102
-
Medula
Medula terbentang dari lokasi keluarnya radiks vertebra seruikalis I (Cl), setinggi
foramen magnum, hingga tempat pefiemuannya dengan pons 2.5-3 cm lebih ke arah
rostral.
'[ampak d*rsal. Tuberkulum grasile terlihat pada kedua sisi garis tengah, diapit oleh
tuberkulum kuneatum (Gambar 4.1b). Penonjolan kecil ini terbentuk oleh nukleus
grasilis dan nukleus kuneatus di bawahnya pada kedua sisi. Nuklei ini merupakan
ntklei relay, yaifu tempat serabut kolumna posterior medula spinalis membenfuk
sinaps dengan neuron kedua jaras aferen, yang, setelah itu, berproyeksi melalui
lemniskus medialis ke talamus. Batas rostral medula dibatasi oleh garis yang ditarik
melalui bagian kaudal pedunkulus serebelaris medius. Dasar ventrikel keempat, atau
fosa romboidea, dibatasi di bagian lateral oleh pedmkulus serebelaris inferior dan
superior dan terbagi menjadi bagian rostral dan kaudal oleh striae medulares, yang
mengandung serabut-serabut yang berasal dari nuklei arkuati ke serebelum. Bagian
kaudal dasar ventrikel keempat memiliki beberapa protrusi (tuberkel) yang terbentuk
oleh nuklei nervi kranialis di bawahnya, termasuk trigonum vagale (atau"trigone";
nukleus dorsalis nen'us vagus), trigonum hipoglosale (nukleus netvus hipoglosus),
dan area vestibularis (nukleus vestibularis dan kokhlearis), sedangkan bagian rostral
mengandung tuberkulum fasiale, yang terbentuk oleh serabut nenus fasialis ketika
berjalan mengelilingi nukleus abdusens. Atap ventrikel keempat dibentuk oleh velum
medulare superius, pedunkulus serebelaris, dan serebelum itu sendiri.
'Xhmpuk venf ral dan l*terai. Gambaran ventral medula (Gambar 4.1a)
menunjukkan
pir amid, yans memberikan namanya pada traktus piramidalis, yang serabut-serabutnya
berjalan menembusnya. Dekusasio piramidum juga dapat dilihat di daerah ini. Bagian
lateral piramid pada setiap sisi adalah protrusio lain yang disebut oliva, yang me-
ngandung nukleus olivarius inferior.
Nervus hipoglosus (XII) muncul daribatang otak di sulkus ventrolateralis antara
piramid dan oliva. Nukleus nerv'rls hipoglosus, seperti saraf otot-otot ekstraokular,
terletak di dekat garis tengah di batang otak, yang disebut lamina basalis. Di bagian
dorsal oliva, radilcg nenus asesorius (XI), radiks netnus vagus (X), dan radiks nernus
glosofaringeas (IX) muncul dari batang otak dengan urutan yang tersusun vertikal
(Gambar 4.1a dan c). Lebih ke arah dorsal, di antaru tempat keluarnya saraf tersebut
dan sulkus dorsolateralis, terdapat tuberkulum sinereum, terbentuk oleh nukleus
traktus spinalis nerl,us trigeminus. Tempat ini juga menjadi lokasi traktus spino-
serebelaris posterior, yang berjalan naik ke serebelum melalui pedunkel serebelar
inferior (korpus restiforme).
-
Pedunke
serebeli \
superor
Pedunkulus
serebelaris
medius
vilt
PedunkuLus Kolikulus
IX
serebelaris fasialis
X
inferior Area
Oliva
tnferior / XI Stria medularis vestibularis
ventrikel ke empat Tuberku lu m
Piramis
Trigonum nerui nukleus kuneatus
Dekusasio h poglosi
piramidum 'Area postrema
Su kus Trigonum vagale Tuberkulum
anterolateralis I uber nukleus grasilis
sinereum Obeks
- Sulkus posterolateralis
/ Sulkus anterolateralis
Gambar 4.1 Batang Otak. a. Tampak ventral. b. Tampak dorsal. c. Tampak lateral
Pons
iiamp*k \,firh{i-{r[" Pons ('Jembatan") dinamakan demikian karena, jika dilihat dari
'f
depan, tampak menghubungkan kedua hemisfer serebeli satu dengan lainnya dengan
sebuah pita lebar berupa serabut-serabut yang bersusun horizontal, yang terikat di
bagian kaudal oleh medula dan di bagian rostral oleh pedunkulus serebri (krura
Batang Otak I 105
Mesensefalon
Midbrain (atau mesensefalon) terletak di antara pons dan diensefalon.
'f
*rctp;nk ver$fe"tctr" Tampak ventral menunjukkan dua berkas serabut yang menonjol
dan berkonvergensi ke arah pons. Struktur ini disebutpedunkulus serebri, atau, sering
juga disebut krura serebri (tunggal: krus serebri). Celah di antara pedunkulus, yang
disebut fosa interpedunkularis, adalah tempat keluamya duanervus okulomotorius S
III) dari batang otak. Pedunkulus serebri menghilang ke arah kaudal ketika memasuki
pons; di arah rostral, struktur ini dikelilingi oleh traktus optikus sebelum memasuki
hemisfer serebri (Gambar 4.1a).
'I"trmgq*$i
t{crsat. Aspek dorsal mesensefalon (iektum mesensefali, yaitu ..atap',) me-
miliki empat tonjolan yang secara keseluruhan disebut lamina quadrigemina. Infor-
masi visual diproses di dua tonjolan atas (kolikul superior), sedangkan informasi audi-
torik diproses di dua penonjolan bagian bawah (kolikuli inferior), yang lebih kecil.
Nervus trokhlearis (N IV) keluar dari batang otak tepat di bawah kolikulus inferior
masing-masing sisi dan berjalan ke arah ventral mengelilingi pedunkulus serebri.
Sarafini merupakan satu-satunya sarafkranial yang keluar dari aspek dorsal batang
otak.
'fimrullgr*a$*
Im$e?"fti. Dua penonjolan kecil yang terletak di bagian lateral lamina
quadrigemina adalah korpus genikulatum mediale (area relay auditorik) dan korpus
genikulatum laterale (area relay visual). Korpus genikulafum merupakan komponen
talamus dan dengan demikian tidak menjadi bagian batang otak, tetapi diensefalon.
Untuk alasan pembelajaran, struktur intemal batang otak akan ditampilkan setelah
pembahasan saraf kranial.
1OO I Oragnosrs Topik Neurotogi Duus
Nervus Kranialis
Asal, Komponen, dan Fungsi
Gambar 4.2 adalah gambaran skematik aspek dorsal batang otak, nuklei saraf kranial
motorik dan parasimpatis digambarkan pada sisi kanan dan nuklei somatosensorik
dan sensorik khusus ditampilkan pada sisi kiri. Penampang lateral yang menunjukkan
hubungan anatomis nuklei motorik dan parasimpatis, sefia nuklei somatosensorik dan
sensorik khusus, masing-masing ditampilkan pada Gambar 4.3 dan 4.4.
Asal, komponen, dan fungsi masing-masing saraf kranial ditampilkan pada Tabel
4.1. Gambar 4.5 memberikan gambaran sinoptik lokasi keluarnya kedua-belas saraf
kranial dari batang otak, komponen-komponen fungsionalnya, serta asal dan akhir
lokasi perifernya. Kedua-belas saraf kranial terlihat pada gambar, dari I (nervus olfak-
torius) hingga XII (nenus hipoglosus); namun, harus diingat bahwa "nentts" kranialis
Il-nervus optikus-sebenarnya bukan saraf tepi, tetapi sebuah traktus susunan saraf
pusat.
Sensorik
Nukleus asesorius
(otonomi)= nukleus
Edinger-Westphal
Nukleus mesensefalik dan
traktus nervus trigeminus Nukleus n. okulomotor
Nukleus prinsipal Nukleus n. trokhlear
sensoris trigeminus Nukleus motorius
n. trigeminalis
Nuklei salivatorius
superior dan inferior
ambigus
IX
X Xl a \aX
Nukleus traktus solitarius Nukleus kunealus
Nukleus dorsalis n. vagus
Nukleus spinalis dan
traktus n. trigeminus Nukleus n. hipoglosus
Nukleus grasilis
Nukleus n. asesorius
Gambar 4.2 Nuklei nervi kranialis, tampak dorsal (gambaran skematik). Nuklei somatosensorik
dan sensorik khusus ditampilkan pada sisi kiri, nuklei motorik dan parasimpatis pada sisi kanan.
Batang Otak I 107
lV Nukleus n. troklearis
Vl Nukleus n. abCusens
Vl Nukleus n. fasialis
Nukleus ambiguus
Xl Nukleus n. asesorius
Gambar 4.3 Nuklei nervi kranialis motorik dan parasimpatis, tampak lateral (gambaran
skematik)
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, serabut saraf spinal dapat diklasi-
fikasikan sebagai aferen somatik, eferen somatik, aferen vegetatif, dan eferen vegetatif.
Klasifikasi serabut saraf kranial sedikit lebih rumit, untuk dua alasan. Beberapa se-
rabut sarafkranial merupakan serabut sensorik khusus yang berasal dari organ sensorik
kepala (penglihatan, pendengaran, pengecapan, penghidu). Selain itu, beberapa sera-
but eferen saraf kranial keluar di area nuklear yang secara embriologis berasal dari
lengkung brankhialis; serabut-serabut tersebut mempersarafi otot-otot yang berasal
dari brankhialis.
Nukleus mesensefalik
dan traktus
n. trigeminus
Nukleus prinsipalis
sensori n. trigeminus
Ganglion
trigeminale
(gasserian)
Nukleus n. kokhlear
Nervus
intermedius Vlll '
(somatosensorik,
pengecapan) lx
Nukleus traktus
- solitarius
Gambar 4.4 Nuklei nervi kranialis somatosensorik dan sensorik khusus, tampak lateral
(gambaran skematik)
Serabut aJbren somatik khusus membawa impuls dari reseptor khusus (mata.
telinga)
Serabut aferen viseral khusus membawa impuls yang berkaitan dengan penge-
capan dan penghidu
Serabut eferen somatik umum membawa impuls motorik ke otol-otot rangka
(nervus okulomotorius, nerv'us trokhlearis, neryus abdusens, dan nervus hipo-
glosus)
Serabut eJbren viseral mempersarafi otot-otot polos, otot-otot janfung, dan
kelenjar (baik simpatis maupun parasimpatis)
Serabut eferen brankhialis khusus mempersarafi otot-otot yang berasal dari
lengkung brankhial mesodermal, misalnya bagian motorik nelnus fasialis
(lengkung brankhial kedua), neryus glosofaringeus (lengkung brankhial ke-
tiga), dan nervus vagus (lengkung brankhial keempat dan di bawahnya)
Batang Otak I
-----\--
Gambar 4.5. l{ervus kranialis: lokasi keluar dari batang otak, komponen, dan distribusi
110 | Oiagnosis Topik Neurologi Duus
Nervus
lV. (a) Eferen somatik Nukleus nervus m.obliquus superior
Trokhlearis trokhlearis
(mesensefalon)
(llAferen
::t:tlk Ploorioseotol P1o9rlosensl
!c)nfe1e1
somatik eloqrloygsi tfool:se3si
Vl, Nervus Eferen somatik Nukleus nervus m. rektus lateralis
lbdus3n 3ndus91s
Vll. Nervus fasialis Eferen
(a). Nukleus nervus Otot-otot ekspresi wajah,
brankhialis fasialis Platisma,
m.stilohioideus,
m.digastrikus
Nervus intermedius (b) Eferen viseral Nukleus Glandula nasalis dan
Lengkung brankhial salivatorius glandula lakrimalis,
kedua suPerior salivasi, glandula
sublingualis cian glandula
submandibularis
Batang Otak I 111
!somatosensorlk)
u"l. *"-ul Aferen somatik (a) Ganglion Keseimbangan,
vestibulokokhlearis khusus vestibulare kristae kanalis
semilunaris, makula
utrikuli dan sakuli
(b) Ganglion Pendengaran, organ
Cortl
"f !'31"
lX. Nervus (a) Eferen Nukleus ambiguus m.stilofaringeus,
Glosofaringeus brankhialis m.faringeus
Lengkung brankhial (b) Eferen viseral Nukleus Salivasi, glandula
ketiga (parasimpatis) salivatorius inferior parotidea
(c) Aferen viseral Ganglion inferius Pengecapan (1/3
khusus posterior lidah)
(d)Aferen viseral Ganglion superius Somatosensorik: 1/3
posterior lidah dan
faring (refleks muntah)
(e) Aferen somatik Ganglion superius Telinga tengah, tuba
eustakhius
(lomatosensoiiki
I Bulbus olfaktorius
ll n.optikus
lll n. okulomotorius
lV n. trokhlearis
n. oftalmikus I
I
n. maksilaris
I
n. mandibularis
I V n. trioeminus
ganglion I
tr geminale I
Radiks motorik J
Vl n. abdusens
Vll n. fasialis dan
nervus intermedius
Vlll n. vestibulo-
kokhlearis
n. glosopha-
ringeus
X n. vagus
Xl n. asesorius
Xll n. hipoglosus
Gambar 4.6. Lokasi keluarnya nervus kranialis dari tengkorak" Foramina tempat keluarnya
tergambar pada sisi kiri, nervus kranial yang terpotong terlihat pada sisi kanan.
Batang Otak I
113
Sistem Olfaktorius (N l)
Jaras olfaktorius (Gambar 4.1 dan 4.8) terdiri dari epitelium olfaktorius hidung, fila
:
olfaktoria (ner-r,us olfaktorius N f), bulbus olfaktorius dan traktus olfaktorius, serta
area koftikal (paleokorteks) yang terbentang dari unkus lobus temporalis melewati
substansia perforata anterior ke permukaan medial lobus frontalis di bawah genu
korpus kalosum.
I;"![;l 6ii'*]st,iiL"l* q.];rn ].rillii4g 6fiirrft;r.,*q.iirs. Prosesus sentral (neurit) sel-sel olfaktorius
bersatu membenfuk berkas yang mengandung rafusan serabut tidak bermielin yang
diselubungi oleh lapisan sel Schwan. Fila olfaktoria ini, yang berjumlah sekitar 20
pada setiap sisi, sebetulnya adalah nervus olfaktorius (dengan demikian N I terdiri
Stria longitudinalis
Stria olfaktoria
medialis
Area subkalosal
-j
Traktus
habenulointer-
pedunkularis
Nukleus
habenularis
olfaktorius Nukleus
interpe-
du nkularis
Fasikulus
medialis
telensefali
NuKler
tegmentales
Fasiku lus
Epitelium olfaktori longitudinalis
Stria Area 28
Sel-sel olfaktori dorsalis
a (area entorhinal)
lateralis
Unkus dengan Area Formasio
korpus amigdaloid prepiriformis retikularis
Gambar 4.7 Nervus olfaktorius dan traktus olfaktorius serta jaras olfaktorius
114 | Oragnosls Topik Neurotogi Duus
Stria olfaktoria
medialis Kutub temporalis
Stria olfaktoria
lateralis t,
'")/
Llmen
.
lnsula y'
Area
-
;' prepiriformis
Substansra
perforata anterior -j. Korpus
{ amiodaloid
Girus ambiens
\" Pita
diagonal
Broca
Unkus
dari serabut-serabut sarafperifer, tetapi bukan sebuah sarafperifer seperti pada saraf
sensorik biasa). Serabut ini berjalan melewati lubang-lubang kecil di lamina kribri-
formis ("seperti ayakan") dan masuk ke bulbus olfaktorius, tempat serabut-serabut ini
membentuk sinaps peftama jaras olfaktorius. Meskipun secara fisik tidak terletak di
korleks serebri, bulbus olfaktorius sebenamya merupakan bagian telensefalon. Di
dalamnya, sinaps yang kompleks dibentuk ke dendrit sel-sel mitral , tuJied cells, dan
sel granular.
Jarrai; sltiiktrlt"iw$. Neuron pertama jaras olfaktorius adalah sel-sel o(aktorius bipolar;
neuron kedua adalah sel mitral dan tufted ceils bulbus olfaktorius. Neurit sel-sel
tersebut membentuk traktus olfaktorius (neuron kedua), yang terletak di dekat dan
tepat di bawah korteks frontobasalis (orbitofrontalis). Traktus olfaktorius terbagi
menjadi stria olfaktoria lateralis dan medialis di depan substansia perforata anterior;
bagian lainnyaberakhir ditrigonum olfaktorium,yang jugaterietak di depan substansia
perforata anterior. Serabut-serabut stria lateralis berjalan melalui limen insulae ke
amigdala, girus semilunaris, dan girus ambiens (area prepiriformis). Tempat ini me-
rupakan lokasi neuron ketiga, yang berproyeksi ke bagian anterior girus parahipo-
kampalis (area Brodmctnn 28, mengandung lapangan proyeksi korlikal dan area
asosiasi sistem olfaktorius). Serabut stria medialis berakhir di nuklei area septalis di
bawah genu korpus kalosum (area subkalosa) dan di depan komisura anterior. Serabut
yang keluar dari nuklei ini kemudian berproyeksi ke hemisfer kontralateral dan ke
sistem limbik. Jaras olfaktorius merupakan satu-satunya jaras sensorik yang mencapai
korleks serebri tanpa melalui relay di talamus. Hubungan sentralnya kompleks dan
masih belum diketahui secara lengkap.
$-il*rhung*n sists's:.rt *lfntqterrins {fr*&!{flft ilvt* *t*k !*airr. Aroma yang enak akan
membangkitkan selera makan dan mencetuskan refleks salivasi, sedangkan aroma
yang tidak enak akan mencetuskan nausea dan keinginan untuk muntah, atau bahkan
-
benar-benar muntah. Proses-proses ini juga melibatkan emosi: beberapa aroma me-
nyenangkan, sedangkan aroma lainnya tidak menyenangkan. Emosi tersebut kemung-
kinan berasal dari hubungan sistem olfaktorius dengan hipotalamus, talamus, dan
sistem limbik. Di antara hubungan lainnya, area septal juga mengirimkan serabut
asosiasi ke girus cinguli.
Hubungan utama sistem olfaktori dengan area otonomik adalah medial forebrain
bun.dle dan stria medularis talami (Gambar 6.9, hlm. 246). Medial forebrain bttndle
berjalan ke arah lateral menuju hipotalamus dan bercabang ke nuklei hipotalami.
Beberapa serabut ini melanjutkan pe{alanan ke batang otak untuk berakhir di pusat
otonomik di formasio retikularis, nuklei salivatorii, dan nukleus dorsalis ner-vus vagus.
Stria medularis talami berakhir di nukleus habenularis; jaras ini kemudian berlanjut
ke nukleus interpedunkularis dan formasio retikularis batang otak (Gambar 6.9, hlm.
246).
n. optrkus
Neuron ke-3:I
\ sel oanolion
{
Fo
O
I
=
o
E
Perifer
s visual
@
tu
@
tu
tu
#-\
\,
r-\
R-/
Gambar 4.9 Nervus optikus dan jaras visual. a. Komposisi retina (gambaran skematik). b. Jaras
visual, dengarl kemungkinan lokasi lesi. c. Defisit lapang pandang yang disebabkannya.
Gambaran retina terhadap objek yang dipersepsikan secara visual adalah terbalik
atas-bawah dan kiri-kanan, seperti gambaran film di kamera.
Batang Otak I
117
Herl'$s optii*us, fu-hi*sm;r *rp{.i!*um. cia* {i"$grtr{s *g:tikus. Sel-sel bipolar retina
menerima input ke dendritnya dari sel batang dan kerucut dan menghantarkan impuls
lebih jauh ke arah sentral ke lapisan sel ganglion. Akson panjang sel ganglion melewati
papila optika (diskus nervi optia) dan meninggalkan mata sebagai nervus optikus,
yang mengandung sekitar 1 juta serabut. Separuh serabut ini menyilang di khiasma
optikum: serabut dari separuh bagian temporal masing-masing retina tidak menyilang,
sedangkan serabut yang berasal dari separuh bagian nasal retina menyilang ke sisi
kontralateral (Gambar 4.9a).
Dengan demikian, di distal (posterior) khiasma optikum, serabut dari separuh
bagian temporal retina ipsilateral dan separuh bagian nasal retina kontralateral ber-
gabung di dalam traktus optikus.
Beberapa kclompok serabut nerryus optikus bercabang ke traktus optikus dan
berjalan ke kolikulus superior dan ke nuklei di area pretektalis (lihat Gambar 4.26).
Serabut-serabut ini mengandung aferen berbagai refleks visual, dan, secara khusus,
refieks cahaya pupil yang penting, yang akan dibahas lebih lanjut di bawah ini (hlm.
I 36).
Kurgl*ls gerlit*c.riut*mr E*{er*l*, rffitlia"q,ic clg:rlii*,*, d*n iq*rte$e.s vi:+u;rfl. Traktus optikus
berakhir di korpus genikulatum laterale, yang mengandung enam lapisan selular.
Sebagian besar serabut trakfus optikus berakhir di sini, membentuk sinaps dengan
neuron genikulatum laterale. Serabut ini kemudian keluar dan berjalan di bagian
paling belakang kapsula interna (Gambar 3.2, hhn. 50) dan kemudian membentuk pita
lebar yang berjalan mengelilingi komu temporale dan oksipitale ventrikel lateral,
yang disebut radiasio optikct (Gratiolet; lihat Gambar 4.10). Serabut-serabut radiasio
Area kalkarina
Radiasio optika
untuk lapang pandang
Korpus separuh bagian atas
Khiasma Ventrikellateralis qenikulatum
optikum (kornu inferius) laterale
optika berakhir di korteks visual, yatg terletak di permukaan medial lobus oksipitalis
di dalam, di atas, dan di bawah fisura kalkarina. (area Brodmann 1f. Serabut yang
berasal dari makula menempati area terbesar korteks visual (Gambar 4.11). Area 17
juga dikenal sebagai korteks striata karena mengandung stripe of Genarl, pita putih
yang terdiri dari serabut-serabut yang tersusun secara horizontal, yang dapat dilihat
dengan mata telanjang pada potongan spesimen anatomi.
Sulkus
./ kalkarina
Girus
lingualis
Khiasma
optikum
Prdyeksi ke
retina
Kiri
Lapang pandang
yang tumpang tindih
Gambar 4.11 Proyeksi lapang pandang ke retina, korpus genikulatum laterale, dan korteks
visual
Batang Otak I 119
Serabut visual yang berasal dari makula ditemukan di bagian temporal diskus
optikus dan di bagian sentral netnus optikrus (Gambar 4.12). Kerusakan pada serabut
ini dapat dilihat melalui oftalmoskop sebagai atrofi diskus bagian temporal (temporal
pallor).
optikum
Temporal
n. optikus
Diskus optikus
Gambar 4.12 Posisi berkas makula dr retina, nervus optikus, dan khiasma optikum
12A I Oiagnosis Topik Neurologi Duus
Lesikhiasmaoptikum, sepertiyangdisebabkanolehtumorhipofisis,kraniofaringioma,
atau meningioma fuberkulum sellae, umumnya mengenai serabut yang menyilang di
bagian sentral khiasma. Akibatnya adalah buta parsial untuk objek yang berada di
separuhbagiantemporal lapangpandangpadamasing-masingmata, yaitu hemianopsia
biternporal ("blinker phenomenon", di analogikan dengan kacamata kuda). Serabut
di bagian bawah khiasma, berasal dari bagian bawah khiasma, umumnya terkena
terlebih dahulu oleh proses-proses tersebut; dengan demikian, kuadrantanopsia bi-
temporal atas merupakan temuan dini yang tersering. Hanya penglihatan wama yang
terganggu pada awalnya.
Namun, kadang-kadang, suatu lesi khiasma dapat menimbulkan hemianopsia
binasal, misalnya ketika tumor berkembang di sekitar khiasma dan menekannya dari
kedua sisi (sehingga terutama mengenai lokasi serabut yang berada di lateral dan tidak
menyilang yang berasal dari separuh bagian temporal kedua retina, yang berperan
untuk persepsi setengah lapang pandang nasal masing-masing mata). Aneurisma arteri
karotis interna dan meningitis basilaris adalah penyebab lainnya, tetapi hemianopsia
binasal pada kasus-kasus ini jarang bersifat murni.
Hemianopsia bitemporal dan binasal keduanya disebut heteronimus, karena
mengenai setengah bagian lapang pandang kontralateral pada kedua mala: yang
pertama mengenai separuh lapang pandang sisi kanan mata kanan dan setengah lapang
pandang sisi kiri mata kiri, sedangkan gangguan kedua mengenai lapang pandang kiri
mata kanan dan lapang pandang sisi kanan mata kiri.
Lesi traktus optikus, sebaliknya, menyebabkan hemianopsia homonim, yaitu
separuh lapang pandang sisi yang sama terkena pada masing-masing mata. Bila traktus
optikus kanan terputus, misalnya, tidak ada impuls visual yang berasal dari sisi kanan
masing-masing retina yang dapat mencapai korteks visual" Akibatnya adalah kebutaan
pada separuh bagian kiri lapang pandang setiap mata (Gambar 4.9b dan c). Lesi traktus
optikus biasanya disebabkan oleh tumor atau meningitis basilaris, jarang disebabkan
oleh trauma.
Karena gangguan traktus optikus juga mengenai serabut nenus optikus yang ber-
jalan ke kolikulus superior dan area pretektalis (lihat hlm. 136), kerusakan ini menye-
babkan gangguan pada refleks cahaya pupil dalam merespon cahaya yang drjatuhkan
pada sisi retina ipsilateral lesi. Secara teor., uji reflelcs cahaya hemianopik dapat
digunakan untuk membedakan lesi traktus optikus dari lesi jaras visual yang terletak
lebih distal. Namun, pada prakteknya, sangat sulit untuk menyinari cahaya hanya ke
separuh bagian retina, dan uji ini tidak berguna untuk diagnosis klinis.
Lesi radiasio optika. Lesi yang mengenai bagian proksimal radiasio optika juga
menyebabkan hemianopsia homonim, yang meskipun demikian, sering tidak total,
karena serabut-serabut radiasio optika tersebar di area yang iuas (Gambar 4.9).
Kuadrantanopsia homonim atas menunjukkan lesi di lobus temporalis anterior, yang
mengenai bagian radiasio yang dikenal sebagai lengkung Meyer (Gambar 4.10).
Kuadrantanopsia homonim bawah menunjukkan lesi di bagian parietal atau oksipital
radiasio optika.
Batang Otak I
121
ab
Gambar 4.13 Lesi inflamasi traktus optikus kiri pada pasien dengan sklerosis multipel,
seperti yang ditunjukkan oleh MRl. a. Gambaran r2-weighted koronal menunjukkan lesi
hiperintens di sepanjang perjalanan radiasio optika kiri di atas fisura khoroidea, hanya
menyisakan bagian basal traktus optikus (panah). b. Gambaran f 1-weighted koronal pasca-
pemberian zat kontras menunjukkan penyangatan pada lokasr ini, yang menunjukkan fokus
inflamasi akut.
m. obliqus superior
m. levator palpebrae
m. rehtus superior SINUS
m. rektus medialis kavernosus
a. karotis interna
/
t.
i\
os. sfenoidale
fisuraorbitalis klivus
m. rektus lateralis supenor
anulus tendineus
m, rektus inferior
(terbuka)
Sinus frontalis
m. reklus lateralis
m. obliqus superior
sel-sel udara
etmoidalis
n. abducens
n. trokhlearis
sinus sfenosus
n. oftalmikus
ganglion trigeminale
Klivus
krista petrosus
(batas superior
os. petrosus)
Nukleus asesorius
Ventral / {otonomik) Ventral
Nukleus Perlia
(parasimpatis) -
Nukleus Perlia
(untuk konvergensi)
m rektus inferior J
obliqus inferior
rektus medialis
m. reklus superlor
m. levator palpebrae
superioris Dorsal
a. karotis interna
n. okulomotorius
Sella n. abducens
tu rsika
ganglion trigeminale
a. komuni-
kans n. trokhlearis
posterior
a. serebri posterior
Pilka n. trigeminus
petrokli
a. superior serebeli
noidalis
posterior sinus petrosus
r ,"
superior
n. vestibuiaris
Substansia
nigra
N ukleus
ruber
Nukleus nervus
okulomotorius
Serabut motorik somatik nermls okulomotorius terbagi menjadi dua cabang, ca-
bang superior mempersarafi m. levator palpebrae dan m. rektus superior, dan cabang
inferior mempersarafi m. rekti medialis dan inferior sefia m. obliquus inferior.
m. rektus
lateralis (Vl)
A.A
v
M. rektus
\_,>
m. obliqus
\
\i
/ ,G G m. obliqus m. rektus
superior (lll) inferior (lll) (lll)
inferior superior (lll)
Gambar4.18 Diagram posisi mata pada enam posisi tatapan mata diagnostik; dengan posisi-
posisi ini kelemahan satu atau beberapa otot ekstraokular dapat terdeteksi paling mudah.
Deviasi horizontal posisi mata disebut esotropia (deviasi ke dalam) dan eksotropia
(deviasi keluar), sedangkan deviasi vedikal disebut hipertropia dan hipotropia
(masing-masing deviasi ke atas dan ke bawah).
Lesi di nukleus salah satu ner-vus kranialis yang mempersarafi pergerakan mata
kira-kira akan menyebabkan defisit yang sama sepefii lesi yang terjadi pada saraf
perifernya. Lesi nuklear biasanya dapat dibedakan secara klinis dari lesi netl'us karena
adarya defisit lain akibat kerusakan struktur batang otak di sekitar nukleus yang
nrsak.
,"*, @
i'.l
tl 1.",'l I
A@
Divergensi terbesar
rl ll ,l
", l,','l I .,1
@@' Paresis terutama
mengenai
Pupil yang terdilatasi dan
m. rektus medialis
terfiksasi pada keiumpuhan
total neryus okulomotorius
Kelumpuhan
neryus
trokhlearis
Tatapan lurus ke depan
4b
l--\ - -
:-
{2--/
).:-,'/ -, 7 ,,*
-, *
.'\ D
Divergensi terbesar Kepala dimiringkan ke
sisi yang tidak paresis
-
Paresis
m. obliqus superior
I Matekiii,.,..
. :.,
r,.
.l ll it,,1
Divergensi terbesar
{- I ll. ,ft":l
@ 6' Kepala menengok ke
sisi otot yang paresis
Paresis m. rektus lateralis
Gambar 4.19 Posisi mata dan diplopia pada berbagai kelumpuhan otot ekstraokular.
Diperlihatkan efek klinis lesi sisi kanan. Dari Mumenthaler M dan Mattle H: Neurology, edisi
keempat (diterjemahkan oleh E. Taub), Thieme, StuttgarUNew York, 2004.
128 | Oragnosis Topik Neurologi Duus
o Posisi mata terfiksasi, melihat ke bawah dan keluar, disebabkan oleh kontraksi
m. rektus lateralis dan m. obliquus superior yang tidak teroposisi (masing-
masing dipersarafi oleh N VI dan N IV).
o Dilatasi pupil, aklbat hilangnya kontraksi m. sfingter pupilae, yang dipersarafi
oleh bagian parasimpatis nerr,/us okulomotorius (hlm. 139); refleks cahaya
pupil dan refleks akomodasi menghilang (hilangnya refleks akomodasi karena
hilangnya kontraksi m. siliaris secara simultan).
Paralisis otot-otot intraokular terisolasi, misalnya m. sfingter pupilae dan m. siliaris,
disebut oftalmoplegia interna. Bola mata tetap dapat bergerak secara leluasa, tetapi
terdapat paralisis absolut pada pupil, yaitu hilangnya refleks cahaya langsung maupun
konsensual (tidak langsung), serla hilangnya refleks akomodasi menyebabkan peng-
lihatan buram. Oftalmoplegia interna adalah akibat kerusakan selektif pada serabut
parasimpatis nelvus okulomotorius.
Oftalmoplegia eksterna terjadi ketika motilitas bola mata terhambat, tetapi persarafan
otonom (parasimpatis) mata tetap intak.
Kelumpuhan neryus okulomotorius terjadi pada sekitar 30Yo dari seluruh kelum-
puhan yang mengenai otot-otot pergerakan mata (kelumpuhan nefl/us abdusens paling
sering, terjadi pada sekitar 40-50% kasus). Ptosis lebih sering terjadi pada lesi saraf
(perifer) itu sendiri, lebih jarang terjadi pada lesi kompleks nukleamya di batang otak.
Begitu saraf keluar dari batang otak, serabut pupilomotorik terletak di bagian terluar
saraf, tepat di bawah epineurium dan dengan demikian lebih rentan terhadap kompresi
akibat trauma, fumoq atau aneurisma daripada serabut saraf lain. Untuk alasan yang
sama, serabut pupilomotorik lebih jarang rusak akibat lesi vaskular, seperli yang
terjadi pada diabetes. Penyebab kelumpuhan neryus okulomotorius terisolasi yang
lebih umum adalah aneurisma (sekitar 30%), tumor (sekitar 15o/o), dan lesi vaskular
(termasuk diabetes, sekitar 1 5-20%).
gerakan versive (dari bahasa Latin, "mengubah"), sedangkan gerakan kedua mata
dengan arah berlawanan disebut gerakan vergence (balk konvergensi ataupun diver-
gensi). Gerakan sebuah mata disebut duksi alau torsio (gerakan rotatoris).
Gerakan volunter
Hubungan area 18
dan 19 dengan area 8
- Gerakan refleks
Area mata
-..'..'......
19 Fasikulus longitudinalis
18 medialis
17 Hubungan vestibularis
Jaras untuk
gerakan
refleks gaze
Jaras untuk
gerakan
volunter gaze
n. okulomotorius n.abdusens
Area tektalis
untuk gerakan
gaze vertikal
i... _.
.i1.:;.:i:
Nukleus t.i::.t:'
Darkschewitsch
Dari retina
Nukleus interstitialis
Cajal
Kolikulus superior
Fasikulus lonEitudinalis
Ke serebelum
medialis
Nuklei vestibularis:
Nukleus superior
Nukieus lateralis
Nukleus medialis
Area pons untuk gerakan
Nukleus inferior
gaze horizontal
(nukleus prepositus Xll)
Dari medula spinalis servikalis
Traktus vestibulospinalis
lateralis
Gambar 4.21 Dasar anatomis gerakan mata konjugat: nuklei nervus kranialis yang mengontrol
otot-otot ekstraokular, fasikulus longitudinalis medialis, dan kompleks nukleus vestibularis,
dengan jaras supranuklear dan infranuklear untuk gerakan mata konjugat volunier dan refleksif.
(Gambar sebagian berdasarkan Hassler).
-
I
I,,,
[,u
Nukleus
..
-' para-abdusens
(nukleus
prepositus Xll)
ilt
Gambar 4.22 Oftalmoplegia internuklear (lNO) akibat lesi fasikulus longitudinalis medialis
Pil$at fnt*X:!;lrr krlrnfimga{ A*im. Gerakan tatapan verlikal juga dapat dibentuk oleh
neuron yang terletak di batas anterior kolikuli superior. Gangguan yang mengenai
area ini menyebabkan paresis talapan ke atas (sindroma Parinaud).
Impuls yang berasal dari lobus oksipitalis juga berjalan ke pusat tatapan pontis
kontralateral (nukleus para-abdusens) untuk menginisiasi gerakan tatapan konjugat
lateral. Stimulasi eksperimental pada area oksipitalis 1 8 dan 19 diketahui dapat men-
cetuskan gerakan tatapan konjugat yang umumnyalateral, meskipun kadang-kadang
ke atas atau ke bawah (gerakan latapan lateral pasti merupakan tipe yang paling
penting pada manusia, karena lebih sering dilakukan dibandingkan dengan dua jenis
lainnya) (Gambar 4.21, hIm. 13 1).
Gerakan mata volunter diinisiasi oleh neuron di lapang pandang frontal di area
Brodmann 8 (dan kemungkinan juga bagian area 6 dan 9), di sebelah anterior girus
presentralis (Gambar 4.21). Akibat yang paling sering pada stimulasi atau iritasi area
ini, misalnya pada kejang epileptik, adalah gerakan tatapan konjugat lateral ke sisi
kontralateral (ddviation conjugude,lihat di bawah) (Gambar 4.24). Getakan mata ini
kadang-kadang disertai dengan memutar kepala ke sisi kontralateral.
-
Gambar 4.23 oftalmoplegia internuklear pada pasien dengan infark mesensefalon akut. a.
Gambaran f2-weighted potongan tipis aksial mesensefalon menunjukkan lesi hiperintens di
paramedian kanan dekat akueduktus. b. Gambaran diffusion-weighfed aksial menunjukkan
lesi baru pada lokasi ini. Kedua temuan ini, jika dilihat secara bersama-sama, menunjukkan
kejadian iskemik.
Jaras dari lapang pandang frontal ke nuklei batang otak yang mempersarafi
gerakan mata belum sepenuhnya diketahui. Saat ini diduga bahwa serabut-serabut
jaras ini berjalan di kapsula intema dan pedunkulus serebri bersama dengan traktus
kortikonuklearis, tetapi kemudian tidak langsung berakhir di nuklei yang mempersarafi
pergerakan mata, melainkan mencapai tempat tersebut melalui berbagai "stasiun"
termasuk kolikulus superior, interneuron formasio retikularis, dan fasikulus longitu-
dinalis medialis (Gambar 4.21).
Semua gerakan volunter dipengaruhi oleh lengkung refleks, bukan hanya visual,
tetapi juga auditorik, vestibular, dan proprioseptif (dari otot-otot servikal dan leher ke
traktus spinotektalis dan fasikulus longitudinalis medialis).
Lesi pusat tatapan. Destruksi area 8 pada satu sisi mengakibatkan impuls yang
datang dari area yang sama di hemisfer kontralateral menjadi lebih dominan, me-
134 | Oragnosis Topik Neurotogi Duus
nyebabkan tatapankonjugat ke arah sisi lesi (yaitu, deviasi konjugat saat melihat ke
arah fokus). Deviasi tatapankadang-kadang disertai dengan kepala yang menoleh ke
sisi lesi. Pasien tidak dapat melihat secart volunter ke sisi lainnya, tetapi dapat
melakukannya secafa refieks,yaitu ketika secara visual mengikuti gerakan objek yang
secafa perlahan-lahan digerakkan ke lapang pandang kontralateral. (Kebalikannya
ditemukan pada lesi di lobus oksipitalis, seperli yang akan dibahas berikut') Deviasi
tatapan akibat lesi di lapang pandang frontal biasanya membaik dalam waktu singkat'
Kebalikan dari lesi destruktif, stimulasi atau iritasi area 8 (seperti pada serangan
epilepsi) menyebabkan tatapan konjugat yang menjauhi sisi fokus'
Keadaan tersebut berbeda dengan lesi pons karena traktus kortikopontinus me-
nyilang (Gambar 4.24). Stimulasi atau iritasi pusat tatapan pons menyebabkan deviasi
tatapan kontralateral. Deviasi tatapanyang berasal dari pons jarang pulih sempurna.
,4,-
-\\4 a*o -6*6
Fokus pons: gaze menjauhi fokus
I
Fokus pons: gaze ke arah fokus
Gambar 4.24 Deviasi konjugat akibat fokus kortikal dan pons (iritatif atau destruktif)
I'
Batang otak I tU
refleks: ketika suafu objek masuk ke dalam lapang pandang kita, perhatian dan tatapan
kita secara otomatis tertuju pada benda itu. Jika objek bergerak, mata mengikuti objek
secara volunter sehingga bayangan tetap jatuh di fovea, bagian retina yang memiliki
penglihatan tertajam. Hal ini terjadi tanpa memperhatikan apakah pengamat atau
objek sedang bergerak (atau keduanya bergerak). Dengan demikian, semua gerakan
mata volunter memiliki komponen refleks involunter. Dalam literatur berbahasa
Inggris, proses quasi-refleks yang mempertahankan gambaran visual suatu objek di
fovea disebut refleks fiksasi.
Lengkung aferen refleks fiksasi terbentang dari retina di sepanjangjaras visual ke
korleks visual (area 17), impuls selanjutnya dikirimkan ke area lg dan 19. Lengkung
eferen kembali dari area tersebut ke pusat tatapan di pons dan mesensefalon kontra-
lateral, kemungkinan melalui radiasio optika (meskipun lokasi tepat serabut ini masih
belum diketahui). Pusat tatapan kemudian berproyeksi ke nuklei ner\.us kranialis yang
mempersarafi pergerakan mata untuk melengkapi lengkung refleks. Beberapa serabut
eferen kemungkinan langsrmg berjalan ke pusat tarapan di batang otak, sedangkan
serabut lainnya singgah di lapangan pandang frontal (area 18) terlebih dahulu.
Lesi yang mengenai refleks fiksasi. Jlka area oksipital yang terlibat dalam refleks
fiksasi rusak, refleks tersebut tidak lagi dapat berfungsi dengan baik. pasien dapat
melihat ke segala arah secara volunter, tetapi tidak lagi dapat mengikuti mengikuti
objek tersebut secara visual, tidak lagi dapat mempertahankan jatuhnya bayangan
objek tersebut di fovea. objek segera keluar dari zona penglihatan teftajam, dan pasien
harus menemukannya lagi dengan gerakan mata volunter.
m.sphjncter pupillae
m.rektus medialis
\ fr ganglion siliare
n.okulomotorius
Nukleus
asesorius (otonom)
Nukleus okulomotorius
(bagian yang mengontrol
m.rektus medialis)
Korpus Nukleus Perlia
genikulatum
lateraie Area pretektal
R"di""i;'\
optika ,r,r/
Korteks
visua I
f,,engknng at'*ren n"ef{eli$ eflfua}r& pupit (Gambar 4.26). Serabut aferen menyertai
serabut visual di nervus dan traktus optikus di dekat korpus genikulatum laterale,
tetapi tidak langsung masuk ke struktur Lrsebut, melainkan berbelok ke arah kolikulus
138 | Diagnosis Topik Neurotogi Duus
superior dan berakhir di nuklei area pretektalls. Intemeuron yang terletak di sini
berproyeksi lebih lanjut ke nuklei parasimpatik Edinger-Westphal (rlrrklei otonom
aksesorius) kedua sisi (Gambar 4.26i). Persarafan bilateral nuklei Edinger-Westphal
ini merupakan dasar anatomis respons cahaya konsensual: penyinaran cahaya pada
satu mata menginduksi konstriksi pupil tidak hanya pada sisi mata tersebut, tetapi
juga pupil kontralateral.
Lesijaras uferen. Lesi pada radiasio optika, korteks visual, atau kolikulus superior
tidak memengaruhi refleks cahaya pupil. Namun suatu lesi di area pretektalis meng-
hilangkan refleks ini. Hal ini menunjukkan bahwa struktur-struktur yang disebutkan
pertama kali tidak berparlisipasi pada lengkung refleks, dan bahwa lengkung aferen
refleks harus berjalan melewati area pretektalis, meskipun lokalisasi anatomis jaras
ini secara tepat belum diketahui. Begitu pula pada lesi net'vus optikus, yang meng-
ganggu serabut aferen lengkung refleks di lokasi yang berbeda, mengganggu respons
pupil terhadap penyinaran pada mata sisi lesi: pupil ipsilateral maupun kontralateral
iiOat aapat berkonstriksi secara normal. Penyinaran mata pada sisi kontralateral (sisi
yang sehat) akan diikuti oleh konstriksi kedua pupil secara normal. Temuan ini
menunjukkan adanya deJbk aferen pupil.
ef"ere$ neffieks enhaya png:il (Gambar 4.26)' Serabut eferen berasal dari
!-emg5<n*mgg
,ukiiut Edinger-Westphat dan berjalan di nervus okulomotorius ke orbita, Serabut
praganglionik parasimpatis bercabang dari nen'us okulomotorius di dalam orbita dan
Lerjalan ke ganglion siliare, yang sel-sel ganglionnya membentuk slasirn relay
sinaptik. Serabut postganglion yang pendek keluar dari ganglion siliare dan kemudian
memasuki bola mata dan mempersarafi m.sphingter pupilae (Gambar 4.26).
Lesi jarus eferen. Jika nerr,us okulomotorius atau ganglion siliare r-usak, impuls dari
nukleus Edinger-Westphal tidak lagi dapat mencapai m.sfingter pupilae mata ipsi-
lateral. Hasilnya adalah midriasis tanpa adanya refleks cahaya'
SitinruXi lain y*ng rm*rmemgmruhi lth*r nrmpifi' Lebar pupil bervariasi tidak hanya
sebagai respons terhadap cahaya tetapi juga sebagai respons terhadap berbagai
jenis
stimuli yang berasal dari luar mata . Stimuti nyeri hebat, seperli cubitan kuat pada otot-
otot leher, serla meningkatnya rangsangan emosi dapat mencetuskan dilatasi pupil.
Midriasrs yang terjadi pada situasi ini terjadi akibat peningkatan aktivitas sistem saraf
simpatis, yang menyebabkan kontraksi m.dilator pupilae (yang akan dibahas kemu-
dian). Namun, penelitian terkini menunjukkan bahwa penumnan aktivitas persarafan
parasimpatis pupil mungkin merupakan faktor yang lebih penting'
Anisokoria. Istilah "anisokoria" berasal dari bahasa Yunani yang secara harfiah ber-
arti ketidaks4maan pupil (sehingga agak berlebihan untuk menyatakan, "Pupil aniso-
korik"). Lebar pupil yang sedikit berbeda sering terlihat pada orang normal (anisokoria
fisiologis), tetapi perbedaan yang besar harus menimbulkan kecurigaan adanya massa
intrakranial (unilateral) yang menekan nervus okulomotorius. Pada keadaan klinis,
penting untuk diingat bahwa anisokoria sering disebabkan oleh pemakaian obat untuk
menimbulkan dilatasi atau konstriksi pada satu mata (yang sebaiknya dihindari,
misalnya, pada pasien koma).
-
m.sfingter pupilae
Traktus optikus
nukleus asesorius
(otonom)
korpus genikulatum
latera le
korpus genikulalum
mediale
Nukleus
N pretektalis
Dari
diensefalon'
NuKleus
n.optikus Edingerwestphal
migfingle!
au pupjl6e
Ganglion
Jaras
siliare
simpatis
-'
sentral
Parasimpatis
Simpatis
Stroma iridis
epitelium pigmen
Suplai aferen pusat siliospinalis: Serubut aferen dari retina berjalan ke hipotalamus
(nukleus suprakiasmatikus), tempat munculnya jaras simpatis sentral. Jaras ini me-
nyilang garis tengah setinggi mesensefalon dan berjalan turun ke batang otak dan
medula spinalis servikalis ke pusat siliospinal.
-
Sindrom Horner (Gambar 4.28). Lesi yang mengenai jaras simpatis sentral, pusat
siliospinalis, ganglion servikale superius, atau serabut simpatis postganglionik di se-
panjang perjalanannya ke mata menimbulkan kumpulan abnormalitas yang khas,
yang disebut sindrom Homer. Trias temuan okular terdiri dari: penyetnpitan
fisura
palpebralis (akibat hilangnya fungsi m.tarsalis superior), miosis (akibat hilangnya
fungsi m.dilator pupilae, sehingga menyebabkan efek konstriksi m.sfingter pupilae
menjadi lebih dominan), dan eno.ftalmus (aklbat hilangnya fungsi m.orbitahs). Anhi-
drosis danvasodilata.gi di separuh sisi wajah ipsilateral terjadi jikapersarafan sirnpatis
wajahjuga terkena, baik di pusat siliospinalis atau di serabut eferen yang keluar dari
pusat ini.
Dari diencephalon
m.tarsalis superior
(aras simpatis
sentral) \
2 ,,f a.karolis
//{\A
l,/'/7,
J.//,4R -pupillae
m.dirator rt_
interna
,\
ll \,lt
AfiL/
\ 1
'''"'''' l-
m.tarsaris //
-- \ ,
\\1 inferior )
),,\r. ,// (
\''(t1.\7 _a
fub
/ 1",+s
/1?f]j
-____-:-'i """1ll-,:!'q
m
superlus l
orbitaris
i vasodiratasi I
keringat
Kelenjar (
(anhidrosis;
)
a \
-5st-\Uf-"--*=A-..k:t
\ I
Gambar 4'28 Persarafan simpatis mata dan sindrom Horner. Di daerah mata, eferen simpatis
tidak hanya merhpersarafi m.dilator pupilae (lihat Gambar 4.27),telapijuga m.tarsalis dan m.
orbltalis. Persarafan simpatis kelenjar keringat wajah dan pembuluh darahnya (serabulserabut
vasokonstriktor) juga diperlihatkan.
-
Refleks Berkedip
Jika sebuah objek tiba-tiba terlihat tepat di dekat mata, terjadi refleks menutup mata
(refleks berkedip). Impuls aferen refleks ini berjalan dari retina langsung ke tektum
mesensefali dan kemudian berjalan, melalui traktus tektonuklearis, ke nuklei nervtls
fasialis kedua sisi, yang serabut eferennya kemudian mempersarafi m.orbikularis
okuli. Impuls lain berjalan tumn di serabut tektospinal ke sel-sel komu anterius
medula spinalis, yang mempersarafi otot-otot servikal untuk menimbulkan averasi
kepala (gerakan kepala ke belakang secara tiba-tiba).
Nervus Trigeminus (N V)
Nervus trigeminus adalah saraf campuran. Saraf ini memiliki komponen yang lebih
besar Qtorsio mayor) yang terdiri dari serabut sensorik untuk wajah, dan komponen
yang lebih kectl (porsio minor) yang terdiri dari serabut motorik unfuk otot-otot pe-
ngunyah (mastikasi).
n. Nasosiliaris
Ramus superfisialis
n. temporalis
n. Oftalmikus
n. Maksilaris
n. Mandibularis
Ganglion trigeminale
n. Aurikulolemporalis
Ganglion pterioopalatinum
n. Bukalis
n. Lingualis
n. alveolaris inferior
A = fisura orbitalis
B = foramen rotundum
C = foramen ovale
1 = m. pterigodeus lateral
2 = m. pterigodeus medial
3 = m. miohioideus dan venter n. mrlohioideus
anterior m. digastrikus m. mentalis
Gambar 4.29 Perjalanan perifer serabut somatosensorik dan motorik nervus trigeminus.
Namun, di sekitar telinga luar, hanya bagian anterior pinna dan kanalis auditorius
ekstemus dan sebagian membrana timpanika yang dipersarafi oleh nervus trigeminus.
Bagian kanalis auditorius ekstemus lainnya mendapatkan persaralan somatosensorik-
nya dari neln'us intermedius, nervus glosofaringeus dan nervus vagus.
Impuls proprioseptif dari otot pengunyah dan palatum durum dihantarkan oleh
nernus mandibularis. hnpuls ini merupakan bagian mekanisme umpan-balik untuk
mengontrol kekuatan gigitan.
Semua s'erabut somatosensorik trigeminal berakhir di nukleus sensorik prinsipalis
nervis trigemini, yang terletak di bagian dorsolateral pons (di posisi yang analog
dengan nuklei kolumna posterior di medula spinalis). Akson neuron kedua menyilang
garis tengah dan berjalan naik ke lemniskus rnedialis kontralaterai ke nukleus ventralis
posterolateralis talami (VPL, Gambar 4.30).
Serabut somatosensorik nervus trigeminus merupakan komponen beberapa leng-
kung refleks penting.
144 | Oiagnosis Topik Neurologi Duus
Cabang meningeal
n Aurikulotemporalis
!l\ l/,/,
nn. pterigoideus late.ralis\\// / .
dan medialis \,
/
saraf ke m. tensor veli palatini
Nukleus dan
traktus
n. trigeminus
Nukleus motorius
) n. trigeminus
Lemniskuy'
spinalis
dan lemhiskus
/
trigeminalis
(Refleks masete0
Traktus .--.'-''----
l
Aferen somatik
_
Propriosepsi
(corpus) |
Aferen somatik
Aferen somatik -- .
Raba
Nyeri, suhu
spinotalamihus \ Eferen brankia is -.----* Ivotorik
lateralis
Gambar 4.30a Hubungan sentral berbagai serabut trigeminalis dan nukleinya yang bersesuaian
(gambaran skematik). b. Radiks motorik nervus trigeminus.
melalui nervus fasialis ke mm. orbikularis okuli kedua sisi (lengkung eferen). Gang-
guan pada lengkung refleks ini baik pada komponen aferen (nenus trigeminus) mau-
pun pada komponen eferennya (nenus fasialis) menghilangkan refleks korrea, yaitu
sentuhan pada komea menginduksi terpejamnya kedua mata.
,&r:l7e/ri' kr:rsir; clau wt,tiyi:tttp. Serabut somatosensorik lain berjalan dari mukosa
hidung ke area nuklear trigeminalis untuk membentuk lengkung aferen refleks bersin.
Sejumlah saraf yang berbeda membentuk lengkung eferen: nelnus kranialis V VII,
IX, dan X, serla beberapa saraf yang terlibat dalam ekspirasi. Refleks mengisap pada
bayi, yaitu sentuhan pada bibir menginduksi gerakan mengisap, adalah refleks lain
dengan lengkung aferen dan lengkung eferen nen us trigeminus yang melibatkan
beberapa saraf yang berbeda.
seu"afrrmtny*ri *uci smhm mer\'{"n$ trigomimus. Serabut yang mempersarafi sensasi
nyeri dan suhu berjalan ke arah kaudal di traktus spinalis nervi trigemini dan ber-
akhir di nukleus spinalis nervi trigemini, yang bagian terbawahnya meluas hingga
ke medula spinalis servikalis. Nukleus ini merupakan perluasan ke atas zona Lissauer
dan substansia gelatinosa kornu posterius, yang menerima serabut nyeri dan suhu dari
segmen servikal atas.
Bagian kaudal (pars kaudalls) nukleus spinalis nervi trigemini mengandung
representasi somatotropik wajah dan kepala yang terbalik; serabut nosiseptif nenus
oftalmikus berakhir di bagian paling kaudal, diikuti oleh ner-uus maksilaris dan
mandibularis dari kaudal ke rostral. Traktus spinalis nervi trigemini juga mengandung
serabut nosiseptif dari nenus kranialis VII (nervus intermedius), IX, dan X, yang
mempersarafi sensasi nyeri dan suhu pada telinga luaq sepertiga posterior lidah, dan
laring serta faring (lihat Gambar 4.48 dan 4.49).
Bagian tengah (pars interpolaris) dan bagian rostral (pars rostralis) nukleus spi-
nalis nervi trigemini kemungkinan menerima serabut aferen yang mempersarafi
sensasi raba dan tekan (anatomi fungsional area ini masih belum dipahami saat ini).
Pars interpolaris juga dilaporkan mengirimkan serabut nosiseptif dari pulpa gigi.
Neuron kedua yang keluar dari nukleus spinalis nervi trigemini memproyeksikan
aksonnya menyilang garis tengah dalam traktus yang luas dan menyerupai kipas.
Serabut tersebut berjalan melewati pons dan mesensefalon, berjalan naik berdekatan
dengan traktus spinotalamikus lateralis menuju talamus, tempatnya berakhir di nu-
kleus ventralis posteromedialis (Gambar 4.30). Akson neuron talamus (neuron ketiga)
pada jaras trigeminus kemudian berjalan naik ke genu posterius kapsula interna ke
bagian kaudal girus postsentralis (Gambar 2.19,hlm.42).
Fies'fiht.st m&tclri${ {rigemnireal'}is"
Nukleus motorik tempat berasalnya serabut motorik
(porsio minor) nervus trigeminus terletak di bagian lateral tegmentum pontis, tepat di
medial nuklbus sensorik prinsipalis nervi trigemini. Porsio minor keluar dari rongga
tengkorak melalui foramen ovale bersama dengan nervus mandibularis dan memper-
sarafi m. maseter, m. temporalis, dan m. pterigoideus lateralis dan medialis, serta m.
tensor veli palatini, m. tensor timpani, m. milohiodeus, dan venter anterior m. digas-
trikus (Gambar 4.29 dan 4.30).
Nuklei motorik (dan melalui mereka, otot-otot pengunyah) dipengaruhi oleh pusat
korlikal yang berproyeksi ke otot-otot tersebut melalui traktus kortikonuklearis. Jaras
-
supranuklear ini sebagian besar menyilang, tetapi juga terdapat proyeksi ipsilateral
yang penting. Hal ini menunjukkan fakta bahwa gangguan unilateral pada jaras trige-
minaf s.tpratrrrklear tidak menimbulkan kelemahan otot-otot pengunyah yang signi-
fikan.
Jaras supranuklear berasal dari neuron bagian kaudal girus pfesentralis (Gambar
3.2, hlm. 50; Gambar 4.30).
Lesi serabut motorik trigeminalis. Lesi nuklear atau perifer jaras motorik trigeminalis
menimbulkan kelemahan flasid pada otot-otot pengunyah. Jenis kelemahan ini,
jika unilateral, dapat terdeteksi dengan palpasi m. maseter dan m. temporalis ketika
pasien mengatupkan rahangnya: kontraksi otot yang dalam keadaan normal dapat
ierpalpasi menjadi tidak terpalpasi pada sisi lesi. Ketika pasien membuka mulutnya
dan mindorong rahang bawah ke depan, rahang berdeviasi ke sisi lesi, karena dominasi
tekanan m. pterigoideus kontralateral. Pada kasus-kasus tersebut, refleks maseter atau
j aw-j erk reflextidak ada (normalnya dapat ditimbulkan dengan mengetuk dagu dengan
palu refleks untuk meregangkan serabut m. maseter.
ill
serebeli superior
V sensorik n.trigeminus
(2.0 6.0 mm) -
Lokasi timbulnya
vil neuralgia trigeminalis
(0.5-4.0 mm)
a. serebeli inferior
X posterior
XI
a. vertebralrs
xlr
Gambar4.31 Bagian tidak bermielin radiks nervus kranialis fiingga, kiri) dan lengkung vaskular
yang berdekatan (merah tua, kanan) yang dapat mengiritasi radiks saraf di lokasi ini. Secara
spesifik, diagram ini menunjukkan lengkung arteri superior serebeli yang dapat menyebabkan
neuralgia trigeminalis.
Sindrom Gradenigo terdiri dari nyeri di distribusi nelnus oftalmikus disertai oleh
kelumpuhan nen-us abdusens ipsilateral. Sindroma ini disebabkan oleh infeksi pada
sel-sel udara di apeks os petrosus.
trigeminalis). Serangan ini disertai oleh eritema fasial, lakrimasi, sekresi hidung yang
cair, dan juga sering kali oleh sindrom Horner. Faktor provokatif yang khas antara lain
ketinggian, konsumsi alkohol, dan konsumsi nitrogliserin (g1iseril trinitrat). Serangan
teriadi secara berulang dalam suatu periode (cluster) yang khasnya berlangsung
selama seminggu atau lebih, dipisahkan oleh interval bebas-sakit kepala setidaknya
selama dua minggu. Namun, hingga saat ini belum ada konsensus mengenai pato-
fisiologi kelainan ini. Terapinya berupa terapi empirik, dengan oksigen, triptan, dan
obat-obat lain.
Cabang temporal
=\
en**)i"u)
.,,r'* ,
Cabang
oksipital
n. Aurikularis posterior
Ganglion genikulatum
Khorda timpanik
Ganglion pterigopalatinum
Cabang zigomatikum --J,
Cabang bukal '/
Pleksus parotideus
Cabang mandibularis
Cabang servikalis
Cabang m. Stilohioideus dan
venter posterior m.digastrikus
ffi*f$e"lks vil.rlg rx**lifu;e*.kntl trtrriss is*drli;+. Nukleus motorik neryus fasialis berperan
pada beberapa lengkung refleks. Refleks kornea telah dibahas di atas (hlm. 143).
Pada refleks kedip, stimulus visual yang kuat mencetuskan kolikulus superior untuk
mengirimkan impuls visual ke nukleus fasialis di pons melalui traktus tektobulbaris,
yang mengakibatkan mata segera tertutup. Begitu pula pada refleks stapedius, impuls
auditorik dihantarkan dari nukleus dorsalis korpus trapezoideum ke nukleus fasialis
dan menimbulkan kontraksi atau relaksasi m.stapedius, tergantung pada kekuatan
stimulus auditorik.
Lesi motorik yang mengenai distribusi nervus fasialis. Otot-otot dahi mendapatkan
persarafan supranuklearrrya dari kedua hemisfer serebri, tetapi otot-otot ekspresi
wajah lainnyahanya dipersarafi secara unilateral, yaitu oleh korteks presentralis kon-
tralateral (Gambar 4.33). Iikajaras supranuklear desendenss terganggu hanya pada
satu sisi, misalnya oleh infark serebri, kelumpuhan wajah yang ditimbulkan tidak
mengganggu otot-otot dahi (Gambar 4.34a): pasien masih dapat menaikkan alisnya
dan memejamkan matanya dengan kuat. Jenis kerumpuhan *u1un mi disebut kelum-
puhan n.fasialis sentral. Namun, pada lesi nuklear atau lesi perifer (lihat di bawah)
semua otot-otot ekspresi wajah pada sisi lesi menjadi lemah (Gamb ar 4.34b). Dengan
demikian, seseorang dapat membedakan kelumpuhan fasialis sentral dari kelumpuhan
fasialis nuklear atau perifer melalui tampilan klinisnya.
-
Nukleus motorik nervus fasialis tidak hanya dipersarafi oleh korteks fasialis tetapi
juga oleh diensefalon, yang berperan besar pada ekspresi wajah terkait-emosi. Input
yang lebih lanjut berasal dari ganglia basalia;pada gangguan ganglia basalia (misalnya,
Girus presentralis
Traktus kortikonuklearis
Ganglion genikulatum
't. "-'"--'---
r-1
1..
Garrbar 4.33 Persarafan sentral area nukleus fasialis di batang otak. Bagian area nukleus yang
mengendalikan otot-otot dahi dipersarafi oleh kedua hemisfer serebri. Sehingga, lesi yang
mengenai jaras kortikonuklear pada satu sisi tidak menyebabkan kelumpuhan otot-otot dahi.
Namun, area nukleus lain hanya dipersarafi oleh hemisfer kontralateral. Dengan demikian, lesi
unilateral di sepanjang jaras kortikonuklear menimbulkan kelemahan wajah kontralateral tanpa
mengganggu otot-otot dahi.
Batang otak I tst
Gambar 4.34 Kelumpuhan wajah
a. Kelumpuhanfasialis sentral: otot-
otot dahi tidak terkena
b. Kelumpuhan fasialis perifer: otot
otot dahi terkena bersama seluruh
bagian wajah lain pada sisi yang
terkena.
1^ti
penyakit Parkinson), dapat terjadi hipomimia atau amimia. Selain itu juga terdapat
berbagai sindrom diskinetik yang mengenai otot-otot ekspresi wajah dengan jenis
gerakan abnormal yang berbeda: antara lain spasme hemifasial, diskinesia fasialis,
dan blefarospasme. Lokasi lesi penyebab sindrom ini masih belum diketahui.
Kelumpuhan nervus fasialis idiopatik (Bell's palsy). Gangguan nervus fasialis yang
paling sering ini terjadi pada sekitar 25 dari 100.000 orang per tahun. Penyebabnya
masih belum diketahui. Gangguan ini ditandai dengan paresis flasid pada semua otot
ekspresi wajah (termasuk otot-otot dahi), serta manifestasi lain yang sesuai dengan
lokasi lesi. Berbagai sindrom yang terjadi akibat kerusakan saraf di dalam kanalis
fasialis terlihat pada Gambar 4.35, dan gambaran MRI khas yang sesuai dengan ke-
lumpuhan nervus fasialis idiopatik ditampilkan padaGambar 4.36. Diagnosis banding
penting pada kasus kelumpuhan wajah akut, karena tidak semua kasus bersifat
idiopatik: 10% kasus terjadi akibat herpes zoster optikus,4Yo akibat otitits media, dan
2To akibat berbagai jenis tumor (tumor parotis, neurinoma, dan lainnya)
Pemulihan total terjadi tanpa terapi pada 60 80% pasien. Pemberian steroid
(prednisolon, I mg/kg berat badan setiap hari selama 5 hari), jika terapi ini dimulai
dalam 10 hari setelah onset kelumpuhan wajah, mempercepat pemulihan dan diikuti
dengan kesembuhan total pada lebih dari 900% kasus, menurut beberapa penelitian
yang telah dipublikasikan.
Reinervasi parsial atau yang salah arahpada otot-otot yang terkena setelah episode
kelumpuhan nerlus fasialis idiopatik kadang-kadang menimbulkan kontraktur wajah
atau gerakan abnormal tambahan(sinkinesia) pada otot-otot ekspresi wajah. Reinervasi
yang salah arah juga menjelaskan fenomena "air mata buaya", yaitu lakrimasi invo-
lunter yang terjadi ketika pasien makan. Penyebabnya kemungkinan adalah serabut
sekretorik yang beregenerasi yang ditujukan untuk glandula salivaria telah mengambil
jalur yang salah di sepanjang selubung sel Schwann serabut yang berdegenerasi yang
mempersarafi glandula lakrimalis, sehingga beberapa impuls untuk salivasi justru
menginduksi lakrimasi.
Nervus intermedius
Nervus intermedius mengandung beberapa komponen aleren dan eferen (Tabel 4 1,
hlm. 110).
152 | Oiagnosis Topik Neurologi Duus
1..,r+1"*.tf.:uf ;ll+:r",;u p1*s{tta;t"iir;. Badan sel serabut aferen unfuk pengecapan terletak di
Khorda timpanik
n. aurikularis
posterior
Serabut motorik
Serabut sekretorik
Serabut gustatorik
Serabut somatosensorik
-
Gambar 4.36 MRI pada seorang perempuan berusia 73 tahun dengan kelumpuhan nervus
fasialis kiri total dengan onset akut dan tidak nyeri (kelumpuhan nervus fasialis idiopatik, Bel/'s
palsy). a. Gambaran T1-weighted aksial pasca-kontras menunjukkan penyangatan kontras yang
jelas di sepanjang perjalanan nervus fasialis kiri, bila dibandingkan dengan sisi kanan yang
normal. b. Penyangatan kontras yang patologis juga terlihat di sepanjang kelanjutan perjalanan
nervus di dalam os. petrosus. Kortison diberikan pada saat akut, dan kelemahan pulih total
dalam waktu tiga minggu.
capan di sepertiga posterior lidah dan papilae valatae, dan dari nervus vagus, yang
merepresentasikan pengecapan di epiglotis. Dengan demikian, pengecapan dipersarafi.
oleh tiga saraf yang berbeda 0{ VII, IX dan X) pada kedua sisi. Dengan demkian,
ageusia total akibat lesi saraf hampir tidak mungkin terjadi.
Ujung pengecapan
Nukleus
salivatorius
superior
dan inferior
Ganglion
pterigopalatinum
n. Petrosus mayor
7
. n. Lingualis
Ganglion
otikum
Nukleus traktus
solitarius
Jaras ke otot-otot
ekspresi wajah,
menelan,
dan mengunyah
Gambar 4.37 Serabut gustatorik aferen dan jaras gustatorik. Gambar menunjukkan reseptor
perifer (fasfe bud), perjalanan perifer serabut gustatorik (bersama nervus intermedius dan
nervus glosofaringeus serta nervus vagus), dan hubungan sentralnya dengan nuklei batang
otak yang sesuai.
Batang Otak I
155
Nukleus salivatorius
superior dan inferior
/n
// Y,/
UU'
Ganglion
pterigo-
palatinum
Khorda
timpanik
n. Lingualis
Ganglion
submandibulare
Glandula parotis
Glandula
submandibularis
dengan rute lebih ke kaudal, melalui khorda timpani dan nerws lingualis, ke ganglion
submandibulare, tempat ditemukannya relay sinaptik. Serabut postganglionik mem-
persarafi glandula sublingualis dan glandula submandibularls (Gambar 4.38), yang
menginduksi salivasi. Seperti yang telah disebutkan di atas, nukleus salivatorius
superior menerima input dari sistem olfaktorius melalui fasikulus longitudinalis dor-
salis. Hubungan ini memberikan dasar anatomis untuk refleks salivasi sebagai respons
terhadap aroma yang membangkitkan selera. Glandula lakrimalis menerima input
sentralnya dari hipotalamus (emosi) melalui fotmasio retikularis batang otak, serta
dari nukleus spinalis nervi trigemini (iritasi konjungtiva).
-
li't:r'irr;'1::i1 ;lrii.li!*l'!1.. Gelombang bunyi adalah getaran udara yang dihasilkan oleh ber-
bagai macam mekanisme (nada, bicara, nyanyian, musik instrumental, suara alami,
kebisingan lingkungan, dan lain-lain). Getaran ini ditransmisikan di sepanjang kanalis
auditorius eksternus ke gendang telinga (timpanum atau membrana timpanika) yutrg
memisahkan telinga luar dan telinga tengah (Gambar 4.39).
ii,,i;ri.riir :t,irii/rjii (Gambar 4.39) mengandung udara dan berhubungan dengan rongga
nasofaring (dan dengan demikian juga ke lingkungan luar) melalui tuba auditoria,
yang disebut juga tuba eustachius. Telinga tengah mengandung rongga tulang (vesll-
bulum), yang dindingnya diliputi oleh membran mukosa. Dinding medialnya memiliki
Anterior
Duktus Lateral
semisirkularis
Posterior
Duktus
:iii :
endo-
Stapes
lncus
iit limfatikus
l Utrikulus dengan
-l
6t:
i makula
ol Sakulus dengan
ol
6t
makula
-l .u.
oli
Fli
il Kokhlea
Membrana
Helikotrema
timpanika
Fenestra
vestibu li
Fenestra
kokhleae
dua orificium yang ditutupi oleh jaringan kolagen, yang disebut oval window atau
foramen ovale (sebutan lain, fenestra vestibuli) dan round window atau foramen
rotundum (fenestra kokhleae). Kedua jendela ini memisahkan rongga timpani dengan
telinga dalam, yang terisi dengan perilimf. Gelombang suara yang datang membuat
getaranpada membrana timpanika. Ketiga osikulus (maleus, inkus, stapes) kemudian
menghantarkan osilasi membrana timpanika ke foramen ovale, membentuk getaran
serta menghasilkan osilasi perilimf. Rongga timpani juga mengandung dua otot kecil,
yditu muskulus tensor timpanl (N V) dan muskulus stapedius (N VII). Dengan kon-
traksi dan relaksasi, otot-otot tersebut mengubah motilitas osikulus auditorik sebagai
respons terhadap intensitas suara yang datang, sehingga organ corti terlindungi dari
kerusakan akibat suara yang sangat keras.
ji'iiii;,:r; i.i,:iiiti;:. Bagian auditorik telinga dalam memiliki komponen tulang dan kom-
ponen membranosa (Gambar 4.39,4.40). Tulang koklea membentuk spiral dengan
dua-setengah putaran, menyerupai siput. (Gambar 4.39 memperlihatkan koklea yang
dipotong hanya untuk kepentingan pembelajaran). Koklea memiliki ruang-antara
(vestibulum) danbony tube, dilapisi oleh epitelium yang melingkar di sekitar modiolus,
struktur tulang yang semakin menyempit dan mengandung ganglion spirale. Potongan
melintang pada duktus kokhlearis menunjukkan tiga kompartemen membranosal
skala vestibuli, skala timpani, dan skala media (atau duktus kokhlearis), yang
mengandung organ corti (Gambar 4.40). Skala vestibuli dan skala timpani terisi
dengan perilimf, sedangkan duktus kokhlearis terisi dengan endolimf, cairan yang
diproduksi oleh stria vaskularis. Duktus kokhlearis menyempit hingga menghilang di
kedua ujungnya (di sekum vestibulare pada bagian dasarnya dan di sekum kupulare
pada apeksnya). Dinding atas duktus kokhlearis terbentuk oleh membrana Reissner
yang sangat tipis, yang memisahkan endolimf dari perilimf skala vestibuli, yangdapat
menghantarkan tekanan gelombang skala vestibuli secara bebas ke duktus kokhlearis
sehingga membrana basilaris ikut bergetar. Tekanan gelombang perilimf dimulai di
foramen ovale dan berjalan melalui skala vestibuli ke seluruh panjang koklea hingga
apeksnya, tempat gelombang tersebut masuk ke skala timpani melalui lubang kecil
yang disebut helikotrema; gelombang kemudian berjalan ke sepanjang koklea di skala
timpani, hingga akhimya sampai di foramen rotundum, tempat suatu membran tipis
memisahkan telinga dalam dari telinga tengah.
Organ Corti (organ spiral) terletak di membrana basilaris di seluruh panjangnya,
dari vestibulum ke apeks (Gambar 4.41). Struktur ini terdiri dari sel-sel rambut dan
sel-sel penunjang (Gambar 4.40c dan d). Sel-sel rambut adalah reseptor organ pen-
dengaran, yang mengubah energi mekanik gelombang bunyi menjadi potensial
elektrokimiawi. Ada sekitar 3500 sel-sel rambut dalam, tersusun dalam satu baris, dan
12.000 19.000 sel-sel rambut luar, tersusun dalam tiga baris atau lebih. Masing-
masing sel r'ambut memiliki sekitar 100 stereosilia, beberapa di antaranya meluas ke
membrana tektorialis. Ketika membrana basilaris berosilasi, stereosilia menekuk
hingga berkontak dengan membrana tektorial yang tidak berosilasi; hal ini dianggap
sebagai stimulus mekanikal yang mengeksitasi sel-sel reseptor auditorik. Selain sel-
sel sensorik (sel-sel rambut), organ corti juga mengandung beberapa jenis sel pe-
nu4iang, seperti sel-sel Deiters, serta rongga kosong (terowongan), yang fungsinya
158 | Oiagnosrs Topik Neurotogi Duus
Helikotrema
Modiolus
Skala vestibuli
Membrana Reissner
Duktus Kokhlearis
Ligamentum spirale
Skala timpani
+33mm+
Limbus spiralis
l\,4embrana
tektoria
Terowongan e. Lamina basilaris
uar
I
c. Organ Corti
tidak akan dibahas lebih lanjut di sini (tetapi lihat Gambar 4.40d). Pergerakan lem-
pengan kaki stapes ke foramen ovale menciptakan gelombang yang berjalan di
sepanjang bentangan membrana basilaris; arah pergerakan gelombang ini tegak lurus
Batang Otak I tSS
l\l+rrr'*.rs $;qlkhn*:lilr{e diB$ f;xrdr$ re*.rldi4cls'il{. Nervus kokhlearis, yang dibentuk oleh
prosesus sentral sel ganglion spirale, berjalan di sepanjang kanalis auditorius interrus
bersama dengan ner\us vestibularis, melewati ruang subarakhnoid di cerebellopontine
angle, dan kemudian masuk ke batang otak tepat di belakang pedunkulus serebelaris
inferior. Di nukleus kokhlearis ventralis, serabut-serabut nervus kokhlearis bercabang
dua (seperli huruf "T"); masing-masing kemudian melanjutkan ke lokasi relay beri-
kutnya (neuron keduajaras auditorik) di bagian ventral atau dorsal nukleus kokhlearis.
Neuron kedua menghantarkan impuls ke arah sentral melalui beberapa jaras, beberapa
di antaranya memiliki relay sinaptik lebih lanjut (Gambar 4.43).
Neurit (akson) yang berasal dari nukleus kokhlearis ventralis menyilang garis
tengah di dalam korpus trapezoideum. Beberapa neurit ini membentuk sinaps
dengan neuron lanjutan di korpus trapezoideum itu sendiri, sedangkan yang lainnya
melanjutkan ke stasiun relay befikutnya nukleus olivarius superioq nukleus lem-
niskus lateralis, atau formasio retikularis. Impuls auditorik asendenss kemudian ber-
jalan melalui lemniskus lateralis ke kolikulus inferior (meskipun beberapa serabut
mungkin tidak melewati kolikulius dan iangsung menuju korpus genikulatum
mediale).
160 | Oragnosis Topik Neurotogi Duus
n. Vestibulokokhlearis
Radiks Radiks
vestibularis kokhlearis
Ganglion
vestibulare
Ganglion
spirale
Neurit yang muncul dari nukleus kokhlearis dorsalis menyilang garis tengah di
belakang pedunkulus serebelaris inferior, beberapa di antaranya di stria medularis dan
yang laimya melalui formasio retikularis, dan kemudian berjalan naik di lemniskus
lateralis ke kolikulus inferior, bersama dengan neurit dari nukleus kokhlearis ven-
tralis.
Kolikulus inferior mengandung relay sinaptlk lanjutan ke neuron berikutnya
pada jaras ini, yang kemudian berproyeksi ke korpus genikulatum mediale talami.
Dari sini, impuls auditorik berjalan di dalam radiasio auditoria, yang terletak di ktus
posterius kapsula interna (Gambar 3 .2, hlm. 50), ke korleks auditorik primer di girus
temporalis transversus (area Brodmann 41), yang juga disebut gitus transversus
Heschl (Gambar 9.10, hlm. 317). Representasi tonotopik frekuensi auditorik tetap
terjagadi sepanjang jaras auditorik dari organ Korti hingga perjalanan menuju korteks
auditorik (Gambar 4.43a dan c), analog dengan organisasi somatotopik (retinotopik)
jaras visual.
tengah di batang otak; sebagianjaras ini tetap berjalan ipsilateral, sehinggajika terjadi
cedera pada sebuah lemniskus lateralis tidak menyebabkan tuli total unilateral, tetapi
hanya tuli parsial pada sisi kontralateral, serta gangguan persepsi arah suara.
Korpus
genikulatum
gut laterale
I I torrr, ot"
'nutdtut
v%, ,/_"
Korpus V '
genikulatum mediale /
Kolikulus
Komissura kolikuli
inferioria
Lemniskus lateralis
dan nuklei lemniskus
lateralis
Stria medularis
i-G
Fasikulus
longitudinalis medialis
Pedunkulus
serebelaris
Nukleus kokhle- /s;",
aris dorsalis --- -f)
^ .+2^l
d"ri
Nukleus kok
aris ventralis
Nukleus dorsalis
korpus trapezoideum
nukleus olivarius Lamina basilaris
Nukleus korpus
trapezoideum Nukleusolivarius Ganglionspirale
Lemniskus medialis Traktus kortikospinalis Organ Corti
Gambar 9 .26,hIm. 342), yaitu tempat stimulus auditorik dianalisis, diidentifikasi, dan
dibandingkan dengan memori auditorik yang telah direkam sebelumnya, dan juga
diklasifikasikan apakah suara tersebut merupakan bising, nada, melodi, ataukata-kata
dan kalimat, misalnya berbicara. Jika area korteks ini rusak, pasien dapat kehilangan
kemampuan untuk mengidentifikasi suara atau mengerti pembic araan(afasia sensorik,
hlm. 348).
162 | O,agnosis Topik Neurologi Duus
trn1*egrr*sl pei$ilrirjs$rr$r* *audigrrik ell herfuag*+i tre*glammp rs{tflcs. Jaras dari organ
Korti ke korleks auditorik primer adalah sepanjang 4-6 neuron; pada masing-masing
stasiun relay jaras ini (nukleus olivarius superior, formasio retikularis, nukleus lem-
niskus lateralis, dan kolikulus inferior), muncul serabut kolateral yang berpartisipasi
membentuk beberapa lengkung refl eks.
o Beberapa impuls berjalan ke serebelum, sedangkan impuls lain berjalan di
fasikulus longifudinalis medialis ke nukleus yang mempersarafi otot-otot eks-
traokular dan menimbulkan gerakan mata konjugat ke arah datangnya suara.
o Beberapa impuls melewati kolikulus superior dan inferior ke area pretektalis
dan kemudian, melalui traktus tektobulbaris, ke berbagai nuklei batang otak,
termasuk nukleus nervr,ts fasialis (m. stapedius), atau melalui traktus tekto-
spinalis ke sel-sel motorik kornu anterius di medula spinalis servikahi. Impuls
yang turun ke medula spinalis servikalis menimbulkan reposisi kepala ke arah
atau menjauhi datangnYa suara.
o Impuls lain berjalan di dalam sistem aktivasi retikular keformasio retikularis
(reaksi terjaga, hlm. 241).
o Impuls lain berjalan turun di lemniskus lateralis, dan melalui interneuron,
mengatur pengaruh pada tekanan lamina basilaris. Beberapa impuls desendens
dianggap memiliki efek inhibitorik; fungsinya mungkin untuk memperbaiki
persepsi frekuensi tertentu dengan menekan frekuensi lain, frekuensi-frekuensi
di sekitarnya.
Gangguan Pendengaran
Tuli Konduktif dan Tuli Sensorineural
Dua jenis tuli dapat dibedakan secara klinis: tuli telinga tengah (konduktifl dan tuli
telinga dalam (sensorineural).
Tuli konduktif disebabkan oleh proses yang mengenai kanalis auditorius eksternus
atau,yanglebih sering, telinga tengah. Getaran udara (gelombang suara) hanya sedikit
yang dihantarkan ke telinga dalam, ataubahkan tidak dihantarkan sama sekali. Getaran
tulang masih dapat dihantarkan ke organ Ccrti dan masih dapat didengarkan (lihat tes
Rirure, di bawah).
Penyebab tuli konduktif meliputi kerusakan membrana timpani, serotimpanum,
mukotimpanum, atau hemotimpanum; gangguan rantai osikular oleh trauma atau
inflamasi; kalsifikasi tulang (otosklerosis); proses destruktif seperli kolesteatom; dan
tumor (tumor glomus dan yang lebih jarang yaitu karsinoma kanalis auditorik).
Tuli telinga dalam atau tuli sensorineural disebabkan oleh lesi yang mengenai
organ Korfi, nervus kokhlearis, ataujaras auditorik sentral.
Fungsi telinga dalam dapat terganggu oleh malformasi kongenital, medikasi (anti-
biotik), racun industri (misalnya,benzena, anilin, dan pelarut organik), infeksi (mumps,
campak, zoster), gangguan metabolik, atau trauma (fraktur, trauma akustik).
setelah pasien tidak dapat mendengar nadanya, pemeriksa menguji apakah ia masih
dapat mendengarTyajika ujung garputala didekatkan ke telinga, yang pada subjek
:
normal dapat mendengarnya (tes Rinne positif hasil normal). Pada gangguan pen-
dengaran telinga tengah, pasien dapat mendengar nada lebih lama melalui konduksi
:
tulang dibandingkan dengan konduksi udara (tes Rinne negatif hasil patologis).
Pada tes Weber, tangkai garputala yang bergetar diletakkan pada vefteks kepala
pasien, yaitu di garis tengah. Subjek normal akan mendengarkan nada di garis tengah;
pasien dengan tuli konduktifunilateral melokalisasi nada di sisi yang sakit, sedangkan
tuli sensorineural unilateral melokalisasikan nada di sisi yang normal.
Pemeriksaan diagnostik lanjutan. Lesi telinga tengah merupakan area spesialis THT,
tetapi lesi neryus kokhlearis dan jaras auditorik sentral merupakan area neurolog'
pemeriksaan bedside yang dibahas di atas untuk membedakan tuli sensorineural
atau tuli konduktif tidak cukup untuk penilaian diagnostik secara tepat, yang me-
merlukan audiometri, yaitu pengukuran kemampuan pendengaran secara kuantitatif
dan akurat. Ambang batas auditorik untuk konduksi udara dan lulang drukur pada
berbagai frekuensi. Padatuli konduktif, ambang konduksi udara lebih buruk dibanding-
kan konduksi tulang. Pada tuli sensorineural, temuan tergantung pada lesi yang men-
dasarinya: tuli frekuensi tinggi terjadi pada usia tua (presbikusis) dan pada bentuk tuli
akut atau kronik lainnya, tetapi tuli frekuensi rendah persepsi auditorik terjadi pada
penyakit M6nidre.
Sistem vestibular terdiri dari labirin, bagian vestibular nemrs kranialis kedelapan
(yartt, newus vestibularis, bagian nenus vestibulokokhlearis), dan nuklei vestibularis
di batang otak, dengan koneksi sentralnya.
i.*irilirl terletak di dalam bagian petrosus os temporalis dan terdiri dari utrikulus,
sakulus, dan tiga kanalis semisirkularis (Gambar 4.39). Labhin membranosa ter-
pisah dari labirin tulang oleh rongga kecil yang terisi dengan perilimf; organ mem-
branosa itu sendiri berisi endolimf.
Utrikulus, sakulus, dan bagian kanalis semisirkularis yang melebar (ampula)
mengandung organ reseptor yang berfungsi untuk mempeftahankan keseimbangun.
o
o
o
o
b
a
;o
dE
c
l
c
o
o
F{uilungan a$er{:Ei qiftst ef,e i-iilE} sru{l;i*ars vfistf,fuir}siri$- Anatomi hubungan aferen dan
eferen nuklei vestibularis saat ini belum diketahui secara pasti. Teori yang berlaku
saat ini adalah sebagai berikut (Gambar 4.47):
o Sebagian serabut yang berasal dari nerwus vestibularis menghantarkan impuls
langsung ke lobus flokulonodularis serebeli (arkhiserebelum) melalui trak-
tus juxtarestiformis, yang terletak di dekat pedunkulus serebelaris inferior.
Kemudian, lobus flokulonodularis berproyeksi ke nukleus fastigialis dan,
melalui fasikulus unsinatus (Russell), kembali ke nukleus vestibularis; beberapa
serabut kembali melalui nen ls vestibularis ke sel-sel rambut labirin, tempat
mereka mengeluarkan efek regulasi inhibitorik utama. Selain itu, arkhi sere-
belum mengandung serabut-serabut ordo kedua dari nukleus vestibularis supe-
Nuklei vestibularis:
Nukleus superior
(Bechterew)
Fasikulus longitudinalis
medialis (asenden) Nukleus lateralis
(Deiters)
Serabut
vestibulosere- Nukleus medialis
belaris (Schwalbe)
I
I (ke nodulus
I
I dan flokulus) Nukieus inferior
I
(Roller)
1
w-l
i
I
\
Fasikulus longitudinalis
medialis (desenden)
Gambar 4.46 Kompleks nuklear vestibularis dan hubungan sentralnya. a. Komponen nukleus
vestibularis. b. Hubungan sentral masing-masing komponen nukleus vestibularis.
Batang otak | rct
Nukieus
Darkschewitsch dan
nukleus interstitialis Cajal
Nukleus ruber
Vermis
Nukleus fastigial
Nukleus globosus
Fasikulus
unsinatus
(Russell)
Formasio retikularis
Ganglion vestibulare
(Scarpa)
rior, medialis, dan inferior (Gambar 4.41 dan 4.48) dan mengirimkan serabut
eferen langsung kembali ke kompleks nuklear vestibularis, serta ke neuron
motorik medula spinalis, melalui jaras serebeloretikularis dan retikulo-
spinalis.
168 | Oragnosrs Topik Neurologi Duus
Gangguan Keseimbangan
Dizziness dan disekuilibrium, setelah gejala sakit kepala, merupakan gejala yang
paling sering membuat pasien mencari pertolongan medis. Dalam percakapan sehari-
hart, "dizziness" atau pusing merujuk ke berbagai variasi perasaan abnormal.
"Dizziness" kadang-kadang berarti veftigo murni, yaitu sensasi pergerakan kepala
atau putaran kepala ke beberapa arah; pasien dapat mendeskripsikan perasaan seakan-
akan ia berada di atas komedi putar, kapal yang oleng, atau lift yang mulai bergerak
atau hampir berhenti. Namun, banyak pasien menggunakan kata-kata tersebut secara
luas untuk berbagai kondisi, seperti keadaan bingung, perasaan seperti akan pingsan,
rasa tidak stabil saat berdiri pada satu kaki (keluhan umum pada lanjut usia), atau
ansietasringan, sepertipadaklaustrofobia. Dengandemikian,pasienyangmengeluhkan
"dizziness" harus dianamnesis secara cemat unfuk menentukan sifat keluhan secara
tepat. Berdasarkan definisinya, vertigo adalah perasaan abnormal dan mengganggu
bahwa seseorang seakan-akan bergerak terhadap lingkungannya (vertigo subj ektif),
atau lingkungannya seakan-akan bergerak padahal sebenarnya tidak (vertigo objektif:
perhatikan bahwa istilah "subjektif' dan "objektif'tidak memiliki arti sesungguhnya
pada kedua ekspresi ini). Pasien dengan vertigo juga dapat mengalami osilopsia, ilusi
visual berupa objek yang terlihat seakan-akan bergerak maju-mundur. Hanya ketika
"dizziness" merupakan vertigo mumi, berdasarkan definisi istilah tersebut secara
Batang Otak I
tepat", yang kemungkinan besar disebabkan oleh gangguan pada sistem vestibularis
atau sistem visual, atau keduanya, dan yang memerlukan evaluasi dari ahli neurologi.
Sebaliknya, perasaan tidak stabil yang tidak terarah atau presinkop kemungkinan
besar merupakan manifestasi nonspesifik gangguan kardiovaskulaq intoksikasi, atau
depresi.
Batang Otak I
171
Statolit yang lepas juga dapat (arang) memasuki kanalis semisirkularis lateralis.
Pergerakan dalam bidang kanalis semisirkularis yang terkena membuat kristal di
dalamnya bergerak, menimbulkan pergerakan relatif endolimf (kanalolitiasis; efek
piston), yang ditransmisikan ke kupula. Impuls yang berasal dari kanalis semisirkularis
yang terkena menimbulkan sensasi pergerakan dan nistagmus pada bidang kanalis
semisirkularis yang terstimulasi, yang dimulai segera setelah interval latensi yang
pendek dan menghilang dalam 60 detik. Pengulangan pergerakan kepala yang men-
cefuskan verligo menyebabkan pengurangan respons simtomatik sementara (habi-
tuasi).
Terapinyameliputi manuverreposisi secara cepatpadabidang kanalis semisirkularis
yang terkena, dengan cara sedemikian rupa sehingga statolit dapat keluar dari kanal.
Neuropati vestibular
Defisit vestibular unilateral yang akut (neuropati atau neuritis vestibular: kehilangan
fungsi, biasanya, sebuah organ vestibular atau nervus vestibularis secara akut) adalah
penyebab vefiigo rotatorik tersering kedua. Meskipun, pada sebagian besar kasus,
tidak ada penyebab yang dapat teridentifikasi secara pasti, banyak bukti menunjukkan
bahwa episode tersebut disebabkan oleh virus, dengan cara yang sama dengan ke-
lumpuhan nerwus fasialis idiopatik (Bell s palsy) dan tuli tiba-tiba.
Gejala utama neuropati vestibular adalah vertigo berputar yang hebat dengan
onset akut dan berlangsung hingga beberapa hari, yang diperberat dengan per-
gerakan kepala. Keluhan ini disertai oleh nistagmus torsional horizontal yang arahnya
meniauhi sisi lesi, serla kecenderungan untuk terjatuh ke sisi lesi, nausea, muntah, dan
malqise yang hebat. Gejala prodromal ringan dalam bentuk sensasi vertigo yang
singkat dan sementara kadang-kadang mendahului serangan akut dalam beberapa
hari. Pendengaran umumnya tidak terpengaruh, tetapi jika ditemukan gangguan pen-
dengaran, diagnosis banding harus menyeftakan penyakit infeksi seperti mumps,
campak, mononukleosis, boreliosis, neurosifllis, dan hetpes zoster otikus; neuroma
akustik; iskbmia pada teritori arleri labirinti; dan penyakit Menidre. Neuropati vesti-
bular cenderung mengenai individu yang berusia antara 30 dan 60 tahun dan tidak
meniadi lebih sering pada usia tua, yang menunjukkan bahwa gangguan ini ke-
mungkinan tidak disebabkan oleh iskemia. Diagnosis ditegakkan dengan temuan
gangguan eksitabilitas labirin yang terkena pada pemeriksaan kalori, tanpa disertai
oleh manifestasi neurologis lain (seperti defisit saraf kranialis lain, defisit serebelum,
172 | Diagnosis Topik Neurologi Duus
atau defisit batang otak). vertigo dan ketidakseimbangan membaik secara perlahan-
lahan dalam 1-2 minggu, dan semua gejala umumnya pulih sempurna dalam tiga
minggu setelah onsetnya. Terapi dengan tirah baring dan obat antivertigo hanya di-
indikasikan pada dua atautigaharipefiama. Pasien harus memulai program gimnastik
khusus yang terarah sesegera mungkin, termasuk latihan keseimbangan yang mudah
dipelajari dan dilakukan di rumah, untuk mempercepat penyembuhannya.
Neuroma akustik
Seperti yang telah disebutkan, istilah umum (bahkan hampir universal) 'oneuroma
akustik" sebenamya merupakan kesalahan penamaan unfuk schwannoma yang muncul
dari serabut vestibular neryus vestibulokokhlearis. Pertama-tama tumor merusak
serabut-serabut ini, kemudian secara perlahan dan progresif merusak eksitabilitas
organ vestibular sisi yang terkena; pasien jarang mengalami vertigo karena defisit ini
dapat dikompensasi dengan proses vestibular pada tingkat yang lebih tinggi, tetapi
eksitabilitas asimetrik dapat terlihat pada tes kalori. Bergantung pada kecepatan per-
tumbuhan tumor, iritasi dan/atau kompresi serabut nerr'.us kokhlearis cepat atau lambat
akan menimbulkan tuli frekuensi tinggi yang terbukti secara klinis. Diagnosis
neuroma akustik didukung oleh temuan tuli frekuensi tinggi pada audiometri, dan
pemanjangan wakhr konduksi dengan mengukur potensial cetusan auditorik batang
otak (BAEP; Brainstem Auditoty Evoked Potentials); dan dapat dikonfirmasi dengan
MRL Namun, tidak ada hubungan langsung dan tepat antara ukuran tumor dan ke-
parahan tuli yang disebabkannya.
Tumor yang telah tumbuh lebih lanjut dapat menekan struktur di sekitamya (batang
otak, nervus fasialis, nervus trigeminus), menyebabkan defisit saraf kranial lebih
lanjut (misalnya, gangguan lakrimasi dan pengecapan akibat disfungsi khorda tim-
pani) dan, akhirnya, gejala kompresi batang otak dan serebelum.
Pasien dengan neuroma akustik bilateral kemungkinan mengalami neurofibroma-
tosis tipe II (disebut juga neuromatosis akustik bilateral).
Terapi untuk neuroma akustik saat ini menjadi subjek diskusi yang intens di bidang
bedah saraf. Banyak lesi yang sebelumnyahanyadapat diobati dengan operasi terbuka
sekarang dapat diobati dengan radiosurgery stereotaktik yang memberikan hasil yang
sebaik atau bahkan lebih baik (misalnya, dengan Pisau Gamma atau akselerator linear
stereotaktik).
Motorik
Viseromolorik
Eksteroseptif
Traktus
kortikonuklearis - Enteroseptif
Traktus
ekstrapiramidalis
Talamus
Korpus karotikus I \
(slomus karotikum)
@\
Gambar 4.48 Distribusi dan hubungan sentral nervus glosofaringeus dan nervus vagus
174 | OraErnosls Topik Neurologi Duus
Neruus Vagus (N X)
Seperti nenus glosofaringeus, nefl/us vagus juga memiliki dua ganglia, ganglion
superius (iugulare) dan ganglion inferius (nodosum), keduanya ditemukan di regio
foramen iugulare.
Motor
Viseromotor
Eksteroseptif
Enteroseptif
Talamus
Lemniskus medialis
diensefalobulbar
Traktus piramidalis
Nukleus ambiguus
IX lX a Ganglion superius
Ganglion superiorius X
Ganglion inferius
Dari dura
Ganglion inferius
mater
Ramus aurikularis
Peristaltik
Gambar 4.49 Distribusi dan hubungan sentral nervus vagus. a. Ulasan umum. b. Hubungan
topografi k nervus laringeus rekurens.
o Rami gastrici posteriores dan anteriores, dan rami hepatici, soeliaci, dan
renales'. serabut-serabut ini berjalan, melalui pleksus mesentrikus superior dan
soeliakus, dan bersama dengan serabut simpatis, ke visera abdomen (gaster,
hepar, pankreas, limpa, renal, kelenjar adrenal, intestin, dan bagian proksimal
-
kolon). Di rongga abdomen, serabut nervus vagus kanan dan kiri menjadi
sangat berdekatan dengan sistem sarafsimpatis dan tidak dapat lagi dipisahkan
satu dengan yang lainnya.
Nukleus ambigus
Foramen jugulare
Ganglion superius
Ganglion inferius
n. Vagus
Radiks kranialis:
Dengan n.laringeus
rekuren ke otot-otot
laring (kecuali
m. krikotiroideus)
Radiks spinalis:
Ke m. sterno-
kle id omastoide us
dan m. trapezius
Pd+rf;Etreus d*lrsralis $t*E"vH$ vti#,#s. Akson eferen nukleus dorsalis nervus vagus berjalan
Nukleus dorsalis nervus vagus menerima input aferen dari hipotalamus, sistem
olfaktorius, pusat otonomik di formasio retikularis, dan nukleus traktus solitarius.
Hubungan-hubungan ini merupakan komponen penting lengkung refleks untuk
mengontrol fungsi kardiovaskular, respirasi, dan pencernaan. Impuls dari baroreseptor
di dinding sinus karotikus, yang mencapai nukleus dorsalis nen'us vagus melalui
nerr'us glosofaringeus, berfungsi untuk mengatur tekanan darah afterial. Kemoreseptor
di glomus karotikum berpartisipasi dalam regulasi tekanan parsial oksigen di dalam
darah. Reseptor lain di arkus aorta dan korpus para-aorta mengirimkan impuls aferen
ke nukleus dorsalis nervus vagus melalui nervus vagus, dan memiliki fungsi yang
sama.
ft # Fi.$,rirrri s;r lir m d*r"i us in* iq: iliE:c". Serabut parasimpatis yang muncul dari nukleus saliva-
torius inferior dan berjalan melalui nen-us glosofaringeus ke glandula parotidea telah
dibahas sebelumnya (hlm.172 dan 173).
Ser*bt'l* u*ltul'i gre:rs*psi l'aafua (serabut somatosensorik) dari area yang baru saja
disebutkan kemungkinan berakhir di nukleus prinsipalis sensorius neryus trigeminus.
Impuls somatosensorik berjalan naik dari nukleus ini di dalam lemniskus medialis ke
talamus, dan kemudian ke korteks postsentralis.
180 | Diagnosis Topik Neurotogi Duus
Traktus kortikonuklearis
n.Vagus
Nukleus n. hipoglosus
r.
cl
(
{
C3
m. tirohioideus
Ansa seruikalis
m. genioglosus
m. sternoliroideu
m. Omohiordeus -
w$
m. sternotiroideus
Medula
Susunan spasial substansia alba dan substansia grisea di medula sudah berbeda dari
susunan medula spinalis di tingkat medula terbawah, yaitu setinggi dekusasio pira-
midum (Gambar 4.52). Kornu anterius masih dapat terlihat; mereka mengandung
-
nuklei motorik untuk ner\-us seruikalis I dan r.rntuk radiks nerr,us asesorius. Serabut
desendens traktus kortikospinalis terletak di piramis; sebagian besar serabut ini
menyilang garis tengah di tingkat ini, kemudian berjalan turun di funikulus lateralis
medula spinalis kontralateral. Di regio kolumna posterioq ditemukan dua nuklei, yaitu
nukleus kuneatus dan nukleus grasilis. Kedua nuklei ini merupakan nuklei relay
untuk serabut kolumna posterior medula spinalis yang berjalan naik. Dengan demikian,
serabut ini menghantarkan impuls melalui lemniskus medialis ke talamus kontralateral.
Kedua nuklei ini memiliki susunan somatotopik (proyeksi titik ke titik), yaitu nukleus
kuneatus mengandung serabut-serabut untuk ekstremitas atas, sedangkan nukleus
grasilis mengandung serabut-serabut untuk ekstremitas bawah. Somatotopik ini me-
netap di lemniskus medialis, di talamus, naik hingga mencapai korteks sensorik
primer. Gambar 4.55c menunjukkan perjalanan lemniskus medialis yang berkelok-
kelok; serabut yang membawa impuls untuk ekstremitas bawah terletak lebih lateral,
dan yang membawa impuls untuk ekstremitas atas terletak lebih ke medial.
Traktus spinotalamikus lateralis (nyeri, suhu), traktus spinotalamikus ante-
rior (raba, tekan), dan traktus spinotektalis (ke regio quadrigeminalis) memiliki
posisi yang pada dasarnya sama di kaudal medula seperti pada medula spinalis
servikalis.
Jaringan sel yang luas, nukleus retikularis lateralis, menerima serabut yang
datang dari formasio retikularis medula spinalis. Nukleus ini terletak di dorsal nukleus
olivarius inferior. Serabut spinoretikularis membawa impuls sensorik dari kulit dan
organ internal. Serabut-serabut ini berjalan lebih difus di medula spinalis, beberapa di
antarany a bersamaan dengan traktus spinotalamikus.
Traktus spinoserebelaris posterior, yang berasal dari kolumna Clarke (nukleus
torasikus) dan berjalan naik pada sisi ipsilateral di medula spinalis, awalnya tetap
berada pada posisinya di kaudal medula, kemudian secara progresif menuju ke posisi
Nukleus grasilis
Nukleus spinalis Nukleus kuneatus
n. trigeminus asesorius
Formasio retikularis
.",r,iilv 'iT, Nukleus kuneatus
Traktus spinoserebelaris \(o)r Traktus solitarius
posterior
Fasikulus longitudinalis
.ll ,, Nukleus n. hipoglosus
Nukleus n. asesorius
medialis
Jaras simpatis sentral
Lemniskus medialis
Traktus rubrospinalis
Traktus spinoserebelaris
anterior Traktus spinotalamikus lateralis
Traktus tektospinalis
Nukleus olivaris inferior
N. Hipoglosus
Nukleus gracilis
Substansia gelaiinosa Traktus solitarius
Nukleus traktus spinalis Nukleus kuneatus
n. trigeminus
Nukleus n. asesorius
Formasio retikularis Traktus piramidalis latera is
Traktus spinoserebelaris
postenor Jaras simpatis sentral
Kornu anterius Traktus spinotalamikus lateralis
Traktusspinoserebelaris dan traktus rubrospinalis
anterior
- Traktus tektospinalis
Fasikulus longitudinalis Dekusasio piramidum
medialis 1 Traktus piramidalis anterior
Gambar 4.52 Potongan melintang medula pada empat tingkat yang berbeda. b. Potongan
empat bidang yang ditunjukkan pada gambar a., menunjukkan nuklei dan jaras serabut yang
penting.
yang lebih dorsal dan akhirnya berjalan bersama dengan traktus olivoserebelaris,
melalui pedunkulus serebelaris inferior, ke serebelum (Gambar 4.54b dan 4.55b).
Traktus spinoserebelaris anterior, yang sebagiannya menyilang, melewati medula
186 | oiagnosis Topik Neurologi Duus
dan pons dan akhirnya masuk ke serebelum melalui pedunkulus serebelaris superior
dan velum medulare superius (Gambar 4.54b dan 4.55b).
Kompleks nuklear olivaris terletak di bagian rostral medula. Oliva inferior
(Gambar 4.54 dan4.55),yang menyerupai lapisan substansia grisea yang telah dilipat
ke atas membenfuk kantong, menerima sebagian besar input aferennya dari nukleus
ruber mesensefali, melalui traktus tegmentalis sentralis. Struktur ini menerima input
aferen lainnya dari striatum, substansia grisea periakueduktalis, formasio retikularis,
dan korteks serebri, melalui traktus kortiko-olivaris, yang berjalan bersama dengan
traktus kortikospinalis. Serabut eferen dari oliva inferior menyilang garis tengah dan
membentuk traktus olivoserebelaris, yang masuk ke serebelum melalui pedunkulus
serebelaris inferior (Gambar 4.54b dan 4.55b) dan menghantarkan impuls ke seluruh
korteks neoserebelaris. Proyeksi olivoserebelaris ini merupakan bagian dari sistem
untuk koordinasi gerakan volunter; hal ini akan dibahas lebih lanjut pada bab yang
berkaitan dengan serebelum (Bab 5) dan ganglia basalia (Bab 8).
Nukleus olivaris asesoriu s (sccessory olive) secarafilogenetik lebih tua dibanding-
kan dengan oliva inferius. Struktur ini berhubungan dengan arkhiserebelum dan ber-
peran dalam mempertahankan keseimbangan.
Lesi oliva inferior atau lesi trakfus tegmentalis sentralis menyebabkan kedutan ritmik
pada palatum mole, faring, dan kadang-kadang diafragma (mioritmia, mioklonus,
singultus). Iskemia merupakan penyebab yang umum.
Perjalanan traktus kortikospinalis dan kortikonuklearis tergambar pada dia-
gram potong-lintang batang otak dan pada Gambar 4.54a dan 4.55a.
Traktus rubrospinalis juga berjalan melalui medula. Traktus ini berasal dari
nukleus ruber mesensefali dan menyilang garis tengah sedikit di bawahnya dekusasio
tegmentalis anterio (Forel). Traktus ini berjalan bersama dengan traktus kortiko-
-
UeIusasro pedunkulus J ,/
Jaras simpatis sentral
serebelaris superior
Nukleus prinsipalis
Traktus spinoserebelaris
sensorik n. trigeminus
posterior
Nukleus traktus
Pedunkel serebelaris spinalis n. trigeminus
supenor
Nukleus motorik
Velum medulare afterius J n. trigeminus
Fasiku us longitudinalis Traktus rubrospjnalis
medialis - Traktus spinotalamikus
lateralis
Traklus tektospinaiis
Lemniskus latera is
/ N. trigeminus
Traktus piramidalis
Traktus tegmentalis senltais r / Nukleus pontis
Lemniskus med al s 6
Nukleus fastigialis
Nuk ei vestibulares Nukleus emboliformis
Nuk eus superior (Bekhterev) Nukleus dentatus
Nukleus medialis (Schwalbe) Nukleus g obosus
Nukleus lateralis (Deiters)
Pedunkulus serebeiaris
Nukleus inferior (Roller)
inferior
Fasikulus longjtudinalis
Traktus solitarius
med ia lis
Nukleus n. abdusens
Traktus splnalis n. trigeminus
Jaras simpatis sentral
Traktus tegmentalis centralis
Nukleus n. fasialls
Traktus spinoserebellaris
anterior Korpus trapezoideum
Lemniskus lateralis Traktus rubrospinalis
Lemniskus medialis Traktus sptnotalamikus
lateralis
Nukleus olivaris suoerior
Traktus kortikospinalis
Nuklei pontis
Gambar 4.53 Potongan melintang pons dan mesensefalon pada empat tingkat yang berbeda.
b. Potongan empat bidang yang ditunjukkan pada gambar a., menunjukkan nuklel dan jaras
serabut yang penting.
spinalis lateralis ketika berjalan turun di dalam funikulus lateralis medula spinalis
(Gambar 4.55).
I
Traktus kortikospinalis
Traktus kortikonuklearis
Traktus kortikome
sensefalikus
Traktus kortikospinalis
Nukleus ruber anterior
Traktus kortikospinalis
lateralis
Traktus
parietopontin
Traktus
oksipitopontin
Traktus
Ba- Pedunkel serebelaris superior
frontopontin
Traktus
temporopontjn - Pendukulus serebelaris inferior
Traktus olivoserebelaris
Traktus spinoserebelaris
posterior
Traktus spinoserebelaris
anterior
Nukleus traktus
spinalis n. trigeminus
Lemniskus lateralis
Nukleus olivaris asesorius
Traktus spinotalamikus
Gambar 4.54 Hubungan-hubungan serabut di batang otak, tampak lateral. a. Jaras eferen. b.
Jaras serebral. c. Jaras aferen.
Batang Otak I tas
a
Nukleus ruber
Traktus -
kortiko-
nuk earis IV
Kolikulus inferior
Traktus
kortikos- Traktus rubrospjnalis
pinalis
Fasikulus longitudinalis
mediaJis
Nukleus
Pedunkulus lraktus
Dekusasio serebelaris superior mesensefalik
piramidum Pedunkulus n. trigeminus
serebelaris medialis
Traktus kortiko
Pedunkulus
spinalis lateralis
(menyilang) serebelaris inferior
Traktus kortiko-
spinalis anierior
(tidak menyilanq)
Traktus
olivoserebelaris
Nukleus
traktus spinalis
n. triqeminus
Traktus
spinoserebelaris
anterior
Traktus
spinoserebelaris
Lemniskus
posterior
lateralis
Traktus spinotalam kus
lateralis
Nukleus olivaris
adesorius
Lemniskus
Korpus trapezoideum
medialis
Nukleus
kuneatus
Nukleus
grasjlis
Traktus tektospinalis berasal dari tektum mesensefali dan segera menyilang garis
tengah, mengelilingi substansia grisea periakueduktalis yang disebut dekusasio teg-
mentalis dorsalis (Meynert). Traktus tektospinalis awalnya berjalan turun di dekat
garis tengah dan kemudian secara gradual menuju ke posisi yang lebih ventral dan
lateral, sehingga terletak di posisi ventrolateral medula, di dekat traktus rubrospinalis.
Di sepanjang perjalanannya menuju medula, traktus tektospinalis memberikan cabang
kolateral ke nuklei yang mempersarafi otot-otot ekstraokular, serla ke nukleus nenus
fasialis dan serebelum. Jaras ini berakhir di medula spinalis servikalis. Fungsi:
Kolikulus superior menerima input visual dari retina dan input auditorik dari kolikulus
inferior. Stimulus visual dan auditorik yang intens mencetuskan refleks menutup mata,
menolehkan kepala menjauhi stimulus, dan kadang-kadang juga menaikkan lengan.
(posisi bertahan); refleks-refleks ini dimediasi oleh jaras tektonuklearis dan tekto-
spinalis. Interaksi fungsional lobus oksipitalis dan lamina kolikuli superioris telah
dibicarakan pada bagian sebelumnya. Kedua struktur ini bekerja bersama dengan
jaras tektospinalis untuk memungkinkan gerakan mengikuti otomatis mata dan kepala
ketika seseorang melihat benda yang bergerak.
Pada berbagai gambaran potong lintang medula, pons, dan mesensefalon, seseorang
dapat melihat, di ruangan antara nuklei yang besar danjaras asendens dan desendens,
sejumlah nuklei yang terdistribusi secara difus dengan berbagai ukuran yang kadang-
kadang berkelompok menjadi kelompok nuklear, dengan jejaring serabut yang luas
yang menghubungkan mereka. Kelompok neuron yang saling berhubungan ini secara
bersama-sama disebut sebagai formasio retikularis, sebuah struktur yang makna
pentingnya pefiama kali ditemukan oleh Moruzzr dan Magoun (1949). Forrnasio
retikularis terbentang dari medula spinalis (tempatnya terletak antara funikuli laterales
dan funikuli posteriores) ke atas, melalui medula dan pons, ke bagian oral mesensefalon
(Gambar 4.52 dan 4.53). Kita akan membahas fungsinya kemudian (hlm. 194).
Salah satu nuklei penting di medula adalah nukleus dorsalis nervus vagus, yang
terletak di bawah dasar ventrikel keempat (Gambar 4.1b). Nuklei ini mengandung
neuron motorik otonom (mis., parasimpatis), yang analog dengan neuron (simpatis)
kornu lateralis medula spinalis dari Tl hingga L2. Nukleus traktus solitarius yang
terletak lebih ke lateral merupakan nukleus somatosensorik dan nukleus sensorik
khusus. Bagian rostralnya menerima input gustatorik dari nerws kranialis VII, IX,
dan X. Bagian kaudalnya, yang menerima serabut aferen dari visera toraks dan
abdomen, saling berhubungan dengan nukleus dorsalis nervus vagus, dengan pusat
viseral di formasio retikularis, dan dengan neuron yang berproyeksi ke nuklei
otonomik di kornu lateralis medula spinalis. Seluruh nuklei ini dengan demikian dapat
berparlisipasi pada lengkung refleks yang mengatur dan mengontrol fungsi kardio-
vaskulaq respirasi, dan pencernaan, serta proses vegetatif lainnya (lihat Gambar
4.s6).
Nukleus nervus hipoglosus dan nukleus ambiguus telah dibahas pada bab
mengenai saraf kranialis, begitu pula dengan nuklei vestibularies dan nukleus
traktus spinalis nervus trigeminus. Fasikulus longitudinalis medialis ditemukan di
bagian dorsal dekat garis tengah; di bagian ventralaya terletak traktus tektospinalis
dan lemniskus medialis (Gambar 4.52).
Batang Otak I
191
Pons
Pons memiliki dua komponen'. tegmentum pontis di dorsal, dan pars ventralis pontis
(basis pontis) di ventral.
fft.rs q.#lrIr*]fiiu p*'rrnfis. Banyak berkas serabut melewati pons dari satu sisi ke sisi lain
di pars basilaris pontis, sehingga memecah-mecah traktus korlikospinalis desendenss
menjadi banyak fasikulus kecil (Gambar 4.53). Traktus yang berjalan horizontal ini
menyebabkan pemberian nama pons ('Jembatan"), meskipun sebefulnya mereka
tidak, membentuk jembatan. Mereka adalah serabut-serabut pontoserebelaris, yang
muncul dari nuklei pars basilaris pontis yang mengandung neuron kedua jaras
kortikopontoserebelaris. Nuklei ini menerima input melalui serabut kortikopontis
desendens dari korleks serebri frontal, parietal, dan temporal ipsilateral (yang ditemu-
kan di bagian lateral pedunkulus serebri masing-masing sisi, diserlai oleh serabut
kortikospinalis dan serabut kortikonuklearis), dan nuklei tersebut juga menerima input
dari serabut kolateral traktus piramidalis. Serabut pontoserebelaris berproyeksi me-
nyeberangi garis tengah dan kemudian masuk ke serebelum melalui pedunkulus
serebelaris medialis.
Semua impuls yang berasal dari kortikal dan berkaitan dengan gerakan volunter
dihantarkan oleh nuklei pontis ke korteks serebeli, yang kemudian diproyeksikan
kembali ke korteks serebri melalui nukleus dentatus, pedunkulus serebelaris superior,
dan talamus (mekanisme umpan-balik, Gambar 5.6, hlm. 222). Sirkuit regulasi ini
memungkinkan koordinasi gerakan volunter halus dan tepat.
Struktur t{:${ffix{:re4rirm pontis mirip dengan tegmentum medularis. Bagian tegmentum
yang paling ventral mengandung lemniskus medialis (Gambar 4.53b dan 4.55c),
suatu pita tegak lurus yang terpuntir dengan demikian serabut yang berasal dari
nukleus kuneatus kini terletak lebih ke medial, dan serabut yang berasal dari nukleus
grasilis terletak lebih lateral. Dengan demikian, dari lateral ke medial, bagian tubuh
yang direpresentasikan di lemniskus medialis adalah ekstremitas bawah, tubuh,
ekstremitas atas, dan leher. Traktus spinotalamikus berada di sebelah lateral lemnis-
kus medialis (Gambar 4.55c) demikian pula halnya dengan lemniskus lateralis (jaras
auditorik). Lemniskus lateralis merupakan kelanjutan dari berkas serabut yang me-
nyilang di pons bagian kaudal yang disebut korpus trapezoideum (Gambar 4.53b
dan 4.55). Korpus trapezoideum mengandung serabut yang berasal dari nuklei
kokhleares dan menghantarkan impuls auditorik ke kolikulus inferior, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Kompleks nukleus vestibularis terletak di ujung
lateral dasar ventrikel keempat (Gambar 4.35b). Nukleus vestibularis lateralis meng-
hantarkan impuls dan traktus vestibulospinalis ke neuron medula spinalis. Nuklei
vestibulares juga berhubungan, melalui fasikulus longitudinalis medialis, ke nuklei
somatomotorik dan viseromotorik batang otak (Gambar 4.46).
Nukleus spinalis nervi trigemini berakhir di tingkat pertengahan pons, di atas
lokasi nukleus prinsipalis nervi trigemini. Nukleus motorius nervus trigemini,
yang mempersarafi otot-otot pengunyah, terletak di ventrolateral nukleus prinsipalis
nervi trigemini. Neuron kedua nukleus spinalis nervi trigemini (nyeri dan suhu) serta
nukleus prinsipalis nervi trigemini (sensasi epikritik) berproyeksi ke talamus kontra-
lateral melalui traktus trigeminotalamikus ventralis. Nukleus prinsipalis nervi
192 | Dlagnosrs Topik Neurologi Duus
Mesensefalon
diperlihatkan pada Gambar
Mesensefalon terletak di rostral pons. Struktur internalnya
bagian: (1) tektum ("1tap'1' dibatasi
4.53b (nomor 8). Mesensefalon memiliki empat
yang di dalamnya terdapat kolikulus
oleh garis horizontat lmajiner melalui akueduktus,
(2) tegmentum' terletak di antara tektum
,,rp"i"io, dan inferior (lamina kuadrigemina);
dan (4) pedunkulus serebri (krura
dan substansia nigra; (3) substansia nigra;
serebri).
dan inferior' Struktur
Lamina kuadrigemina terdiri dari kolikulus superior
'{',*l+i*r*tc.
organ yang sangat khusus dengan tujuh
ini, terutama kolikulus sni",iot, merupakan
datt eferen yang hanya dapat dibahas di
lapisan selular aun Uunyuf hub"ngu" afete"
sini secara garis besarnYa saja'
y'1,'.,,it'l#;1,:;s ,r,,tfi'r'l:;'ir"' menerima banyak serabut aferen.jaras auditorik
Area nukleus
(lemniskuslateralis)danberproyeksikedep_an,melaluibrakhiumkolikuliinferioris,
serabut-serabut ini berproyeksi
ke korpus genikulatum mediale tedua sisi. Kemudian
(girus transversus Heschl)'
ke korleks auditorik primer di lobus temporalis
aferen dari jaras visual serta dari
Area nukleus fi+firirlrr,ryr .,ir";pr,;,Ji.ri' menerima serabut
(traktus spinotektalis), dan koli-
korteks serebri (lobus oksipitalis), medula spinalis
ke medula spinalis (traktus
kulus inferior. Area ini mengirimkan serabut eferen
(traktus tektonuklearis), serta ke nukleus
tektospinalis) dan ke nuklei sJraf kranialis
ruber dan formasio retikularis'
parlisipasi pada lengkung refleks yang mengatur ukuran pupil sebagai respons terhadap
intensitas cahaya yang masuk (hlm. 138).
Di bagian tengah ii-'!I;itl+.'ri{nrrrb antara substansia nigra dan substansia grisea periaku-
aduktalis, ditemukan nukleus besar dan berbentuk elips yang berwarna merah pada
potongan anatomis segar, sebagian karena vaskularisasinya baik, dan sebagian karena
struktur ini mengandung zat besi. Struktur ini disebut nukleus merah (nukleus
ruber).
,*q'*"lili'ri."; i,rrli,rr;' memiliki dua bagian, pars magnoselularis di kaudal dan pars parvo-
selularis di rostral. Nukleus ini menerima input aferen dari nukleus emboliformis dan
nukleus dentatus serebeli melalui brankhia konjungtiva (pedunkulus serebelares
superiores). Serabut yang berasal dari nukleus emboliformis yang secara filogenetik
lebih tua berperan pada lengkung refleks yang mengontrol postur tubuh dan berbagai
jenis gerakan. Serabut yang berasal dari nukleus dentafus sangat banyak terutama
pada manusia dan berpartisipasi pada lengkung refleks lain. Satu sirkuit regulasi untuk
pergerakan volunter yarrytepaL dan halus terdiri dari hubungan-hubunga dari korteks
ke serebelum dan kemudian kembali ke korteks melalui nukleus dentatus, nukleus
ruber, dan talamus (hlm. 221). Kelompok lain serabut dentatorubralis berakhir ter-
utarna di pars parvoselularis nukleus ruber. Semua serabut serebelorubralis menyilang
garis tengah di mesensefalon, di dekusasio pedunkuli serebelares superiores. Nukleus
ruber menerima input aferen lain dari korteks serebri (traktus kortikorubralis) dan
dari tektum.
Proyeksi eferen utama nukleus ruber (traktus rubrospinalis dan traktus rubro-
retikularis) memberikan pengaruh pada neuron motorik spinalis; kedua traktus ini
menyilang garis tengah, segera setelah keluar dari nukleus ruber, di dekusasio
tegmentalis anterior (Forel). Serabut eferen lain berjalan rnelalui trakfus tegmentalis
sentralis ke oliva (serabut rubro-olivaris), tempat proyeksi rekuren kembali ke
serebelum.
,Vr'afilir.:l ldgii.ri.',r,ldfd,/{'i; 1;tr;.cj r;,"f.ri,ri .*'1 ,1,r;,,,g ,'i!r..ffj li" Bagian lateral tegmentum mengan-
dung traktus mesensefalikus nernus trigeminus, lemniskus trigeminalis, lemniskus
medialis, dan traktus spinotalamiku,s, semuanya berproyeksi ke talamus. l{ervus
trokhlearis keluar dari batang otak bagian dorsal (satu-satunya saraf kranial yang
keluar dari sinl); serabut radiks-nya menyilang garis tengah tepat di kaudal kolikulus
inferior, kemudian berjalan mengitari pedunkulus serebri di dasar otak, dan me-
lanjutkan, di bawah tepi tentorium, ke sinus kavernosus. Kompleks nukleus neryus
okulomotoriu,s, serta nuklus parasimpatis Edinger-Westphal (: (otonom) asesorius
nukleus) dan nukleus Perlia, terletak di tegmentum mesenseftrali setinggi kolikulus
superior, di anterior akueduktus dan substantia grisea periakuaduktalis dan di medial
fasikulus medialis. Beberapa serabut radiks saraf kranial ketiga melintasi nukleus
ruber sebelum keluar dari batang otak menuju fosa interpedunkularis. Impuls dari
nuklei vestibularis dibawa ke bawah menuju medula spinalis di dalam fasikulus
longitudinalis medialis berkas saraf yang menggabungkan berbagai sistem serabut
yang berbeda dan terdapat di sepanjang batang otak, sefia medula spinalis servikalis.
Serabut-serabutnya terletak di dekat garis tengah di bawah dasar ventrikel keempat
-
(setinggi pons dan medula), dan di ventral akueduktus dan substansia grisea periakua-
duktalis (setinggi mesensefalon); beberapa serabut berakhir di nuklei yang mem-
persarafi otot-otot ekstraokular (nukleus nen'us okulomotorius, nukleus netvus
trokhlearis, dan nukleus nen/us abdusen) dan menghubungkan nuklei tersebut satu
dengan lainnya. Serabut fasikulus longitudinalis medialis lainnya berakhir di nukleus
formasio retikularis, termasuk nukleus interstisialis (Cajal) dan nukleus Dark-
schewitsch.
..$*r*ssdra;p;ra#s ,rs*frwl diduga berasal dari berbagai nuklei hipotalami dan formasio
retikularis. Serabut ini berjalan melalui mesensefalon dan pons tepat di anterior
akueduktus dan Ci bawah dasar ventrikel keempat. Di medula, struktur ini menempati
posisi yang lebih lateral, dari sini kemudian melewati kornu lateralis substansia grisea
medula spinalis. Gangguan jaras simpatis sentral menimbulkan sindroma Horner
(hlm. 139).
:$uhsfarusi* xligra adalah nukleus motorik yang besar dan terletak di antara tegmentum
dan krus serebri kedua sisi. Warnanya yang gelap adalah akibat pigmen melanin yang
terkandung di dalam badan sel saraf. Substantia nigra merupakan komponen penting
pada sistem motorik ekstrapiramidal dan dengan demikian memiliki hubungan
fungsional yang erat dengan ganglia basalis. Pembahasan lebih lanjut, bersama dengan
ganglia basalis, terdapat pada Bab 9.
ilqrs{mruiq$lus se n*furi (krura serebri adalah bentuk jamak; tunggal, krus serebri) adalah
berkas serabut yang besar, satu pada masing-masing sisi, terbenfuk dari serabut
kortikospinalis, kortikonuklearis, dan korlikopontis (Gambar 3 .7 ,hlm. 57, dan Gambar
4.53b). Masing-masing pedunkulus serebri dibentuk oleh serabut-serabut dan ketiga
traktus ini, yang terputar ke arah garis tengah ketika berjalan turun di kapsula interna.
Serabut kortikospinalis dan korlikonuklearis menempati bagian tengah pedunkulus
serebri dan dibatasi, baik dari arah medial maupun lateral, oleh serabut korlikopontis
(Gambar 4.53b).
Formasio Retikularis
Kelompok sel dan serabut formasio retikularis yang menyerupai jaring ditemukan di
seluruh panjang batang otak, mengisi ruang antara nuklei saraf kranial, oliva, dan
5 6 a). F ormasio retiku-
j aras saraf asendens dan desendens (G amb ar 4. 52b, 4. 5 3b, dan 4.
laris menerima serabut aferen dari medula spinalig, nuklei saraf kranial, serebelum,
dan hemisfer serebri, dan memproyeksikan serabut eferennya kembali ke struktur
yang sama. Beberapa nuklei formasio retikularis memiliki proyeksi desendens ke
medula spinalis yang memengaruhi baik fungsi motorik maupun otonom.
refirw!*t'**dfvnffrpg i:y"rfsff?. Nuklei lain di formasio retikularis, terutama
,4.r+:erarf*rg
di mesensefalon, berproyeksi ke pusat yang lebih tinggi, terutama melalui nuklei
interlaminares talami, dan melalui subtalamus. Nuklei-nuklei ini menerima input
kolateral dari berbagai traktus serabut asendens (di antaranya adalah traktus spinotala-
mikus, traktus spinalis nervus trigeminus, traktus solitarius, dan serabut dari nukleus
vestibularis dan nukleus kokhlearis; serta dari sistem visual dan olfaktorik); serabut
ini menghantarkan impuls ke atas, melalui jaras polisinapstik, ke area korleks serebri
Batang Otak I 195
yang luas, tempat serabut tersebut menimbulkan fungsi aktivasi. Stimulasi eksperi-
mental nuklei tersebut pada hewan menimbulkan "reaksi arousaf', yaitu hewan yang
tidur menjadi terbangun. Penelitian perintis yang dilakukan oleh Moruzzi dan Magoun
(1949), dan banyak penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti lain, telah
memberikan bukti yang meyakinkan bahwa sistem ini berperan penting dalam
pengafuran tingkat kesadaran pada manusia, serta penjagaan siklus tidur-bangun'
Dengan demikian, struktur ini disebut dengan "ascending reticular activating system"
(AR.AS, lihat hlm. 241). Lesi yang mengenai sistem ini dapat mengganggu atau meng-
hilangkan kesadaran. Bahkan hingga saat ini, tidak banyak yang diketahui mengenai
kelompok neuron yang memengaruhi aktivitas ARAS; pemeliharaan keterjagaan
diperkirakan bergantung, atau setidaknya sebagian, pada neuron fotmasio retikularis
yang dapatmenyintesis neurotransmiter monoamin seperti norepinefrin (noradrenalin),
dopamin, dan serotonin. Neuron penyintesis norepinefrin ditemukan di bagian lateral
formasio retikularis, yang meliputi lokus seruleus. Serotonin dihasilkan oleh neuron
di nuclei raphes (Gambar 4.56b).
Neuron nukleus basalis (Meynerl) dan neuron substansia inominata mengirimkan
serabut kolinergik ke area korteks serebri yang luas (Gambar 6.7,hlm.244).
PerananARAS dan sistem kolinergik secara pasti pada kesadaran dan siklus tidur-
bangun yang baru disebutkan tadi, masih belum dipahami seluruhnya untuk di-
tampilkan secara terperinci di buku ini. Satu hal yang pasti adalah keadaan tidak-sadar
dapat ditimbulkan oleh lesi pada berbagai struktur otak.
Je!ers r"eti!,{r.*iar d*:seruci*ns (traktus retikulospinalis ventralis dan lateralis) berasal
dari formasio retikularis dan memberikan efek baik eksitatorik maupun inhibitorik
pada neuron motorik medula spinalis. Sel tempat asal jaras tersebut menerima input
aferen dari korteks serebri, terutama lobus frontalis, juga dari serebelum dan ganglia
basalis. Impuls eksitatorik dari batang otak (pars lateralis formasio retikularis, terutama
di pons tetapi juga di mesensefalon) dibawa oleh traktus retikulospinalis dan traktus
vestibulospinalis di funikulus anterolateralis medula spinalis, sedangkan impuls
inhibitorik, yang terutama berasal dari pars ventromedialis medula, mencapai neuron
motorik spinalis setelah melewati beberapa relay sinaptik, terutama melalui traktus
retikulospinalis lateralis (di dekat traktus kortikospinalis). Baik sistem eksitatorik
maupun inhibitorik berhubungan, melalui interneuron, dengan neuron motorik 1
medula spinalis. Oleh sebab itu, dengan meregulasi fungsi lengkung refleks spinalis,
formasio retikularis berperan penting dalam mempertahankan tonus otot yang adekuat
untuk berdiri dan berjalan. serta menjaga keseimbangan.
i\rx!*{ei dnru jnrns q}f*ri{i}liik. Banyak neuron di formasio retikularis memiliki fungsi
otonom. Nuklei yang mengandung sel-sel tersebut tersebar di seluruh pons dan medula
dan menerima input dari nuklei saraf kranial somatik (Gambar 4.56, hlm. 196). Nuklei
otonomik ini menerima input dari hipotalamus dan mengirimkan proyeksi ke nuklei
saraf kranial dan medula spinalis.
Orientasi visuospasial,
koordinasi otonomik asupan
makanan (mengunyah,
menjilat, menghisap)
Gambar 4.56 Formasio retikularis: tampak dorsal (a) dan lateral (b). a Diagram pusat regulasi
utama di medula, pons, dan mesensefalon. b. Gambaran tambahan nuclei raphes.
ffegrud,*sJ t{llcffira$N *#;rrr;-"1. Nuklei lain mengatur tekanan darah. Impuls aferen yang
muncul di sinus karotis berjalan melalui nelvus glosofaringeus dan nervus vagus ke
area nukleus retikularis yang sesuai di medula (pusat otonomik untuk regulasi tekanan
Batang Otak I
lfr,.q,e'{frrsri fir,'t+g,'tr irr#r?rrFirifir r""c&w,{l uirlipirr.!,'*,. Beberapa impuls desendens dari formasio
retikularis menghambat nuklei simpatis medula spinalis, menyebabkan vasodilatasi.
Nukleus retikularis di dorsal oliva inferior mengontrol respirasi; pusat ekspirasi dan
inspirasi terpisah. Nukleus retikularis lain mengontrol dan mengoordinasikan z otilitas
gastrointestinal. Refleks menelan merupakan proses yang rumit yang melibatkan
banyak otot yang berbeda, yang harus diaktifkan dengan umtan dan intensitas yang
sesuai untuk mendorong bolus makanan secara lancar dari mulut ke dalam lambung;
pengoordinasian saraf-sarafyang terlibat pada proses ini adalah fungsi pusat menelan
medular, yang terletak di dekat nukleus ner.l'trs kranialis motorik yang diaktifkan. Di
dekatnya, juga terdapat nukleus yang berperan untuk proses tersedak (gag refieks)'
Area postrema mengandung area penting untuk regulasi muntah. Ada pula afeayang
diduga sebagai pusat yang lebih tinggi untuk fungsi kardiorespirasl (nukleus pneumo-
taktikus) di dekat lokus seruleus, serta pusat asupan makanan yang lebih tinggi
(mengunyah, menjilat, mengisap) di mesensefalon (Gambar 4.56a)'
a. Serebri anterior
a. Serebri media
a. Komunikans posterior
a. khoroidea anterior
a. serebri posterior
a. superior serebeli
a. basilaris
a. inferior anterior serebeli
a. labirintin
a. vertebralis
a. spinalis anterior
a. khoroidea posterior
a. serebri poslerior
a. superior serbeli
c
o Ramus sirkumferentiails brevis
a
o
o Ramus sirkumferentialis longus
C
!o Rami paramediani
G
O
a. basilaris
aa. vertebralia
a. inferior posterior serebeli
a. spinalis anterior
a Mesensefalon
a. serebelaris
superior
W a. serebri
posterior
lllllll Il "posterior
khroidaris
lllllllll
ramus
a. khoroidalis trl:l:lfllirll;,,illlrri
r'lrrlll\ii'iil':irriii i nterped u n ku la ris
pOStefiOf
a. komunikans
posterior
serebelaris
media Ramus sirkumferential
brevis
W
(dikutip dari Foix dan Hillemand)
Ramus sirkumferential
longus
n.trigeminalis
c Medulla oblongata
a. serebelaris inferior
posterior
a. serebelaris inferior
anterior
a.vertebralis
a. serebelaris
inferior posterior
a.spinalis anterior
Gambar 4.58 Distribusi masing-masing arteri yang menyuplai darah pada batang otak.
a. Mesensefalon. b. pons. c. Medula.
200 | DraErnosls Topik Neurologi Duus
Traktus kortikonuklearis
Traktus kortikospinalis
(a) Hemiplegia spastik kontralateral
Gambar 4.59 Lesi yang menyebabkan kelemahan menyilang (sindroma hemiplegia alternans)
202 I oragnosrs Topik Neurologi Duus
Sindrom Horner,
nistagmus, disartria,
disfagia
\a$
I[, l ,lo'n -l
Analgesi dan
\ ,- termanestesi
\ o, -l' ,'
\tw
Ataksia dan
asinergia
E
Paralisis
nonspastik
E
Gangguan
sensasi raba,
posisi, dan getar
Gambar 4.63
Sindroma medularis
medial. a Gambaran
diffusion-weighted
menunjukkan
abnormalitas difusi di
bagian oral paramedial
medulla. b Gambaran
f2-weighted
menunjukkan
hiperintensitas pada
lokasi ini.
medialis), paresis tatapan ke arah sisi lesi; hemiataksia dan asinergia ipsilateral
(pedunkulus serebelaris medialis); analgesia dan tetmanestesia kontralateral (traktus
spinotalamikus lateralis); hipestesia dan gangguan sensasi posisi dan getar sisi kontra-
lateral (lemniskus medialis); mioritmia palatum dan faring ipsilateral (traktus tegmen-
talis sentralis).
Sindroma tegmentum pontis orale (Gambar 4.66). Penyebab: oklusi ramus sirkum-
ferensialis longus arleri basilaris dan arteri serebelaris superior. Gambaran klinis:
hilangnya sensasi wajah ipsilateral (gangguan semua serabut n. trigeminus) dan
paralisis otot-otot pengunyah (nukleus motorius n. trigeminus), hemiataksia, intention
tremor,adiadokokinesia (pedunkulus serebelaris superior); gangguan semuamodalitas
sensorik kontralateral.
Sindroma basis pontis bagian tengah (Gambar 4.67). Penyebab.' oklusi ramus
sirkumferensialis brevis dan ramus paramedianus arteri basilaris. Gambaran klinis:
paresis flasid otot-otot pengunyah ipsilateral, serta hipestesia, analgesia, dan terma-
nestesia wajah; hemiataksia dan asinergia ipsilateral; hemiparesis spastik kontra-
lateral.
206 | OraEtnosls Topik Neurotogi Duus
- l
Paralisis spastik
N
Paralisis flaksid
f-r
Gangguan
sensasi raba,
posisi, dan getar
tl
Analgesia dan
termanestesia
= nukleus ruber
Asinergia
r:sl
i.\\\
Paralisis flaksid
fr- l
t
Gangguan sensasi
raba, posisi,
dan getar
:
Analgesia dan
termanestesia
N-
l
Paralisis flaksid
Gangguan
sensasl
raba, posisi,
dan getar
-t
Analgesia dan
termanestesia
t i
Paralisis spastik
t... l
r. \.r
Paralisis flaksid
ffi
Gangguan
sensasi raba,
posisi, dan getar,
bergabung dengan
analgesia dan
termanestesia
...t
Distaksia
rn =nukleusruber
sp.-th. = traktus spinotalamikus
m.l. = lemniskus medialis
Py = traktus piramidalis
Infark kecil di regio oralis pons akibat oklusi afteriae perforantes, dapat menimbulkan
berbagai defisityang dapatdibedakandan seringkalibersifat sementara.Afteriosklerosis
arteria basilaris dapat menyebabkan infark kecil multipel pada satu atau kedua sisi
batang otak, yang terjadi perlahan-lahan seiring peq'alanan waktu dan akhirnya me-
nimbulkan gambaran klinis kelumpuhan pseudobulbar mikroangiopatik. Pada sin-
droma ini, disarlria dan disfagia terjadi akibat gangguan persarafan supranuklear
nuklei motoiii nervi kranialis. Penyakit batang otak mikroangiopatik paling sering
disebabkan oleh hiperlensi arterial generalisata; sehingga gejala ini biasanya disertai
oleh lesi [ain di atas tentorium.
210 | Oragnosrs Topik Neurotogi Duus
Gambar 4.68 lnfark pons bagian paramedian. a Gambaran diffusion-weighted aksial menun-
jukkan regio berbentuk baji di area paramedian pons yang tidak mengenai nervus
trigeminus, yang keluar dari batang otak pada level ini. b Gambaran f2-weighted sagilal
menunjukkan lesi pons dengan konfigurasi yang khas, sesuai dengan teritori salah satu
arteria pontis.
Batang Otak I 211
l: :1:l
Gangguan
sensasi raba,
posisi, dan
getar
l+;T+
j+i++
Hiperkinesia
Kelumpuhan nervus
hipoglosus dan
nervus fasialis
supranuklear
l:::l
Paralisis spastik
trFtr+
l l'+ + +..1
Rigiditas,
parkinsonisme,
tremor saat
istirahat
rn =nlrkleusruber
\ sp.-th. = traktus spinotalamikus
\ r.t.= lemniskus medialis
PY = t'"ttut Pi"tiduti'
N
N\\
Gambar 4.70 Sindroma pedunkulus serebri (sindroma Weber)