Anda di halaman 1dari 22

Tugas Online

Individu

K3 IGD Kebidanan Rumah Sakit .

Hendra Kuganda
N111 18 006
Pembimbing:
.

dr. Miranti,. M.Kes

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN KEDOKTERAN KOMUNITAS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2020
1. Tujuan K3 sesuai pada tempat
penerapan K3

a. Menciptakan tempat kerja yang sehat, aman dan


nyaman bagi tenaga kesehatan, pasien dan tenaga
penunjang lainnya di IGD Kebidanan RS.
b. Mencegah timbulnya Kecelakaan Akibat Kerja
(KAK) dan Penyakit Akibat Kerja (PAK) serta
penyakit lain bagi seluruh Tenaga kesehatan dan
tenaga penunjang di IGD Kebidanan RS.
c. Menjamin agar setiap bahan dan alat
pelayanan medis terstandarisasi dengan baik.

2
2. Hazard yang mungkin ada pada tempat penerapan
K3 (1)

3
2. Hazard yang mungkin ada pada tempat penerapan
K3 (2)

4
2. Hazard yang mungkin ada pada tempat penerapan
K3 (3)

5
3. Contoh insiden kecelakaan kerja dan Nearmiss pada
tempat penerapan K3

Contoh Kecelakaan Akibat Kerja


Seorang Bidan tertusuk jarum saat membantu proses persalinan
normal seorang ibu di IGD Kebidanan RS.

Contoh Nearmiss
Seorang Bidan membantu persalinan normal ibu hamil dengan HIV
positif tanpa menggunakan APD sesuai standar PPI RS di IGD
Kebidanan RS.

6
4. Penyakit Akibat Kerja (PAK) yang mungkin terjadi pada
tempat penerapan K3

Seorang Bidan terinfeksi HIV saat membantu proses persalinan


Ibu Hamil di IGD Kebidanan RS.
Atau
Seorang Bidan yang terdiagnosis HNP akibat posisi kerja yang
salah yang di lakukan berulang-ulang dan sudah lama selama
menangani pasien di IGD Kebidanan RS

7
5. Contoh kasus analisis penyebab kecelakaan kerja
berdasarkan teori 2 factor dan 3 factor pada tempat
penerapan K3 (1)
Teori 2 Faktor:
IGD Kebidanan RS sedang ramai dengan pasien yang akan melakukan
persalinan normal, terdapat 3 pasien yang masuk bersamaan dengan Diagnosis
ketuban pecah dini, Bidan segara membantu persalinan normal ibu hamil
tersebut namun dalam proses membantu persalinan, IGD Kebidanan kehabisan
handscoen dan Apron Plastik serta kondisi pasien yang sudah akan segera
melahirkan atau sudah memasuki kala II, sehingga dengan terpaksa bidan nekat
langsung menangani proses persalinan tersebut tanpa alat pengaman diri yang
sesuai standar PPI RS.
Unsafe Action: Bidan Membantu Proses Persalinan Tanda Alat Pengaman Diri
Yang Sesuai Standar PPI (Tanpa Handscoen dan Apron Plastik.
Unsafe Condition: Tidak Adanya Atau Kurangnya Alat Pengaman Diri
(Handscoen dan Apron Plastik) Yang Disediakan Pihak RS Menciptakan Unsafe
Condition atau suatu kondisi yang tidak sesuai standar PPI dalam pelayanan
bidan untuk membantu persalinan.
  8
5. Contoh kasus analisis penyebab kecelakaan kerja
berdasarkan teori 2 factor dan 3 factor pada tempat
penerapan K3 (2)
Teori 3 Faktor:
IGD Kebidanan RS sedang ramai dengan pasien yang akan melakukan persalinan
normal, terdapat 3 pasien yang masuk bersamaan dengan Diagnosis ketuban pecah
dini, Bidan segara membantu persalinan normal ibu hamil tersebut namun dalam
proses membantu persalinan, IGD Kebidanan kehabisan handscoen dan Apron
Plastik serta kondisi pasien yang sudah akan segera melahirkan atau sudah
memasuki kala II, sehingga dengan terpaksa bidan nekat langsung menangani
proses persalinan tersebut tanpa alat pengaman diri yang sesuai standar PPI RS.
Dan juga selain itu saat proses membantu persalinan, Para bidan kesulitan melihat
karena kurangnya pencahayaan di ruangan tindakan IGD Kebidanan RS.
Peralatan Kerja: Tidak tersedianya fasilitas yang sesuai standar dalam pelayanan
kebidanan di IGD kebidanan (tidak ada Handscoen dan Apron Plastik)
Lingkungan Kerja: Kurang baiknya Pencahayaan di Ruangan Tindakan IGD
Kebidanan RS.
Pekerja: Bidan tidak menaati peraturan standar Penanganan pasien ibu hamil PPI
RS.
9
6. Faktor resiko bahaya pada tempat penerapan K3 : IGD
Kebidanan RS

1. Stress (83,3 %)
2. Cedera akibat jarum suntik (76%)
3. kontaminasi darah pada kulit yang tidak terlindungi (73%)
4. gangguan tidur (42%)
5. alergi kulit akibat bahan kimia (37%)
6. Low Back Pain / HNP (30%)
7. serangan dari pasien (24%)
8. Terkena penyakit infeksi (19%)

10
7. Hirarki pengendalian resiko bahaya pada tempat
penerapan K3

11
8. Contoh penerapan budaya 5R pada tempat penerapan K3
(1)

a. Ringkas
Menyediakan peralatan medis dan non-medis untuk manajemen kasus-kasus kebidanan.
Melakukan revitalisasi perakatan medis atau non medis yang ada di IGD Kebidanan RS
b. Rapi
 Menempatkan alat-alat pengaman diri untuk manajemen kasus kebidanan di tempat yang
dapat cepat dan mudah di akses.
 Menyediakan rambu-rambu triase untuk penanganan manajemen kasus-kasus kebidanan.
c. Resik
 Menugaskan petugas Cleaning service yang 24 jam bergantian menjaga kebersihan
ruangan IGD Kebidanan.
 Menyediakan tempat sampah khusus untuk sampah medis, sampah non medis, dan sampah
benda tajam.

12
8. Contoh penerapan budaya 5R pada tempat penerapan K3
(2)

d. Rawat
Melakukan Evaluasi berkala pada IGD Kebidanan RS
Melakukan pelatihan rutin semua tenaga kesehatan IGD Kebidanan RS
e. Rajin
Membuat sanksi bagi yang tidak disiplin
Melakukan rapat evaluasi rutin agar tenaga kesehatan IGD Kebidanan lebih rajin

13
9. Menjelaskan symbol / makna rambu yang berhubungan
dengan K3 (1)

14
9. Menjelaskan symbol / makna rambu yang berhubungan
dengan K3 (2)

15
10. Jenis APD dan fungsinya sesuai pada tempat penerapan
K3 (1)

1. Sarung tangan
Melindungi tangan dari bahan infeksius dan mellindungi pasien dari mikroorganisme pada tangan petugas. Alat ini
merupakan pembatas fisik terpenting untuk mencegah penyebaran infeksi dan harus selalu diganti untuk
mencegah infeksi silang.
2. Masker
Masker harus cukup besar untuk menutup hidung, muka bagian bawah, rahang dan semua rambut muka. Masker
dipakai untuk menahan cipratan yang keluar sewaktu petugas kesehatan atau petugas bedah bicara, batuk, atau
bersin dan juga untuk mencegah cipratan darah atau cairan tubuh yang terkontaminasi masuk kedalam hidung
atau mulut petugas kesehatan. Masker jika tidak terbuat dari bahan tahan cairan, bagaimanapun juga tidak efektif
dalam mencegah dengan baik.

16
10. Jenis APD dan fungsinya sesuai pada tempat penerapan
K3 (2)

3. Tutup kepala/kap
Dipakai untuk menutup rambut dan kepala agar guguran kulit dan rambut tidak masuk dalam luka sewaktu
pembedahan. Kap harus dapat menutup semua.
4. Gaun
Gaun penutup, dipakai untuk menutupi baju rumah. Gaun ini dipakai untuk melindungi pakaian petugas
pelayanan kesehatan.Gaun bedah, pertama kali digunakan untuk melindungi pasien dari mikroorganisme yang
terdapat di abdomen dan lengan dari staf perawatan kesehatan sewaktu bekerja.
5. Apron
Terbuat dari bahan karet atau plastik sebagai suatu pembatas tahan air di bagian depan dari petugas kesehatan.
6. Alas kaki
Dipakai untuk melindungi kaki dari perlukaan oleh benda tajam atau berat atau dari cairan yang kebetulan jatuh atau
menetes pada kaki.

17
11. Langkah-langkah pencegahan kejadian yang
berhubungan dengan K3

a. Identifikasi hazard di IGD Kebidanan


- inspeksi tempat kerja secara teratur.
- Pengumpulan info tentang penanganan material.
- Laporan kecelakaan dan penyakit.
- Angka absensi dan turn over.
- Surveillance tempat kerja.
- Efek pada pasien.
b. Sistem pelaporan kecelakaan secara regular pada kejadian di IGD Kebidanan.
c. Investigasi segera setelah kejadian kecelakaan.
d. Evaluasi.
e. Control.
f. Follow up

18
12. Kewajiban tenaga kerja yang bekerja pada tempat
penerapan K3

1. Tenaga kesehatan di IGD Kebidanan wajib mengikuti Aturan Komite K3.


2. Tenaga kesehatan di IGD Kebidanan wajib melakukan manajemen kasus-kasus kebidanan
kepada pasien sesuai standar PPI atau standar pelayanan RS.
3. Tenaga kesehatan di IGD Kebidanan harus memerhatikan keselamatan pribadi dan keselamatan
pasien.
4. Tenaga kesehatan di IGD Kebidanan harus selalu memegang teguh sumpah profesi dan selalu
menjunjung tinggi profesionalitas profesi masing-masing

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: l087/MENKES/SK/VIII/2010 Standar


-Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Di Rumah Sakit
2. Departemen Kesehatan RI, Pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit
danfasilitas pelayanan kesehatan lainnya. – Jakarta : Departemen, Kesehatan RI. Cetakan kedua,
2008.
3. Keputuan Menteri Kesehatan RI no 1204 tahun 2004, tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit.
4. Keputusan Menteri Kesehatan Ri no 1087 tahun 2010 tentang Standar Kesehatan dan
Keselamatan Kerja Rumah Sakit.
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 432/MENKES/SK/IV/2007 tentang
Pedoman Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Di Rumah Sakit
6. UU Permenkes No,66 Tahun 2016 tentang K3 RS
7. Orji EO, Fasubaa OB, Onwudiegwu U, Dare FO, Ogunniyi SO. Occupational health hazards
among health care workers in an obstetrics and gynaecology unit of a Nigerian teaching hospital.
J Obstet Gynaecol [Internet]. 2002;22(1):75–8.

20
DAFTAR PUSTAKA

8. Castro, AB de ;Suzane L Sabrera D. Occupational Health and Safety Issues Among Nurses in the
Philippines. NIH PA Author Manuscr. 2009;57(4):149–57.
9. Dewi AKP. Hubungan Tingkat Risiko Postur Kerja dan Karakteristik Individu dengan Tingkat Risiko
Keluhan Low Back Pain pada Perawat Bangsal Kelas III di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2015.
10. The Kaiser Daily HIV/AIDS. Petugas kesehatan menghadapi peningkatan risiko kematian akibat
HIV dan penyakit lain yang ditularkan melalui darah. 2008;(November):2008.

21
IKM-KK

THANK YOU

22

Anda mungkin juga menyukai