Anda di halaman 1dari 9

4.

MEKANISME GERAK REFLEKS

Pada umumnya gerak itu terjadi secara sadar, namun ada pula gerak yang terjadi
tanpa disadari yaitu gerak reflex. Gerak refleks adalah gerak yang tidak disengaja atau tidak
disadari. Penjalaran impuls pada gerak refleks berlangsung cepat, melewati jalur pendek dan
tidak melalui otak, tetapi melalui sumsum tulang belakang (Medulla Spinalis). Contohnya
terangkatnya kaki saat menginjak paku, menutupnya kelopak mata ketika benda asing masuk
ke mata, dan gerakan tangan saat memegang benda panas.

Terdapat dua jenis refleks, yang pertama itu adalah refleks sederhana yang dimana
respon yang diberikan itu secara alamia tanpa dipelajari. Gerakan ini secara alami muncul
tanpa adanya tindakan ataupun latihan yang sudah pernah dilakukan sebelumnya. Contohnya
menutup kelopak mata ketika ada benda asing masuk ke dalam mata. Lalu jenis yang kedua
adalah refleks terkonisi. Hal ini terjadi dikarenakan adanya aktivitas atapun tindakan yang
sudah dilakukan secara berkali-kali atau bisa juga dikarenakan adanya latihan dan belajar
yang dilakukan secara terus menerus dengan waktu yang cukup lama. Contohnya seorang
atlet pentinju. Saat di dalam arena pertarungan dan lawan dari sang pentinju itu ingin
menyerangnya dengan refleks petinju tersebut akan melakukan tankisan untuk menahan
serangan yang diberikan oleh lawannya. Hal ini bisa terjadi karena atlet tersebut sudah
melakukan latihan terus menerus dalam hal melakukan tangkisan untuk melindungi diri dari
serangan lawan dan latihan ini dilakukan dalam jangka waktu yang lumayan lama.

Hantaran impuls pada gerak refleks mirip seperti pada gerak biasa. Bedanya, impuls
pada gerak refleks tidak melalui pengolahan oleh pusat saraf. Neuron di otak hanya berperan
sebagai konektor saja. Ada dua macam neuron konektor di otak dan di sumsum tulang
belakang. Selain itu ada beberapa jalur saraf yang berperan dalam aktivitas refleks. Kelima
konponen jalur ini disebut sebagai lengkungan refleks:

1. Reseptor sensorik
Reseptor sensorik bisasa disingkat sebagai reseptor yang dimana berperan dalam
merespin rangsangan yang diberikan. Adapun terjadi perubahan fisik ataupun
kimiawi yang terjadi di dalam atau di luar lingkungan reseptor ini. Contohnya
perubahan fisik adalah ketika tangan kita terbakar maka kulit yang merupakan
reseptor akan berespon dengan rangangan panas yang ada. Akibarnya adanya
perubahan struktur dari kulit tersebut.
2. Jalur Aferen
Adapun respon yang diberikan terhadap rangsangan ini adalah reseptor akan
menghasilkan potensial aksi dan akan dipancarkan oleh jalur aferen kepusat
integrasi.
3. Pusat Integrasi
Pusat integrasi ini adalah Medulla Spinalis yang dimana berperan dalam
mengelolah potenssial aksi yang sudah dipancarkan oleh jalur Aferen ini. Pada
medulla spinalis ini batang otak dan kondra spinalis akan mengintegrasikan
refleks-refleks yang ada dimana ini semuanya akan diproses sehingga pusat
integrasi ini bisa memberikan instruksi kepada reseptor mengenai respon apa
yang sesuai.
4. Jalur Eferen
Instruksi dari pusat integrasi ini disalurkan melalui jalur eferen yann kepada
efektor.
5. Efektor
Di efektor nantinya otot-otot ataupun kelenjar akan melaksanakan instruksi yang
sudah diberikan oleh reseptor refleks. Inilah yang disebut gerakan refleks
dimana semuany diatur oleh medulla spinalis dan dilakukan secara tidak sadar.

A. Refleks Rengang
Refleks rengang ini merupakan refleks paling sederhana, dimana neuron
aferen yang berasal dari reseptor akan melakukan scanning regangan pada pada otot
rangka yang sama untuk menyebabkan berkontasksinya dan melawan regangan.
Refleks ini memiliki pusat integrasi sinaps tunggal yang terdapat pada medula
spinalis di antara jalur aferen dan eferen. Refles regang adalah uatu refleks
monsinaptik (sinaps) karena satu-satunya sinaps pada lengkung refeks adalah yang
berada diantara neuron aferen dan enuron eferen. Semua refleks lainnya bersifat
polisinaptik (banyak sinaps) karena terdapat antaraneuron pada jalur reflkes sehingga
terdapat sejumlah sinaps.
B. Refleks Lucut
Refleks lucut adalah contoh refleks spinal dasar polisinaptik.

GAMBAR Mekanisme Gerak Refleks

SUMBER: 1. Sherwood L. Introduction to Human Physiology. 8th ed. Alexander S, editor. Jakarta:
Yolanda Cossio; 2013. 188-190 p.

Jika suatu reseptor dirangsang cukup kuat sehingga reseptor tersebut mencapai ambang,
terbentuk potensial aksi di neuron aferen. Semakin kuat rangsangan, semakin tinggi
frekuensi potensial aksi yang dihasilkan dan dikirim ke SSP. Setelah masuk ke korda
spinalis, neuron aferen berdivergensi untuk bersinaps dengan berbagai antarneuron.1
1. Neuron aferen yang tereksitasi merangsang antarneuron eksitatorik yang nantinya
merangsang neuron motorik eferen yang menyarafi biseps, otot di lengan yang
memfleksikan (menekuk) sendi siku sehingga tangan tertarik menjauhi kompor panas.1

2. Neuron aferen juga merangsang antarneuron inhibitorik yang menghambat neuron eferen
yang menyarafi triseps untuk mencegahnya berkontraksi. Triseps adalah otot di lengan yang
mengekstensikan (meluruskan) sendi siku. Ketika biseps berkontraksi untuk menekuk siku,
akan kontraproduktif bagi triseps untuk berkontraksi. Karena itu, inhibisi otot-otot yang
antagonis (melawan) respons yang diinginkan sudah tercakup dalam refleks lucut.Jenis
koneksi ini yang melibatkan stimulasi saraf ke satu otot dan inhibisi secara bersamaan saraf
ke otot antagonisnya dikenal sebagai persarafan timbal-balik1

Gerak refleks berjalan dengan sangat cepat dan tanggapannya terjadi secara otomatis
terhadap rangsangan, tanpa memerlukan control dari otak. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa gerak reflex terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu.
Contoh dari gerak reflex misalnya berkedip, bersin, atau batuk.

Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu dimulai dari
reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori ke pusat saraf, diterima
oleh set saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah di dalam otak langsung dikirim tanggapan
ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot atau kelenjar. Jalan pintas ini disebut
lengkung refleks. Gerak refleks dapat dibedakan atas refleks otak bila saraf penghubung
(asosiasi) berada di dalam otak, misalnya, gerak mengedip atau mempersempit pupil bila ada
sinar dan refleks sumsum tulang belakang bila set saraf penghubung berada di dalam
sumsum tulang belakang misalnya refleks pada lutut.

C. Aktivitas Refleks Lain


SUMBER: 1. Sherwood L. Introduction to Human Physiology. 8th ed. Alexander S,
editor. Jakarta: Yolanda Cossio; 2013. 188-190 p.

Asetilkolin adalah transmiter di taut neuromuskulus, di


ganglion otonom, dan di taut saraf parasimpatis pascaganglion-organ
sasaran serta beberapa taut saraf simpatis pascaganglion-organ
sasaran. Bahkan, asetilkolin adalah transmiter yang dikeluarkan oleh semua neuron yang keluar dari
SSP (saraf kranial, neuron motorik, dan neuron praganglion). Asetilkolin juga ditemukan di
kompleks otak depan basal (nukleus septum dan nukleus basalis), yang berproyeksi ke hipokampus
dan neokorteks, dan kompleks kolinergik pontomesensefalon, yang berproyeksi ke thalamus dorsal
dan otak depan. Sistem-sistem ini mungkin berperan dalam regulasi keadaan terjaga-tidur, belajar,
dan daya ingat.

Asetilkolin disintesis di ujung terminal serat saraf kolinergik.


Sebagian besar sintesis ini terjadi di aksoplasma di luarvesikel.
Selanjutnya, asetilkolin diangkut ke bagian dalam vesikel, tempat
bahan tersebut disimpan dalam bentuk kepekatan tinggi sebelum
akhirnya dilepaskan. Reaksi kimia dasarri sintesis ini adalah sebagai
berikut :

Asetilkolin begitu disekresikan oleh ujung saraf kolinergik, maka akan menetap dalam jaringan
selama beberapa detik, kemudian sebagian besar dipecah menjadi ion asetat dan kolin oleh
enzimasetilkolin esterase yang berikatan dengan kolagen dan glikosaminoglikans dalam jaringan
ikat setempat. Jadi, mekanisme ini mirip dengan mekanisme penghancuran asetilkolin yang terjadi
pada taut neuromuscular direrat saraf skeletal. Sebaliknya, kolin yang terbentuk diangkut kembali
keujung saraf terminal, tempat bahan inidipakai kembali untuk sintesis asetilkolin yang baru.

Kolin diangkut ke ujung saraf prasinaps oleh suatu pengangkut


kolin (CHT) dependen-Na+ , yang dapat dihambat oleh obat
hemikolinium. Asetilkolin (ACh) disintesis dari kolin dan asetil KoA
(AsKoA) oleh enzim kolin asetiltransferase (ChAT) di sitoplasma.
ACh kemudian diangkut dari sitoplasma ke dalam vesikel oleh
vesicle-associated transporter (VAT) bersama dengan peptida (P) dan
adenosin trifosfat (ATP). Tahap ini dapat dihambat oleh obat
vesamikol. ACh dilepaskan dari ujung saraf jika kanal Ca 2+ peka-
voltase terbuka, memungkinkan influks Ca2+, yang menyebabkan fusi
vesikel-vesikel dengan membran permukaan dan dikeluarkannya Ach
dan ko-transmiter ke dalam celah sinaps. Proses ini melibatkan
synaptosome-associated proteins (SNAPs) dan vesicle-associated
membrane proteins (VAMPs) serta dapat dicegah oleh obat toksin
botulinum. ACh yang dibebaskan dapat bekerja pada reseptor
muskarinikterkait-protein G di sasaran pascasinaps (mis. Otot polos)
atau di reseptor ionotropik nikotinik di ganglion otonom atau endplate
otot rangka (tidak diperlihatkan). Di taut sinaps, ACh mudah
dimetabolisme oleh enzim asetilkolinesterase. Autoreseptor dan
heteroreseptor di ujung saraf prasinaps memodulasi pelepasan
neurotransmiter.

GABA

GABA disintesis pada ujung saraf presinaptik, dan disimpan di


dalam vesikel sebelum di lepaskan. Tugasnya adalah meredam
kecepatan trasmisi pesan-pesan antar neuron. Kalau saja asam jenis ini
tidak ada, maka temperatur di dalam otak akan meningkat bila
digunakan untuk berfikir keras, membantu untuk memblokir implus
yang berhubungan dengan stres dari mencapai reseptor pada sistem
saraf pusat. Peran lain GABA juga dapat mengurangi perasaan cemas,
dan dapat membantu mengatasi gangguan yang terkait dengan stres
emosional. GABA telah dilaporkan dalam kultur makrofag murin, dan
juga ditemukan di ekstrak makrofag dikultur dari monosit darah
perifer. Enzim Glutamic Acid Decarboxylase (GAD) 65 (Salah satu
marker adanya antibodi terhadap enzim glutamat dekarboksilase) dan
anti anti-GAD65 ada dalam jumlah yang banyak dalam sel dendritik
(DC) dan konsentrasi lebih rendah pada peritoneal makrofag, DC dan
limfosit T juga dapat melepaskan GABA. Stimulasi makrofag dan DC
dengan lipopolisakarida (LPS) terjadi peningkatan ekspresi GAD,
sementara jumlah GABA disekresikan tidak dipengaruhi secara
signifikan. Stimulasi CD4+ sel T dengan anti-CD3 dan antibodi anti-
CD28 juga memiliki berpengaruh pada konsentrasi GABA dalam
plasma. Kehadiran GABA-Transaminase yang diprodukasi di
makrofag dan limfosit mengaktifkan sel T sejak spesifik limfosit T
mitogen (phytohemagglutinin; PHA) digunakan untuk stimulasi dan
sel T sel B dengan rasio sekitar 3:1. Interaksi sel B dan sel T, diduga
mempengaruhi ekspresi sitokin sebagai bagian pada imunitas adaptif,
beberapa antibodi yang diproduksi sebagai respon terhadap infeksi,
seperti Ig M, juga disekresikan secara alami oleh sel B.
Limfosit T dalam fungsinya terdapat beberapa jenis, yang
meliputi CD8+ (sitotoksik) sel T, yang dapat diaktifkan
dengan CD4+ T (helper) sel dan CD8+ . Jenis lain termasuk
T-reg (sel T-regulator) yang dapat mengendalikan aktivasi
sistem imun, dan diduga berpengaruh terhadap Natural
Killer Cell.

Anda mungkin juga menyukai