NIM : 6411420059
1. Jelaskan lokasi, jenis dan fungsi reseptor yang memediasi sensasi sentuhan, suhu
dan rasa sakit !
a. Sensasi sentuhan
Reseptor sentuhan memungkinkan kita untuk menandai kontak tubuh kita dan mencapai
kesadaran. Sentuhan memungkinkan kita mengenali obyek yang ada ditangan kita dan
menggunakan obyek tersebut sebagai alat. Sentuhan memungkinkan kita mengenali bentuk
tiga demensi sehingga orang buta dapat mengenali huruf Braille. Sentuhan juga
memungkinkan dokter bedah, pemahat, pelukis, tukang masak menjalankan pekerjaannya.
Sentuhan dikenali oleh mekanoreseptor dikulit Secara morfologi reseptor-reseptor yang
menandai sentuhan halus dan vibrasi termasuk dalam golongan II dan termielinasi, serta
menandai secara tepat lokasi dari rangsangan. Reseptor-reseptor tersebut dapat memberikan
respons yang bertahap (phasics) dan tonik. Phasics terdiri dari reseptor rambut, yaitu
Meissner dan Pacinian. Meissner sensitif terhadap vibrasi 30–40Hz. Meissner mengenali
texture (permukaan), batas pegangan, pergerakan dan flutter. Pacinnian yang letaknya jauh di
sebelah dalam jaringan kulit menandai frekuensi 300Hz, menandai kontak dan lepas. Merkel
dan Ruffini merupakan reseptor yang adaptasinya lambat. Merkel yang letaknya dekat
permukaan menandai tekanan, membedakan obyek yang kecil, ketepatan menggenggam
obyek dan mengenali berat. Merkel memungkinkan orang buta untuk membaca huruf Braille.
Reseptor Ruffini yang ujungnya ada di dermis merupakan reseptor tonik menandai adanya
regangan dari kulit, membedakan obyek yang besar dan genggaman secara menyeluruh. Pada
umumnya kontak antara rangsangan mekanik dengan permukaan tubuh dimediasi oleh
serabut golongan III. Sensasi yang akan diterima berupa sentuhan kasar yang berasal dari
ujung saraf yang telanjang dan tersebar merata di permukaan dermis dan subkutan.
b. Sensasi suhu
Tidak ada dingin absolut, hanya ada perubahan kehangatan suhu. Respons terhadap panas
dan dingin dapat ditandai akibat perubahan temperatur. Reseptor temperatur ujung sarafnya
telanjang (spesifik untuk hal yang tidak jelas). Reseptor temperatur mulai menandai adanya
perubuahan suhu pada 35oC dan frekuensi potensial generatornya meningkat pada
temperatur 20oC. Akson untuk suhu rendah masuk dalam golongan III atau IV. Reseptor
hangat mulai beraksi pada 30oC dan frekuensi potensialnya meningkat pada 45oC. Aksonnya
masuk golongan IV. Reseptor dingin jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan reseptor
panas.
c. Sensasi sakit
Sakit adalah mekanisme pertahanan diri. Tanpa rasa sakit akan membahayakan kita atau
hewan, karena tubuh akan terus sakit tanpa mengetahui dirinya sakit. Misalnya lengan yang
sakit akan tetap digunakan dan akibatnya lengan tersebut akan rusak. Ada beberapa jenis
rangsangan rasa sakit, yang cepat berlalu seperti tusukan jarum, sangat mudah terlokalisir
dan tidak meninggalkan bekas. Sakit lambat terasa tidak nyaman dan seperti terbakar. Jenis
sakit ini sulit dilokalisir dan meninggalkan bekas sakit walaupun rangsangan telah
dihilangkan. Sakit yang cepat dan lambat dideteksi oleh ujung saraf yang telanjang akan
tetapi keduanya dihantarkan oleh saraf golongan III dan IV. Sakit lambat juga menimbulkan
respons otonom. Sakit ini dapat diblok oleh narkotik sedangkan yang cepat tidak dapat diblok
oleh narkotik (mekanismenya belum jelas diketahui). Reseptor rasa sakit ini disebut
nosiseptor yang dihubungkan dengan serabut A dan C. Pada organ sebelah dalam, rasa sakit
sulit dilokalisir dibandingkan sakit yang ada di kulit. Sakit dari organ sebelah dalam akan
masuk bersama-sama serabut sakit yang berasal dari kulit. Akibatnya sakit sebelah dalam
sering diamati sebagai sakit yang dari kulit seperti misalnya serangan jantung akan dirasakan
sebagai sakit di dada dan di lengan sebelah kiri. Hal ini disebut referred pain, karena sistem
saraf memetakan lokasi yang berbeda dari asal tempat sakit tersebut.
2. Bagaimana jalur kita bisa sampai merasakan rasa yang kita makan!
Tiap kuncup pengecap tersusun dari sel-sel yang memiliki rambut berukuran mikro yang
sensitif disebut mikrovilli. Rambut-rambut super mini ini pada saat berkontak dengan makanan
akan mengirimkan pesan ke otak, lalu otak akan menerjemahkan sinyal yang diberikan tersebut
dan menentukan rasa dari makanan yang dimakan.
Sensasi rasa disebabkan oleh zat yang berbentuk cair atau larut dalam air, sehingga lebih cepat
stimuli rasa pada lidah basah daripada lidah kering (Shallenberger, 1997). Menurut
Shallenberger (1997), dalam pengecap saliva berperan untuk melarutkan ion-ion yang
menyebabkan terjadinya sensasi rasa sehingga lebih mudah mencapai reseptor rasa pada
membran sel pengecap. Hal ini dikarenakan oleh zat yang menyebabkan sensasi rasa (tastant)
membutuhkan air untuk mencapai reseptor dan interaksi tastant dengan reseptor ditransmisikan
melalui air. Persepsi rasa yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh data-data yang diperoleh
oleh organ sensor lainnya. Informasi-informasi seperti bau dari makanan, tekstur, suhu dan
lain sebagainya dapat mempengaruhi rasa dari suatu makanan (Martini dan Nath, 2009).
Proses pengecapan rasa tidak hanya digawangi oleh lidah tapi juga dibantu oleh hidung.
Hidung membantu untuk pengecapan makanan dengan membauinya sebelum makanan
dikunyah dan ditelan. Bila makanan ada dalam mulut atau mencium bau makanan maka akan
keluar saliva disebut sekresi psikis akan merangsang nervus olfaktorius dan nervus
glossofaringeus. Menurut Martini dan Frederic (2007), di samping dapat dirasakan, dalam
kondisi normal seseorang juga akan mampu membau makanan yang masuk ke dalam rongga
mulutnya. Hal tersebut dapat terjadi karena uap makanan akan masuk ke dalam rongga hidung
dan akan terjadi sederat proses mambau seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Ujung saraf pengecap berada di taste buds pada seluruh permukaan lidah. Seseorang dapat
mengecap apa yang dia makan karena adanya molekul kimia yang terkandung dalam makanan
tersebut. Molekul tersebut baru dapat berikatan dengan reseptor protein pada mikrovili di lidah
jika molekul tersebut terlarut dalam saliva.
Terbentuknya ikatan antara protein reseptor pada mikrovili dengan molekul kimia akan
menyebabkan potensial membran plasma mengalami depolarisasi. Hal ini mengakibatkan
terbukanya voltage-gated Ca+ channel sehingga ion kalsium masuk ke dalam sel. Masuknya
ion kalsium ini memacu dihasilkannya neurotransmitter. Neurotransmitter akan menginisiasi
timbulnya potensial aksi pada ujung-ujung sel saraf yang saling berhubungan melalui celah
sinapsis di nervus facial (VII) dan nervus glossopharyngeal (IX). Impuls dari daerah lain selain
lidah berjalan melalui nervus vagus (X) (pada pharynx dan epiglottis). Impuls di ketiga saraf
tersebut menyatu di medula oblongata untuk masuk ke nukleus traktus solitarius. Dari sana,
axon berjalan membawa sinyal dan bertemu dengan leminiskus medialis kemudian akan
disalurkan ke daerah insula.
Tiap rasa utama tersebut tidak mutlak sebagai proses spesifik, artinya rasa oleh masing-masing
ion atau molekul zat tersebut dapat bereaksi pada saat yang berlainan dengan setiap epitel
neuron ujung serabut syaraf pengecapan. Jadi setiap taste buds dapat bereaksi untuk semua
rasa walau dengan intensitas berbeda
Sensasi pengecapan terjadi karena rangsangan terhadap berbagai reseptor pengecapan, ada
sedikitnya 13 reseptor kimia yang ada pada sel-sel pengecapan, antara lain 2 reseptor natrium,
2 reseptor kalium, 1 reseptor klorida, 1 resptor adenosine,1 reseptor inosin, 1 reseptor manis,
1 reseptor pahit,1 reseptor glutamate, dan 1 reseptor ion hydrogen.
Terdapat 6 rasa yang dapat dikenali oleh sel kecap, yaitu:
1) Rasa asin
Diperankan oleh reseptor EnaC dan distimulasi oleh NaCl. Reseptor ini dapat diinhibisi oleh
amilorid. Ion Na pada NaCl masuk melalui kanal Na dan menyebabkan depolarisasi pada sel
kecap, sehingga menimbulkan potensial aksi pada sel saraf orde pertama.
2) Rasa asam
Diperankan oleh reseptor EnaC, kanal kation HCN (hyperpolarization-activated cyclic
nucleotide-gated), dan beberapa reseptor lainnya. Reseptor tersebut sensitif terhadap ion H
sehingga adanya ion tersebut menyebabkan terbukanya reseptor dan terjadi influks H. Influks
ini menyebabkan depolarisasi dari sel kecap dan menimbulkan potensial aksi pada sel saraf
orde pertama.
3) Rasa manis
Diperankan oleh reseptor gustducin. Reseptor ini teraktivasi oleh beberapa molekul, seperti
gula, glikol, alkohol, aldehid, keton, amida, ester, beberapa asam amino, beberapa protein
sederhana, asam sulfonat, asam halogenasi, garam inorganik, dan beryllium. Molekul tersebut
berikatan dengan reseptor gustducin dan reseptor tersebut mengaktivasi protein G untuk
menimbulkan depolarisasi. Depolarisasi tersebut akan melepaskan neurotransmiter dan
menyebabkan potensial aksi pada sel saraf orde pertama.
4) Rasa pahit
Diperankan oleh reseptor gustducin. Sama dengan rasa manis, rasa pahit ini juga dapat
ditimbulkan oleh beberapa molekul, yaitu molekul organik rantai panjang yang mengandung
nitrogen dan alkaloid. Rasa pahit ini juga ditimbulkan oleh aktivasi dari protein G. Selain itu,
rasa pahit juga dapat ditimbulkan oleh inhibisi fosfolipase yang menguraikan cGMP dan
peningkatan pembentukan DAG dan fosfat inositol. Contohnya ialah kina, cafein, nikotin,
morfin dan lain-lain. Rasa pahit juga dapat mengindikasi bahwa makanan tersebut
mengandung toxin atau beracun.
Dalam tubuh, glutamat bebas banyak terdapat pada otak dan otot. Dalam jumlah kecil,
glutamat ada pada hati, ginjal, dan darah. glutamat terdiri atas dua jenis, yaitu glutamat terikat
(bound glutamate) yang tidak memberi rasa dan glutamat bebas (free glutamate) yang memberi
rasa umami dan memperkaya rasa makanan. Glutamat berfungsi mengaktifkan neurotransmiter
di otak dan membantu metabolisme tubuh dalam menghasilkan energi dan asam amino.
6) Rasa pedas
Rasa pedas sebenarnya merupakan rasa nyeri yang terjadi pada mulut dan kerongkongan
sehingga menyebabkan sensasi pedas. Rasa nyeri tersebut dapat terjadi karena senyawa yang
kita makan memili kandungan senyawa capcaicin atau 8-methyl N-vanilly 6-nonenamide.
Sensasi rasa pedas itu direspon oleh otak yang akan menyebabkan kenaikan denyut jantung,
peningkatan ekskresi keringat dan hormone endorphin.