Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sistem sensorimotor adalah rekaman otak yang dihasilkan panca indera manusia sehingga
diproses menjadi sebuah informasi yang berhubungan dengan posisi tubuh dalam memubat
gerakan. Sama pentingnya dengan kepintaran akademik yang harus selalu diasah agar cerdas,
sensorimotor juga harus dibiasakan untuk beraktivitas setiap harinya agar tingkat responsifnya
tinggi.
Seperti yang kita ketahui sensorik eksteroseptif adalah bagian eksternal yang bisa kita lihat
langsung, mekanisme persepsi yang dihasilkan otak dari sensorimotor mendengar, meraba,
mencium, merasan, dan atensi pastilah berbeda. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari kita
bertemu banyak orang baru dan juga mempelajari banyak hal baru, otak berhasil merekam
kejadian yang selalu berganti tiap detik, entah itu dari mata yang menangkap banyak warna,
telinga yang mendengar suara indah, dan panca indera peraba yang memegang banyak hal setiap
harinya.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana otak menangkap informasi dari mendengar
2. Bagaimana otak menangkap informasi dari meraba
3. Bagaimana otak menangkap informasi dari mencium
4. Bagaimana otak menangkap informasi dari merasa
5. Bagaimana otak menangkap informasi dari atensi

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara otak menangkap informasi dari mendengar
2. Untuk mengetahui cara otak menangkap informasi dari meraba
3. Untuk mengetahui cara otak menangkap informasi dari mencium
4. Untuk mengetahui cara otak menangkap informasi dari merasa
5. Untuk mengetahui cara otak menangkap informasi dari atensi
BAB II
PEMBAHASAN

Sistem Pendengaran
Fungsi sistem pendengaran adalah persepsi suara. Bunyi adalah getaran molekul udara yang
merangsang sistem pendengaran. Manusia hanya mendengar getaran molekul antara sekitar 20
dan 20.000 hertz (siklus per detik).

1. Jenis - Jenis Area Sensori Korteks


LO 7.1 Tiga jenis korteks sensorik

Area sensorik korteks, terdiri dari tiga jenis yang berbeda secara mendasar, yaitu: primer,
sekunder, dan asosiasi.
1. Korteks sensorik primer dari sistem adalah area korteks sensorik yang menerima
sebagian besar masuknya langsung dari inti relai thalamus sistem itu.
2. Korteks sensorik sekunder dari suatu sistem terdiri dari area korteks sensorik yang
menerima paling banyak masukan korteks sensorik primer sistem itu atau dari area lain di
korteks sensorik sekunder sistem yang sama.
3. Korteks asosiasi adalah area korteks yang menerima masukan lebih dari satu sistem
sensorik. Area masuknya korteks asosiasi datang melalui area korteks sensorik sekunder.
Interaksi antara ketiga jenis sensorik korteks dan di antara struktur sensorik lainnya dicirikan
oleh tiga prinsip utama: organisasi hierarki, segregasi fungsional, dan pemrosesan paralel.

2. Fitur Organisasi Sistem Sensorik


LO 7.2 Dalam konteks organisasi sistem sensorik, mempunyai 3 istilah, yaitu: organisasi
hierarkis, fungsional segregasi, dan pemrosesan paralel.
1. Organisasi Hierarkis Sistem Sensorik di tandai oleh organisasi hierarki, Hierarki yaitu
suatu sistem yang anggotanya dapat ditempatkan ke tingkat tertentu dengan anggota
lain. Masing masing dari hierarki menerima dari sebagian besar inputnya dari tingkat
rendah dan menambahakan lapisan analisis lain sebelum meneruskan ke hierarki yang
lebih tinggi. Organisasi hierarki terlihat jelas dari perbandingan efek efek kerusakan
diberbagai tingkat, semakin tinggj kerusakannya, semakin spesifik dan semakin kompeks
defisitnya. Kerusakaan reseptor sistem pengindraan menghasilkan hilang total
kemampuan untuk meresepsi di modalitas pengindraan yang bersangkutan, Sebaliknya
kerusakan pada derah korteks sensori asosiasi atau korteks sensori sekunder
menghasilkan deficit sensori yang kompleks dan spesifik. Dalam mengenali organisasi
hierarki sistem sistem pendengaran, Psikolog kadang membagi proses meresepsi secara
umum menjadi 2 fase, yaitu : Sensation (sensasi) yaitu proses mendeteksi keberadaan
stimulisi, dan Preception (presepsi) yaitu proses mengintegrasi, mengenali pila lengkap
sensasi.
2. Fungsional Segregasi
Tingkat korteks serebral-primer, sekunder, dan asosiasi pada masing masing sistem
pendengaran sangat berbeda secara fungsional, yang terspesialisasi di berbagai macam
analisis.
3. Pemprosesan Pararel
Pendengaran adalah sistem pararel-sistem dimana informasi mengalir melalui berbagai
komponen melalui banyak jalur. Sistem pararel menjadi ciri pemprosesan pararel-analisis
stimulan terhadap sebuah sinyal dengan berbagi cara berbeda melalui banyak jalur
pararel di dalam jaringan neural. Ada 2 jenis arus pararel yang berbeda fundamental,
yaitu : arus yang mempengaruhi prilaku tanpa diketahui secara sadar, dan arus
mempengaruhi prilaku yang melibatkan kesadaran yang disadari.
Sistem pendengaran ditandai oleh banyaknya daerah yang terspesialisasi, pada banyaknya
tingkat yang saling terhubung antar pararel. Masing masing daerah pengelihatan
memprsesepsikan aspek- aspek visual scenes tertentu yaitu pada bentuk, warna, gerakan. Akan
tetapi, stimulus kompleks dapat di persepsi sebagai keseluruhan yang terintegrasi, bukan
kombinasi.

3. Dimensi Suara Fisik dan Persepsi


Fisik dan Perseptual dimensi suara
7.3 Menjelaskan hubungan antara dimensi dan presepsi suara
Gambar 7.2 mengilustrasikan bagaimana suara biasanya direkam dalam bentuk gelombang dan
hubungan antara dimensi fisik getaran suara dan persepsi kita terhadapnya. Amplitudo,
frekuensi, dan kompleksitas getaran molekul paling erat kaitannya dengan persepsi kenyaringan,
nada, dan timbre.
Nada murni (getaran gelombang sinus) hanya ada di laboratorium dan studio rekaman suara
dalam kehidupan nyata, suara selalu dikaitkan dengan pola getaran yang kompleks misalnya,
Gambar 7.3 mengilustrasikan kompleks dalam bentuk gelombang dan hubungan antara
gelombang suara fisik yang dikaitkan dengan satu nada klarinet. Untuk nada murni apa pun, ada
hubungan erat antara frekuensi nada dan nada yang dirasakan namun, hubungan antara frekuensi
yang membentuk suara alami (yang selalu terdiri dari campuran frekuensi) dan nada yang
dirasakan sangatlah kompleks. persepsi nada adalah fakta bahwa nada suatu bunyi kompleks
mungkin tidak berhubungan langsung dengan frekuensi komponen bunyi mana pun. Misalnya,
campuran nada murni dengan frekuensi 200, 300, dan 400 Hz akan dianggap memiliki nada yang
sama dengan nada murni 100 Hz karena 100 Hz adalah frekuensi dasar dari 200, 300, dan 400.
Hz. Aspek penting dari persepsi nada ini disebut sebagai aspek fundamental yang hilang.
4. Komponen telinga manusia, dan menjelaskan bagaimana suara
diproses dalam berbagai strukturnya.
Gelombang suara merambat dari telinga luar ke saluran pendengaran dan menyebabkan
membran timpani (gendang telinga) bergetar. Getaran ini kemudian ditransfer ke tiga tulang
kecil telinga tengah: maleus (palu), inkus (landasan), dan stapes (sanggurdi). Getaran stapes
memicu getaran pada selaput yang disebut jendela oval, yang selanjutnya mentransfer getaran
tersebut ke cairan koklea yang berbentuk siput (kokles berarti “siput darat”). Koklea adalah
tabung panjang melingkar dengan struktur internal hampir sampai ke ujungnya. Struktur internal
ini adalah reseptor pendengaran, organ corti. Setiap perubahan tekanan pada jendela oval
bergerak sepanjang organ corti sebagai gelombang. Organ corti terdiri dari beberapa membran,
kita akan fokus pada dua di antaranya : membran basilar dan membran tektorial.

5. dampak kerusakan pada sistem pendengaran.


Ketulian adalah salah satu kecacatan manusia yang paling umum: Diperkirakan 360 juta orang
saat ini menderita gangguan pendengaran (Organisasi Kesehatan Dunia, 2015). Masalah
pendengaran yang parah biasanya disebabkan oleh kerusakan pada telinga bagian dalam atau
telinga tengah, atau pada saraf yang mengarah ke sana, bukan karena kerusakan yang lebih
sentral.
Ada dua kelompok gangguan pendengaran yang umum: gangguan yang berhubungan dengan
kerusakan pada tulang-tulang pendengaran (tuli konduktif) dan gangguan pendengaran yang
berhubungan dengan kerusakan pada koklea atau saraf pendengaran (tuli saraf). Penyebab utama
tuli saraf adalah hilangnya reseptor sel rambut (lihat Wong & Ryan, 2015).

6. Somatosensori Sistem
Somatosensory terdiri dari 3 bagian yang berbeda:
1. Sistem eksterosptif, adalah bagian terluar dari tubuh, dan yang terlihat langsung
(kuilt)
2. Sistem propioseptif, adalah yang memantau informasi dari posisi tubuh yang berasal
dari sendi, otot, dan organ keseimbangan
3. Sistem introseptif, adalah yang memberikan informasi keadaan terkini yang dirasakan
oleh tubuh (suhu dan tekanan darah)

 Reseptor kulit
Bagian kulit yang paling sederhana adalah ujung saraf neuron yang tidak memiliki
struktur khusus, bagian ini sangat peka terhadap perubahan suhu dan rasa sakit. Bagian
yang terbesar dan terdalam dari kulit adalah sel darah Pacinian, darah bereaksi pada
perubahan mendadak yang terjadi di kulit tapitidak bereaksi terhadap perubahan yang
terus-menerus terjadi. Sebaliknya cakram mekrel dan ruffini membutuhkan waktu
adaptasi yang lebih lama, masing-masing merespon lekukan kulit, dan peregangan kulit
secara bertahap.

 Jalur somatosensori utama


1. Sistem lemniskus medialkolom dorsal, cenderung memberi informasi tentang
sentuhan dan persepsi yang dirasakan langsung oleh kulit.
2. Sistem anterolateral, cenderung memberi informasi tentang nyeri dan suhu.

 Area somatosensori kortikal dan


letak somatotopiknya
Area kedua yang terorganisir secara
somatotopik, SII, terletak tepat di ventral SI
di gyrus post-central, dan sebagian besar
meluas ke fisura lateral. SII menerima
sebagian besar dananya masukan dari SI
dan dengan demikian dianggap sebagai
korteks somatosensori sekunder. Berbeda
dengan SI, yang masukannya sebagian
besar bersifat kontralateral, SII menerima
masukan besar dari kedua sisi badan. Sebagian besar keluaran SI dan SII masuk ke korteks
asosiasi lobus parietal posterior

7. Agnosia Somatosensori
Terdapat jenis-jenis agnosia somatosensori:
1. Ketidak mampuan mengenali objek melalui sentuhan disebut astereognosia, kasus yang
terjadi tanpa adanya defisit sensorik sederhana jarang dijumpai dimanapun.
2. Kegagalan mengenali bagian tubuh sendiri merupakan asomatognosia, kasus ini biasanya
unilateral atau hanya terjadi pada satu sisi bagian tubuh saja, dan biasanya berhubungan
dengan kerusakan luas pada termporal dan posteriol kanan.
Sebuah eksperimen tentang ilusi tangan karet dan mekanisme saraf berhasil membuktikkan
bahwa asomatognosia bisa terjadi pada siapapun, eksperimen tersebut berhasil membuat
beberapa relawan benar-benar keliru menebak bagian tubuh asli miliknya, saat mereka mengelus
tangan karet, mereka mengira bahwa itu adalah tangan aslinya, bahkan ada beberapa relawan
yang suhu angannya menurun tangan karena disembunyikan.
8. Persepsi Nyeri
Adaptivitas rasa sakit adalah hal yang paling tidak mengenakkan bagi semua orang, saat
bagian tubuh kita jatuh atau terbentur sangat keras, kulit merespos rasa nyeri dan
menyampaikannya ke otot, sendi, sampai ke otak kita, sehingga seluruh tubuh kita terkadang ikut
merasakan sakit, meski tidak mengenai bagian yang terjatuh atau terbentur. Hal ini
memperingatkan kita untuk berhenti melakukan hal berbahaya dan selalu berhati-hati dalam
melakukan kegiatan apapun.
Ada beberapa orang yang tidak bisa merasakan nyeri, seperti kasus anggota keluarga dari
Pakistan, hal tersebut terjadi karena ada kelainan dengan gen saluran ion natrium, kelainan ini
terdapat pada tikus knockout yang juga kehilangan gen saluran in natrium sehingga
menunjukkan ketidak pedulian terhadap rasa sakit.
Tidak adanya koteks yang jelas merepresentasikan rangsangan yang menyakitkan
menjadi aktif, banyak areak korteks termasuk thalamus, SI, SII, insula, dan korteks cingulate
anterior. Area kortikal yang paling nyeri adalah cingulate anterior, namun korteks cingulate
anterior sepertinya juga terlibat dalam ekspektasi rasa sakit, reaksi emosional terhadap rasa sakit,
dan respons adaptif untuk meminimalkan rasa sakit.
kontrol nyeri yang menurun adalah pengalaman paling menarik yang dirasakan oleh
tubuh, hal ini dapat ditekan secara kognitif dan dipengaruhi oleh faktor emosional seseorang,
misalnya pada tari piring, tari tradisional di Sumatera Barat, penari tidak merasakan sakit meski
menari di atas pecahan kaca, ini dikaitkan dengan sedikitnya rasa sakit yang dirasakan oleh
penari.
Terdapat beberapa peneuan untuk meredakan nyeri:
1. Penemuan rangsangan listrik pada periaqueductal grey (PAG), memiliki efek analgesik
(penghalang nyeri) yang mampu melakukan pembedahan pada tikus tanpa analgesia
selain yang diberikan oleh stimulasi PAG.
2. Penemuan PAG dan daerah lainnya, otak mengandung reseptor khusus untuk obat
analgesik opioid seperti morfin.
3. Isolasi beberapa analgesik opioid endogen (yang diproduksi secara internal), yaitu
endorphin
Karena penemuan diatas sama-sama menunjukkan bahwa obat analgesic dan factor
psikologis mungkin dapat menghambat rasa sakit melalui sirkuit sensitive endorphin yang
turun dari analgeik opioid.
9. Nyeri Neuropatik
Nyeri kronis tanpa adanya rangsangan nyeri yang dapat dikenali merupakan nyeri
neuropatik yang sangat parah. Biasanya nyeri neuropatik berkembang setelah cedera seperti
jatuh, tersandung, atau terbentur, dalam beberapa kasus nyeri neuropatik dapat dipicu oleh
rangsangan yang tidak berbahaya, jadi pasien biasanya tidak sadar terbentur sesuatu.
Meski mekanismenya tepat nyeri neuropatik tidak diketahui pasti letak jelasnya, hal ini
disebabkan oleh perubahan patologis pada sistem saraf yang disebabkan oleh cedera di awal
waktu. Rasa sakit dari nyeri neuropatik mungkin dirasakan oleh semua anggota tubuh bahkan
pada anggota tubuh yang diamputasi, hal ini disebabkan oleh aktivitas abnormal di CNS.
Dengan demikian, memotong saraf di bagian yang dirasa nyeri, sering kali hanya memberikan
sedikit atau tidak sama sekali kenyamanan. Dan, sayangnya, obat-obatan yang telah
dikembangkan untuk mengobati rasa sakit akibat cedera biasanya tidak efektif terhadap nyeri
neuropatik. Berikut beberapa jenis obat tersebut:
1. Opioid menghambat aktivitas penghambatan interneuron di PAG.
Ini meningkatkan aktivitas neuron yang aksonnya turunke inti raphé.

2. Aktivitas akson yang turun dari PAG menggairahkan neuron raphé yang
akson turun di bagian dorsal dari sumsum tulang belakang.

3. Aktivitas serotonergik dari kolom dorsal yang menurun akson menggairahkan tulang
belakang penghambat interneuron yang memblokir rasa sakit yang masuk.

10.Peran Adaptif Dari Bahan Kimia Indera


Contoh peran adaptif untuk kimiawi adalah saat kita makan, penciuman dan pengecapan
bekerja sama, makanan yang di kunyah di dalam mulut merangsang penciuman dan pengecapan
menghasilkan kesan sensorik yang tersistem dalam tubuh sehingga menghasilkan sesuatu yang
bias akita sebut sebagai rasa.
Terkadang indra penciuman sering kali dianggap remeh oleh beberapa orang, padahal hal
tersebut terjadi karena banyak orang yang tidak dapat membedakan secara spesifik bau yang
diiumnya. Rasa juga dipengaruhi oleh beberapa factor lain seperti suhu ruangan, tekstur
makanan, penampilan makanan, dan tingkat kekenyangan seseorang.
Pada spesies lain indera kimiawi juga memainkan peran utama dalam mengatur interkasi sosial.
Seperti yang terjadi pada beberapa anggota spesesies lain yang melepas feromon atau bahan
kimia yang mempengaruhi fisiologis dan perilaku konspesifik, sebagai contoh kasus tersebut ada
pada Murphy dan Schneider (1970) menunjukkan bahwa perilaku seksual dan agresif hamster
berada di bawah kendali feromon. Dari kasus tersebut seekor hamster jantan bisa membunuh dan
sangat agresif hanya karena indera penciuman nya yang sangat tajam pada hamster betina, dan
manusia juga memungkinkan dapat melepaskan feromon seksual untuk mendapatkan kepuasan
birahinya. Ada beberapa temuan yang menunjukkan hal tersebut sebagai contoh:
1. Sensitivitas penciuman wanita paling tinggi ketika mereka sedang berovulasi atau hamil.
2. Siklus menstruasi wanita yang tinggal bersama cenderung menjadi sinkron.
3. Manusia, khususnya wanita, dapat memprediksi jenis kelamin seseorang dari napas atau
bau ketiak mereka.
4. Pria dapat menilai tahap siklus menstruasi seorang wanita berdasarkan bau vaginanya.
Namun,
Masih belum ada bukti langsung bahwa bau manusia dapat berfungsi sebagai pemikat seks,
sebagian besar sukarelawan tidak menganggap bau tubuh yang disebutkan di atas sangat
menarik.

11.Olfactory System
Sistem penciuman diilustrasikan
pada Gambar 7.18. Sel-sel
reseptor penciuman terletak di
bagian atas hidung, tertanam
dalam lapisan jaringan yang
dilapisi lendir yang disebut
mukosa mukosa penciuman.
Dendrit mereka terletak di dalam
hidung

bagian, dan akson mereka


melewati bagian berpori
tengkorak (lempeng cribriform)
dan masuk ke penciuman umbi, di
mana mereka bersinaps pada
neuron yang memproyeksikan
melalui saluran penciuman ke
otak. Selama beberapa dekade,
diasumsikan bahwa hanya ada a
beberapa jenis reseptor
penciuman. Profil aktivitas yang
berbeda pada sejumlah kecil jenis reseptor dianggap mengarah pada persepsi berbagai bau-
dengan cara yang sama
bahwa profil aktivitas dalam tiga jenis kerucut adalah pernah dianggap mengarah pada persepsi
warna. Lalu, pada pergantian abad ke-21, ditemukan bahwa tikus
dan tikus memiliki sekitar 1.000 jenis protein reseptor yang berbeda dan manusia memiliki
sekitar 300 (lihat Uchida, Poo, & Haddad, 2014).
Akson reseptor penciuman berakhir pada kelompok neuron terpisah yang terletak di dekat
permukaan bola penciuman kelompok ini disebut glomerulus penciuman. Setiap glomerulus
menerima input dari beberapa ribu sel reseptor penciuman, semuanya dengan protein reseptor
yang sama. Pada tikus, terdapat satu atau dua glomerulus di setiap bola penciuman untuk setiap
protein reseptor
Karena organisasi topografi yang sistematis terlihat jelas pada sistem sensorik lainnya
(misalnya, tata letak inotopik dan tonotopik), para peneliti telah mencoba untuk menemukan
apakah glomerulus yang peka terhadap bau tertentu tersusun secara sistematis pada permukaan
bola penciuman. Memang benar bukti menunjukkan bahwa ada tata letak yang sistematis:

1.Terdapat simetri cermin antara bola penciuman kiri dan kanan-glomeruli yang peka terhadap
bau tertentu cenderung terletak di lokasi yang sama pada kedua bola tersebut.
2.Glomeruli yang peka terhadap bau tertentu tersusun pada umbi penciuman dengan cara yang
sama pada anggota yang berbeda dari spesies yang sama (misalnya, tikus).
3.Tata letak glomerulus adalah serupa pada spesies terkait (yaitu, tikus dan tikus).
Meskipun jelas bahwa umbi penciuman diatur secara topografi, prinsip topografi menurut
dimana glomeruli tersusun belum ditemukan (lihat Murthy, 2011; Schoppa, 2009). Organisasi
topografi yang kurang dipahami dari bola lampu penciuman telah disebut sebagai a
chemotopicap (lihat Falasconi et al., 2012).
Sel reseptor penciuman baru baru diciptakan sepanjang hidup setiap individu untuk
menggantikan yang yang telah rusak. Sekali dibuat, sel reseptor baru mengembangkan akson,
yang tumbuh sampai mereka mencapai yang sesuai situs target di bola penciuman. Setiap sel
reseptor penciuman baru hanya bertahan beberapa minggu sebelum diganti. Bagaimana akson
dari reseptor yang baru terbentuk tersebar di sekitar mukosa hidung menemukan target mereka
glomeruli di dalam bola penciuman masih menjadi misteri (lihat Mori & Sakano, 2011). Sakano,
2011). Setiap bola penciuman memproyeksikan akson ke beberapa struktur lobus temporal
medial, termasuk amigdala dan korteks piriformis - area temporal medial korteks yang
berdekatan dengan amigdala (lihat Bekkers & Suzuki, 2013). Korteks piriformis dianggap
sebagai korteks penciuman utama korteks penciuman, tetapi sebutan ini agak sewenang-wenang
(lihat Gottfried, 2010). Sistem penciuman adalah satu-satunya sistem sensorik yang jalur
sensorik utamanya mencapai korteks serebral tanpa terlebih dahulu melewati thalamus.
Dua jalur penciuman utama meninggalkan area amigdalapiriform. Satu proyek secara difus ke
limbik
sistem, dan proyek lainnya melalui dorsal medial inti thalamus ke korteks orbitofrontal - the area
korteks pada permukaan inferior lobus frontal di sebelah orbit (rongga mata) - lihat Daratan et al.
(2014). Jalur limbik dianggap sebagai perantara respon emosional terhadap bau; thalamic-
orbitofrontal Jalur thalamus-orbitofrontal dianggap memediasi persepsi sadar terhadap bau.

12.Gustatory System
Sel-sel reseptor pengecap ditemukan di lidah dan di beberapa bagian rongga mulut; mereka
biasanya muncul dalam kelompok yang terdiri dari 50 hingga 100 yang disebut pengecap (lihat
Barretto et al., 2015). Pada Di lidah, kuncup pengecap sering kali terletak di sekitar tonjolan
kecil yang disebut papila (papilla tunggal). Hubungan antara reseptor pengecap, kuncup
pengecap, dan papila diilustrasikan pada Gambar 7.19.

Papile

50 hingga 100 sel reseptor yang menyusun setiap kuncup pengecap memiliki beberapa tipe
dan subtipe, yang signifikansi fungsionalnya tidak diketahui (lihat Gambar 7.19). yang tidak
diketahui (lihat Chaudhari & Roper, 2010; Yarmolinsky dkk., 2010). Dalam setiap rasa kuncup,
hanya satu sel reseptor, sel presinaptik, yang bersinaps ke neuron yang membawa sinyal menjauh
dari kuncup; komunikasi di antara sel-sel lain dari suatu rasa kuncup tampaknya terjadi melalui
persimpangan celah (lihat Dando & Roper, 2009). Seperti sel reseptor penciuman, sel reseptor
pengecap bertahan hidup hanya beberapa minggu sebelum digantikan oleh sel baru.
Bagaimana rasa dikodekan oleh pengecap? Pernah diasumsikan bahwa ada lima jenis sel
reseptor pengecap yang berbeda, satu untuk setiap rasa primer, dan bahwa semua rasa akan
dikodekan oleh pola aktivitas dalam lima jenis tersebut. Rasa utama diasumsikan sebagai manis,
asam, pahit, asin, dan umami (gurih), tetapi a kasus dapat dibuat untuk yang lain (lihat Liman,
Zhang, & Montell, 2014). Satu masalah serius dengan teori ini adalah bahwa banyak rasa yang
tidak dapat diciptakan oleh kombinasi dari lima rasa utama ini.
Kemajuan besar dalam studi transduksi rasa terjadi dengan ditemukannya berbagai protein
reseptor yang terkait dengan protein-g yang tertanam dalam membran sel reseptor rasa. Satu
protein reseptor merespons umami, 2 untuk manis, dan 30 untuk pahit (lihat Dalton &
Lomvardas, 2015; Trivedi, 2012). Tampaknya tidak ada protein reseptor yang terkait dengan
protein-g untuk rasa asin: Garam mempengaruhi reseptor sel dengan memasukkannya melalui
jenis natrium tertentu
saluran ion. Mekanisme reseptor untuk asam saat ini tidak jelas (lihat Dalton & Lomvardas,
2015). Mekanisme dimana respons protein reseptor tertentu diterjemahkan ke dalam rasa tertentu
tidak dipahami dengan baik (lihat Liman, Zhang, & Montell, 2014).
Setelah banyak protein reseptor diidentifikasi, dua fitur penting dari sistem gustatory menjadi
jelas. Pertama, ada yang muncul hanya ada satu protein reseptor per sel reseptor pengecap.
Kedua, protein reseptor pengecap tidak terbatas pada rongga mulut; banyak yang ditemukan di
tenggorokan, kerongkongan, dan paru-paru (lihat Kinnamon, 2012).
Jalur utama yang dilalui sinyal pengecap ke korteks diilustrasikan pada Gambar 7.20. Neuron
aferen gustatorik meninggalkan mulut sebagai bagian dari wajah
(VII), saraf kranial glossopharyngeal (IX), dan vagus (X), yang membawa informasi dari bagian
depan lidah, bagian belakang lidah, dan bagian belakang rongga mulut. Semua serat ini berakhir
di bagian soliter nukleus medula, di mana mereka bersinaps pada neuron yang memproyeksikan
ke ventral inti posterior talamus. Akson gustatorik dari nukleus posterior ventral
memproyeksikan ke korteks gustatori primer, yang ada di insula, area korteks yang tersembunyi
di celah lateral (lihat Linster & Fontanini, 2014).
Area korteks pengecap primer yang berbeda mewakili setiap rasa (lihat Peng et al., 2015).
Korteks pengecap sekunder ada di korteks orbitofrontal (lihat Gambar 7.20). Tidak seperti
proyeksi sistem sensorik lainnya, proyeksi sistem gustatory adalah terutama ipsilateral.
13.Brain Damage and the Chemical Senses

Ketidakmampuan mencium disebut anosmia; ketidakmampuan untuk mencicipi disebut


ageusia. Penyebab neurologis paling umum dari anosmia adalah pukulan pada kepala yang
menyebabkan perpindahan otak di dalam tengkorak dan mencukur saraf penciuman di mana
mereka melewati pelat berkisi. Defisit yang kurang lengkap dalam ol- faksi telah dikaitkan
dengan berbagai macam neurologis gangguan termasuk penyakit Alzheimer, sindrom Down,
epilepsi, multiple sclerosis, sindrom Korsakoff, dan Penyakit Parkinson (lihat Godoy dkk.,
2015). Ageusia jarang terjadi, mungkin karena sinyal sensorik dari mulut dibawa melalui tiga
jalur terpisah. Namun, ageusia parsial, terbatas pada dua-anterior sepertiga lidah di satu sisi,
kadang-kadang diamati setelah kerusakan pada telinga di sisi tubuh yang sama. Ini Hal ini karena
cabang nervus fasialis (VII) yang membawa informasi pengecapan dari dua pertiga anterior lidah
melewati telinga tengah.

14.Change Blindness

Tidak ada ilustrasi yang lebih baik tentang pentingnya perhatian dibandingkan fenomena
kebutaan perubahan (Land, 2014; Simons & Rensink, 2005). Untuk mempelajari kebutaan
perubahan, a sukarelawan diperlihatkan gambar foto di komputer layar dan diminta untuk
melaporkan setiap perubahan pada gambar sebagai segera setelah diketahui. Faktanya, gambar
itu terdiri dari dua gambar yang bergantian dengan penundaan kurang dari 0,1 detik diantara
mereka. Kedua gambar fotografi itu identik kecuali satu fitur kotor. Misalnya saja kedua gambar
tersebut pada Gambar 7.21 sama kecuali gambar di bagian tengah dinding hilang dari satu. Anda
mungkin berpikir bahwa siapa pun akan segera melihat gambar itu menghilang dan muncul
kembali. Tapi bukan ini yang terjadi- pulpen. Kebanyakan relawan menghabiskan beberapa detik
untuk menatap gambar—mencari, seperti yang diinstruksikan, untuk beberapa perubahan—
sebelumnya mereka memperhatikan gambar yang menghilang dan muncul kembali. Ketika
mereka akhirnya menyadarinya, mereka bertanya-tanya dengan takjub mengapa mereka
membutuhkan waktu begitu lama.

Mengapa kebutaan perubahan terjadi? Itu terjadi karena, bertentangan dengan kesan kita,
ketika kita melihat suatu pemandangan, kita sama sekali tidak memiliki ingatan untuk bagian-
bagian adegan itu bukan fokus perhatian kita. Saat melihat adegan di Gambar 7.21, sebagian
besar relawan hadir pada dua orang dan tidak memperhatikan ketika gambar itu menghilang dari
dinding diantara mereka. Karena mereka tidak memiliki ingatan tentang bagian-bagiannya dari
gambar yang tidak mereka hadiri, mereka tidak hadir menyadari ketika bagian-bagian itu
berubah.

Fenomena kebutaan perubahan tidak terjadi tanpa interval singkat (yaitu, kurang dari 0,1 detik)
antara dua belas gambar, meskipun hampir tidak menghasilkan kedipan. Tanpa interval, tidak
diperlukan memori dan perubahan segera dirasakan.
15. Neural Mechanism Of
Attention

Dimana pengaruh atensi top-


down terhadap sensorik sistem
berasal? Ada konsensus umum
bahwa keduanya korteks prefrontal
dan korteks parietal posterior
berperan besar peran dalam
mengarahkan perhatian top-down (lihat Baluch & Itti, 2011; Noudoost dkk., 2010). Moran dan
Desimone (1985) adalah orang pertama yang menunjukkan- menguraikan efek perhatian pada
aktivitas saraf. Mereka berlatih monyet untuk menatap titik fiksasi di layar saat mereka mencatat
aktivitas neuron di area prastriat itu bagian dari aliran ventral dan sangat sensitif terhadap warna.
Di dalam satu percobaan, mereka mencatat dari neuron individu itu merespons bilah cahaya
merah atau hijau dalam reseptifnya bidang. Ketika monyet itu dilatih untuk melakukan suatu
tugas itu diperlukan perhatian terhadap isyarat merah, respon terhadap isyarat merah meningkat,
dan respons terhadap isyarat hijau berkurang. Hal sebaliknya terjadi ketika monyet
memperhatikan warna hijau. Eksperimen yang serupa dengan yang dilakukan pada monyet telah
dilakukan dilakukan pada manusia dengan menggunakan teknologi pencitraan otak fungsional.
teknik. Misalnya, Corbetta dan rekan (1990) sebelum mengirimkan kumpulan rangsangan yang
bergerak dan berwarna dari berbagai macam membentuk dan meminta sukarelawan untuk
membeda-bedakan rangsangan berdasarkan gerakan, warna, atau bentuknya. Perhatian untuk
membentuk atau mewarnai menghasilkan peningkatan aktivitas di area tersebut aliran perut;
perhatian terhadap gerakan yang dihasilkan meningkat aktivitas di area aliran dorsal (lihat Bab
6). Dalam studi lain tentang perhatian pada sukarelawan manusia, Ungerleider dan Haxby (1994)
menunjukkan serangkaian seri kepada sukarelawan wajah. Para relawan ditanyai apakah wajah-
wajah tersebut sesuai dengan rindu pada orang yang sama atau apakah mereka berada pada posisi
yang sama relatif terhadap bingkai. Saat itu memperhatikan identitas, wilayah aliran ventral
adalah lebih aktif; ketika mereka menghadiri jabatan, daerah aliran punggung lebih aktif.
Penelitian sebelumnya menunjukkan prinsip yang digunakan mekanisme saraf perhatian selektif
bekerja.

Perhatian selektif bekerja dengan memperkuat sistem saraf tanggapan terhadap aspek-aspek
yang diperhatikan dan dengan melemahkan respons mensponsori orang lain (lihat Buschman,
2015; Luo & Maunsell, 2015). Mekanisme ganda ini disebut dengan push-pull mekanisme (lihat
Stevens & Bavelier, 2012). Beberapa mekanisme perhatian saraf melibatkan kejutan tingkat
plastisitas saraf. Misalnya saja lokasinya dari bidang reseptif neuron visual, yang telah
diasumsikan sebagai properti statis dari visual neu- rons, dapat digeser dengan perhatian spasial
(lihat Anton-Erxleben & Carrasco, 2013). Rekaman dari neuron di area korteks visual sekunder
monyet di aliran punggung, Wommelsdorf dan rekan (2006) menemukan bahwa bidang reseptif
dari banyak neuron bergeser menuju titik-titik dalam bidang visual di mana subjek berada
menghadiri. Demikian pula Rolls (2008) menemukan bahwa visual bersifat reseptif bidang
neuron korteks inferotemporal menyusut menjadi sedikit lebih besar dari ukuran objek yang
menjadi fokusnya

Jika Anda menyimpulkan dari penelitian di atas bahwa sebagian besar penelitian tentang
mekanisme saraf seleksi.Jika perhatian Anda terfokus pada perhatian visual, Anda akan
melakukannya benar (lihat Chelazzi dkk., 2010; Petersen & Posner,2012). Namun, ada juga
penelitian yang perlu diperhatikan,pendengaran (misalnya, Saupe et al., 2009; Shamma, Elhilali,
& Michey, 2011), beberapa estetika (misalnya, Fujiwara dkk., 2002),gustatory (misalnya,
Stevenson, 2012; Veldhuizen, Gitelman, & Kecil, 2012), dan penciuman (Veldhuizen & Small,
2011)rangsangan. Untungnya, terlepas dari rangsangan tertentu yang telah digunakan untuk
mempelajari basis perhatian saraf mekanismenya sama: Perhatian diaktifkan oleh sirkuit di
prefrontal (lihat Bichot et al., 2015; Moore & Zirnsak, 2015) dan korteks parietal (lihat Amso &
Scerif, 2015) yang meningkatkan aktivitas di sirkuit sensorik yang relevan dengan tugas dan
menekan aktivitas di sirkuit sensorik yang tidak relevan.

Anda mungkin juga menyukai