Anda di halaman 1dari 51

Fisiologi kulit di modul ini ditekankan pada sistem sensorik pada kulit ( kita

ndak pelajari tentang gimana kulit tumbuh, trus jadi kulit mati, ini di kuliah lain
pelajarinya *kata dr.Willy ). Motorik tidak dipelajari di modul ini.

Kulit tidak disebut sebagai indra peraba, tapi disebut sebagai sensori
peraba ( kalau mau tau lebih lanjut berjuang sampai modul pengindraan ya
*dr.Willy). Oke kita lanjut

Modalitas Sensori

Dari gambar tersebut disebutkan bahwa :

 SSP terdiri dari otak & medula spinalis.


 SST terdiri dari saraf kranial, sensorik, dan motorik.
 Divisi aferen untuk menerima rangsang, dibagi menjadi 2, yaitu :
o Somatic sensory (di permukaan tubuh) : sentuhan, getaran, suhu, dll
*kata dr. Willy yang ini dibahas di modul pendindraan
o Visceral sensory (di dalam tubuh) : suhu, perubahan kimia, dll. *kata
dr. Willy yang ini dibahas di modul pendindraan
 Divisi eferen dibagi menjadi 2 yaitu : ( tidak terlalu dibahas )
o Somatic motor, berupa otot yang bisa dikontrol
o Visceral motor, berupa otot yang tidak bisa dikontrol, seperti otot
jantung. Terdapat 2 divisi lagi yaitu Parasimpatetik dan simpatetik

Fungsi dasar sistem saraf :

 Stimulasi reseptor sensorik (dari lingkungan internal dan eksternal)


Stimulus harus bisa dikenali oleh reseptor sensorik pada tubuh kita.
Kalau stimulus tidak dikenali reseptor maka tidak akan terjadi apa-apa,
karena stimulus itu bersifat SELEKTIF, misalnya cahaya yang mengenai
kulit kita maka kita tidak merasakan apa-apa karena tidak ada reseptor untuk
cahaya di kulit. ( Jika kulit terkena sinar matahari bukan berarti ada reseptor
cahaya melainkan ada reseptor suhu di tubuh yang membuat kita terasa
panas )
Contoh yang bisa dikenali oleh reseptor pada kulit : suhu lingkungan
(lingkungan internal), reaksi inflamasi & alergi (lingkungan eksternal) yang
bisa dikenali oleh kulit.
Pada kulit stimulasi bisa berasal dari lingkungan :
 Dalam tubuh ( cth : suhu, dipegang, diraba, dll. )
 Luar tubuh ( reaksi inflamasi kayak digigit nyamuk, reaksi
alergi, gatal, dll. )

 Integrasi (terima, proses, dan tindakan)


Setelah stimulus diterima oleh reseptor yang cocok maka reseptor
akan menerima dan mengaktifkan/membangkitkan potensial aksi.
Kemudian, sinyal dilanjutkan ke saraf aferen lalu ke pusat, kemudian
diterima dan diproses.
 Output motor (respons fisik)

Memberi aksi/respons fisik melalui saraf eferen (otot)

Neurotransmitter bekerja di seluruh proses tersebut untuk komunikasi antarsel.

Gambar ini sebenarnya sama dengan yang sebelumnya tapi bedanya


yang ini sampai ke sistem saraf pusat, yang sebelumnya cuma sampai
medula spinalis.
 Perbedaan potensial aksi & potensial bertingkat : letak ambang letup dari
suatu stimulus.
 Karakteristik potensial aksi :
 Akan terjadi jika melewati ambang letup
 Tidak bisa dijumlah
Maksudnya, kalau stimulusnya ditambah pun tidak akan
menambah potensial aksi, jadi hanya beda di frekuensi. Kalau lemah
frekuensinya jarang, kalau kuat frekuensinya sering/banyak.
 Karakteristik potensial bertingkat :
 Bisa terjadi tanpa melewati ambang letup
 Bisa dijumlah/disumasi
Maksudnya, kalau ditambah lagi stimulasinya maka akan
terjadi potensial aksi, bukan potensial bertingkat lagi. Potensial
bertingkat bisa lebih tinggi kalau kuat.

Pada potensial bertingkat, stimulus bisa lemah, bisa kuat. Kalau lemah maka
tidak akan terjadi apa-apa karena tidak mencapai ambang letup. Misalnya, sentuhan
yang terlalu pelan tidak akan terasa oleh kita. Kalau kuat maka akan mencapai
ambang letup & terjadi 1 potensial aksi. Kalau potensial aksi sudah terbangkitkan
maka akan langsung diteruskan ke pusat dan tubuh kita akan memberikan respons
fisik.

Stimulus akan menuju reseptor melalui transduksi sinyal (misal cahaya,


raba, suhu) untuk mengubah stimulus menjadi listrik/potensial aksi. Informasi ini
dibawa ke SSP. Dalam pejalanannya, terjadi coding & processing yang melibatkan
IPSP (menghilangkan sinyal) & EPSP (menguatkan sinyal). Tidak semua stimulus
dipersepsikan oleh otak. Saat proses sensori sudah terjadi, belum tentu otak mau
menerimanya. Kuncinya : pay attention. Contoh : pemakai kacamata, sensorinya
terjadi karena kacamata menyentuh bagian wajah, tapi otak tidak mempersepsikan
stimulus sehingga kita tidak memikirkan kacamata tersebut; melamun, suara di
sekitarnya tidak masuk ke otak karena tidak dihiraukan walaupun sensori tetap
terjadi melalui suara yang masuk ke telinga.

Prinsip kerja Sistem Sensorik :

Penjelasan :

Pada saat reseptor di permukaan tubuh, atau otot atau sendi mendapat
stimulus dan mencapai batas ambang hingga disampaikan ke saraf aferen, yang
informasi nya disebut juga sebagai informasi sensorik dan jalur masuknya disebut
aferen sensorik.

Informasi sensorik dikategorikan sebagai : 1). Sensasi somatic /


Somatosensory (sensasi tubuh) yang berasal dari permukaan tubuh termasuk
sensasi somestetik dari kulit yang dapat menerima stimulus sentuhan, rasa sakit,
suhu, dan gatal dan propriosepsi dari otot, sendi, kulit, dan telinga dalam. 2). Indra
khusus (Sensasi Spasial) termasuk penglihatan (visual), pendengaran (auditory),
keseimbangan (vestibular), pengecapan (gustatory) dan penghiduan (olfactory)

Untuk mendeteksi adanya stimulus, reseptor mempunyai karakteristik khusus


yang sensitive terhadap stimulus tertentu. Jenis-jenis reseptor berdasarkan stimulus
adekuatnya tergantung sama jenis energy yang direspon.. dan reseptor-reseptornya
adalah 1). Fotoreseptor yaitu reseptor yang peka terhadap gelombang cahaya, 2).
Mekanoreseptor yang sensitive terhadap renggangan, resepor di telinga
(pendengaran) dan baroreseptor yang memantau tekanan darah, 3). Termoreseptor
yang sensitive terhadap perubahan suhu (panas dan dingin) 4). Osmoreseptor yang
mendeteksi perubahan konsentrasi zat terlarut dalam CES dan perubahan aktivitas
osmotic. 5). Kemoreseptor yang sensitive terhadap bahan kimia tertentu, termasuk
juga reseptor untuk penghiduan dan pengecapan, reseptor pengkontrol konsentrasi
O2 dan CO2 dlam darah atau kandungan kimiawi saluran cerna. Kemudian yang
terakhir 6). Nosiseptor yaitu reseptor nyeri yang peka terhadap kerusakan jaringan.
Yang mana, tiap reseptor ini memiliki tipe sel khusus yang berfungsi menerima
stimulus seperti Badan Markel, Badan Paccini, Ujung Ruffini, Badan Meissner
dan sel spesifik lainnya yang telah dipaparan oleh tabel.
Sistem sensorik somatik menerima informasi primer dari reseptor
eksteroseptif dan proprioseptif. Didapatkan 4 sub-kelas mayor dari sensasi somatik,
yaitu :

1) Sensasi nyeri yang dicetuskan oleh rangsang yang dapat mencederai


(noxious).
2) Sensasi suhu (termal), terdiri dari rasa panas dan rasa dingin.
3) Rasa (sensasi) sikap, dicetuskan oleh perubahan mekanis di otot dan
persendian, dan mencakup rasa sikap anggota gerak serta gerakan
anggota gerak (kinestesia).
4) Sensasi (rasa) tekan, dicetuskan oleh stimulasi mekanis yang diberikan
pada permukaan tubuh.

Permukaan kulit mengandung saraf-saraf yang memiliki bentuk dan fungsi


yang berbeda-beda. Ujung saraf tersebut yaitu sebagai berikut :
1) Paccini, merupakan ujung saraf pada kulit yang peka terhadap
rangsangan berupa tekanan, letaknya di sekitar akar rambut.
2) Ruffini, merupakan ujung saraf pada kulit yang peka terhadap
rangsangan panas.
3) Meisner, merupakan ujung saraf perasa pada kulit yang peka terhadap
sentuhan.
4) Krause, merupakan ujung saraf perasa pada kulit yang peka terhadap
rangsangan dingin.
5) Lempeng Merkel, merupakan ujung perasa sentuhan dan tekanan
ringan, terletak dekat permukaan kulit.

Ujung saraf tanpa selaput, merupakan ujung saraf perasa nyeri.

Jadi silahkan dipahami tabelnya berdasarkan materi dan gambar yang telah
dipaparkan…

PROSES TERJADINYA SENSASI

Suatu stimulus harus dapat dikenali reseptor baru bisa terjadi rangsangan.
Di dalam tubuh kita terdapat pembagian regio reseptor (reseptive field) yaitu lokasi
tempat diberikannya stimulus yang mana pada pada regio-regio tertentu memiliki
sensitivitas yang berbeda-beda dalam menanggapi stimulus yang tergantung kepada
seberapa rapat reseptor sensori dan sebaran saraf aferen pada regio tersebut.

Setelah diterima, terjadilah transduksi, yang awalnya graded potensial


menjadi potensial aksi. Dan transduksi reseptor ini selektif (1 reseptor hanya untuk
1 stimulus) contohnya pada saraf penghidu.

Graded potensial yang mancapai ambang letup akan menjadi potensial aksi
yang akan diantar ke system sraf pusat oleh First order neuron : Sel aferen pertama
yang ditemui sel saraf rseptor. Setelah smpai di SSP diolah apakah diberi respon
atau tidak.
JENIS RESEPTOR SENSORIK

1. berdasarkan bentuk MIKROSKOPIS

First order neuron adalah Sel aferen pertama yang ditemui sel saraf rseptor
yang Kemudian smpai ke thalamus bersinaps lagi dan berubahn menjadi second
order neuron. Ada yang sraf aferennya nempel di reseptornya, ada yang
reseptormya terpish dari sel sarafnya, ada yang sel saraf yang tidak memiliki
komponen special reseptor dan memiliki sel khusus sel reseptor. Generator
potensial ini tidak akan terjadi kalau sinyalnya tidak mencapai ambang letup, tapi
kalau sampai maka akan menjadi potensial aksi dan akan dismpaikan ke SSP.
Reseptor merupakan organ sensorik khusus yang mampu mencatat perubahan
tertentu di dalam organism dan sekitarnya, serta menghantarkan rangsangan ini
sebagai impuls. Macam macam reseptor sensoris, antara lain:

Ø Berdasarkan strukturnya, reseptor di bagi menjadi dua yaitu:

a. Reseptor saraf
Merupakan reseptor saraf yang paling sederhana, yang hanya
berupa ujung dendrite dari suatu sel saraf (tidak memiliki selubung mielin),
dapat di temukan pada reseptor nyeri nosiseptor.
b. Reseptor nonsaraf
Merupakan struktur saraf yang lebih rumit dapat di temukan dalam
organ pendengaran vertebrata (berupa sel rambut) dan pada organ
penglihatan (berupa sel batang dan kerucut). Reseptor ini merupakan
resepptor khusus dan bukan reseptor saraf.
2. berdasarkan LOKASI RESEPTOR dan PENGAKTIFAN
STIMULASI
reseptor sensorik berdasarkan lokasi dapat diklasifikasikan sebagai (1)
ekstrorecseptor, dimana rangsangan rasa timbul luar tubuh; (2)
introreseptor, yang menanggapi kualitas fisik atau kimia dalam tubuh; dan
(3) proprioseptors, yang memberikan informasi tentang posisi tubuh.
a. Interoreseptor, merupakan reseptor yang berfungsi untuk
menerima rangsang dari dalam tubuh.
 Kemoreseptor pada arteri karotis dan aorta, menanggapi
tekanan parsial oksigen, dan di pusat pernapasan,
menanggapi tekanan parsial karbon dioksida
 Mekanoreseptor di labirin
 Osmoreseptor di hipotalamus, mendaftarkan tekanan
osmotik dalam darah
Contoh interoreseptor ialah kemoreseptor untuk memantau pH,
kadar gula, dan kadar kalsium dalam cairan tubuh.
b. Eksteroreseptor
 Fotoreseptor di retina untuk penglihatan
 Kemoreseptor untuk penginderaan bau dan rasa
 Mekanoreseptor untuk merasakan suara, di koklea, atau
sensasi sentuhan di kulit
 Termoreseptor (yaitu, Krause dan sel Ruffini), untuk
merasakan dingin dan panas
berfungsi untuk menerima rangsang dari lingkungan diluar tubuh.
Contoh ekteroreseptor ialah reseptor penerima gelombang suara
(pada alat pendengaran) dan reseptor cahaya (mata). Dalam system
saraf, rseptor biasanya berhubungan dengan saraf sensorik,
sedangkan efektor berhubungan dengan saraf sensorik, sedangkan
efektor berhubungan dengan saraf motorik. Reseptor bertugas
sebagai transduser (pengubah energy) yang mengubah energy dari
suatu bentuk energy yang lain. Pada saat sampai di reseptor, semua
energy dalam bentuk apapun akan segera di ubah menjadi energy
listrik, yang selanjutnya akan membawa kepada perubahan
elektrokimia sehingga timbul potensial aksi.
c. Proprioseptor
Reseptor yang terdapat didalam otot yang kerjanya
berhubungan dengan kesadaran dan kedudukan tangan dan
keseimbangan tubuh terhadap gravitasi bumi Propioreseptor
terdapat pada otot dan sendi-sendi yang memberikan informasi
terhadap tempat-tempat tertentu pada tubuh tanpa harus
menggunakan indera pengelihatan sebgai input ke sistem saraf.
Posisi tubuh tertentu dapat dijaga secara spontan dengan
menyertakan otot-otot antagonis dan propioreseptor.
Propioreseptoir atau yang sering disebut juga dengan indera
otot,menunjukkan posisi relative berbagai bagian tubuh tanpa
menggunakan fungsi penglihatan,indera dalam posisi ini penting
dalam aktivitas fisik,seperti berjalan,berdiri,dan berjalan.
 Otot Spindle, menanggapi perubahan panjang otot
 Organ tendon Golgi, mengukur ketegangan otot
Jenis Reseptor Berdasarkan Stimulus Adekuatnya

Bergantung pada jenis energi yang biasanya direspons mereka, reseptor-reseptor


dapat dikategorikan sebagai berikut.

 Fotoreseptor peka terhadap gelombang cahaya tampak.


 Mekanoreseptor peka terhadap energi mekanis. Contohnya adalah reseptor
otot rangka yang peka terhadap peregangan, reseptor di telinga yang
mengandung rambut halus yang melengkung akibat gelombang suara, dan
baroreseptor yang memantau tekanan darah.
 Termoreseptor peka terhadap panas dan dingin.
 Osmoreseptor mendeteksi perubahan konsentrasi zat terlarut dalam cairan
ekstrasel (CES) dan perubahan aktivitas osmotik yang terjadi.
 Kemoreseptor peka terhadap bahan kimia spesifik. Kemoreseptor
mencakup reseptor untuk penciuman dan pengecapan, serta reseptor yang
terletak jauh di dalam tubuh yang mendeteksi konsentrasi O2 dan CO2 dalam
darah atau kandungan kimiawi saluran cerna.
 Nosiseptor atau reseptor nyeri, peka terhadap kerusakan jaringan misalnya
luka terpotong atau luka bakar. Stimulasi intens terhadap setiap reseptor
juga dirasakan sebagai nyeri.
Coding of Sensory Information
Intensity of Stimulus

Intensitas rangsangan tercermin oleh besarnya potensial reseptor. Semakin besar


potensial reseptor, semakin besar frekuensi potensial aksi yang terbentuk di neuron
aferen. Potensial reseptor yang lebih besar tidak dapat menghasilkan potensial aksi
yang lebih besar (karena hukum gagal-atau-tuntas), tetapi dapat memicu
peningkatan frekuensi pembentukan potensial aksi. Semakin cepat serat aferen
memicu potensial aksi, semakin banyak neurotransmiter yang dilepaskan.
Neurotransmiter ini memengaruhi sel berikutnya pada jalur saraf, meneruskan
informasi tentang kekuatan rangsangan. Kekuatan rangsangan juga tercermin oleh
luas daerah yang terangsang. Rangsangan yang lebih kuat biasanya mengenai
daerah yang lebih luas, sehingga lebih banyak reseptor yang berespons. Sebagai
contoh, sentuhan ringan tidak mengaktifkan reseptor tekanan di kulit sebanyak
sentuhan kuat ke daerah yang sama. Karena itu intensitas rangsangan dibedakan
baik oleh frekuensi potensial aksi yang terbentuk di neuron aferen maupun oleh
jumlah reseptor yang diaktifkan dan karenanya serat aferen diaktifkan di daerah
tersebut.

Ketajaman Dipengaruhi oleh Ukuran Medan Reseptif dan Inhibisi Lateral

Setiap neuron somatosensorik berespons terhadap informasi rangsangan hanya


dalam regio tertentu permukaan kulit sekitar; regio ini disebut medan reseptif.
Ukuran medan reseptif berbanding terbalik dengan densitas reseptor di bagian
tersebut; semakin rapat reseptor jenis tertentu tersusun, semakin kecil luas kulit
yang dipantau oleh masing-masing reseptor. Semakin sempit medan reseptif dalam
suatu daerah, semakin tinggi ketajaman atau kemampuan diskriminasi. Bandingkan
diskriminasi sentuh di ujung jari tangan dengan betis dalam "merasakan” benda
yang sama dengan keduanya. Kita dapat merasakan informasi yang lebih tepat
tentang benda tersebut dengan ujung jari tangan yang kaya saraf karena medan
reseptifnya kecil; sehingga, setiap neuron memberi informasi tentang sebagian kecil
permukaan benda. Di ujung jari dan telapak tangan masing-masing tangan
diperkirakan terdapat 17.000 mekanoreseptor taktil. Sebaliknya, kulit di betis hanya
disarafi oleh ujung sensorik yang relatif sedikit dengan medan reseptif yang lebih
luas. Perbedaan ringan di dalam masing-masing medan reseptif tidak dapat
dideteksi. Representasi berbagai bagian tubuh di korteks yang tampak terdistorsi di
homunkulus sensorik, sangat sesuai dengan kepadatan persarafan; lebih banyak
permukaan korteks yang diperuntukkan bagi persepsi sensorik yang berasal dari
daerah-daerah dengan medan reseptif sempit, sehingga menyebabkan kemampuan
diskriminatif taktilnya lebih besar.

Selain kerapatan reseptor, faktor kedua yang mempengaruhi ketajaman


adalah inhibisi lateral. Kita dapat mengetahui pentingnya fenomena ini dengan
sedikit menekan permukaan kulit kita dengan ujung pensil. Medan reseptif tepat di
bawah bagian tengah ujung pensil tempat rangsangan paling intens mengalami
eksitasi, tetapi medan reseptif sekitar juga terangsang, namun dengan derajat yang
lebih ringan karena distorsinya lebih ringan. Jika informasi dari serat-serat aferen
marginal yang ikut terangsang ini mencapai korteks, maka lokalisasi ujung pensil
akan samar. Untuk mempermudah lokalisasi dan mempertajam kontras, di dalam
SSP terjadi inhibisi lateral. Jalur sinyal yang paling terangsang yang berasal dari
bagian tengah daerah stimulus menghambat jalur-jalur yang kurang tereksitasi yang
berasal dari daerah sekitar. Hal ini terjadi melalui antarneuron inhibitorik yang
berjalan ke lateral anrara serat-serat asendens yang melayani medan-medan reseptif
sekitar. Penghambatan transmisi iebih lanjut terhadap masukan yang lebih lemah
meningkatkan kontras antara informasi yang diinginkan dan tidak diinginkan
sehingga lokasi ujung pensil dapat diketahui dengan pasti. Derajat koneksi inhibisi
lateral dalam jalur-jalur sensorik bervariasi sesuai modalitas. Modalitas yang
memiliki inhibisi lateral paling besar-sentuhan dan penglihatan menghasilkan
lokalisasi yang paling akurat.

Adaptasi Reseptor Sensori

Rangsangan dengan intensitas yang sama tidak selalu menghasilkan kekuatan


potensial reseptor yang sama di reseptor yang sama. Sebagian reseptor dapat
mengalami penurunan tingkat depolarisasi meskipun kekuatan rangsangan yang
diberikan tetap, suatu fenomena yang dinamai adaptasi. Selanjutnya, frekuensi
potensial aksi yang dihasilkan di neuron aferen menurun. Demikianlah, reseptor
"beradaptasi" terhadap rangsangan dengan tidak lagi berespons dengan kekuatan
yang sama terhadap rangsangan tersebut.

JENIS RESEPTOR BERDASARKAN KECEPATAN ADAPTASI

Terdapat dua jenis reseptor, yaitu reseptor tonik dan reseptor fasik berdasarkan
kecepatan adaptasinya. Reseptor tonik tidak beradaptasi sama sekali atau
beradaptasi dengan lambat. Reseptor ini penting dalam situasi di mana informasi
tentang suatu rangsangan perlu dipertahankan. Contoh reseptor tonik adalah
reseptor regang otot, yang memantau panjang otot, dan proprioseptor sendi, yang
mengukur derajat fleksi sendi. Untuk mempertahankan postur dan keseimbangan,
SSP harus secara terus-menerus mendapat informasi mengenai derajat panjang otot
dan posisi sendi. Karena itu, reseptor-reseptor ini penting untuk tidak beradaptasi
terhadap rangsangan dan terus menghasilkan potensial aksi untuk menyampaikan
informasi ini ke SSP.
Reseptor fasik, sebaliknya, adalah resepror yang cepat beradaptasi.
Reseptor cepat beradaptasi dengan tidak lagi berespons terhadap rangsangan yang
terus-menerus, tetapi ketika rangsangan dihentikan, reseptor biasanya berespons
dengan mengalami depolarisasi ringan yang dinamai respons menurun. Reseptor
fasik bermanfaat dalam situasi di mana yang lebih penting untuk disampaikan
adalah perubahan intensitas rangsangan daripada informsi status quo. Reseptor
yang cepat beradaptasi mencakup reseptor taktil (sentuh) di kulit yang memberi
tahu tentang perubahan tekanan pada permukaan kulit. Karena reseptor-reseptor ini
cepat beradaptasi, maka kits tidak secara terus-menerus sadar bahwa kita sedang
mengenakan jam tangan, cincin, dan baju. Ketika kita memakai sesuatu, kita segera
terbiasa dengannya, karena adaptasi cepat reseptor ini. Ketika kita
menanggalkannya, kita menyadari hal tersebut karena adanya respons menurun.

MEKANISME ADAPTASI DI BADAN PACINI

Mekanisme terjadinya adaptasi bervariasi sesuai reseptor dan belum diketahui


sepenuhnya pada semua jenis reseptor. Salah satu jenis reseptor yang paling banyak
diteliti adalah badan Pacini, suatu reseptor kulit yang cepat beradaptasi dan
mendeteksi tekanan dan getaran. Adaptasi di badan Pacini melibatkan baik
komponen mekanis maupun elektrokimia. Komponen mekanis bergantung pada
sifat fisik reseptor. Badan Pacini adalah ujung resepror khusus yang terdiri dari
lapisan-lapisan konsentrik jaringan ikat mirip lapisan kulit bawang yang
mengelilingi ujung perifer suatu neuron aferen. Ketika tekanan pertama kali
dikenakan pada badan Pacini, ujung saraf di bawahnya berespons dengan potensial
reseptor yang besarnya mencerminkan intensitas rangsangan. Seiring dengan
berlanjutnya rangsangan, energi tekanan menyebar karena energi tersebut
menyebabkan lapisan-lapisan reseptor selip (seperti tekanan tetap pada bawang
yang dikupas menyebabkan lapisan lapisan kulitnya selip). Karena efek fisik ini
menyaring komponen tetap dari tekanan tersebut maka ujung saraf di bawahnya
tidak lagi berespons dengan potensial reseptor; yaitu, terjadi adaptasi.
Transduksi rangsangan sensorik menjadi impuls saraf

1,Pada reseptor sensorik yang merupakan ujung neuron aferen khusus, stimulus membuka
kanal yang peka terhadap stimulus, memungkinkan masuknya Na+ neto yang menghasilkan
potensial reseptor.
2.Aliran arus lokal antara ujung reseptor yang terdepolarisasi dan daerah sekitar membuka
kanal Na+ berpintu listrik.
3.Masuknya Na+ memicu potensial aksi di serat aferen yang merambat spontan ke SSP

1.Pada reseptor sensorik yang merupakan sel tersendiri, stimulus membuka kanal
yang sensitif terhadap stimulus, memungkinkan masuknya Na+ neto yang
menghasilkan potensial reseptor.
2.Depolarisasi lokal ini membuka kanal Ca2+ berpintu listrik.
3.Masuknya Ca2+ memicu eksositosi neurottransmiter
4.P e ngikatan neurotransmiter membuka kanal reseptor berpintu kimiawi di ujung
aferen, memungkinkan masuknya Na+ neto.
5.Depolarisasi yang terjadi membuka kanal Na+ berpintu listrik di daerah sekitar.
Masuknya Na+ memicu potensial aksi diserat aferen yang merambat spontan ke
SSP.
Cara kanal Na+ ini terbuka berbeda-beda bergantung pada apakah reseptor
merupakan sel tersendiri atau ujung aferen khusus.
Reseptor dapat beradaptasi dengan cepat atau lambat
terhadap rangsangan yang menetap.
Rangsangan dengan intensitas yang sama tidak selalu menghasilkan kekuatan
potensial reseptor yang sama di reseptor yang sama. Sebagian reseptor dapat
mengalami penurunan tingkat depolarisasi meskipun kekuatan rangsangan yang
diberikan tetap, suatu fenomena yang dinamai adaptasi. Selanjutnya, frekuensi
potensial aksi yang dihasilkan di neuron aferen menurun, yaitu reseptor
"beradaptasi" terhadap rangsangan dengan tidak lagi berespons dengan kekuatan
yang sama terhadap rangsangan tersebut.
Jenis-jenis stimulus

Stimulus ada 4 jenis, yaitu :

- Mekanik
- Bahan Kimia
- Suhu
- Elektromagnetik

Jalur sensorik

1. First Order Neuron


- Dari reseptor diteruskan ke saraf kranial atau saraf spinal ( nah jalurnya
tuh aferen )
2. Second Order Neuron
- Dari batang otak atau Spinal cord diteruskan ke thalamus ( berhadapan
di batang otak atau spinal cord ( somatik ))
3. Third Order neuron
- Dari talamus diteruskan ke lokasi somtosensorik pertama (
somatosensorik tuh berhubungan dengan sensasi yang dirasakan pad
kulit atau jaringan profunda )

Jalur sensorik menuju ke Cerebral Cortex

Bagaimana suatu rangsang menuju otak tuh ada 4 jalurnya, 3 jalur ke arah
cerebrum dan 1 jalur kearah cerebellum

Jalur ke cerebrum :
Pertama, Medical Lemnicus pathway melalu posterior colum dari medulla
spinalis.

Kedua, Spinothalmic pathway ( artinya spinal ke thalamus ) perjalanannya


di anterolateral medulla spinalis
Ketiga, Trigeiminothalmic yaa di trigeminus

Jalur ke cerebellum : Spinocerebellar ( budak maaf aku ndak dapat gambarnya )

Letak Somatik Sensorik

Kepentingannya tuh
biasanya ngeliat dimana bagian
lumpuhnya, jadi lebih gampang
menemukan letak gangguan
kalau ada pemetaan *itu aja sih
fungsinya dr. Willy
Ket :
1. Kuning, definisi atau istilah
2. hijau, penjelasan atau yang berhubungan
3. biru, wajib untuk diketahui atau di hapal

Sebelum kita masuk lebih dalam apa itu dari sensasi, kita harus tau dulu apa
apa saja alat alat kerja dari sensasi seperti contoh untuk mendapatkan doi
kan kita perlu persiapan gitu contoh nya isi dompet, tempat ngedate dan
semacam nya heheheh agar mendapat respon dari sang doi, ups lupakan
contoh nya. Kita kembali lagi ke pembahasan kita okeeyyyyy
Begitu juga dengan Sensasi, sensasi terbagi menjadi sensasi umum dan
khusus :
Sensasi umum yang terdiri dari sensasi somatic (somat=tubuh) dan sensasi
visceral. Modalitas sensorik somatic meliputi sensasi taktil atau rabaan
(sentuhan, tekanan, dan vibrasi), sensasi termal (rasa panas dan dingin),
sensasi nyeri, dan sensasi propioseptif.
Sensasi visceral merupakan sensasi dari organ internal.

Sedangkan

Sensasi khusus berkaitan dengan alat-alat indera (senses), yang mencakup


itu adalah :
– Mata ---sight (visual/penglihatan)
– Telinga ---hearing (auditoris/pendengaran)
– Hidung ---smell (olfaktoris/pembauan)
– Lidah ---taste (gustasi/pengecapan)
– Kulit ---touch (perabaan, tekanan, temperatur & nyeri)

Kita bahas ke sensasi dulu yaaaa, apa sih sensasi itu ?


Sensasi menurut beberapa ilmuan :
1. Plotnik: Sejumlah informasi yang relatif kurang bermakna yang terjadi
ketika otak memproses sinyal-sinyal elektrik yang berasal dari panca indera.
2. Dennis Coon: Bila alat-alat indera mengubah informasi (stimuli) menjadi
impuls-impuls syaraf dengan ‘bahasa’ yang dipahami oleh otak maka
terjadilah Sensasi
3. Benyamin B. Wolman: Pengalaman elementer yang segera, yang tidak
memerlukan penguraian verbal, simbolis atau konseptual dan terutama
sekali berhubungan dengan alat indera.

Jadiiiiiiii, sensasi itu adalah kesadaran akan perubahan lingkungan internal


dan eksternal. Sifat dasar dan tipe reaksi yang dihasilkan tergantung dari
tujuan akhir dari impuls saraf yang membawa informasi sensoris ke SSP.
Atau lebih singkat nya yaitu Sensasi merupakan kesadaran pertama kita
pada stimulus internal dan eksternal.

Begini jalan cerita nya sensasi itu Proses sensorik yang mana terjadinya
mekanisme kerja alat indera yang merupakan tahap paling awal manusia
dalam menerima informasi dari lingkungan kemudian di Stimulus/ rangsang
dengan melibatkan alat indera lalu Alat indera ini akan menghubungkan
organisme dengan lingkungan.

Daaaann sensasi ini juga terdapat beberapa syarat dan tahapan, berikut
penejelasan nyaaa

Syarat-syarat Terjadinya sensasi :


a. Adanya objek yang diamati atau kekuatan stimulus.Objek
menimbulkan stimulus yang mengenai indera (reseptor) sehingga
terjadi sensasi.. Untuk bisa diterima oleh indera diperlukan
kekuatan stimulus yang disebut sebagai ambang mutlak (absolute
threshold).
b. Kepastian alat indera (reseptor) yang cukup baik serta syaraf
(sensoris) yang baik sebagai penerus kepada pusat otak (kesadaran)
untuk menghasilkan respon
c. Pengalaman dan lingkungan budaya. Pengalaman dan budaya
mempengaruhi kapasitas alat indera yang mempengaruhi sensasi

Tahapan-Tahapan dari Proses Sensasi


a. proses fisik : stimulus mengenai alat indera atau reseptor disebut
sebagai proses kealaman
b. proses fisiologis : stimulus yang mengenai alat indera diteruskan
oleh syaraf sensoris ke otak
c. proses psikologis : proses di otak yang menyebabkan organisme
mampu menyadari apa yang diterima dengan inderanya

Maaf teman teman untuk klasifikasi dari sensasi, saya mengutip dari tentir
pulmo yaaa
Pulmo mengutip dari buku tortora
1. Sensasi Somatik
Sensasi somatik adalah sensasi yang muncul dari stimulasi
reseptor sensorik yang terdapat di kulit atau lapisan subkutan; dalam
membrane mucus mulut, vagina, anus; dalam otot, tendon, sendi, telinga
bagian dalam.
Sensasi somatik yang muncul dari stimulasi pada permukaan
kulit adalah sensasi kutaneus. Ada 4 modalitan sensasi somatik: taktil,
termal, nyeri, dan proprioseptif.
2. Sensasi taktil
Sensasi taktil terdiri dari sentuhan, tekanan, vibrasi, gatal, dan
geli. Sensasi sentuhan, tekanan, dan vibrasi dimediasi oleh
mekanoreseptor yang berkapsul yang menempel pada Fiber A bermielin
yang berdiameter besar. Gatal dan geli dideteksi oleh ujung saraf bebas
yang menempel pada Fiber C tak bermielin dan berdiameter kecil.
a. Hubungan sensasi taktil rasa raba, tekan, dan getaran
Sensasi raba, tekan, dan getaran dideteksi oleh jenis reseptor
yang sama. Sensasi raba disebabkan oleh rangsangan pada
reseptor taktil di kulit dan dalam jaringan dibawah kulit. Sensasi
tekan disebabkan perubahan jaringan yang lebih dalam. Sensasi
getaran disebabkan sinyal sensorik yang datang berulang-ulang.
b. Reseptor taktil Terdapat 6 jenis reseptor taktil, yaitu :
 Ujung saraf bebas, terdapat di semua bagian kulit dan
jaringan lainnya untuk mendeteksi rabaan dan tekanan.
 Badan Meissner, merupakan juluran ujung saraf
bermeilin dari sensorik besar bermeilin. Adaptasi
terhadap rangsangan cepat. Terdapat pada bagian kulit
yang tidak berambut (ujung jari, bibir dan daerah kulit
lain)
 Reseptor taktil ujung meluas (diskus Merkel), berperan
dalam meneruskan sinyal yang tetap. Reseptor ini dan
badan Meissner berperan penting dalam melokalisasi
sensasi raba di permukaan tubuh yang spesifik dan
menentukan bentuk apa yang dirasakan.
 Organ ujung rambut, reseptor ini dapat segera
beradaptasi, dan seperti halnya badan Meissner, reseptor
utama mendekteksi pergerakan objek pada permukaan
tubuh atau kontak awal dengan tubuh.
 Ujung organ Ruffini, yang bercabang banyak dan
ujungnya bermeilin. Adaptasi lambat terhadap
rangsangan. Terdapat di lapisan kulit, jaringan bagian
dalam, dan selaput sendi.
 Badan paccini, hanya dapat dirangsang oleh penekanan
lokal jaringan yang cepat karena reseptor ini dapat
beradaptasi dengan cepat. Mendeteksi getaran jaringan
atau perubahan mekanis yang cepat pada jaringan.
Terdapat di bawah kulit dan jaringan fasia tubuh.
3. Sentuhan
Sensasi sentuhan merupakan hasil stimulasi reseptor taktil pada
kulit atau lapisan subkutan. Sentuhan kasar adalah kemampuan
mempersepsi sesuatu yang kontak dengan kulit meskipun posisi,
bentuk, ukuran atau tekstur tidak dapat ditentukan. Sentuhan halus
dapat mempersepsi informasi seperti titik pada tubuh yang disentuh,
bentuk, ukuran, dan teksturnya.
Ada dua jenis reseptor sentuhan yang beradaptasi cepat :
1) korpus Meissner, adalah reseptor sentuhan halus yang terletak di
dermal papilla dari kulit tak berbulu/rambut. Ada di ujung jari,
tangan, kelopak mata, ujung lidah, putting, klitoris, dan ujung penis.
2) pleksus akar rambut merupakan reseptor sentuhan kasar yang
beradapasi cepat yang ditemukan pada kulit yang berambut.

Ada dua jenis reseptor sentuhan yang beradaptasi lambat.


1) Mekanoreseptor kutaneus tipe I, dikenal dengan korpus merkel yang
mendeteksi sentuhan halus, terdapat pada ujung jari, tangan, bibir,
dan alat kelamin eksternal.
2) Mekanoreseptor kutaneus tipe II atau korpus ruffini terdapat di
dalam dermis dan di ligament, tendon. Sangat sensitive terhadap
peregangan ketika jari atau tungkai bergerak.
4. Tekanan dan Vibrasi
Tekanan adalah sensasi yang terasa lebih besar areanya
dibanding sentuhan, diikuti dengan deformasi jaringan. Reseptor yang
terlibat dalam sensasi tekanan meliputi korpus Meissner, mekanoreseptor
tipe I, dan korpus lamella. Lamella, atau korpus pacini beradaptasi
dengan cepat.
Sensasi vibrasi/getaran adalah hasil dari sinyal sensoris cepat
dari reseptor taktil yang berulang-ulang. Reseptor vibrasi adalah
korpus Meissner dan korpus pacini. Korpus Meissner mendeteksi
vibrasi frekuensi rendah dan korpus pacini mendeteksi vibrasi
frekuensi tinggi.
5. Gatal dan Geli
Sensasi gatal merupakan hasil stimulasi dari ujung saraf bebas
oleh bahan kimia tertentu, seperti bradykinin, seringkali dikarenakan
respons inflamasi local. Ujung saraf bebas dan korpus pacini
memediasi sensasi geli. Biasanya sensasi ini muncul ketika
disentuh orang lain bukan diri sendiri.
6. Ilusi sensasi tungkai
Pasien yang tungkainya diamputasi dapat mengalami sensasi
seperti gatal, tekanan, geli, atau nyeri seperti tungkai masih ada.
Fenomena ini disebut ilusi sensasi tungkai. Penjelasan mengenasi ini
adalah bahwa korteks serebri menginterpretasi impuls yang berada
dekat dengan neuron sensoris yang sebelumnya membawa impuls dari
tungkai yang diamputasi. Penjelasan yang lain adalah bahwa otak itu
sendiri memiliki jaringan saraf yang dapat menghasilkan sensasi dari
tubuh. Neuron yang ada di otak yang sebelumnya menerima impuls
sensorik dari tungkai yang diamputasi masih aktif sehingga
menghasilkan persepsi sensoris yang salah.
7. Sensasi termal
Termoreseptor adalah saraf ujung bebas yang memiliki diameter
area reseptif sekitar 1 mm pada permukaan kulit. Reseptor dingin
terletak pada stratum basale epidermis dan menempel pada fiber a
bermielin berdiameter sedang. Temperature 10o C sampai 40o C
mengaktifkan reseptor dingin. Reseptor panas, tidak sebanyak reseptor
dinign dan menempel pada Fiber C tak bermielin berdiameter kecil yang
aktif pada suhu antara 32oC sampai 48oC. kedua reseptor tersebut
beradaptasi cepat. Temperature dibawah 10oC dan diatas 48oC
dipersepsi oleh reseptor nyeri.

8. Sensasi Nyeri
Nosiseptor, reseptor nyeri adalah ujung saraf bebas yang ditemukan di
setiap jaringan. Stimulus suhu, mekanik, dan kimiawi dapat mengaktifkan
nosiseptor. Kerusakan jaringan melepaskan bahan kimia seperti
prostaglandin, kinin, dan ion potassium yang menstimulasi nosiseptor.
Beberapa zat kimia yang merangsang nyeri kimiawi adalah baradikinin,
serotonin, histamin, ion kalium, asam, asetilkolin, dan enzim proteolitik.
Selain itu, prostaglandin dan substansi P meningkatkan sensitivitas ujung-
ujung serabut nyeri tetapi tidak secara langsung merangsangnya.
Ada dua tipe nyeri: cepat dan lambat. Persepsi nyeri cepat berlangsung
biasanya 0.1 detik setelah adanya stimulus. Tipe nyeri dikenal sebagai nyeri
akut, tajam atau nyeri tusuk. Contoh nyeri dari tertusuk jarum atau teriris
pisau/benda tajam. Persepsi nyeri lambat dimulai 2 detik atau lebih setelah
stimulasi ada. Rasa nyeri bisa menyiksa, dipersepsi sebagai luka kronik,
terbakar, ngilu, atau nyeri berdenyut. Nyeri lambat dapat terjadi pada kulit
atau jaringan maupun organ. Contoh dari nyeri lambat adalah sakit gigi.
Nyeri yang muncul dari stimulasi reseptor pada kulit disebut nyeri
somatik superfisial: stimulasi reseptor pada otot, sendi, tendon, dan fascia
disebut somatik dalam. Nyeri visceral adalah hasil dari stimulasi nosiseptor
pada organ visceral. Sensasi nyeri dapat secara presisi dilokalisasi
(diketahui area sakit) pada area yang distimulus.
 Reseptor nyeri dan rangsangannya
1) Reseptor nyeri merupakan ujung saraf bebas yang terdapat
di kulit dan jaringan lain.
2) Tiga jenis stimulus yang merangsang reseptor rasa nyeri-
mekanis, suhu, kimiawi. Pada umumnya nyeri cepat
diperoleh melalui rangsangan jenis mekanis atau suhu,
sedangkan nyeri lambat dapat diperoleh melalui ketiga jenis
tersebut.
3) Sifat nonadaptasi reseptor rasa nyeri
Pada beberapa kondisi, eksitasi serabut rasa nyeri menjadi
semakin bertambah secara progresif, terutama pada rasa
nyeri mul-menusuk-lambat, karena stimulus rasa nyeri
berlangsung terus-menerus. Keadaan ini akan meningkatkan
sensitivitas reseptor rasa nyeri dan disebut hiperalgesia.
 Kecepatan kerusakan jaringan sebagai stimulus rasa nyeri
1) Pada umumnya nyeri akan terasa bila seseorang menerima
panas dengan suhu di atas 45o C. macam-macamfiber pada
suhu yaitu Cold-pain fiber , Cold fiber , Warmth fiber dan
Heat-pain fiber

2) Intensitas rasa nyeri juga berhubungan erat dengan


kecepatan kerusakan jaringan yang disebabkan oleh
pengaruh lain selain panas, seperti infeksi bakteri, iskemia
jaringan, kontusio jaringan dan sebagainya

 Makna khusus dari stimulus kimiawi penyebab nyeri selama


kerusakan jaringan. Ekstrak dari jaringan rusak menyebabkan
rasa nyeri yang hebat bila disuntikkna pada kulit normal. Satu zat
kimia yang terlihat mengakibatkan rasa nyeri hebat daripada yang
lain adalah bradikinin.
 Iskemia jaringan sebagai penyebab rasa nyeri
Bila aliran darah menuju jaringan terhambat, dalam waktu
beberapa menit saja jaringan sering menjadi terasa nyeri sekali.
Diduga salah satu penyebab rasa nyeri pada keadaan iskemia adalah
terkumpulnya sejumlah besar asam laktat dalam jaringan.
 Jaras rangkap 2 untuk persinyalan sinyal nyeri ke dalam sistem saraf
pusat
1) Serabut nyeri perifer-serabut cepat dan lambat
Sinyal nyeri tajam yang cepat dirangsang oleh stimuli
mekanik dan suhu; sinyal ini dijalarkan melalui saraf perifer
ke medula spinalis oleh serabut-serabut kecil tipe Aᵟ.

Sebaliknya tipe rasa nyeri lambat dirangsang terutama oleh


stimuli nyeri ripekimiawi, tetapi kadang juga oleh stimuli
mekanik dan suhu yang menetap. Nyeri lambat kronik ini
dijalarkan ke medula spinalis oleh serabut tipe C.

2) Karena sistem persarafan rasa nyeri ini bersifat rangkap


maka stimulus rasa nyeri hebat yang tiba-tiba menimbulkan
sensasi nyeri yang sifatnya rangkap: rasa nyeri tajam yang
dijalarkan ke otak oleh jaras serabut Aᵟ, diikuti oelh sedetik
atau lebih rasa nyeri lambat yang dijlaarkan oleh jaras
serabut C.

Perlu di ketahui bahwa sinyal rasa nyeri melewati 2 jaras ke otak dengan
melibat kan Traktus neospinatolamikus dan Traktus paleospinotalamikus

 T.Neospinatolamikus ( Rase nyeri cepat) :


Serabut rasa nyeri Aδ dilalui oleh rasa nyeri mekanik dan nyeri suhu
akut, berakhir pada lamina I (Lamina marginalis) pada kornu
dorsalis akan merangsang neuron pengantar kedua daei traktus
neospinotalamikus. Kemudian si neuron kirim sinyal ke serabut
panjang dalam komisura anterior kemudian berbelok ke otak dalam
kolumna anterolateralis. Serabut neospinatolamikus berakhir di
retikularis batang otak. Sebagian besar melewati semua jalur ke
talamus tanpa hambatan kemudian berakhir di kompleks ventrobasal
sepanjang kolumna dorsalis-traktus lemniskus (sensasi raba). Pada
daerah talamus sinyal akan dojalarkan ke daerah pada basal otak
seperti korteks somatosensorik.
Nyeri jenis cepat dan tajam dapat dilokalisasikan dg jauh lebih pasti
dari pada nyeri lambat dan kronik. Tetapi ketika hanya resptor nyeri
yg terangsang tanpa stimulasi secara bersaam dg reseptor taktil bisa
memyebabkan nyeri cepat kurang dilokalisasikan (10cm/lebih).
Lokasi nyeri dapat di tentukan apabila reseptor taktil merangsang
sistem lemnikus medialis-kolumna dorsalis secara bersamaan.
Jadi ada namanya glutamat, glutamat tuh adalah substansi
neurotransmiter yang di sekresikan medula spinalis diujung serabut
nyeri saraf tipe Aδ. Glutamat tuh paling banyak digunakan dalam
SSP dan masa kerja bebrapa milidetik. Ujung serabut nyeri tipe C
memasuki medula spinalis dan mungkin mengeluarkan transmiter
glutamat dan transmiter subtansi P. Substansi P dilepaskan jauh
lebih lambat dari glutamat. Substansi P berhubungan dg rasa nyeri
lambat-kronik.

 T.Paleospinotalamikus (Lambat-kronik)
Jaras ini secara luas dalam batang otak. Hanya sepersepuluh sampai
seperempat serabut yg melewati talamus. Kemudian serabut ini
berakhir di satu dari 3 daerah ini, yaitu :
1) Nukleus retikularis medula, pons, mesensefalon
2) Area tektal dari mesensefalon dalam-kolikuli superior dan
inferior
3) Daerah periakueduktus substansia grisea (mengelilingi
aqueduktus sylvii).
Lokalisasi nyeri yg dijalarkan lewat jalur jaras
paleosipnatolamikus bersifat buruk. Ada anggapan bahwa impuls
nyeri memasuki dormasio retikularis batang otak, talamus, dan
pusatpusat otak yg lebih rendah yg menimbulkan presepsi nyeri yg
disadari. Dan juga ada yg beranggapan bahwakorteks berperan
pnting dalam menginterpretasikan kualitas nyeri.
Nyeri Viseral
Nyeri viseral adalah nyeri yang berasal dari organ dalam tubuh
yang memliki rongga seperti usus, kandung empedu, pankreas dan
jantung.
Penyebab rasa nyeri viseral murni : Iskemia, Stimulus kimia,
Spasme viskus berongga, Distensi berlebihan pada viskus berongga,
dan Visera yang tidak sensitive. Jika suatu penyakit mempengaruhi
organ visera seringkali menyebabkan penyakit itu menyebar ke
peritoneum parietal, pleura atau perikardium. Nyeri viseral tuh
murni dijalarkan melalui serabut2 sensorik nyeri didalam gelendong
otonom dan sensasinya akan dialihkan ke daerah permukaan tubuh
yg seringkali jauh dari organ yg menimbulkan rasa nyeri. Sebaliknya
jika sensasi parietal yg dijalarkan langsung ke dalam saraf2 spinal
setempat berasal dari peritoneum paritealis, pleura atau perikardium
dan sensasi biasanya dilokalisasikan diatas daerah yg menilbulkan
nyeri. Bila nyeri viseral dialihkan ke permukaan tubuh biasanya
nyeri akan dilokalisasikan sesuai segmen dermatom dari mana organ
visera itu berasal pada waktu embrio dan tidak memperhatikan
dimana organ itu sekarang berada. Tempar pralihan nyeri viseral
dari organ2 yg scra umum memperlihatkan daerah2 pada embrio
dari mana organ yg bersangkutan berasal.
9. Proprioseptif
Sensasi proprioseptif memberi tahu kita dimana posisi kepala dan tungkau
ketika bergerak tanpa kita melihatnya seperti saat berjalan, mengetik, atau
memakai pakaian.. Priprioseptor terdapat pada otot dan tendon yang
menginformasikan derajat otata berkontraksi, jumlah tegangan tendon, dan
posisi sendi. Proprioseptor beradaptasi dengan lambar dan otak akan
menerima impuls saraf dari posisi bagian tubuh yang berbeda untuk
melakukan koordinasi. Proprioseptor memberikan informasi mengenai
berat objek dan menentukan usaha otot yang diperlukan untuk mengangkat
objek tersebut.
 Reseptor indera posisi
Pengetahuan mengenai posisi, baik yang statik maupun dinamik,
bergantung pada pengetahuan mengenai derajat sudut semua sendi
pada semua posisi dan kecepatan perubahannya. Oleh karena itu,
berbagai jenis reseptor multipel yang berbeda membantu
menentukan sudut sendi dan digunakan bersama-sama untuk indera
posisi.
 Pada jari-jari, yang memiliki reseptor kulit sangat banyak, sebagian
pengenalan posisi diduga dilakukan oleh reseptor kulit.
 Pada kebanyakan sendi besar, reseptor dalam bersifat lebih penting.
 Untuk menentukan pembengkokan sendi pada rentang gerakan yang
sedang, diantara reseptor yang paling penting adalah gelondong otot.
 Bila sudut sendi berubah, beberapa otot menjadi teregang sementara
yang lain mengendur, dan informasi regangan netto dari gelombang
dijalarkan ke sistem komputasional medula spinalis dan daerah yang
lebih tinggi pada sistem kolumna dorsalis untuk menguraikan
pembengkokan sendi.
10. Gelendong otot
Gelendong otot adalah proprioseptor pada otot rangka yang memonitor
perubahan panjang otot rangkan dan berperan dalam refleks peregangan.
Setiap gelendong otot terdiri dari beberapa ujung saraf sensoris yang
beradaptasi lambat. Banyak terdapat pada mata dan jari yang melakukan
gerakan halus. Quadrisep femoris dan otot hamstring yang melakukan
gerakan kasar memiliki sedikit gelendong otot. Otot yang tidak memiliki
gelendong otot adalah otot kecil pada telinga tengah.

Baiklah kawan kawan setalah panjang lebar kita mengupas dari sang suami
yaitu sensasi makan selanjutnya kita akan lanjut membahas sang istri yaitu
persepsi.
Tenang, mungkin sedikit saja pembahasan nya
Apa itu persepsi ?
Menurut Robins (1999:124), persepsi adalah suatu proses dimana individu
mengorganisasikan dann menafsirkan kesan-kesan indera mereka untuk
memberikan makana terhadap lingkungannya.

Jadii intinya teman teman, Persepsi merupakan suatu proses pemberian


makna (interpretasi) dari informasi yang diterima .

Tidak semudah itu si sensasi ini untuk memikat si persepsi tentu ada syarat
nya
Syarat Terjadinya Persepsi :
1) Obyek yang dipersepsi
Obyek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau
reseptor stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi,
tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan
yang langsung mengenai saraf penerima yang bekerja sebagai
reseptor.
2) Alat indera, saraf, dan pusat susunan saraf
Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus.
Di samping itu juga harus ada saraf sensori sebagai alat untuk
meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan saraf
yaitu otak sebagai pusat kesadaran.
3) Perhatian
Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan
adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu
persiapan dalam rangka mengadakan persepsi.

Teman teman, factor yang mempengaruhi persepsi ini kita ikuti di slide aja
yaaa
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang:
1. Adaptasi
2. Personality
faktor yang berasal dari dalam diri seseorang dalam menciptakan dan
menemukan sesuatu yang kemudian bermanfaat untuk orang bayak
misalnya. Dalam hal ini faktor internal yang mempengaruhi persepsi,
yaitu Usia, pendidikan, dan pekerjaan.
3. Experience (pengalaman)
pengalaman yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang sangat
berperan dalam menginterpretasikan stimulus yang kita peroleh.
Pengalaman masa lalu atau apa yang kita pelajari akan menyebabkan
terjadinya perbedaan interpretas. Pengalaman juga mempengaruhi
kecermatan persepsi. Pengalaman tidak selalu lewat proses belajar
formal. Pengalaman dapat bertambah melalui rangkaian peristiwa yang
pernah dihadapi.
4. Emosi
5. Sosial Ekonomi
6. Lack of receptor (ada beberapa stimulus yang reseptornya tidak kita
miliki, contoh sinyal Handphone)
7. Phantom limb: orang DM dengan kaki terluka parah dan rasa nyeri hebat
apabila kakinya tersebut diamputasi, ia akan tetap merasakan nyeri
tersebut meskipun kakinya sudah tiada.
8. Obat-obatan (terutama narkoba) juga dapat mengacaukan persepsi

presepsi ilusi

klasifikasi lain lagi nih dari buku tortora


1. Sensasi Somatik
Sensasi somatik adalah sensasi yang muncul
dari stimulasi reseptor sensorik yang terdapat
di kulit atau lapisan subkutan; dalam
membrane mucus mulut, vagina, anus; dalam
otot, tendon, sendi, telinga bagian dalam.
Area dengan densitas reseptor sensorik
tertinggi : ujung lidah, bibir, dan sidik jari.
Sensasi somatik yang muncul dari stimulasi pada permukaan kulit adalah sensasi
kutaneus. Ada 4 modalitan sensasi somatik: taktil, termal, nyeri, dan
proprioseptif.

1. Sensasi taktil
a. Hubungan sensasi taktil rasa raba, tekan, dan getaran
Sensasi taktil terdiri dari sentuhan, tekanan, vibrasi, gatal, dan geli. Sensasi
sentuhan, tekanan, dan vibrasi dimediasi oleh mekanoreseptor yang berkapsul yang
menempel pada Fiber A bermielin yang berdiameter besar. Gatal dan geli dideteksi
oleh ujung saraf bebas yang menempel pada Fiber C tak bermielin dan berdiameter
kecil.
b. Reseptor taktil
Sensasi raba, tekan, dan getaran dideteksi oleh jenis reseptor yang sama.
Sensai raba disebabkan oleh rangsangan pada reseptor taktil di kulit dan dalam
jaringan dibawah kulit. Sensasi tekan disebabkan perubahan jaringan yang lebih
dalam. Sensasi getaran disebabkan sinyal sensorik yang datang berulang-ulang.
Terdapat 6 jenis reseptor taktil, yaitu
▪ Ujung saraf bebas, terdapat di semua bagian kulit dan jaringan lainnya
untuk mendeteksi rabaan dan tekanan.
▪ Badan Meissner, merupakan juluran ujung saraf bermeilin dari sensorik
besar bermeilin. Adaptasi terhadap rangsangan cepat. Terdapat pada bagian kulit
yang tidak berambut (ujung jari, bibir dan daerah kulit lain)
▪ Reseptor taktil ujung meluas (diskus Merkel), berperan dalam meneruskan
sinyal yang tetap. Reseptor ini dan badan Meissner berperan penting dalam
melokalisasi sensasi raba di permukaan tubuh yang spesifik dan menentukan bentuk
apa yang dirasakan.
▪ Organ ujung rambut, reseptor ini dapat segera beradaptasi, dan seperti
halnya badan Meissner, reseptor utama mendekteksi pergerakan objek pada
permukaan tubuh atau kontak awal dengan tubuh.
▪ Ujung organ Ruffini, yang bercabang banyak dan ujungnya bermeilin.
Adaptasi lambat terhadap rangsangan. Terdapat di lapisan kulit, jaringan bagian
dalam, dan selaput sendi.
▪ Badan paccini, hanya dapat dirangsang oleh penekanan lokal jaringan
yang cepat karena reseptor ini dapat beradaptasi dengan cepat. Mendeteksi getaran
jaringan atau perubahan mekanis yang cepat pada jaringan. Terdapat di bawah kulit
dan jaringan fasia tubuh.
c. Sentuhan
Sensasi sentuhan merupakan hasil stimulasi reseptor taktil pada kulit atau
lapisan subkutan. Sentuhan kasar adalah kemampuan mempersepsi sesuatu yang
kontak dengan kulit meskipun posisi, bentuk, ukuran atau tekstur tidak dapat
ditentukan. Sentuhan halus dapat mempersepsi informasi seperti titik pada tubuh
yang disentuh, bentuk, ukuran, dan teksturnya.
Ada dua jenis reseptor sentuhan yang beradaptasi cepat. Pertama korpus
Meissner, adalah reseptor sentuhan halus yang terletak di dermal papilla dari kulit
tak berbulu/rambut. Ada di ujung jari, tangan, kelopak mata, ujung lidah, putting,
klitoris, dan ujung penis. Yang kedua pleksus akar rambut merupakan reseptor
sentuhan kasar yang beradapasi cepat yang ditemukan pada kulit yang berambut.

Ada dua jenis reseptor sentuhan yang beradaptasi lambat. Mekanoreseptor


kutaneus tipe I, dikenal dengan korpus merkel yang mendeteksi sentuhan halus,
terdapat pada ujung jari, tangan, bibir, dan alat kelamin eksternal. Mekanoreseptor
kutaneus tipe II atau korpus ruffini terdapat di dalam dermis dan di ligament,
tendon. Sangat sensitive terhadap peregangan ketika jari atau tungkai bergerak.

d. Tekanan dan Vibrasi


Tekanan adalah sensasi yang terasa lebih besar areanya dibanding sentuhan,
diikuti dengan deformasi jaringan. Reseptor yang terlibat dalam sensasi tekanan
meliputi korpus Meissner, mekanoreseptor tipe I, dan korpus lamella. Lamella, atau
korpus pacini beradaptasi dengan cepat. Terdistribusi luar pada tubuh; di dermis
dan lapisan subkutan; jaringan submucosa yang membawahi membrane mukosa
dan serosa; sekitar sendi, tendon, dan otot; pada periosteum; dan pada kelenjar susu,
alat kelamin eksternal, dan organ visceral tertentu, misalnya pancreas dan kandung
kemih.
Sensasi vibrasi/getaran adalah hasil dari sinyal sensoris cepat dari reseptor
taktil yang berulang-ulang. Reseptor vibrasi adalah korpus Meissner dan korpus
pacini. Korpus Meissner mendeteksi vibrasi frekuensi rendah dan korpus pacini
mendeteksi vibrasi frekuensi tinggi.

e. Gatal dan Geli


Sensasi gatal merupakan hasil stimulasi dari ujung saraf bebas oleh bahan
kimia tertentu, seperti bradykinin, seringkali dikarenakan respons inflamasi local.
Ujung saraf bebas dan korpus pacini memediasi sensasi geli. Biasanya sensasi ini
muncul ketika disentuh orang lain bukan diri sendiri.

2. Ilusi sensasi tungkai ( phantom limb )


Pasien yang tungkainya diamputasi dapat mengalami sensasi seperti gatal,
tekanan, geli, atau nyeri seperti tungkai masih ada. Fenomena ini disebut ilusi
sensasi tungkai. Penjelasan mengenasi ini adalah bahwa korteks serebri
menginterpretasi impuls yang berada dekat dengan neuron sensoris yang
sebelumnya membawa impuls dari tungkai yang diamputasi. Penjelasan yang lain
adalah bahwa otak itu sendiri memiliki jaringan saraf yang dapat menghasilkan
sensasi dari tubuh. Neuron yang ada di otak yang sebelumnya menerima impuls
sensorik dari tungkai yang diamputasi masih aktif sehingga menghasilkan persepsi
sensoris yang salah.
3. Sensasi termal
Termoreseptor adalah saraf ujung bebas yang memiliki diameter area
reseptif sekitar 1 mm pada permukaan kulit. Reseptor dingin terletak pada stratum
basale epidermis dan menempel pada fiber a bermielin berdiameter sedang.
Temperature 10o C sampai 40o C mengaktifkan reseptor dingin. Reseptor panas,
tidak sebanyak reseptor dinign dan menempel pada Fiber C tak bermielin
berdiameter kecil yang aktif pada suhu antara 32oC sampai 48oC. kedua reseptor
tersebut beradaptasi cepat. Temperature dibawah 10oC dan diatas 48oC dipersepsi
oleh reseptor nyeri.
4. Sensasi Nyeri
i adalah ujung saraf bebas yang ditemukan di setiap jaringan. Stimulus suhu,
mekanik, dan kimiawi dapat mengaktifkan nosiseptor. Kerusakan jaringan
melepaskan bahan kimia seperti prostaglandin, kinin, dan ion potassium yang
menstimulasi nosiseptor. Beberapa zat kimia yang merangsang nyeri kimiawi
adalah baradikinin, serotonin, histamin, ion kalium, asam, asetilkolin, dan enzim
proteolitik. Selain itu, prostaglandin dan substansi P meningkatkan sensitivitas
ujung-ujung serabut nyeri tetapi tidak secara langsung merangsangnya.

Ada dua tipe nyeri: cepat dan lambat. Persepsi nyeri cepat berlangsung
biasanya 0.1 detik setelah adanya stimulus. Tipe nyeri dikenal sebagai nyeri akut,
tajam atau nyeri tusuk. Contoh nyeri dari tertusuk jarum atau teriris pisau/benda
tajam. Persepsi nyeri lambat dimulai 2 detik atau lebih setelah stimulasi ada. Rasa
nyeri bisa menyiksa, dipersepsi sebagai luka kronik, terbakar, ngilu, atau nyeri
berdenyut. Nyeri lambat dapat terjadi pada kulit atau jaringan maupun organ.
Contoh dari nyeri lambat adalah sakit gigi.
Nyeri yang muncul dari stimulasi reseptor pada kulit disebut nyeri somatik
superfisial: stimulasi reseptor pada otot, sendi, tendon, dan fascia disebut somatik
dalam. Nyeri visceral adalah hasil dari stimulasi nosiseptor pada organ visceral.
Sensasi nyeri dapat secara presisi dilokalisasi (diketahui area sakit) pada area yang
distimulus.
Dermatome

Dermatome adalah daerah kulit yang dipersarafi dengan serabut serat aferen
oleh satu kornu posterior medulla spinalis. (Kamus Dorland)
Sekilas pengingat!!

Saraf spinalis diberi nama sesuai dengan bagian kolumna vertebralis tempat mereka keluar :
terdapat 8 pasang saraf servikalis (leher) : C1-C8, 12 saraf torakalis (dada), 5 saraf lumbalis
(abdomen), 5 saraf sakralis (panggul), dan 1 saraf koksigeus (tulang ekor).

 Reseptor Taktil (Sherwood ed. 8, hal. 202)


Reseptor taktil (sentuh) pada kulit adalah mekanoreseptor. Gaya mekanik dari
rangsangan mendistorsi protein kanal kation nonspesifik di membran plasma resptor
ini, menyebabkan masuknya Na+ yang menyebabkan potensial reseptor yang memicu
potensial aksi di serat aferen. Masukan sensorik ini menginformasikan SSP tentang
kontak tubuh dengan benda di lingkungan eksternal.
1. Reseptor rambut : menginderai pergerakan rambut & sentuhan yang sangat
lembut, sangat cepat beradaptasi.
2. Badan Markel (Merkel’s disk) : mendeteksi sentuhan ringan yang menetap dan
bertekstur, seperti membaca tulisan Braille, lambat beradaptasi.
3. Badan Pacini (Pacinian corpuscle) : berespons terhadap getaran & tekanan yang
dalam, cepat beradaptasi.
4. Ujung Ruffini (Ruffini’s endings) : berespons terhadap tekanan dalam yang
dipertahankan dan regangan kulit (large receptive field), seperti selama
pemijatan, lambat beradaptasi.
5. Badan Meissner (Meissner’s corpuscles) : sensitif terhadap sentuhan ringan yang
menggetarkan, seperti menggelitik dengan bulu, cepat beradaptasi.
 Itch and Tickle
1. Itch (Gatal) : distimulasi oleh free nerve ending dan Bradykinin  Bradykinin
merupakan vasodilator yang sangat kuat dan meningkatkan permeabilitas kapiler,
senyawa ini menimbulkan perangsangan reseptor nyeri. (Kamus Dorland)
2. Tickle (gelitik; perasaan gatal) : stimulation by others, affective aspect.

SENSASI TERMAL
Termoreseptor adalah saraf ujung bebas yang
memiliki diameter area reseptif sekitar 1 mm pada
permukaan kulit. Reseptor dingin terletak pada
stratum basale epidermis dan menempel pada fiber a
bermielin berdiameter sedang. Temperature 10oC
sampai 40oC mengaktifkan reseptor dingin. Reseptor
panas, tidak sebanyak reseptor dinign dan menempel
pada Fiber C tak bermielin berdiameter kecil yang
aktif pada suhu antara 32oC sampai 48oC. kedua reseptor tersebut beradaptasi cepat.
Temperature dibawah 10oC dan diatas 48oC dipersepsi oleh reseptor nyeri.

SENSASI NYERI

Nosiseptor, reseptor nyeri adalah ujung saraf


bebas yang ditemukan di setiap jaringan.
Stimulus suhu, mekanik, dan kimiawi dapat
mengaktifkan nosiseptor. Kerusakan
jaringan melepaskan bahan kimia seperti
prostaglandin, kinin, dan ion potassium yang
menstimulasi nosiseptor. Beberapa zat kimia yang
merangsang nyeri kimiawi adalah
baradikinin, serotonin, histamin, ion kalium, asam, asetilkolin, dan enzim
proteolitik. Selain itu, prostaglandin dan substansi P meningkatkan sensitivitas
ujung-ujung serabut nyeri tetapi tidak secara langsung merangsangnya.
Ada dua tipe nyeri: cepat dan lambat. Persepsi nyeri cepat berlangsung
biasanya 0.1 detik setelah adanya stimulus. Tipe nyeri dikenal sebagai nyeri akut,
tajam atau nyeri tusuk. Contoh nyeri dari tertusuk jarum atau teriris pisau/benda
tajam. Persepsi nyeri lambat dimulai 2 detik atau lebih setelah stimulasi ada. Rasa
nyeri bisa menyiksa, dipersepsi sebagai luka kronik, terbakar, ngilu, atau nyeri
berdenyut. Nyeri lambat dapat terjadi pada kulit atau jaringan maupun organ.
Contoh dari nyeri lambat adalah sakit gigi. Nyeri yang muncul dari stimulasi
reseptor pada kulit disebut nyeri somatik superfisial: stimulasi reseptor pada otot,
sendi, tendon, dan fascia disebut somatik dalam. Nyeri visceral adalah hasil dari
stimulasi nosiseptor pada organ visceral. Sensasi nyeri dapat secara presisi
dilokalisasi (diketahui area sakit) pada area yang distimulus.

RESEPTOR NYERI DAN RANGSANGANNYA

 Reseptor nyeri merupakan ujung saraf bebas yang terdapat di kulit dan
jaringan lain.
 Tiga jenis stimulus yang merangsang reseptor rasa nyeri-mekanis, suhu,
kimiawi. Pada umumnya nyeri cepat diperoleh melalui rangsangan jenis
mekanis atau suhu, sedangkan nyeri lambat dapat diperoleh melalui ketiga
jenis tersebut.
 Sifat nonadaptasi reseptor rasa nyeri
Pada beberapa kondisi, eksitasi serabut rasa nyeri menjadi semakin
bertambah secara progresif, terutama pada rasa nyeri mul-menusuk-lambat,
karena stimulus rasa nyeri berlangsung terus-menerus. Keadaan ini akan
meningkatkan sensitivitas reseptor rasa nyeri dan disebut hiperalgesia.
KECEPATAN KERUSAKAN JARINGAN SEBAGAI STIMULUS RASA
NYERI
 Pada umumnya nyeri akan terasa bila seseorang menerima panas dengan
suhu di atas 450C

Macam-macam fiber pada suhu:

a. Cold-pain fiber

b. Cold fiber

c. Warmth fiber

d. Heat-pain fiber

 Intensitas rasa nyeri juga berhubungan erat dengan kecepatan kerusakan


jaringan yang disebabkan oleh pengaruh lain selain panas, seperti infeksi
bakteri, iskemia jaringan, kontusio jaringan dan sebagainya.
Unencapsulated Nerve Ending

Encapsulated nerve ending

Sensasi Proprioseptif

1. Kinesthesia
Presepsi gerakan tubuh
2. Proprioceptors
Otot dan tendon
Sel-sel rambut telinga (bagian dalam)
3 tipe dari proprioceptors

 Spindel otot (gelondong)


Mengukur panjang otot yang berubah, Imbedded di perimysium antara fasikula otot.

Gelendong otot adalah proprioseptor pada otot rangka yang memonitor


perubahan panjang otot rangkan dan berperan dalam refleks peregangan. Setiap
gelendong otot terdiri dari beberapa ujung saraf sensoris yang beradaptasi lambat. Banyak
terdapat pada mata dan jari yang melakukan gerakan halus. Quadrisep femoris dan otot
hamstring yang melakukan gerakan kasar memiliki sedikit gelendong otot. Otot yang tidak
memiliki gelendong otot adalah otot kecil pada telinga tengah.

Proses dari Sensasi

Stimulasi reseptor sensorik, stimulus yang tepat harus terjadi pada area reseptif dari
reseptor sensorik

Transduksi stimulus, reseptor sensorik mentransduksi (mengubah) energi di dalam


stimulus menjadi potensial berjenjang. Setiap jenis reseptor sensorik bersifat
selektif: hanya dapat mentransduksi satu jenis stimulus (spesifik)

Membangkitkan/generasi impuls saraf, ketika potensial berjenjang pada saraf sensoris


mencapai threshold/ambang, akan memicu satu atau lebih impuls saraf yang
kemudian akan diteruskan ke SSP (Sistem Saraf Pusat). Saraf sensoris yang
mengonduksi impuls dari SST (Sistem Saraf Tepi) ke SSP (Sistem Saraf Pusat)
disebut sistem saraf tingkatan pertama.

Intregasi input sensorik, area tertentu pada SSP menerima dan mengintegrasi impuls
saraf sensoris. Persepsi atau sensasi yang diSADARI diintegrasikan pada korteks
serebri

 Organ tendon golgi


perubahan ketegangan otot, Terletak di dekat persimpangan otot-tendon.
 Reseptor kinestetik joint
Ujung saraf sensorik dalam kapsul sendi.
PROPRIOSEPTOR

• Jalur polimodal
• Jenis serat rasa sakit / nyeri
• Jalur column dorsal dan anterolateral
- Perbedaan dalam : sifat saraf dan sensasi

Sinyal rasa nyeri melewati 2 jaras ke otak :

- Traktus neospinatolamikus

- Traktus paleospinotalamikus

Proprioseptif

Sensasi proprioseptif memberi tahu kita dimana posisi kepala dan tungkau ketika
bergerak tanpa kita melihatnya seperti saat berjalan, mengetik, atau memakai pakaian.
Kinestetik adalah persepsi akan pergerakkan tubh. Priprioseptor terdapat pada otot dan
tendon yang menginformasikan derajat otata berkontraksi, jumlah tegangan tendon, dan
posisi sendi. Sel-sel rambut pada telinga bagian dalam memonitor posisi kepala relative
terhadeap tanah dan posisi kepala selama bergerak. Proprioseptor beradaptasi dengan
lambar dan otak akan menerima ipuls saraf dari posisi bagian tubuh yang berbeda untuk
melakukan koordinasi. Proprioseptor memberikan informasi mengenai berat objek dan
menentukan usaha otot yang diperlukan untuk mengangkat objek tersebut.
 Reseptor indera posisi Pengetahuan mengenai posisi, baik yang statik maupun dinamik,
bergantung pada pengetahuan mengenai derajat sudut semua sendi pada semua posisi dan
kecepatan perubahannya. Oleh karena itu, berbagai jenis reseptor multipel yang berbeda
membantu menentukan sudut sendi dan digunakan bersama-sama untuk indera posisi.
 Pada jari-jari, yang memiliki reseptor kulit sangat banyak, sebagian pengenalan posisi
diduga dilakukan oleh reseptor kulit.
 Pada kebanyakan sendi besar, reseptor dalam bersifat lebih penting.
 Untuk menentukan pembengkokan sendi pada rentang gerakan yang sedang, diantara
reseptor yang paling penting adalah gelondong otot.
 Bila sudut sendi berubah, beberapa otot menjadi teregang sementara yang lain mengendur,
dan informasi regangan netto dari gelombang dijalarkan ke sistem komputasional medula
spinalis dan daerah yang lebih tinggi pada sistem kolumna dorsalis untuk menguraikan
pembengkokan sendi.

Persepsi adalah kesadaran dan INTERPRETASI dari sensasi dan utamanya merupakan
fungsi dari korteks serebri. Kita tidak punya persepsi akan beberapa informasi sensoris
yang tidak mencapai korteks serebri. Contoh: Tekanan darah tidak secara SADAR
dipersepsikan karena impuls saraf yang membawa informasi tekanan darah dibawa menuju
pusat kardiovaskular di medulla oblongata bukan di korteks serebri. Jadi kita bisa
“menyadari” sensasi dan mempersepsikannya jika impuls saraf sampai ke korteks serebri.
Otak setiap orang dapat mengartikan stimulus yang sama tersebut sebagai sesuatu yang
berbeda.

Sekian yaa dari fisiologi, semoga bermanfaat, semangat ujiannya.

Anda mungkin juga menyukai