Di susun oleh :
Dewi Atikoh
(H1E013049)
SEMESTER GENAP
TAHUN AKADEMIK 2015/2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Bunyi sering dikaitkan dengan indra pendengaran beserta fisiologi
telinga dan otak. Gelombang bunyi mampu menginterpretasikan sesuatu
yang datang ke telinga. Intensitas bunyi yang dapat didengar oleh telinga
hanya berkisar 20-20000 Hz. Jika terlalu kecil atau terlalu besar, maka
telinga tidak dapat menangkapnya (mendengar). Agar penggunaan bunyi
sesuai dengan daya tangkap telinga (khususnya telinga manusia), maka
diperlukan pengukuran intensitas bunyi. Pengukuran taraf intensitas bunyi
dilakuan dengan percobaan taraf intensitas bunyi.
1.2.
Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gelombang bunyi merupakan gelombang,mekanik karena membutuhkan
medium untuk merambat dan juga termasuk gelombang longitudinal karena
gelombangnya searah dengan arah rambat. Gelombang tidak dapat merambat di
dalam ruang hampa udara karena dalam ruang udara tidak ada pertikel-partikel
udara. Karena bunyi sebagai gelombang, maka bunyi memiliki sifat-sifat yang
sama dengan sifat-sifat gelombang diantaranya :
1. Refleksi (dapat dipantulkan)
Bunyi dapat dipantulkan terjadi apabila bunyi mengenai permukaan benda
yang keras, seperti permukaan dinding batu, semen, besi, kaca, dan seng.
2. Reflaksi (dapat dibiaskan)
Reflaksi merupakan pembelokkan arah lintasan gelombang setelah melewati
bidang batas antara dua medium yang berbeda.
3. Interferensi (dapat dipadukan)
Interferensi bunyi sama seperti interferensi cahaya yang memerlukan dua
sumber bunyi yang koheren.
4. Difraksi (dapat dilenturkan)
Difraksi merupakan peristiwa pelenturan gelombang bunyi ketika melewati
suatu celah sempit (Halliday dan Resnick, 1989).
Sumber bunyi adalah semua benda yang bergetar dan menghasilkan suara
merambat melalui medium atau zat perantara sampai ke telingan. Bunyi
dihasilkan oleh benda yang bergetar. Syarat terjadinya bunyi adalah :
Sumber bunyi
Sumber bunyi merupakan benda-benda yang menghasilkan bunyi,
diantaranya : berbagai alat music seperti gitar, piano, seruling, dan lain-lain.
Pendengar
Bunyi dapat didengar apabila ada pendengar. Manusia dilengkapi
indra pendengar, yaitu telinga sebagai alat pendengar.Getaran yang berasal
dari benda-benda yang bergetar, sampai ke telinga kita pada umumnya
melalui udara dalam bentuk gelombang. Karena gelombang yang berada di
udara hanya gelombang longitudinal, maka bunyi merambat melalui udara
selalu dalam bentuk gelombang longitudinal. Gelombang longitudinal
adalah perapatan dan perenggangan yang dapat merambat melalui ketiga
wujud zat yaitu : wujud padat, cair dan gas.
Bunyi atau suara dapat terdengar karena adanya gangguan yang menjalar ke
Cp
Cv
gas dwiatomik seperti oksigen, nitrogen dan udara, nilai -nya adalah
7/5 atau 1,4.
Intensitas gelombang bunyi di suatu titik didefinisikan sebagai laju garis
gelombang bunyi rata-rata yang diasumsikan sebagai laju garis gelombang bunyi
rata-rata yang ditransmisikan dalam arah tertentu melalui satu satuan luasan yang
tegak lurus. Persamaan Intensitas gelombang bunyi (I) adalah :
I=
W
A
W
2
4r
Kekerasan gelombang bunyi atau taraf intensitas bunyi biasanya dinyatakan dalam
satuan decibel (dB), yaitu :
SL ( dB ) =10 log
I
I0
dengan : I : intensitas
I0 : intensitas ambang (10-12 W/m2)
(Hartono, 2006).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Percobaan Taraf Intensitas Bunyi dilaksanakan pada hari Rabu, 18
Mei 2016 di Laboratorium Fisika Inti dan Material Jurusan Fisika, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Jenderal Soedirman.
Tempat
pengambilan
data
dilakukan
di
Lapangan
Kelurahan
3.2.
3.3.
3.
Termometer
4.
Higrometer
5.
Accu/Baterai
6.
Sirine
7.
8.
Langkah Kerja
1. Meletakkan sumber bunyi berupa sirine dengan frekwensi tertentu pada
ketinggian 150 cm. (Meletakkan kalkson/sirine ditengah-tengah lokasi
pengukuran)
5. Mengukur sumber bunyi latar yang berasal dari sumber bunyi lain yang
ada, (misalnya kendaraan bermotor, angin dan lain-lain) pada tempat
pengukuran dengan cara mematikan sirine
3.4.
Flowchart
aksimum dan mengukur taraf intensitas bunyi sirine pada jarak 5m, 10 m, 15 m, 20 m, 25 m, dan 30 m di sisi utara, selatan, barat, timur, te
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
A. Data Pengamatan dan Perhitungan
N
o
Jarak
(m)
5
10
15
20
25
30
5
10
15
20
25
30
5
10
15
20
25
30
5
10
15
20
25
30
5
10
15
20
Taraf
Intensitas
Ratarata
87,85
80,45
74,85
72,8
73,55
71,95
86,75
76,85
75,15
75,75
75,9
73,8
71,85
73,8
76,15
78,15
80,85
86,4
73,4
75,25
77,35
76,1
80,5
86,3
74,3
76,05
76,4
76,65
25
30
5
10
15
20
25
30
5
10
15
20
25
30
5
10
15
20
25
30
0,4
0,8
0,2
0
1,4
0,9
0,4
0,8
0,4
0,4
0,1
0,5
1,1
1,4
0,4
0,4
0,1
0,5
1,1
1,4
0,5
0,2
0,1
0,1
1,4
0,7
0,5
0,2
0,4
0
0
0,5
1,5
1,5
0,4
0
0
0,5
1,5
1,5
barat laut
barat
daya
timur
laut
80
86,2
72,5
74,7
74,2
78,2
80,3
86,8
71,6
72,6
76,5
76,2
81,1
86,9
73,6
77,1
77,9
78,8
81
86,8
81,2
87,6
70,1
75,6
76,2
75,7
80,1
86,5
70,8
73,4
76,1
78
80,7
86,8
74,3
76,3
76,2
75
81,8
86,1
80,6
86,9
71,3
75,15
75,2
76,95
80,2
86,65
71,2
73
76,3
77,1
80,9
86,85
73,95
76,7
77,05
76,9
81,4
86,45
Perhitungan Manual
I =
1. I =
W
W
=
A 4 r2
12,65
=0,02 dB
4 (5)2
, w= 12,65 watt
*. SL(dB) = 10 log
0,02
12
10
*. SL(dB) = 10 log
0,005
1012
*. SL(dB) = 10 log
0.002
1012
*. SL(dB) = 10 log
0.001
12
10
= 103,04
2. I =
12,65
2
4 (10) = 0,005 dB
= 97,02
3. I =
12,65
2
4 (15) = 0,002 dB
= 93,5
4. I =
12,65
2
4 (20)
= 91,0
= 0,001 dB
5. I =
12,65
2
4 (25)
= 0,0008 dB
*. SL(dB) = 10 log
0.0008
1012
= 0,0005 dB
*. SL(dB) = 10 log
0.0005
1012
89,06
6. I =
12,65
4 (30)2
87,47
4.2. PEMBAHASAN
Bunyi adalah bentuk gelombang longitudinal, yang merambat secara
perapatan dana pereganggan terbentuk oleh partikel zat perantara serta
ditimbulkan oleh sumber bunyi yang mengalami getaran. Gelombang bunyi
adalah
gelombang
yang
dirambatan
sebagai
gelombang
mekanik
longitudinal yang dapat menjalar dalam medium padat, cair, dan gas.
Medium gelombang bunyi ini adalah molekul yang membentuk bahan
medium mekanik (Sutrisno, 1982). Taraf intensitas bunyi bisa diartikan
dengan tingkat kebisingan suatu bunyi pada pendengaran manusia. Adapun
faktor yang mempengaruhi penjalaran gelombang bunyi adalah bentuk
geometri sumber, keadaan atmosfer di sekitarnya, dan efek permukaan.
Berdasarkan perhitungan yang telah diperoleh, diketahui bahwa nilai
Intensitas gelombang bunyi dalam perhitungan tidak sama dengan nilai
Intensitas gelombang bunyi yang terukur. Hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor, diantaranya :
1.
Adanya
angin
yang
berhembus
dari
berbagai
arah
yang
menyebabkan tidak akuratnya nilai yang terukur oleh Sound Level Meter
(SLM).
2.
3.
disimpulkan semakin panjang atau jauh dari pusat bunyi jarak yang diukur
maka nilai intensitasnya akan semakin kecil. Hal ini disebabkan karena
adanya beberapa factor, yaitu : kecepatan angin, temperature, kelembaban,
juga kebisingan latar yang terdapat dilokasi pengukuran sangat tinggi,
karena dekat dengan jalan dan pemukiman padat penduduk.
BAB V
PENUTUP
6.1.
Kesimpulan
1. Nilai taraf intensitas bunyi yang diperoleh dengan pengukuran pada jarak
5 m, 10 m, 15 m, 20 m, 25 m, dan 30 m adalah 0,02 dB ; 0,005 dB ;
0,002 dB ; 0,001 dB ; 0,0008 dan 0,0005 dB.
2. Nilai serapan energi gelombang bunyi di udara adalah 103,04 ; 97,02 ;
93,5 ; 91,0 ; 89,0 ; dan 87,4.
3. Nilai taraf intensitas bunyi yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin
jauh jarak dari sumber bunyi maka nilai taraf intensitasnya akan semakin
kecil. selain itu juga dipengaruhi oleh adanya kecepatan angin,
kebisingan latar, temperature dan kelembaban.
4. Peta kontur sebaran intensitas bunyi yang diperoleh adalah :
6.2.
Saran
Percobaan sebaiknya dilakukan ditempat yang tidak terlalu banyak
adanya kebisingan, sehingga dapat memperoleh nilai taraf intensitas bunyi
yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Halliday, D., dan Resnick, R., 1989, Fundamental of Physics (3rd ed.), USA,
John Wiley and Sons, inc.
Hartono, dkk, 2006, Modul Praktikum Eksperimen II , Purwokerto,
UNSOED.
Sutrisno. 1982, Fisika Dasar, Bandung, ITB.
Wihantoro, 2000, Laporan Hasil Penelitian Pengukuran Cepat Rambat
Gelombang Bunyi di Udara dengan Bantuan Audio Vibrator dan
Cathoda Ray Osciloscope (CRO), Purwokerto, UPT MIPA UNSOED