Anda di halaman 1dari 12

SISTEM INDERA MANUSIA

OLEH : ANDI ULFA TENRI PADA

Sistem indera merupakan satu-satunya saluran komunikasi antara dunia luar dengan sistem
saraf pusat. Sistem indera terdiri dari organ-organ pada tubuh manusia yang mampu menerima
rangsang dari luar dan mengolahnya di otak sebelum diterjemahkan menjadi kerja organ tersebut.
Sistem indera adalah bagian sistem saraf yang terdiri dari reseptor indera untuk menerima stimulus
dari lingkungan luar atau dalam, menuju ke otak sebagai proses informasi.
Informasi yang diproses oleh sistem sensorik mungkin atau mungkin tidak mengarah pada
kesadaran akan stimulus. Terlepas dari apakah informasi tersebut mencapai kesadaran, itu disebut
informasi sensorik. Jika informasinya mencapai kesadaran, itu juga bisa disebut sensasi. Pemahaman
seseorang tentang makna sensasi disebut persepsi. Misalnya, rasa sakit adalah sensasi, tapi kesadaran
saya bahwa gigi saya sakit adalah persepsi. Persepsi adalah hasil dari pengolahan saraf informasi
sensorik. Saat ini kita hanya memiliki sedikit pemahaman tentang tahap akhir dalam pemrosesan
dimana pola potensi aksi menjadi sensasi atau persepsi.
Secara intuitif, tampaknya sistem sensorik beroperasi seperti umumnya peralatan listrik, tapi
ini benar hanya sampai titik tertentu. Sebagai contoh, mari kita bandingkan transmisi telepon dengan
sistem sensor pendengaran (pendengaran) kita. Telepon mengubah gelombang suara menjadi impuls
listrik, yang kemudian dikirim sepanjang kabel ke receiver. Sejauh ini analoginya berlaku. (Tentu
saja, mekanisme dimana arus listrik dan potensi aksi ditransmisikan sangat berbeda, tapi ini tidak
mempengaruhi argumen kita.) Penerima telepon kemudian mengubah impuls listrik yang dikodekan
kembali menjadi gelombang suara. Inilah perbedaan krusial, karena otak kita tidak menerjemahkan
kode secara fisik ke dalam suara. Sebaliknya, informasi yang dikodekan itu sendiri atau beberapa
berkorelasi adalah apa yang kita anggap sebagai suara.

Reseptor
Aktivitas syaraf dimulai di perbatasan antara sistem saraf dan dunia luar oleh reseptor sensorik.
Karena beberapa reseptor merespons perubahan lingkungan internal, "dunia luar" yang berkaitan
dengan reseptor sensorik juga dapat berarti, misalnya, distensi pembuluh darah di tubuh kita.
Informasi tentang dunia luar dan lingkungan internal tubuh ada dalam bentuk energi yang yang
memiliki perbedaan tekanan, suhu, cahaya, gelombang suara, dan sebagainya. Reseptor pada ujung
perifer neuron aferen, mengubah bentuk energi ini menjadi potensi bergradasi yang dapat memulai
potensi aksi, yang masuk ke sistem saraf pusat. Reseptor adalah endapan khusus dari neuron aferen
sendiri (Gambar 9-1a) atau sel terpisah yang mempengaruhi ujung neuron aferen (Gambar 9-1b).

Gambar 1. Reseptor sensorik. Selaput sensitif yang merespons stimulus adalah (a) akhir dari
neuron aferen atau (b) pada sel terpisah yang berdekatan dengan neuron aferen (skematis yang
tinggi).

Sel-sel reseptor inilah yang berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan yang terjadi.
Berdasarkan fungsinya, sel-sel reseptor ini dibagi menjadi dua, yaitu interoreseptor dan eksoreseptor.
Interoreseptor ini berfungsi untuk mengenali perubahan-perubahan yang terjadi di dalam
tubuh. Sel-sel interoreseptor terdapat pada sel otot, tendon, ligamentum, sendi, dinding pembuluh
darah, dinding saluran pencernaan, dan lain sebagainya. Sel-sel ini dapat mengenali berbagai
perubahan yang ada di dalam tubuh seperti terjadi rasa nyeri di dalam tubuh, kadar oksigen menurun,
kadar glukosa, tekanan darah menurun/naik dan lain sebagainya.
Eksoreseptor adalah kebalikan dari interoreseptor, eksoreseptor berfungsi untuk mengenali
perubahan-perubahan lingkungan yang terjadi di luar tubuh. Yang termasuk eksoreseptor yaitu: (1)
Indera penglihat (mata), indera ini berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan seperti sinar,
warna dan lain sebagainya. (2) Indera pendengar (telinga), indera ini berfungsi untuk mengenali
perubahan lingkungan seperti suara. (3) Indera peraba (kulit), indera ini berfungsi untuk mengenali
perubahan lingkungan seperti panas, dingin dan lain sebagainya. (4) Indera pengecap (lidah), indera
ini berfungsi untuk mengenal perubahan lingkungan seperti mengecap rasa manis, pahit dan lain
sebagainya. (5) Indera pembau (hidung), indera ini berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan
seperti mengenali/mencium bau. Kelima indera ini biasa kita kenal dengan sebutan panca indera.

Sensasi Somatis
Sensasi somatik adalah mekanisme saraf yang mengumpulkan informasi sensorik dari tubuh.
Sensasi ini berlawanan dengan indera khusus, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa, dan keseimbangan. Sensasi dari kulit, otot, tulang, tendon, dan persendian disebut sensasi
somatik dan diprakarsai oleh berbagai reseptor somatik. Sebagian merespons rangsangan mekanik
kulit, rambut, dan jaringan di bawahnya, sementara yang lain merespons perubahan suhu atau kimia.
Aktivasi somatic reseptor menimbulkan sensasi sentuhan, tekanan, kehangatan, dingin, nyeri, dan
kesadaran akan posisi bagian tubuh dan gerakan mereka. Reseptor untuk sensasi visceral, yang timbul
pada organ-organ tertentu dari asid toraks dan abdomen, adalah jenis yang sama dengan reseptor yang
menimbulkan sensasi somatik. Beberapa organ, seperti hati, tidak memiliki reseptor sensorik sama
sekali.
Setiap sensasi berhubungan dengan jenis reseptor tertentu. Dengan kata lain, ada reseptor yang
berbeda untuk panas, dingin, sentuhan, tekanan, posisi anggota badan atau gerakan, dan rasa sakit.
Setelah memasuki sistem saraf pusat, serabut saraf aferen dari reseptor somatik sinaps pada neuron
yang membentuk jalur ascending spesifik yang terutama mengarah ke korteks somatosensori melalui
batang otak dan talamus. Mereka juga sinaps pada interneuron yang menimbulkan jalur nonspesifik.
Sebagai rujukan, lokasi beberapa jalur naik yang penting ditunjukkan pada penampang sumsum
tulang belakang (Gambar 9-18a), dan dua diagram sebagai contoh pada Gambar 9-18b dan c.

Perhatikan bahwa jalur tersebut berpindah dari sisi dimana neuron aferen memasuki sistem saraf pusat
ke sisi berlawanan baik di sumsum tulang belakang (Gambar 9-18b) atau batang otak (Gambar 9-18c).
Dengan demikian, jalur sensoris dari reseptor somatik di sisi kiri tubuh masuk ke korteks
somatosensori belahan otak kanan, dan sebaliknya.

Dalam korteks somatosensori, ujung akson dari jalur somatik spesifik dikelompokkan sesuai dengan
lokasi reseptor yang menghasilkan jalur (Gambar 9-19). Bagian-bagian tubuh yang jari tangan paling
jinak, jempol, dan bibir diwakili oleh area terbesar korteks somatosensori. Namun, ada kualifikasi
untuk gambaran yang tampaknya tepat ini: Ukuran area dapat dimodifikasi dengan mengubah
pengalaman sensorik, dan ada banyak tumpang tindih representasi bagian tubuh.

Indera somatik dapat diklasifikasikan menjadi tiga tipe fisiologis yaitu:


1. Indera somatik mekanoreseptif, yang meliputi sensasi taktil dan posisi (proprioseptif)
yang dapat dirangsang oleh pemindahan secara mekanis berbarapa jaringan tubuh.
2. Indera termoreseptif, yang berguna untuk mengetahui atau mendeteksi peningkatan atau
penurunan suhu.
3. Indera rasa nyeri, yang berguna untuk mendeteksi jaringan atau pelepasa molekul-moekul
perantara nyeri.
Indera taktil meliputi indera raba, tekan , getaran, dan gatal, sedangkan indera posisi meliputi indera
posisi statis dan kecepatan pergerakan. Klasifikasi lain sensasi somatik. Sensasi somatik juga sering
dikelompokkan bersama dalam kelas lain yang tidak saling terpisah satu sama lain, yakni sebagai
berikut:
1. Sensasi eksteroreseptif yaitu sensasi yang berasal dari permukaan tubuh atau stimulasi
terhadap struktur permukaan tubuh , misanya kulit dan jaringan subkutis, serta struktur yang
lebih dalam termasuk otot, fasia dan tendon.
2. Sensai propioseptif yang berhubungan dengan keadan fisik tubuh, meliputi modalitas sensorik
yang disalurkan mencakup perabaan diskriminatif (halus, terlokalisasi secara jelas), perabaan
kasar (lokalisasi kurang jelas), tekanan, getaran,sensasi posisi, sensasi tendon dan otot,
sensasi tekan yang berasal dari tapak kaki, dan sensasi keseimbangan tubuh, yang umumnya
ditentukan sebagai suatu sensasi “khusus” dari pada suatu sensai somatik.
3. Sensasi viseral yaitu sensasi yang berasal dari organ visera tubuh, secara khusus istilah ini
sering dipakai untuk menyatakan sensas yang berasal dari organ dalam (struktur yang berasal
dari endoderm).
4. Sensasi dalam yaitu sensasi yang berasal dari organ-organ dalam seperti fasia, otot dan tulang.
Sensasi ini terutama meliputi takanan “dalam” rasa nyeri dan getaran.

Kulit merupakan indra peraba yang mempunyai reseptor khusus untuk sentuhan, panas, dingin, sakit,
dan tekanan. Stimulasi berbagai faktor mekanis pada kulit (lihat Gambar 9-17) menyebabkan berbagai
pengalaman touchpressure - lipatan rambut, tekanan dalam, getaran, dan sentuhan superfisial,
misalnya. Mekaniseptor ini adalah ujung saraf yang sangat khusus yang dienkapsulasi dalam struktur
seluler yang rumit. Rincian dari mechanoreceptor bervariasi, namun umumnya ujung saraf
dihubungkan ke jaringan serat kolagen dalam kapsul. Jaringan ini mentransmisikan ketegangan
mekanis di kapsul ke saluran ion di ujung saraf dan mengaktifkannya.

Gambar 2. Reseptor kulit. Beberapa serabut saraf memiliki akhir bebas yang tidak terkait
dengan struktur reseptor yang tampak. Akson yang kurus dan berirama, di sisi lain, diakhiri
dengan reseptor yang memiliki struktur kompleks. (Tidak ditarik ke skala, misalnya, selubung
Pacinian sebenarnya empat sampai lima kali lebih besar dari sel darah

Fungsi Kulit. Kulit berfungsi sebagai alat pelindung bagian dalam, misalnya otot dan tulang;
sebagai alat peraba dengan dilengkapi bermacam reseptor yang peka terhadap berbagai rangsangan;
sebagai alat ekskresi; serta pengatur suhu tubuh. Sehubungan dengan fungsinya sebagai alat peraba,
kulit dilengkapi dengan reseptor-reseptor khusus. Reseptor untuk rasa sakit ujungnya menjorok masuk
ke daerahepidermis. Reseptor untuk tekanan, ujungnya berada di dermis yang jauh dari epidermis.
Reseptor untuk rangsang sentuhan dan panas, ujung reseptornya terletak di dekat epidermis.
Indra peraba merupakan indera yang sederhana, umumnya tersebar pada kulit mamalia dan
sedikit sekali pada vertebrata rendah. Kepekaan peraba pada manusia sangat besar, terutama di ujung
jari dan bibir.
Klasifikasi reseptor antara lain:
Berdasarkan tipe energi khusus atau kepekaan terhadap modalitas tertentu:
1. Termoreseptor (peka terhadap perubahan suhu).
2. Mekanoreseptor (peka terhadap sentuhan dan tekanan).
3. Kemoreseptor (peka terhadap perubahan kimiawi).
4. Osmoreseptor (peka terhadap perubahan tekanan osmotik).

Berdasarkan sumber rangsangan:


1. Ekteroreseptor, terletak pada permukaan tubuh dan berespons terhadap rangsangan eksterna atau
luar.
2. Proprioreseptor, berespons terhadap perubahan posisi dan pergerakan terutama berhubungan
dengan sistem muskuloskeletal.
3. Interoreseptor, terletak pada visera/ alat dalam dan pembuluh darah.

Berdasarkan morfologi:
1. Badan terakhir yang bebas/ terbuka (tanpa kapsul) yang tak berhubungan dengan tipe sel
lainnya.
2. Badan akhir yang berkapsul (korpuskular) yang mengandung unsur bukan saraf di samping
saraf badan akhir saraf.

Reseptor-reseptor yang terletak di alat indera peraba antara lain:


a. Ujung Saraf Bebas: Serat saraf sensorik aferen berakhir sebagai ujung akhir saraf bebas pada
banyak jaringan tubuh dan merupakan reseptor sensorik utama dalam kulit. Serat akhir saraf
bebas ini merupakan serat saraf yang tak bermielin, atau serat saraf bermielin berdiameter
kecil, yang semua telah kehilangan pembungkusnya sebelum berakhir, dilanjutkan serat saraf
terbuka yang berjalan di antara sel epidermis. Sebuah serat saraf seringkali bercabang-cabang
banyak dan mungkin berjalan ke permukaan, sehingga hampir mencapai stratum korneum.
Serat yang berbeda mungkin menerima perasaan raba, nyeri dan suhu. Sehubungan
denganfolikel rambut, banyak cabang serat saraf yang berjalan longitudinal dan
melingkari folikel rambut dalam dermis.
b. Beberapa saraf berhubungan dengan jaringan epitel khusus. Padaepidermis berhubungan
dengan sel folikel rambut dan mukosa oral, akhir saraf membentuk badan akhir seperti
lempengan (diskus atau korpuskel merkel). Badan ini merupakan sel yang berwarna gelap
dengan banyak juluran sitoplasma. Seperti mekanoreseptor badan ini mendeteksi pergerakan
antara keratinosit dan kemungkinan juga gerakan epidermis sehubungan dengan jaringan ikat
di bawahnya. Telah dibuktikan bahwa beberapa diskus merkel merespon rangsangan getaran
dan juga resepor terhadap dingin.
c. Korpuskulus Peraba (Meissner): Korpuskulus peraba (Meissner) terletak pada papila dermis,
khususnya pada ujung jari, bibir, puting dan genetalia. Bentuknya silindris, sumbu
panjangnya tagak lurus permukaan kulit dan berukuran sekitar 80 mikron dan lebarnya sekitar
40 mikron. Sebuah kapsul jaringan ikat tipis menyatu dengan perinerium saraf yang
menyuplai setiap korpuskel. Pada bagian tengah korpuskel terdapat setumpuk sel gepeng
yang tersusun transversal. Beberapa sel saraf menyuplai setiap korpuskel dan serat saraf ini
mempunyai banyak cabang mulai dari yang mengandung mielin maupun yang tak
mangandung mielin.Korpuskulus ini peka terhadap sentuhan dan memungkinkan
diskriminasi/ pembedaan dua titik (mampu membedakan rangsang dua titik yang letaknya
berdekatan).
d. Korpuskulus Berlamel (Vater Pacini): Korpuskulus berlamel (vater pacini) ditemukan di
jaringan subkutan pada telapak tangan, telapak kaki, jari, puting, periosteum, mesenterium,
tendo, ligamen dan genetalia eksterna. Bentuknya bundar atau lonjong, dan besar (panjang 2
mm, dan diameter 0,5 – 1 mm). Bentuk yang paling besar dapat dilihat dengan mata
telanjang, karena bentuknya mirip bawang. Setiap korpuskulus disuplai oleh sebuah
serat bermielin yang besar dan juga telah kehilangan sarung sel schwannya pada
tepikorpuskulus. Akson saraf banyak mengandung mitokondria. Akson ini dikelilingi oleh 60
lamela yang tersusun rapat (terdiri dari sel gepeng). Sel gepeng ini tersusun bilateral dengan
dua alur longitudinal pada sisinya. Korpuskulus ini berfungsi untuk menerima rangsangan
tekanan yang dalam.
e. Korpuskulus Gelembung (Krause): Korpuskulus gelembung(krause) ditemukan di daerah
mukokutis (bibir dan genetalia eksterna), pada dermis dan berhubungan dengan rambut.
Korpuskel ini berbentuk bundar (sferis) dengan diameter sekitar 50mikron. Mempunyai
sebuah kapsula tebal yang menyatu denganendoneurium. Di dalam korpuskulus,
serat bermielin kehilangan mielin dan cabangnya tetapi tetap diselubungi dengan sel schwan.
Seratnya mungkin bercabang atau berjalan spiral dan berakhir sebagai akhir saraf yang
menggelembung sebagai gada. Korpuskelini jumlahnya semakin berkurang dengan
bertambahnya usia.Korpuskel ini berguna sebagai mekanoreseptor yang peka terhadap dingin.
f. Korpuskulus Ruffini: Korpuskulus ini ditemukan pada jaringan ikat termasuk dermis dan
kapsula sendi. Mempunyai sebuah kapsula jaringan ikat tipis yang mengandung ujung akhir
saraf yang menggelembung. Korpuskulus ini merupakan mekanoreseptor,karena mirip
dengan organ tendo golgi. Korpuskulus ini terdiri dari berkas kecil serat tendo (fasikuli
intrafusal) yang terbungkus dalam kapsula berlamela. Akhir saraf tak bermielin yang bebas,
bercabang disekitar berkastendonya. Korpuskulus ini terangsang oleh regangan atau kontraksi
otot yang bersangkutan juga untuk menerima rangsangan panas.

Indera Pengelihatan (Mata)


Mata terdiri dari bagian optik, yang memfokuskan gambar visual sel reseptor, dan komponen saraf,
yang mengubah citra visual menjadi sebuah pola pelepasan saraf. Mata adalah indera yang digunakan
untuk melihat lingkungan sekitarnya dalam bentuk gambar sehingga mampu dengan mengenali
benda-benda yang ada di sekitarnya dengan cepat. Jumlah mata manusia ada dua buah yang bekerja
saling menunjang satu sama lain. Orang yang tidak memiliki mata disebut buta sehingga butuh
bantuan tongkat, anjing pemandu, dll untuk kemudahan dalam mengenali lingkungan sekitar dan juga
untuk bergerak.

Gambar 2. Pembuluh darah digambarkan menjalar di sepanjang bagian belakang mata antara
retina dan vitreous humor, tidak melalui humor vitreous.

Mata mempunyai reseptor khusus untuk mengenali perubahan sinar dan warna. Sesungguhnya yang
disebut mata bukanlah hanya bola mata, tetapi termasuk otot-otot penggerak bola mata, kotak mata
(rongga tempat mata berada), kelopak, dan bulu mata. Bola mata mempunyai 3 lapis dinding yang
mengelilingi rongga bola mata. Ketiga lapis dinding ini dari luar ke dalam adalah sebagai berikut:
1. Sklera

Sklera merupakan jaringan ikat dengan serat yang kuat; berwarna putih buram (tidak tembus cahaya),
kecuali di bagian depan bersifat transparan, disebut kornea. Konjungtiva adalah lapisan transparan
yang melapisi kornea dan kelopak mata. Lapisan ini berfungsi melindungi bola mata dari gangguan.

2. Koroid

Koroid berwarna coklat kehitaman sampai hitam; merupakan lapisan yang berisi banyak pembuluh
darah yang memberi nutrisi dan oksigen terutama untuk retina. Warna gelap pada koroid berfungsi
untuk mencegah refleksi (pemantulan sinar). Di bagian depan, koroid membentuk badan siliaris yang
berlanjut ke depan membentuk iris yang berwarna. Di bagian depan iris bercelah membentuk pupil
(anak mata). Melalui pupil sinar masuk. Iris berfungsi sebagai diafragma, yaitu pengontrol ukuran
pupil untuk mengatur sinar yang masuk. Badan siliaris membentuk ligamentum yang berfungsi
mengikat lensa mata. Kontraksi dan relaksasi dari otot badan siliaris akan mengatur cembung
pipihnya lensa.

3. Retina

Lapisan ini peka terhadap sinar. Pada seluruh bagian retina berhubungan dengan badan sel-sel saraf
yang serabutnya membentuk urat saraf optik yang memanjang sampai ke otak. Bagian yang dilewati
urat saraf optik tidak peka terhadap sinar dan daerah ini disebut bintik buta.
Adanya lensa dan ligamentum pengikatnya menyebabkan rongga bola mata terbagi dua, yaitu bagian
depan terletak di depan lensa berisi carian yang disebut aqueous humor dan bagian belakang terletak
di belakang lensa berisi vitreous humor. Kedua cairan tersebut berfungsi menjaga lensa agar selalu
dalam bentuk yang benar.
Kotak mata pada tengkorak berfungsi melindungi bola mata dari kerusakan. Selaput transparan yang
melapisi kornea dan bagian dalam kelopak mata disebut konjungtiva. Selaput ini peka terhadap iritasi.
Konjungtiva penuh dengan pembuluh darah dan serabut saraf. Radang konjungtiva disebut
konjungtivitis.
Untuk mencegah kekeringan, konjungtiva dibasahi dengan cairan yang keluar dari kelenjar air mata
(kelenjar lakrimal) yang terdapat di bawah alis. Air mata mengandung lendir, garam, dan antiseptik
dalam jumlah kecil. Air mata berfungsi sebagai alat pelumas dan pencegah masuknya
mikroorganisme ke dalam mata.

Otot Mata

Ada enam otot mata yang berfungsi memegang sklera. Empat di antaranya disebut otot rektus (rektus
inferior, rektus superior, rektus eksternal, dan rektus internal). Otot rektus berfungsi menggerakkan
bola mata ke kanan, ke kiri, ke atas, dan ke bawah. Dua lainnya adalah otot obliq atas (superior) dan
otot obliq bawah (inferior).
Gambar 3. Penampakan superior otot yang menggerakkan mata untuk mengarahkan
pandangan dan memberi konvergensi.

Fungsi Mata

Sinar yang masuk ke mata sebelum sampai di retina mengalami pembiasan lima kali yaitu waktu
melalui konjungtiva, kornea, aqueus humor, lensa, dan vitreous humor. Pembiasan terbesar terjadi di
kornea. Bagi mata normal, bayang-bayang benda akan jatuh pada bintik kuning, yaitu bagian yang
paling peka terhadap sinar.

Ada dua macam sel reseptor pada retina, yaitu:

1. Sel kerucut (sel konus)

Sel konus berisi pigmen lembayung dan sel batang berisi pigmen ungu. Kedua macam pigmen
akan terurai bila terkena sinar, terutama pigmen ungu yang terdapat pada sel batang. Oleh karena
itu, pigmen pada sel basilus berfungsi untuk situasi kurang terang, Pigmen lembayung dari sel
konus merupakan senyawa iodopsin yang merupakan gabungan antara retinin dan opsin. Ada tiga
macam sel konus, yaitu sel yang peka terhadap warna merah, hijau, dan biru. Dengan ketiga
macam sel konus tersebut mata dapat menangkap spektrum warna. Kerusakan salah satu sel
konus akan menyebabkan buta warna.
2. Sel batang (sel basilus).

Pigmen dari sel konus berfungsi lebih pada suasana terang yaitu untuk membedakan warna,
makin ke tengah maka jumlah sel batang makin berkurang sehingga di daerah bintik kuning
hanya ada sel konus saja.
Pigmen ungu yang terdapat pada sel basilus disebut rodopsin, yaitu suatu senyawa protein dan
vitamin A. Apabila terkena sinar, misalnya sinar matahari, maka rodopsin akan terurai menjadi
protein dan vitamin A. Pembentukan kembali pigmen terjadi dalam keadaan gelap. Untuk
pembentukan kembali memerlukan waktu yang disebut adaptasi gelap (disebut juga adaptasi
rodopsin). Pada waktu adaptasi, mata sulit untuk melihat.
INDERA PENDENGARAN ( TELINGA)
Telinga adalah alat indra yang memiliki fungsi untuk mendengar suara yang ada di sekitar kita
sehingga kita dapat mengetahui / mengidentifikasi apa yang terjadi di sekitar kita tanpa harus
melihatnya dengan mata kepala kita sendiri. Suara yang didengar didasarkan pada sifat fisik suara dan
fisiologi telinga luar, telinga tengah, telinga dalam, saraf ke otak, dan bagian otak yang terlibat dalam
proses informasi akustik.

Gambar 4. Warna ungu menunjukkan telinga luar, warna hijau telinga tengah, dan warna biru telinga
bagian dalam. Malleus, incus, dan stapes adalah tulang yang berada pada telinga tengah. Tabung
pendengaran berada pada posisi tertutup, kecuali saat pergerakan faring, seperti menelan atau
menguap.

Adapun tiga bagian utama telinga yaitu :


1. Telinga luar

Telinga luar terdiri dari daun telinga, saluran luar, dan membran timpani (gendang telinga). Daun
telinga manusia mempunyai bentuk yang khas, tetapi bentuk ini kurang mendukung fungsinya
sebagai penangkap dan pengumpul getaran suara. Bentuk daun telinga yang sangat sesuai dengan
fungsinya adalah daun telinga pada anjing dan kucing, yaitu tegak dan membentuk saluran menuju
gendang telinga. Saluran luar yang dekat dengan lubang telinga dilengkapi dengan rambut-rambut
halus yang menjaga agar benda asing tidak masuk, dan kelenjar lilin yang menjaga agar
permukaan saluran luar dan gendang telinga tidak kering.
2. Telinga tengah

Bagian ini merupakan rongga yang berisi udara untuk menjaga tekanan udara agar seimbang. Di
dalamnya terdapat saluran Eustachio yang menghubungkan telinga tengah dengan faring. Rongga
telinga tengah berhubungan dengan telinga luar melalui membran timpani. Hubungan telinga
tengah dengan bagian telinga dalam melalui jendela oval dan jendela bundar yang keduanya
dilapisi dengan membran yang transparan.
Selain itu terdapat pula tiga tulang pendengaran yang tersusun seperti rantai yang menghubungkan
gendang telinga dengan jendela oval. Ketiga tulang tersebut adalah tulang martil (maleus)
menempel pada gendang telinga dan tulang landasan (inkus). Kedua tulang ini terikat erat oleh
ligamentum sehingga mereka bergerak sebagai satu tulang. Tulang yang ketiga adalah tulang
sanggurdi (stapes) yang berhubungan dengan jendela oval. Antara tulang landasan dan tulang
sanggurdi terdapat sendi yang memungkinkan gerakan bebas.
Fungsi rangkaian tulang dengar adalah untuk mengirimkan getaran suara dari gendang telinga
(membran timpani) menyeberangi rongga telinga tengah ke jendela oval.
3. Telinga dalam
Bagian ini mempunyai susunan yang rumit, terdiri dari labirin tulang dan labirin membran.
Ada 5 bagian utama dari labirin membran, yaitu sebagai berikut.

 Tiga saluran setengah lingkaran


 Ampula
 Utrikulus
 Sakulus
 Koklea atau rumah siput

Sakulus berhubungan dengan utrikulus melalui saluran sempit. Tiga saluran setengah lingkaran,
ampula, utrikulus dan sakulus merupakan organ keseimbangan, dan keempatnya terdapat di dalam
rongga vestibulum dari labirin tulang. Koklea mengandung organ Korti untuk pendengaran.
Koklea terdiri dari tiga saluran yang sejajar, yaitu: saluran vestibulum yang berhubungan dengan
jendela oval, saluran tengah dan saluran timpani yang berhubungan dengan jendela bundar, dan
saluran (kanal) yang dipisahkan satu dengan lainnya oleh membran. Di antara saluran vestibulum
dengan saluran tengah terdapat membran Reissner, sedangkan di antara saluran tengah dengan
saluran timpani terdapat membran basiler. Dalam saluran tengah terdapat suatu tonjolan yang
dikenal sebagai membran tektorial yang paralel dengan membran basiler dan ada di sepanjang
koklea. Sel sensori untuk mendengar tersebar di permukaan membran basiler dan ujungnya
berhadapan dengan membran tektorial. Dasar dari sel pendengar terletak pada membran basiler
dan berhubungan dengan serabut saraf yang bergabung membentuk saraf pendengar. Bagian yang
peka terhadap rangsang bunyi ini disebut organ Korti.

Indra Pengecap (Lidah)


Lidah adalah alat indera yang berfungsi untuk merasakan rangsangan rasa dari makanan yang masuk
ke dalam mulut kita. Bagian lidah yang berbintil-bintil disebut papila adalah ujung saraf pengecap.
Setiap bintil-bintil saraf pengecap tersebut mempunyai kepekaan terhadap rasa tertentu berdasarkan
letaknya pada lidah. Pangkal lidah dapat mengecap rasa pahit, tepi lidah mengecap rasa asin dan asam
serta ujung lidah dapat mengecap rasa manis.
Ujung organ untuk indera pengecap yang disebut taste buds (putting cita rasa) terdiri atas sel-sel
gustatory fusiform, tercampur dengan sel-sel sustakular yang terangkai dalam bentuk kelompok yang
menyerupai tong. Prosesus yang menyerupai rambut dari sel-sel gustatory ini menjulur melalui pori
pada bagian superficial dari putting cita rasa. Ujung serabut-serabut saraf berakhir di sekitar sel-sel
gustatory ini.
Bagian lidah yaitu valet dan papilla fungiform mengandung banyak sekali putting cita rasa
meskipun putting itu terdapat juga pada palatum, farink, dan larink. Sensasi cita rasa di bawa kea rah
dua per tiga bagian rostral lidah oleh cabang-cabang saraf fasial korda timpani yang menyertai cabang
lingual dari saraf trigeminus. Sebaliknya bagian lidah yang sepertiga (arah kaudal = posterior)
menerima cita rasa melalui cabang lingual dari saraf (glosofarinkeal).
Pada manusia, modalitas rasa yang spesifik ada 4, yaitu manis, asin, pahit, dan asam. Sensasi yang
lain merupakan campuran dari cita rasa dasar, atau kombinasi berbagai cita rasa dengan indera
penciuman. Pangkal lidah sangant peka dengan cita rasa pahit. Bagian lateral lidah memberikan
(frandson, R.D. 1992).
Pengecapan adalah sensasi yang dirasakan oleh kuncup kecap, yaitu reseptor yang terutama
terletak pada lidah (terdapat kurang lebih 10.000 kuncup kecapa pada lidah manusia) dan dalam
jumlah yang lebih kecil pada polatum mole dan permukaan laringeal dari epiglottis. Kuncup kecap
terbenam dari epitel berlapis dari papilla sirkumvalata, papilla foliota, papilla fungiformis. Bahan
kimia masuk melalui pori pengecap, yaitu lubang kecil menuju ke sel-sel reseptor.
Kuncup kecap terdiri atas sekurang-kurangnya 4 jenis sel, yang dapat dikenali dengan
mikroskop electron. Sel tipe 1 dan sel tipe 2 panjang dengan mikrovili pada permukaannya. Walaupun
fungsinya belom diketahui, mereka dapat membantu aktivitas sel tipe 3. Sel tipe 3 juga merupakan sel
tipe panjang dicirikan oleh terdapatnya banyak vesikel yang menyerupai versikel sinaps. Tipe sel ke 4
adalah suatu sel basal pra-kembang yang mungkin merupakan precursor dari sel-sel yang lebih
spesifik dalam kuncup kecap. Tonjolan dendritik dari saraf sensorik yang paling dekat dengan
kumpulan vesikel sinaptik ini adalah dasar untuk penempatan penerimaan pengecapan pada sel tipe 3
(Junqueira, L. Carlos. 1995).
Lidah mempunyai reseptor khusus yang berkaitan dengan rangsangan kimia. Lidah
merupakan organ yang tersusun dari otot. Permukaan lidah dilapisi dengan lapisan epitelium yang
banyak mengandung kelenjar lendir, dan reseptor pengecap berupa tunas pengecap. Tunas pengecap
terdiri atas sekelompok sel sensori yang mempunyai tonjolan seperti rambut. Ada beberapa papilla
pada lidah, antara lain:
 Papillae sirkumvalata. Ada delapan hingga dua belas buah dari jenis ini yang terletak pada
bagian dasar lidah. Papillae sirkumvalata adalah jenis papillae yang terbesar, dan masing-
masing dikelilingi semacam lekukan seperti parit. Papillae ini tersusun berjejer membentuk
huruf V pada bagian belakang lidah.
 Papillae fungiformis menyebar pada permukaan ujung dan sisi lidah, dan berbentuk jamur.
 Papilae filiformis adalah yang terbanyak dan menyebar pada seluruh permukaan lidah. Organ-
ujung untuk pengecapan adalah puting-puting pengecap yang sangat banyak terdapat dalam
dinding papillae sirkumvalata dan fungiforum. Papilae filiform lebih berfungsi untuk
menerima rasa sentuh, daripada rasa pengecapan yang sebenarnya. Selaput lendir langit-langit
dan farinx juga bermuatan puting-puting pengecap (Widiastuti.2002).

Lidah adalah kumpulan otot rangka pada bagian lantai mulut yang dapat membantu
pencernaan makanan dengan mengunyah dan menelan. Lidah dikenal sebagai indera pengecap yang
banyak memiliki struktur tunas pengecap. Lidah juga turut membantu dalam tindakan bicara.Juga
membantu membolak balik makanan dalam mulut.
Struktur lainnya yang berhubungan dengan lidah sering disebut lingual, dari bahasa Latin lingua atau
glossal
Struktur Sebagian besar, lidah tersusun atas otot rangka yang terlekat pada tulang hyoideus,
tulang rahang bawah dan processus styloideus di tulang pelipis. Terdapat dua jenis otot pada lidah
yaitu otot ekstrinsik dan intrinsik.
Lidah memiliki permukaan yang kasar karena adanya tonjolan yang disebut papila. Terdapat tiga jenis
papila yaitu:
1. papila filiformis (fili=benang); berbentuk seperti benang halus;
2. papila sirkumvalata (sirkum=bulat); berbentuk bulat, tersusun seperti huruf V di belakang lidah;
3. papila fungiformis (fungi=jamur); berbentuk seperti jamur.

Terdapat satu jenis papila yang tidak terdapat pada manusia, yakni papila folliata pada hewan
pengerat.
Tunas pengecap adalah bagian pengecap yang ada di pinggir papila, terdiri dari dua sel yaitu
sel penyokong dan sel pengecap. Sel pengecap berfungsi sebagai reseptor, sedangkan sel penyokong
berfungsi untuk menopang (Jimmy, 2011).
Pada hekekatnya, lidah mempunyai hubungan yang sangat erat dengan indera khusus
pengecap. Lidah sebagian besar terdiri dari dua kelompok otot. Otot intrinsik Iidah melakukan semua
gerakan halus, sementara otot extrinsik mengaitkan lidah pada bagian-bagian sekitarnya serta
melaksanakan gerakan-gerakan-kasar yang sangat penting pada saat mengunyah dan menelan. Lidah
mengaduk-aduk makanan, menekannya pada langit-langit dan gigi. dan akhirnya mendorongnya
masuk farinx.
Lidah terletak pada dasar mulut, sementara pembuluh darah dan urat saraf masuk dan keluar
pada akarnya. Ujung serta pinggiran Iidah bersentuhan dengan gigi-gigi bawah, sementara dorsum
merupakan permukaan melengkung pada bagian atas lidah. Bila lidah digulung ke belakang, maka
tampaklah permukaan bawahnya yang disebut frenulum linguae, sebuah struktur ligamen halus yang
mengaitkan bagian posterior lidah pada dasar mulut. Bagian anterior lidah bebas tidak terkait. Bila
dijulurkan, maka ujung Iidah meruncing, dan bila terletak tenang di dasar mulut, maka ujung lidah
berbentuk bulat.
Selaput lendir (membran mukosa) lidah selalu lembab, dan pada waktu se- hat berwarna
merah jambu. Permukaan atasnya seperti beludru dan ditutupi plpil-papil, yang terdiri atas tiga jenis.
Papillae sirkumvalata. Ada delapan hingga dua belas buah dari jenis ini yang terletak pada bagian
dasar lidah. Papillae sirkumvalata adalah jenis papillae yang terbesar, dan masing-masing dikelilingi
semacam lekukan seperti parit. Papillae ini tersusun berjejer membentuk huruf V pada bagian
belakang lidah. Papillae fungiformis menyebar pada permukaan ujung dan sisi lidah, dan berbentuk
jamur. Papilae filiformis adalah yang terbanyak dan menyebar pada seluruh permukaan lidah. Organ-
ujung untuk pengecapan adalah puting-puting pengecap yang sangat banyak terdapat dalam dinding
papillae sirkumvalata danfungiforum .Papilae filiform lebih berfungsi untuk menerima rasa sentuh,
daripada rasa pengecapan yang sebenarnya. Selaput lendir langit-langit dan farinx juga bermuatan
puting-puting pengecap.
Ada empat macam rasa kecapan: manis, pahit, asam dan asin. Kebanyakan makanan memiliki
ciri harum dan ciri rasa, tetapi ciri-ciri itu merangsang ujung saraf penciuman, dan bukan ujung saraf
pengecapan. Supaya dapat dirasakan, semua makanan harus menjadi cairan, serta harus sungguh-
sungguh bersentuhan dengan ujung saraf yang mampu menerima rangsangan yang berbeda-beda.
Puting pengecap yang berbeda-beda menimbulkan kesan rasa yang berbeda-beda juga.
Lidah memiliki pelayanan pensarafan yang majemuk. Otot-otot lidah mendapat pensarafan
dari urat saraf hipoglosus (Saraf otak kedua belas). Daya perasaannya dibagi menjadi “perasaan
umum”, yang menyangkut taktil perasa seperti membedakan ukuran, bentuk, susunan, kepadatan,
suhu dan sebagainya, dan “rasa pengecap khusus”.
Impuls perasaan umum bergerak mulai dari bagian anterior lidah dalam serabut saraf lingual
yang merupakan sebuah cabang urat saraf kranial kelima, sementara impuls indera pengecap bergerak
dalam khorda timpani bersama saraf lingual, lantas kemudian bersatu dengan saraf kranial ketujuh,
yaitu nervus saraf fasialis. Saraf kranial kesembilan, saraf glossofaringeal, membawa, baik impuls
perasaan umum, maupun impuls perasaan khusus dari sepertiga posterior lidah. Dengan demikian
indera pengecapan lidah dilayani oleh saraf kranial kez’ lima, ketujuh dan kesembilan, sementara
gerakan-gerakannya dipersarafi oleh saraf kranial kedua belas.
Secara klinik, indera pengecap, seperti juga indera penciuman sangat peka dan dapat hilang
karena pilek atau gangguan pada mulut, lambung dan saluran pencernaan. Seorang dokter, yang dapat
juga dibantu oleh seorang perawat, memeriksanya dengan seksama, apakah indera pengecap itu
kering atau lembab, membengkak, lembek dan pucat, atau mengecil dan berwarna merah, berbulu,
pecah atau retak-retak.
Glositis, atau peradangan lidah, bisa akut ataupun kronis, dengan gejala-gejala berupa adanya
ulkus dan lendir yang menutupi lidah. Peradangan ini biasanya timbul pada pasien yang mengalami
gangguan pencernaan ataupun infeksi pada gigi. Lidah lembek dan pucat, dengan bekas-bekas gigitan
pada pinggirannya. Biasanya, glositis kronis menghilang, apabila kesehatan badan membaik dan
pemeliharaan higiene mulut yang baik. Lekoplakia ditandai oleh adanya bercak-bercak putih yang
tebal pada permukaan lidah (juga pada selaput lendir pipi dan gusi). Hal ini biasanya terlihat pada
perokok.

Anda mungkin juga menyukai