Anda di halaman 1dari 10

PEMBAHASAN

I. ANATOMI TRAKTUS SPINOTHALAMICUS, GOLL DAN BURDACH


Dalam kehidupan sehari-hari tentunya manusia dapat merasakan rasa suhu,
raba dan tekanan. Sensasi tersebut di atur oleh medulla spinalis serta traktus-
traktusnya baik yang asenden dan desenden. Traktus spinothalamicus yang
merupakan salah satu dari traktus asenden yang menghantarkan ketiga sensasi dan
memberikan respon. Goll dan Burdach merupakan bagian dari penghantar dari
sensasi getar, dan sensasi sadar otot sendi dan diskriminasi raba. Dengan Goll
yaitu Fasiculus gracilis dan Burdach adalah Fasiculus cuneatus. Terdapat beberapa
jenis reseptor somatosensorik yang menerima impuls, pada bagian kulit yaitu
mekanoreseptor untuk raba dan tekan, termoreseptor untuk hangat dan dingin
serta nosireseptor untuk nyeri. Rangsangan ini dihantarkan oleh organ reseptor
khusus dan ujung saraf bebas yang berperan yaitu sebagai berikut :
Organ reseptor khusus :
Korpuskel taktil Meissner untuk sensasi raba dan tekanan ringan.
Korpuskel Vater-Pacini berlapis untuk sensasi tekanan.
Ujung bulbus Krause untuk sensasi dingin.
Korpuskel Ruffini untuk sensasi hangat.
Ujung saraf bebas :
Diskus taktil Merkel berespon terhadap raba dan tekanan ringan.

Gambar 1.1 Anatomi Kulit


http://www.d.umn.edu/~jfitzake/Lectures/DMED/Somatosensation/Somatosensation/Figures/SkinRece
ptors.jpg

1
Impuls aferen kemudian dihantarkan menuju Sistem Saraf Pusat melalui saraf
perifer, ganglion radiks dorsalis, dan radiks posterior yang akan memasuki
medulla spinalis. Serabut aferen di area tubuh tertentu berjalan bersamaan di
susunan saraf tepi dimana saraf tersebut tidak hanya mengandung serabut untuk
sensasi superfisial dan dalam (serabut aferen somatic), tetapi juga serabut eferen
ke otot lurik (serabut eferen somatic) dan serabut yang mempersarafi organ
internal, kelenjar keringat dan otot polos pembuluh darah ( serabut aferen visceral
dan serabut eferen visceral). Serabut (akson) semua jenis tersabut bergabung
bersama di dalam rangkain selubung jaringan-ikat (endoneurium, perineurium,
dan epineurium) untuk membentuk kabel saraf atau radiks yang dibagi menjadi
dua bagian yaitu radiks posterior dan radix anterior menuju dan dari medulla
spinalis. (Gambar 1.2 Potongan melintang saraf perifer campuran)
Secara keseluruhan, ada 31 pasang nervus spinalis, masing-masing nervus
spinalis terbentuk oleh pertautan antara radiks anterior dan posterior di dalam
kanalis spinalis. Penomoran nervus spinalis berdasarkan korpus vertebrae.
(Gambar 1.3 Persarafan Segmental Kulit)

Gambar 1.2 Potongan melintang saraf perifer campuran


http://www2.highlands.edu/academics/divisions/scipe/biology/faculty/harnden/2121/images/neurium.jpg

2
Gambar 1.3 Persarafan Segmental Kulit

1. Traktus Spinothalamicus
Merupakan suatu jalur asenden yang berasal dari medulla spinalis. Terdapat
dua jalur yaitu traktus spinothalamicus lateral yang berfungsi untuk
menghantarkan sensasi nyeri dan suhu, serta traktus spinothalamicus anterior yang
berfungsi untuk menghantarkan sensasi raba dan tekanan (Gambar 1.1). Berikut
adalah penjelasan mengenai kedua traktus tersebut.

3
Gambar 1.4 Anatomi Traktus Spinothalamicus Lateralis dan Anterior
http://i0.wp.com/upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/0/09/Spinal_cord_tracts_-
_English.png

1.1. Traktus Spinothalamicus Lateralis


Terdapat dua penghantar impuls pada tractus ini yaitu penghantar cepat tipe A
(delta) dan serabut-serabut penghantar lambat tipe C dengan keduanya serabut
tersebut berfungsi untuk rasa nyeri. Perbedaannya adalah untuk tipe A berfungsi
untuk rasa nyeri yang tajam sedangkan untuk tipe C berfungsi untuk rasa nyeri
seperti terbakar. Dikarenakan fungsional dari serabut tersebut berbeda, maka
perbedaan lainnya adalah ukuran serta kecepatan hantarannya. Untuk tipe A
berdiameter besar dengan kecepatan 6 ms 30 ms. Sedangkan untuk tipe C
berdiameter lebih kecil dengan kecepatan 0,5 ms 2 ms. 1,2
Bermula dari reseptor nyeri dan suhu dari ujung saraf bebas pada kulit. Dalam
bentuk akson masuk ke dalam medulla spinalis dari ganglia radix posterior dan
langsung menuju ke ujung columna grisea posterior. Keduanya bercabang menjadi
dua yaitu ascenden dan desenden yang kemudian membentuk traktus
posterolateralis Lissuer. 1,3
Terdapat tiga tingkatan neuron. Yang pertama adalah serabut-serabut neuron
yang membentuk sinaps di dalam columna grisea posterior termasuk di dalam
substansia gelatinosa. Yang kedua adalah akson-akson neuron di tingkat ini
menyilang secara miring menuju ke sisi kontralateral di substantia grisea anterior
dan commisura alba dalam satu segmen spinalis yang naik di dalam columna alba
kontralateral sebagai tractus spinothalamicus lateralis. Dimana letak dari tractus
ini di medial tractus spinocerebellaris anterior. Traktus spinothalamicus lateralis
naik menuju medulla oblongata dan terletak dekat permukaan lateral di antara
nucleus oliviaris inferior dan nucleus tractus spinalis nervi trigeminus. Disini juga
traktus spinothalamicus lateralis, tractus spinothalamicus anterior dan tractus
spinotetalis yang bergabung dan membentuk lemniscus spinalis. Traktus
spinothalamicus lateralis ini akan berakhir pada neuron tingkat ketiga saat
lemniscus spinalis berjalan melalui bagian posterior pons dan berakhir di dalam

4
nucleus ventralis posterolateralis thalami. Di dalam mesencephalon, leminiscus ini
terletak di dalam tegmentum, di lateral lemniskus medialis.
Akson-akson neuron tingkat ketiga di dalam nucleus ventralis posterolateralis
thalami berjalan melalui crus posterior capsula internae dan corona radiate untuk
mencapai area somestesia di gyrus postcentralis cortex cerebri.
Informasi diteruskan hingga ke area lain pada cortex cerebri unutuk digunakan
oleh area motoric dan area asosiasi parietals. Dimana fungsi dari cortex cerebri
1
adalah menginterpretasikan kualitas informasi sensorik pada tingkat kesadaran.
(Gambar 1.5)

Gambar 1.5 Tingkatan Neuro Traktus


Spinothalamicus Lateralis Seperti yang
http://www.edoctoronline.com/media/19/photos_94ce3f6
8-2da7-4dfe-8380-7ad2551ed2e8.jpg dikatakan
sebelumnya bahwa
fungsi dari traktus spinothalamicus lateralis adalah untuk menghantarkan impuls
nyeri. Baik nyeri cepat maupun nyeri lambat. Stimulus nyeri awal yang tajam,
menusuk dan bekerja cepat merangsang neuron tingkat kedua tractus
spinothalamicus lateralis. Akson-akson segera menyilang ke sisi kontralateral di
medulla spinalis dan naik menuju thalamus, lalu diteruskan ke gyrus sensorius
postcentralis. Sedangkan yang nyeri lambat menstimulus neuron tingkat kedua di
cornu grisea posterior medullae spinalis dan naik bersama akson-akson serabut
nyeri yang bekerja cepat. Tetapi karena tipe lambat, diberikanlah impuls tambahan
pada beberapa neuron di cornu posterior sebelum naik ke medulla spinalis.
Terdapat terminasi lain untuk traktus spinothalamicus lateralis ini. Impuls neri
cepat langsung naik menuju ke nucleus ventralis posterolateralis thalami (Gambar

5
1.6) , kemudian di teruskan ke cortex cerebri. Dan sebagian besar impuls nyeri
lambat di traktus spinothalamicus lateralis berakhir pada formation reticularis
yang akan mengaktifkan seluruh sistem saraf. Dimana daerah ini merupakan area
otak yang lebih rendah yang menimbulkan kesadaran pada individu mengenai
nyeri tipe kronis, nausea, dan nyeri yang sangat hebat

Gambar 1.6 Nucleus Ventralis Posterior Thalami


http://4.bp.blogspot.com/-
rgiwTXADxmM/Tz5s5sbBudI/AAAAAAAAE_Y/QY6QrVQVMBA/s1600/V+i+1+b.png

1.2. Traktus Spinothalamicus Anterior


Persamaan dari traktus spinothalamicus anterior dengan traktus
spinothalamicus lateralis adalah perjalan menuju medulla spinalis yang kemudian
pada neuron tingkat kedua akan mengalami persilangan dengan sangat miring ke
sisi kontralateral di substansia grisea anterior dan commisura alba di dalam
beberapa segmen medulla spinalis. Ketika tractus spinothalamicus anterior naik
melalui medulla oblongata, traktus ini diikuti oleh traktus spinothalamicus
lateralis dan traktus spinotectalis, yang secara bersama-sama membentuk
lemniscus spinalis. (Gambar 1.7)

6
Gambar 1.7 Lemniscus Spinalis
http://www.tankonyvtar.hu/hu/tartalom/tamop412A/2011-0094_neurologia_en/ch03.html

2. Goll & Burdach


Goll dan Burdach adalah sebutan lain dari Fasiculus Gracilis dan Fasiculus
Cuneatus. Keduanya memiliki perjalanan impuls yang sama dengan traktus seperti
yang sudah dijelaskan. Tetapi memiliki perbedaan pada saat masuk ke dalam
Medulla spinalis. ( Gambar 1.8 Fasiculus Gracilis dan Fasiculus Cuneatus )

Gambar 1.8
Fasiculus Gracilis dan Fasiculus Cuneatus

Ketika serabut fasiculus gracilis dan fasiculus cuneatus berjalan ke atas pada
sisi ipsilateral serta berakhir dengan cara bersinaps pada neuron-neuron tingkat kedua
di dalam nucleus gracilis dan cuneatus di medulla oblongata. Akson-akson neuron
tingkat kedua, yang disebut fibrae arculation internae, berjalan ke anteromedial di
sekitar substantia grisea centralis dan menyilang bidang median, serta saling

7
bersilangan dengan serabut-serabut yang sama dari sisi kontralateral pada decussatio
lemniscus medialis. Selanjutnya, serabut-serabut berjalan di atas sebagai sebuah
berkas padat yang disebut lemniscus medialis, melalui medulla oblongata, pons, dan
mesencephalon. Serabut-serabut ini berakhir dengan cara bersinaps dengan neuron
tingkat ketiga di nucleus ventralis posterolateralis thalami.
Akson-akson neuron tingkat ketiga berjalan melalui crus posterior capsulae
internae dan corona radiate untuk mencapai area somastesia di gyrus postcentralis
cortex cerebri.

Gambar 1.9
Hantaran
Fasiculus
cuneatus dan
Fasiculus
II. LESI PADA TRAKTUS SPINOTALAMIKUS
gracilis
LATERALIS, ANTERIOR, GOLL & BURDACH
1. Lesi pada traktus spinotalamikus lateralis
Fungsi dari traktus ini adalah untuk menghantarkan impuls nyeri dan suhu. Pada
jaras ini dapat dilakukan transeksi secara pembedahan saraf untuk menghilangkan
nyeri (kordotomi).
2. Lesi pada traktus spinotalamikus anterior
Serabut sentral neuron orde pertama traktus ini berjalan naik dengan jarak yang
bervariasi di kolumna posterior ipsilateral, membentuk kolateral di sepanjang
perjalanan ke neuron kedua, yang serabutnya menyilang garis-tengah dan naik
lagi di dalam traktus spinotalamikus anterior kontralateral. Dengan demikian, lesi
pada traktus ini setinggi vertebrae lumbal atau torakal umumnya menimbulkan
sedikit atau tidak ada gangguan pada rasa raba, karena banyak impuls yang naik
dapat menutupi lesi melalui bagian ipsilateral jaras ini. Namun, lesi pada traktus
spinotalamikus anterior pada tingkat servikal akan menimbulkan hipestesia ringan
pada ekstremitas bawah kontralateral.

Berikut adalah keterangan-keterangan mengenai letak lesi pada gambar tersebut :


Lesi subkortikal atau kortikal di area somatosensorik yang sesuai pada lengan
dan tungkai (masing-masing a dan b) menyebabkan parastesia (kesemutan

8
dan sebagainya) dan kebas pada extremitas kontralateral, yang lebih jelas di
bagian distal daripada bagian proksimal.
Lesi di semua jaras sensorik di bawah thalamus (c) menghilangkan semua
jenis sensasi pada tubuh sisi kontralateral.
Jika semua jaras somatosensorik tekena kecuali jaras untuk nyeri dan suhu
(d), terdapat hipestesia pada sisi tubuh dan wajah kontralateral, tetapi sensasi
nyeri dan suhu tidak terganggu.
Sebaliknya, lesi pada lemniskus trigeminalis dan traktus spinotalamikus
lateralis (e) di batang otak merusak sensasi nyeri dan suhu pada sisi tubuh dan
wajah kontralateral, tetapi tidak merusak modalitas somatosensorik lain.
Jika terdapat lesi di lemniskus medialis dan traktus spinotalamikus anterior
(f), semua modalitas somatosensorik pada setengah sisi tubuh kontralateral
terganggu kecuali nyeri dan suhu.
Lesi di nucleus spinalis dan traktus nervus trigeminalis serta traktus
spinotalamikus lateralis (g) merusak sensasi nyeri dan suhu pada setengah sisi
wajah ipsilateral dan setengah sisi tubuh kontralateral.
Jika terjadi kerusakan pada kornu posteriorus medulla spinalis (i) , sensasi
nyeri dan suhu ipsilateral hilang, tetapi modalitas lain tidak terganggu (deficit
sensorik terdisosiasi)
Lesi yang mengenai beberapa radiks posterior yang berdekatan (j)
menyebabkan nyeri radicular dan parastesia, serta kerusakan atau hilangnya
semua modalitas sensorik di area tubuh yang terkena. Selain itu didapatkan
hipotonia atau tonia, arefleksia, dan ataksia jika radix tersebut mempersaragi
ekstremitas atas atau bawah.

9
Gambar 2.1 Lesi Sepanjang Jaras Somatosensorik

DAFTAR PUSTAKA

1. Snell, Richard. 2014. Neuroanatomi Klinik. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran


EGC. Edisi 7. Bab 4. 148-152
2. M.Baehr, M. Frotscher. 2012.Diagnosis Topik Neurologi DUUS. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Edisi 4. Bab 2. 16-46

10

Anda mungkin juga menyukai