Laporan Penelitian
Disusun Oleh :
Annisa Nurul Mujahidah
Derry Solihin Napitupulu
Esa Afiyah Widiyaswara
Nadya Thifal Harsono
Nopiah Irwin
PROGRAM STUDI D IV
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nyamuk termasuk jenis serangga dalam ordo diptera, dari kelas insecta.
Nyamuk mempunyai dua sayap bersisik, tubuh yang langsing dan enam kaki
panjang. Antar spesies berbeda-beda tetapi jarang sekali panjangnya melebihi
15 mm. (Levine, 1994). Nyamuk dapat berperan sebagai vektor penyakit pada
manusia dan binatang.
Banyak penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri maupun
mikroorganisme lain sebagai peyebab penyakit seperti Nematoda, dimana
dalam penyebarannya dibantu oleh serangga terutama dari kelompok ordo
1
diptera. Di Indonesia penyakit yang ditularkan oleh nyamuk ini beragam dan
tidak sedikit daerah yang menjadi endemis, seperti Nyamuk Aedes sebagai
vektor penyakit Demam Berdarah Dengue dan Chikungunya, Anopheles
sebagai vektor penyakit malaria, nyamuk Culex dan Mansonia sebagai vektor
peyakit Filariasis. Penyakit – penyakit ini menjadi masalah yang krusial
karena dapat menyebabkan kematian pada jutaan orang di dunia.
Nyamuk Aedes aegypti dapat menularkan penyakit demam berdarah
dengue (DBD) melalui tusukanya. Nyamuk ini berwarna gelap yang dapat
diketahui dari adanya garis putih keperakan dengan bentuk lyre pada toraknya
dan mempunyai gelang putih pada bagian pangkal kaki, proboscis bersisik
hitam. (Suroso Thomas,1998). Kementerian Kesehatan RI mencatat jumlah
penderita DBD di Indonesia pada bulan Januari-Februari 2016 sebanyak
8.487 orang penderita DBD dengan jumlah kematian 108 orang. Golongan
terbanyak yang mengalami DBD di Indonesia pada usia 5-14 tahun mencapai
43,44% dan usia 15-44 tahun mencapai 33,25%.
Selain nyamuk Aedes terdapat nyamuk Culex, yang banyak di temukan
di Indonesia yaitu jenis Culex quinquefasciatus. Nyamuk ini dapat
menularkan penyakit filariasis sama seperti nyamuk mansonia. Filariasis atau
yang lebih dikenal juga dengan penyakit kaki gajah merupakan penyakit
menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan
oleh berbagai jenis nyamuk. Penyakit ini dapat menimbulkan cacat seumur
hidup berupa pembesaran tangan, kaki, payudara, dan buah zakar. Cacing
filaria hidup di saluran dan kelenjar getah bening. Infeksi cacing filaria dapat
menyebabkan gejala klinis akut dan atau kronik (Depkes RI, 2005).
Di Indonesia telah terindentifikasi 23 spesies nyamuk dari 5 genus yaitu
Mansonia, Anopheles, Culex, Aedes, dan Armigeres yang menjadi vektor
filariasis. Sebanyak 418 kabupaten/kota di Indonesia menjadi tempat
penyebaran filariasis kronis atau penyakit kaki gajah yang menahun. Namun,
penderita filariasis masih sulit dideteksi. Untuk itu, upaya pencegahan seperti
pemberian obat secara massal, deteksi dini penyakit menular menahun, dan
pengendalian dengan rekayasa lingkungan perlu digalakkan. Menurut data
2
Direktorat PPBB Ditjen P2PL Kemenkes, 14.932 kasus filariasis kronik
ditemukan di 418 kabupaten/kota di 34 provinsi. Sebelumnya, penyebaran
filariasis ada di 401 kabupaten/kota. Provinsi Nusa Tenggara Timur
menempati urutan pertama dengan jumlah kasus 3.175 orang, diikuti Aceh
sebanyak 2.375 pasien.
Nyamuk anopheles hewan yang termasuk dalam kelas Hexapoda
(insektor) mempunyai satu pasang antena dan tiga pasang kaki. Dalam daur
hidupnya terjadi beberapa perubahan yaitu perubahan bentuk,perubahan sifat
hidup dan perubahan struktur bagian dalam insekta atau juga metamorfosis.
Anopheles merupakan vektor penyakit malaria. Malaria adalah penyakit yang
disebabkan oleh parasit Plasmodium. Malaria menyebar melalui gigitan
nyamuk yang sudah terinfeksi oleh parasit. Malaria bahkan bisa mematikan
jika tidak ditangani dengan benar. Infeksi malaria bisa terjadi cukup dengan
satu gigitan nyamuk. Malaria jarang sekali menular secara langsung dari satu
orang ke orang lainnya. Contoh kondisi penularan penyakit ini adalah jika
terjadi kontak dengan darah penderita atau janin bisa terinfeksi karena tertular
dari darah sang ibu.
Malaria merupakan salah satu penyakit mematikan di dunia. Data WHO
2014 mencatat 198 juta kasus malaria terjadi secara global dan menjadi
penyebab 584.000 kematian di tahun 2013. Infeksi malaria banyak terjadi di
berbagai belahan dunia terutama daerah tropis dan sub tropis termasuk
Indonesia. Di Indonesia, sekitar 35 persen penduduknya tinggal di daerah
berisiko terinfeksi malaria dan dilaporkan sebanyak 38 ribu orang meninggal
per tahun karena malaria berat akibat Plasmodium falciparum. Wabah
malaria hampir terjadi setiap tahun di berbagai wilayah endemik Indonesia.
Beberapa wilayah telah dikategorikan sebagai daerah zona merah penderita
malaria seperti Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Maluku, Maluku
Utara, Kalimantan Tengah, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, dan Bengkulu.
Berikutnya, Jambi, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Gorontalo, serta Aceh.
Dalam menangani berbagai kasus penyakit yang ditularkan oleh
nyamuk terdapat beberapa pengendalian vektor nyamuk. Pengendalian vektor
3
nyamuk ini dapat digolongkan dalam pengendalian alami (Naturalcontrol )
misalnya dengan menggunakan predator alami dan Pengendalian buatan(
Artifical applied control ) dapat berupa pengendalian lingkungan, kimia, fisik,
mekanik, biologi dan pengendalian genetik. Pengendalian vektor metode
mekanik menjadi suatu cara alternative yang lebih efisien dan efektif
disamping metode lainnya. Salah satu metode mekanik yang dapat
diaplikasikan yaitu dengan proses fotokatalisis untuk menarik nyamuk ke
dalam perangkap nyamuk. Tidak seperti pengendalian dengan metode kimia
yaitu dengan mengggunakan obat pembasmi nyamuk yang dapat
meningkatkan polusi di udara dan bersifat karsinogenik karena bahan
pembasmi nyamuk memiliki bahan aktif organofosfat yang dilarang
penggunaannya. Sehingga perlu dikembangkan alat perangkap nyamuk tanpa
menggunakan bahan aktif kimia sehingga pembasmi nyamuk tersebut ramah
terhadap lingkungan dan tidak merusak kesehatan manusia.
Pengembangan alat perangkap nyamuk yaitu dengan menggunakan
teknologi fotokatalisis. Penelitian alat perangkap nyamuk berbasis fotokatalis
dengan menggunakan media keramik pernah dilakukan oleh Naimah, et al.,
(2015), penelitian yang dilakukan adalah membuat alat perangkap nyamuk
berbasis fotokatalisis dengan menggunakan suspensi TiO2-karbonaktif dan
keramik sebagi medianya. Pada penelitian sebelumnya di dapatkan hasil
bahwa alat perangkap nyamuk berbasis fotokatalisis dengan media keramik
dapat menarik nyamuk lebih banyak sekitar 30% di bandingkan alat
perangkap nyamuk berbasis fotokatalisis dengan media aluminium pada
penelitian Ermawati, et al., (2011). Teknologi fotokatalisis ini memanfaatkan
energi foton dan katalis TiO2. Prinsip kerja teknologi fotokatalisis sebagai
alat perangkap nyamuk adalah dengan memberi sinar UV terhadap TiO2
sehingga menghasilkan reaksi fotokatalisis aktif dan pelepasan hidrogen
dengan kekuatan oksidasi tinggi. Proses tersebut juga dapat menghambat
aktivitas virus dan melepaskan karbondioksida dan kelembaban untuk
menguraikan materi bersifat negatif di udara. Adanya karbon dioksida (CO2)
yang bercampur udara lembab seolah-olah menyerupai kelembapan suhu
4
tubuh manusia, ditambah dengan adanya pancaran sinar UV akan
menyebabkan nyamuk tertarik menghampiri dan terhisap oleh adanya blower
yang ada pada alat tersebut dan akhirnya nyamuk terperangkap akan mati
karena terhidrasi. Untuk dapat mengoptimalkan kerja proses fotokatalisis
digunakan adsorben sebagai penyangga fotokatalis TiO2. Efektifitas dapat
didukung dengan mengoptimalkan komposisi fotokatalis-adsorben dimana
adsorben yang digunakan yaitu zeolit.
Zeolit merupakan adsorbent yang unik, karena memiliki ukuran pori
yang sangat kecil dan seragam jika dibandingkan dengan adsorbent yang lain
seperti karbon aktif dan silika gel, sehingga zeolit hanya mampu menyerap
molekul - molekul yang berdiameter sama atau lebih kecil dari diameter celah
rongga, sedangkan molekul yang diameternya lebih besar dari pori zeolit akan
tertahan dan hanya melintasi antar partikel. Dalam keadaan normal ruang
hampa dalam kristal zeolit terisi oleh molekul air yang berada disekitar
kation. Bila zeolit dipanaskan maka air tersebut akan keluar. Zeolit yang telah
dipanaskan dapat berfungsi sebagai penyerap gas atau cairan (Khairinal,
Trisunaryanti, W., 2000).
5
1. Untuk mengetahui jumlah nyamuk yang terperangkap kedalam
perangkap nyamuk dengan proses fotokatalisis
2. Untuk menurunkan kepadatan nyamuk
3. Untuk mencegah penularan penyakit yang disebabkan oleh nyamuk
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pembuatan alat
perangkap nyamuk menggunakan proses fotokatalisis yang dapat
menarik nyamuk secara optimal sehingga dapat menurunkan kepadatan
nyamuk.
1.4.2 Manfaat Bagi Institusi
Referensi tambahan dalam bidang pengendalian vektor nyamuk.
1.4.3 Manfaat Bagi Masyarakat
Memberikan solusi dalam mencegah penularan penyakit oleh
nyamuk dengan menurunkan kepadatan nyamuk menggunakan alat
perangkap nyamuk dengan proses fotokatalisis.
6
BAB II
TIJAUAN PUSTAKA
2.1. Nyamuk
7
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan
virus yang sangat berbahaya karena penderita dapat meninggal dalam
waktu yang sangat pendek (beberapa hari). Penyakit ini masuk ke
Indonesia sejak tahun 1980 dan telah tersebar luas di seluruh Provinsi di
Indonesia.Gejala klinis DBD berupa demam tinggi yang berlangsung terus
menerus selama 2-7 hari dan manifestasi pendarahan yang biasanya
didahului dengan terlihatnya tanda khas berupa bintik- bintik merah
(petechiae) di tubuh penderita, penderita dapat mengalami syok dan
meninggal.Sampai sekarang penyakit ini masih merupakan masalah
kesehatan
seriusbagimasyarakat.Nyamukbetinamenggigitmanusiadannyamukjantan
hanya tertarik pada cairan mengandung gula seperti pada bunga. Biasanya
nyamuk menggigit pada siang hari saja.Malam harinya lebih suka
bersembunyi di sela-sela pakaian yang tergantung atau horden, terutama di
ruang gelap atau lembab.Mereka mempunyai kebiasaan menggigit
berulang kali. Nyamuk ini memang tidak suka air kotor seperti air got atau
lumpur kotor. Bertelur serta pembiakannya diatas permukaan air pada
dinding yang bersifat vertikal dan terlindung pengaruh matahari langsung
(Srisasi, 2000).
Ciri-ciri nyamuk.
8
bekas, botol pecah, potongan bambu, tempurung kelapa, dan lain-lain
(Chemika, 2004).
2.1.1. Klasifikasinyamuk
Klasifikasi nyamuk yaitu:
Kingdom : Animalia
Phylum :Arthropoda
Subphylum : Unimaria
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Subordo:Nematocera
Superfamili : Culicoidea
Famili : Culicidae
Sub-famili :Culicinae
Genus : Spesies
9
pinggiran kaleng, lubang pohon, alas pot bunga, dan lain
sebagainya.
2. Larva
10
tersebut adalah:
1. Larva instar I berukuran paling kecil, yaitu 1-2 mm atau 1-2
hari setelah telur menetas, duri-duri (spinae) pada dada belum
jelas dan corong pernafasan pada siphon belumjelas.
2. Larva instar II berukuran 2,5-3,5 mm atau 2-3 hari setelah
telur menetas, duri-duri belum jelas, corong kepala
mulaimenghitam.
3. Larva instar III berukuran 4-5 mm atau 3-4 hari setelah telur
menetas, duri-duri dada mulai jelas dan corong pernafasan
berwarna coklat kehitaman.
4. Larva instar IV berukuran paling besar yaitu 5-6 mm atau 4-6
hari setelah telur menetas, dengan warna kepalagelap.
3. Pupa(kepompong)
4. Nyamukdewasa
11
dengan hubungan putih lebar.Scutum dengan sepasang garis
lengkung dibagian luar dan dua garis pendek di bagian tengah,
membentuk lira (Ditjen, 2002).
12
tergantung seperti : pakaian, kelambu atautumbuh-tumbuhan
didekat tempat perkembangbiakannya. Setelah beristirahat dan
proses pematangan telur selesai, nyamuk betina akan meletakkan
telurnya di dinding tempat perkembangbiakannya, sedikit diatas
permukaaan air.
13
penularan penyakit pada manusia. Adapun beberapa penyakit yang
ditularkan oleh nyamuk, yaitu:
a. DBD
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit
menular yang disebabkan oleh virus denguedan ditularkan oleh nyamuk
Aedes aegypti maupun Aedes albopictus, yang ditandai dengan demam
mendadak dua sampaitujuh hari tanpa penyebab yang jelas, lemah/lesu,
gelisah, nyeri hulu hati, disertai tanda perdarahan dikulit berupa petechie,
purpura, echymosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena,
hepatomegali, trombositopeni, dan kesadaran menurun atau renjatan.
b. Malaria
Malaria merupakan suatu penyakit infeksi dengan gejala demam
berkala yang disebabkan oleh parasit Plasmodium (Protozoa)dan
ditularkanoleh nyamuk Anophelesbetina.
c. Cikungunya
Chikungunya adalah sejenis demam virus yang disebabkan
alphavirus yang disebarkan oleh gigitan nyamukdari spesies Aedes
aegypti.
14
mengeluh nyeri hebat pada tulang-tulangnya (break-bone fever) sehingga
penyakit ini di masyarakat dikenal sebagai flu tulang. Chikungunya
ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti vektor utama dan Aedes
albopictus vektor potensial.
d. Filariasis
Penyakit Kaki Gajah (Filariasis atau Elephantiasis) adalah
golongan penyakit menular yang disebabkan olehcacing Filaria yang
ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk. Setelah tergigit nyamuk,
parasit (larva) akanmenjalar dan ketika sampai pada jaringan sistem
lympa maka berkembanglah menjadi penyakit tersebut.Penyakit ini
bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan, dapat
menimbulkan cacatmenetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat
kelamin baik perempuan maupun laki-laki. Penyakit KakiGajah bukanlah
penyakit yang mematikan, namun demikian bagi penderita mungkin
menjadi sesuatu yangdirasakan memalukan bahkan dapat mengganggu
aktifitas sehari-hari.Penyakit Kaki Gajah umumnya banyakterdapat pada
wilayah tropis.
15
(Soedarto, 2006).
16
bahwa cendawan air Giotricum candidum, Mucor haemalis dapat
membunuh 100% nyamuk pada hari ketiga, sedangkan Beauveria
bassiana hari ke empat baru mematikan 100% (Aminah,1996).
17
2.3.3. Pengendalian secarakimia
a. Senyawa kimianabati
Penggunaan senyawa kimia nabati disebabkan karena
senyawa kimia nabati mudah terurai oleh sinar matahari
sehingga tidak berbahaya, tidak merusak lingkungan dan tidak
berpengaruh pada hewan. Menyatakan bahwa tanaman yang
mengandung senyawa alkaloid, nikotin, anabasin dan lupinin
dapat membunuh larva Cx. Quinquefasciatus dan tanaman
yang tergolong dalam famili: Pnaceae, Cucurbitaceae,
Umbelferae, Leguminoceae, Labiatae, Liliace, Compositae,
dan Euphorbiaceae beracun terhadap nyamuk Cx.
Quinquefasciatus menemukan ekstrak bawang putih (Alium
sativum) dapat membunuh larva Culex peus, Culex tarsalis,
dan Aedes aegypt (Sulivana, 2008).
18
daya insektisida maka harus diulangi misalnya 1 minggu
sekali, sehingga terjadi suatu lapisan tipis yang dapat
menghambat pernafasan larva nyamuk (Eram, 1999).
19
benda gelap biasanya mudah menyerap panas, tetapi juga mudah
memancarkan panas yang menarik nyamuk datang (Surya, 2008).
2.6. Fotokatalisis
2.6.1. Proses Fotokatalisis
Fotokatalis merupakan suatu proses kombinasi antara
proses fotokima dan katalis, yaitu suatu proses sintesis (transformasi)
secara kimiawi dengan melibatkan cahaya sebagi pemicu dan katalis
seabgai pemercepat proses transformasi tersebut. Karena mempunyai
kemampuan dalam mengabsorpsi energi foton, katalis yang digunakan
disebut fotokatalis. Kemampuan ini disebabkan pada bahan yang
dimanfaatkan sebagai fotokatalisis (bahan semikonduktor) terdapat
daerah energi kosong yang disebut celah pita energi (energy bandgap).
Bahan semi konduktor hanya akan berfungsi sebagai katalis jika cahaya
yang mengenainya memiliki energi yang setara atau lebih besar dari
pada celah pita energi semikonduktor yang bersangkutan. Induksi oleh
sinar tersebut akan menyebabkan terjadinya ekstasi elektron (dari pita
20
valensi ke pita konduksi) dalam bahan semi konduktor (Slamet, et
al.,2007).
Besarnya celah pita energi akan menentukan sensitivitas
panjang gelombang, dimana semakin kecil nilai pita energi
semikonduktor tersebut mampu menyerap energi dengan panjang
gelombang semaikin besar. Tabel 2.1 menunjukan beberapa fotokatalis
dengan celah pita energi dalam eV. Selain itu, letak pita valensi akan
mempengaruhi kemampuan oksidasi (semakin ke bawah, potensial
oksidasi semakin baik), sedangkan pita konduksi akan mempengaruhi
kemampuan reduksi ( semakin ke atas, potensial reduksi semakin baik)
suatu semikonduktor fotokatalisis (Slamet, et al., 2007).
21
Keaktifan ini disebabkan oleh pita energi anatase lebih besar
daripada rutil, dan struktur anatase yang relatif lebih renggang
dibandingkanrutil.
b. Sifat optik absorpsi foton yang dipengaruhi oleh porositas
partikel dan panjang gelombang (λ). TiO2 mengabsorpsi 60%
foton pada 365 nm, tapi 100% foton pada 254nm.
c. Modifikasi TiO2 untuk mengoptimalkan fotokatalisis.
Contohnya, doping TiO2 dengan Nitrogen mengakibatkan
absorpsi pada spektrum cahaya tampak (400-850nm).
22
g. Tidakberacun.
2.8. Adsorpsi
Adsorpsi merupakan suatu proses yang terjadi saat sejumlah gas atau
cairan terkonsentrasi pada suatu permukaan padatan atau cairan,
membentuk lapisan molekular ataupun atomik. Istilah adasorpsi biasanya
digunakan untuk mengambarkan kecenderungan suatu molekul tertentu
dari fasa fluida untuk melekat (tertarik) pada permukaan suatu padatan
(Maron, 1974; Yang, 1987).
Molekul-molekul pada zat padat dan cair mempunyai gaya dalam keadaan
tidak seimbang yang cenderung tertarik kearah dalam (gaya kohesi>gaya
adhesi) sehingga juga menyebabkan zat tersebut cenderung menarik zat
atau gas lain yang bersentuhanpada permukaannya (Slamet et al., 2007).
Fenomena tertarinya zat pada permukaan cairan atau padatan dinamakan
adsorpsi. Adsorben yang dikenal antar lain karbon aktif, alumunium aktif,
silika gel dan zeolit (Yang, 1987).
23
diameter celah rongga, sedangkan molekul yang diameternya lebih besar
dari pori zeolit akan tertahan dan hanya melintasi antar partikel. Dalam
keadaan normal ruang hampa dalam kristal zeolit terisi oleh molekul air
yang berada disekitar kation. Bila zeolit dipanaskan maka air tersebut akan
keluar. Zeolit yang telah dipanaskan dapat berfungsi sebagai penyerap gas
atau cairan (Khairinal, Trisunaryanti, W., 2000).
24
a. Penyaring ion, molekul atau sebagai katalis
b. Bahan penyerap
c. Penukar ion
25
2. Meningkatkan kemampuan adsorpsi katalis. Bila kemampuan
adsorpsi meningkat maka kinetika fotokatalitik meningkat karena
fotokatalis dapat langsung menoksidasi polutan.
3. Penggunaan penyangga dapat mendispresikan fotokatalis
TiO2sehingga luas permukaan katalis menjadi lebih besar dan
fotokatalis menjadi lebih aktif.
4. Polutan terabsorpsi oleh peyangga kemudian oleh fotokatalis,
sehingga intermediate yang terbentuk pun akan terabsorpsi oleh
peyangga selanjutnya akan dioksidasi lagi oleh fotokatalis.
Polutan terabsorpsi oleh penyangga dapat langsung dioksidasi
oleh fotokatalis menjaadi CO2 dan H2O sehingga adsorben akan
membutuhkan waktu yang cukup lama menjadi jernuh. Jadi
adsorben diregenerasi secara insitu oleh fotokatalis, sehingga
proses degradasi polutan berlangsung dalam waktu yang cukup
lama dan lebih efisien.
26
keterbatasan utama keramik adalah kerapuhannya, yakni kecenderungan
untuk patah tiba-tiba dengan deformasi plastik yangsedikit.
Sifat keramik yang rapuh,tahan korosi, keras dan kaku, ini bergantung
pada ikatan kimianya. Ikatan kovalen memberi sifat dapat mengarahkan
kepada kualitas kristal dan strukturnya lebih rumit dari ikatan logam atau
ion, dimana struktur kristalnya digambarkan seperti bola–bola yang tersusun
rapat, ikatan kovalennya sangat kuat sehingga kristalnya bersifat kuat dan
mempunyai titik leleh yang tinggi serta sifat isolator yang baik. Proses
fotokatalis merupakan kombinasi antara proses fotokimia dan katalis, yaitu
proses sintesis atau transformasi secara kimiawi dengan melibatkan cahaya
sebagai pemicu dan katalis untuk mempercepat proses transformasi tersebut.
Katalis yang digunakan disebut fotokatalis karena mempunyai kemampuan
dalam mengadsorpsi energi foton. Hal ini disebabkan bahan-bahan yang
dapat dimanfaatkan sebagai fotokatalis adalah bahan yang memiliki celah
pita energi dan bahan yang dimaksud adalah semikonduktor. Sehingga
keramik merupakan salah satu alternatif media semikonduktor yang tahan
panas yang dapat digunakan untuk reaksi fotokatalis pada permukaanbahan.
27
menganggap seperti berada disekitar tubuh manusia. Nyamuk akan
mendekat kemudian terperangkap dan mati karena dehidrasi (Catherine,
2010).
BAB III
METODE PENELITIAN
Nyamuk tertarik pada panas tubuh manusia selain itu nyamuk pun
tertarik pada cahaya. Teknologi fotokatalisis pada alat perangkap nyamuk
adalah dengan memberi sinar UV terhadap TiO2 sehingga menghasilkan
reaksi fotokatalis aktif dan pelepasan hidrogen dengan oksidasi hidrogen
tinggi. Proses fotokatalisis dapat melepaskan karbondioksida dan kelembaban
ntuk menguraikan bakteri negatif di udara. Karbondioksida yang bercampur
udara lembab akan menyerupai kelembaban suhu tubuh manusia, pancaran
sinar UV yang terdapat pada alat akan membuat nyamuk tertarik
menghampiri alat dan terhisap oleh blower yang terdapat pada alat sehingga
nyamuk terperangkap akan mati karena terhidrasi. Proses kerja fotokatalis
dapat dioptimalkan dengan menggunakan adsorben sebagai penyangga
fotokatalis TiO2. Efektivitas dapat didukung dengan mengoptimalkan
komposisi fotokatalis-adsorben, adsorben yang digunakan adalah zeolit.
28
2. Plastic Cutter
3. Gunting
4. Solder
5. Kandang nyamuk
6. Counter
7. Oven
8. Saringan 0,125 mm
29
3.3. Cara Kerja Alat
30
9. Mengeringkan keramik yang baru dilapisi suspensi TiO2-Zeolit
dengan hair dryer terlebih dahulu.
10. Mengulangi prosedur 9 dan 10 sebanyak lima kali sampai
terbentuk lapisan seragam yang terlihat pada keramik.
11. Mengeringkan hasil pelapisan dengan menggunakan oven pada
suhu 150oC selama 1 jam.
31
5. Untuk mematikan alat, tekan tombol ‘OFF’.
32
3. TiO2 : Merupakan bahan katalis dalam proses fotokatalisis. TiO2 akan
direaksikan dengan sinar UV akan menghasilkan CO2 dan H2O.
4. Zeolit : Merupakan adsorben yang berfungsi sebagai penyangga
fotokatalis TiO2 sehingga reaksi fotokatalis dapat berjalan optimal.
5. Keramik : Merupakan media semikonduktor yang tahan panas yang dapat
digunakan untuk reaksi fotokatalis pada permukaan bahan.
6. Fan : Merupakan alat yang berfungsi sebagai blower yang akan menghisap
nyamuk yang dating mendekati alat.
33
18 Jaring Kawat 1 meter Rp. 10.000 Rp. 10.000
Total Rp. 460.993
BAB IV
PEMBAHASAN
34
serta ruang perangkap nyamuk. Alat yang dibuat berbentuk kotak ini
memudahkan dalam perancangannya.
Pada alat ini rangkaian lampu UV LED yang digunakan sebanyak dua
buah yang terletak pada bagian penutup atas alat dan bagian bawah tempat
keramik diletakan. Pada bagian penutup atas alat dipasang keramik yang
berfungsi sebagai panel fotokatalis-adsorben.
Kipas yang digunakan adalah kipas penyedot yang dipasang pada posisi
tengah tabung. Kipas ini dipasang dengan tujuan untuk menyedot nyamuk
bersamaan dengan aliran udara yang bergerak ke bawah. Pada bagian sekitar
kipas terdapat kawat kassa yang berfungsi sebagai jaring penghalang nyamuk
keluar dari alat.
35
dibandingkan dengan frasa anatase TiO2 (Allen, et al., 2008). Pada penelitian
Xu (2008), transformasi anatase menajadi rutile adalah sekitar 700oC. Oleh
karena suhu oven yang digunakan adalah 150oC maka penurunana luas
permukaan fotokatalis dapat dihindarkan.
36
4.4. Hasil Pengujian Alat
4.4.1. Hasil Pengujian Kinerja Fotokatalis Skala Laboratorium
Hasil percobaan pertama jumlah nyamuk yang didapatkan dengan
alat perangkapnyamuk berbasis fotokatalisis adalah sebanyak 10 ekor
nyamuk dari 20 ekor nyamuk. Hasil pengujian kedua jumlah nyamuk
yang didapatkan sebanyak 13 ekor nyamuk dari 20 ekor nyamuk dan
hasil pengujian ketiga hasil yang didapatkan adalah sebanyak 9 ekor
nyamuk dari 20 ekor nyamuk.
Hasil pengujian dapat dianalogikan seperti gambar 4.1, nyamuk
akan mendekat ke daerah pengujian karena adanya gas CO2 yang
terdektesi pada repseptornya. Ketika mendekati daerah alat perangkap
nyamuk berbasis fotokatalisis akan lebih menarik nyamuk, nyamuk
akan lebih tertarik pada panjang gelombang tertentu dan sinar UV yang
digunakan pada perangkap tersebut.
37
tempat alat diletakkan maka radikal-radikal sangat reaktif yang
terbentuk akan berkerja sama dalam mengoksidasi secara sempurna
spesi organik (Vohra,et al., 2006). Fotokatalis mampu mendregradasi
berbagai polutan udara raung dalam ruangan menjadi karbondioksida
dan air (Furman, et al.,2007). Produk karbondioksida dan uap air yang
dihasilkan dari fotokatalisis akan menjadi daya tarik bagi nyamuk untuk
mendekat ke alat (Wu, 2000).
Panas yang merupakan faktor penarik nyamuk dihasilkan melalui
reksi fotokatalis dari cara sebagai berikut. Cahaya UV dengan panjang
gelombang 365 nm, akan mengaktifkan TiO2 dengan cara menyediakan
energi yang diperlukan elektron untuk tereksitasi dari pita valensi ke
pita konduksi. Elektron (e-) pada pita valensi akan pindah ke pita
konduksi dan meninggalkan lubang positif (h+) pada pita valensi.
Pristiwa ini disebut eksitasi. Namun, sebagaian besar pasangan e- dan
h+ ini akan berekombinasi kembali, baik di permukaan partikel atau
didalam bulk partikel (Gunlazuard, 2001). Nyamuk yang mendekat ke
alat ini disebabkan oleh energi yang dihasilkan oleh adanya proses
rekombinasi.
Spektrum panas yang dihasilkan oleh lampu dan proses
rekombinasi yang diduga memiliki panjang gelombag inframerah yang
mirip dengan radiasi panas tubuh manusia, yaitu 10-12 mikron (Netting,
2007).
38
fotokatalisis menghasilkan karbondioksida dan uap air. Karbondioksida
dapat didektesi leh nyamuk yang berada pada jarak 18-36 meter dari
manusia (Gillies dan Wilke, 1986). Nyamuk yang di dapat dari hasil
pengujian alat perangkap nyamuk berbasis fotokatalis skala lapangan
ini cenderung lebih sedikit karena alat perangkap nyamuk di biarkan
memperangkap yang ada di ruangan secara alami tanpa di masukkan
jumlah nyamuk tertentu pada ruangan. Selain itu, suhu dan kelembaban
pun berpengaruh dalam alat perangkap nyamuk (Hadi, 2010). Nyamuk
aktif diatas suhu 25oC atau berada di kisaran 26o-31oC (Thomson,
1938). Hal ini menyebabkan kondisi cuaca pun berpengaruh pada
pengujian. Signifikasi perubahan suhu juga mempengaruhi aktifitas
nyamuk dimana semakin tinggi suhu semakin aktif nyamuk (Wahid, et
al., 2004). Apabila polutan udara di ruangan cukup maka efektifitas alat
akan semakin baik dengan dihasilkannya CO2 dan uap air yang akan
menarik nyamuk.
39
BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
40
41