Anda di halaman 1dari 6

Indera Pembau, Pengecap, Dan Keterkaitan Keduanya Pada

Mamalia

Pelaksanaan : Kamis, 2 Mei 2019


Dosen : Dr. Raharjo, M. Si.
Dra. Nur Kuswanti, M.Sc.St.
Nur Qomariyah, S.Pd., M.Si.
Erlix Rakhmad Purnama, S.Si., M.Si.

Kelompok : 03

Ainin Nadiroh 17030244002


Andarista Diaz A. 17030244006
Lukman Baihaqi 17030244009
Mita Endah W. 17030244015

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2019

A. Judul : Indera Pembau, Pengecap, Dan Keterkaitan Keduanya Pada


Mamalia
B. Tujuan
a. Mengetahui pentingnya pengaruh rangsangan bau terhadap kepekaan
seseorang.
b. Menentukan kecermatan pengecapan praktikan pada penggunaan beberapa
bahan.
c. Menentukan daerah penyebaran reseptor dari keempat sensasi kecap
primer berdasarkan kepekaan tertinggi terhadap bahan yang bersangkutan.
d. Menentukan daerah penyebaran reseptor kecap selain sensasi primer
e. Mengetahui pentingnya pengaruh bau terhada kesan pengecapan.
C. Dasar Teori
a. Reseptor Sensori
Panca Indera merupakan organ akhir yang dikhususkan untuk
menerima rangsangan tertentu. Serabut saraf sensori, memberikan alat
perantara yang membawa kesan rasa dari orga indera menuju otak,
sehingga dapat diartikan. Kesan rasa dapat timbul dari luar, seperti
pengecapan, sentuhan, penglihatan, dan penciuman (Pearce, 2005).
Menurut Fox (2008) reseptor sensori, dibagi empat macam, sebagai
berikut.
1. Fotoreseptor, yang meliputi sel – sel kerucut dan sel – sel batang
pada retina mata
2. Kemoreseptor, merupakan reseptor stimulus berupa zat – zat kimia
yang terdapat pada papila pengecap, sel olfaktori, aorta dan badan
carotid.
3. Mekanoreseptor, merupakan perubahan bentuk mekanik membran
sel misalnya sentuhan dan tekanan pada kulit serta sel rambut pada
bagian dalam telinga.
Reseptor dapat dibagi menjadi dua macam menurut tipe informasi
dalam sel saraf sensori yang dihantarkan ke otak. Proprioreceptor
merupakan reseptor yang peka terhadap posisi badan dan pergerakann
tulang (gelendong otot, tendon, dan reseptor tulang sendi). Tipe kedua
adalah Cutaneousreceptor yang meliputi reseptor sentuhan dan tekanan,
reseptor panas dan dingin, dan reseptor sakit (Fox, 2008).
b. Indera Pengecap ( Lidah )
Lidah merupakan organ muskular yang menonjol ke dalam kavum
oris dari permukaan inferior. Otot-otot lidah merupakan otot bercorak
seperti otot skelet, dan terdiri dari otot ekstrinsik (mempunyai origo di luar
lidah) dan intrinsik (mempunyai origo di dalam lidah). Papila lidah dan
kuncup pengecap menyusun organ indera pengecap dalam kavum oris.
Jenis - jenis papila lidah, antara lain papila filiformis, papila fungiformis,
papila sirkumvalata, dan papila foliata (Wangko, 2013).
Sel reseptor pengecap pada mamalia adalah sel epitel termodifikasi
menjadi kuncup pengecap yang tersebar di sejumlah area lidah dan mulut.
Kuncup lidah terasosiasi dengan penjuluran berbentuk puting disebut
papila yang berperan untuk mengenali berbagai macam rasa (Guyton,
2006).
Sebagaian besar makanan memiliki ciri harum dan cita rasa, tetapi
ciri-ciri itu merangsang ujung saraf pembau bukan ujung saraf pen berbeda
gecap. Agar dapat dirasakan semua, makanan harus menjadi cair serta
benar-benar bersentuhan dengan ujung saraf yang mampu menerima
rangsangan yang berbeda-beda. Puting pengecap yang berbeda-beda
menimbulkan kesan rasa yang berbeda-beda juga. Adaptasi dari rasa kecap
mula-mula berlangsung cepat dalam 2-3 detik, kemudian adaptasi berjalan
lambat. Peta rasa yang terdapat di lidah yaitu rasa asam, manis, pahit, dan
asin (Irianto, 2012).

Gambar 1. Bagian – bagian lidah ( Sumber: Idel, 2003 )

Menurut Ganong (1998), reseptor rasa asam (kecut) dirangsang


oleh ion H+, bukan anion yang terkait. Untuk setiap bahan asam, rasa
asam biasanya setara dengan konsentrasi H+, tetapi asam-asam organik
sering lebih asam daripada asam mineral dengan konsentrasi H+ yang
sama. Hal ini menurutnya disebabkan karena asam organik lebih cepat
menembus sel daripada asam mineral. Rasa asin dihasilkan oleh Na+.
Beberapa senyawa organik juga terasa asin, misalnya dipeptida lisiltaurin
dan orniltaurin terasa asin, dan berdasarkan beratnya, lisiltaurin lebih
kuat daripada NaCl. Sebagian besar rasa bahan yang terasa manis adalah
bahan organik seperti sukrosa, maltosa, laktosa, glukosa, serta bahan lain
seperti polisakarida, gliserol, kloroform, dsb. Bahan uji yang sering
digunakan untuk rasa pahit adalah kina sulfat yang disebabkan oleh
adanya kation.
c. Indera Pembau ( Hidung )
Hidung merupakan indera yang berfungsi untuk mengenali sesuatu
dari aroma lingkungan sekitar. Pada bagian atas selaput lendir hidung
terdapat serabut-serabut saraf penciuman. Serabut olfaktori berperan untuk
mendeteksi rangsangan zat kimia dalam bentuk gas di udara atau
kemoreseptor (Idel, 2003).

Gambar 2. Bagian – bagian Hidung (Sumber : Idel, 2003).


Bau busuk dapat dikenali secara mudah hanya dengan mencium aroma
makanan tersebut karena dalam hidung terdapat banyak kemoreseptor
untuk mengenali bau (Kusumoputro, 2005). Reseptor pada indera pembau
berhubungan langsung tanpa sinaps ke otak. Sistem olfaktorius terdiri dari
reseptor di rongga hidung, daerah otak, dan jalur neural penghubung.
Reseptornya berupa sel-sel seperti benang dan di hubungkan dengan saraf
olfaktorius. Molekul yang dilepaskan oleh substansi tertentu adalah
stimulus untuk penciuman (Corwin, 2009)
H. DAFTAR PUSTAKA
Fox, S.I. 2008. Human Physiology Tenth Edition. New York: McGraw-Hill.

Ganong, W.F. 1998. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Buku Kedokteran

UGC.

Guyton, A.C. (2006). Text Book of Medical Physiology. Misisipi: Department of


Physiology and Biophysics University of Misisipi Medical.

Idel, Antoni. 2003. Biologi Dalam Kehidupan Sehari – hari. Jakarta: Gitamedia
Press.
Irianto, K. 2012. Anatomi dan Fisiologi. Bandung: Alfabeta

Kuumoputro, Benyamin. 2005. Pengembangan Riset Berkesinambungan Sistem


Penciuman Elektronik Menggunakan Metode Kecerdasan Komputasional.
Jurnal Fakultas Komputer. Jakarta: UI. Vol. 8 No.10.

Pearce, Evelyn. 2005. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta:


Gramedia Press.

Wangko, Sunny. 2013. PAPILA LIDAH DAN KUNCUP KECAP. Jurnal Biomedik
(JBM). Volume 5. Nomor 3

Anda mungkin juga menyukai