Anda di halaman 1dari 3

Bab I

Pendahuluan

1.1 tujuan
1. Mahasiswa memahami fisiologi indera pendengaran
2. Mahasiswa mampu melaksanakan pemeriksaan tes pendengaran dengan garpu tala
1.2 latar belakang
Perangsangan suatu reseptor atau alat indra akan memberikan informasi kepada sistem saraf untuk
mengenal keadaan sekeliling, sehingga tubuh dapat segera menyesuaikan dengan keadaan yang baru.
Penyesuaian ini diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup dari suatu makhluk hidup. Alat indra
adalah alat yang ada pada tubuh manusia dan berfungsi untuk mengenal keadaan dunia luar. “Alat” itu adalah
reseptor saraf yang sensitif. “Dunia luar” adalah dunia di luar tubuh manusia itu sendiri yang disebut rangsangan.
Reseptor yang ada di dalam tubuh sensitif terhadap rangsangan itu disebut dengan indra. Indra ini mampu
mengubah rangsangan menjadi impuls. Impuls ini merupakan sinyal listrik yang sampai ke otak untuk membawa
berita sehingga orang dapat mengenal dunia luar ( Iswari, M dan Nurhastuti, 2018).
Sistem indera manusia merupakan bagian dari sistem koordinasi tubuh. Sistem indera terdiri atas bagian-
bagian yang berfungsi menerima, mengolah, dan menanggapi rangsangan dari lingkungan luar. Dalam sistem
indera terdapat saraf-saraf reseptor (penerima) untuk menerima rangsang fisik atau kimia, dan kemudia akan di
tanggapi ( Siregar, I. D dkk, 2021). Memori penginderaan merupakan suatu sistem yang terdiri dari penerima atau
penerus informasi (sense registers). Penerima informasi dikenal dengan alat pengindera, seperti mata (untuk
melihat dan menerima pandangan/informasi visual), telinga (untuk mendengar dan menerima suara/informasi
auditori), hidung (untuk membau), lidah (untuk merasa) dan kulit (untuk meraba). Meskipun setiap alat
pengindera tersebut mempunyai kemampuan yang berbeda, sebagian besar peneliti lebih memfokuskan pada
penglihatan dan pendengaran ( Khotimah, H dkk., 2019)
Menjaga kesehatan indera pendengaran merupakan hal yang penting karena indera pendengaran merupakan
bagian dari investasi masa depan. Oleh karena itu sebagai mahasiswa farmasi akan melakukan praktikum
pemeriksaan pendengaran guna untuk mengetahui betapa pentingnya indera pendengaran serta manfaat apa
yang diperoleh untuk mahasiswa dan masyarakat dan apa akibat dari gangguan indera pendengaran. Salah satu
gangguan pendengaran mengakibatkan seseorang kesulitan mendengar pembicaraan sehingga terjadi
gangguan komunikasi yang dapat berdampak negatif terhadap pekerjaan, pendidikan dan hubungan sosial , hal
tersebut dapat menimbulkan depresi (Nofiaturrahmah, 2018).
1.3 manfa’at
1. menambah pengetahuab pada mahasiswa
2. menguji skill pada mahasiswa
3. mahasiswa dapat memahami fisiologi indera pendengaran
4.
Bab II
Tinjauan Pustaka
2.1 Dasar Teori
1. Pengertian indera pendengaran
Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang suara (akustik) adalah
getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerah bertekanan tinggi karena kompresi (pemampatan)
molekul-molekul udara yang berselang seling dengan daerah bertekanan rendah akibat penjarangan
(rarefaction) molekul tersebut. Pendengaran merupakan indra mekanoreseptor. Hal ini karena telinga
memberikan respon terhadap getaran mekanik gelombang suara yang terdapat di udara. Gelombang
suara (akustik) termasuk gelombang mekanik yang dapat merambat melalui media selain udara, misalnya
air(Irawati, 2013).

2. Bagian-bagian telinga
Telinga merupakan salah satu panca indra utama pada tubuh manusia. Telinga memiliki fungsi utama
sebagai indra pendengaran yang sangat diperlukan dalam memudahkan komunikasi antar manusia.
Proses mendengar dalam telinga manusia melibatkan mekanisme yang kompleks dimulai dari gelombang
suara memasuki liang telinga dan menggetarkan membran timpani yang kemudian akan meneruskan
getaran untuk melewati 3 tulang pendengaran, yaitu maleus, inkus, dan stapes.1 Gelombang suara ini
kemudian ditansmisikan ke otak dan diterjemahkan menjadi suara yang kita dengar sehari–hari.
Intensitas frekuensi suara yang dapat diterima oleh telinga manusia meliputi rentang sekitar 20 Hz
sampai 20kHz. Selain memiliki fungsi pendengaran, telinga juga memiliki peranan penting dalam
keseimbangan ( martanegara, I. F dkk, 2020).
Telinga sebagai alat indera pendengar terdiri atas tiga bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah dan
telinga dalam. Struktur dan fungsi organ telinga sebagai alat indera pendengar adalah sebagai berikut:
Telinga luar, berfungsi dalam menangkap rangsang getaran suara atau bunyi dari luar. Bagian-bagiannya
meliputi daun telinga, lubang telinga, saluran telinga, selaput gendang telinga dan kelenjar minyak.
Telinga tengah, berfungsi dalam menghantarkan getaran suara atau bunyi dari telinga luar ke telinga
dalam. Bagianbagiannya meliputi rongga yang ada didalamnya terdapat tulang-tulang pendengar. Rongga
ini dihubungkan dengan rongga mulut oleh pembuluh Eustachius. Tulang-tulang pendengar ini terdiri
atas tulang martil, tulang landasan dan tulang sanggurdi. Telinga dalam, berfungsi untuk menerima
getaran suara atau bunyi yang disampaikan oleh telinga tengah. Bagianbagiannya meliputi tingkap
jorong, tiga saluran setengah lingkaran, rumah siput, saluran rumah siput dan alat keseimbangan (Azis, A
dkk.,2020).
3. Pemeriksaan pendengaran
Sistem pendengaran manusia mampu memisahkan beberapa sumber bunyi sekaligus secara
bersamaan dan memfokuskan pendengaran pada satu sumber suara meskipun bunyi latar cukup keras
dan disertai percakapan beberapa orang lainnya. Fenomena ini dikenal dengan the cocktail party
effect[1]. Istilah "cocktail party processing" diciptakan dalam sebuah studi awal terhadap the cocktail
party effect, dalam studi ini menggambarkan bahwa sistem pendengaran binaural memberikan
kontribusi penting dalam analisa pendengaran yang memungkinkan kita untuk memisahkan dan
melokalisir sumber suara ( Farid, M.N., 2019)
Terdapat beberapa tes untuk mengetahui fungsi pendengaran individu secara kualitatif yaitu
dengan garpu tala, yaitu tes Rinne, Weber dan Schwabach ( Putra, I. M. C. D dan Tirtayasa, K., 2014).
Tes Rinne adalah membandingkan kenyaringan relative konduksi udara terhadap konduksi tulang pada
telingan dengan gangguan pendengaran normal atau gangguanpendengaran sensorineural murni.
System kerja dari tes ini dengan garpu tala akan berbunyi lebih keras di seberang konduksi saluran
telingan (udara) daripada saat diletakkan di atas tulang mastoid di belakang telinga ( konduksi tulang)
( Senniappan, S DAN Chendigi, R., 2020). Tes Weber adalah tes pendengaran bertujuan untuk
membandingkan hantaran tulang telinga kiri dan tulang telinga kanan. Tes Weber dilakukan dengan cara
menggetarkan penala dan tangkainya diletakkan di garis tengah kepala (di verteks, dahi, pangkal hidung,
di tengah-tengah gigi seri atau di dagu) ( Tetryanto, M dkk .,2014). TES SCHWABACH: Tes untuk
membandingkan hantaran tulang orang diperiksa dengan pemeriksa yang pendengarannya normal
( Gunawan, S ., 2020).

4. Gangguan pendengaran
Pendengaran merupakan indra yang sangat penting untuk menjalani komunikasi di
kehidupan sehari-hari. Terjadinya gangguan pendengaran akan mengurangi tingkat kemampuan
menerima informasi dan berkomunikasi melalui suara, sehingga akan menyulitkan komunikasi antar
sesama manusia. Orang yang mengalami gangguan pendengaran biasanya ditandai dengan kesulitan
memahami pembicaraan, dan menyetel musik atau radio dengan volume tinggi tanpa merasa
terganggu. Terjadinya gangguan pendengaran akan mengurangi tingkat kemampuan menerima
informasi dan berkomunikasi melalui suara, sehingga akan menyulitkan komunikasi. Secara
terminologi, gangguan pendengaran diartikan sebagai penurunan kemampuan untuk mendengar
pada cakupan yang luas, tingkatannya dapat mulai dari gangguan pendengaran secara subyektif
sampai tuli total. Gangguan pendengaran dapat disebabkan akibat gangguan konduksi suara
ketelinga bagian dalam, presepsi suara oleh sel sensori pada telinga, atau memproses suara pada
saraf koklear, saluran pendengaran, pusat pendengaran di organ coti ( Nayoan, C. R dkk., 2022).
Gangguan pendengaran dapat mengenai salah satu atau kedua telinga sehingga penderitanya mengalami
kesulitan dalam mendengar percakapan. Adapun klasifikasi gangguan pendengaran yang disebut tuli
terdiri dari tiga jenis yaitu, tuli konduktif disebabkan oleh kelainan di telinga luar atau tengah, tuli
sensorineural (perseptif) disebabkan oleh kelainan pada koklea (telinga dalam), nervus VIII atau pusat
pendengaran, dan tuli campuran merupakan kombinasi dari tuli konduktif dan tuli sensorineural
( Gunawan,S ., 2020).

Daftar Pustaka

Martanegara, I. F., Wijana dan Mahdiani, S. 2020. Tingkat Pengetahuan Kesehatan Telinga dan Pendengaran
Siswa SMP di Kecamatan Muara Gembong Kabupaten Bekasi. JSK. Volume 5, Nomor 4: hal 140-147.

Anda mungkin juga menyukai