IKM-KK
Hendra Kuganda
N 111 18 006
PEMBIMBING :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2020
DAFTAR ISI
Sampul…………………………………………………………………….…………….1
Daftar Isi…………………………………………………………………..…………….2
Bab I Pendahuluan………………………………………………………………………3
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………….22
3.2 Saran………………………………………………………………………...22
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………..23
2
3
BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan suatu hal yang sangat penting dan mahal harganya. Di dalam era
globalisasi seperti sekarang, banyak orang berbondong-bondong untuk menjaga dirinya agar
tetap sehat. Kesehatan adalah hak dasar individu dan setiap warga negara berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan.(1,3)
Oleh karena itu, perlu adanya suatu lembaga pemerintah yang memberikan rasa aman
pada masyarakat dalam menjamin kesejahteraan lahir dan batin serta mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat. Hal ini sesuai dengan ketetapan UUD 1945 pasal 28 H
ayat 1 yaitu “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir batin, bertempat tinggal, mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”.
Deklarasi Hak Asasi Manusia (HAM) atau Universal Independent of Human Right pada
tanggal 10 Desember 1948 juga menyatakan tentang hak setiap orang atas tingkat hidup yang
memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya serta keluarganya. Berdasarkan hal
tersebut World Health Assembly (WHA) pada tahun 2005 di Jenewa membuat resolusi yaitu
setiap negara perlu mengembangkan Universal Health Coverage (UHC) melalui mekanisme
asuransi kesehatan sosial untuk menjamin pembiayaan kesehatan yang berkelanjutan. (2.6)
4
didirikan suatu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan yang selaras dengan
tujuan Organisasi Kesehatan Dunia dalam mengembangkan jaminan kesehatan untuk semua
penduduk. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan ini merupakan badan
hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program kesehatan (Peraturan BPJS
Kesehatan Nomor 1 tahun 2014). (5,7)
Selain itu, menurut Undang-Undang Nomor 24 tahun 2011, BPJS akan mengganti
sejumlah lembaga-lembaga jaminan sosial yang ada seperti lembaga asuransi kesehatan PT
Askes Indonesia dirubah menjadi BPJS Kesehatan. Jamsostek juga dirubah menjadi BPJS
ketenagakerjaan. Perubahan ini akan dilakukan secara bertahap dan bergilir. (3)
Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama bagi pengguna JKN. Rumah
sakit merupakan salah satu fasilitas kesehatan tingkat lanjut setelah pasien mendapatkan
rujukan dari fasilitas kesehatan tingkat pertama. Adanya program JKN, membuat pihak
rumah sakit tentu harus menyesuaikan pelayanan dengan kebijakan. Keller dan Kotler
mengatakan bahwa kualitas adalah totalitas fitur dan karakteristik produk atau jasa yang
bergantung pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat.
Banyaknya jumlah masyarakat yang menggunakan JKN ini harus disesuaikan oleh kualitas
pelayanan dari rumah sakit yang dapat menerima pelayanan program JKN tanpa
membedakan antara pasien JKN dengan pasien non JKN. (7)
5
pihak yang terlibat langsung dalam melayani pasien JKN merasakan perbedaan alur
pelayanan sebelum adanya program JKN dengan sesudah berjalannya program JKN. Banyak
permasalahan yang terjadi ketika penerapan program JKN berjalan terutama dari pihak
dokter. Pengaruh terbesar yang berdampak pada seorang dokter dengan adanya program JKN
ini adalah kompensasi yang minim yang akan didapatkan seorang dokter. (8)
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Jerman
Bismarch tahun 1883 dengan meluncurkan undang-undang yang mewajibkan para pekerja
untuk mengikuti asuransi sakit. Kepersertaan wajib dengan pembiayaan melalui pajak
penghasilan merupakan ciri program asuransi sosial Jerman sampai saat ini. Besarnya premi
tampak jelas subsidi silang, yaitu yang muda menyumbang yang tua, keluarga kecil
menyumbang keluarga besar, yang sehat menyumbang yang sakit, yang kaya menyumbang
yang miskin, karena semua fasilitas pelayanan kesehatan yang diberikan sama, tidak
tergantung premi. Asuransi ini dikenal dengan nama Social Health Insurance. (3,7)
2.1.2 Indonesia
Di Indonesia, dasar asuransi sudah dimulai sejak zaman Belanda yang dikenal dari
asuransi kesehatan untuk pegawai negeri sipil merupakan lanjutan dari Restitutie Regelling
1934 dan pada tahun 1985 dimulai asuransi untuk tenaga kerja (ASTEK) serta tahun 1987
dengan menggerakan dana masyarakat. Pada tahun 1992 diterbitkan tiga buah undang-
undang yang berkaitan dengan asuransi yaitu UU No.2 tentang Asuransi, UU No. 3 tentang
JAMSOSTEK (Jaminan Sosial Tenaga Kerja) serta UU No. 23 tentang Kesehatan yang di
Masyarakat). JPKM mengikuti pola Managed Care di Amerika dengan pembayaran prepaid
berdasarkan kapitasi dan pelayanan yang bersifat komprehensif meliputi preventif, promotif,
7
Saat ini di Indonesia terdapat UU yang mengatur tentang: (3)
Sosial Nasional.
Jaminan Sosial.
Jaminan Kesehatan diatur oleh Peraturan BPJS Kesehatan Nomor 4 Tahun 2014.
Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan.
Jaminan Kesehatan.
8
Jaminan Kesehatan Nasional
Asuransi sosial merupakan mekanisme pengumpulan iuran yang bersifat wajib dari
peserta, guna memberikan perlindungan kepada peserta atas risiko sosial ekonomi yang
menimpa mereka dan atau anggota keluarganya (UU SJSN No.40 tahun 2004). (4)
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) adalah tata cara penyelenggaraan program
jaminan sosial oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan BPJS
Ketenagakerjaan. Jaminan Sosial adalah bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh
rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. (4)
Dengan demikian, JKN yang dikembangkan di Indonesia merupakan bagian dari SJSN.
Sistem Jaminan Sosial Nasional ini diselenggarakan melalui mekanisme Asuransi Kesehatan
Sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang-Undang No.40 Tahun 2004
tentang SJSN. Tujuannya adalah agar semua penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem
asuransi, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang
layak. (4)
9
2.2 Pengelolaan BPJS Kesehatan
1. Prinsip kegotongroyongan
bermasyarakat dan juga merupakan salah satu akar dalam kebudayaan kita. Dalam
SJSN, prinsip gotongroyong berarti peserta yang mampu membantu peserta yang
kurang mampu, peserta yang sehat membantu yang sakit atau yang berisiko tinggi, dan
peserta yang sehat membantu yang sakit. Hal ini terwujud karena kepesertaan SJSN
bersifat wajib untuk seluruh penduduk, tanpa pandang bulu. Dengan demikian, melalui
prinsip ini dapat menumbuhkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Prinsip nirlaba
Pengelolaan dana amanat oleh BPJS adalah nirlaba bukan untuk mencari laba (for
kepentingan peserta. Dana yang dikumpulkan dari masyarakat adalah dana amanat,
kepentingan peserta.
Prinsip prinsip manajemen ini mendasari seluruh kegiatan pengelolaan dana yang
4. Prinsip portabilitas
berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka berpindah pekerjaan atau tempat tinggal
10
5. Prinsip kepesertaan bersifat wajib
sektor formal, bersamaan dengan itu sektor informal dapat menjadi peserta secara
mandiri, sehingga pada akhirnya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dapat
Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan kepada badan-
peserta.7
Mengacu pada UU. Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
atau SJSN menjelaskan bahwa setiap peserta BPJS diwajibkan untuk membayar iuran. (6)
Selain itu juga pemerintah menjamin kesehatan masyarakat kurang mampu dimana
berdasarkan UU.Nomor 24 Tahun 2011, Pasal 19, menjelaskan bahwa iuran untuk orang
miskin atau tidak mampu membayar, maka akan ditanggung oleh pemerintah dalam
bentuk Penerima Bantuan Iuran (PBI). Namun hak PBI itu tidak diterima langsung akan
tetapi dialokasikan ke pihak ketiga yakni BPJS dari uang rakyat yang dipungut berupa
11
pajak. Sehingga pada dasarnya rakyatlah yang membiayai layanan kesehatan diri mereka
Sesuai ketentuan yang ada BPJS dalam pengelolaannya meliputi dua hal secara garis
besar, yaitu penghimpunan dana dan pengalokasiannya. BPJS bertugas menghimpun dana
peserta kepada pihak pemberi layanan kesehatan yang bersangkutan. Adapun Sumber
dana BPJS berdasarkan Pasal 42 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS
adalah modal awal berasal dari pemerintah yang nominal paling banyak Rp
nomor 24 tahun 2011 tentang BPJS diperuntukkan untuk pembiayaan jaminan kesehatan,
biaya operasional penyelenggara jaminan sosial, dan investasi dengan tujuan untuk
pengembangan dana sosial. Menurut pasal 40 UU nomor 24 tahun 2011 tentang BPJS
menjelaskan bahwa BPJS memisahkan antara aset BPJS dan aset jaminan sosial. Tujuan
pemisahan tersebut agar aset jaminan sosial beserta hasil pengembangannya yang
bersumber dari iuran memang hanya untuk jaminan sosial sebagai dana amanah.(6)
System Pengelolaan BPJS sangat penting agar semua program pelayanan dapat
berjalan dengan baik, terdapat beberapa tujuan pengelolaan system BPJS: (1,2)
12
1. Mengoptimalkan nilai organisasi agar memiliki daya saing yang kuat, baik secara
nasional maupun internasional, sehingga organisasi mampu mempertahankan
keberadaannya dan hidup berkelanjutan untuk mencapai maksud dan tujuan
organisasi.
2. Mendorong pengelolaan organisasi secara profesional, efisien, dan efektif serta
memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian.
3. Mendorong agar organisasi dalam membuat keputusan dan menjalankan
tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan, serta kesadaran akan adanya tanggung jawab social
organisasi terhadap Pemangku Kepentingan.
4. Meningkatkan kontribusi organisasi dalam program Jaminan Kesehatan
Nasional dengan melibatkan stakeholder sebagai mitra.
5. Organisasi menjalankan amanah sebagai penyelenggara jaminan sosial kesehatan
dengan penuh keterbukaan/transparansi sesuai dengan aturan perundang-
undangan.
Selain itu di perlukannya beberapa hal yang penting untuk berlangsugnnya suatu system
pengelolaan BPJS yang baik. (1,2)
1. Keterbukaan (Transparency)
a. Prinsip Dasar :
13
1) Organisasi harus menyediakan dan mengungkapkan informasi secara tepat
waktu, memadai, jelas, akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah
diakses oleh pemangku kepentingan sesuai dengan haknya.
2. Akuntabilitas (accountability)
a. Prinsip Dasar :
14
b. Pedoman Pokok Pelaksanaan :
3. Responsibilitas (responsibility)
a. Prinsip Dasar
15
1) Organisasi melaksanakan tanggung jawab sosial terhadap masyarakat
dan lingkungan, sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam
jangka panjang dengan membuat perencanaan dan pelaksanaan yang
memadai.
4. Independensi (independency)
a. Prinsip Dasar
Untuk melancarkan pelaksanaan asas Tata Kelola yang Baik, organisasi harus
dikelola secara independen sehingga masing-masing organ organisasi tidak
saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.
5. Prediktabilitas (predictability)
16
Yaitu implementasi yang konsisten dari kebijakan pendukung, peraturan dan
regulasi.
a. Prinsip Dasar
6. Partisipasi (participation)
a. Prinsip Dasar
17
2) Organisasi harus memastikan bahwa stakeholder memahami program
a. Prinsip Dasar
8. Dinamis (dynamism)
18
Yaitu inovasi atau perubahan positif dalam tata kelola yang efeknya
meningkatkan efisiensi kinerja organisasi
a. Prinsip Dasar
Harus ada fleksibilitas yang cukup, yang diatur dalam regulasi hukum,
yang memungkinkan organisasi untuk memperkenalkan inovasi dan
perbaikan dalam pelaksanaan program jaminan sosial, tanpa harus
mengubah undang-undang, kebijakan atau keputusan.
19
a) Tim Monitoring Evaluasi Kantor Cabang dibentuk berdasarkan Keputusan
Kepala Cabang.
b) Pertemuan Tim Monitoring Evaluasi Kantor Cabang dilakukan setiap 3
(tiga) bulan sekali.
c) Personalia Tim Monitoring Evaluasi Kantor Cabang terdiri dari:
(1) Pengarah
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
(2) Ketua
(a) Ketua Tim Kendali Mutu dan Kendali Biaya Cabang/yang ditunjuk.
(b) Kepala Cabang BPJS Kesehatan.
(3) Sekretaris
Pejabat yang membawahi fungsi pelayanan primer Kantor Cabang
BPJS Kesehatan.
(4) Anggota
(a) Pejabat yang mempunyai tugas dan fungsi pelayanan
primer/pelayanan kesehatan dasar Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota;
(b) Perwakilan Adinkes Wilayah Kantor Cabang;
(c) Perwakilan PKFI Wilayah Kantor Cabang;
(d) Perwakilan Asklin Wilayah Kantor Cabang;
(e) Perwakilan IDI Wilayah Kantor Cabang;
(f) Staf Bidang yang membawahi fungsi pelayanan primer Kantor
Cabang; dan
(g) Kepala/ staf Kantor Layanan Operasional Kabupaten/Kota BPJS
Kesehatan.
20
(1) Pengarah
(2) Ketua
(3) Sekretaris
(4) Anggota
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Asuransi sosial merupakan mekanisme pengumpulan iuran yang bersifat wajib dari
peserta, guna memberikan perlindungan kepada peserta atas risiko sosial ekonomi yang
menimpa mereka dan atau anggota keluarganya (UU SJSN No.40 tahun 2004).
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) adalah tata cara penyelenggaraan program
jaminan sosial oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan BPJS
Ketenagakerjaan. Jaminan Sosial adalah bentuk perlindungan sosial untuk menjamin
seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak
Dalam Pengelolaan BPJS kesehatan terdapat beberapa prinsip-prinsip penting yaitu:
(1) Prinsip kegotongroyongan, (2) Prinsip nirlaba, (3) Prinsip keterbukaan, kehati-
hatian, akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas, (4) Prinsip portabilitas, (5) Prinsip
kepesertaan bersifat wajib, (6) Prinsip dana amanat, (7) Prinsip hasil pengelolaan Dana
Jaminan Sosial. Serta Perlunya, Keterbukaan (Transparency), Akuntabilitas
(accountability), Responsibilitas (responsibility), Independensi (independency),
Prediktabilitas (predictability), Partisipasi (participation), Kewajaran dan Kesetaraan
(fairness), Dinamis (dynamism) dalam Pengelolaan Pelayanan BPJS Kesehatan.
Untuk melakukan Monitoring dan evaluasi system pelayanan BPJS Kesehatan
perlunya suatu regulasi yang di atur dalam undang undang, dimana hal ini menjadi
landasan utama terbuatnya suatu aturan dan batasan-batasan atau suatu standar
pencapaian dari program BPJS Kesehatan.
3.2 Saran
Dalam mengelolah program pelayanan BPJS membutuhkan usaha dan perencanaan
yang sangat kompleks, semua divisi pelayanan dari pemerintah dan masyarakat dan
perusahaan swasta wajib bekerja sama dengan baik serta adanya suatu program yang
terstruktur dengan baik serta memiliki transparansi yang jelas.
23
DAFTAR PUSTAKA
1. BPJS Kesehatan. Pedoman umum tata kelola yang baik BPJS Kesehatan. BPJS
Kesehatan RI : Jakarta. 2015
8. Firdaus KK, Wondabio LS. Analisis Iuran dan Beban Kesehatan dalam Rangka Evaluasi
Program Jaminan Kesehatan. 2019;14.
24