Anda di halaman 1dari 8

Gerak Refleks

1. Pengertian Gerak Refleks

Gerak refleks adalah gerakan spontan dari setiap organ atau bagian tubuh yang telah
menerima stimulus. Hal ini terjadi tanpa kesadaran apapun dan langsung. Refleks melindungi
tubuh dari bahaya. Jadi bagaimana refleks yang terjadi setelah Anda menyentuh kompor? Di
tangan Anda ujung saraf yang mengambil stimulus dan membawanya ke tulang belakang dan
otak. Akhir saraf (dalam hal ini terbakar tangan Anda) disebut neuron sensorik (juga dikenal
sebagai neuron aferen) karena dibutuhkan stimulus – panas ke tangan – ke kolom tulang
belakang dan otak untuk interpretasi. Otak kemudian menafsirkan stimulus dan mengirim pesan
kembali ke otot-otot di tangan oleh neuron motorik (juga disebut neuron eferen). Proses ini
disebut lengkung refleks.

Ciri gerak refleks yaitu:

1. Dapat diramalkan jika rangsangannya sama


2. Memiliki tujuan tertentu bagi organisme tersebut
3. Memiliki reseptor tertentu dan terjadi pada efektor tertentu
4. Berlangsung cepat, tergantung pada jumlah sinapsis yang dilalui impuls
5. Spontan, tidak dipelajarai dulu
6. Fungsi sebagai pelindung dan pengatur tingkah laku hewan
7. Respon terus menerus dapat menyebabkan kelelahan

2. Mekanisme Gerak Refleks

Mekanisme gerak refleks merupakan suatu gerakan yang terjadi secara tiba-tiba diluar
kesadaran kita. Refleks fleksor, penarikan kembali tangan secara refleks dari rangsangan yang
berbahaya, merupakan suatu reaksi perlindungan. Refleks ekstensor (polisinaps), rangsangan dari
reseptor perifer yang dimuali dari fleksi pada anggota badan yang juga berkaitan dengan ekstensi
anggota badan. Gerak refleks merupakan bagian dari mekanisme pertahanan tubuh dan terjadi
jauh lebih cepat dari gerak sadar. Misalnya, menutup mata pada saat terkena debu. Untuk
terjadinya gerak refleks maka dibutuhkan struktur sebagai berikut : organ sensorik yang
menerima impuls misalnya kulit. Serabut saraf sensorik yang menghantarkan impuls tersebut
menuju sel-sel ganglion radiks posterior dan selanjutnya serabut sel-sel akan melanjutkan
impuls-impuls menuju substansi pada kornu posterior medulla spinalis. Sumsum tulang belakang
menghubungkan antara impuls menuju kornu anterior medulla spinalis. Sel saraf menerima
impuls dan mengahntar impuls-impuls ini melalui serabut motorik. Organ motorik melaksanakan
rangsangan karena dirangsang oleh impuls saraf motorik.

Tubuh kita memiliki bagian tubuh yang berfungsi sebagai penerima rangsang, yaitu alat
indera. Bagian tubuh ini disebut reseptor. Reseptor ini memiliki syaraf-syaraf khusus yang bisa
mendeteksi rangsangan tertentu. Misalnya:rangsang cahaya pada mata , rangsang sentuhan, suhu,
gesekan, rasa sakit pada kulit ,bau pada hidung, rasa pada lidah , suara pada telinga. Setelah itu
syaraf-syaraf yang disebut neuron reseptor ini akan mengirimkan sinyal listrik menuju otak.
Informasi ini akan diolah sesuai kehendak kita. Kemudian otak akan mengirim respon menuju
organ yang disebut efektor. Efektor meliputi : otot, kelenjar, dll. Respon yang dikirim otak ini
ada yang dikirim secara otomatis, ada pula yang hanya dikirim bila kita menghendakinya.

Lengkung refleks adalah unit dasar kegiatan saraf terpadu yang terdiri dari reseptor, neuron
aferen, satu sinaps atau lebih, neuron eferen dan efektor. Lengkung refleks yang paling
sederhana disebut monosinaptik, yang hanya mempunyai sinaps tunggal antara neuron aferen
dan neuron eferen.

Semua lengkung (jalur refleks) terdiri dari komponen yang sama.

1. Reseptor adalah ujung distal dendrit, yang menerima stimulus.


2. Jalur aferen melintas sepanjang sebuah neuron sensorik sampai ke otak atau medulla
spinalis.
3. Bagian pusat adalah sisi sinaps, yang berlangsung dalam substansi abu-abu SSP. Impuls
dapat ditransmisi, diulang rutenya atau dihambat pada bagian ini.
4. Jalur eferen melintas disepanjang akson neuron motorik sampai ke efektor, yang akan
merespons impuls eferen sehingga menghasilkan aksi yang khas.
5. Efektor dapat berupa otot rangka, otot jantung, atau otot polos, atau kelenjar yang
merespon.

Urutan perambatan impuls pada gerak refleks yaitu: Stimulus pada organ reseptor => sel
saraf sensorik => sel penghubung (asosiasi) pada sumsum tulang belakang => sel saraf motorik
=> respon pada organ efektor.

Jalan pintas pada gerak refleks yang memungkinkan terjadinya gerakan dengan cepat disebut
lengkung refleks. Macam gerak refleks yaitu refleks otak dan refleks sumsum tulang belakang.
Refleks otak terjadi apabila saraf penghubung (asosiasi) terdapat di dalam otak, seperti gerak
mengedip atau mempersempit pupil pada saat ada cahaya yang masuk ke mata. Refleks sumsum
tulang belakang terjadi apabila sel saraf penghubung terdapat di dalam sumsum tulang belakang
seperti refleks pada lutut.
Gambar 1. Lengkung Refleks

Masukan ke dalam sitem saraf dapat timbul karena adanya reseptor sensorik yang mengenali
bermacam-macam rangsangan sensorik. Terdapat lima jenis reseptor sensorik yang ada dalam
tubuh:

1. Mekanoreseptor, yang mengenali kompresi mekanis atau peregangan pada reseptor atau
jaringan yang berdekatan dengan reseptor
2. Termoreseptor, dipakai untuk mengenali perubahan-perubahan suhu, beberapa reseptor
mengenali suhu dingin dan lainnya suhu panas
3. Nosiseptor (reseptor nyeri), dipakai untuk mengenali kerusakan jaringan yang terjadi,
apakah kerusakan fisik atau kerusakan kimiawi
4. Reseptor elektromagnetik, dipakai untuk mengenali cahaya yang sampai pada retina mata
5. Kemoreseptor, yang dipakai untuk mengenali rasa/pengecapan dalam mulut, bau-bauan
dalam hidung, kadar oksigen dalam darah arteri, osmolalitas cairan tubuh, konsentrasi
karbon dioksida, dan mungkin juga faktor-faktor lainnya yang menyusun keadaan
kimiawi tubuh.

Sinaps merupakan titik penghubung dari satu neuron ke neuron lainnya. Sinaps menentukan
arah penyebaran sinyal saraf melalui system saraf. Beberapa sinaps dapat dengan mudah
menjalarkan sinyal dari satu neuron ke neuron lainnya, sedangkan neuron yang lain lebih sukar.
Sinyal yang bersifat mempermudah atau menghambat yang berasal dari daerah sistem saraf lain
dapat juga mengatur penjalaran sinaps, kadangkala membuka sinaps itu untuk dapat dijalari dan
pada saat lain akan tertutup. Selain itu, beberapa neuron post-sinaps dapat memberi respon bila
mendapat impuls dari luar dalam jumlah yang besar, sedangkan yang lain sudah dapat
memberikan respon walaupun impuls yang datang itu lebih sedikit. Jadi, kerja sinaps itu bersifat
selektif, dapat menghambat sinyal yang lemah sedangkan sinyal yang lebih kuat dijalarkan,
namun pada saat lain menyeleksi dan memperkuat sinyal lemah tertentu, atau juga meneruskan
sinyal-sinyal ini ke segala arah dan tidak hanya ke satu arah.

Gambar 2. Penampang melintang medula spinalis

Keterangan:

1. Reseptor
2. Neuron aferen
3. Radiks dorsal
4. Radiks ventral
5. Neuron eferen
6. Efektor
7. Kornu posterior
8. Kornu anterior

Otot dan tendonnya memiliki dua reseptor sensorik yang khusus, yakni: (1) kumparan otot
(muscle spindle) yang tersebar di seluruh bagian perut (belly) otot dan mengirimkan informasi
mengenai panjang otot atau perubahan kecepatan panjang otot menuju sistem saraf, dan (2)
organ tendon golgi, yang terletak di tendon otot dan menjalarkan informasi mengenai tegangan
atau kecepatan perubahan tegangan.

Bila suatu otot rangka dengan persarafan utuh diregangkan, otot akan kontraksi, respon ini
disebut refleks regang (stretch reflex). Kapan pun otot diregang secara tiba-tiba, eksitasi yang
timbul pada kumparan menyebabkan refleks kontraksi serabut otot rangka yang besar dari otot
yang teregang dan otot-otot sinergisnya. Secara klinis, ada suatu metode yang dieprgunakan
untuk menentukan kepekaan refleks regang yakni dengan cara menimbulkan sentakan lutut dan
sentakan otot lainnya. Sentakan ini dapat ditimbulkan dengan cara memukul pelan-pelan tendo
patella dengan palu refleks, pukulan ini akan secara tiba-tiba meregangkan otot kuadriseps dan
merangsang terjadinya refleks regang dinamik yang kemudian akan menyebabkan tungkai bawah
“menyentak” ke depan. Refleks regang merupakan refleks monosinaps, karena sebuah neuron
aferen yang berasal dari reseptor pendeteksi regangan di otot rangka langsung berakhir di neuron
eferen yang mempersarafi otot rangka yang sama untuk menyebabkan kontraksi dan meniadakan
peregangan.

Refleks menarik dan semua refleks lainnya bersifat polisinaps (banyak sinaps), karena
banyak antarneuron ditempatkan pada jalur refleks, sehingga lebih banyak sinaps yang terlibat.
Misalnya seseorang menginjak sebuah paku dan bukan menyentuh benda panas dengan
tangannya. Timbul lengkung refleks untuk menarik kaki yang tertusuk dari rangsangan nyeri,
sementara tungkai yang berlawanan secara bersamaan mempersiapkan diri untuk secara
mendadak menerima seluruh beban tubuh, sehingga orang yang bersangkutan tidak kehilangan
keseimbangan atau jatuh. Menekuknya lutut tungkai yang tertusuk tanpa hambatan dilaksanakan
melalui stimulasi refleks otot-otot yang menyebabkan fleksi lutut dan inhibisi otot-otot yang
menyebabkan ekstensi lutut. Pada saat yang sama, ekstensi lutut tungkai yang berlawanan terjadi
karena pengaktifan jalur-jalur yang menyilang ke sisi korda spinalis yang berlawanan untuk
secara refleks merangsang ekstensi lutut dan menghambat fleksinya. Refleks ekstensor
menyilang (crossed extensor reflex) ini memastikan bahwa tungkai yang berlawanan akan berada
dalam posisi untuk menerima beban tubuh sewaktu tungkai yang tertusuk ditarik dari
rangsangan.

Otot skeletal dan neuron menyusun susunan neuromuskular voluntar yang secara anatomik
terdiri dari:

1. Upper Motor Neuron (UMN)


2. Lower Motor Neuron (LMN)
3. Alat penghubung antara unsur saraf dan otot
4. Otot skeletal

Refleks terjadi bila:


1. Rangsangan tersebut sesuai dengan reseptornya
2. Misalnya refleks tendon di sini rangsangannya harus berupa ketokan. Refleks tendon ini
tidak akan terjadi bila rangsangan berupa geseran.
3. Besarnya rangsangan harus melebihi atau sama dengan nilai ambang reseptor tersebut.

3. Pembagian Gerak Refleks

Secara garis besar, refleks terbagi dalam 2 bagian, yaitu:

1. Condition Refleks

Condition refleks merupakan gerakan tangkas, keadaan ini bisa dilatih.

2. Uncondition Refleks

Uncondition refleks merupakan gerakan involunter yang tidak bisa dilatih.

Pembagian Refleks (unconditional refleks):

1. Refleks Fisiologis, terdiri dari:


2. Refleks Superfisial, contohnya: refleks kornea, refleks faring, refleks cahaya, refleks
abdominal, refleks kremaster, refleks anal.
3. Refleks Tendon, contohnya: refleks Biseps, refleks brachioradialis, refleks Triseps,
refleks Pattelar, dan refleks Achilles.
4. Refleks Patologis

Contohnya: refleks hoffman tromer, refleks jaws, refleks babinski, refleks chaddock, refleks
oppenheim, refleks regresi.

Refleks Tendon/ Periosteum

1. Refleks Bisep

Uji gerak refleks Bisep dilakukan dengan posisi subjek duduk, dengan membiarkan lengan
untuk beristirahat di pangkuan subjek, atau membentuk sudut sedikit lebih dari 90 derajat di siku.
Identifikasi tendon dengan meminta subjek memflexikan di siku sementara pemeriksa
mengamati dan meraba fossa antecubital. Tendon akan terlihat dan terasa seperti tali tebal. Cara
mengujinya yaitu berikan pukulan pada bagian atas siku dengan posisi tangan setengah ditekuk
(ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada tendon m.biceps brachii). Refleks Bisep
berpusat di segmen servikal V-VI yang disalurkan melalui n. Musculocutaneus. Ketukan pada
tendon m. Biceps brachii menyebabkan kontraksi m. Biceps brachii. Reflek Biseps didapat
melalui peregangan tendon Biseps pada saat siku pada keadaan fleksi. Orang yang menguji
menyokong lengan bawah dengan satu tangan sambil menempatkan jari telunjuk dengan
menggunakan palu reflek. Respon normal yang dihasilkan yaitu fleksi lengan bawah pada
persendian siku. Fleksi yaitu gerak anggota tubuh yang menekuk atau membengkok.

Gambar 3. Refleks Bisep

2. Refleks Branchioradialis

Uji gerak refleks Branchioradialis dilakukan dengan posisi subjek duduk, dengan
membiarkan lengan untuk beristirahat di pangkuan subjek, atau membentuk sudut sedikit lebih
dari 90 derajat di siku. Identifikasi letak tendon di otot Branchioradialis, bagian ini biasanya
berada di lengan bawah yang sejajar dengan ibu jari (jari-jari sekitar 10 cm proksimal
pergelangan tangan. Cara mengujinya yaitu berikan pukulan pada tendon otot brakioradialis.
Refleks Branchioradialis berpusat di segmen servikal V-VI yang disalurkan melalui n. Radialis.
Ketukan pada periosteum ujung distal os radii menyebabkan kontraksi m. Brachioradialis.
Respon normal yang dihasilkan yaitu fleksi lengan bawah pada persendian siku, supinasi pada
siku dan tangan. Fleksi yaitu gerak anggota tubuh yang menekuk atau membengkok. Supinasi
yaitu gerak menengadahkan atau membuka telapak tangan.
Gambar 4. Refleks Branchioradialis

3. Refleks Trisep

Uji gerak refleks Trisep dilakukan dengan posisi subjek duduk, dengan mengangkat dan
menahan lengan subjek ujicoba sehingga posisi siku sejajar dengan bahu atau bisa juga
dilakukan dengan posisi tangan subjek ujicoba bersandar di atas pinggang, mengidentifikasi
lokasi tendon Trisep, tendon akan terlihat dan terasa seperti tali keras. Cara mengujinya yaitu
dengan memukul tendon Trisep dengan menggunakan palu reflek (+ 5 cm di atas siku). Refleks
Trisep berpusat di segmen servikal VI-VII yang disalurkan melalui n. Radialis. Ketukan pada
tendo Triceps brachii menyebabkan kontraksi m. Triceps brachii. Respon normal yang dihasilkan
yaitu kontraksi otot Trisep dan ekstensi lengan bawah pada persendian siku. Ekstensi yaitu gerak
meluruskan anggota tubuh.

Gambar 5. Refleks Trisep

4. Refleks Pattelar

Uji gerak refleks Pattelar dilakukan dengan dua posisi yaitu subjek duduk dengan kaki
menjuntai ke bawah dan tidak menyentuh lantai dan subjek berbaring telentang. Identifikasi
tendon patellar yaitu dengan melihat bagian yang terasa tebal tepat di bawah tempurung lutut
kaki dan dipilih bagian yang lebar dari pemukul refleks. Cara mengujinya yaitu untuk subjek
duduk, berikan pukulan pada tendon patellar tepat di bawah patella (tempurung lutut). Untuk
subjek berbaring telentang, dengan menahan bagian belakang lutut dengan satu tangan kemudian
memukulkan palu refleks pada bagian tendon Pattelar dengan tangan yang lain. Refleks Patella
berpusat di segmen lumbal II-IV yang disalurkan melalui n. Femoralis. Ketukan pada tendo
Patella menyebabkan kontraksi m. Quadriceps femoris. Respon normal yang dihasilkan yaitu
kontraksi quadriseps dan ekstensi tungkai bawah. Ekstensi yaitu gerak meluruskan anggota
tubuh.
Gambar 6. Refleks Pattelar

5. Refleks Achilles

Uji gerak refleks Achilles dilakukan dengan tiga posisi yaitu subjek duduk dengan kaki
menjuntai ke bawah dan tidak menyentuh lantai, subjek berbaring telentang dengan salah satu
lutut menumpangi lutut kaki yang lain dan subjek berbaring telentang dengan kedua kaki lurus.
Identifikasi tendon Achilles yaitu dengan melihat bagian yang tegang dan memiliki struktur
seperti tali dari bagian tumit sampai otot betis. Cara mengujinya yaitu untuk topang bagian
bawah kaki subjek dengan tangan (untuk subjek duduk), berikan pukulan pada tendon Achilles
tepat di tendon Achilles. Refleks Achilles berpusat di segmen lumbal V dan sacral I-II yang
disalurkan melalui n. Tibialis. Ketukan pada tendo Achilles menyebabkan kontraksi m.
Gastrocnemius. Respon normal yang dihasilkan yaitu kontraksi m.gastroenemius dan fleksi
telapak kaki. Fleksi yaitu gerak anggota tubuh yang menekuk atau membengkok.

Gambar 7. Refleks Achilles

Anda mungkin juga menyukai