Pada umumnya gerak itu terjadi secara sadar, namun ada pula gerak yang terjadi
tanpa disadari yaitu gerak reflex. Gerak refleks adalah gerak yang tidak disengaja atau tidak
disadari. Penjalaran impuls pada gerak refleks berlangsung cepat, melewati jalur pendek dan
tidak melalui otak, tetapi melalui sumsum tulang belakang (Medulla Spinalis). Contohnya
terangkatnya kaki saat menginjak paku, menutupnya kelopak mata ketika benda asing masuk
ke mata, dan gerakan tangan saat memegang benda panas.
Terdapat dua jenis refleks, yang pertama itu adalah refleks sederhana yang dimana
respon yang diberikan itu secara alamia tanpa dipelajari. Gerakan ini secara alami muncul
tanpa adanya tindakan ataupun latihan yang sudah pernah dilakukan sebelumnya. Contohnya
menutup kelopak mata ketika ada benda asing masuk ke dalam mata. Lalu jenis yang kedua
adalah refleks terkonisi. Hal ini terjadi dikarenakan adanya aktivitas atapun tindakan yang
sudah dilakukan secara berkali-kali atau bisa juga dikarenakan adanya latihan dan belajar
yang dilakukan secara terus menerus dengan waktu yang cukup lama. Contohnya seorang
atlet pentinju. Saat di dalam arena pertarungan dan lawan dari sang pentinju itu ingin
menyerangnya dengan refleks petinju tersebut akan melakukan tankisan untuk menahan
serangan yang diberikan oleh lawannya. Hal ini bisa terjadi karena atlet tersebut sudah
melakukan latihan terus menerus dalam hal melakukan tangkisan untuk melindungi diri dari
serangan lawan dan latihan ini dilakukan dalam jangka waktu yang lumayan lama.
Hantaran impuls pada gerak refleks mirip seperti pada gerak biasa. Bedanya, impuls
pada gerak refleks tidak melalui pengolahan oleh pusat saraf. Neuron di otak hanya berperan
sebagai konektor saja. Ada dua macam neuron konektor di otak dan di sumsum tulang
belakang. Selain itu ada beberapa jalur saraf yang berperan dalam aktivitas refleks. Kelima
konponen jalur ini disebut sebagai lengkungan refleks:
1. Reseptor sensorik
Reseptor sensorik bisasa disingkat sebagai reseptor yang dimana berperan dalam
merespin rangsangan yang diberikan. Adapun terjadi perubahan fisik ataupun
kimiawi yang terjadi di dalam atau di luar lingkungan reseptor ini. Contohnya
perubahan fisik adalah ketika tangan kita terbakar maka kulit yang merupakan
reseptor akan berespon dengan rangangan panas yang ada. Akibarnya adanya
perubahan struktur dari kulit tersebut.
2. Jalur Aferen
Adapun respon yang diberikan terhadap rangsangan ini adalah reseptor akan
menghasilkan potensial aksi dan akan dipancarkan oleh jalur aferen kepusat
integrasi.
3. Pusat Integrasi
Pusat integrasi ini adalah Medulla Spinalis yang dimana berperan dalam
mengelolah potenssial aksi yang sudah dipancarkan oleh jalur Aferen ini. Pada
medulla spinalis ini batang otak dan kondra spinalis akan mengintegrasikan
refleks-refleks yang ada dimana ini semuanya akan diproses sehingga pusat
integrasi ini bisa memberikan instruksi kepada reseptor mengenai respon apa
yang sesuai.
4. Jalur Eferen
Instruksi dari pusat integrasi ini disalurkan melalui jalur eferen yann kepada
efektor.
5. Efektor
Di efektor nantinya otot-otot ataupun kelenjar akan melaksanakan instruksi yang
sudah diberikan oleh reseptor refleks. Inilah yang disebut gerakan refleks
dimana semuany diatur oleh medulla spinalis dan dilakukan secara tidak sadar.
A. Refleks Rengang
Refleks rengang ini merupakan refleks paling sederhana, dimana neuron
aferen yang berasal dari reseptor akan melakukan scanning regangan pada pada otot
rangka yang sama untuk menyebabkan berkontasksinya dan melawan regangan.
Refleks ini memiliki pusat integrasi sinaps tunggal yang terdapat pada medula
spinalis di antara jalur aferen dan eferen. Refles regang adalah uatu refleks
monsinaptik (sinaps) karena satu-satunya sinaps pada lengkung refeks adalah yang
berada diantara neuron aferen dan enuron eferen. Semua refleks lainnya bersifat
polisinaptik (banyak sinaps) karena terdapat antaraneuron pada jalur reflkes sehingga
terdapat sejumlah sinaps.
B. Refleks Lucut
Refleks lucut adalah contoh refleks spinal dasar polisinaptik.
SUMBER: 1. Sherwood L. Introduction to Human Physiology. 8th ed. Alexander S, editor. Jakarta:
Yolanda Cossio; 2013. 188-190 p.
Jika suatu reseptor dirangsang cukup kuat sehingga reseptor tersebut mencapai ambang,
terbentuk potensial aksi di neuron aferen. Semakin kuat rangsangan, semakin tinggi
frekuensi potensial aksi yang dihasilkan dan dikirim ke SSP. Setelah masuk ke korda
spinalis, neuron aferen berdivergensi untuk bersinaps dengan berbagai antarneuron.1
1. Neuron aferen yang tereksitasi merangsang antarneuron eksitatorik yang nantinya
merangsang neuron motorik eferen yang menyarafi biseps, otot di lengan yang
memfleksikan (menekuk) sendi siku sehingga tangan tertarik menjauhi kompor panas.1
2. Neuron aferen juga merangsang antarneuron inhibitorik yang menghambat neuron eferen
yang menyarafi triseps untuk mencegahnya berkontraksi. Triseps adalah otot di lengan yang
mengekstensikan (meluruskan) sendi siku. Ketika biseps berkontraksi untuk menekuk siku,
akan kontraproduktif bagi triseps untuk berkontraksi. Karena itu, inhibisi otot-otot yang
antagonis (melawan) respons yang diinginkan sudah tercakup dalam refleks lucut.Jenis
koneksi ini yang melibatkan stimulasi saraf ke satu otot dan inhibisi secara bersamaan saraf
ke otot antagonisnya dikenal sebagai persarafan timbal-balik1
Gerak refleks berjalan dengan sangat cepat dan tanggapannya terjadi secara otomatis
terhadap rangsangan, tanpa memerlukan control dari otak. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa gerak reflex terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu.
Contoh dari gerak reflex misalnya berkedip, bersin, atau batuk.
Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu dimulai dari
reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori ke pusat saraf, diterima
oleh set saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah di dalam otak langsung dikirim tanggapan
ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot atau kelenjar. Jalan pintas ini disebut
lengkung refleks. Gerak refleks dapat dibedakan atas refleks otak bila saraf penghubung
(asosiasi) berada di dalam otak, misalnya, gerak mengedip atau mempersempit pupil bila ada
sinar dan refleks sumsum tulang belakang bila set saraf penghubung berada di dalam
sumsum tulang belakang misalnya refleks pada lutut.
Asetilkolin begitu disekresikan oleh ujung saraf kolinergik, maka akan menetap dalam jaringan
selama beberapa detik, kemudian sebagian besar dipecah menjadi ion asetat dan kolin oleh
enzimasetilkolin esterase yang berikatan dengan kolagen dan glikosaminoglikans dalam jaringan
ikat setempat. Jadi, mekanisme ini mirip dengan mekanisme penghancuran asetilkolin yang terjadi
pada taut neuromuscular direrat saraf skeletal. Sebaliknya, kolin yang terbentuk diangkut kembali
keujung saraf terminal, tempat bahan inidipakai kembali untuk sintesis asetilkolin yang baru.
GABA