Anda di halaman 1dari 15

Tugas Online Individu Maret 2020

Ilmu Kesehatan Masyarakat

“Program Kerja KIA / KB di Puskesmas”

Hendra Kuganda
N 111 18 006

PEMBIMBING :

Dr.dr. Ketut Suarayasa, M.Kes

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2020
BAB I
PENDAHULUAN

WHO merumuskan pengelolaan kesehatan ibu dan anak atau KIA sebagai proses
mengupayakan keselamatan dan kesehatan Ibu dan anak pada proses kehamilan dan
melahirkan, guna menekan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Neonatus (AKN),
Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA).

Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Neonatus (AKN), Angka Kematian
Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan beberapa indikator status
kesehatan masyarakat. Dewasa ini AKI dan AKB di Indonesia masih tinggi dibandingkan
dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia
(SDKI) terbaru menunjukan bahwa, AKI 228 per 100.000 kelahiran hidup, AKB 34 per 1.000
kelahiran hidup, AKN 19 per 1.000 kelahiran hidup, AKABA 44 per 1.000 kelahiran hidup.

Penduduk Indonesia pada tahun 2007 adalah 225.642.000 jiwa dengan CBR 19,1
maka terdapat 4.287.198 bayi lahir hidup. Dengan AKI 228/100.000 KH berarti ada 9.774 ibu
meninggal per tahun atau 1 ibu meninggal tiap jam oleh sebab yang berkaitan dengan
kehamilan, persalinan dan nifas. Besaran kematian Neonatal, Bayi dan Balita jauh lebih
tinggi, dengan AKN 19/1.000 KH, AKB 34/1.000 KH dan AKABA 44/1.000 KH berarti ada
9 Neonatal, 17 bayi dan 22 Balita meninggal tiap jam.

Penyebab langsung kematian Ibu sebesar 90% terjadi pada saat persalinan dan segera
setelah persalinan (SKRT 2001). Penyebab langsung kematian Ibu adalah perdarahan (28%),
eklampsia (24%) dan infeksi (11%). Penyebab tidak langsung kematian Ibu antara lain
Kurang Energi Kronis/KEK pada kehamilan (37%) dan anemia pada kehamilan (40%).
Kejadian anemia pada ibu hamil ini akan meningkatkan risiko terjadinya kematian ibu
dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia. Sedangkan berdasarkan laporan rutin PWS
tahun 2007, penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan (39%), eklampsia (20%),
infeksi (7%) dan lain-lain (33%).

Menurut RISKESDAS 2007, penyebab kematian neonatal 0-6 hari adalah gangguan
pernafasan (37%), prematuritas (34%), sepsis (12%), hipotermi (7%), kelainan darah/ikterus
(6%), postmatur (3%) dan kelainan kongenital (1%). Penyebab kematian neonatal 7-28 hari
adalah sepsis (20,5%), kelainan kongenital (19%), pneumonia (17%), Respiratori Distress
Syndrome/RDS (14%), prematuritas (14%), icterus (3%), cedera lahir (3%), tetanus (3%),
defisiensi nutrisi (3%) dan Suddenly Infant Death Syndrome/SIDS (3%). Penyebab kematian
bayi (29 hari 1 tahun) adalah diare (42%), pneumonia (24%), meningitis/ensefalitis (9%),
kelainan saluran cerna (7%), kelainan jantung kongenital dan hidrosefalus (6%), sepsis (4%),
tetanus (3%) dan lain-lain (5%). Penyebab kematian balita (1 4 tahun) adalah diare (25,2%),
pneumonia (15,5%), Necrotizing Enterocolitis E.Coli/NEC (10,7%), meningitis/ensefalitis
(8,8%), DBD (6,8%), campak (5,8%), tenggelam (4,9%) dan lain-lain (9,7%).

Tingginya kejadian Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Neonatus (AKN),
Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA) memerlukan tindakan
pencegahan yang komperhensif termasuk pencegahan sebelum kehamilan melalui program
KB atau Keluarga Berencana dan pencegahan atau pengelolaan ibu dalam proses kehamilan
dan proses melahirkan.
BAB II

PEMBAHASAN

Perencanaan Program kerja Kesehatan Ibu dan Anak.

Upaya untuk mempercepat penurunan AKI telah dimulai sejak akhir tahun 1980-an
melalui program Safe Motherhood Initiative yang mendapat perhatian besar dan dukungan
dari berbagai pihak baik dalam maupun luar negeri. Pada akhir tahun 1990-an secara
konseptual telah diperkenalkan lagi upaya untuk menajamkan strategi dan intervensi dalam
menurunkan AKI melalui Making Pregnancy Safer (MPS) yang dicanangkan oleh pemerintah
pada tahun 2000. Sejak tahun 1985 pemerintah merancang Child Survival (CS) untuk
penurunan AKB. Kedua Strategi tersebut diatas telah sejalan dengan Grand Strategi DEPKES
tahun 2004.

Rencana Strategi Making Pregnancy Safer (MPS) terdiri dari 3 pesan kunci dan 4
strategi.

Tiga pesan kunci MPS adalah :

1. Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.

2. Setiap komplikasi obsetri dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat.

3. Setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap upaya pencegahan kehamilan
yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran.

Empat strategi MPS adalah :

1. Peningkatan kualitas dan akses pelayanan kesehatan Ibu dan Bayi dan Balita di
tingkat dasar dan rujukan.

2. Membangun kemitraan yang efektif.

3. Mendorong pemberdayaan perempuan, keluarga dan masyarakat.

4. Meningkatkan Sistem Surveilans, Pembiayaan, Monitoring dan informasi KIA


Rencana Strategi Child Survival (CS) terdiri dari 3 pesan kunci dan 4 strategi.

Tiga pesan kunci CS adalah:

1. Setiap bayi dan balita memperoleh pelayanan kesehatan dasar paripurna.

2. Setiap bayi dan balita sakit ditangani secara adekuat.

3. Setiap bayi dan balita tumbuh dan berkembang secara optimal.

Empat strategi CS adalah:

1. Peningkatan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu, bayi baru lahir dan balita
yang berkualitas berdasarkan bukti ilmiah

2. Membangun kemitraan yang efektif melalui kerjasama lintas program, lintas sektor
dan mitra lainnya dalam melakukan advokasi untuk memaksimalkan sumber daya
yang tersedia serta memantapkan koordinasi perencanaan kegiatan MPS dan child
survival.

3. Mendorong pemberdayaan wanita dan keluarga melalui kegiatan peningkatan


pengetahuan untuk menjamin perilaku yang menunjang kesehatan ibu, bayi baru
lahir dan balita serta pemanfaatan pelayanan kesehatan yang tersedia.

4. Mendorong keterlibatan masyarakat dalam penyediaan dan pemanfaatan pelayanan


kesehatan ibu, bayi baru lahir dan balita.

Untuk merealisasikan program kerja yang sesuai dengan program Strategi Making
Pregnancy Safer (MPS) dan Strategi Child Survival (CS) serta program pengendalian
kehamilan dalam Keluarga Berencana atau KB perlunya langkah-langkah kegiatan integrasi
sesuai dengan system manajemen yang baik, meliputi perencanaan, penggerakan
pelaksanaan, pengawasan pengendalian dan penilaian. Langkah-langkah kegiatan tersebut
yaitu pemberdayaan masyarakat, bina suasana dan advokasi.
A. Perencanaan.
Pada tahap perencanaan dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Pengajian
Pengkajian yang dimaksud meliputi:
a. Pengkajian masalah penyakit terbanyak, terutama mengenai kelompok
masyarakat yang terkena masalah, penyebab masalahnya, sifat
masalahnya, dan perjalanan penyakitnya (epidemiologi) termasuk masalah
perilaku yang berhubungan dengan penyakit tersebut.
b. Pengkajian masalah yang terkait dengan pencapaian cakupan program.
c. Pengkajian terhadap system pelayanan kesehatan yang ada.
d. Pengkajian terhadap sumber daya dan tenaga yang dimiliki.
e. Pengkajian keterlibatan lintas program dan lintas sector dalam program
KIA / KB diberbagai tatanan.
f. Pengkajian tentang pelaksanaan integrasi yang telah dilakukan.
2. Menggalang komitmen dan dukungan dari lintas program dan sector dalam
pelaksanaan integrasi melalui pertemuan lintas program dan lintas sector
terkait dalam program KIA / KB.
Beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
 Identifikasi peran dan potensi stakeholders (lintas program, lintas
sector, organisasi masyarakat/LSM, organisasi profesi, media massa
dan dunia usaha) dalam pelaksanaan program kerja .
 Dukungan dan kesepakatan yang diharapkaan dari masing-masing
stakeholder yang tertuang secara tertulis.
3. Menyusun perencanaan integrasi promosi kesehatan dengan program-program
kesehatan
B. Penggerakan Pelaksanaan.
1. Melaksanakan program kerja KIA / KB yang telah disepakati bersama dengan
sistematik dan baik.
2. Melaksanakan pertemuan koordinasi lintas program dan sector secara berkala
untuk menyelaraskan kegiatan
C. Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian.
A. Program Kerja KIA dan KB Puskesmas HK
B. Contoh Masalah KIA dan KB

 Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

Kebutuhan sumber daya Indikator


No Masalah Kegiatan Tujuan Sasaran Waktu
Dana Alat Tenaga Keberhasilan

Di desa A tingkat kematian


Ibu hamil
ibu hamil masih cukup tinggi,
terpantau
berdasarkan pendataan
dan bersalin
penyebab utama kematian
Menemukan dan dengan
ibu hamil di desa A adalah 2 kali x 1
Kunjungan memantau ibu Ibu Bidan selamat dan
1. Penyakit Juni desa x ANC Kit
DO ANC hamil yang tidak Hamil Koordinator aman serta
preeklamsia/eklamsia dan 50.000
ANC angka
berdasarkan pendataan juga
kematian ibu
di temukan bahwa hal ini
hamil
terjadi karena kurangnya
menurun.
ANC rutin ibu hamil di desa A
 Masalah Keluarga Berencana (KB)

Kebutuhan sumber daya Indikator


No Masalah Kegiatan Tujuan Sasaran Waktu
Dana Alat Tenaga Keberhasilan

Di desa B angka kelahiraan


anak cukup tinggi. Dimana 1
Pasangan
keluarga memiliki anak > 2 Mengetahui 2 kali x 1
Pendataan Usia Akseptor KB
1. dengan jarak umur jumlah sasaran Juli desa x Buku ATK, Bidan, kader
sasaran KB Subur terdata.
kehamilan yang cukup KB 50.000
(PUS)
dekat serta usia yang masih
terlalu muda (<25 tahun).
EVALUASI KEBERHASILAN PROGRAM KERJA PUSKESMAS

Menurut buku pedoman kerja Puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota


dan Provinsi secara rutin menetapkan target atau standar keberhasilan masing-masing
kegiatan program. Standar pelaksanaan program ini juga merupakan standar unjuk
kerja (standar performance) pegawai. Standar unjuk kerja merupakan ukuran
kualitatif diukur dengan membandingkan target yang sudah ditetapkan dengan output
(cakupan pelayanan) kegiatan program. Secara kualitatif keberhasilan program diukur
dengan membandingkan standar prosedur kerja untuk masing-masing kegiatan
program dengan penampilan (kemampuan) staf dalam melaksanakan kegiatan masing-
masing program.
Cakupan program dapat dianalisis secara langsung oleh staf Puskesmas
dengan menganalisis data harian setap kegiatan program. Perubahan pengetahuan,
sikap dan perilaku masyarakat (effect program) dan dampak program (impact) seperti
tingkat kematian, kesakitan (termasuk gangguan gizi), tingkat kelahiran, dan kecacatan
tidak diukur secara langsung oleh Puskesmas. Impaca program diukur setiap lima
tahun melalui Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) atau Surkesnas (Survei
Kesehatan Nasional) Depkes. Khusus untuk perkembangan masalah gizi dipantau
setiap tiga tahun, tetapi hanya sampai di tingkat kabupaten. Standar pelayanan minimal
program kesehatan pokok mulai diterapkan oleh Depkes tahun 2003 untuk menjamin
bahwa dilaksanakan tugas utama pemerintah menyediakan pelayanan kesehatan
masyarakat yang esensial di daerah.
Indikator derajat kesehatan masyarakat yang paling peka untuk menilai
dampak (impact) program kesehatan adalah IMR, MMR dan BR (Infant Mortality
Rate, Maternal Mortality Rate, Birth Rate). Untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, empat program pokok perlu lebih diprioritaskan oleh Puskesmas yaitu
KIA, KB, P2M, dan Gizi. Keempat program pokok tersebut juga dilaksanakan secara
terpadu di luar gedung Puskesmas melalui Pos kesehatan di tingkat dusun atau Pos
Pelayanan Kesehatan Terpadu (Posyandu). Sejak tahun 1992/1993, pemerintah juga
telah menempatkan bidan di desa. Bidan yang bertugas di desa, mengelola pondok
bersalin desa (Polindes). Menurut Anwar, pengembangan pelayanan Puskesmas di era
desentralisasi sepenuhnya menjadi wewenang dan tanggung jawab Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan masalah kesehatan yang potensial berkembang di masing-masing
wilayah kerja Puskesmas Konsep Puskesmas era desentralisasi yang disusun oleh
Depkes Pusat dapat digunakan oleh Dinkes Kabupaten/Kota sebagai pedoman kerja
pelaksanaan pengembangan mutu pelayanan kesehatan masyarakat melalui
Puskesmas.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementrian PPN. Penguatan pelayanan kesehatan dasar dipuskesmas. Kementrian PPN :


Jakarta. 2016
2. DEPKES RI. Pedoman perencanaan ttingkat puskesmas. DINKES RI : Jakarta. 2006
3. DEPKES RI. Panduan Integrasi Promosi Kesehatan dalam program-program kesehatan di
kabupaten/kota Jilid 1. DEPKES RI : Jakarta. 2010.
4. KEMENKES RI. Pedoman pemantauan wilayah setempat kesehatan ibu dan anak.
KEMENKES RI : Jakarta. 2010

Anda mungkin juga menyukai