Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BIOMEKANIKA

MODUL FUNGSI NORMAL NEUROMUSKULOSKELETAL DAN


ORGAN SENSORIS

NARASUMBER : ABI BAKRING BALYAS, S.Pd., M.Kes.


FASILITATOR : TRI WIDODO,S.KM., M.PH.

NAMA ANGGOTA : NETANYA GLORIA 203010801001


FRANSISCA LILYA
203010801014
SEMBIRING
DINDA MARLIAH 203020801039
ALYA FIRYAL NUHA 203020801052
ANGGIA ASHA BERLIANA 203020801053
MIRANDA GULTOM 203020801066
ODHELIA GUSNI BONNIE
203020801079
ARDYON
MUHAMMAD NAUFA
203030801104
ANWAR
YASMINDA LIYANTRI
203030801117
PUTRI
LIFRIE MERRARY 203030801130
THERESA OKTOBERIA 203030801143

KELOMPOK : 13 (Tiga Belas)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indera peraba pada tubuh manusia adalah kulit.Pada kulit manusia
terdapat ujung-ujung saraf peraba. Sel-sel saraf peraba tersebut tidak merata di
seluruh permukaan kulit. Pada ujung jari terdapat banyak sel saraf peraba,
demikian pula pada telapak tangan, telapak kaki,dan bibir. Kulit memiliki lima
macam reseptor khusus dan setiap reseptor hanya cocok untuk satu tipe
rangsangan. Reseptor untuk panas, reseptor untuk dingin, reseptor untuk rasa
sakit,dan reseptor untuk tekanan. Bila suat rangsangan tertentu, misalnya
panas mengenai kulit(tubuh) kita, maka rangsangan tersebut akan diterima
oleh ujung saraf peraba kulit (reseptor untuk panas). Selanjutnya, rangsangan
diteruskan oleh saraf sensori ke pusat peraba di otak. Di otak, rangsangan di
olah dan diartikan sehingga kita dapat merasakan panas. Demikian pula
rangsangan yang lainnya. Kulit memiliki fungsi lain, seperti sebagai alat
pelindung tubuh, alat pengatur suhu tubuh, dan alat pengeluaran keringat serta
minyak.
Menurut Ganong ( 1983 ), reseptor kinaesthesi menerima rangsangan
kinaesthesi,yaitu gerakan – gerakan dan ketegangan pada otot –
otot serta selubung persendian.Kegunaannya adalah untuk mengetahui
sikap anggota badan dan beban yang dibawa (untuk membedakan ukuran,
bentuk, dan berat permukaan dari benda).Dalam membedakan bentuk
benda-benda tanpa melihat bentuknya yang berperan merupakan
reseptor taktil.Diduga bahwa akhiran saraf yang mengelilingi folliliculus
rambut ialah reseptor taktil.Pada tempat –tempat dimana tidak ada rambut,
tetapi dengan kepekaan besar terhadap stimulus taktil,ternyata terdapat
banyak corpusculum tractus. Diduga bahwa meniscus tractus juga
merupakan suatu receptor taktil.Perasaan taktil dapat dibedakan menjadi
perasaan taktil kasar dan perasaan taktil halus. Impuls taktil kasar dihantarkan
oleh tractus spinothalamicus anterior, sedangkan implus taktil halus
dihantarkan melalui faciculus gracilis dan faciculus cunneatus.
Perasaan taktil ada dua macam :
1.Perasaan taktil halus
Kepaekaan terhadap taktil halus diketahui dengan menentukan
jarak terdekat antara dua titik di kulit yang sekaligus distimulasi dan
masih dapat dibedakan sebagai dua titik. Implus taktil ini dihantarkan
melaui fasciculus gracilis cuneatus.
2. Perasaan taktil kasar
Implus taktil ini dihantarkan melalui tractus spinothalamicus
anterior. Sensasi taktil yang terdiri dari raba, tekanan dan getaran
sering di golongkan sebagai sensasi terpisah,mereka semua dideteksi
oleh jenis reseptor yang sama. Satu – satunya perbedaan diantara
ketiganya adalah :
 Sensasi raba, umunya disebabkan oleh reseptor taktil di dalam
kulit atau di dalam jaringan tepat dibawah kulut.
 Sensasi tekanan biasanya disebabkan oleh perubahan
bentuk jaringan yang lebih dalam
 Sensasi getaran, disebabkan oleh sinyal sensori yang berulang
dengan cepat,tetapi menggunakan beberapa jenis reseptor yang
sama seperti yang digunakan untuk rabadan tekanan.

Dalam membedakan kekasaran benda reseptor yang berperan adalah reseptor


raba.traktus spinal merupakan reseptor peraba. Fasikulus sensorik atau asenden yang
membawa informasi dari tubuh ke otak. Bagian penting traktus asenden tersebut
meliputi :
1. Origo dan tujuannya. Implus dari sentuhan dan reseptor peraba
akan masuk ke
medulla spinalis melalui radiks dorsal (neuron I). Akson memasuki korda,
berasenden untuk bersinapis dengan nuklei grasilis dan kuneatus di
medulla bagian bawah (neuron II). Akson menyilang ke sisi yang
berlawanan dan bersinapsis dalam thalamus lateral (neuron III).
Termielenisasinya berada pada area somaestestik korteks serebral.
2. Fungsi. Traktus ini menyampaikan informasi mengenai sentuhan, tekanan,
vibrasi, posisi tubuh dan gerakan sendi dari kulit, persendian, dan tendon otot.
Penilaian fungsi sensoris dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu,
menggunakan tes diskriminasi dua titik (uji Two-Point Discrimination), lokalisasi
taktil dan pengukuran beban maksimum. Tes diskriminasi dua titik ini digunakan
untuk menilai rangsang taktil pada kulit. Jarak normal seseorang dapat mendeteksi
adanya 2 dua titik rangsangan berkisar 2-4 mm, namun apabila seseorang tetap
menganggap hanya ada satu titik rangsangan saja dalam rentang jarak tersebut, maka
hal itu menandakan ujung-ujung jangka menempel pada permukaan kulit merangsang
satu medan reseptif yang sama atau merangsang medan reseptif yang sudah tidak
berfungsi.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Tamura, Y pada tahun 2003, tentang
tes diskriminasi dua titik, pada 11 subjek normal dengan menggunakan puls elektrik
didapati bahwa subjek dapat merasakan rangsangan pada jarak lebih panjang, hal ini
menunjukkan bahwa proses diskriminasi dua titik bergantung pada jarak, dimana
normal jarak berkisar antara 2-4 mm.
Berdasarkan hal diatas, maka dilakukan praktikum ini untuk menegtahui rasa
rangsangan yang ditimbulkan serta membuat mahasiswa memaham bagaimana
mengiterpretasikan hasil pemeriksaan.

1.2 Tujuan
Memahami serta mengetahui kepekaan syaraf peraba dengan
melokalisasi dan diskriminasi tempat yang ditusukkan keberbagai tempat,
serta mengetahui kepekaan TPL (Two Poin Localization) dan untuk
mengetahui kinerja kinetik pada otot.

1.3 Manfaat
Berdasarkan tujuan di atas, maka manfaat praktikum ini adalah untuk
meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai pemeriksaan rangsangan
indra peraba serta bagaimana menginterpretasi hasil pemeriksaan tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Diskriminasi Taktil


Diskriminasi taktil adalah kemampuan untuk membedakan informasi
melalui indera peraba. Sistem somatosensori adalah jalur sistem saraf yang
bertanggung jawab atas kemampuan bertahan hidup esensial yang digunakan
dalam adaptasi. Setiap neuron sensorik somestetik berespons terhadap
informasi rangsangan hanya dalam regio tertentu permukaan kulit yang
mengelilinginya. Regio ini disebut medan reseptif. Ukuran medan reseptif
berbanding terbalik dengan densitas reseptor di bagian tersebut. Semakin rapat
reseptor jenis tertentu tersusun, semakin kecil luas kulit yang dipantau oleh
tiap-tiap reseptor. Semakin sempit medan reseptif dalam suatu daerah,
semakin tinggi ketajaman atau kemampuan diskriminasi (Sherwood, 2013).
Sensasi gabungan (Combinated Sensation) merupakan perasaan tubuh
yang mempunyai sifat diskriminatif dan tiga dimensi. Melibatkan komponen
kortikal (otak lobus parietal) untuk menganalisis dan mensintesis tiap jenis
perasaan. Salah satu contoh dari sensasi gabungan adalah rasa diskriminasi,
yaitu rasa yang melibatkan kemampuan taktil dari kulit dan terdiri dari
diskriminasi intensitas (kemampuan menilai kekuatan stimulus, seperti
tekanan benda ke permukaan kulit), dan diskriminasi spasial atau diskriminasi
dua titik (kemampuan membedakan lokasi atau titik asal rangsang.
a. Persepsi Taktual (Taktil)
 Kepekaan kulit terhadap sentuhan (rabaan), tekanan, suhu, dan nyeri
 Diaktifkan oleh stimulus mekanis atau stimulus thermal
 Merupakan sensibilitas eksteroseptif
 Bagian kulit yang memiliki kepekaan paling tinggi : jari, tangan, bagian
mulut, ujung lidah
 Kepentingan persepsi taktil : reading with the skin, seeing with the skin

b. Proses Fisiologi Persepsi Taktil


Rasa nyeri, raba, tekan, suhu sinyal diterima reseptor → dibawa ke
ganglion spinale → melalui radiks posterior menuju cornu posterior medulla
spinalis → berganti menjadi neuron sensoris ke-2 → lalu menyilang ke sisi
lain medulla spinalis → membentuk jaras yang berjalan ke atas yaitu traktus
spinotalamikus → menuju thalamus di otak → berganti menjadi neuron
sensoris ke-3 → menuju korteks somatosensorik yang berada di girus
postsentralis (lobus parietalis).

2.2 Teori Lokalisasi Taktil


Fungsi sel saraf adalah mengirimkan impuls yang berupa rangsang.
Setiap neuron terdiri dari satu badan sel yang di dalamnya terdapat sitoplasma
dan inti sel. Dari badan sel keluar dua macam serabut saraf, yaitu dendrit dan
akson (neurit). Setiap neuron hanya mempunyai satu akson dan minimal satu
dendrit. Kedua serabut saraf ini berisi plasma sel. Pada bagian luar akson
terdapat lapisan lemak disebut mielin yang merupakan kumpulan sel Schwann
yang menempel pada akson.
Berdasarkan struktur dan fungsinya, sel saraf dapat dibagi menjadi 3
kelompok, yaitu sel saraf sensorik, sel saraf motorik, dan sel saraf intermediet.
a) Sel saraf sensorik berfungsi menghantar impuls dari reseptor ke sistem
saraf pusat, yaitu otak (ensefalon) dan sumsum belakang (medula
spinalis). Ujung akson dari saraf sensori berhubungan dengan saraf
asosiasi (intermediet).
b) Sel saraf motorik berfungsi mengirim impuls dari sistem saraf pusat ke
otot atau kelenjar yang hasilnya berupa tanggapan tubuh terhadap
rangsangan. Badan sel saraf motorik berada di sistem saraf pusat.
Dendritnya sangat pendek berhubungan dengan akson saraf asosiasi,
sedangkan aksonnya dapat sangat panjang.
c) c. Sel saraf intermediet atau sel saraf asosiasi. Sel ini dapat ditemukan
di dalam sistem saraf pusat dan berfungsi menghubungkan sel saraf
motorik dengan sel saraf sensorik. Sel saraf intermediet menerima
impuls dari reseptor sensori atau sel saraf asosiasi lainnya. Reseptor
sensorik berupa sel-sel khusus atau proses sel yang memberikan
informasi tentang kondisi di dalam dan diluar tubuh kepada susunan
saraf pusat. Indera peraba dikulit adalah indera yang digunakan
untuk merasakan sensitivitas temeperatur, nyeri, sentuhan, tekanan,
getaran dan proprioseptif.
 Nosiseptor

Reseptor nyeri /nosiseptor terletak pada daerah superficial kulit, kapsul


sendi, dalam periostes tulang sekitar dinding pembuluh darah. Reseptor
nyeri merupakan free nerve ending dengan daerah reseptif yang luas,
sebagai hasilnya sering kali sulit membedakan sumber rasa nyeri yang
tepat. Nosiseptor sensitif terhadap temperatur yang ekstrim, kerusakan
mekanis dan kimia seperti mediator kimia yang dilepaskan sel yang
rusak. Rangsangan pada dendrite di nosiseptor menimbulkan
depolarisasi, bila segmen akson mencapai batas ambang dan terjadi
potensial aksi di susunan saraf pusat.
 Termoreseptor

Temperatur reseptor/termoreseptor merupakan free nerve ending


yang terletak pada dermis, otot skeletal, liver, hipotalamus. Reseptor
dingin tiga/empat kali lebih banyak daripada reseptor panas. Tidak ada
strukur yang membedakan reseptor dingin dan panas. Sensasi temperature
3 diteruskan pada jalur yang sama dengan sensasi nyeri.
Termoreseptor merupakan phasic reseptor, aktif bila temperatur berubah,
tetapi cepat beradaptasi menjadi temperatur yang stabil.
 Mekanoreseptor

Mekanoreseptor sangat sensitif terhadap rangsangan yang terjadi


pada membran sel. Membran sel memiliki regulasi mekanis ion channel
dimana bias terbuka ataupun tertutup bila ada respon terhadap tegangan,
tekanan dan yang bias menimbulkan kelainan pada membrane. Terdapat
tiga jenis mechanoreseptor antara lain:
 Tactile reseptor memberikan sensai sentuhan, tekanan dan
getaran. Sensasi sentuhan memberikan inforamsi tentang bentuk atau
tekstur, dimana tekanan memberikan sensasi derajat kelainan mekanis.
Sensasi getaran memberikan sensasi denyutan/ debaran.
 Baroreseptor untuk mendeteksi adanya perubahan tekanan pada
dinding pembuluh darah dan pada tractus digestivus, urinarius dan
sistem reproduksi.
 Proprioseptor untuk memonitor posisi sendi dan otot, hal ini
merupakan struktur dan fungsi yang kompleks pada reseptor sensoris.
 Kemoreseptor

Kemoreseptor tidak mengirim informasi pada korteks primer


sensoris, jadi kita tidak tahu adanya sensasi yang diberikan kepada
reseptor tersebut. Saat informasi datang lalu diteruskan menuju batang
otak yang merupakan pusat otonomik yang mengatur pusat
respirasi dan fungsi cardiovascular (Silmi,2012)

2.3 Teori Pengukuran Beban Maksimal Bisep Berbagai Sudut Sendi


Strenght adalah kemampuan suatu otot atau sekelompok otot untuk
menghasilkan ketegangan atau gaya selama usaha maksimal, baik secara
dinamik maupun statik. Pengukuran strength dengan menggunakan MMT,
Dinamometer dan Sphygmomanometer.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan otot normal :
a. Ukuran diameter otot
b. Ukuran ketegangan pada saat kontraksi
c. Banyaknya motor unit
d. Tipe kontraksi otot
e. Tipe serabut otot
f. Simpanan energi dan suplai darah
g. Kecepatan kontraksi
h. Motivasi orang yang bersangkutan

 Kekuatan Otot Punggung


Otot punggung memiliki peranan yang sangat besar dalam aktivitas
sehari-hari. Gerakan-gerakan seperti saat tarik tambang, mengemudi, menimba air,
berenang, membuka pintu, dan memanjat memerlukan bantuan otot punggung.
Dalam olahraga, otot punggung yang kuat dan terlatih baik akan mendukung
performa dalam cabang berenang (mengayuh), judo (menarik), bilyar
(mencondongkan tubuh), golg (mengayun), dayung, selancar, hingga panjat tebing
dan gulat.
Otot punggung yang lemah menggambarkan potensi cedera yang tinggi,
karena otot punggung adalah salah satu otot penyangga tubuh yang berada di
pusat tubuh manusia. Bersamaan dengan otot-otot yang menyelimuti perut, otot
punggung termasuk dalam kategori core muscle atau otot pusat tubuh. Sakit
pinggang yang diderita oleh banyak orang adalah pertanda otot punggung yang
lemah. Banyak orang yang sakit pinggang justru menghindari melakukan latihan
punggung dengan alasan takut cedera. Hal yang sebaliknya justru terjadi, di mana
latihan punggung dengan beban justru membantu meningkatkan kekuatan otot
punggung sehingga rasa sakit tersebut bisa dihilangkan atau diminimalisir.
 Kekuatan Otot Tangan
Kekuatan genggaman tangan memerlukan kombinasi aksi dari
sejumlah otot tangan dan lengan bawah, dan aksi ini sangat penting untuk
banyak aktivitas sehari-hari. Kekuatan genggaman tangan adalah salah
satu metode yang umum digunakan dalam pengukuran kekuatan
ekstremitas atas. Kekuatan genggaman tangan merupakan suatu indikator
status nutrisi yang sangat berguna, khususnya saat pengukuran
antropometri gagal membedakan seseorang undernourished dari
underweight. Kekuatan otot genggaman tangan juga termasuk dalam
komponen kesegaran jasmani, maka sangat perlu untuk kekuatan otot ini
tetap selalu dilatih untuk ditingkatkan kekuatannya. Alat yang digunakan
dalam tes Grip Strenght ini adalah Grip Strenght Dynamometer atau Hand
Dynamometer. Satuan dari alat ini adalah Kilogram (Kg ).
Pengukuran dilakukan pada posisi berdiri dengan kaki kiri maju,
tangan kanan menyilang perut. Setelah dijelaskan subyek kemudian
menarik pegas dynamometer sekuat yang bisa dilakukan dalam beberapa
detik kemudian dilepaskan. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali, dan
nilai tertinggi yang digunakan dalam analisis.
Adanya perbedaan kekuatan genggaman tangan antara laki-laki dan
perempuan dapat dijelaskan oleh besarnya perbedaan massa otot antara
laki-laki dan perempuan. Perempuan secara signifikan memiliki kekuatan
yang lebih rendah per cm2 luas otot lengan.
 Daya Ledak Otot
Berikut adalah berbagai definisi dari daya ledak otot berdasarkan
literature yang berbeda-beda:
 Daya ledak merupakan suatu unsur diantara unsur-unsur komponen
kondisi fisik yaitu kemampuan biomotorik manusia, yang dapat
ditingkatkan sampai batas-batas tertentu dengan melakukan
latihan-latihan tertentu yang sesuai.
 Daya ledak adalah suatu kemampuan seorang atlet untuk mengatasi
suatu hambatan dengan kecepatan kontraksi yang tinggi. Daya ledak
ini diperlukan di beberapa gerakan asiklis, misalnya pada atlet seperti
melempar, tendangan tinggi atau tendangan jauh (Harre,1982:16).
Lebih lanjut dikatakan bahwa daya ledak adalah kemampuan
olahragawan untuk mengatasi tahanan dengan suatu kecepatan
kontraksi tinggi (Harre, 1982:102).
 Daya ledak ialah kombinasi dari kecepatan maksimal dan kekuatan
maksimal. Daya ledak ini harus ditunjukkan oleh perpindahan tubuh
(dalam tendangan jauh) atau benda (peluru yang ditolakkan) melintasi
udara, dimana otot-otot harus mengeluarkan kekuatan dengan
kecepatan yang tinggi, agar dapat membawa tubuh atau obyek pada
saat pelaksanaan gerak untuk dapat mencapai suatu jarak
(Janssen,1983:167).
 Daya ledak ialah kemampuan sebuah otot atau sekelompok otot untuk
mengatasi tahanan beban dengan kekuatan dan kecepatan tinggi dalam
satu gerakan yang utuh (Suharno HP, 1984:11). Daya ledak atau
explosive power adalah kemampuan otot atau sekelompok otot
seseorang untuk mempergunakan kekuatan maksimal yang dikerahkan
dalam waktu yang sependek-pendeknya atau sesingkat-singkatnya.
Unjuk kerja kekuatan maksimal yang dilakukan dalam waktu singkat
ini tercermin seperti dalam aktivitas tendangan tinggi, tolak peluru,
serta gerak lain yang bersifat eksplosif.
 Daya ledak merupakan hasil perpaduan dari kekuatan dan kecepatan
pada kontraksi otot (Bompa,1983:231; Fox,1988:144 ). Daya ledak
merupakan salah satu dari komponen gerak yang sangat penting untuk
melakukan aktivitas yang sangat berat karena dapat menentukan
seberapa kuat orang memukul, seberapa jauh seseorang dapat
melempar, seberapa cepat seseorang dapat berlari dan lainnya.
 Radcliffe dan Farentinos (1985:1-33) menyatakan bahwa daya ledak
adalah faktor utama dalam pelaksanaan segala macam ketrampilan
gerak dalam berbagai cabang olahraga. Berdasar pada definisi-definisi
di atas dapat disimpulkan bahwa dua unsur penting yang menentukan
kualitas daya ledak adalah kekuatan dan kecepatan.
Upaya dalam meningkatkan unsur daya ledak dapat dilakukan
dengan cara : meningkatkan kekuatan tanpa mengabaikan kecepatan atau
menitik beratkan pada kekuatan,meningkatkan kecepatan tanpa
mengabaikan kekuatan atau menitik beratkan pada kecepatan
meningkatkan kedua-duanya sekaligus, kekuatan dan kecepatan dilatih
secara simultan (Jessen, Schultz dan Bangertes, 1984 : 17).
Latihan kombinasi antara kekuatan dan kecepatan merupakan
latihan untuk meningkatkan kualitas kondisi fisik dengan tujuan utama
meningkatkan daya ledak. Latihan tersebut memberikan pengaruh yang lebih
baik terhadap nilai dinamis jika dibandingkan dengan latihan kekuatan saja.
Adapun dalam mengembangkan daya ledak, beban latihan tidak boleh terlalu
berat sehingga gerakan yang dilakukan dapat berlangsung cepat dan
frekuensinya banyak (Pyke, 1980:75 ).
Berdasar pada beberapa pendapat para ahli tersebut, dapat ditarik suatu
pengertian bahwa daya ledak otot tungkai adalah suatu kemampuan otot
tungkai untuk melakukan aktivitas secara cepat dan kuat untuk menghasilkan
tenaga (Yudisthira,2012).
BAB III
METODE

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Diskriminasi Taktil
1. Jangka berujung runcing
2. Penggaris

3.1.2 Lokalisasi Taktil


1. Pulpen
2. Penggaris

3.1.3 Pengukuran Beban Maksimum Bisep Berbagai Sudut Sendi


1. Karton bergambar sudut sendi
2. Dumbell berbagai ukuran

3.2 Prosedur Kerja


3.2.1 Diskriminasi Taktil
1. Mengambil sebuah jangka dan merenggangkan jangka sepanjang ± 1 cm
2. Menginstruksikan probandus untuk menutup mana lalu meletakan \ kedua
ujung jangka pada ujung jari telunjuk probandus
3. Meminta probandus untuk mengidentifikasikan jumlah titik rangsang
4. Jika probandus masih merasakan 2 titik tekan maka, mendekatkan kedua ujung
jangka sejauh 0,1 cm secara bertahap
5. Mengulangi hingga probandus tidak dapat membedakan kedua ujung jangka
6. Mencatat ambang titik rangsang probandus kemudian mengisi dalam
sebuah tabel
7. Mengulangi langkah-langkah sebelumnya namun menggunakan cara
simultan, yaitu kedua ujung di letakkan secara berurutan
8. Kemudian menuliskan pada tabel yang sudah disediakan
9. Setelah hasil pemeriksaan dilalukan, mencatat sesuai hasil yang di
lalukan, baik dilalukan secara bersamaan maupun secara simultan
10. Mengulangi pada bagian tengkuk, leher, dan pipi
11. Mencatat apa yang di alami probandus pada tabel yang sudah
disediakan

3.2.2 Lokalisasi Taktil


1. Menutup mata probandus dan menekan ujung pulpen pada jari
probandus
2. Meminta probandus menekan titik tadi sambil menutup mata
3. Menetapkan jarak antara titik rangsang dan titik yang ditunjuk oleh
probandus dengan menggunakan penggaris
4. Mengulangi percobaan sebanyak 5 kali kemudian,
5. Mengulangi percobaan pada bagian lain seperti, telapak tangan,
lengan bawah, lengan atas, dan tengkuk

3.2.3 Pengukuran Beban Maksimum Bisep Berbagai Sudut Sendi


1. Meletakkan lengan didepan karton dengan lengan atas mendatar di
permukaan alas, lengan bawah diangkat sehingga siku fleksi setinggi
20 derajat
2. Memperkirakan beban yang mampu ditahan oleh probandus pada
posisi tersebut, meletakan dumbell pada telapak tangannya
3. Apabila probandus masih bisa menahan beban, menambahkan beban
sedikit demi sedikit
4. Mencatat beban maksimum yang dapat di tahan
5. Mengulangi langkah-langkah percobaan yang telah dilakukan dari
awal sampai akhir pada sudut selanjutnya dan lengan yang lain
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


4.1.1 Diskriminasi Taktil

AMBANG BATAS RANGSANG


BAGIAN TUBUH SIMULTAN SUKSESIF
(BERSAMAAN) (BERURUTAN)
UJUNG JARI 0,3 0,3
PIPI 0,4 0,4
LIDAH 0,1 0,1
TENGKUK 0,4 0,4

4.1.2 Lokalisasi Taktil

Bagian Percobaan Percobaan Percobaan Percobaan Percobaan


Tubuh 1 2 3 4 5
Jari-jari 0,6 0,4 0,8 0 0,4
Telapak 0,4 0,8 0,3 0,8 0,7
Tangan
Lengan 1 1,4 1 1 2,3
Bawah
Lengan Atas 1,5 3,1 1,3 0,6 1,6
Tengkuk 1,6 1,1 1,3 0,2 0,7
4.1.3 Pengukuran Beban Maksimum Bisep Berbagai Sudut Sendi
4.1.3.1. Tabel Pengamatan

Sudut (˚) Beban Maximum Lengan Kiri Beban Maximum Lengan Kanan
20 6,5 7,5
45 7,5 8,5
60 8,5 8,5
90 9 10
120 8,5 8,5

4.1.3.2. Grafik Pengamatan

4.2 Pembahasan

4.2.1 Diskriminasi Taktil

Diskriminasi taktil adalah kemampuan untuk membedakan informasi


melalui indera peraba. Sistem somatosensori adalah jalur sistem saraf yang
bertanggung jawab atas kemampuan bertahan hidup esensial yang digunakan
dalam adaptasi. Setiap neuron sensorik somestetik berespons terhadap
informasi rangsangan hanya dalam regio tertentu permukaan kulit yang
mengelilinginya. Regio ini disebut medan reseptif. Ukuran medan reseptif
berbanding terbalik dengan densitas reseptor di bagian tersebut. Semakin
rapat reseptor jenis tertentu tersusun, semakin kecil luas kulit yang dipantau
oleh tiap-tiap reseptor. Semakin sempit medan reseptif dalam suatu daerah,
semakin tinggi ketajaman atau kemampuan diskriminasi (Sherwood, 2013).
Terlihat pada hasil pengamatan bagian tubuh yang memiliki nilai ambang
rangsang paling kecil adalah lidah. Hal ini menandakan bahwa lidah
memiliki medan reseptif yang paling sempit, memiliki ketajaman atau
kemampuan diskriminasi yang paling tinggi, serta rapat reseptor lebih besar
diantara 3 bagian tubuh yang dilakukan pengujian.
Lidah merupakan bagian tubuh penting untuk indra pengecap yang
terdapat kemoreseptor untuk merasakan respon rasa asin, asam, pahit, manis,
dan umami (baru-baru ini ditambahkan ke daftar rasa primer). Kemoreseptor
untuk sensasi kecap terkemas dalam kuncup kecap, sekitar 10.000 di
antaranya terdapat di rongga mulut dan tenggorokan, dengan persentase
terbesar di permukaan atas lidah (Sherwood, 2013). Itulah mengapa lidah
memiliki medan reseptif yang paling sempit, memiliki ketajaman atau
kemampuan diskriminasi yang paling tinggi, serta rapat reseptor lebih besar
sehingga ambang batas rangsang yang dihasilkan adalah 0,1.
 Apa artinya bila rangsangan yang diberikan dirasakan sebagai satu
titik rangsang? Jelaskan!
Jawab: Perangsangan oleh jangka memberi kesan sebagai satu titik
rangsang menandakan bahwa ujung-ujung jangka yang menempel pada
permukaan ujung jari, pipi, lidah, dan tengkuk merangsang satu medan
reseptif yang sama.
Kemampuan indra untuk membedakan keberadaan dua titik yang
mendapat rangsangan sangat dipengaruhi oleh mekanisme lain, yakni
mekanisme inhibisi lateral. Hampir setiap jarak sensorik, bila dirangsang,
secara simultan akan menghasilkan sinyal inhibitorik lateral; sinyal ini
menyebar ke sisi-sisi sinyal eksitatorik dan menghambat neuron yang
berdekatan. Selain dari pusat sinyal eksitatorik, jaras lateral pendek juga
mengirimkan sinyal inhibitorik ke neuron di sekitarnya. Pentingnya inhibisi
lateral adalah bahwa inhibisi ini menghambat penyebaran sinyal eksitatorik
ke arah lateral sehingga meningkatkan derajat kontras dalam pola sensorik
yang dirasakan di korteks serebri (Guyton dan Hall, 2011).
4.2.2 Lokalisasi Taktil
Berdasarkan hasil pengamatan yang didapatkan, dapat diambil
kesimpulan bahwa dalam tubuh manusia terdapat banyak sekali reseptor dari
serabut saraf sensoris. Reseptor taktil adalah mekanoreseptor.
Mekanoreseptor berespons terhadap perubahan bentuk dan penekanan fisik
dengan mengalami depolarisasi dan menghasilkan potensial aksi. Apabila
depolarisasinya cukup besar, maka serat saraf yang melekat ke reseptor akan
melepaskan potensial aksi dan menyalurkan informasi ke korda spinalis dan
otak.
Reseptor taktil yang berbeda memiliki kepekaan dan kecepatan
mengirim impuls yang berbeda pula. Ujung jari memiliki jarak yang paling
pendek, karena ujung jari memiliki kepekaan peraba yang sangat besar.
Ujung jari memiliki ketepatan paling tinggi karena ujung jari kaya akan saraf
sehingga fokus terhadap rangsang yang diberikan lebih tinggi dan akurat.
Sedangkan pada lengan atas memiliki jarak yang paling lebar, karena
memiliki kepekaan peraba yang lebih rendah dibandingkan bagian tubuh
yang lain.
Secara keseluruhan, jarak yang didapatkan kurang dari 5 cm yang mana
menunjukan bahwa kemampuan reseptor taktil dalam keadaan normal dan
tanpa gangguan.

 Apakah kemampuan lokalisasi taktil seseorang sama besarnya untuk


seluruh bagian tubuh?
Jawab : Kemampuan lokalisasi taktil pada seluruh bagian tubuh
berbeda-beda.Reseptor taktil adalah mekanoreseptor. Reseptor taktil yang
berbeda memiliki kepekaan dan kecepatan mengirim impuls yang berbeda
pula, seperti pada ujung jari dan bibir yang akan lebih sensitif terhadap
rangsangan dibanding telapak tangan, lengan atas dan tengkuk.

 Apakah istilah kemampuan seseorang untuk menentukan tempat


rangsangan taktil?
Jawab : Kemampuan seseorang untuk menentukan tempat rangsangan
taktil lokalisasi taktil/ TPL (Two Point Localization).

4.2.3 Pengukuran Beban Maksimum Bisep pada Berbagai Sudut Sendi

Pada praktikum penghitungan beban maksimum ini, dilakukan


pengujian konsep bahwa perbedaan sudut sendi akan mengubah panjang otot
sehingga menyebabkan berat beban maksimum yang mampu ditahan oleh
otot dalam beberapa sudut yang berbeda akan bervariasi.
Praktikum kali ini dilakukan dengan cara mengangkat dumbell
dengan posisi telapak tangan menghadap ke atas (supinasi) karena dengan
cara ini otot-otot fleksor bekerja secara maksimal. Ketika lengan mengangkat
beban, otot yang bekerja adalah M. brachialis, M. biceps brachii, M.
brachioradialis dan M. pronator teres. Telah diketahui bahwa jarak origo dan
insersio otot ini terpanjang jika lengan bawah dalam posisi supinasi, sehingga
kapasitas fleksi otot ini menjadi maksimal pada posisi tersebut.
Kemudian dilihat beban maksimum yang dapat ditahan pada
masing-masing tangan kanan dan tangan kiri. Pada saat kita mengangkat
beban, otot-otot yang bekerja antara lain:
Sendi Saat Mengangkat (Posisi Fleksi) Saat Menurunkan (Posisi Ekstensi)
Aksi Agonis Aksi Agonis
Pergelangan Fleksi Fleksor Carpi Fleks Fleksor Carpi
Tangan Radialis Radialis
Fleksor Carpi Fleksor Carpi
Ulnaris Ulnaris
Palmaris Longus Palmaris Longus
Fleksor Fleksor
Digitorum Digitorum
Profundus Profundus
Fleksor Fleksor
Digitorum Digitorum
Superficialis Superficialis
Pollicis Longus Pollicis Longus
Siku Fleksi Bicep Brachii Ekstensi Bicep Brachii
Brachialis Brachialis
Brachioradialis Brachioradialis

Biomekanik merupakan ilmu yang mempelajari gaya, sistem tuas dan


friksi pada manusia, dengan menggunakan hukum Newton untuk menganalisis
gerakan manusia. Cara termudah untuk menjelaskan biomekanik pada otot bisep
adalah dengan menggunakan persamaan berikut.

M x MA = R x RA
M : besar gaya otop bisep
MA : jarak otot ke siku
R : massa beban yang diangkat
RA : jarak beban ke siku.
Dari persamaan diatas, didapatkan bahwa semakin pendek jarak antara beban
ke siku, maka besar gaya yang harus dikeluarkan oleh otot bisep semakin kecil.
Dan semakin besar sudut, maka semakin dekat jarak antara beban dengan siku.
Hal ini sesuai dengan hasil praktikum dimana beban terbesar yang bisa ditahan
oleh otot bisep itu ketika lengan membentuk sudut 90˚. Karena pada saat lengan
membentuk sudut 90˚ , beban berada di posisi paling dekat dengan siku.
Sedangkan pada sudut 120˚ , beban kembali menjauhi siku.
Selain itu, dari hasil praktikum didapatkan bahwa tangan kanan mampu
menahan beban lebih besar dibandingkan dengan tangan kiri. Hal ini disebabkan
karena hampir semua tangan kanan probandus merupakan tangan dominannya.
Tangan dominan memiliki serabut otot (muscle fiber) yang lebih besar
dibandingkan dengan tangan non-dominan. Hal ini karena pada tangan yang
sering dipakai untuk beraktivitas mengalami porses adaptasi yang menyebabkan
terjadinya hipertrofi otot.
Jadi, berdasarkan ketahanan otot biseps antara tangan kanan dan kiri saat
mengangkat dumbell, tampak bahwa tangan kanan lebih dominan ketahanannya
daripada tangan kiri. Hal ini disebabkan oleh lengan kanan lebih sering kita
gunakan dalam aktivitas sehari – hari, akibatnya timbul adaptasi otot kanan
terhadap latihan/aktivitas yang sering kali lebih banyak menggunakan tangan
kanan sehingga terjadi penambahan jumlah dan ukuran serat otot tangan kanan
yang sering berkontraksi. Bertambahnya serat otot ini merupakan proses fisiologi.
Oleh karena itu, semakin sering digunakan, serat otot memperbanyak diri untuk
mempertahankan homeostasis.
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan:
1. Diskriminasi taktil adalah kemampuan untuk membedakan informasi
melalui indera peraba .Semakin sempit medan reseptif dalam suatu daerah,
semakin tinggi ketajaman atau kemampuan diskriminasi. Bagian tubuh yang
memiliki nilai ambang rangsang paling kecil adalah lidah. Hal ini
menandakan bahwa lidah memiliki medan reseptif yang paling sempit,
memiliki ketajaman atau kemampuan diskriminasi yang paling tinggi, serta
rapat reseptor lebih besar diantara 3 bagian tubuh yang dilakukan pengujian.
2. Dalam tubuh manusia terdapat banyak sekali reseptor dari serabut saraf
sensoris. Reseptor taktil adalah mekanoreseptor. Mekanoreseptor berespons
terhadap perubahan bentuk dan penekanan fisik dengan mengalami
depolarisasi dan menghasilkan potensial aksi. Reseptor taktil yang berbeda
memiliki kepekaan dan kecepatan mengirim impuls yang berbeda pula
3. Bahwa semakin pendek jarak antara beban ke siku, maka besar gaya yang
harus dikeluarkan oleh otot bisep semakin kecil. Dan semakin besar sudut,
maka semakin dekat jarak antara beban dengan siku. Tangan kanan mampu
menahan beban lebih besar dibandingkan dengan tangan kiri. Hal ini
disebabkan karena hampir semua tangan kanan probandus merupakan tangan
dominannya. Tangan dominan memiliki serabut otot (muscle fiber) yang
lebih besar dibandingkan dengan tangan non-dominan.

5.2 Saran
Praktikum fisiologi biomekanika yang dilakukan secara daring telah
dilaksakan dengan cukup baik, kami berharap kedepannya akan lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Guyton, A.C. & Hall, J.E. 2011. Guyton and Hall Texbook of Medical Physiology,
Edisi 12. US : Elsevier.
Silmi,Nidia dkk.”Sistem Sensorik”. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Yarsi .2012.
Sherwood, L. 2013. Introduction to Human Physiology, Edisi 9. US : Cengage
Learning.
Yudhistira,Muhammad dkk.”Kekuatan Otot”.Surabaya : Universitas Airlangga.2012.

Anda mungkin juga menyukai