Anda di halaman 1dari 3

Nama : Rahma Aulia Nissa (201610101143) Tugas Sistem Indera

1. Indra Pengelihatan.
Mata sebagai indra pengelihatan mempunyai sistem lensa, diafragma, yang dapat berubah (pupil) dan retina
yang dapat disamakan dengan film. Mekanisme pengelihatan diawali ketika benda memantulkan cahaya masuk
ke mata dan diterima oleh kornea yang transparan, kemudian diteruskan ke pupil. Iris kemudian meningkatkan
jumlah cahaya yang masuk ke dalam mata pada waktu gelap dan mengurangi jumlah cahaya yang masuk pada
waktu terang. Otot otot pada iris dikontrol oleh serat simpatis yang berasal dari ganglion servikalis superiorpada
rantai simpatis di leher dan serat parasimpatis yang menjalar dengan saraf kranial III (okulomotorius). Jumlah
cahaya yang masuk ke mata diatur oleh ukuran pupil. Ukuran pupil sebanding dengan luas pupil yang dapat
mengecil sampai 1,5 mm dan membesar sampai 8mm. Jumlah cahaya yang masuk ke mata dapat berubah
sekitar 30 kali lipat sebagai akibat dari perubahan pupil. Di belakang iris terdapat lensa yang menerima cahaya
dari pupil dan meneruskannya pada retina. Fungsi lensa mata adalah mengatur fokus cahaya, sehingga cahaya
jatuh tepat pada bintik kuning retina. Jika mata memfokuskan pada objek dekat maka otot silier akan
berkontraksi sehingga lensa menebal dan jika mata memfokuskan objek yang jauh, otot silier berelaksasi
sehingga lensa mata akan menipis. Suatu objek dapat dilihat dengan jelas apabila bayangan objek tersebut tepat
jatuh pada bintik kuning (fovea) pada retina. Fovea berdiameter kurang dari 0,5 mm ( kurang dari 500 µm) yang
artinya ketajaman pengelihatan maksimal terjadi pada kurang dari 2 derajat lapang pandang. Setelah cahaya
jatuh tepat pada retina, cahaya diubah menjadi muatan listrik yang dikirim ke otak untuk diproses melalui
serabut saraf penglihatan. Bayangan ini terbalik dibandingkan bendanya, tetapi presepsi otak terhadap benda
tetap dalam keadaan tegak, meskipun terdapat orientasi terbalik di retina karena otak sudah terlatih menangkap
baangan terbalik itu sebagai keadaan normal. Pada retina terdapat komponen utama fotoreseptor yaitu sel
batang dan sel kerucut. Baik sel batang maupun sel kerucut mempunyai bahan kimia yang akan terurai bila
terpajan cahaya dan merangsang serat serat saraf yang berasal dari mata, seperti rhodopsin (pada sel batang),
pigmen kerucut, dan pigmen warna. Setelah melalui retina, otak kemudian memproses bayangan benda tersebut
sehingga kita dapat melihat benda tersebut. Pada manusia, sinyal saraf pengelihatan meninggalkan retina
melalui nervus optikus. Di kiasma optikum, serat nervus optikus bergabung dengan serat serat dari bagian
temporal retina yang lain dan membentuk traktus optikus. Serat serat dari traktus optikus bersinaps di nucleus
genikulatum lateralis dorsalis talamus. Serat serat genikulokalkarina berjalan melalui traktus genikulokalkarina
ke korteks pengelihatan primer yang terletak di fisura kalkarina lobus oksipitalis.

2. Indra Pendengaran
Sistem transmisi suara melibatkan telinga bagian luar yang terdiri dari daun telinga dan liang telinga, dan
telinga tengah yang terdiri dari gendang telinga dan tulang-tulang pendengaran. Sedangkan sistem transduksi
suara melibatkan telinga dalam yang terdiri dari koklea, dimana reseptor pendengaran berada. Proses transmisi
diawali dengan ditangkapnya stimulus berupa gelombang suara oleh daun telinga dalam bentuk gelombang
yang dihantarkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani dan
diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan memperkuat getaran melalui daya
ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan foramen ovale. Sistem
transduksi suara diawali ketika vibrasi foramen ovale menyebabkan gelombang tekanan dalam perilimfe telinga
dalam. Energi getar tersebut diteruskan ke stapes yang menggerakkan foramen ovale sehingga cairan perilimfe
pada skala vestibuli bergerak. Getaran akibat getaran perilimfe diteruskan melalui membran Reissner yang akan
mendorong endolimfe, sehingga akan terjadi gerak relatif antara membran basilaris dan membran tektoria.
Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut,
sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini
menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmiter ke dalam sinapsis yang
akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks
pendengaran di lobus temporalis.

3. Indra Pembau
Hidung sebagai indra penghidu mempunyai membran olfaktorius yang terletak di bagian superior rongga
hidung dengan luas permukaan sekitar 2,4 cm2. Pada rongga hidung terdapat sel sel olfaktorius yang merupakan
reseptor untuk sensasi penghidu. Reseptor-reseptor olfaktorius merupakan sel-sel khusus, berupa sel-sel saraf
bersilia yang terletak di dalam epitel olfaktorius pada rongga hidung. Silia olfaktorius berdiameter 0,3 µm dan
panjangnya sampai 200 µm, menjorok ke dalam mucus yang melapisi permukaan rongga hidung. Sel sel silia
ini akan bereaksi terhadap bau di udara dan merangsang sel sel olfaktorius. Kemudian, zat yang tercium pada
saat kontak dengan membrane olfaktorius berdifusi ke dalam mukus yang menutupi silia lalu berikatan dengan
reseptor protein di membrane setiap silium. Setiap reseptor protein merupakan molekul panjang yang melipat
kira kira 7 kali ke arah luar dan ke arah dalam. Zat berbau lalu berikatan dengan protein reseptor yang melipat
ke arah luar. Bagian dalam protein yang melipat akan saling berpasangan pada protein-G, yang merupakan
gabungan tiga sub unit. Sub unit α akan berpisah dari protein G dan mengaktifkan adenilat siklase. Siklase yang
teraktifkan kemudian mengubah molekul adenosine trifosfat intra sel menjadi cAMP . cAMP lalu mengaktifkan
protein membrane lain di dekatnya yaitu kanal ion natrium berpintu yang memungkinkan sejumlah ion Na +
melewati membran ke dalam sitoplasma sel reseptor. Ion Na+ akan meningkatkan potensial listrik ke arah
positif di sisi dalam membrane sel, sehingga merangsang neuron olfaktorius dan menghantarkan potensial aksi
ke sistem saraf pusat melalui nervus olfaktorius.

4. Indra Pengecap
Piala kecap (taste buds) berperan utama dalam pengecapan yang dapat ditemukan pada tiga tipe papilla lidah
(sirkumvalata, fungiformis, dan foliata). Piala kecap ini terdiri atas kurang lebih 50 sel sel epitel termodifikasi,
seperti sel sustentakular dan sel pengecap. Kemudian, Pada pemberian rangsang kecap pertama kali terjadi
pembentukan impuls saraf oleh taste bud. Pelepasan impuls di serat saraf piala kecap akan meningkat,
kemudian ke tingkat lebih rendah dan stabil selama masih ada rangsang kecap. Setelah itu impuls pengecap dari
dua periga anterior lidah diteruskan melalui nervus lingualis, kemudian melalui korda timpani menuju nervus
fasialis, akhirnya menuju traktus solitaries di batang otak. Sensai pengecap dari papilla sirkumvalata dan daerah
posterior rongga mulut dan tenggorokan dihantarkan melalui nervus glossofaringeus juga ke traktus solitarius di
batang otak. Dari trakus solitarius, impuls pengecapan dihantarkan ke batang otak itu sendiri langsung ke
nucleus salivatorius dan area area ini akan menghantarkan sinyal ke Gld. submandibularis, sublingualis, dan
parotis guna membantu pengendalian sekresi saliva selama proses menelan dan pencernaan makanan.

5. Indra Peraba
Sentuhan yang dilakukan pada semua benda menghasilkan rangsang. Pada glabrous atau kulit yang tidak
memiliki rambut (seperti pada telapak tangan). memiliki empat macam reseptor. Dua diantaranya sangat mudah
beradaptasi dan merespon stimulasi taktil yang datang, yaitu Pacinian Corpuscle (Corpuscullus Lamellosum
Paccini), reseptor terbesar dan letaknya paling dalam (pada subcutis); dan Meissner Corpuscle (Corpuscullus
Tactus dari Meissner) yang terietak persis di bawah kulit terluar (epidermis). Sebaliknya, reseptor Merkel dan
Ruffini Corpuscle (Corpuscullus Ruffini) hanya akan merespon terhadap stimulasi taktil yang lama. Rangsang
itu diterima oleh reseptor kulit. Kemudian, rangsang itu diteruskan oleh reseptor ke otak. Serabut saraf yang
membawa informasi dari reseptor somatosensori berkumpul di kumpulan saraf perifer yang selanjutnya masuk
ke sumsum tulang belakang melalui serabut serabut saraf di bagian dorsal (dorsal root). Informasi
somatosensoris dikirim ke sistem saraf pusat melalui dua jalur utama, yaitu: sistem dorsal-column medial-
lemniscus dansistem anterolateral. Umumnya sistemdorsalcolumn medial-lemniscus membawa informasi
sentuhan dan proprioception ke cortex.
Referensi ;
Guyton, A. C., Hall, J. E., 2016. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 13. Jakarta : EGC, http://repo.iain-
tulungagung.ac.id/3071/3/BAB%20II.pdf [Diakses pada 13 Desember 2020],
http://repository.unimus.ac.id/2561/4/BAB%20II%20%28SOFA%20A2A216115%29.pdf [Diakses pada 13
Desember 2020], http://eprints.undip.ac.id/44456/3/Bab2.pdf [Diakses pada 13 Desember 2020], dan Laksmini,
W. 2011. Modul Psikologi Faal. Tangerang: Universitas Pembangunan Jaya.

Anda mungkin juga menyukai