Anda di halaman 1dari 15

LEMBAR KERJA MAHASISWA

SISTEM Koordinasi Yang Terdiri Dari Sistem Saraf, Sistem Indera,


Dan Sistem Hormon

Tugas terstruktur

Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Fisiologi Hewan


Yang dibina oleh Prof. Dr. Abdul Ghofur M.Si.

Disusun oleh :

Kelompok 3 Offering A 2019

1. Anis Dwi Wahyuni 190341864434


2. Ida Alfiah 190341564452
3. Rasyada Farahilda 190341864414

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
2020
LEMBAR KEGIATAN MAHASISWA

DENGAN BERDISKUSI DAN MEMBACA PUSTAKA KERJAKAN SEMUA SOAL DI


BAWAH INI!

1. Sistem koordinasi yang melibatkan sistem saraf, sistem indera dan sistem endokrin.
Dalam mengindera sesuatu akan melibatkan reseptor, saraf dan ekspresi sensoris
(sensasi). Jelaskan yang tersebut dibawah ini!
a. Sel reseptor dibedakan menjadi 2, sebutkan dan beri contoh
Jawab:
1) Extroreceptors
Sel reseptor yang berfungsi menerima rangsangan dari luar tubuh
Contoh:
a) Fotoreseptor di retina untuk penglihatan
b) Kemoreseptor untuk penginderaan bau dan rasa
c) Mekanoreseptor untuk merasakan suara, di koklea, atau sensasi sentuhan di kulit
d) Termoreseptor (yaitu, Krause dan sel Ruffini), untuk merasakan dingin dan
panas
2) Introreceptors
Sel reseptor yang berfungsi menerima rangsangan dari dalam tubuh
Contoh:
a) Kemoreseptor pada arteri karotis dan aorta, menanggapi tekanan parsial
oksigen, dan di pusat pernapasan, menanggapi tekanan parsial karbon dioksida
b) Mekanoreseptor di labirin
c) Osmoreseptor di hipotalamus, mendaftarkan tekanan osmotik dalam darah
d) Kemoreseptor yang memantau pH, kadar gula dam kadar kalsium dalam cairan
tubuh
b. Jelaskan bagaimana kedua macam sel reseptor tersebut mengubah stimulus menjadi
potensial reseptor atau potensial generator dan selanjutnya menjadi potensial aksi
Jawab:
Proses Sel Eksteroreceptor dan interoreseptor dalam mengubah stimulus, Dalam
proses penerimaan ransang kimia (kemoresepsi), terjadi interaksi antara bahan
kimia dengan kemoreseptor membentuk kompleks bahan kimia-kemoreseptor.
Kompleks tersebut mengawali proses pembentukan potensial generator pada
reseptor, yang akan segera menghasilkan potensial aksi pada sel saraf sensori dan
berikutnya sehingga akhirnya timbul tanggapan. Proses pembentukan
potensialgenerator pada kemoreseptor sama seperti yang terjadi pada reseptor
lainnya, bedanya, rangsang pada kemoreseptor adalah zat kimia. Contohnya adalah
reseptor pada indera pembau yang nanti dapatmendeteksi senyawa toksik dan
sebagainya. Kemoreseptor juga penting untuk memantau kadan O2 dan CO2 dalam
cairan tubuh serta menerima ransangan hormon.
 Khemoreseptor pada eksteroreseptor contohnya yaitu alat indera yang merespon
terhadap ransangan zat kimia yaitu indera pembau (hidung) dan indera pengecap
(lidah). Reseptor penciuman merupakan reseptor yang diransang oleh molekul
larutan di dalam mukus.
Cara kerja alat penciuman (hidung) manusia:
Indera penciuman mendeteksi zat yang melepaskan molekul-molekul di udara.
Di atap rongga hidung terdapat olfactory epithelium yang sangat sensitif
terhadap molekul-molekul bau, karena pada bagian ini ada bagian pendeteksi bau
(smell receptor). Reseptor ini jumlahnya sangat banyak , sekitar 10 juta. Ketika
partikel bau tertangkap oleh reseptor (khemoreceptor), sinyal akan dikirim ke the
factory bulb melalui saraf olfactory. Bagian inilah yang mengirim sinyal ke otak
dan kemudian di proses oleh otak bau apakah yang telah tercium oleh hidung
kita, apakah itu bau yang mengenakkan, biasa saja, atau menyengat (aksi).
 Khemoreseptor pada interoreseptor contohnya adalah kendali pada respirasi.
Kendali kimiawi (kemoreseptor) merupakan faktor utama dalam pengendalian
dan pengaturan frekuensi, kecepatan dan dalamnya gerakan pernapasan. Pusat
pengendaliannya ada di kemoreseptor yang mendeteksi perubahan kadar
oksigen, karbondioksida, dan ion hydrogen dalam darah arteri dan cairan
serebrospinalis dan menyebabkan penyesuaian yang tepat antara frekuensi dan
kedalaman respirasi. Dimana nanti sinnya dari kemoreseptor ini akan
ditransmisikan kembali ke pusat batang otak yang mengatur pernapasan untuk
menjaga keseimbangan gas darah dan kesimbangan asam-basa. Sinyal efferen
dari kemoreseptor akan dilanjutkan kembali ke pusat napas di cortex celebri dan
terjadi aksi, kecepatan respirasi semakin cepat atau lambat, tergantung kadar
oksigen dalam darah yang diterima awalnya oleh kemoreseptor.
c. Dimanakah terjadinya ekspresi sensoris?
Jawab:
Ekspresi sensoria tau sensasi terjadi pada otak . ekspresi sensoris (sensasi) di
tentukan pada pusat sensori dan pusat sensori tersebut bertanggung jawab untuk
bagian tertentu pada tubuh

2. a. Jelaskan bagaimana proses kerja indra sakit?


Jawab:
Reseptor indra sakit merupakan ujung dendrit saraf telanjang . nosiseptor adalah
reseptor nyeri yang terletak secara periver, dimana sensitive terhadap rangsang
nyeri atau rangsangan yang semakin lama akan menyebabkan nyeri. Reseptor ini
adalah reseptor sensorik akir pada organ kulit , otot, sendi dan viresa. Nosiseptor
memiliki kemampuan untuk menilai tingkatan nyeri , dari yang tidak nyeri hingga
nyeri. Reseppptor yang teraktivasioleh stimulus nyeri, akan mengirimkan implus
melalui neuron eferen primer, menuju kornu dorsalis medulla spinalis dan di
teruskan melalui traktus spinotalamikus menuju thalamus hingga ke cerebri.
Setelah implus sampai pada otak.
b. Apa perbedaan sensasi sakit somatic dan sensasi sakit viseceral
Jawab:
Sensasi sakit somatic terjadi bila reseptor rasa sakit dalam kulit , tulang, persendian,
otot, dan tendon terdapat rangsangan. Reseptor sakit somatic merespon stimuli
mekanik dan kimia , sensasi sakit somatic mudah di kenali karena rasa sakit yang
timbul langsung terasa pada area asal sakit . sementara itupada sensasi sakit viresal
terjadi karena stimulasi terhadap reseptor rasa sakit pada organ – organ dalam.
Reseptor ini juga merespon stimuli mekanik dan kimia, misalnya perbesaran organ
dan anoksia (kekurangan oksigen ) akan menimbulkan sensasi sakit pada organ
tersebut. Tidak seperti sensasi sakit somatic , sensasi sakit viresal tidak mudah di
kenali atau sulit untuk di tentukan daerah asal sakitnya . sensasi sakit viresal sering
dirasakan pada permukaan tubuh yang jauh dari asal sakit . misalnya rasa sakit
anginal yang disebabkan oleh kekurangan oksigen pada otot jantung akan terasa di
sepanjang lengan kiri
c. Apa yang disebut reffered pain pathway
Jawab:
Reffered pain pathway adalah nyeri yang di rasakan di lokasi lain selain tempat
rangsangannya yang menyakitkan . nyeri yang di rujuk adalah ketika nyeri terletak
jauh atau berdekatan dengan organ yang terlibat. Contohnya adalah kasus angina
pektoris yang di sebabkan oleh infark miokard ( serangan jantung ) dimana rasa
sakit sering dirasakan di leher, bahu, dan punggung daripada dada (dada) , tempat
cedera .

3. a. Jelaskan bagaimana proses kerja indera pengecap


Jawab:
Pada manusia dan mamalia yang lainnya, lidah mengandung kuncup-kuncup pengecap
yang merupakan reseptor untuk rasa. Kuncup pengecap tersebut berbentuk seperti
bawang kecil, terletak pada permukaan epitelium dan pada tonjolan-tonjolan kecil
(papila) pada permukaan atas lidah. Kuncup pengecap tergolong kemoreseptor yang
menerima rangsangan zat-zat kimia dalam makanan yang kita makan. Zat-zat kimia
tersebut mencapai kuncup pengecap melalui pori pengecap (taste pores). Didalam
kuncup pengecap ini terdapa tmikrofili atau rambut pengecap (rambut gustatory) yang
merupakan sel-sel reseptor yang berhubungan dengan ujung dendrite saraf pengecap
yang akan meneruskan impuls dari zat-zat kimia tadi ke korteks otak, sehingga rasa
makanan dapat diketahui.

Mekanisme kerja pada indera pengecap


Sensasi rasa disebabkan oleh zat yang berbentuk cair atau larut dalam air, sehingga
lebih cepat stimuli rasa pada lidah basah daripada lidah kering (Shallenberger, 1997).
Menurut Shallenberger (1997), dalam pengecap saliva berperan untuk melarutkan ion-
ion yang menyebabkan terjadinya sensasi rasa sehingga lebih mudah mencapai reseptor
rasa pada membran sel pengecap. Hal ini dikarenakan oleh zat yang menyebabkan
sensasi rasa (tastant) membutuhkan air untuk mencapai reseptor dan interaksi tastant
dengan reseptor ditransmisikan melalui air. Persepsi rasa yang dihasilkan sangat
dipengaruhi oleh data-data yang diperoleh oleh organ sensor lainnya. Informasi-
informasi seperti bau dari makanan, tekstur, suhu dan lain sebagainya dapat
mempengaruhi rasa dari suatu makanan (Martini dan Nath, 2009).
b. Jelaskan bagaimana proses kerja indra penglihatan (pada saat terang dan gelap)
Jawab:

Apabila cahaya yang masuk terlalu terang, pupil akan menyempit atau
mengalami konstriksi. Bila cahaya redup, pupil akan melebar atau mengalami dilatasi.
Cahaya yang dipantulkan ke mata masuk ke dalam retina khususnya pada fovea (bintik
kuning). Pada retina terdapat sel batang yang sensitif terhadap cahaya redup namun
tidak dapat membedakan warna serta sel kerucut yang sensitif terhadap cahaya terang
serta dapat membedakan warna.
Pada sel batang dan sel kerucut terdapat opsin yaitu suatu pigmen penglihatan
retinal yang terikat pada protein membran. Adapun struktur setiap opsin dapat berbeda-
beda pada tiap jenis fotoreseptor (penyerap cahaya). Nah, kemampuan penyerapan
cahaya di retina bergantung pada jenis opsin yang dimiliki. Opsin pada sel batang akan
berpadu dengan retinal sehingga menghasilkan rhodopsin yakni suatu pigmen
pengelihatan yang akan terbentuk jika cahaya redup (tidak terang/gelap). Saat
rhodopsin menyerap cahaya, maka komposisi kimia pada retina akan berubah dan
memicu impuls menuju otak.
Pada saat gelap, enzim akan mengubah retina pada bentuk semula sekaligus
bersama opsin akan membentuk rhodopsin. Namun pada saat cahaya terang,
pembentukan rhodopsin berkurang dan sel batang menjadi tidak responsif lagi. Nah,
pada saat inilah sel kerucut akan mulai bekerja. Pada mata manusia terdapat tiga macam
sel kerucut yaitu merah, hijau dan biru dimana jenis opsinnya berbeda-beda. Setiap
opsin akan berpadu dengan retinal menghasilkan pigmen pengelihatan yang
dinamakan photopsin.
c. Jelaskan bagaimana proses kerja indra pendengaran
Jawab:
Langkah pertama dalam pendengaran melibatkan struktur-struktur di dalam
telinga yang mengubah getaran-getaran udara yang bergerak menjadi gelombang
tekanan dalam cairan. Saat mencapai telinga luar, udara yang bergerak menyebabkan
membran timpani bergetar. Ketiga tulang telinga meneruskan getaran itu ke jendela
oval, suatu membran yang terletak di permukaan koklea. Ketika tulang
sanggurdi,menggetarkan jendela oval getaran itu menciptakan gelombang tekanan
dalam cairan di dalam koklea.
Saat memasuki kanal verstibular, gelombang tekanan cairan mendorong ke
bawah duktus koklea dan membran basilar. Sebagai responnya,membran basilar dan
sel-sel rambut yang melekat bergetar naik dan turun. Rambut-rambut yang menjulur
dari sel-sel rambut yang bergerak dibengkokkan oleh membran tektorial yang terletak
pada posisi yang tetap tepat di atas sel. Pada setiap getaran, rambut-rambut yang
menjulur di atas sel-sel rambut pertama-tama menekuk ke satu arah, dan kemudian ke
arah yang lain. Mekanoreseptor di dalam sel-sel rambut merespons penekukan dengan
membuka atau menutup saluran-saluran ion di dalam membran plasma. Penekukan ke
satu arah mendepolarisasi sel-sel rambut, sehingga meningkatkan pelepasan
neurotransmiter dan frekuensi potensial aksi yang diarahkan ke otak sepanjang saraf
auditori. Penekukan rambut ke arah yang lain menghiperpolarisasi sel-sel
rambut,mengurangi pelepasan neurotransmiter dan frekuensi sensasi saraf auditori.
Telinga mengantarkan informasi ke otak tentang dua variabel suara yang penting yaitu
volume dan titinada. Volume (kenyaringan) ditentukan oleh amplitudo,atau tinggi,
gelombang suara. Titinada (pitch) adalah fungsi frekuensi gelombang suara, jumlah
getaran per satuan waktu. Koklea dapat membedakan titinada karena membran basilar
tidak seragam diseluruh panjangnya. Membran tersebut relatif sempit dan kaku di dasar
koklea dekat jendela oval dan lebih lebar serta lebih fleksibel di bagian ujung. Membran
yang bergetar paling keras memicu frekuensi potensial aksi tertinggi dijalur neuron
yang mengarah ke otak. Di dalam korteks serebral persepsi titinada terjadi. Akson di
dalam saraf auditori menjulur ke dalam area auditori korteks serebral berdasarkan
wilayah membran basilar di tempat sinyal berasal. Ketika tempat tertentu di korteks
kita terangsang, kita mempersepsikan suara dari titinada tertentu.
d. Jelaskan bagaimana kerja dari alat keseimbangan statis dan dinamis. Apa stimulus
dari indra keseimbang
Jawab:
Keseimbangan Statis:
Keseimbangan statis merupakan kemampuan tubuh untuk menjaga keseimbangan pada
posisi tetap. Keseimbangan statis di perankan oleh suatu organ yakni apparatus
vestibular atau bagian dalam telinga. Bagian dalam telinga terdiri dari koklea yang
berfungsi sebagai organ pendengaran dan apparatus vestibular sebagai organ
keseimbangan. Aparatus vestibular terdiri dari labyirin statis dan labyirin dinamis.
Dimana sakulus dan urtikulus termasuk dalam labirin statis yang berperan dalam
keseimbangan statis.
Organ-organ indera penglihatan yakni mata dan indera pendengaran yaitu telinga
menjadi suatu reseptor yang nantinya akan menghantarkan suatu impuls ke otak.
Mekanisme terjadinya keseimbangan statis adalah :
- Adanya suatu gelombang suara yang nantinya masuk melalui lubang telinga bagian
luar, masuk ke telingan bagian tengah dalam hal ini membrane timpani dan tulang-
tulang rawan yang membantu menggetarkan suara hingga suara di hantarkan ke bagian
telinga dalam yakni sakulus dan urtikulus.
- Selanjutnya suara/impuls akan di hantarkan melalu saraf kranial yakni nervus
vestibulocochlearis. Impuls kemudian akan melewati korteks serebri bagian atas
viseralateralis nuclei vestibular. Impuls selanjutnya akan menuju serebelum melalui
pedinkulus serebralis inferior
- Setelah menuju ke dalam serebelum, impuls akan dibawa ke medulla spinalis melalui
traktus vestibulospinalis
- Selanjutnya impuls akan di persepsikan ke dua arah yakni ke otot-otot da nada juga ang
ke mata. Hal ini diakibatkan agar koordinasi kepala dan mata tetap baik. Keseimbangan
statis mempengaruhi posisi kepala dan mata agar tetap pada satu objek. Sehingga hal
tersebut yang menyebabkan tubuh tetap seimbang.
Keseimbangan Dinamis:
Keseimbangan dinamis adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan
kesetimbangan ketika tubuh dalam keadaan bergerak. Keseimbangan dinamis di
perankan oleh suatu organ yakni apparatus vestibular atau bagian dalam telinga. Bagian
dalam telinga terdiri dari koklea yang berfungsi sebagai organ pendengaran dan
apparatus vestibular sebagai organ keseimbangan. Aparatus vestibular terdiri dari
labyirin statis dan labyirin dinamis. Dimana kanalis semisirkularis termasuk dalam
labirin dinamis yang berperan dalam keseimbangan dinamis. Organ-organ indera
penglihatan yakni mata dan indera pendengaran yaitu telinga menjadi suatu reseptor
yang nantinya akan menghantarkan suatu impuls ke otak. Mekanisme terjadinya
keseimbangan dinamis sama halnya dengan keseimbangan statis, hanya saja respon
efektornya yang berbeda. Sakulus dan urtikulus akan mempengaruhi posisi kepala, dan
kanalis semisirkularis akan mempengaruhi pergerakan dari kepala untuk menjaga suatu
keseimbangan.

4. Mekanisme aksi hormon melibatkan aksi hipofisis dan hipotalamus dan kelenjar
penghasil hormon. Jelaskan mekanisme aksi hipofisis-hipotalamus-kelenjar dalam
menghasilkan hormon. Buatlah satu contoh hormon tentang ini.
Jawab:
Mekanisme aksi hipofisis-hipotalamus-kelenjar dalam menghasilkan hormon:
Rangsangan hormon pituitari dapat berasal dari dalam maupun luar tubuh. Otak akan
memberi sinyal ke kelenjar pituitari untuk meningkatkan atau menurunkan tingkat
sekresi hormon tertentu. Dengan demikian, otak berperan menghubungkan kelenjar
pituitari dengan peristiwa yang terjadi di luar atau di dalam tubuh, yang akan
berdampak pada tingkat sekresi hormone pituitari. Hubungan fungsional antara otak
dan kelenjar pituitari, dimana bagian hipotalamus memainkan peranan utama ini
disebut sebagai Aksis Hipotalamus-Pituitari. Hipotalamus akan membentuk hormon
yang akan disimpan dalam median eminence. Hormon neurosekretori hipotalamus
tersebut akan masuk ke pleksus kapiler primer yang nantinya akan mengalirkan hormon
tersebut ke vena porta hipofiseal. Vena porta hipofiseal akan mengalir ke infundibulum
dan berhubungan dengan pleksus kapiler sekunder di daerah lobus anterior. Hormon
neurosekretori akan meninggalkan pembuluh darah untuk merangsang atau
menghambat sel parenkim di daerah lobus anterior. Dapat dikatakan bahwa sistem
portal hipofiseal adalah sistem pembuluh darah yang berfungsi pada regulasi hormon
pars distal oleh hipotalamus. Akson neuron yang berasal dari berbagai bagian
hipotalamus akan berakhir di sekitar pleksus kapiler primer. Ujung akson ini berbeda
dari akson lain seluruh tubuh. Akson ini selain berfungsi mengirimkan sinyal, juga
mampu melepaskan inhibiting hormone (factor) atau releasing hormone langsung ke
dalam pleksus kapiler primer. Hormon-hormon ini akan masuk ke sistem portal
hipofiseal yang nantinya akan dibawa ke pleksus kapiler sekunder pars distalis.
Hormon-hormon ini akan mengatur sekresi berbagai macam hormone pituitari anterior.
Releasing hormone dan inhibiting hormone (factor) diantaranya adalah (Gartner &
Hiatt 2001: 304):
1. TRH (Thyrotropin Releasing Hormone) atau ThyroidStimulating Hormone-
Releasing Hormone, hormon ini berfungsi merangsang keluarnya TSH (Tiroid
Stimulating Hormone)
2. CRH (Corticotropin Releasing Hormone),hormon ini berfungsi merangsang
keluarnya adrenocorticotropin.
3. SRH (Somatotropin Releasing Hormone), hormon ini berfungsi merangsang
keluarnya somatotropin (Growth Hormone)
4. GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone)/ LHRH (LuteinizingHormone
Releasing Hormone), hormon ini berfungsi merangsang keluarnya Luteinizing
Hormone (LH) dan FSH (Follicle Stimulating Hormone)
5. PRH (Prolactin Releasing Hormone), hormon ini berfungsi merangsang keluarnya
prolactin
6. PIF (Prolactin Inhibitory Factor), hormon ini berfungsi menghambat sekresi
prolactin
7. Somatostatin, hormon ini berfungsi menghambat sekresi Growth Hormone.
Hormon pituitari terlibat dalam pengaturan volume dan komposisi cairan tubuh.
Hormon pituitari juga terlibat dalam perubahan fungsi tubuh, sehubungan dengan
pertumbuhan, reproduksi, dan respon yang tepat terhadap stress dan trauma.
Hormon pituitari menimbulkan efek fisiologis dengan cara langsung berpengaruh
ke sel target, atau bisa juga merangsang kelenjar endokrin lain untuk mensekresikan
hormon, yang kemudian akan mengakibatkan perubahan fungsi tubuh (Considine
2009: 596).
Contoh hormon aksi hipofisis-hipotalamus-kelenjar:
Sistem endokrin terdiri dari kelenjar-kelenjar yang mensekresi hormon yang membantu
memelihara dan mengatur fungsi-fungsi vital seperti (1) respons terhadap stres dan
cedera, (2) pertumbuhan dan perkembangan, (3) reproduksi, (4) homeostasis ion, (5)
metabolisme energi, dan (6) respons kekebalan tubuh. Sekresi kortisol oleh korteks
adrenal diatur oleh sistem umpan balik negatif lengkung panjang yang melibatkan
hipotalamus dan hipofisis anterior. Pada sistem hipotalamus-hipofisis-adrenal,
corticotropin releasing hormone (CRH) menyebabkan hipofisis melepaskan ACTH.
Kemudian ACTH merangsang korteks adrenal untuk mensekresi kortisol. Selanjutnya
kortisol kembali memberikan umpan balik terhadap aksis hipotalamus-hipofisis, dan
menghambat produksi CRH-ACTH. Sistem mengalami fluktuasi, bervariasi menurut
kebutuhan fisiologis akan kortisol. Jika sistem menghasilkan terlalu banyak ACTH,
sehingga terlalu banyak kortisol, maka kortisol akan mempengaruhi kembali dan
menghambat produksi CRH oleh hipotalamus serta menurunkan kepekaan sel-sel
penghasil ACTH terhadap CRH dengan bekerja secara langsung pada hipofisis anterior.
Melalui pendekatan ganda ini, kortisol melakukan kontrol umpan balik negatif untuk
menstabilkan konsentrasinya sendiri dalam plasma. Apabila kadar kortisol mulai turun,
efek inhibisi kortisol pada hipotalamus dan hipofisis anterior berkurang sehingga
faktor-faktor yang merangsang peningkatan sekresi kortisol (CRH-ACTH) akan
meningkat. Sistem ini peka karena produksi kortisol atau pemberian kortisol atau
glukokortikoid sintetik lain secara berlebihan dapat dengan cepat menghambat aksis
hipotalamus-hipofisis dan menghentikan produksi ACTH.

5. Dalam melakukan homeostasis hormon bekerja saling terkait antara satu dengan yang
lain. Jelaskan cara kerja hormon melalui kerjasama sinergisme, permisif dan antagonis.
Jawab:
Cara kerja hormon melalui kerjasama sinergisme:
Interaksi hormone secara sinergisme adalah gabungan kerja hormone dan
menghasilkan energy jumlah dari gabungan hormone tersebut (jumlah dari efek kerja
masing-masing hormone).
Contoh: Jika hormon X mempunyai efek x terhadapsuatu organ tujuan Z, dan hormon
Y mempunyai efek y terhadap organ tujuan yang sama, maka kedua macam hormon
tersebut bekerjasama. Efek dari kerjasama hormon tersebut adalah x + y. Bila efek
kedua macam hormon itu bersama menjadi lebih besar dari x + y maka kerja kedua
macam hormon tersebut itu adalah secara potensiasi (potentiation).
Cara kerja hormon melalui kerjasama permisif:
Interaksi hormon secara permisif adalah suatu hormon tidak berperan langsung
terhadap organ tujuan, namun menciptakan suasana yang kondusif bagi hormon
yang lainnya.
Contoh: Cara kerja hormon estrogen dan progesterone. Misalkan alveoli kelenjar
mamae akan bekerja lebih baik jika diberi estrogen dahulu maka estrogen akan
memberikan suasana yang kondusif bagi kerja hormon progesterone untuk
menumbuhkan alveoli sampai mencapai bentuk yang sempurna (Francis, G.W. 1999).
Cara kerja hormon melalui kerjasama antagonis:
Interaksi hormone antagonis merupakan efek dua hormone saling berlawan, efek
antagonis terjadi apabila satu hormon bertindak berlawanan dengan efek hormon lain.
Contoh: Insulin dan glucagon. Insulin akan menurunkan kadar gula dalam darah dan
memfasilitasi pembentukan lipid. Sementara, glucagon meningkatkan kadar gula dalam
darah dan memicu degradasi lipid. Sehingga dapat dikatakan bahwa kedua hormon ini
mempunyai interaksi yang antagonis (Nugroho, R.A. 2016).

6. Kasus Penyakit Gondok (Goiter) pada Petani sebagai Dampak dari


Penggunaan Pestisida
Pestisida merupakan obat-obatan atau senyawa kimia yang bersifat racun, digunakan
untuk membasmi jasad pengganggu tanaman, baik hama, penyakit maupun gulma. Penggunaan
pestisida bertujuan untuk meningkatkan hasil pertanian, dan menekan biaya pengelolaan
pertanian sehingga lebih efisien dan ekonomis, serta menghindarkan lahan pertanian itu sendiri
dari serangan hama. Intensitas pemakaian pestisida yang tinggi, dan dilakukan secara terus-
menerus pada setiap musim tanam akan menyebabkan beberapa kerugian, antara lain residu
pestisida akan terakumulasi pada produk-produk pertanian dan perairan, pencemaran pada
lingkungan pertanian, keracunan pada hewan, keracunan pada manusia sehingga berdampak
buruk terhadap kesehatan manusia. Salah satu dampak negatif penggunaan pestisida bagi
kesehatan manusia yaitu terjadinya pembesaran kelenjar tiroid atau yang sering disebut sebagai
penyakit gondok (goiter).
Gondok atau goiter adalah pembesaran kelenjar tiroid dan dapat terjadi dalam bentuk
diffuse atau nodular. Paling sering disebabkan oleh defisiensi yodium dalam makanan. Faktor
lain yang dihubungkan dengan gondok adalah faktor goitrogen, kelebihan unsur yodium,
nutrisi, dan genetik. Beberapa obat dan keadaan dapat mengubah sintesis, pelepasan, dan
metabolisme hormon tiroid. Obat-obatan seperti perklorat dan tiosianat dapat menghambat
sintesis tiroksin, sebagai akibatnya obat-obatan itu dapat menyebabkan penurunan kadar
tiroksin dan melalui rangasangan umpan balik negatif meningkatkan pelepasan TSH oleh
kelenjar hipofisis. Keadaan ini juga mengakibatkan pembesaran kelenjar tiroid dan timbulnya
goiter. Sehingga penyakit ini juga banyak ditemukan pada petani yang terlalu banyak terpapar
pestisida saat melakukan penyemprotan di lahan pertaniannya. Faktor-faktor resiko yang
berhubungan dengan kejadian goiter, yaitu: umur, masa kerja, lama kerja per hari, jenis
pestisida, dosis pestisida, frekuensi penyemprotan, posisi petani terhadap arah angin saat
penyemprotan pestisida, dan penggunaan alat pelindung diri. Faktor-faktor tersebut
memungkinkan untuk terjadi keracunan pestisida seperti yang telah disebutkan sebelumnya,
yang pada akhirnya menimbulkan kejadian goiter.
Pembesaran kelenjar tiroid atau gondok bisa bersifat jinak, tapi juga bisa merupakan
bentuk kanker dari kelenjar gondok. Sehingga hal ini perlu diwaspadai dan diperiksakan ke
dokter, bila ternyata benjolan pembesaran kelenjar tiroid itu ganas harus dioperasi. Pembesaran
kelenjar gondok dan penyakit gondok lebih banyak terjadi pada wanita, dengan perbandingan
7:1. Munculnya penyakit kelenjar gondok tak selalu diakibatkan oleh kekurangan hormon.
Penyakit ini bisa pula muncul karena kelebihan hormon. Bila hormon kelenjar gondok berlebih,
terjadi hipermetabolisme. Kasus seperti ini biasanya terjadi pada usia dewasa. Salah satu
contoh penyakit kelenjar gondok yang disebabkan oleh produksi hormon berlebih adalah
penyakit graves. Inilah jenis penyakit kelenjar gondok yang paling sering terjadi di masyarakat.
Penyakit graves adalah penyakit autoimun yang disebabkan oleh faktor genetic dan lingkungan
, termasuk paparan pestisida. Tanda-tanda spesifik penyakit graves diantaranya mata menonjol,
berkeringat banyak, palpitasi (jantung berdebar-debar keras), terjadi penurunan berat badan,
dan badan kurus meskipun makan banyak. Tentu saja penyakit ini harus diobati, jika tidak
sembuh harus operasi.
Contoh kasus seperti yang dialami oleh salah satu petani di sebuah kabupaten yang
bernama Ibu S. Ibu S berumur 47 tahun, dan beliau sudah menjadi petani hortikultura di daerah
tersebut selama lebih dari 10 tahun. Selama itu pula beliau terpapar pestisida yang digunakan
untuk menyemprot tanaman pertaniannya. Racun pestisida ini masuk ke dalam tubuh bisa
melalui kulit karena beliau tidak pernah menggunakan sarung tangan, dan terhirup lalu masuk
melalui ssistem pernafasan karena beliau tidak menggunakan masker. Selain itu penyemprotan
dilakukan secara berlawanan arah dengan arah angin, sehingga pestisida yang disemprotkan
berbalik terbawa angin ke arah Ibu S. Seharusnya penyemprotan dilakukan searah dengan arah
angin. Ibu S mengaku sering merasa pusing, berkunang-kunang, banyak berkeringat,
mengalami batuk, tangannya bergetar sendiri (tremor), sakit di persendian, sering lupa atau
hilang ingatan, dan sudah lama terdapat benjolan di lehernya (mengalami pembesaran kelenjar
tiroid). Beliau juga mengatakan bahwa pernah memeriksakan benjolan tersebut ke dokter.
Awalnya dokter hanya memberikan obat pada Ibu S. Namun benjolan tersebut tak kunjung
hilang, dan ketika Ibu S kembali memeriksakannya, dokter menyarankan agar benjolan tersebut
dioperasi. Terbentur keadaan ekonomi yang hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari, Ibu S
pun mengurungkan niat untuk menghilangkan benjolan tersebut dan menolak saran dokter
untuk operasi. Beliau membiarkan benjolan tersebut hingga sekarang mengeras, karena dirasa
tidak sakit dan mengaku bahwa tidak terganggu dengan adanya benjolan tersebut. Padahal jika
menurut saran dokter benjolan tersebut seharusnya dioperasi, berarti pembesaran kelenjar
tiroid yang terjadi sudah parah atau mungkin sudah menjadi kanker, seperti yang telah
dijelaskan di atas. Sehingga hal ini perlu mendapatkan perhatian dan penanganan yang serius,
sebelum terjadi hal yang lebih buruk lagi. Peran Puskesmas juga sangat penting dalam
pencegahan terjadinya penyakit yang lebih serius akibat dari pebesaran kelenjar gondok yang
tidak segera ditangani. Kurangnya penyuluhan dari Puskesmas atau tenaga ahli kesehatan
setempat mengenai bahaya dari gejala-gejala atau tanda penyakit yang muncul pada petani,
membuat para petani ini sering menyepelekan gejala atau penyakit yang mereka alami atau
mereka derita. Termasuk salah satunya contohnya adalah pengakuan dari Ibu S seperti yang
telah diterangkan di atas.
Pertanyaan
7. Saat ini anda sedang belajar tentang endokrinologi, masalah apa saja yang ditemukan pada
kasus ibu S yang dapat saudara identifikasi?
Jawab:
Masalah yang terjadi pada ibu S adalah akibat teralalu sering terpapar dengan zat kimia
yang berupa pestisida. Pestisida mengandung senyawa yang dapat membahayakan tubuh.
Terpapar dengan senyawa kimia secara langsung dalam jangka waktu yang lama serta tanpa
penggunaan alat pelindung dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti yang dirasakan
oleh ibu S tersebut. Selain itu kurangnya wawasan dan edukasi bagi para petani tentang tata
cara penggunaan pestisida juga merupakan masalah yang sering terjadi.
8. Jelaskan salah satu masalah yang saudara temukan penyebabnya? Jika terkait dengan
struktur mikroanatomi kelenjar hormon tertentu jelaskanlah.
Jawab:
Salah satu masalah pada cerita diatas adalah adanya pembesaran kelanjar tiroid disebabkan
oleh terlalu sering terpapar dengan pestisida. Pestisida mengandung perklorat dan tiosianat
yang dapat menyebabkan pembengkakan pada kelanjar tiroid.Kelanjar tiroid merupakan
kelenjar yang terdiri dari dua lobus dan terdapat di dalam leher yang dihubungkan oleh
isthmus yang sempit. Kelanjar ini terletak di sebelah kanan dan kiri trakea. kelenjar tiroid
memerlukan yodium sebagai suatu elemen yang terdapat dalam makanan dan air. Sel tiroid
adalah satu-satunya sel dalam tubuh manusia yang dapat menyerap iodine atau yodium
yang diambil dari makanan melalui saluran pencernaan. Iodine ini akan bergabung dengan
asam amino tirosin yang kemudian akan diubah menjadi triidotironin (T3) dan
tetraiodotironin (tiroksin=T4).
9. Buatlah beberapa alternatif penyelesaian dari masalah yang telah saudara buat!
Jawab:
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah diatas diantaranya:
a. sebisa mungkin menghindari agar tubuh tidak terlalu sering terpapar dengan pestisida,
b. menggunakan sarung tangan dan masker
c. memahami bagaimana prosedur penggunaan pestisida yang benar
d. Apabila telah terjadi pembengkakan pada kelanjar tiroid maka segera dilakukan
pemeriksaan dan pengobatan yang sesuai dengan usia dan kondisi kesehatan.
10. Pilihlah satu penyelesaian yang menurut anda tepat dan jelaskan mengapa anda memilih
penyelesaian tersebut.
Jawab:
Saya memilih penyelesaian berupa penyuluhan pada petani terkait APD dan prosedur
penyemprotan pestisida yang benar karena solusi ini dapat mengedukasi para petani tentang
pentingnya alat pelindung diri berupa masker dan sarung tangan ketika proses
penyemprotan pestisida. Solusi ini juga efektif dalam mencegah dampak akibat pestisida
pada petani. Petani juga perlu diedukasi mengenai dampak yang ditimbulkan apabila
mengacuhkan penggunaan APD. Selain itu, penyuluhan juga harus menginformaikan cara
penyemprotan pestisida yang benar yaitu searah dengan arah angin agar pestisida tidak
terpapar ke petani yang sedang bekerja.

Anda mungkin juga menyukai