Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN

FOCUS GROUP DISCUSSION SKENARIO 4


SISTEM SENSORIK ANJING
SEMESTER 3

Disusun oleh :
Nama

: Atsmarina Widyadhari

NIM

: 14/366094/KH/8147

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014

SISTEM SENSORIK ANJING


A. Tujuan Pembelajaran
1. Mengetahui perbedaan atau persamaan struktur dan fungsi organ sensorik pada
mata, telinga, dan penciuman pada berbagai spesies hewan domestik serta cara
membedakan gangguan saraf sensorik berdasarkan ilmu anatomi terapan.
2. Mengetahui fisiologis tentang mekanisme sejak penerimaan rangsang sampai
timbulnya respon (peraba, pendengaran dan keseimbangan, penciuman, perasa,
dan penglihatan).
3. Mengetahui jenis-jenis parasit dan jamur yang dapat menimbulkan gangguan
organ sensorik.
B. Skema Pembelajaran
Skenario 3 :
Menganalisis perbedaan struktur dan fungsi organ sensoris antar spesies,
gangguan saraf sensoris, fungsi sistem organ, infeksi jamur dan parasit sebagai dasar
diagnose dalam konteks terpadu dan holistik.

Anatomi
Terapan

Histologi
Sistem
Organ
Hewan

Fisiologi
Veteriner
II

Ilmu
Pemuliaan
Hewan

Bakteriologi
dan
Mikologi
Veteriner

Ilmu
Penyakit
Parasit
Veteriner

Sinergi dan integrasi antar mata kuliah untuk membangun pemahaman secara lebih
komprehensif untuk mencapai kompetensi

Eddy mengikuti palacakan narkoba dengan menggunakan anjing Herder sebagai


pelacak. Konon jenis anjing ini mempunyai 220.000.000 sel saraf penciuman,

sehingga anjing dengan cepat dapat menemukan narkoba. Sesuatu yang lebih
mengherankan, anjing juga dapat menemukan benda yang tenggelam di dasar laut,
mengapa bisa demikian? Bagaimana penjalaran sensor impuls ke pusat penciuman
sampai timbul reaksi? Mekanisme diawali rangsang suara yang diterima oleh
reseptor, selanjutnya dibawa oleh serabut saraf aferen menuju ke pusat pendengaran
yang terletak di cohlea, menuju ke saraf eferen sampai timbul suara. Disamping
penciuman, anjing juga bisa mendengar suara dari frekuensi yang sangat rendah 16
Hz hingga 70 kHz (padahal manusia hanya mampu mendengar suara dengan
frekuensi 20 Hz - 20 kHz). Pada jenis hewan nokturnal tertentu mempunyai
penglihatan yang sangat tajam. Melihat keunikan sistem sensorik pada hewan, Eddy
ingin membandingkan kekuatan indera dan mengetahui perbedaan struktur organ
sensoris dari masing-masing spesies. Di sisi lain, ternyata sistem sensorik
pendengaran hewan dapat terganggu apabila telinga terinfeksi tungau atau berbagai
jamur dalam telinga yang menyebabkan sensivitas pendengaran telinga menjadi
berkurang. Untuk mengetahui gangguan tersebut, Eddy harus mampu membedakan
gangguan saraf sensorik berdasarkan ilmu anatomi terapan.
C. Bahasan
Mekanisme Penerimaan Ransang sampai Timbulnya Respon
1. Respon penciuman
Epitel penciuman adalah daerah di dalam hidung yang bertanggung jawab
untuk mencegat bau dan melewatkannya ke otak. Mekanisme epitel
penciuman tidak sepenuhnya dipahami. Hanya molekul tertentu sesuai dengan
reseptor tertentu dapat kita rasakan sebagai bau. Ketika molekul yang tepat
datang dan hinggap pada reseptor yang cocok, maka akan terjadi gerakkan
sebuah koreografi yang rumit dari reaksi biokimia dalam hidung. Kemudian
meneruskan sinyal lewat saraf yang dikirim ke otak, yang kita anggap sebagai
bau. Reseptor bau terlokalisasi pada neuron sensorik penciuman, yang
menempati area kecil di bagian atas epitel hidung. Setiap sel reseptor
penciuman hanya mengungkapkan satu reseptor bau. Pada aktivasi, sinyal dari

sel-sel reseptor penciuman disampaikan dalam daerah mikro yang


didefinisikan oleh glomerulus di olfactory bulb. Sel-sel reseptor dari jenis
yang sama secara acak didistribusikan pada mukosa hidung, tetapi berkumpul
di glomerulus yang sama. Di glomerulus, ujung saraf reseptor merangsang
sel-sel mitral yang meneruskan sinyal ke daerah yang lebih tinggi dari otak.

2. Respon peraba
Bagaimana kita bisa merasakan sesuatu pada kulit kita seperti panas, dingin,
halus, kasar, dan sebagainya dipengaruhi oleh serabut saraf yag berada pada
kulit. Secara singkat, serabut saraf yang ada di kulit meliputi:

Korpus Meissner: menghantarkan respon terhadap sentuhan


Korpus Paccini : menghantarkan respon terhadap tekanan
Korpus Krause: menghantarkan respon terhadap dingin
Korpus Ruffini : menghantarkan respon terhadap panas
Saraf bebass: menghantarkan respon terhadap nyeri/sakit

Kemudian serabut saraf tersebut akan bermuara pada saraf Oftalmikus, yang
akan mempengaruhi kecepatan jalannya impuls dan bertanggung jawab
membawa rangsang tersebut ke sistem saraf pusat. Tentu saja selain
dipengaruhi oleh saraf kepekaan pada respon peraba juga dipengaruhi oleh
jaringan epitel pada kulit dan lokasi ransang.

3. Respon perasa
Lidah merupakan organ penting untuk indra pengecap karena memiliki bagian
kemoreseptor (bagian yang berfungsi menangkap rangsang kimia yang larut
dalam air) untuk merasakan respon manis, asam, asin, dan pahit. Lidah
memiliki permukaan kasar karena adanya tonjolan-tonjolan yang disebut

papila, bagian inilah yang berfungsi sebagai reseptor pertama menangkap rasa
sebelum impulsnya nanti diteruskan ke otak. Namun tidak semua papila dapat
menangkap rasa, hanya papila dengan gema gustatoria yang dapat menangkap
rasa: papila fungiformis, papila sirkumvalatae, dan papila foliatae.

4. Respon penglihatan
Secara singkat, cahaya yang ada masuk melalui kornea mata melanjut
melewati pupil dan iris yang berfungsi sebagai lensa untuk mengatur banyak
sedikitnya cahaya yang masuk. Kemudian melewati lensa yang berfungsi
mengatur bias cahaya agar tepat mengenai retina dan menfokuskannya.
Selanjutnya, cahaya yang diterima oleh fotoreseptor di retina akan diubah
menjadi aktivitas listrik dan diteruskan ke korteks.Serabut-serabut saraf
optikus terbagi di optik chiasma bagian medial dari masing-masing saraf
bersilangan pada sisi berlawanan dan impuls diteruskan ke visual.

5. Respon pendengaran dan keseimbangan


Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun
telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke
koklea. Getaran tersebutmenggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga
tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi
getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan
luas

membran

timpani

dan

tingkap

lonjong.

Energi

getar

yang

telahdiamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakan tingkap


lonjong sehingga perilimf pada skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan
melalui membran Reissner yang mendorongendolimfa, sehingga akan
menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan membrantektoria.

Proses ini merupakan rangsangan mekanik yang menyebabkan terjadinya


defleksistereosilia sel-sel rambut,sehingga kanal ion terbuka dan terjadi
penglepasan ion bermuatanlistrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan
proses depolarisasi sel rambut, sehinggamelepaskan neurotransmitter ke
dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi padasaraf auditorius
lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius ampai ke kortteks pendengaran (area
39-40) di lobus tempoalis
Adapun keseimbangan dan orientasi tubuh seseorang teradap lingkungan di
sekitarnyatergantun pada input sensorik dari reseptor vestibuler di labirin,
organ visual dan proprioseptif.Gabungan informasi ketiga reseptor sensorik
tersebut akan diolah di SPP, sehinggamenggambarkan keadaan posisi tubuh
pada saat itu. Labirin terdiri dari labirin statis yaituutrkulus dan sakulus yang
merupakan pelebaran labirin membrane yang terdapat dalamvestibulum
labirin tulang. Padatiap pelebarannya terdapat makula utrikulus yang di
dalamnyaterdapat sel-sel reseptor keseimbangan. Labirin kinetik terdiri dari
tiga kanalis semisirkularisdimana pada tiap kanalis terdapat pelebaran yang
berhubungan dengan utrikulus, disebut ampula.Di dalamnya terdapat Krista
ampularis yang terdiri dari sel-sel reseptor keseimbangan danseluruhnya
tertutup oleh suatu substansi gelatin yang disebut kupula. Getaran atau
perubahankepala dan tubuh akan menimbulkan perpindahan cairan endolimfa
di labirin dan selanjutnyasilia sel rambut akan menekuk. Tekukan silia
menyebabkan permeabilitas membrane sel berubahsehingga ion kalsium akan
masuk ke dalam sel yang menyebabkan terjadinya proses depolarisasidan
akan merangsang penglepasan neurotrasmiter eksitator yang selanjutnya akan
meneruskanimpuls sensoris melalui saraf afferent ke pusat keseimbangan di
otak. Sewaktu berkas siliaterdorong ke arah berlawanan, maka terjadi
hiperpolarisasi.Organ vestibuler berfungsi sebagai transduser yang mengubah
energi mekanik akibatrangsangan otolit dan gerakan endolimfa di dalam
kanalis semisirkularis menjadi energi biolistrik, sehingga dapat memberi
informasi mengenai perubahan posisi tubuh akibat percepatanlinier atau

percepatan sudut. Dengan demikian dapat memberi informasi mengenai


semua gerak tubuh yang sedang berlangsung. Sistem vestibuler berhubungan
dengan system tubuh yang lain,sehingga kelainannya dapat menimbulkan
gejala pada sistem tubuh bersangkutan. Gejala yangtimbulkan dapat berupa
vertigo, rasa mual dan muntah. Pada jantung berupa bradikardi atautakikardi
dan pada kulit reaksinya berkeringat dingin.

D. Kesimpulan
Secara singkat, mekanisme penerimaan ransang sampai timbulnya respon adalah
ransang yang ada diterima oleh reseptor, kemudian melalui saraf aferen impuls
tersebut dibawa ke sistem saraf pusat. Informasi yang diolah disana kemudian
menimbulkan timbal balik yang disalurkan melalui saraf eferen dan kemudian
disalurkan menjadi respon dari efektor.

DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, J. 2007. Textbook of Veterinary Physiology. USA: Saunders Elsevier
Frandson, R. D., Wilke, W. L., and Fails, A.D. 2005. Anatomy and Physiology of
Farm Animals 7th Edition.Colorado: Willey Blackwell
Isnaeni, W. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta : Kanisius
Junqeira, L.C. & Jose Carneiro (1980).Basic Histology. Lange Medical

Publications, Clifornia.

Anda mungkin juga menyukai