Anda di halaman 1dari 12

ALAT INDERA

LAPORAN

disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fisiologi Hewan yang diampu
oleh Dra. Soesy Asiah Soesilawati, MS. dan Dr. H. Saefudin, M. Si.

oleh:

Kelompok 3

Biologi A 2015

Fadhil Muhamad (1505692)

Fadillah Utami (1505063)

Fatimah Dini Hanifah (1507549)

Ghina Mutiara Abas (1503486)

Liella Kartika (1504017)

Nethasya Oktapriska (1504624)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2017
A. Judul
Sistem Indera

B. Waktu Pelaksanaan
Hari, tanggal : Selasa, 28 November 2017
Waktu : 08.00-11.30 WIB
Tempat : Laboratorium Fisiologi, Gedung FPMIPA A UPI

C. Tujuan
1. Menentukan daerah pengecapan berbagai rasa pada lidah manusia.
2. Menentukan jarak bintik buta.
3. Menentukan daerah bintik buta pada kertas.
4. Menentukan titik pandangan dekat.
5. Mempelajari persepsi thermoreseptor
6. Untuk memeriksa ketajaman pendengaran

D. Dasar Teori
Reseptor pengecap disebut kuncup pengecap, yang terletak pada permukaan
atas lidah. Kuncup pengecap mengandung sel-sel sensori, merespon terhadap
empat rasa yang berbeda, yaitu rasa asin, pahit, manis dan asam (Winatasasmita,
2017). Pengecap rasa pada lidah disebut dengan taste buds mengandung pori-
pori atau dikenal sebagai taste pore yang mengandung mikrovili dan membawa
sel gustatoris yang akan distimuli oleh berbagai cairan kimiawi. Mikrovili
merupakan reseptor permukaan bagi rasa. Serabut nervus sensorik dari taste buds
pada bagian anterior
a nterior lidah menghantarkan
me nghantarkan impuls ke bata ng otak melalui chorda
tympani (cabang dari nervus facialis). Bagian posterior lidah menghantar impuls
ke batang otak melalui nervus glossopharyng sedangkan taste buds pada pharynx
dan epiglottis diinervasi oleh nervus vagus untuk menginterpretasikan rasa
(Marya, 2002).
Taste buds mengandung beberapa reseptor rasa yaitu asam, asin, manis, pahit
dan umami. Rasa asam sering digunakan untuk mendeteksi keasaman, rasa asin
dapat memodulasi diet untuk kestabilan elektrolit tubuh, rasa manis penting
untuk menambah energi tubuh, rasa pahit dapat mendeteksi berbagai toksin dan
rasa umami digunakan untuk mendeteksi asam amino (Anis, 2009). Indera
pengecap mulai berkurang saat manusia mencapai umur 50 tahun. Perubahan-
perubahan kecil terjadi di 20 tahun pertama dalam hidup. Saat mencapai umur 30
tahun, manusia memiliki 245 taste buds pada tiap papilla di lidah. Saat berumur
70 tahun, jumlah taste buds di setiap papilla berkurang hingga berjumlah 88 saja
dimana rasa manis dan asin lebih dulu terasa efeknya (Guyton, 2009). Selain
karena usia, penurunan indera pengecap juga dapat disebabkan oleh kebiasaan
buruk seperti merokok karena rongga mulut merupakan daerah yang paling
mudah terpapar efek merugikan akibat merokok (Tjandra, 2003).
Bola mata vertebrata terdiri atas sklera atau lapisan luar yang keras dan
berwarna putih, terbuat dari jaringan ikat dan lapisan dalam yang tipis dan
berpigmen, disebut koroid. Dibagian depan sklera, terdapat kornea yang
transparan, yang melewatkan cahaya ke dalam serta bertindak sebagai lensa
tetap. Dibagian depan mata, koroid membentuk iris banyak berbentuk bulat yang
memberikan warna pada mata. Dengan mengubah ukuran, iris meregulasi jumlah
cahaya yang memasuki pupil, yaitu lubang di tengah iris tepat di dalam koroid.
Retina membentuk lapisan terdalam dari bola mata dan mengandung lapisan-
lapisan neuron dan fotosreseptor. Infomasi dari fotoreseptor meninggalkan mata
pada cakram optik, yang merupakan suatu titik bagian luar bawah retina dimana
saraf optik melekat ke mata karena tidak ada fotoreseptor dalam cakram optik,
sehingga terbentuklah bintik buta (blind spot) dimana cahaya ke bagian retina
tersebut tidak terdeteksi (Campbell, 2008).
Setiap individu memiliki jarak bintik buta yang berbeda-beda dengan individu
yang lainnya saat melihat objek. Saat kita tidak dapat melihat suatu objek pada
jarak tertentu, maka itulah jarak titik buta. Semua implus syaraf dibangkitkan
oleh sel batang dan sel kerucut. Sel batang dan sel kerucut merupakan bagian
retina yang mampu menerima rangsang sinar tak berwarna (sel batang) dan
mampu menerima rangsang sinar kuat dan berwarna (sel kerucut). Sel batang dan
sel kerucut ini berjalan kembali ke otak melalui neuron dalam saraf optik, oleh
karena itu objek dapat ditebak bentuknya. Kita melihat suatu benda dengan dua
mata. Bayangan benda jatuh di retina mata kanan dan kiri pada titik-titik yang
selaras, lalu implus-implus dari titik itu diintrepretasikan di otak sebagai suatu
bayangan. Bila satu mata ditekan, maka titik-titik selaras itu posisinya bergeser
akibatnya kita akan melihat dua bayangan (Maryanti, 2016).
Tubuh manusia terdiri atas organ-organ tubuh yang masing-masing
mempunyai fungsi tertentu. Agar organ-organ tubuh dapat bekerja sama dengan
baik, diperlukan adanya koordinasi (pengaturan). Pada manusia dan sebagian
besar hewan, koordinasi dilakukan oleh sistem saraf, sistem indra, dan sistem
hormon. Indera berperan sebagai reseptor, yaitu bagian tubuh yang berfungsi
sebagai penerima rangsang. Manusia membutuhkan informasi berupa rangsangan
dari lingkungan luar sekitar untuk dapat menjalani hidupnya dengan baik. Agar
rangsangan yang berasal dari luar tubuh dapat ditangkap oleh reseptor
dibutuhkan alat-alat tubuh tertentu yang bernama indera. Kelima alat indera itu
adalah mata, hidung, telinga / kuping, kulit dan lidah.
Menurut Guyton (2009) macam reseptor berdasarkan jenis rangsang adalah:
1. Kemoreseptor: Efektor yang peka terhadap rangsangan yang berupa bahan
kimia. contoh: bau.
2. Mekanoreseptor: Efektor yang peka terhadap rangsangan yang berupa
deformasi mekanik. Contoh: sentuhan dan suara.
3. Termoreseptor: Efektor yang peka terhadap rangsangan yang berupa suhu
(baik itu suhu panas maupun suhu dingin). Contoh: ketika terkena api dan
memegang es.
4. Fotoreseptor: Efektor yang peka terhadap rangsangan yang berupa cahaya.
Contoh: cahaya matahari.
5. Elektroreseptor: Efektor yang peka terhadap rangsangan yang berupa listrik.
Misalnya dimiliki oleh hewan aquatik, yaitu belut listrik. Digunakan sebagai
alat untuk mempertahankan diri.
6. Magnetoreseptor: Efektor yang peka terhadap rangsangan yang berupa medan
magnet. Contoh: medan magnet bumi (navigasi arah utara dan selatan),
misalnya dimiliki oleh lebah madu yang digunakan untuk menemukan
makanan.
Telinga adalah organ tubuh manusia yang berfungsi sebagai indra
pendengaran dan organ yang menjaga keseimbangan. Telinga merupakan
organ yang berperan terhadap pendengaran kita akan suara atau bunyi, hal ini
dapat terjadi karena telinga memiliki reseptor khusus yang berfungsi untuk
mengenali getaran suara. Telinga memiliki batasan frekuensi suara yang dapat
didengar, yaitu yang frekuensinya 20 Hz – 20.000 Hz. Sebagai alat indera
pendengaran telinga dapat menerima gelombang suara yang masuk melalui
telinga luar yang akan diterima oleh otak melalui proses terjadinya
pendengaran dengan organ-organ yang membeantu terjadinya proses tersebut
(Hadi, 2017).
Telinga di bagi menjadi 3 bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah,
dan telinga dalam. Masing-masing bagian tersebut memiliki fungsi spesifik.
Berikut penjelasan untuk bagian-bagian telinga tersebut:
1. Telinga Luar
Telinga bagian luar terdiri atas daun telinga (aurikula), saluran telingan
luar (analis auditoris eksternal), dan gendang telinga (membran timpani)
yang membatasinya dengan telinga dalam. Daun telinga terbentuk oleh
susunan tulang rawan yang memiliki bentuk khas untuk mendukung
fungsinya, yaitu untuk memusatkan gelombang suara yang masuk ke
saluran telinga. Saluran telinga luar, dalam bagian ini terdapat kelenjar
sudorifera yaitu kelenjar yang dapat menghasilkan serumen (bahan mirip
lilin yang dapat mengeras). Serumen ini menjaga telinga agar kotoran dari
luar yang masuk ke dalam dapat terperangkap, juga dapat memerangkap
serangga/hewan kecil yang masuk (Muhlisin, 2016).
2. Telinga Tengah
Merupakan rongga yang berisi udara dan menjaga tekanan udara tetap
seimbang. Dinding dari bagian ini dilapisi oleh sel epitel. Fungsi
utamanya adalah untuk meneruskan suara yang diterima dari telinga luar
ke telinga dalam. Pada telinga bagian tengah terdapat saluran Eustachius,
yaitu bagian yang menghubungkan telinga dengan rongga mulut (faring).
Saluran Eustachius ini berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan udara
antara telinga luar dengan telinga tengah.
Telinga bagian tengah terdiri atas 3 tulang pendengaran utama yaitu
Maleus (martil), Incus (landasan), dan Stapes (sanggurdi), Tulang-tulang
ini saling berhubungan satu sama lain (dihubungkan oleh sendi) karena
adanya sendi maka tulang-tulang ini dapat bergerak. Rangkaian 3 Tulang
yang sedemikian rupa ini berfungsi untuk mengirimkan getaran yang
diterima dari membran timpani pada telinga luar menuju ke telinga dalam
(Muhlisin, 2016).
3. Telinga Dalam
Terdiri atas bagian tulang dan bagian membran. Telinga dalam disebut
juga sebagai labirin karena bentuknya menyerupai labirin. Labirin tulang
(labirin osea) merupakan rongga yang terbentuk pada tonjolan tulang
pelipis yang berisikan cairan perilimfe. Membran labirin terletak pada
bagian yang sama dengan bagian labirin tulang, namun tempatnya lebih
dalam dan dilapisi oleh sel epitel serta berisi cairan endolimfe. Membran
labirin terbagi menjadi 3 bagian, yaitu:
a. Koklea
b. Vestibuli
c. Kanalis Semisirkularis
G. Hasil Pengamatan
Tabel 07 Hasil Pengamatan Reseptor rasa
No. Nama Larutan Peta Rasa Perhitungan
1. Fadillah A
+

+ - +

3/5 x100%= 60%

B
+

+ - +

3/5 x100%= 60%

-
No. Nama Larutan Peta Rasa Perhitungan
C
-

+ - +
3/5 x100%= 60%

D
-

+ + +

4 x100%= 80%

2. Ghina A

- - -
1/5 x100%= 60%

+ - +
4/5 x100%= 80%

+
No. Nama Larutan Peta Rasa Perhitungan
C
+

- +
4/5 x100%= 80%
+

D
+

4/5 x100%= 80%


+ - +

3. Liella A
+

- - - 2/5 x100%= 40%

+
B
+

+ + -
4/5 x100%= 80%

4/5 x100%= 80%


+ + -

4/5 x100%= 80%


+ + +

Tabel 08. Hasil Pengamatan Jarak Bintik Buta


Jarak bintik buta
Nama Mata
Mata kiri
kanan
Fadillah 14 cm 24 cm
Ghina 10 cm 10 cm
Liella 21 cm 12 cm
Nethasya 18,5 cm 20,5 cm
perlakukan berupa air panas/hangat) maka akan mempercepat kerja dari
reseptor tersebut, sehingga bila diberikan perlakukan lanjutan (berupa
pemberian air agak dingin) maka respon yang dihasilkan akan lebih cepat
terutama untuk menemukan sesuatu yang akan menyebabkannya mengalami
sensasi yang lebih baik.
4. Pendengaran
Sebagai alat pendengaran telinga berfungsi untuk menangkap atau
mendeteksi adanya udara yang bergetar sehingga menyebabkan terjadinya
bunyi dengan panjang gelombang (frekuensi) dan amplitudo tertentu.
Kemampuan dalam melokalisasikan atau menebak posisi sumber bunyi dapat
dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti; alat indrera lain yang dipengaruhi,
usia dimana semakin tua maka semakin rendah kemampuan panca indera
seseorang, penyebab lainnya seperti gangguan pada organ telinga yang
menyebabkan penurunan fungsi pendengaran. Selain untuk mendeteksi
bunyi/gelombang suara, telinga juga mempunyai fungsi lain sebagai alat
deteksi posisi tubuh yang berhubungan dengan gravitasi dan gerak tubuh atau
dikenal sebagai alat keseimbangan/equilibrium tubuh.
DAFTAR PUSTAKA

Anis Nadhia Bt Roslan, Jenny S, Anis I. 2009 Penurunan sensitivitas rasa manis
akibat pemakaian pasta gigi yang mengandung Sodium lauryl sulphate 5%,
Jurnal Pdgi, vol. 58, no 2, hlm 10-13.
Campbell, Neil A,dkk. 2016. Biologi Jilid 3(Edisi 8). Jakarta:Erlangga
Guyton AC, Hall JE. 2009. Text book of medical physiology (Taste and smell). 11th
Ed. Mississippi: Elsevier Book Aid International, 663-7.
Hadi, Abdul. (2017). Pengertian, bagian-bagian, dan fungsi telinga. [Online].
http://www.softilmu.com/2015/04/Pengertian-Bagian-Bagian-Telinga-Fungsi-
adalah.html

Marya R K. 2002. A Text book of physiology for dental students (Taste and smell).
New Delhi: CBS Publishers & Distributors, 256-9.
Maryanti, Sri. 2016. Modul Praktikum Biologi Umum. Bandung: UIN Sunan Gunung
Djati.
Muhlisin, Ahmad. (2016). Memahami 3 bagian telinga dan fungsinya. [Online].
https://mediskus.com/dasar/memahami-3-bagian-telinga-dan-fungsinya
Radiopoetro, R., 1986, Psikologi Faal 1, Yogyakarta : Yayasan Penerbitan Fakultas
Psikologi UGM.
Tjandra, Hans. 2003. Merokok dan Kesehatan. Available From URL;
http//www.compas.co.id. Last Update 19 Desember 2011.
Winatasasmita, Djamhur, dkk. 2017. Pedoman Praktikum Fisiologi Hewan. UPI:
Bandung.

DAFTAR PUSTAKA GAMBAR

Gambar 1.

Robertson, Laura. (2017). Anatomy of the Ear. [Online].


http://www.audiologyspecialists.com/anatomy-of-the-ear/

Anda mungkin juga menyukai