Anda di halaman 1dari 41

ALAT PERANGKAP NYAMUK DENGAN SISTEM FOTOKATALIS

Laporan Penelitian

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Rekayasa Sanitasi Lingkungan

Disusun Oleh :
Annisa Nurul Mujahidah
Derry Solihin Napitupulu
Esa Afiyah Widiyaswara
Nadya Thifal Harsono
Nopiah Irwin
PROGRAM STUDI D IV
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
2017

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nyamuk termasuk jenis serangga dalam ordo diptera, dari kelas insecta.
Nyamuk mempunyai dua sayap bersisik, tubuh yang langsing dan enam kaki
panjang. Antar spesies berbeda-beda tetapi jarang sekali panjangnya melebihi
15 mm. (Levine, 1994). Nyamuk dapat berperan sebagai vektor penyakit pada
manusia dan binatang.
Banyak penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri maupun
mikroorganisme lain sebagai peyebab penyakit seperti Nematoda, dimana
dalam penyebarannya dibantu oleh serangga terutama dari kelompok ordo

1
diptera. Di Indonesia penyakit yang ditularkan oleh nyamuk ini beragam dan
tidak sedikit daerah yang menjadi endemis, seperti Nyamuk Aedes sebagai
vektor penyakit Demam Berdarah Dengue dan Chikungunya, Anopheles
sebagai vektor penyakit malaria, nyamuk Culex dan Mansonia sebagai vektor
peyakit Filariasis. Penyakit – penyakit ini menjadi masalah yang krusial
karena dapat menyebabkan kematian pada jutaan orang di dunia.
Nyamuk Aedes aegypti dapat menularkan penyakit demam berdarah
dengue (DBD) melalui tusukanya. Nyamuk ini berwarna gelap yang dapat
diketahui dari adanya garis putih keperakan dengan bentuk lyre pada toraknya
dan mempunyai gelang putih pada bagian pangkal kaki, proboscis bersisik
hitam. (Suroso Thomas,1998). Kementerian Kesehatan RI mencatat jumlah
penderita DBD di Indonesia pada bulan Januari-Februari 2016 sebanyak
8.487 orang penderita DBD dengan jumlah kematian 108 orang. Golongan
terbanyak yang mengalami DBD di Indonesia pada usia 5-14 tahun mencapai
43,44% dan usia 15-44 tahun mencapai 33,25%.
Selain nyamuk Aedes terdapat nyamuk Culex, yang banyak di temukan
di Indonesia yaitu jenis Culex quinquefasciatus. Nyamuk ini dapat
menularkan penyakit filariasis sama seperti nyamuk mansonia. Filariasis atau
yang lebih dikenal juga dengan penyakit kaki gajah merupakan penyakit
menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan
oleh berbagai jenis nyamuk. Penyakit ini dapat menimbulkan cacat seumur
hidup berupa pembesaran tangan, kaki, payudara, dan buah zakar. Cacing
filaria hidup di saluran dan kelenjar getah bening. Infeksi cacing filaria dapat
menyebabkan gejala klinis akut dan atau kronik (Depkes RI, 2005).
Di Indonesia telah terindentifikasi 23 spesies nyamuk dari 5 genus yaitu
Mansonia, Anopheles, Culex, Aedes, dan Armigeres yang menjadi vektor
filariasis. Sebanyak 418 kabupaten/kota di Indonesia menjadi tempat
penyebaran filariasis kronis atau penyakit kaki gajah yang menahun. Namun,
penderita filariasis masih sulit dideteksi. Untuk itu, upaya pencegahan seperti
pemberian obat secara massal, deteksi dini penyakit menular menahun, dan
pengendalian dengan rekayasa lingkungan perlu digalakkan. Menurut data

2
Direktorat PPBB Ditjen P2PL Kemenkes, 14.932 kasus filariasis kronik
ditemukan di 418 kabupaten/kota di 34 provinsi. Sebelumnya, penyebaran
filariasis ada di 401 kabupaten/kota. Provinsi Nusa Tenggara Timur
menempati urutan pertama dengan jumlah kasus 3.175 orang, diikuti Aceh
sebanyak 2.375 pasien.
Nyamuk anopheles hewan yang termasuk dalam kelas Hexapoda
(insektor) mempunyai satu pasang antena dan tiga pasang kaki. Dalam daur
hidupnya terjadi beberapa perubahan yaitu perubahan bentuk,perubahan sifat
hidup dan perubahan struktur bagian dalam insekta atau juga metamorfosis.
Anopheles merupakan vektor penyakit malaria. Malaria adalah penyakit yang
disebabkan oleh parasit Plasmodium. Malaria menyebar melalui gigitan
nyamuk yang sudah terinfeksi oleh parasit. Malaria bahkan bisa mematikan
jika tidak ditangani dengan benar. Infeksi malaria bisa terjadi cukup dengan
satu gigitan nyamuk. Malaria jarang sekali menular secara langsung dari satu
orang ke orang lainnya. Contoh kondisi penularan penyakit ini adalah jika
terjadi kontak dengan darah penderita atau janin bisa terinfeksi karena tertular
dari darah sang ibu.
Malaria merupakan salah satu penyakit mematikan di dunia. Data WHO
2014 mencatat 198 juta kasus malaria terjadi secara global dan menjadi
penyebab 584.000 kematian di tahun 2013. Infeksi malaria banyak terjadi di
berbagai belahan dunia terutama daerah tropis dan sub tropis termasuk
Indonesia. Di Indonesia, sekitar 35 persen penduduknya tinggal di daerah
berisiko terinfeksi malaria dan dilaporkan sebanyak 38 ribu orang meninggal
per tahun karena malaria berat akibat Plasmodium falciparum. Wabah
malaria hampir terjadi setiap tahun di berbagai wilayah endemik Indonesia.
Beberapa wilayah telah dikategorikan sebagai daerah zona merah penderita
malaria seperti Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Maluku, Maluku
Utara, Kalimantan Tengah, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, dan Bengkulu.
Berikutnya, Jambi, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Gorontalo, serta Aceh.
Dalam menangani berbagai kasus penyakit yang ditularkan oleh
nyamuk terdapat beberapa pengendalian vektor nyamuk. Pengendalian vektor

3
nyamuk ini dapat digolongkan dalam pengendalian alami (Naturalcontrol )
misalnya dengan menggunakan predator alami dan Pengendalian buatan(
Artifical applied control ) dapat berupa pengendalian lingkungan, kimia, fisik,
mekanik, biologi dan pengendalian genetik. Pengendalian vektor metode
mekanik menjadi suatu cara alternative yang lebih efisien dan efektif
disamping metode lainnya. Salah satu metode mekanik yang dapat
diaplikasikan yaitu dengan proses fotokatalisis untuk menarik nyamuk ke
dalam perangkap nyamuk. Tidak seperti pengendalian dengan metode kimia
yaitu dengan mengggunakan obat pembasmi nyamuk yang dapat
meningkatkan polusi di udara dan bersifat karsinogenik karena bahan
pembasmi nyamuk memiliki bahan aktif organofosfat yang dilarang
penggunaannya. Sehingga perlu dikembangkan alat perangkap nyamuk tanpa
menggunakan bahan aktif kimia sehingga pembasmi nyamuk tersebut ramah
terhadap lingkungan dan tidak merusak kesehatan manusia.
Pengembangan alat perangkap nyamuk yaitu dengan menggunakan
teknologi fotokatalisis. Penelitian alat perangkap nyamuk berbasis fotokatalis
dengan menggunakan media keramik pernah dilakukan oleh Naimah, et al.,
(2015), penelitian yang dilakukan adalah membuat alat perangkap nyamuk
berbasis fotokatalisis dengan menggunakan suspensi TiO2-karbonaktif dan
keramik sebagi medianya. Pada penelitian sebelumnya di dapatkan hasil
bahwa alat perangkap nyamuk berbasis fotokatalisis dengan media keramik
dapat menarik nyamuk lebih banyak sekitar 30% di bandingkan alat
perangkap nyamuk berbasis fotokatalisis dengan media aluminium pada
penelitian Ermawati, et al., (2011). Teknologi fotokatalisis ini memanfaatkan
energi foton dan katalis TiO2. Prinsip kerja teknologi fotokatalisis sebagai
alat perangkap nyamuk adalah dengan memberi sinar UV terhadap TiO2
sehingga menghasilkan reaksi fotokatalisis aktif dan pelepasan hidrogen
dengan kekuatan oksidasi tinggi. Proses tersebut juga dapat menghambat
aktivitas virus dan melepaskan karbondioksida dan kelembaban untuk
menguraikan materi bersifat negatif di udara. Adanya karbon dioksida (CO2)
yang bercampur udara lembab seolah-olah menyerupai kelembapan suhu

4
tubuh manusia, ditambah dengan adanya pancaran sinar UV akan
menyebabkan nyamuk tertarik menghampiri dan terhisap oleh adanya blower
yang ada pada alat tersebut dan akhirnya nyamuk terperangkap akan mati
karena terhidrasi. Untuk dapat mengoptimalkan kerja proses fotokatalisis
digunakan adsorben sebagai penyangga fotokatalis TiO2. Efektifitas dapat
didukung dengan mengoptimalkan komposisi fotokatalis-adsorben dimana
adsorben yang digunakan yaitu zeolit.
Zeolit merupakan adsorbent yang unik, karena memiliki ukuran pori
yang sangat kecil dan seragam jika dibandingkan dengan adsorbent yang lain
seperti karbon aktif dan silika gel, sehingga zeolit hanya mampu menyerap
molekul - molekul yang berdiameter sama atau lebih kecil dari diameter celah
rongga, sedangkan molekul yang diameternya lebih besar dari pori zeolit akan
tertahan dan hanya melintasi antar partikel. Dalam keadaan normal ruang
hampa dalam kristal zeolit terisi oleh molekul air yang berada disekitar
kation. Bila zeolit dipanaskan maka air tersebut akan keluar. Zeolit yang telah
dipanaskan dapat berfungsi sebagai penyerap gas atau cairan (Khairinal,
Trisunaryanti, W., 2000).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti ingin melakukan
penelitian tentang “Bagaimana Pengaruh Proses Fotokatalisis Dalam
Perangkap Nyamuk?”

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh Proses Fotokatalisis Dalam Perangkap
Nyamuk .

1.3.2 Tujuan Khusus

5
1. Untuk mengetahui jumlah nyamuk yang terperangkap kedalam
perangkap nyamuk dengan proses fotokatalisis
2. Untuk menurunkan kepadatan nyamuk
3. Untuk mencegah penularan penyakit yang disebabkan oleh nyamuk

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pembuatan alat
perangkap nyamuk menggunakan proses fotokatalisis yang dapat
menarik nyamuk secara optimal sehingga dapat menurunkan kepadatan
nyamuk.
1.4.2 Manfaat Bagi Institusi
Referensi tambahan dalam bidang pengendalian vektor nyamuk.
1.4.3 Manfaat Bagi Masyarakat
Memberikan solusi dalam mencegah penularan penyakit oleh
nyamuk dengan menurunkan kepadatan nyamuk menggunakan alat
perangkap nyamuk dengan proses fotokatalisis.

6
BAB II

TIJAUAN PUSTAKA

2.1. Nyamuk

Nyamuk secara umum selain dikenal sebagai vector beberapa


penyakit juga diketahui sebagai seangga pengganggu kenyamanan.
Beberapa penyakit yang ditularkan oleh nyamuk antara lain demam
berdarah dengue malaria dan filariasis. Penyakit-penyakit tersebut
ditularkan oleh jenis/sepsis nyamuk yang berbeda atau sejenis
(Raharjo,2005).
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok
Arbovirus, yaitu arthoropod-borne virus yang disebabkan oleh antropoda.
Ciri-ciri nyamuk adalah : sayap dan badannya belang-belang atau bergaris-
garis putih, berkembang di air jernih yang tidak beralaskan tanah seperti
bak mandi, WC, tempayan, drum, dan barang-barang yang menampung air
seperti kaleng, ban bekas, pot tanaman air, tempat minum burung, jarak
terbang ±100 m, nyamuk ini menggingit beberapa orang karena sebelum
nyamuk tersebut kenyang sudah berpindah tempat, tahan dalam suhu
panas dan kelembabanya tinggi (Widoyono,2000).

7
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan
virus yang sangat berbahaya karena penderita dapat meninggal dalam
waktu yang sangat pendek (beberapa hari). Penyakit ini masuk ke
Indonesia sejak tahun 1980 dan telah tersebar luas di seluruh Provinsi di
Indonesia.Gejala klinis DBD berupa demam tinggi yang berlangsung terus
menerus selama 2-7 hari dan manifestasi pendarahan yang biasanya
didahului dengan terlihatnya tanda khas berupa bintik- bintik merah
(petechiae) di tubuh penderita, penderita dapat mengalami syok dan
meninggal.Sampai sekarang penyakit ini masih merupakan masalah
kesehatan
seriusbagimasyarakat.Nyamukbetinamenggigitmanusiadannyamukjantan

hanya tertarik pada cairan mengandung gula seperti pada bunga. Biasanya
nyamuk menggigit pada siang hari saja.Malam harinya lebih suka
bersembunyi di sela-sela pakaian yang tergantung atau horden, terutama di
ruang gelap atau lembab.Mereka mempunyai kebiasaan menggigit
berulang kali. Nyamuk ini memang tidak suka air kotor seperti air got atau
lumpur kotor. Bertelur serta pembiakannya diatas permukaan air pada
dinding yang bersifat vertikal dan terlindung pengaruh matahari langsung
(Srisasi, 2000).
Ciri-ciri nyamuk.

a. Badan kecil, warna hitam dengan bintik-bintikputih.


b. Pertumbuhan telur sampai dewasa ± 10hari.
c. Menggigit/menghisap darah pada sianghari.
d. Senang hinggap pada pakaian yang bergantungan dalamkamar.
e. Bersarang dan bertelur digenangan air jernih di dalam dan di sekitar
rumah yang agak gelap danlembab.
f. Hidup dalam rumah dan di sekitarrumah.
g. Di dalam rumah : bak mandi, tempayan, vas bunga, tempat
minumburung.
h. Di luar rumah : drum, tangki penampungan air, kaleng bekas, ban

8
bekas, botol pecah, potongan bambu, tempurung kelapa, dan lain-lain
(Chemika, 2004).

2.1.1. Klasifikasinyamuk
Klasifikasi nyamuk yaitu:
Kingdom : Animalia
Phylum :Arthropoda
Subphylum : Unimaria
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera

Subordo:Nematocera

Superfamili : Culicoidea

Famili : Culicidae

Sub-famili :Culicinae

Genus : Spesies

2.1.2. Morfologi Nyamuk


Nyamuk merupakan jenis serangga yang mengalami metamorfosis
sempurna yang stadiumnya terdiri dari telur, larva, pupa, dan nyamuk
dewasa. Ciri-ciri dari setiap stadium dari spesies adalah:
1. Telur
Telur berwarna hitam dan setiap kali bertelur, nyamuk betina
dapat mengeluarkan sekitar seratus butir telur dengan ukuran
sekitar 0,7 milimeter perbutir. Telur nyamuk ini tidak
berpelampung, sehingga satu per satu akan menempel ke dinding.
Secara fisik, telur nyamuk berbentuk lonjong dan mempunyai
anyaman seperti kain kasa. Telur tampak satu per satu teratur di

9
pinggiran kaleng, lubang pohon, alas pot bunga, dan lain
sebagainya.

Nyamuk akan bertelur dan berkembang biak di tempat


penampungan air bersih, seperti tempat penampungan air untuk
keperluan sehari-hari : Bak mandi, WC, Tempayan, Drum air,
Bak menara (tower air) yang tidak tertutup, sumur gali. Selain itu,
wadah berisi air bersih atau air hujan, tempat minum burung, Vas
bunga, Pot bunga, Ban bekas, potongan bambu yang dapat
menampung air, Kaleng, Botol, tempat pembuangan air di kulkas
dan barang bekas lainnya yang dapat menampung air walau
dengan volume kecil, juga menjadi tempat kesukaannya. Telur
akan diletakkan dan menempel pada dinding penampungan air,
sedikit diatas permukaan air. Di tempat kering (tanpa air), telur
dapat bertahan sampai enam bulan. Pada umunya telur akan
menetas menjadi jentik dalam waktu kurang lebih 2 hari setelah
telur terendam (Silalahi,2004).

2. Larva

Stadium larva biasanya berlangsung 6-8 hari. Larva nyamuk


mempunyai ciri-ciri antara lain adanya corong udara pada segmen
terakhir, pada segmen abdoman tidak ditemukan adanya rambut-
rambut berbentuk kipas (palmatus hairs), pada corong udara
terdapat pectan, sepasang rambut serta jumbai akan di jumpai
pada corong (siphon), setiap sisi abdomen segmen kedelapan ada
comb scale sebanyak 8-21 atau berjejer 1 sampai 3, bentuk
individu dari comb scale seperti duri, sisi thorax terdapat duri
yang panjang dengan bentuk kurva dan adanya sepasang rambut
di kepala (Ditjen, 2002).

Ada 4 tingkatan (instar) larva nyamuk, masing-masing tingkatan


mempunyai ciri-ciri dan ketahanan yang berbeda. Tingkatan larva

10
tersebut adalah:
1. Larva instar I berukuran paling kecil, yaitu 1-2 mm atau 1-2
hari setelah telur menetas, duri-duri (spinae) pada dada belum
jelas dan corong pernafasan pada siphon belumjelas.
2. Larva instar II berukuran 2,5-3,5 mm atau 2-3 hari setelah
telur menetas, duri-duri belum jelas, corong kepala
mulaimenghitam.

3. Larva instar III berukuran 4-5 mm atau 3-4 hari setelah telur
menetas, duri-duri dada mulai jelas dan corong pernafasan
berwarna coklat kehitaman.
4. Larva instar IV berukuran paling besar yaitu 5-6 mm atau 4-6
hari setelah telur menetas, dengan warna kepalagelap.

3. Pupa(kepompong)

Pupa (kepompong) berbentuk seperti koma, bentuknya lebih besar


namun lebih ramping dibandingkan rata-rata nyamuk
lainnya.Kepala dan dadanya bersatu dilengkapi sepasang terompet
pernafasan. Stadium pupa ini adalah stadium tidak makan dan bila
terganggu, pupa akan bergerak naik turun di dalam wadah air.
Pupa akan menjadi nyamuk dewasa dalam waktu lebih kurang dua
hari (Handiman,2004).

4. Nyamukdewasa

Nyamuk dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan


rata-rata nyamuk lain. Nyamuk ini mempunyai warna dasar yang
hitam dengan bintik- bintik putih pada bagian badan, kaki dan
sayap.Pertumbuhan dari telur menjadi nyamuk dewasa mencapai
9-10 hari.Umur nyamuk betina dapat mencapai dua sampai tiga
bulan (Gandahusada, 2000).

Paha kaki belakang bagian luar sebagian besar putih.Tarsale

11
dengan hubungan putih lebar.Scutum dengan sepasang garis
lengkung dibagian luar dan dua garis pendek di bagian tengah,
membentuk lira (Ditjen, 2002).

2.1.3. Daur Hidup Nyamuk

Nyamuk mengalami metamorfasis sempurna : Telur, larva, pupa,


dewasa. Stadium telur, larva dan pupa hidup di dalam air sedangkan
stadium dewasa hidup bertebrangan.Nyamuk dewasa betina biasanya
mengisap darah manusia dan binatang. Telur yang baru di letakan
berwarna putih, tetapi sesudah 1-2 jam berupa menjadi hitam. Pada
nyamuk ditemukan di tepi permukaan air pada lubang pohon dan
pada lubang tanah yang kering kemudian di genangi air (Wita, 2000).

2.1.4. Perilaku Nyamuk

Nyamuk menghisap darah manusia dan binatang.Nyamuk betina


bersifat anthropofilik, karena lebih menyukai darah manusia dari
pada darah binatang.Nyamuk betina menghisap darah dengan tujuan
mematangkan telur dalam tubuhnya.Nyamuk betina mempunyai
kebiasaan menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu
singkat (multiple bites) disebabkan sifat sensitif yang dimilikinya.

Nyamuk betina biasanya menggigit didalam rumah dengan


Aktivitas menggigit biasanya mulai pagi sampai petang hari, dengan
2 puncak aktivitas antara pukul 8.00 – 10.00 dan 15.00 – 17.00.
Mempunyai kebiasaan menghisap darah berulang kali (multiple
bites) dalam satu siklus gonotropik, untuk memenuhi lambungnya
dengan darah, sehingga nyamuk ini sangat efektif sebagai
penularpenyakit.

Setelah menghisap darah, nyamuk ini hinggap (beristirahat)


didalam atau luar rumah, berdekatan dengan perkembang biakannya.
Tempat hinggap yang disenangi ialah benda-benda yang

12
tergantung seperti : pakaian, kelambu atautumbuh-tumbuhan
didekat tempat perkembangbiakannya. Setelah beristirahat dan
proses pematangan telur selesai, nyamuk betina akan meletakkan
telurnya di dinding tempat perkembangbiakannya, sedikit diatas
permukaaan air.

Setiap kali bertelur nyamuk betina dapat mengeluarkan telur


sebanyak 100 butir.Telur itu ditempat yang kering (tanpa air) dapat

bertahan berbulan-bulan pada suhu 220c sampai 420c dan bila


tempat tersebut tergenang air atau kelembabannya tinggi maka telur
dapat menetas lebih cepat (Suhartono, 2010).

2.1.5. Tempat Perkembangbiakan

Tempat perindukan utama adalah tempat-tempat berisi air bersih


yang berdekatan letaknya dengan rumah penduduk, biasanya tidak
melebihi jarak 500 meter dari rumah (Gandahusada, 2000).

Tempat perindukan nyamuk adalah :


1. Tempat perindukan buatan manusia, seperti : tempayan atau
gentong tempat penyimpanan air minum, bak mandi, jamban
atau pot bunga, kaleng, botol, drum, ban mobil bekas yang
terdapat di halaman rumah atau di kebun yang berisi airhujan.
2. Tempat perindukan alamiah, seperti : kelopak, daun tanaman
keladi, atau pisang, tempurung kelapa, tonggak bambu dan
lubang yang berisi air hujan. Di tempat perindukan sering kali
ditemukan larva nyamuk albopictus yang hidupbersama-sama.

2.2. Dampak Nyamuk Pada Manusia


Nyamuk merupakan salah satu jenis arthropoda yang merupakan
vector yang dapat menularkan, memindahkan atau menjadi sumber

13
penularan penyakit pada manusia. Adapun beberapa penyakit yang
ditularkan oleh nyamuk, yaitu:
a. DBD
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit
menular yang disebabkan oleh virus denguedan ditularkan oleh nyamuk
Aedes aegypti maupun Aedes albopictus, yang ditandai dengan demam
mendadak dua sampaitujuh hari tanpa penyebab yang jelas, lemah/lesu,
gelisah, nyeri hulu hati, disertai tanda perdarahan dikulit berupa petechie,
purpura, echymosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena,
hepatomegali, trombositopeni, dan kesadaran menurun atau renjatan.

b. Malaria
Malaria merupakan suatu penyakit infeksi dengan gejala demam
berkala yang disebabkan oleh parasit Plasmodium (Protozoa)dan
ditularkanoleh nyamuk Anophelesbetina.

Gejala penyakit malaria dipengaruhi oleh daya pertahanan tubuh


penderita. Waktu terjadinya infeksi pertama kali hingga timbulnya
penyakit disebut sebagai masa inkubasi, sedangkan waktu
antaraterjadinya infeksi hinggaditemukannya parasit malaria didalam
darah disebut periode prapaten. Keluhan yang biasanya muncul sebelum
gejala demam adalah gejala prodromal, seperti sakit kepala, lesu, nyeri
tulang (arthralgia), anoreksia (hilang nafsu makan), perut tidak enak,
diare ringan dan kadang merasa dingin di pungung.

c. Cikungunya
Chikungunya adalah sejenis demam virus yang disebabkan
alphavirus yang disebarkan oleh gigitan nyamukdari spesies Aedes
aegypti.

Menurut Soedarto (2009), Chikungunya adalah suatu penyakit


yang disebabkan oleh virus Chikungunya yang menimbulkan gejala
mirip demam denguetetapi jarang menyebabkan pendarahan. Penderita

14
mengeluh nyeri hebat pada tulang-tulangnya (break-bone fever) sehingga
penyakit ini di masyarakat dikenal sebagai flu tulang. Chikungunya
ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti vektor utama dan Aedes
albopictus vektor potensial.

d. Filariasis
Penyakit Kaki Gajah (Filariasis atau Elephantiasis) adalah
golongan penyakit menular yang disebabkan olehcacing Filaria yang
ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk. Setelah tergigit nyamuk,
parasit (larva) akanmenjalar dan ketika sampai pada jaringan sistem
lympa maka berkembanglah menjadi penyakit tersebut.Penyakit ini
bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan, dapat
menimbulkan cacatmenetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat
kelamin baik perempuan maupun laki-laki. Penyakit KakiGajah bukanlah
penyakit yang mematikan, namun demikian bagi penderita mungkin
menjadi sesuatu yangdirasakan memalukan bahkan dapat mengganggu
aktifitas sehari-hari.Penyakit Kaki Gajah umumnya banyakterdapat pada
wilayah tropis.

2.3. Upaya PengendalianNyamuk


Pada umumnya pengendalian nyamuk dapat dilakukan baik secara
langsung maupun secara tidak langsung terhadap stadium dewasa.Secara
langsung apabila upaya pengendalian secara langsung mengenai sasaran,
misalnya penggunaan sapu lidi dan penyemprotan nyamuk secara
individual. Sedangkan secara tidak langsung secara fisik tidak langsung
mengenai sasaran antara lain penyemprotan pada dindingrumah.
Sebenarnya untuk menghindari gigitan nyamuk dan membasmi
nyamuk dapat digunakan bahan dari alam tanpa harus menggunakan
insektisida yang dapat mempengaruhi kesehatan.Bahan yang berasal dari
alam itu menghasilakan bahan anti nyamuk yaitu daun, akar, batang, dapat
dimanfaatkan sebagai bahan pengusir nyamuk.Diantaranya tanaman
penghasil bahan anti nyamuk tersebut adalah tanaman serai wangi

15
(Soedarto, 2006).

2.3.1. Pengendalian Secara Biologis

Pengendalian biologis dapat dilakukan dengan menyebarkan


musuh alami seperti parasit dan predator di daerah terjangkit atau
daerah endemis. Hasilnya tergantung pada iklim dan tidak akan
daerah tersebut disemprot dengan insektisida. Berbagai jenis ikan
pemakan larva dapat membantu program pengendalian vektor,
seperti ikan nila merah (Oreochromis niloticus), nilai hitam
(Tilapia nikotika), dan Tombro (Cyprinus carpia) dapat
digunakan untuk penengendalian larva .Pengendalian vektor
dengan bakteri Bacillus thuringiensis H-14 tidak menimbulkan
kerugian pada mamalia, tanaman danorganisme bukan
sasaran.Biosida ini dalam dosis 0,28 g/m2 efektif membunuh
jentik Anophelesbarbirostris pada semua instar. Kematian rata-
rata jentik Anopheles barbirostris 24 jam setelah aplikasi Bacillus
thuringiensis H-14 berkisar antara 80% - 100% (Umi,1997).

Bacillus thuringiensis memproduksi toksin yang terdapat


dalam bentuk kristal yang sangat beracun dengan larutan alkalis
yang terdapat dalam usus serangga terjadi perubahan kristal-
kristalnya dan apabila diasorpsi kedalam darah menyebabkan
kenaikan PH darah. Penggunaan B.thuringiensis H-14 (Vectobac
12 AS) untuk penurunan kepadatan jentik Anopheles di Teluk
dalam, Pulau Nias, setelah penyemprotan pertama dan kedua
berkisar antara 70,44-89,74% (Mujiyono, 1996).

Pengendalian serangga juga dapat dilakukan dengan


menggunakan mikroflora atau cendawan.Penelitian telah
dilakukan dengan melakukan uji coba penggunaan 3 mg/l air
Giotricum candidum, Mucor haemalis, dan Beauveria bassiana
untuk insektisida dan larvasida. Hasil penelitian menunjukkan

16
bahwa cendawan air Giotricum candidum, Mucor haemalis dapat
membunuh 100% nyamuk pada hari ketiga, sedangkan Beauveria
bassiana hari ke empat baru mematikan 100% (Aminah,1996).

2.3.2. Pengendalian secara Mekanis

Cara mekanis untuk mengurangi atau menghindari gigitan


nyamuk atau gangguan nyamuk dilakukan dengan pemasangan
kawat (kawat nyamuk) pada semua lubang yang ada di rumah,
seperi lubang angin, jendela, pintu dan lainnya. Cara ini sangat
baik dan bersifat permanen, walaupun dalam pembuatannya
diperlukan biaya yang mahal. Tidur menggunakan kelambu
sangat dianjurkan untuk mengurangi gigitan nyamuk waktu tidur
di daerah endemis (Barodji, 2003).

Upaya untuk mengurangi jumlah kepadatan nyamuk antara


lain dengan cara:

a) Menguras air dan menyikat dinding tempat penampungan


air seminggu sekali. Kegiatan ini dikenal dengan
pembersihan sarang nyamuk. Menyikat merupakan hal yang
penting, karena telur nyamuk dapat bertahan hidup selama
berbulan-bulan dalamkekeringan.
b) Mengubur barang-barang bekas yang bisa menampung air
waktu hujan, seperti kaleng, ban-ban bekas dan lain-lain
atau mengusahakan waktu hujan air tidak tertampung pada
tempat-tempat yang bisa menampung air di lingkungan
rumah (memotong bambu tepat ruas, tempurung kelapa
dibalik).
c) Membersihkan atau mengangkat tanaman air atau lumut di
tempat perindukan nyamukpenular.

17
2.3.3. Pengendalian secarakimia

Cara kimiawi dilakukan dengan menggunakan senyawa atau


bahan kimia yang digunakan baik untuk membasmi nyamuk
(insektisida) maupun jentiknya (larva), mengusir atau menghalau
nyamuk (repellent) supaya nyamuk tidak menggigit. Di samping
itu masih banyak senyawa kimia yang dapat digunakan dalam
rangka pemberantasan nyamuk maupun jentiknya, yaitu senyawa-
senyawa kimia yang bersifat menarik nyamuk (attractant),
menghambat pertumbuhan (Insect Growth Regulator atau Insect
Growt Inhibitor) dan memandulkan nyamuk Chemostrilant
(Barodji, 2003).

a. Senyawa kimianabati
Penggunaan senyawa kimia nabati disebabkan karena
senyawa kimia nabati mudah terurai oleh sinar matahari
sehingga tidak berbahaya, tidak merusak lingkungan dan tidak
berpengaruh pada hewan. Menyatakan bahwa tanaman yang
mengandung senyawa alkaloid, nikotin, anabasin dan lupinin
dapat membunuh larva Cx. Quinquefasciatus dan tanaman
yang tergolong dalam famili: Pnaceae, Cucurbitaceae,
Umbelferae, Leguminoceae, Labiatae, Liliace, Compositae,
dan Euphorbiaceae beracun terhadap nyamuk Cx.
Quinquefasciatus menemukan ekstrak bawang putih (Alium
sativum) dapat membunuh larva Culex peus, Culex tarsalis,
dan Aedes aegypt (Sulivana, 2008).

b. Senyawa kimia nonnabati


Senyawa kima non nabati berupa derivat-derivat minyak
bumi seperti minyak tanah dan minyak pelumas yang
mempunyai daya insektisida.Caranya minyak di tuang diatas
permukaan air sehingga terjadi suatu lapisan tipis yangdapat
menghambat pernafasan larva nyamuk.Untuk mempertahankan

18
daya insektisida maka harus diulangi misalnya 1 minggu
sekali, sehingga terjadi suatu lapisan tipis yang dapat
menghambat pernafasan larva nyamuk (Eram, 1999).

2.4. Faktor Penarik Nyamuk Terhadap Manusia


Hadi (2010) dari Laboratorium Entomologi, Bagian Parasitologi
dan Patologi, Falkultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor
mengatakan bahwa nyamuk tertarik pada cahaya, pakaian berwarna
gelap, manusia serta hewan. Hal ini disebabkan perangsangan bau zat-zat
yang dikeluarkan hewan terutama karbondiosida dan beberapa asam
amino, likalisasi yang dekat pada suhu hangat serta kelembaban. Pada
kenyataannya, nyamuk tidak hanya mengenali keberadan manusia dari
komponen tubuh manusia, tetapi juga berdasarkan kombinasi dari
beberapa bahan kimia yang dihasilkan oleh manusia (Okumu, et al.,
2009).
Penelitian Braks dan Takken (1999) juga menyatakan bahwa bau
tubuh manusia menarik nyamuk karena adanya emisi amonia oleh aktivitas
bakteri yang menghasilkan keringat. Karbondioksida dan 1-octen-3ol yang
dikeluarkan melalui pernafasan memiliki potensi sebagai penarik
penciuman Anopheles gambie (Ditzen, et al., 2008). Qiu (2005) menyitasi
dari Gillies dan Wilke (1986) bahwa karbondioksida dapat menarik
nyamuk yang berada pada jarak 18-36 meter dari manusia. Faktor penarik
fisik seperti suhu, kelembaban dan tandavisual efektif apabila nyamuk
berda di dekat manusia.
Spektrum panas juga dapat ditangkap oleh nyamuk karena
nyamuk mempunyai antena (repseptor panas) yang sangat baik. Antena
nyamuk dapat membedakan panas yang dipancarkan oleh berbagai benda.
Panas yang akan dipancarkan benda akan menarik nyamuk datang. Benda-

19
benda gelap biasanya mudah menyerap panas, tetapi juga mudah
memancarkan panas yang menarik nyamuk datang (Surya, 2008).

2.5. Waktu Aktif Nyamuk


Waktu aktif nyamuk bergantung pada masing-masing spesies
nyamuk. Kebanyakan nyamuk aktif dari senja hingga malam hari
(Apperson, C. dan Waldvogel, M., 2004). Spesies Culex, Anopheles, dan
Mansonia merupakan nyamuk yang aktif di malam hari, sedangkan Aedes
dan Ochlerotatus aktif pada siang hari. Uranotaenia dan Armigeres aktif
pada malam dan siang hari, tetapi lebih sering ditemui pada malam hari.

Penelitian Wahid, et al. (2004) di Sulawesi menunjukan jumlah


nyamuk aktif meningkat dari pukul 18.00-22.00. Puncak jumlah nyamuk
terbanyak berada pada pukul 20.00-22.00, kemudian mengalami titik
terendah pada pukul 02.00-04.00. pola yang sama juga terbentuk pada grafik
suhu dan kelembaban, sehingga dapat dikatakan adanya signifikasi
perubahan suhu terhadap aktivitas nyamuk.

2.6. Fotokatalisis
2.6.1. Proses Fotokatalisis
Fotokatalis merupakan suatu proses kombinasi antara
proses fotokima dan katalis, yaitu suatu proses sintesis (transformasi)
secara kimiawi dengan melibatkan cahaya sebagi pemicu dan katalis
seabgai pemercepat proses transformasi tersebut. Karena mempunyai
kemampuan dalam mengabsorpsi energi foton, katalis yang digunakan
disebut fotokatalis. Kemampuan ini disebabkan pada bahan yang
dimanfaatkan sebagai fotokatalisis (bahan semikonduktor) terdapat
daerah energi kosong yang disebut celah pita energi (energy bandgap).
Bahan semi konduktor hanya akan berfungsi sebagai katalis jika cahaya
yang mengenainya memiliki energi yang setara atau lebih besar dari
pada celah pita energi semikonduktor yang bersangkutan. Induksi oleh
sinar tersebut akan menyebabkan terjadinya ekstasi elektron (dari pita

20
valensi ke pita konduksi) dalam bahan semi konduktor (Slamet, et
al.,2007).
Besarnya celah pita energi akan menentukan sensitivitas
panjang gelombang, dimana semakin kecil nilai pita energi
semikonduktor tersebut mampu menyerap energi dengan panjang
gelombang semaikin besar. Tabel 2.1 menunjukan beberapa fotokatalis
dengan celah pita energi dalam eV. Selain itu, letak pita valensi akan
mempengaruhi kemampuan oksidasi (semakin ke bawah, potensial
oksidasi semakin baik), sedangkan pita konduksi akan mempengaruhi
kemampuan reduksi ( semakin ke atas, potensial reduksi semakin baik)
suatu semikonduktor fotokatalisis (Slamet, et al., 2007).

Tabel 2.1 Besarnya Celah Pita Energi Berbagai Fotokatalis


(Bhatkhande,et al., 2001)
Fotokatalis Celah Pita Energi
Celah Pita Energi (eV) Fotokatalis
(eV)
Si 1.1 ZnO 3.2
TiO2
3.0 TiO2 (anatase) 3.2
(rutile)
WO3 2.7 CdS 2.4
ZnS 3.7 Sr TiO3 3.4
SnO2 3.5 Wse2 1.2
Fe2O3 2.2 α-Fe2O3 3.1

Tiga komponen yang perlu ada untuk terjadinya suatu reaksi


fotokatalisis:
a. Foton sebagai sumberenergy
b. Permukaan katalis (biasanya bahansemikonduktor)
c. Senyawa oksidasi yang kuat (biasanyaO2).

2.6.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Fotokatalis


Beberapa faktor yang mempengaruhi aktivitas fotokatalisis (Tarr,
2003):
a. Bentuk kristal : Struktur anatase lebih aktif dibandingkan rutil.

21
Keaktifan ini disebabkan oleh pita energi anatase lebih besar
daripada rutil, dan struktur anatase yang relatif lebih renggang
dibandingkanrutil.
b. Sifat optik absorpsi foton yang dipengaruhi oleh porositas
partikel dan panjang gelombang (λ). TiO2 mengabsorpsi 60%
foton pada 365 nm, tapi 100% foton pada 254nm.
c. Modifikasi TiO2 untuk mengoptimalkan fotokatalisis.
Contohnya, doping TiO2 dengan Nitrogen mengakibatkan
absorpsi pada spektrum cahaya tampak (400-850nm).

2.7. Titanium Dioksida


Titanium dioksida (TiO2) merupakan logam transisi yang termasuk
golongan IV pada tabel periodik (Anonim A, 2010), disebut juga titanium
anhydride, anhidrida asam titanium, titanium oksida, atau titania yang
biasanya tersedia dalam serbuk putih. Bahan memiliki banyak keunggulan
dibandingkan bahan semikonduktor yang lainnya, sehingga menjadi
perhatian dalam penelitian sebagai fotokatalis. Sifat-sifat tersebut
diantaranya (Tarr, 2003):
a. Mempunyai pita terlarang (band gap) yang sesuai untuk proses
fotokatalis sehingga memudahkan terjadinya eksitasi elektron ke
pita konduksi dan pembentukan hole pada pita valensi saat
diinduksikan cahayaultraviolet.
b. Memiliki aktifitas fotokatalis yang lebih tinggi dibandingkan
dengan fotokatalis lain, seperti: ZnO, CdS, WO2, danSnO2.
c. Mampu menyerap sinar ultraviolet denganbaik.
d. Memiliki kestabilan kimia dalam interval pH yang besar (0
sampai14).
e. Tahan terhadapphotodegradasi.
f. Bersifat inert dan tidak larut dalam reaksi baik secara biologis
maupun kimia.

22
g. Tidakberacun.

h. Memiliki kemampuan oksidasi yangtinggi.


i. Relatifmurah.
Salah satu faktor yang mempengaruhi aktivitas TiO2 sebagai
fotokatalis adalah bentuk kristalnya (Tjahjanto,2001). TiO2memiliki tiga
unsur kristal, yaitu rutile yang lebih stabil pada suhu tinggi (mulai terbentuk
pada suhu 700oC), anatase dan brookite yang hanya ditentukan pada mineral
(Tjahjanto, 2001). Hanya rutile dan anatase yang cukup stabil
keberadaannya dan biasa digunakan sebagai fotokatalis.

2.8. Adsorpsi
Adsorpsi merupakan suatu proses yang terjadi saat sejumlah gas atau
cairan terkonsentrasi pada suatu permukaan padatan atau cairan,
membentuk lapisan molekular ataupun atomik. Istilah adasorpsi biasanya
digunakan untuk mengambarkan kecenderungan suatu molekul tertentu
dari fasa fluida untuk melekat (tertarik) pada permukaan suatu padatan
(Maron, 1974; Yang, 1987).
Molekul-molekul pada zat padat dan cair mempunyai gaya dalam keadaan
tidak seimbang yang cenderung tertarik kearah dalam (gaya kohesi>gaya
adhesi) sehingga juga menyebabkan zat tersebut cenderung menarik zat
atau gas lain yang bersentuhanpada permukaannya (Slamet et al., 2007).
Fenomena tertarinya zat pada permukaan cairan atau padatan dinamakan
adsorpsi. Adsorben yang dikenal antar lain karbon aktif, alumunium aktif,
silika gel dan zeolit (Yang, 1987).

2.9. Zeolit sebagai Adsorban


Zeolit merupakan adsorbent yang unik, karena memiliki ukuran pori
yang sangat kecil dan seragam jika dibandingkan dengan adsorbent yang
lain seperti karbon aktif dan silika gel, sehingga zeolit hanya mampu
menyerap molekul-molekul yang berdiameter sama atau lebih kecil dari

23
diameter celah rongga, sedangkan molekul yang diameternya lebih besar
dari pori zeolit akan tertahan dan hanya melintasi antar partikel. Dalam
keadaan normal ruang hampa dalam kristal zeolit terisi oleh molekul air
yang berada disekitar kation. Bila zeolit dipanaskan maka air tersebut akan
keluar. Zeolit yang telah dipanaskan dapat berfungsi sebagai penyerap gas
atau cairan (Khairinal, Trisunaryanti, W., 2000).

Kemampuan zeolit mengadsorpsi sangat bergantung pada rasio Si/Al.


Rasio Si/Al rendah, zeolit bersifat hydrophilic mempunyai afinitas tinggi
terhadap air dan senyawa polar lainnya. Sebaliknya jika rasio Si/Al tinggi,
maka zeolit bersifat hydrophobic dan mengadsorpsi senyawa non-polar
(Yuliusman, dkk., 2013). Sifat-sifat zeolit secara langsung berasal dari
karakteristiktertentu, dari struktur kristalnya, sehingga memiliki luas
permukaan yang cukup besar. Zeolit dikenal sebagai adsorben yang selektif
dan mempunyai efektifitas adsorpsi yang tinggi ( Newsam, 1991).

Pada umumnya jenis zeolit alam Indonesia termasuk jenis mordenite


dan clinoptilolite. Zeolit jenis mordenitedapat digunakan untuk
mengadsorpsi gas H2O, CO, CO2, CH4dan jenis clinoptilolite dapat
digunakan untuk mengadsorpsi gas CO, CO2, NO (Trisunaryanti dkk.,
2005).Mengingat struktur zeolit alam yang bervariasi serta besarnya
kemungkinan impuritas yang ada, maka sebelum digunakan zeolit alam
membutuhkan suatu perlakuan awal yang sering disebut sebagai proses
aktivasi. Proses aktivasi ini diperlukan untuk meningkatkan sifat khusus
zeolit sebagai adsorben dan menghilangkan unsur pengotor (Rosita, dkk.,
2004).

Pemanfaatan zeolit sebagai adsorben sudah banyak digunakan pada


industri, pertanian, dan lingkungan. Perbedaan jenis zeolit mempunyai daya
serap (adsorption) molekul yang berbeda-beda secara selektif. Keselektifan
ini tergantung dari struktur masing-masing jenis zeolit, sehingga zeolit dapat
digunakan sebagai:

24
a. Penyaring ion, molekul atau sebagai katalis
b. Bahan penyerap
c. Penukar ion

2.10. Adsorben sebagai Penyangga Fotokatalis


Penyangga katalis TiO2harus memiliki konfigurasi dan luas area
yang besar sehingga memungkinkan radiasi sinar UV ke seluruh partikel
katalis berlangsung efisien 9meningkatkan luas reaksi dan luas
penyinaran) (Tomovska, et alI., 2007). Salah satu tahap kritis dalam reaksi
oksidasi senyawa organik adalah tahap inisiasi pembentukan radikal
hidroksil (oksidator polutan) yangdiproduksi di permukaan fotokatalis.
Peningkatan efesiensi dekomsisi, fotokatalis sebaknya dimuati
dengan adsorben tertentu untuk mengkonsentrasikan polutan pada
permukaan fotokatalis. Pemilihan adasorben yang tepat dengan
kemampuan adsorpsi yang lebih baik perlu dilakukan (Lu, et al., 1999).
Penggunaan adsorben dengan luas permukaan yang besar dan aktivitas
adsorpsi tinggi, misalnya zeolit, karbon aktif, dan silika terbuktimampu
meningkatkan aktivitas katalis. Digunakanya adsorben, adsorpsi senyawa
objek pada permukaan penyangga dan difusi pada permukaan interfrasa
antara sisi aktif fotokatalisis dan sisi inert yang adsortif akan terjadi. Selain
itu, deaktivisasi katalis dan kemungkinan terbentuknya senyawa
intermediet yang berbahaya akan menurun secara signifikan.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapt
disimpulkan manfaat penggunaan adsorben sebagai penyangga TiO2adalah
(Matsuoka dan Anpo, 2003):
1. Meningkatkan konsentrasi senyawa yang akan di degradasi pada
sekitar ruang TiO2 sehingga dapat meningkatkan laju reaksi.

25
2. Meningkatkan kemampuan adsorpsi katalis. Bila kemampuan
adsorpsi meningkat maka kinetika fotokatalitik meningkat karena
fotokatalis dapat langsung menoksidasi polutan.
3. Penggunaan penyangga dapat mendispresikan fotokatalis
TiO2sehingga luas permukaan katalis menjadi lebih besar dan
fotokatalis menjadi lebih aktif.
4. Polutan terabsorpsi oleh peyangga kemudian oleh fotokatalis,
sehingga intermediate yang terbentuk pun akan terabsorpsi oleh
peyangga selanjutnya akan dioksidasi lagi oleh fotokatalis.
Polutan terabsorpsi oleh penyangga dapat langsung dioksidasi
oleh fotokatalis menjaadi CO2 dan H2O sehingga adsorben akan
membutuhkan waktu yang cukup lama menjadi jernuh. Jadi
adsorben diregenerasi secara insitu oleh fotokatalis, sehingga
proses degradasi polutan berlangsung dalam waktu yang cukup
lama dan lebih efisien.

2.11. Keramik sebagai MediaKomposit

Material keramik memiliki karakteristik yang memungkinkan


digunakan untuk berbagai aplikasi hal ini disebabkan karena keramik
mempunyai kapasitas panas yang baik, konduktivitas panas yang rendah,
tahan korosi, sifat listriknya sebagai insulator, bersifat semikonduktor,
sebagai material konduktor bahkan superkonduktor, dapat bersifat magnetik
dan non-magnetik, keras dan kuat, namun rapuh. Adapaun sifat termal
penting bahan keramik adalah kapasitasnya sebagai penyimpan panas,
koefisien ekspansi termal, dan konduktivitas termal.Kapasitas panas bahan
adalah kemampuan bahan untuk mengabsorbsi panas dari lingkungan.Panas
yang diserap disimpan oleh padatan dalam bentuk vibrasi (getaran) atom/ion
penyusun padatan tersebut.Keramik biasanya material yang kuat, dan keras
tahan korosi, kerapatan yang rendah dan juga titik lelehnya yang tinggi,
membuat keramik merupakan material struktural yang menarik. Sehingga
sifat tersebut sanyat baik digunakan sebagai supporting material. Tetapi

26
keterbatasan utama keramik adalah kerapuhannya, yakni kecenderungan
untuk patah tiba-tiba dengan deformasi plastik yangsedikit.
Sifat keramik yang rapuh,tahan korosi, keras dan kaku, ini bergantung
pada ikatan kimianya. Ikatan kovalen memberi sifat dapat mengarahkan
kepada kualitas kristal dan strukturnya lebih rumit dari ikatan logam atau
ion, dimana struktur kristalnya digambarkan seperti bola–bola yang tersusun
rapat, ikatan kovalennya sangat kuat sehingga kristalnya bersifat kuat dan
mempunyai titik leleh yang tinggi serta sifat isolator yang baik. Proses
fotokatalis merupakan kombinasi antara proses fotokimia dan katalis, yaitu
proses sintesis atau transformasi secara kimiawi dengan melibatkan cahaya
sebagai pemicu dan katalis untuk mempercepat proses transformasi tersebut.
Katalis yang digunakan disebut fotokatalis karena mempunyai kemampuan
dalam mengadsorpsi energi foton. Hal ini disebabkan bahan-bahan yang
dapat dimanfaatkan sebagai fotokatalis adalah bahan yang memiliki celah
pita energi dan bahan yang dimaksud adalah semikonduktor. Sehingga
keramik merupakan salah satu alternatif media semikonduktor yang tahan
panas yang dapat digunakan untuk reaksi fotokatalis pada permukaanbahan.

2.12 Sinar Ultraviolet


Hampir semua hewan mempunyai kapasitas untuk merespon
terhadapcahaya. Organ visual dari hewan memperlihatkan sensitifitas
terhadap panjanggelombang cahaya yang berbeda. Pada banyak serangga
sensitif terhadappanjang gelombang cahaya yang mendekati sinar
ultraviolet, karena sudahmemiliki mekanisme pembentukan bayangan yang
sempurna. Reseptor cahayapada serangga adalah berupa sepasang mata
majemuk dan 3 buahocelli(matatunggal)dorsal(Sastrodiharjo, 1984). Sinar
ultraviolet adalah sinar yang sangat disukai nyamuk. Sehingga dari mana
saja nyamuk yang menangkap sinar ini akan berdatangan menuju sumber
sinar tersebut.
Penggunaan lampu UV akan memberikan efek dapat mengelabui
nyamuk untuk mendekat ke alat perangkap karena nyamuk akan

27
menganggap seperti berada disekitar tubuh manusia. Nyamuk akan
mendekat kemudian terperangkap dan mati karena dehidrasi (Catherine,
2010).

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Prinsip Kerja

Nyamuk tertarik pada panas tubuh manusia selain itu nyamuk pun
tertarik pada cahaya. Teknologi fotokatalisis pada alat perangkap nyamuk
adalah dengan memberi sinar UV terhadap TiO2 sehingga menghasilkan
reaksi fotokatalis aktif dan pelepasan hidrogen dengan oksidasi hidrogen
tinggi. Proses fotokatalisis dapat melepaskan karbondioksida dan kelembaban
ntuk menguraikan bakteri negatif di udara. Karbondioksida yang bercampur
udara lembab akan menyerupai kelembaban suhu tubuh manusia, pancaran
sinar UV yang terdapat pada alat akan membuat nyamuk tertarik
menghampiri alat dan terhisap oleh blower yang terdapat pada alat sehingga
nyamuk terperangkap akan mati karena terhidrasi. Proses kerja fotokatalis
dapat dioptimalkan dengan menggunakan adsorben sebagai penyangga
fotokatalis TiO2. Efektivitas dapat didukung dengan mengoptimalkan
komposisi fotokatalis-adsorben, adsorben yang digunakan adalah zeolit.

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1. Persiapan Alat


1. Thermohygrometer

28
2. Plastic Cutter
3. Gunting
4. Solder
5. Kandang nyamuk
6. Counter
7. Oven
8. Saringan 0,125 mm

3.2.2. Persiapan Bahan


1. Nyamuk
2. Lampu UV LED
3. Kabel
4. Resistor
5. Kipas DC 12v
6. PCB
7. Zeolit
8. TiO2
9. Akrilik
10. Lem Akrilik
11. Baterai
12. Adaptor
13. Timah
14. Tombol ‘on-off’
15. Baterai 12v
16. Kawat
17. Kawat Kassa
18. Keramik
19. TEOS
20. CH3OH

29
3.3. Cara Kerja Alat

3.3.1. Cara Membuat Lampu UV


1. Siapkan alat dan bahan.
2. Pasang lampu/rangkai lampu UV led pada PCB.
3. Solder lampu UV led yg telah dipasang/dirangkai pada PCB
menggunakan timah.
4. Pasang resistor pada pcb yang telah terpasang lampu UV led,
kemudian solder menggunakan timah.
5. Sambungkan kabel pada PCB yang telah terangkai oleh lampu uv,
sesuaikan kabel positif Dan negatifnya dengan rangkaian lampu
UV.
6. Sambungkan kabel rangkaian lampu UV dengan kabel kipas.
7. Sambungkan kabel pada tombol on-off.
8. Sambungkan kabel on-off pada kabel rangkaian lampu UV – kipas.

3.3.2. Cara Membuat suspensi fotokatalis


1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Mencuci terlebih dahulu zeolit yang akan digunakan dengan
menggunakan air kran.
3. Menumbuk dan mengerus zeolit yang akan digunakan hingga
menjadi halus.
4. Menyaring bubuk zeolit yang telah digerus dengan saringan 0,125
mm. Kemudian, ambil zeolit yang lolos dari saringan 0,125 mm.
diameter ini dipilih karena merupakan diameter saringan terkecil
yang dimiliki.
5. Menimbang massa untuk TiO2 dan 15 % berat zeolit yang telah
disaring.
6. Melarutkan bubuk campuran TiO2 ke dalam 100 mL aquadest.
7. Menambahkan zeolit yang telah disaring dan larutan TEOS 1 mL
ke dalam larutan pada langkah no.6.
8. Mengoleskan suspensi TiO2-Zeolit ke area keramik.

30
9. Mengeringkan keramik yang baru dilapisi suspensi TiO2-Zeolit
dengan hair dryer terlebih dahulu.
10. Mengulangi prosedur 9 dan 10 sebanyak lima kali sampai
terbentuk lapisan seragam yang terlihat pada keramik.
11. Mengeringkan hasil pelapisan dengan menggunakan oven pada
suhu 150oC selama 1 jam.

3.3.3. Cara Membuat Alat


1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Membuat lubang pada kawat kassa. Memasang fan pada kawat
kassa , pasangkan fan di bagian tengah kawat kassa menggunakan
kawat.
3. Merakit Lampu UV.
4. Memotong plastik akrilik dengan ukuran 20 cm x 15 cm ; 20 cm x
12 cm dan 15 cm x 12 cm, masing-masing sebanyak dua buah.
5. Merakit plastic akrilik menjadi kerangka alat perangkap nyamuk
menggunakan lem akrilik.
6. Memasang dudukan untuk lampu UV dan media pada kerangka
alat perangkap nyamuk.
7. Memasang fan pada kerangka alat perangkap nyamuk.
8. Memasang lampu UV pada dudukan lampu.
9. Membuat larutan komposit.
10. Menyemprotkan larutan komposit pada keramik.
11. Memasang keramik pada dudukan media.
12. Memasang rangkaian listrik dan baterai.
3.3.4. Cara Mengoprasikan Alat
1. Menyiapkan alat.
2. Siapkan perangkap nyamuk di tempat objek penelitian.
3. Tekan tombol ‘ON’ untuk menyalakan alat.
4. Diamkan alat hingga nyamuk terangkap.

31
5. Untuk mematikan alat, tekan tombol ‘OFF’.

3.4. Desain Alat

Rancangan desain alat perangkap nyamuk sederhana dengan metode


fotokatalisis :

Gambar 3.1. Desain Alat

1. Plastik Akrilik : Plastik akrilik merupakan kerangkat alat yang digunakan


untuk meletakan rangkaian komponen alat.
2. Lampu UV : Merupakan komponen utama dalam alat perangkap nyamuk
metode fotokatalisis. Fungsi lampu UV untuk mengaktifkan TiO2 sebagai
katalis yang dapat menghasilkan CO2. Lampu ini dirangkai dan di
letakkan di atas dan di bawah media TiO2-Zeolit (komposit).

32
3. TiO2 : Merupakan bahan katalis dalam proses fotokatalisis. TiO2 akan
direaksikan dengan sinar UV akan menghasilkan CO2 dan H2O.
4. Zeolit : Merupakan adsorben yang berfungsi sebagai penyangga
fotokatalis TiO2 sehingga reaksi fotokatalis dapat berjalan optimal.
5. Keramik : Merupakan media semikonduktor yang tahan panas yang dapat
digunakan untuk reaksi fotokatalis pada permukaan bahan.
6. Fan : Merupakan alat yang berfungsi sebagai blower yang akan menghisap
nyamuk yang dating mendekati alat.

3.5. Rancangan Biaya

No. Alat Banyak Harga Satuan Jumlah


1. Lampu UV LED Rp.55.393
2. Fan CPU dc diameter 1 pcs Rp. 60.000 Rp. 60.000
3. TiO2 1 kg Rp. 85.000 Rp.85.000
4. Zeolit 2 pcs Rp. 7.500 Rp. 22.500
5. Akrilik 1 pcs Rp. 100.000 Rp. 100.000
6. Zeolit 2 pcs Rp. 7.500 Rp.15.000
7. Baterai 12 V 4 pcs Rp. 7.500 Rp. 30.000
8. PCB Titik 1 pcs Rp. 7.500 Rp. 7.500
9. Timah 3 meter Rp. 2.000 Rp. 6.000
10. Kabel Jumper 1 meter Rp. 3000 Rp. 3.000
11. Kabel 1 meter Rp. 4.000 Rp. 4.000
12. Lem Akrilik 1 pcs Rp. 8.000 Rp.8.000
13. Keramik 1 pcs Rp. 15.400 Rp. 15.400
14. Switch Power 1 pcs Rp. 1.500 Rp. 1.500
15. Cat Semprot 1 pcs Rp. 18.700 Rp. 18.700
16. Amplas 1 pcs Rp. 10.000 Rp. 10.000
17. Gergaji Ukir 3 pcs Rp. 3.000 Rp. 9.000

33
18 Jaring Kawat 1 meter Rp. 10.000 Rp. 10.000
Total Rp. 460.993

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Alat Perangkap Nyamuk Berbasis Fotokatalisis


Alat perangkap nyamuk berbasis fotokatalis terdiri dari lampu UV LED,
ruang tempat nyamuk masuk, panel fotokatalis-adsorben, ruang kipas/fan,

34
serta ruang perangkap nyamuk. Alat yang dibuat berbentuk kotak ini
memudahkan dalam perancangannya.
Pada alat ini rangkaian lampu UV LED yang digunakan sebanyak dua
buah yang terletak pada bagian penutup atas alat dan bagian bawah tempat
keramik diletakan. Pada bagian penutup atas alat dipasang keramik yang
berfungsi sebagai panel fotokatalis-adsorben.
Kipas yang digunakan adalah kipas penyedot yang dipasang pada posisi
tengah tabung. Kipas ini dipasang dengan tujuan untuk menyedot nyamuk
bersamaan dengan aliran udara yang bergerak ke bawah. Pada bagian sekitar
kipas terdapat kawat kassa yang berfungsi sebagai jaring penghalang nyamuk
keluar dari alat.

4.2. Pelapisan Keramik Fotokatalis Adsorben


Keramik merupakan bagian penting dalam alat perangkap nyamuk.
Keramik ini digunakan sebagai tempat merekatkan fotokatalis-adsorben.
Proses pelapisan fotokatalis pada keramik dilakukan sebanyak lima kali.
Pelapisan dilakukan sebanyak lima kali agar menghasilkan penyebaran katalis
yang merata. Penyebaran katalis yang merata dapat menghasilkan dipersi
yang tinggi sehingga rasio jumlah katalis yang aktif terhadap jumlah katalis
keseluruhan makin tinggi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi performasi partikel fotokatalis TiO2
antara lain metode preparasi, suhu pemanasan, ukuran kristal, rasio antara
fasa anatase dan rutile, instensitas lampu dan substrat yang didegradasi
(Allen, et al., 2008). Suhu pemanasan akan berpengaruh pada luas permukaan
TiO2. Kenaikan suhu akan menyebabkan adanya transformasi anatase ke
rutile, juga mengakibatkan partikel TiO2 akan membesar sehingga luas
permukaan akan turun secara signifikan (Sopyan, et al., 1996). Efisiensi
fotokatalitik pada frasa rutile lebih rendah bila dibandingkan dengan frasa
anatase karena rekombinasi pasangan elektron dan hole yang semaikin
semakin sering terjadi pada permukaan frasa rutile. Jumlah reaktan dan
hidroksida yang menempel pada permukaan frasa rutile juga lebih kecl

35
dibandingkan dengan frasa anatase TiO2 (Allen, et al., 2008). Pada penelitian
Xu (2008), transformasi anatase menajadi rutile adalah sekitar 700oC. Oleh
karena suhu oven yang digunakan adalah 150oC maka penurunana luas
permukaan fotokatalis dapat dihindarkan.

4.3. Pengujian Alat


4.3.1. Pengujian Kinerja Fotokatalis Skala Laboratorium
Pengujian kinerja alat ini dilakukan dengan proses sebagai berikut:
1. Melakukan pengujian di dalam Workshop kampus kesehatan
lingkungan pada pukul 15.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB.
2. Meletakkan alat perangkap nyamuk pada kurungan nyamuk
dengan keadaan mula-mula alat tidak dinyalakan.
3. Setelah meletakan alat pada posisi yang tepat kemudian
menyalakan alat perangkap nyamuk.
4. Memasukkan nyamuk kedalam kurungan nyamuk sebanyak 20
buah nyamuk.
5. Setelah waktu pengujian selesai pukul 18.00 WIB, maka seluruh
hasil nyamuk yang terperangkap (mati) diamati dan dicatat
jumlahnya.
4.3.2. Pengujian Kinerja Fotokatalis Skala Lapangan
Pengujian kinerja alat ini dilakukan dengan proses sebagai berikut:
1. Melakukan pengujian di dalam kamar tidur pada pukul 20.00 WIB
hingga pukul 08.00 WIB.
2. Meletakkan alat perangkap nyamuk pada kamar tidur dengan
keadaan mula-mula alat tidak dinyalakan.
3. Setelah meletakan alat pada posisi yang tepat kemudian
menyalakan alat perangkap nyamuk.
4. Setelah waktu pengujian selesai pukul 08.00 WIB, maka seluruh
hasil nyamuk yang terperangkap (mati) diamati dan dicatat
jumlahnya.

36
4.4. Hasil Pengujian Alat
4.4.1. Hasil Pengujian Kinerja Fotokatalis Skala Laboratorium
Hasil percobaan pertama jumlah nyamuk yang didapatkan dengan
alat perangkapnyamuk berbasis fotokatalisis adalah sebanyak 10 ekor
nyamuk dari 20 ekor nyamuk. Hasil pengujian kedua jumlah nyamuk
yang didapatkan sebanyak 13 ekor nyamuk dari 20 ekor nyamuk dan
hasil pengujian ketiga hasil yang didapatkan adalah sebanyak 9 ekor
nyamuk dari 20 ekor nyamuk.
Hasil pengujian dapat dianalogikan seperti gambar 4.1, nyamuk
akan mendekat ke daerah pengujian karena adanya gas CO2 yang
terdektesi pada repseptornya. Ketika mendekati daerah alat perangkap
nyamuk berbasis fotokatalisis akan lebih menarik nyamuk, nyamuk
akan lebih tertarik pada panjang gelombang tertentu dan sinar UV yang
digunakan pada perangkap tersebut.

Gambar 4.1 Mekanisme penarikan nyamuk (Bantix, 2005)


Mekanisme fotokatalisnya adalah elektron pada pita valensi yang
berhasil berpindah ke pita konduksi akan meninggalkan lubang di pita
konduksi. Lubang yang terbentuk ini akan bereaksi dengan uap air di
udara membentuk radikal hidroksil (OH), seddangkan elektron akan
beraksi dengan molekul oksigen membentuk radikal anion supeoksida
(O2-) (Vohra, et al., 2006). Jika terdapat spesi organik di suatu ruangna

37
tempat alat diletakkan maka radikal-radikal sangat reaktif yang
terbentuk akan berkerja sama dalam mengoksidasi secara sempurna
spesi organik (Vohra,et al., 2006). Fotokatalis mampu mendregradasi
berbagai polutan udara raung dalam ruangan menjadi karbondioksida
dan air (Furman, et al.,2007). Produk karbondioksida dan uap air yang
dihasilkan dari fotokatalisis akan menjadi daya tarik bagi nyamuk untuk
mendekat ke alat (Wu, 2000).
Panas yang merupakan faktor penarik nyamuk dihasilkan melalui
reksi fotokatalis dari cara sebagai berikut. Cahaya UV dengan panjang
gelombang 365 nm, akan mengaktifkan TiO2 dengan cara menyediakan
energi yang diperlukan elektron untuk tereksitasi dari pita valensi ke
pita konduksi. Elektron (e-) pada pita valensi akan pindah ke pita
konduksi dan meninggalkan lubang positif (h+) pada pita valensi.
Pristiwa ini disebut eksitasi. Namun, sebagaian besar pasangan e- dan
h+ ini akan berekombinasi kembali, baik di permukaan partikel atau
didalam bulk partikel (Gunlazuard, 2001). Nyamuk yang mendekat ke
alat ini disebabkan oleh energi yang dihasilkan oleh adanya proses
rekombinasi.
Spektrum panas yang dihasilkan oleh lampu dan proses
rekombinasi yang diduga memiliki panjang gelombag inframerah yang
mirip dengan radiasi panas tubuh manusia, yaitu 10-12 mikron (Netting,
2007).

4.4.2. Hasil Pengujian Kinerja Fotokatalis Skala Lapangan


Pada pengujian ini alat perangkap nyamuk berbasi fotokatalis
ditaruh didalam kamar tidur selama 12 jam dengan keadaan menyala.
Hasil dari pengujian yang pertama adalah di dapatkan 2 ekor nyamuk.
Hasil pengujian yang kedua didapatkan nyamuk sebanyak 2 ekor
nyamuk dan pengujian ketiga didapatkan 4 ekor nyamuk. Proses

38
fotokatalisis menghasilkan karbondioksida dan uap air. Karbondioksida
dapat didektesi leh nyamuk yang berada pada jarak 18-36 meter dari
manusia (Gillies dan Wilke, 1986). Nyamuk yang di dapat dari hasil
pengujian alat perangkap nyamuk berbasis fotokatalis skala lapangan
ini cenderung lebih sedikit karena alat perangkap nyamuk di biarkan
memperangkap yang ada di ruangan secara alami tanpa di masukkan
jumlah nyamuk tertentu pada ruangan. Selain itu, suhu dan kelembaban
pun berpengaruh dalam alat perangkap nyamuk (Hadi, 2010). Nyamuk
aktif diatas suhu 25oC atau berada di kisaran 26o-31oC (Thomson,
1938). Hal ini menyebabkan kondisi cuaca pun berpengaruh pada
pengujian. Signifikasi perubahan suhu juga mempengaruhi aktifitas
nyamuk dimana semakin tinggi suhu semakin aktif nyamuk (Wahid, et
al., 2004). Apabila polutan udara di ruangan cukup maka efektifitas alat
akan semakin baik dengan dihasilkannya CO2 dan uap air yang akan
menarik nyamuk.

4.5. Kelebihan dan Kekurangan Alat


4.5.1. Kelebihan Alat
Adapun kelebihan dari alat ini diantaranya yaitu:
1. Bisa menarik nyamuk sekaligus membuat nyamuk terperangkap
dan mati
2. Alat perangkap nyamuk portable
3. Dapat di charger

4.5.2. Kekurangan Alat


Adapun kekurangan dari alat ini diantaranya yaitu:
1. Daya hisap yang kurang
2. Alat harus disimpan ditempat yang sudah terlihat banyak nyamuk
3. Batre kipas harus sering dicharge

39
BAB V

KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan yang telah diuraikan


sebelumnya, diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu :

1. CO2 memberikan peran yang positif dalam penarikan nyamuk.


2. Dari hasil pengujian selama12 jam dikamr didapatkan 8 ekor nyamuk.
3. Sinar UV menjadi faktor penarik nyamuk pada alat perangkap nyamuk.
4. Bila diletakkan pada ruangan yang mengandung polutan udara, efektivitas
alat perangkap nyamuk dapat meningkat dengan dihasilkannya CO2 dan
uap air.
5. Kondisi cuaca mempengaruhi profil suhu yang terbentuk.

40
41

Anda mungkin juga menyukai