom
udara resonansi. Pada grafik juga terdapat suatu garis linear yang disebut dengan
garis regresi, yaitu garis yang membantu peneliti untuk meramalkan pengaruh
suatu variabel bebas terhadap variabel terikat yang diteliti. Seperti persamaan
garis linear pada umumnya, garis regresi juga memiliki persamaan Y = Ax + B
1
dengan y adalah 𝛥𝐿
̅̅̅̅
dan x adalah f. Sementara itu, A dan B adalah konstanta yang
peneliti dapat menentukan berapa nilai variabel terikat ketika mengubah variabel
bebas ke nilai tertentu. Di sekitar garis regresi tersebut, terdapat titik-titik yang
menjelaskan hasil percobaan. Kedudukan titik-titik ini dapat dibandingkan
terhadap garis regresi pada grafik. Semakin jauh titik yang ada dari garis regresi,
maka data hasil percobaan semakin tidak sesuai dengan ramalan garis regresi.
Sebaliknya, apabila titik pada grafik mendekati garis regresi, atau bahkan tepat
kedudukannya pada garis regresi, maka data hasil percobaan semakin
mencerminkan kebenaran dari ramalan garis regresi. Pada penelitian ini, peneliti
20
menemukan bahwa data hasil percobaan berada dekat dengan garis regresi yang
tertera pada grafik sehingga dapat disimpulkan bahwa data hasil percobaaan
mendekati ramalan garis regresi.
Pada percobaan untuk menentukan cepat rambat bunyi di udara, faktor
frekuensi mempengaruhi hasil percobaan peneliti. Nilai frekuensi berbanding
terbalik dengan panjang kolom udara ketika terjadi resonansi. Secara tidak
langsung, semakin besar frekuensi, semakin kecil jarak panjang kolom udara antar
2 resonansi. Terkait dengan nilai cepat rambat bunyi di udara, pada percobaan
pertama tidak ada faktor-faktor dari percobaan yang mempengaruhi nilai cepat
rambat bunyi di udara. Frekuensi tidak mempengaruhi cepat rambat bunyi di
udara karena besar nilai frekuensi berbanding terbalik dengan panjang gelombang,
sehingga perubahan frekuensi sumber bunyi akan menyeimbangkan nilai cepat
rambat bunyi di udara. Meskipun demikian, cepat rambat bunyi yang berbeda-
beda peneliti dapatkan karena adanya faktor error eksternal di luar sistem
percobaan yang mempengaruhi hasil data percobaan, seperti yang sudah
dijelaskan sebelumnya. Faktor-faktor yang mampu mempengaruhi nilai cepat
rambat bunyi di udara antara lain; suhu ruangan, tekanan udara ruangan, dan
γRT
massa molekul udara sesuai dengan dalil (𝑣 = √ ). Namun, faktor tersebut
𝑀
tidak termasuk dalam variabel bebas percobaan pertama. Pada percobaan kedua,
faktor yang mempengaruhi hasil percobaan peneliti adalah kecepatan rambat
bunyi grafik dan 2 kali panjang kolom udara saat terjadinya resonansi. Sesuai
dengan dalil 𝑣 = 𝜆 × 𝑓, kecepatan berbanding lurus dengan frekuensi sumber
bunyi, sedangkan panjang gelombang berbanding terbalik dengan frekuensi
sumber bunyi yang akan ditera.
VII. Kesimpulan
Gejala resonansi bunyi adalah gejala yang terjadi ketika frekuensi getaran
suatu benda sama dengan atau kelipatan bilangan bulat dari frekuensi sumbernya.
Pada percobaan kali ini, gejala resonansi terjadi ketika pada kolom udara
terdengar dengungan yang cukup keras. Pada saat itu terjadi gelombang
21
longitudinal stasioner. Pada permukaan air terdapat simpul gelombang, sedangkan
pada mulut tabung resonansi terdapat perut gelombang. Sehubungan dengan ini,
berarti jarak kolom udara antar 2 resonansi yang berdekatan ialah setengah
panjang gelombang.
Melalui hasil percobaan yang peneliti lakukan, peneliti dapat merumuskan
bahwa cepat rambat bunyi di udara sebesar 348,189 m/s. Berbeda dengan nilai
cepat rambat bunyi di udara secara teoretis sebesar 347,507 m/s.
Sesuai hasil analisis percobaan, sumber bunyi yang akan ditera dari
speaker berwarna biru adalah 524,950 Hz, sedangkan frekuensi literatur yang
peneliti terima ialah 532 Hz.
22
VIII. Daftar Pustaka
Cambridge University Press. “Wave.” Cambridge Dictionary. n.d. diakses 9
September, 2018 dari http://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/wave.
Crundell, Mike, Geoff Goodwin, dan Chris Mee. Cambridge International AS and
A Level Physics. London: Hodder Education, 2014.
Freedman, Roger A., Hugh D. Young, dan A. Lewis Ford. University Physics with
Modern Physics. 14th ed. Santa Barbara: Pearson Education, 2016.
23
Setiawan, Ebta. “Frekuensi.” Kamus Besar Bahasa Indonesia. n.d. diakses 9
September 2018 dari http://kbbi.web.id/frekuensi.
24
IX. Lampiran
25
4 Sumber bunyi yang 1 buah
akan ditera (speaker
biru)
5 Headphone 1 buah
7 Rollmeter 1 buah
26
8 Microphone 1 buah
27