Disusun oleh :
Nama
: Atsmarina Widyadhari
NIM
: 14/366094/KH/8147
Anatomi
Terapan
Histologi
Sistem
Organ
Hewan
Fisiologi
Veteriner
II
Ilmu
Pemuliaan
Hewan
Bakteriologi
dan
Mikologi
Veteriner
Ilmu
Penyakit
Parasit
Veteriner
Sinergi dan integrasi antar mata kuliah untuk membangun pemahaman secara lebih
komprehensif untuk mencapai kompetensi
sehingga anjing dengan cepat dapat menemukan narkoba. Sesuatu yang lebih
mengherankan, anjing juga dapat menemukan benda yang tenggelam di dasar laut,
mengapa bisa demikian? Bagaimana penjalaran sensor impuls ke pusat penciuman
sampai timbul reaksi? Mekanisme diawali rangsang suara yang diterima oleh
reseptor, selanjutnya dibawa oleh serabut saraf aferen menuju ke pusat pendengaran
yang terletak di cohlea, menuju ke saraf eferen sampai timbul suara. Disamping
penciuman, anjing juga bisa mendengar suara dari frekuensi yang sangat rendah 16
Hz hingga 70 kHz (padahal manusia hanya mampu mendengar suara dengan
frekuensi 20 Hz - 20 kHz). Pada jenis hewan nokturnal tertentu mempunyai
penglihatan yang sangat tajam. Melihat keunikan sistem sensorik pada hewan, Eddy
ingin membandingkan kekuatan indera dan mengetahui perbedaan struktur organ
sensoris dari masing-masing spesies. Di sisi lain, ternyata sistem sensorik
pendengaran hewan dapat terganggu apabila telinga terinfeksi tungau atau berbagai
jamur dalam telinga yang menyebabkan sensivitas pendengaran telinga menjadi
berkurang. Untuk mengetahui gangguan tersebut, Eddy harus mampu membedakan
gangguan saraf sensorik berdasarkan ilmu anatomi terapan.
C. Bahasan
Mekanisme Penerimaan Ransang sampai Timbulnya Respon
1. Respon penciuman
Epitel penciuman adalah daerah di dalam hidung yang bertanggung jawab
untuk mencegat bau dan melewatkannya ke otak. Mekanisme epitel
penciuman tidak sepenuhnya dipahami. Hanya molekul tertentu sesuai dengan
reseptor tertentu dapat kita rasakan sebagai bau. Ketika molekul yang tepat
datang dan hinggap pada reseptor yang cocok, maka akan terjadi gerakkan
sebuah koreografi yang rumit dari reaksi biokimia dalam hidung. Kemudian
meneruskan sinyal lewat saraf yang dikirim ke otak, yang kita anggap sebagai
bau. Reseptor bau terlokalisasi pada neuron sensorik penciuman, yang
menempati area kecil di bagian atas epitel hidung. Setiap sel reseptor
penciuman hanya mengungkapkan satu reseptor bau. Pada aktivasi, sinyal dari
2. Respon peraba
Bagaimana kita bisa merasakan sesuatu pada kulit kita seperti panas, dingin,
halus, kasar, dan sebagainya dipengaruhi oleh serabut saraf yag berada pada
kulit. Secara singkat, serabut saraf yang ada di kulit meliputi:
Kemudian serabut saraf tersebut akan bermuara pada saraf Oftalmikus, yang
akan mempengaruhi kecepatan jalannya impuls dan bertanggung jawab
membawa rangsang tersebut ke sistem saraf pusat. Tentu saja selain
dipengaruhi oleh saraf kepekaan pada respon peraba juga dipengaruhi oleh
jaringan epitel pada kulit dan lokasi ransang.
3. Respon perasa
Lidah merupakan organ penting untuk indra pengecap karena memiliki bagian
kemoreseptor (bagian yang berfungsi menangkap rangsang kimia yang larut
dalam air) untuk merasakan respon manis, asam, asin, dan pahit. Lidah
memiliki permukaan kasar karena adanya tonjolan-tonjolan yang disebut
papila, bagian inilah yang berfungsi sebagai reseptor pertama menangkap rasa
sebelum impulsnya nanti diteruskan ke otak. Namun tidak semua papila dapat
menangkap rasa, hanya papila dengan gema gustatoria yang dapat menangkap
rasa: papila fungiformis, papila sirkumvalatae, dan papila foliatae.
4. Respon penglihatan
Secara singkat, cahaya yang ada masuk melalui kornea mata melanjut
melewati pupil dan iris yang berfungsi sebagai lensa untuk mengatur banyak
sedikitnya cahaya yang masuk. Kemudian melewati lensa yang berfungsi
mengatur bias cahaya agar tepat mengenai retina dan menfokuskannya.
Selanjutnya, cahaya yang diterima oleh fotoreseptor di retina akan diubah
menjadi aktivitas listrik dan diteruskan ke korteks.Serabut-serabut saraf
optikus terbagi di optik chiasma bagian medial dari masing-masing saraf
bersilangan pada sisi berlawanan dan impuls diteruskan ke visual.
membran
timpani
dan
tingkap
lonjong.
Energi
getar
yang
D. Kesimpulan
Secara singkat, mekanisme penerimaan ransang sampai timbulnya respon adalah
ransang yang ada diterima oleh reseptor, kemudian melalui saraf aferen impuls
tersebut dibawa ke sistem saraf pusat. Informasi yang diolah disana kemudian
menimbulkan timbal balik yang disalurkan melalui saraf eferen dan kemudian
disalurkan menjadi respon dari efektor.
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, J. 2007. Textbook of Veterinary Physiology. USA: Saunders Elsevier
Frandson, R. D., Wilke, W. L., and Fails, A.D. 2005. Anatomy and Physiology of
Farm Animals 7th Edition.Colorado: Willey Blackwell
Isnaeni, W. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta : Kanisius
Junqeira, L.C. & Jose Carneiro (1980).Basic Histology. Lange Medical
Publications, Clifornia.