Somatosensorik
Komponen Perifer
Sistem Somatosensorik dan Sirkuit
Regulasi Perifer ...............16
Komponen Sentral
Sistem Somatosensorik .....................34
Reseptor adalah organ sensorik khusus yang merekam perubahan fisik dan kimiawi di
lingkungan eksternal dan intemal organisme dan mengubahnya (transduksi) menjadi
impuls elektrik yang akan diproses oleh sistem saraf. Organ tersebut ditemukan di
ujung perifer serabut saraf aferen. Beberapa reseptor memberikan informasi kepada
tubuh mengenai perubahan di lingkungan ekstemal sekitar (eksteroreseptor) atau
lingkungan eksternal yang jauh (telereseptor, sepefii telinga dan mata). proprio-
reseptor, seperti labirin telinga dalam, menghantarkan informasi mengenai posisi dan
pergerakan kepala pada suafu ruang, regangan otot dan tendon, posisi sendi, kekuatan
yang diperlukan untuk melakukan gerakan tefienfu, dan sebagainya. Akhimya, proses
di dalam tubuh dilaporkan oleh enteroreseptor, yang disebut juga viseroreseptor
(antara lain osmoreseptor, kemoreseptor, dan baroreseptor). Masing-masing jenis
reseptor berespons terhadap stimulus yang sesuai dan spesifik, bila intensitasnya
berada di atas ambang batas.
organ reseptor sensorik banyak terdapat di kulit tetapi juga ditemukan di daerah
fubuh yang lebih dalam dan di visera.
16
Slsfem Somafosenso/k I
Resepfor di kwlit
Sebagian besar reseptor di kulit adalah eksteroreseptor. Reseptor ini terbagi menjadi
dua kelas; (l) ujung sarafbebas dan(2) ujung organ berkapsul.
Ujung organ berkapsul yang berdiferensiasi kemungkinan sangat berperan pada
mediasi modalitas sensorik epikritik seperti raba halus, diskriminasi, getar, tekanan,
dan sebagainya, sedangkan ujung saraf bebas memediasi modalitas protopatik seperti
nyeri dan suhu. Namun, bukti mengenai perbedaan fungsi ini belum lengkap (lihat di
bawah).
Berbagai organ reseptor pada kulit dan stmktur penunjangnya digambarkan pada
Gambar 2.1, termasuk mekanoreseptor (untuk raba dan tekan), termoreseptor (un-
tuk hangat dan dingin), dan nosiseptor (untuk nyeri). Reseptor-reseptor ini terutama
terletak dizona antara epidermis danjaringan ikat. Jadi kulit dapat dianggap sebagai
organ sensorik yang meliputi seluruh tubuh.
11,irli1,iix ij'.i:,-rii f rirl' l"iioi:,;,;l"i Ujung saraf peritrikial di sekitar folikel rambut ditemukan
di seluruh area kulit yang berambut dan diaktivasi oleh pergerakan rambut. Sebaliknya,
korpuskel taktil Meissner hanya ditemukan pada kulit yang tidak berambut, terutama
pada telapak tangan dan kaki, juga pada bibir, ujung lidah, dan genital, dan memberikan
respons terbaik terhadap raba dan tekanan ringan. Korpuskel Vater-Pacini berlapis
(korpuskel facini) ditemukan pada lapisan kulit yang lebih dalam, terutama di daerah
antara kutis dan subkutis, serta memediasi sensasi tekanan. Ujung bulbus Krause
sebelumnya dianggap sebagai reseptor dingin, sedangkan korpuskel Ruffini dianggap
sebagai reseptor hangat, tetapi saat ini fungsi keduanya masih diragukan. Ujung saraf
bebas diketahui dapat menghantarkan informasi mengenai panas dan dingin, serla
posisi. Di kornea, misalnya, hanya terdapat ujung saraf bebas yang berfungsi untuk
menghantarkan informasi mengenai semua modalitas sensorik ini. Selain jenis reseptor
yang diuraikan secara spesifik di sini, terdapat pula berbagai reseptor lain di kulit dan
di organ lain yang fungsinya masih belum jelas.
i, liir ':ir,l :;;rr':r l'iii:'r';,, (Gambar 2.1) ditemukan di celah antara sel epidermal, dan kadang
juga ditemukanpada sel yang lebih spesial yang berasal dari sel saraf, seperti diskus
taktil Merkel. Namun, ujung saraf bebas tidak hanya terdapat di kulit, tetapi hampir di
seluruh organ tubuh, untuk menghantarkan informasi nosiseptif dan suhu yang ber-
kaitan dengan cedera selular. Diskus Merkel terutama terletak di bantalan jari dan
berespons terhadap raba dan tekanan ringan.
Gambar 2.1 Reseptor somatosensorik di kulit. a. Ujung saraf bebas (nyeri, suhu). b. Diskus
taktil Merkel. c. Ujung saraf peritrikial di sekitar folikei rambut (raba). d. Korpuskel taktil
Meissner. e. Korpuskel Vater-Pacini (tekanan, getar)" f. Ujung bulbus Krause (dingin?).
g. Korpuskel Ruffini (hangat?)
Gambar 2.2 Resepior di otot, tendon, dan fasia. a. Ujung anulospiral splndel otot (regang) b.
Organ tendon Golgi (tegangan). c. Korpuskel Golgi-Mazzoni (tekanan)
Kedua ujung frasing-masing spindel, yang terdiri dari jaringan ikat, terfksasi di dalam
jaringan ikat di antara fasikulus otot, sehingga mereka bergerak bersamaan dengan
gerakan otot. Serabut saraf aferen yang disebut ujung anulospiral atau ujung primer
menyelubungi bagian tengah spindel otot. Serabut aferen ini memiliki selubung mielin
yang sangat tebal dan termasuk kelompok serabut saraf yang paling cepat meng-
hantarkan informasi pada tubuh, yang disebut serabut Ia. Untuk rincian lebih lanjut,
lihat hlm. 25 (refleks otot monosinaptik intrinsik; refleks polisinaptik).
Slsfem Somafo sensorik I t9
{}r5:**a t*-'lllr}*ra ti*lgi terdiri dari ujung saraf yang halus, berasal dari percabangan
serabut saraf yang bermielin tebal, yang mengelilingi sekelompok serabut tendon
berkolagen. Organ ini melekat di kapsul jaringan-ikat, terletak di taut antara tendon
dan otot, dan berhubungan secara serial dengan serabut saraf di sekitarnya. Seperti
spindel otot, organ ini berespons terhadap regangan (mis., tegangan), tetapi pada am-
bang batas yang lebih tinggi (lihat Gambar 212,h1m.30).
$tesr:g:f*r i*:;'iis Iniru. Selain spindel otot dan organ tendon Golgi, jenis reseptor di
jaringan yang dalam meliputi korpuskel Vater-Pacini berlapis dan korpuskel Golgi-
Mazzoni serta ujung saraf terminal lainnya yang memediasi tekanan, nyeri, dan lain-
lain.
s*ref, peri-t'e n'" Potensial aksi yang terbentuk di salah satu jenis organ reseptor yang
diuraikan di atas dihantarkan ke arah sentral di sepanjang serabut saraf aferen, yang
merupakan penonjolan perifer neuron somatosensorik perlama, yang badan selnya
terletak di ganglion radiks dorsalis (lihat di bawah). Serabut aferen dari area tubuh
tertenfu berjalan bersamaan di susunan saraf tepi; saraf tersebut tidak hanya me-
ngandung serabut untuk sensasi superfisial dan dalam (serabut aferen somatik),tetapi
juga serabut eferen ke otot lurik (serabut eferen somatik) dan serabut yang memper-
sarafi organ internal, kelenjar keringat, dan otot polos pembuluh darah (serabut aferen
viseral dan serabut eferen viseral). Serabut (akson) semua jenis tersebut bergabung
bersama di dalam rangkaian selubung jaringan-ikat (endoneurium, perineurium, dan
epineurium) untuk membentuk "kabel saraf' (Gambar 2.3). Perineurium juga me-
ngandung pembuluh darah yang menyuplai saraf (vasa nervorum).
9;6ekFiris s;*r'';r{" slall i"l+r"lii.q-s n:als'rrrri*r. Ketika saraf perifer masuk ke kanal spinalis
melalui foramen intervertebrale, serabut aferen dan eferen berjalan terpisah: saraf
perifer terbagi menjadi dua "sumber", radiks spinalis anterior dan posterior (Gambar
2.4). Radiks anterior terdiri dari serabut saraf eferen yang keluar dari medula spinalis,
sedangkan radiks posterior mengandung serabut saraf aferen yang memasuki medula
spinalis. Namun, transisi langsung dari sarafperifer ke radiks spinalis dapat ditemukan,
meskipun hanya di daerah torakal. Pada tingkat servikal dan lumbosakral, terdapat
pleksus saraf yang berada di antara saraf perifer dan radiks nervi spinalis (pleksus
servikalis, pleksus brakialis, pleksus lumbalis, dan pleksus sakralis). Di pleksus ini,
yang terletak di luar kanalis spinalis, serabut aferen sarafperifer terdistribusi ulang
sehingga serabut dari masing-masing saraf akhirnya bergabung dengan nenus spinalis
di berbagai level segmental (Gambar 2.5). (Secara analogi, serabut motorik sebuah
radiks saraf segmental berjalan ke beberapa saraf perifer; lihat Gambar 2.5 dan hlm.
87 Bab 3). Serabut aferen yang terdistribusi ulang kemudian memasuki medula
spinalis pada level yang berbeda-beda dan berjalan naik menempuh jarak yang berbeda
di medula spinalis sebelum membentuk kontak sinaps dengan neuron sensorik kedua,
-
1..
71.'/.4r'
1,./2.y'2
Perineurium
'- Epineurium
yang dapat terletak di atau dekat segmen pintu masuk serabut aferen atau, pada
beberapa kasus, setinggi batang otak. Dengan demikian, secara umum serabut saraf
perifer terdiri dari serabut dari beberapa segmen radikular; hal ini berlaku untuk
serabut aferen dan eferen.
.Ji;:.ilr",i 'i;',"1.i1,'r:r;'; ;',:.lrd,i!l,r' l;;ll:,,:til,i l.ir.:r:, -,:i,:':!'\ ';i;i!:i.i!:\ SeCafa kgSelUfUhan, ada 31
pasang nervus spinalis; masing-rnasing neruus spinalis terbentuk oleh pertautan antara
radiks anterior dan posterior di dalam kanalis spinalis. Penomoran nervus spinalis
berdasarkan korpus vertebrae (Gambar 2.4). Meskipun hanya terdapat tujuh vertebra
servikalis, ada delapan pasang nelnus spinalis, karena nervus spinalis teratas keluar
(atau masuk) ke kanalis spinalis tepat di atas vertebra servikalis I. Dengan demikian,
nervus servikalis peftama (C1), keluar dari kanalis spinalis di antara os oksipitalis dan
vertebra servikalis I (atlas); saraf servikal lainnya, hingga C7, keluar di atas nomor
veftebra yang sesuai; dan C8 keluar di antara veftebra servikalis VII (terbawah) dan
vertebra torakalis I. Pada tingkat torakal, lumbal, dan sakral, masing-masing saraf
spinalis keluar (atau masuk) ke kanalis spinalis di bawah nomor vertebra yang sesual.
Dengan demikian, pada bagian ini jumlah pasangan saraf spinalis sesuai dengan
jumlah vertebranya (12 torakal, 5 lumbal, dan 5 sakral) (Gambar 2.4). Akhirnya,
terdapat sepasang nervus koksigeus (atau kadang-kadang lebih dari sepasang).
berkaitan dengan modalitas somatosensorik yang berbeda berasal dari berbagai jenis
reseptor perifer dan dihantarkan ke arah sentral melalui kelompok serabut aferen yang
terpisah, yang secara spasial tersusun di radiks dorsalis dengan pola yang khas. Seperti
yang terlihat pada Gambar 2.15 (hlm 35), serabut saraf yang bermielin paling tebal
Slstem Somafosensodk 21
I
trl
E
E
tir/
EFI
@
q,
a
J
I
dan berasal dari spindel otot, berjalan ke bagian medial radiks; serabut ini berperan
untuk propriosepsi. serabut yang berasal dari organ reseptor, yang menghantarkan
sensasi sentuh, getaran, tekanan, dan diskriminasi, berjalan di bagian sentral radiks,
dan serabut sarafkecil dan bermielin tipis yang menghantarkan sensasi nyeri dan suhu
berjalan di bagian lateral.
22 | Oragnosrs Topik Neurologi Duus
Radiks
(Radiks posterior)
Medula
spinalis Saraf perifer Dermatom
+
Radiks Pleksus Saraf perifer
Segmen (radiksanterior)
radikular Miotom
Gambar 2.5 Redistribusi serabut saraf aferen dan eferen di pleksus saraf. Serabut sensorik
yang terdapat di sebuah saraf perifer terdistribusi ke beberapa radiks dorsalis nervus spinalis,
dan secara analogis, serabut motorik sebuah radiks terdistribusi ke beberapa saraf perifer.
a. Di perifer, serabut sensorik sebuah segmen radikular bersatu lagi untuk mempersarafi regio
segmental kulit yang khas (dermatom). b. Saraf radikular dan perifer mempersarafi otot;
masing-masing otot dipersarafi oieh sebuah saraf tepi, yang umumnya mengandung serabut
dari beberapa radiks (sehingga disebut persarafan poliradikular atau plurisegmental).
Defisit sensorik akibat lesi saraf tepi. Mudah diketahui mengapa sebuah lesi yang
mengenai pleksus saraf atau saraf perifer menimbulkan defisit sensorik yang sangat
berbeda dibandingkan dengan lesi radikular. Karena lesi pleksus biasanya lebih
menunjukkan defisit motorik, kami akan membahas lebih lanjut mengenai lesi pleksus
pada bab berikut yaitu sistem motorik (hlm. 87).
-
n. oftalmrkus
n. maksilafls n. tngemrnus
n. mandibularis
C7
Gambar 2.6 Persarafan segmental kulit (dari Hansen-Schliack). a. Tampak anterior. b. Tampak
posterior.
Ketika terjadi cedera pada saraf tepi, serabut yang berada di dalamnya, yang
berasal dari beberapa radiks, tidak dapat bergabung kembali di perifer dengan serabut
yang berasal dari radiks yang sama tetapi milik saraf tepi lainnya-dengan kata lain,
serabut pada saraf yang cedera tidak dapat mencapai dermatomnya lagi. Sehingga
defisit sensorik yang terjadi memiliki distribusi yang berbeda dari defisit dermatom
yang terjadi pada cedera radikular (Gambar 2.8). Selain itu, area kutaneus yang
dipersarafi oleh sebuah saraf perifer tumpang-tindih lebih sedikit dibandingkan area
yang dipersarafi oleh radiks yang berdekatan. Dengan demikian, defisit sensorik
akibat lesi sarafperifer lebih mudah terlihat daripada akibat lesi radikular.
Slslem somarosensonk I
ketika serabut tersebut be4alan naik dari medula spinalis dan menuju otak Namun"
sebelum membahasnya, kami akan menjelaskan mengenai fungsi beberapa sirkuit
regulasi perifer yang penting. Meskipun topik bab ini adalah sistem sensorik, dalam
batas-batas tertentu, pembahasan tidak hanya mengenai bagian aferen (sensorik) dari
sistem regulasi ini, tetapi juga bagian eferennya akan sangat berguna.
30), serabut al'eren yang berdiameter besar yang berasal dari spindel otot membentuk
banyak cabang terminal segera setelah masuk ke medula spinalis; beberapa cabang ini
membuat kontak sinaptik langsung dengan neuron di substansia grisea kornu anterius
Neuron-neuron tersebut kemudian menjadi awal serabut eferen motorik, dan dengan
demikian disebut sel motorik kornu anterius. Neurit eferen keluar dari medula
spinalis melalui radiks anterior dan kemudian berjalan. di sepanjang saraf perifer. ke
otot-otot rangka.
Jadi, lengkLrng saraf terbentuk dari otot rangka ke medula spinalis dan kembah
lagi, tersusun dari duz neuron nrllrou sensorik aferen dan neuron motorik eferen-
Lengkung irri nrenrbentuk lengkung refleks rlonosinaptik sedcrharra. Karena lengkung
26 I Oragnosls Topik Neurologi Duus
N. oftalmikus ) N. oftalmikus
N. mandibularis | ,. u'n"r,nu. N. oksipitalis major
N. maksilaris ) N. oksipitalis minor
N. aurikularis maqnus
N. aurikularis magnus Rami dorsales
N. transversus servikalis Nn. seruikales
Nn. Supraklavikulares Nn. Supraklavikularis
Rami ventrales nn
torasici
- Rami lateraiis
Rami dorsales nn. thoracici
N. aksillaris
Rami kutanei laterales nn
interkostales
N. interkostobrachialis -
-N. kutaneus
brachii posterior
N. kutaneus brachii medialis
N. kutaneus antebrachii posterior
kutaneus antebrachii
N kutaneils
antebrachii medialis
:- N. Radialis
N. Ulnaris
N. l\4edianus
strikus
N. lliohipogastricus nn. glutei
N. Genitofemoralis
Rami dorsales
N. llioinguinaiis Nn. Lumbales
N. Obturatorius Rami sakrales
Nn. Sakrales
N. kutaneus femoris lateraiis
N. kutaneus femoris posterior
N. Femoralis
N. Peroneus (fibularis) komunis
N. peroneus (fibularis) superficialis -- -
\
N Safenos
N Suralis
N. Safenus
N. peroneus
N. plantaris lateralis
(fibuiaris)
N. plantaris medialis
profundus
N. oksipitalis minor C2
Gambar 2.8. Persarafan kulit oleh
N. aurikularis magnus C2-C3 saraf perifer. a. Tampak anterior.
N. transversus servikales C2-C3
b Tampak posterior.
c. Area yang dipersarafi oleh tiga
divisi nervus trigeminus dan oleh
nervus kutaneus servikalis_
dimulai dan berakhir pada otot yarTg sama, refleks yang berkaitan disebut refleks otot
intrinsik (atau propriosepti|.
Lengkung refleks monosinaptik demikian menjadi dasar neuroanatomi untuk regu-
lasi panjang otot (lihat di bawah).
-
$t*f{rhs ft'*ks*r g:a+flirill;aptii< Lengkung refleks lain yang penting adalah refleks
fleksor polisinaptik, suatu refleks protektif dan hindar (flight) yang dimediasi oleh
banyak interneuron dan oleh sebab itu disebut polisinaptik.
Ketika jari menyentuh benda panas, tangan akan ditarik kembali dengan sangat
cepat, sebelum terasa nyeri. Potensial aksi yang muncul di reseptor kulit (nosiseptor)
untuk refleks ini berjalan melewati serabut aferen ke substansia gelatinosa medula
spinalis, kemudian dihantarkan melalui sinaps ke dalam berbagai jenis sel yang
dimiliki oleh aparatus neuronal intrinsik medula spinalis (interneuron, neuron asosiasi,
dan neuron komisural). Beberapa sel tersebut-terutama neuron asosiasi mem-
proyeksikan prosesusnya ke berbagai level spinal, ke atas maupun ke bawah, yang
disebut fasikulus proprius (Gambar 2.9). Setelah melewati beberapa sinaps, impuls
eksitatorik akhirnya mencapai neuron motorik dan berjalan di sepanjang akson eferen
ke radiks ner!'us spinalis, saraf perifer, dan otot, menimbulkan kontraksi otot yang
menarik tangan kembali dari benda panas tersebut.
Neuron funikularis
Zona Lissauer
Neuron
komisural
Neuron
asosrasr
lnterneuron
Neuron motorik
28 | Oiagnos/s Topik Neurologi Duus
Jenis refleks ini memerlukan koordinasi kontraksi beberapa otot, yang harus
berkontraksi pada urutan yang benar dan dengan intensitas yang tepat, sedangkan otol
lainnya (otot antagonis) harus berelaksasi pada saat yang tepat. Aparatus neuronal
intrinsik medula spinalis merupakan jaringan sel yang saling berhubungan sepertr-
komputer sehingga membuat proses ini dapat terjadi.
Pada situasi paradigmatik lain, menginjak batu yang tajam akan membentuk
impuls nosiseptif yang memicu serangkaian kejadian yang kompleks, tetapi tidak
bervariasi (Gambar 2.10): tungkai yang nyeri akan terangkat oleh fleksi pinggul, lutut,
dan pergelangan kaki, sedangkan tungkai sisi lain akan terekstensi sehingga orang
tersebut dapat berdiri pada kaki sisi ini saja (refleks ekstensor silang). Redistribusi
berat badan secara tiba-tiba tidak menyebabkan orang tersebut jafuh, karena segera
terkompensasi oleh refleks kontraksi otot badan, bahu, lengan, dan leher, yang mem-
pertahankan postur tubuh yang tegak. Proses ini memerlukan banyak komunikasi
sinaps antar neuron yang berbeda di medula spinalis, dengan parlisipasi batang otak
dan serebelum secara simultan. Seluruh rangkaian ini terjadi hanya dalam sepersekian
detik; hanya setelahnya seseorang merasakan nyeri, melihat apa yang menyebabkan
nyeri, dan memeriksa apakah terjadi cedera pada kaki.
Refleks monosinaptik dan polisinaptik merupakan proses yang tak disadari dan
terutama teqadi di medula spinalis, tetapi contoh terakhir menunjukkan bahwa kom-
ponen SSP yang lebih tinggi sering teraktivasi pada waktu yang sama, mis., untuk
mempertahankan keseimbangan (seperti pada contoh).
(panjang) dan tegangan. Dua modalitas yang berbeda ini dideteksi oleh dua jenis
serabut intrafusal yang berbeda, yang disebut serabut kantong inti (nuclear bagfiber)
dan serabut rantai inti (nuclear chain fiber) (Gambar 2.1 I dan 2.12). Serabut untuk
kedua jenis ini secara khas lebih pendek dan lebih tipis dibandingkan serabut otot
ekstrafusal. Kedua jenis serabut intrafusal tersebut digambarkan secara terpisah untuk
alasan pembelajaran pada Gambar 2.11 dan 2.12, tetapi pada kenyataannya, serabut
rantai inti yang lebih pendek dan lebih tipis menempel langsung pada serabut kantong
inti yang lebih panjang. Spindel otot umumnya terdiri dari dua serabut kantong inti
dan empat atau lima serabut rantai inti. Di bagian tengah serabut kantong inti, serabut
otot intrafusal melebar untuk membentuk kantong yatg mengandung sekitar 50
nuklei, yang diselubungi oleh jaringan serabut saraf sensorik yang dikenal sebagai
ujung anulospiral atau primer (dari bahasa Latin annulu^r, cincin). ujung spiral ini
bereaksi sangat sensitif terhadap regangan otot, terutama mendeteksip erubahan pada
panjang otot; dengan demikian serabut kantong inti merupakan reseptor regangan.
Sebaliknya, serabut rantai inti terutama mendeteksi keadaan regangan otot yang
persisten, dengan demikian merupakan reseptor tegangan.
30 | Diagnosis Topik Neurologi Duus
I nput Traktus
sentral piramidalis
i
I
Serabut Ia
'l.,.rra4::1
Serabut 0
Serabut c,
Serabut 1:
Neuron motorik 02
ffetrn*lih:rnllian Fmtit.il13ilgt {}d{}t F'fittfi i{.i*msf ;,*n. Serabut otot ekstrafusal memiliki panjang
tertenfu saat istirahat; organisme selalu mencoba mempertahankannya unfuk tetap
konstan. Bila otot diregangkan melebihi panjang ini, spindel otot ikut teregang
Sistem Somafo sensorik I tt
bersama otot tersebut. Keadaan ini mencetuskan potensial aksi di ujung anulospiral,
yang berjalan sangat cepat di dalam serabut aferen Ia dan kemudian dihantarkan
melewati sinaps ke neuron motorik di kornu anterius medula spinalis (Gambar 2.11).
Neuron motorik yang tereksitasi menembakkan impuls yang berjalan di dalam serabut
eferen o1 berdiameter besar dengan kecepatan yang sama dengan sebelumnya kembali
ke serabut otot ekstrafusal yang bekerja, menyebabkan otot berkontraksi kembali ke
panjang sebelumnya. Setiap regangan otot mencetuskan respons ini.
Dokter menguji keutuhan sirkuit regulasi dengan kefukan cepat pada tendon otot,
mis., tendon patela untuk mencetuskan refleks quadriceps femoris (knee-j erk).Regang-
an otot yang terbentuk mengaktifkan lengkung refleks monosinaptik. Refleks otot
intrinsik memiliki nilai penting untuk penentuan lokalisasi pada neurologi klinis
karena lengkung refleks untuk otot tertentu hanya menempati satu atau dua segmen
radikular medula spinalis yang berdekatan; dengan demikian, temuan refleks yang
abnormal memungkinkan dokter untuk menyimpulkan level segmen lesi radikular
atau lesi spinalis yang mendasarinya. Refleks otot intrinsik yang lebih penting di
praktek klinis, cara mencetuskannya, dan segmen yang berperan dalam lengkung
refleks tersebut diperlihatkan pada Gambar 2.13. Harus disadari bahwa pencetusan
refleks otot intrinsik secara klinis merupakan kejadian yang disengaja: regangan otot
singkat seperti yang dihasilkan saat mengetuk palu refleks jarang terlihat pada
kehidupan sehari-hari.
l?r''"1fu*s rsft**.ed?.{+; /,if{rJ {dd;1r:{I,tjr.}rr*:s. Refleks kontraksi otot yang teregang untuk mem-
pertahankan panjang yang konstan senantiasa disertai oleh refleks relaksasi otot
antagonisnya. Sirkuit regulasi seperti ini dimulai dari spindel otot. Serabut rantai inti
pada banyak spindel otot mengandung ujung sekunder yang disebut flower-spray
endings selain ujung primer (anulospiral) yang telah didiskusikan di atas. Ujung
sekunder ini bereaksi terhadap regangan seperli halnya ujung primer, tetapi impuls
aferen yang terbentuk berjalan menuju sentral di dalam serabut II, yang lebih tipis
dibandingkan dengan serabut Ia yang berhubungan dengan ujung primer. Impuls
tersebut kemudian dihantarkan melalui intemeuron spinal untuk membentuk inhibisi
murni-sehingga menimbulkan relaksasi-pada otot-otot antagonis (inhibisi anta-
gonis resiprokal, Gambar 2.14).
i1"H+:m+::r.+t+rh;;+r"* u*ilil.i er;rJ:,*{ p*l*i*n** *{u"t, Ada sistem motorik khusus yang fungsinya
adalah untuk menentukan nilai target yang dapat disesuaikan di sirkuit regulasi untuk
pary'ang otot.
Seperti yang terlihat pada Gambar 2.17, kornu anterius medula spinalis tidak
hanya mengandung neuron motorik o yang besar, tetapi juga neuron motorik y yang
lebih kecil. Sel tersebut memproyeksikan aksonnya (serabut y) ke serabut intrafusal
berstriata yang kecil di spindel otot. Eksitasi oleh serabut y mencetuskan konstraksi
serabut otot intrafusal pada salah satu ujung spindel otot. Hal ini menimbulkan
regangan padabagian tengan spindel sehingga menyebabkan ujung anulospiral men-
cetuskan potensial aksi yang akibatnya meningkatkan tegangan pada otot yang sedang
bekerja.
Motor neuron y dipengaruhi oleh beberapa jaras motorik desendenss, termasuk
traktus piramidalis, traktus retikulospinalis, dan traktus vestibulospinalis. Jaras-jaras
-
U3
LO
Lb
C7
N. Radialis
Triseps
S1
S2
Refleks triseps
surae (reflek s
Achilles.
' knee-jerk reflex\ ankle-jerk refler l
tersebut beker.la sebagai perantara untuk mengontrol tonus otot oleh pusat motorik
yang lebih tinggi, yang jelas merupakan aspek penting pada pergerakan volunter.
Serabut eferen y memungkinkan kontrol gerakan volunter secara tepat dan juga
Slstemsomatosensorlk I 33
Reseptor
anulospiral
Neuron motorik
Kontraksl
agonis
\\r
\\ ,'
\\\ |
ri/
\i
\i \
/'
Gambar 2.14 Refleks monosinaptik dengan inhibisi polisinaptik pada otolotot antagonis
mengatur sensitivitas reseptor regang. Ketika serabut otot intrafusal berkontraksi dan
meregangkan bagian tengah spindel otot, ambang batas reseptor regang diturunkan,
sehingga reseptor tersebut hanya memerlukan regangan otot yang jauh lebih sedikit
untuk diaktivasi. Pada kondisi normal, panjang otot target yang harus dipertahankan
secara otomatis diatur oleh persarafan fusimotor (y) otot.
Jika reseptor primer (serabut kantong inti dengan ujung anulospiral) dan reseptor
sekunder (serabut rantai inti denganfiower-sprq) endings) keduanya teregang per-
lahan-lahan, respons reseptor spindel adalah statis, tidak berubah seiring perjalanan
waktu. Sebaliknya, jika reseptor primer teregang dengan sangat cepat, terbentuk
respons yang dinamis (cepat berubah). Respons statis dan dinamis ini dikontrol oleh
neuron y eferen.
'\*rir'*r",vrir?#frlr-rir";-j,sdcdliird;rrur./rrru+epr,r.'i Didugaadaduajenisneuronmotoriky,dinamis
dan statis. Neuron motorik dinamis terutama mempersarafi serabut kantong inti intra-
fusal, dan neuron motorik statis terutamapada serabut rantai inti intrafusal. Eksitasi
34 | Oragnosrs Topik Neurotogi Duus
pada serabut kantong inti oleh neuron y dinamis mencetuskan respons dinamis yang
kuat yang dimediasi oleh ujung anulospiral, sedangkan eksitasi serabut rantai inti oleh
neuron y statis mencefuskan respons tonik yang statis.
lsr$ils *"!tt;)f. Setiap otot memiliki derajat tonus tefientu, bahkan pada keadaan relak-
sasi maksimal (istirahat). Pada pemeriksaan klinis neurologis, dokter menilai tonus
otot dengan mengevaluasi tahanan terhadap gerakan pasifpada anggota gerak (misal-
nya, fleksi dan ekstensi).
Kehilangan tonus otot secara total dapat dihasilkan secara eksperimental dengan
melakukan transeksi pada semuaradiks anterior atau, mungkin yang lebih mengejutkan,
adalah dengan melakukan transeksi pada semua radiks posterior. Dengan demikian,
tonus pada saat istirahat bukan merupakan sifat otot itu sendiri, tetapi dipertahankan
oleh lengkung refleks yang dibahas di bab ini.
y#its.q' 6?$Fl e?r*o:lrdreEr
.,4r/,ra;*f*"sd tr;r*m'r*"vl ddgl$ g"ud"r'€,*1*rrft**r, Tubuh manusia terus-
menerus menjadi subjek di lapangan gravitasi bumi. Ketika seseorang berdiri atau
berjalan, otot-otot anti-gravitasi harus diaktivasi (antara lain m. quadriceps femoris,
ekstensor tubuh yang panjang, dan otot servikal) untuk menjaga agar tubuh tetap
tegak.
Ketika mengangkat benda yang berat, tonus yang secara normal terjadi di m.
quadriceps femoris tidak cukup lagi untuk membuat tubuh tetap tegak. Tekukan pada
lutut hanya dapat dihindari dengan meningkatkan tonus m. quadriceps secara cepat,
yang terjadi sebagai hasil refleks intrinsik tonik yang dicetuskan oleh regangan otot
dan spindel otot di dalamnya. Mekanisme umpan-balik atau servomekanisme ini
memungkinkan adaptasi otomatis tegangan otot terhadap beban yang diberikan.
Sehingga, ketika seseorang berdiri, berjalan, atau mengangkat benda, potensial aksi
secara konstan dihantarkan bolak-balik untuk memastikan pemeliharaan tegangan
otot dalam jumlah yang cukup.
medula spinalis di dorsal root entry zone (DREZ; disebut juga zona Redlich-
Obersteiner) dan kemudian membentuk banyak kolateral yang membuat kontak sinaps
dengan neuron lain di medula spinalis. Serabut yang menghantarkan modalitas sen-
sorik yang berbeda menempati posisi yang juga berbeda di medula spinalis (Gambar
2.15). Penting untuk diingat bahwa selubung mielin semua serabut aferen menjadi
semakin tipis ketika serabut tersebut melewati root entry zone dan memasuki kornu
posterius. Jenis mielin berubah dari perifer ke sentral, dan sel-sel yang membentuk
mielin bukan lagi sel Schwann, tetapi oligodendrosit.
Jaras serabut aferen medula spinalis yang menghantarkan suatu modalitas somato-
sensorik tersendiri (Gambar 2.16) akan dibahas secara terpisah.
Slsfem Somafosensonk | 35
N
'- o
;,rl'f .q
o !l,i': C ?L
G
! !
o o
o i*doF
o l
o [,6" c u o E c
q," o c
c o l-lgi o E (!
'-:
G o ii+li.
"*dl -c d v != o
6 U)
'- .a ;trt]j !l ii
o
G 6 lilii Y' : {$(h v a G
o o :iIili o : *6- o
! !
o o ,Hr +i Y
o o = c
o o
c c ,rfr
:&;-:
6i d!-
&: th
o
!
'd 'd = qi
.A-_6
1.S! ; O !ts *6 o
@ rti.!:' t*($
f,
= H{ o N
g o 'nl,o-5
F F q)
'-
o o
o o
E c(E
f
c
G
€
6! o o
'c
cd)
a c)
a
oo
l<o o
o-
o
:
!
(E
'-
!
-o
aa
'cc
OO
(a Ea
:=
tr!
f^ .
^l=
o
=o
6O
o(5
6; oll@
'6 (9- Ytr
6- l@g
olGo
olt! a;;
:o _l
oc rlf-
cO
Cl:F 6 .c6
ll:lo
.!6 -Yl 6 c
If "ro
AC
ulo j (n fL
Fo *(E
l
I
F(E
€o
o=
fo_
-Aa
So
o=
@ v/!
@ogA
o G
pq.9; !oo coo =E
AC
' goo o o
LU
OF o{
oo c
'o
o o
c
'a
:
f
E
IE
(\c
6 6-- O L(5
;-> o
a
@ 6.2 aC
l
o =
i5c
tr(E
;!d)
o o i o= G=
F o F
G
F @!
'F o5
Melalui velunr
medularesu H
Neuron ketiga
peflor ,.
Traktus spinosere
belaris anterior,
neuron kedua
Traktus spinosere-
Neuron kedua
s posterior
' fis.- : Nukleus
Neuron kedua
1\ l.lI" grasilis dal
Fasikulus
grasllls .t
Nukleus torasikus nukleus
(kolumna Clarke, kuneatus
nukleus Stilling)
Neuron pertama
Traktus
spinotalamikus -.-' \ Nerron kedua
anterior
--
Neuron kedua
Neuron
pertama
c Persepsi raba kasar dan tekan d Nyeri dan suhu fiuga sensasi
geli, gatal, dan sensasi seksual)
Gambar 2.16 TrBktus serabut utama medula spinalts dan modalitas sensorik yang
dihantarkannya. a" Traktus spinoserebelaris anterior dan posterior. b. Funikulus posterior
(kolumna posterior) c" Traktus spinotalamikus anterior. d. Traktus spinotalamikus lateralis.
dengan neuron motorik o yang besar di komu anterius medula spinalis (lengkung
refleks monosinaptik, Gambar 2.15 dan 2.11). Serabut kolateral lain yang muncul
setingkat vertebra torakal, lumbal, dan sakral berakhir di nukleus berbentuk-tabung
yang terdapat di dasar komu posterius setinggi vertebrae C8 L2, yang memiliki nama
yang bervariasi, antara lain kolumna sel intermediolateralis, nukleus torasikus,
kolumna Clarke, dan nukleus Stilling. Neuron pasca-sinaps kedua dengan badan sel
yang terletak di nukleus ini merupakan asal traktus spinoserebelaris posterior, yang
serabutnya merupakan salah safu serabut penghantar impuls tercepat di seluruh tubuh.
Traktus spinoserebelaris posterior berjalan ke atas di dalam medula spinalis sisr
ipsilateral di bagian posterior funikulus lateralis dan kemudian berjalan melalui
pedunkulus serebelaris inferior ke v ermis c ere b eri (hlm. 225, Gambar 2. I 6 a dan 2. I 7 ).
Serabut aferen yang muncul setingkat vertebra servikalis (yaitu di atas level kolumna
sel intermediolateralis) berjalan di dalam fasikulus kuneatus untuk membuat sinaps
dengan neuron kedua yang sesuai di nukleus kuneafus asesorius medulae (Gambar
2.17), dan serabut yang keluar berjalan naik ke serebelum"
'$i-:lio,$q"i.q
sn:ir-T*ser*ileE*x"is issit{ii';{}i'. Serabut aferen la lain yang memasuki medula
spinalis membentuk sinaps dengan neuron funikularis di kornu posterius dan di bagian
sentral substantia grisea medula spinalis (Gambar 2.15, 2.16a, dan 2.17). Neuron
kedua ini, yang ditemukan setingkat segmen vefiebra lumbalis bawah, merupakan sel
asal traktus spinoserebelaris anterior, yang berjalan naik di dalam medula spinalis
baik di sisi ipsilateral maupun kontralateral dan berakhir di serebelum. Kebalikan
dengan trakfus spinoserebelaris posterior, traktus spinoserebelaris anterior menyilang
di dasar ventrikel ke empat ke otak tengah dan kemudian berbelok ke arah posterior
untuk mencapat vermis cerebeli melalui pedunkulus serebelaris superior dan velum
medulae superius. Serebelum menerima input proprioseptif aferen dari semua regio
tubuh; kemudian, output eferen polisinaptiknya memengaruhi tonus otot dan koor-
dinasi kerja otot-otot agonis dan antagonis (otot sinergistik) yang berperan saat berdiri,
berjalan, dan semua gerakan lain. Dengan demikian, selain sirkuit regulasi yang lebih
rendah di medula spinalis itu sendiri, yang telah dibahas pada bagian sebelumnya.
sirkuit fungsional yang lebih tinggi unhrk regulasi gerakan ini juga melibatkan.laras
lain, jaras non-piramidal dan neuron motorik a dan y. Semua proses tersebut terjadi
tanpa disadari.
Kolumna Posterior
Kita dapat merasakan posisi tungkai kita dan merasakan derajat tengangan ototnya
Kita dapat merasakan berat badan yang bertumpu pada telapak kaki (yi, "kita me-
rasakan lantai di bawah kaki kita"). Kita juga dapat mengenali gerakan sendi. Dengan
demikian, setidaknya beberapa impuls proprioseptif mencapai kesadaran. lmpuls
tersebut berasal dari reseptor di otot, tendon, fasia, kapsul sendi, dan jaringan ikat
(korpuskuius Vater-Pacini dan korpuskulus Golgi-Mazzoni), sefia reseptor kulit
Serabut aferen yang menghantarkannya adalah prosesus neuron pseudounipolar bagi
an distal di ganglion spinale. Prosesus bagian sentral sel-sel ini kemudian berjalan
naik di dalam medula spinalis dan berakhir di nuklei kolumna posterior di medula
yang lebih rendah (Gambar 2.16b dan 2.17).
g8 | Oiagnosis Topik Neurologi Duus
Traktus spinosere- td
lo-
belaris posterior I aE
l.9-
Traktus
spinoserebelaris I E^
) LE
anterior
Lemniskus Serat arkuata eksternal dorsalis
medialis
Nukleus grasilis dan nukleus kuneatus
Nukleus kuneatus asesorius
Traktus
spinosere-
belaris ,e*i*Eq* ii.;1,
r:*,
anlerior bd!68,f_€{ii{i,kU
a@sftFqffi.:l
(reseptor kulit,
Traktus
Neuron reseptor otot dan
spinota-
pertama tendon, korpuskulus
lamikus
Vater-Pacini)
anterior
' ' Titfanatl;:rdba:
i (ujung-ujung saraf
I peritrikial dan
.' berbagai reseptor
kulit)
-'. Nyeri, suh{' .
Gambar 2.17 Medula spinalis dengan jaras asenden dan kelanjutan perjalanannya ke struktur
target di serebrum dan serebelum (gambaran skematik).
Slsfem Somafo sensorik I t,
Gambar 6.4, hlm. 237). Di sini serabut tersebur membentuk kontak sinaptik dengan
neuron ketiga, yang kemudian membentuk traktus talamokortikalls; traktus ini ber-
jalan naik melalui kapsula interna (bagian posterior traktus piramidalis) dan melalui
korona radiata ke korteks somatosensorik primer di girus post-sentralis. Organisasi
somatotropik jaras kolumna posterior tetap terjaga dari medula spinalis hingga ke
korteks serebri (Gambar 2.19a). Proyeksi somatotropik di girus post-sentralis menye-
rupai seseorang yang berdiri di atas kepalanya-, "homunkulus" yang terbalik (Gambar
9.19, hlm. 332)"
lalui radiks posterior. Di dalam medula spinalis, prosesus sentralis sel ganglion radiks
dorsalis berjalan di kolumna posterior sekitar 2- l5 segmen ke atas, sedangkan kola-
teralnya berjalan 1 atau 2 segmen ke bawah, membentuk kontak sinaptik dengan sel-
sel pada berbagai tingkat segmental di substansia grisea kornu posterius (Gambar
2.16c, hlm. 36). Sel-sel tersebut (neuron kedua) kemudian membentuk traktus spino-
talamikus anterior, yang serabut-serabutnya menyilang di komisura spinalis anterior,
berjalan naik di dalam funikulus anterolateralis kontralateral, dan berakhir di nukleus
ventralis posterolateralis talami, bersama-sama dengan serabut-serabut traktus spino-
talamikus lateralis dan lemniskus medialis (Gambar 2.17,hlm.38). Neuron ketiga di
nukleus talamus ini kemudian memproyeksikan aksonnyake girus pre-sentralis dt
dalam tr aktus ta l amo kort ika l is .
Lesi pada traktus spinotalamikus anterior. Seperlr yang telah dijelaskan se-
belumnya, serabut sentral neuron orde perlama traktus ini berjalan naik dengan jarak
yang bervariasi di kolumna posterior ipsilateral, membentuk kolateral di sepanjang
perjalanan ke neuron kedua, yang serabutnya kemudian menyilang garis-tengah dan
naik lagi di dalam traktus spinotalamikus anterior kontralateral" Dengan demikian,
lesi pada trakfus ini setinggi vertebra lumbal atau torakal umumnya menimbulkan
sedikit atau tidak ada gangguan pada rasa raba, karena banyak impuls yang naik dapat
menutupi lesi melalui bagian ipsilateral jaras ini. Namun, lesi pada traktus spino-
talamikus anterior pada tingkat servikal akan menimbulkan hipestesia ringan pada
ekstremitas bawah kontralateral.
Girus
postsentralis
Lengan Bahu Kepala
\
r\'--..n
t--\
'^=\--...- \
Batang tubuh
z/ Pinggul
Paha
Wajah
Jari kaki,
Bibir atas ,..\'\\ genital
Bibir bawah
,',""'":\-,,
Rahang
Ekor nukleus kaudatus
Lidah
Tenggorokan
Abdomen,
visera
Kapsula
interna
Kaput
n u kleus
kaudatus
Klaustrum
/
Lemniskus medialis
L Traktus spinotalamikus lateralis
Gambar 2.19 Perlalanan jaras sensorik melalui talamus dan kapsula interna ke korteks serebri
Sisfem somafosensork I
Funikulus posterior
Fasikulus Fasikulus Traktus semilunaris
Substantia gelatinosa kunealus grasilis (comma of Schultz)
Traktus dorsolateralis (Burdach) (Goll) e
(traktus Lissauer)
Traktus spinoserebelaris
posterior
Traktus kortikospinalis
lateralis
Nukleus torasikus
. ,til
Traktus ./t;i'.1
retikulospinalis
dan rubrospinalis
Formasio retikularis
Traktus spinosere-
belaris anterior
Traktus spinotalamikus
.I
(t')
o
z
Traktus retikulospinalis
Traktus tektospinalis
Traktus kortikospinalis anterior
Gambar 2.20 Susunan somatotropik medula spinalis dalam potongan melintang. Laminae
Rexed juga ditandai dengan angka Romawi (organisasi sitoarsitektural substantia grisea
medula spinalis).
44 | Dragnosis Topik Neurotogi Duus
[*ttcgrnui c*rr-*sslrircr{}sr}r. Pada kenyataannya, tidak semua serabut aferen sensorik dari
talamus berakhir di korleks somatosensorik; beberapa berakhir di korteks motorik
primer girus pre-sentralis. Dengan demikian, lapang kortikal sensorik dan motorik
tumpang tindih pada beberapa area, sehingga girus pre-sentralis dan girus post-
sentralis secara bersama-sama sering disebut sebagai area sensorimotor. Integrasi
fungsi yang terjadi di sini memungkinkan informasi sensorik yang datang segera
diubah menjadi impuls motorik yang keluar di sirkuit regulasi sensorimotor, yang
akan kita bahas kemudian. Serabut piramidalis desendens keluar dari sirkuit ini dan
biasanya langsung berakhir-tanpa ada neuron penghubung- pada neuron motorik di
kornu anterius. Akhirnya, meskipun fungsinya tumpang tindih. harus diingat bahwa
hampir seluruh area gims pre-sentralis menjadi area motorik, dan hampir seluruh
girus post-sentralis menj adi area ( somato )sensorik.
,t+;!': : Talamus
r:i:::i: ': -
5,+ja* .
!1F:4;'.,
'+,frt:i?.:t-i,.
,'/-
Lemniskrrs spinalis
(traktussprnotalamikus
anterior dan lateral)
(d) ','
l
,
Lemnrskus tngemrnalrs
Nukleus prinsipalis
nervi trigemini
Nukleus spinalis
Lemniskus medialis nervi trigemini dan
traktus nervi
Nukleus trigemini
grasilis dan nukleus kuneatus
spinotalamius
Traktus +' Jaras kolumna posterior
anterior ]
{D
Gambar 2.21 Potensi lokasi lesi di sepanjang jaras somatosensorik. Untuk sindrom klinis yang
sesuai, lihat teks.
Astereognosis. Cedera pada suatu area di bagian inferior lobus parietalis merusak
kemampuan untuk mengenali obj ek melalui perabaan pada telapak tangan kontralateral.
Keadaan ini disebut astereognosis.