SEMESTER 2
FAKULTAS TEKNIK PRODI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS PATTIMURA AMBON
2018
1
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................i
BAB I DEFINISI DAN SIFAT-SIFAT FLUIDA............................................1
BAB II HIDROSTATIKA...............................................................................21
BAB III PENGAPUNGAN DAN PENGAMBANGAN..................................43
BAB IV ANALISIS DIMENSIONAL DAN KESERUPAAN HIROLIK.......48
BAB V DASAR-DASAR ALIRAN FLUIDA.................................................52
BAB VI ALIRAN FLUIDA DALAM PIPA.....................................................71
BAB VII SALURAN TERBUKA......................................................................76
BAB VIII GAYA-GAYA YANG DIKEMBANGKAN FLUIDA......................89
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................97
i
BAB I
DEFINISI DAN SIFAT-SIFAT FLUIDA
1
Tabel 1.1. Satuan dalam SI
Satuan Satuan
Besaran Simbol Besaran Simbol
Sistem SI Sistem SI
Besaran Dasar Besaran
Panjang L m Debit Q m3/det
Massa M kg Gaya F N
Waktu T det Tekanan P N/m2
atau Pa
Sudut θ rad
(Pascal)
Luas A m2
Volume V m3 Daya P W (Watt)
Kecepatan u m/det (joule/det)
Kerja, N.m
Percepatan a m/det2 E
energi (Joule)
2
dimana :
g = 9,81 m/det2
Viskositas kinematis dari cairan sangat dipengaruhi oleh temperatur, demikian pula
dengan viskositas dinamik. Oleh karena itu harga-harga viskositas dinamik dan
viskositas kinematis dalam hubungannya dengan temperatur dapat dinyatakan dalam
bentuk tabel (1.3).
3
4 1000 1,567 x10-3 1,567 x10-6 0,0749
5 999,99 1,519 x10 -3
1,159 x10 -6
0,0748 2,03x109
6 999,97 1,472 x10-3 1,472 x10-6 0,0747
8 999,88 1,386 x10 -3
1,386 x10 -6
0,0745
10 999,73 1,307 x10 -3
1,307 x10 -6
0,0742 2,09x109
12 999,52 1,234 x10-3 1,235 x10-6 0,0740
14 999,27 1,168 x10 -3
1,169 x10 -6
0,0737 2,14x109
16 998,97 1,108 x10-3 1,109 x10-6 0,0734
18 998,62 1,052 x10 -3
1,052 x10 -6
0,0730
20 998,23 1,000 x10 -3
1,002 x10 -6
0,0728 2,19x109
25 997,08 0,887 x10-3 0,890 x10-6 0,0720
30 995,68 0,795 x10 -3
0,798 x10 -6
0,0712 2,25x109
35 994,06 0,715 x10-3 0,719 x10-6 0,0704
40 992,25 0,648 x10 -3
0,653 x10 -6
0,0696 2,26x109
45 990,25 0,590 x10-3 0,596 x10-6 0,0689
50 988,07 0,540 x10 -3
0,547 x10 -6
0,0680 2,26 x109
60 983,24 0,459 x10-3 0,467 x10-6 0,0661 2,25 x109
70 977,81 0,395 x10-3 0,404 x10-6 0,0643 2,22 x109
80 971,83 0,345 x10-3 0,355 x10-6 0,0626 2,17 x109
90 965,34 0,304 x10-3 0,315 x10-6 0,0607
100 958,38 0,270 x10 -3
0,282 x10 -6
0,0589
ρ=
massa
( satuan volume )
=
m
v []
( kg /m3 )
......................................................... (1.6)
Kerapatan dari air pada tekanan standard/tekanan atmosfer (760 mm Hg) dan temperatur
4oC adalah 1000 kg/m3.
4
Dengan demikian harga S tersebut tidak berdimensi.
Walaupun temperatur dan tekanan mempunyai pengaruh terhadap kerapatan namun
sangat kecil sehingga untuk keperluan praktis pengaruh tersebut diabaikan.
1.6. Kemampatan
Cairan dapat berubah bentuk karena tegangan geser atau termampatkan oleh
tekanan pada suatu volume cairan tersebut. Dengan demikian maka untuk kondisi-kondisi
dimana terjadi perubahan tiba-tiba atau perubahan besar dalam tekanan maka
kemampatan cairan menjadi penting. Kemampatan dari cairan dinyatakan dengan
modulus elastisitasnya (bulk modulus elasticity).
dp
K=−
dV /V .................................................................................................. (1.9)
dimana :
K = modulus elastisitas
dp = penambahan tekanan
dV = pengurangan volume
V = volume awal
5
1.7. Tegangan Permukaan
Molekul-molekul cairan yang berada di bawah permukaan saling memberikan
gaya-gaya yang bekerja yang sama besarnya di semua arah, atau saling tarik menarik
diantara sesamanya dengan gaya tarik menarik yang seimbang. Tetapi molekul-molekul
yang berada di dekat permukaan atau batas-batas antara cairan dengan udara, atau antara
cairan dengan cairan lain tidak seimbang. Suatu akibat dari perbedaan dalam tarik
menarik antara molekul-molekul cairan tersebut di dekat suatu permukaan dibanding
dengan yang berada lebih jauh di dalam massa cairan, adalah tegangan permukaan
(surface tension). Untuk suatu tetesan cairan dengan diameter D, tekanan internal p
diperlukan untuk mengimbangi gaya tarik karena tegangan permukaan σ, dihitung
berdasarkan gaya yang bekerja pada suatu belahan tetesan cairan seperti pada Gb.(1.1).
Gambar 1.1. Gaya-gaya yang bekerja pada tetesan air
1
π dσ= πd 2 p
4
4σ
p=
d ....................................................................................................... (1.10)
dimana :
p = tekanan, dalam (N/m2)
σ = tegangan permukaan dalam (N/m)
D = diameter tetesan dalam (m)
1.8. Kapilaritas
Kapilaritas terjadi disebabkan oleh tegangan permukaan oleh gaya kohesi dan
adhesi. Hal ini dapat dilihat pada suatu pipa vertikal diameter kecil (pipa kapiler) yang
dimasukkan ke dalam suatu cairan. Cairan akan naik atau turun ke dalam pipa kecil
tersebut dengan tinggi yang tergantung pada harga relatif adhesi antara cairan dan zat
padat terhadap harga kohesi dari cairan. Suatu cairan yang membasahi zat padat
6
mempunyai adhesi lebih besar dari pada kohesi. Dalam hal ini cairan di dalam pipa yang
terletak vertikal di dalam cairan akan naik (lihat Gb.1.2 a). Sedangkan apabila adhesi
lebih kecil dari pada kohesi maka cairan di dalam pipa akan turun (Gb.1.2 b)
h
h
d
d
Air H 2O Air Raksa H g
(a) (b)
Gambar 1.2. Kenaikan dan penurunan kapilaritas
h
d
7
θ = sudut antara tegangan permukaan dan dinding pipa vertikal
1.9. Tekanan Uap
Apabila tekanan di dalam ciaran yang terbuka pada udara mengalami penurunan
sampai satu tingkat yang cukup rendah, cairan akan menguap. Cairan tersebut menguap
karena molekul-molekulnya melepaskan diri dari permukaan cairan. Salah satu cara untuk
menjelaskan besarnya tekanan uap, diambil suatu pipa diameter kecil berisi cairan yang
ditutup di salah satu ujungnya (tube). Ujung yang satu lagi terbuka dan dibenamkan di
dalam suatu bak berisi cairan yang sama dengan cairan di dalam pipa, seperti pada Gb.
(1.4).
pu A
uap
tube h h A
Tekanan
atmosfer
p atm A
Keseimbangan gaya
Tekanan atmosfer menahan kolom cairan di dalam pipa, tetapi apabila pipa di tarik lebih
tinggi, tekanan di ujung atas pipa menurun sampai di bawah tekanan uap. Dalam hal ini
cairan akan melepaskan diri dari ujung pipa. Dengan tekanan pada permukaan dasar pipa
sama dengan tekanan atmosfir, keseimbangan gaya dapat digunakan untuk menunjukkan
hubungan antara tekanan uap, tekanan atmosfer dan panjang dari kolom cairan :
P u A=Patm Aγ ( hA ) ....................................................................................... (1.12)
dimana :
Pu = tekanan uap dalam Pa (Pascal)
Patm = tekanan atmosfer
A = luas penampang pipa
γ = berat jenis cairan
Tekanan uap jenuh cairan pada temperatur 20 oC ditunjukkan di dalam tabel (1.4) dan
untuk air pada temperatur berbeda ditunjukkan di dalam tabel (1.5).
8
Tabel 1.4. Tekanan uap jenuh cairan pada temperatur
Tekanan uap jenuh
Zat cair
kgf / cm2 N / m2
Air Raksa 1,63 x 10-6 0,160
Minyak Tanah 3,36 x 10-2 3,300
Alkohol 5,95 x 10-2 5,900
Bensin 10,10 x 10 -2
10,000
Soal 1.1
Suatu cairan mengalir pada suatu pelat miring dalam bentuk lapisan tipis setebal t seperti
pada Gb.1.7.
udara
pelat
Bagian atas (permukaan) dari cairan yang mengalir diatas pelat tersebut berhubungan
dengan udara yang hampir tidak menyebabkan hambatan pada aliran. Dengan
9
menggunakan hukum Newton untuk viscositas tentukan harga du/dx. Apakah keadaan ini
akan terdapat pembagian kecepatan yang linier?
Jawaban :
Hukum Newton untuk viskositas adalah
du
τ=
dz
Pada permukaan cairan tegangan geser = 0
du
τ z =0→ ] =0
dz z=t
Pada dasar tegangan geser ≠ 0
du
τ 0 ≠0 → ] ≠0
dz z=0
du
Dari dua persamaan tersebut dapat dilihat bahwa terdapat perubahan dz , antara dasar
dan permukaan yang menunjukkan adanya perubahan dari kemiringan lengkung
pembagian kecepatan. Dengan demikian kecepatan pada sumbu z tidak linier.
Soal 1.2
Suatu tegangan geser sebesar 4 dyne/cm 2 menyebabkan suatu cairan mempunyai
perubahan sudut 1 rad/sec. Berapakah viskositasnya dalam centipoises.
Jawaban :
Hukum Newton untuk viskositas adalah
τ
μ=
du/dz
τ 4 dyne/sec
μ= = =4 poise
du/dz 1 cm 2
μ=400 centipoise
Soal 1.3
Suatu pelat terletak sejauh 0,5 mm dari pelat yang lain tetap. Pelat tersebut bergerak
dengan kecepatan 0,25 m/det dan memerlukan suatu gaya tiap satuan luas sebesar 2 Pa
(N/m2) untuk menjaga kecepatan yang tetap. Tentukan viskositas cairan yang terletak di
antara dua pelat tersebut.
Jawaban :
10
Hukum Newton untuk viskositas adalah :
du
τ =μ
dz
F u
=μ
A t
2
F t 2 N /m ×0,5 mm×1 m
μ= =
A u 1×0 ,25 m/det×1000 mm
1 N . det
μ= 2
=0 , 004 N . det/m2
250 m
Soal 1.4
Pembagian kecepatan untuk aliran berkekentalan antara dua pelat yang tetap ditunjukkan
dalam persamaan berikut ini :
1 dp
u= ( Bz−z 2 )
2 μ dx
B
u
z
tetap
Bila cairan glycerine yang mengalir (T=18 oC),dan gradien tekanan dp/dx adalah 1,570
KN/m3, berapakah besarnya kecepatan dan tegangan geser pada jarak 12,7 mm dari
dinding bila jarak antara dua dinding adalah B=5,08 cm. Tentukan juga besarnya
tegangan geser dan kecepatan pada dinding, apabila kerapatan glyserine adalah ρ=1,260
kg/m3.
Jawaban :
1 dp
u= ( Bz−z 2 )
2 μ dz
du 1 dp
= ( B−2 z )
dz 2 μ dz
du
τ =μ
dz
1 dp 1 dp
τ =μ ( B−2 z )= ( B−2 z )
2 μ dz 2 dx
11
Pada z = 12,7 mm
1
τ = ×1,570 KN /m3 ( 5,08 cm−2×12,7 mm )
2
=0,02 KN /m2
1
u= −1 2
×1 , 570 KN /m3 ×( 5 , 08 cm×12 ,7 mm−( 12,7 mm )2)
2×6,2×10 N det /m
=0 ,61 m/det
Pada z = 0
1
τ = ×1,570 KN /m3 ×5,08 cm
2
=0,04 KN /m2
u=0
Soal 1.5
Suatu pelat bergerak di atas pelat ke dua pada suatu lapisan cairan seperti tampak pada
Gb.1.9
u 0,3 m / det
d 0,3 mm
Untuk suatu jarak d yang kecil, pembagian kecepatan di dalam cairan dianggap linier.
Sifat-sifat cairan adalah :
Viscositas = 0,65 cp (centipoises)
Kerapatan relatif S = 0,88
Hitung besarnya :
a. viscositas kinematis.
b. tegangan geser pada pelat atas .
c. tegangan geser pada pelat bawah.
d. tunjukkan arah garis kerja tegangan geser pada perhitungan (b dan c)
tersebut.
12
Jawaban :
μ
ϑ=
a). ρ
μ=0 ,65 cp=0 , 65×10−2 g /cm. det
ρ=0 ,88 ρair
0 , 65×10−2 g/cm det
ϑ= 3
=7, 40×10−7 m2 /det
0 , 88×1000 kg/m
b). tegangan geser pada pelat atas :
du
τ =μ
dz
du Δu u 0,3 m/det
= = = =103 det−1
dz Δz d 0,3 mm
u
τ atas =μ =0 , 65×10−2 g/cm.det×103 det −1
d
2
τ atas =0, 65 kg/m. det
=0 ,65 N /m2
c). tegangan geser pada pelat bawah :
u
τ =μ =0, 65×10−2 g /cm. det×103 det −1
d
τ =0, 65 kg /m. det=0 ,65 N /m2
d).
y
u
atas
bawah
x
Gambar 1.8 Arah tegangan geser pada pelat yang bergerak di atas pelat yang lain,
dengan cairan tipis diantaranya
Pelat atas adalah suatu permukaan z negatif. Jadi τ positif bekerja dalam arah x negatif.
Pelat bawah adalah suatu permukaan z positif. Jadi τ positif bekerja dalam arah x postif.
13
Soal 1.6
Hitung kecepatan untuk z = 0; 5; 10 dan 15, bila profil pembagian kecepatan adalah
seperempat lingkaran dengan titik pusatnya pada jarak 15 cm dari dasar.
U 3 m / det
15 cm
z
Jawaban :
2 2 2
Persamaan lingkaran : U +r =a
( )()
2 2
U r
+ =1
atau : a a
Pada seperempat lingkaran seperti pada gambar 1.8 diatas,
()( )
U 2 r 2
+ =1
3 0, 15
z=0 ,15−r
() ( ) (
U 2
)
2 2
r 0 ,15−z
=1− =1−
3 0 ,15 0 ,15
( )
2 2 2 2
U 0 ,15 −0 , 15 +0,3 z−z
=
3 0 ,152
32
U2 0,3z z 2 4000,3z z 2
0,15 2 ............................................... (1)
2 U du=400 ( 0,3 dz−2 z dz )
du 200 ( 0,3−2 z )
=
dz U ................................................................................ (2)
Dengan memasukkan harga z ke dalam persamaan (1) dan (2) tersebut di atas didapat :
z=0 5,00 10,00 15 Cm
u=0 2,24 2,83 3 m/det
du/dz = ~ 17,90 7,07 0 det-1
14
Soal 1.7
Bila persamaan dari diagram kecepatan adalah : u = 4 z 2/3, berapakah besarnya gradien
kecepatan pada dasar dan pada jarak 0,25 m serta 0,5 dari dasar ?
Jawaban :
u=4 z 2/3
du 8 1/3
= z
dz 3
Bila harga-harga z dimasukkan ke dalam persamaan du / dz tersebut maka didapat :
z 0 0,25 0,50 m
du/dz - 4,23 3,35 det-1
Soal 1.8
Viscositas dynamis dari air temperatur 70 oF adalah : 2x10-5 lbf. Berapakah viscositas air
dalam Newton det per meter persegi ?
Jawaban :
1 lbf = 4,45 N
1 ft = 0,305 m
Soal 1.9
Apabila volume dari suatu cairan dikurangi 0,035 persen dengan menggunakan tekanan
sebesar 100 psi, berapakah besarnya modulus elastisitas cairan tersebut dalam Pascal ?
Jawaban :
Tekanan sebesar 100 psi = 689500 N / m2
Δp 689500
K= = =1, 97×109 Pa
ΔV 0 ,00035
V
15
Soal 1.10
Suatu metode untuk menentukan tegangan permukaan dari cairan adalah dengan mencari
gaya yang diperlukan untuk menarik cincin platina dari permukaan seperti pada gambar
1.12.
cicin
air
Perkirakan besarnya gaya yang diperlukan untuk mengangkat cincin diameter 2 cm dari
permukaan air pada temperatur 20 oC. Mengapa platina yang dipakai sebagai bahan
cincin?
Jawaban :
Gambar 1.11 Penampang cincin
Diameter cincin = D, diameter kawat tidak penting. Diambil asumsi bahwa permukaan air
posisi vertikal pada titik kontak dengan cairan (titik A)
F = 2 σ x πD = 2 x σ x π x 0,02
Dari tabel C.2 Streeter & Wylie diketahui bahwa σ air pada temperatur 20oC adalah
0,0736 N/m.
∴ F=2×0,073 N/m×π×0,02 m
F=0,0092 N
Soal 1.11
16
Suatu tabung (glass tube) digunakan untuk mengukur tekanan dari suatu aliran di dalam
pipa. Bila diameter tabung adalah d = 6,25 mm, berapa tinggi kenaikan air di dalam
tabung karena tegangan permukaan tersebut bila diameter pipa sama dengan 3,125 mm
dan 0,80 mm.
Jawaban :
4 σ cosθ
Δh=
γd
Sudut kontak air dengan dinding tube = 0o
σ =0 ,0736 N /m
d=6 ,25 mm =0 ,00625 m
4×0,0736 N /m
Δh= =4,8 mm
9806 N /m3 ×0 ,00625 m
d=3, 125 mm=0 ,003125 m
4×0,0736 N /m
Δh= =9,6 mm
9806 N /m3 ×0 ,003125 m
d=0,8 mm=0 , 0008 m
4×0,0736 N /m
Δh= =38 mm
9806 N /m3 ×0 ,0008 m
Soal 1.12
Hitung efek kapiler dalam suatu tabung kaca (tube) diameter 4mm, bila dimasukkan ke
dalam : (a) air dan (b) air raksa. Sudut kontak untuk air θ = 0 o dan air raksa θ = 130 o.
Temperatur cairan tersebut adalah 20oC dan tegangan permukaan air adalah 0,075 N/m 2
sedang σ air raksa adalah 0,52 N/m2, γ air = 9806 N/m3, γ air raksa = 13600 N/m3.
Jawaban :
4 σ cosθ
Δh=
γd
4×0,075 N /m ×cos 00
air → Δh= 3
=7 ,65 mm
9806 N /m ∗0. 004 m
4×0 ,52 N /m ×cos 1300
air raksa→ Δh= =2 , 46 mm
13600 N /m3∗0 .004 m
Soal 1.13
Berapa besar tekanan uap yang dapat menyebabkan terjadinya kavitasi pada inlet dari
suatu pompa yang mengalirkan air pada temperatur 35oC.
17
Jawaban :
Kavitasi terjadi apabila tekanan berkurang sampai mencapai tekanan uap.
Dari tabel 1.1. diperoleh
Pu
=0 , 58 m
γ
Pu =0 , 58 m×9752 N /m3 =56 ,56 N /m3
Soal 1.14
Pada kedalaman 8,5 km di dalam laut tekanan adalah 90 MN/m 2. Berat jenis air laut pada
permukaan adalah 10,2 KN/m 3 dan modulus elastisitas rata-rata adalah 2,4 x 10 6 KN/m2.
Tentukan (a) perubahan volume specific, (b) volume specific dan berat jenis air laut pada
kedalaman 8,5 km.
Jawaban :
(a). Perubahan tekanan p pada kedalaman 8,5 km adalah 90 MN/m 2 =
9 x 104 KN/m2.
Modulus elastisitas N = 2,4 x 106 KN/m2
Dari pers.(1.16)
Δp
K=
( ΔV /V )
KN 9×10 4 KN /m2
2,4×106 2 =
m ( ΔV /V )
ΔV 9×10 KN /m2
4
= =3 , 75×10−2
V 6
2,4×10 KN /m 2
(b).Volume specific Vs adalah volume yang ditempati oleh satu satuan massa cairan :
m=ρ× V
m
V=
ρ
1
V s=
ρ
Kerapatan air laut pada permukaan adalah :
γ 10 ,2 KN /m3 10 , 2×10 3 kg m/m3 det
ρ1 = 1 = =
g 9 , 81 m/det 2 9 ,81 m/det2
ρ1 =1039 ,76 kg /m 3
18
Volume specific pada permukaan adalah :
1 1 −4 3
Vs = = =9 ,618×10 m /kg
1 ρ 1039 ,76
Perubahan volume specific antara Vs pada permukaan dan Vs pada kedalaman 8,5 km
adalah :
Soal 1.15
Untuk harga modulus elasticity K=300.000 psi dari air berapa tekanan yang
dibutuhkan untuk menurunkan volume sebesar 0,5 persen.
Jawaban :
Dari persamaan 1.9
Δp
K =+
ΔV /V
ΔV
Δp=K × =3×105 psi × ( 0,5 % )
V
Δp=1500 psi
Soal 1.16
L = 5,3. m = 5,3 m adalah besaran untuk panjang; 5,3 adalah angka besaran sedangkan m
adalah ukuran (satuan) besaran tersebut.
Q = 12. m3/s = 12 m3/s adalah besaran untuk debit; 12 adalah angka besaran sedangkan
m3/s adalah ukuran (satuan) besaran tersebut.
19
Soal 1.17
(koheren) 1 N = 1 kg.m/s2
(non – koheren) 1 h = 3600 s
Dibawah ini ditunjukkan perbedaan aturan Besaran, Dimensi dan Satuan :
Besaran Dimensi Satuan
Volume V L 3
m3
Debit Q L3 . T-1 m3/s
Massa jenis M. L-3 Kg/m3
Slope I L. L-1 1
Soal 1.18
1 m = 100 cm; 1 N = 1 kg.m/s3
Persamaan besaran adalah persamaan yang padanya muncul arti fisik dari suatu besaran.
Persamaan besaran tidak tergantung pemilihan satuan yang dipakai.
Soal 1.19
20
BAB II
HIDROSTATIKA
2.1. PENDAHULUAN
Hidrostatika merupakan bagian dari hidrolika yang mempelajari gaya-gaya tekan
cairan dalam keadaan diam. Karena cairan dalam keadaan diam maka tidak terdapat
geseran baik antara lapisan cairan tersebut, maupun antara cairan dan batas padat. Dengan
demikian gaya-gaya yang bekerja hanya gaya-gaya normal yaitu gaya tekan yang bekerja
tegak lurus pada permukaannya.
p n dy dA
ds
p x dy dz
dz
G
dy
dx
Gaya-gaya yang bekerja pada elemen cairan adalah gaya-gaya tekan tegak lurus pada
bidang dari elemen tersebut dan gaya berat G. Jadi persamaan gerak diarah x dan z adalah
sebagai berikut :
dimana
p x , p y , dan pn adalah tekanan rata-rata pada tiga sisi dari elemen cairan
tersebut.
21
Gaya-gaya tekan diarah y saling menghapus satu sama lain, hal ini karena gaya-
gaya sama besar tetapi berlawanan arah. Apabila batas diambil dengan memperkecil satu
sisi tersebut menuju nol tanpa merubah sudut θ, dan dengan menggunakan hubungan
p p dz dx dy p dy
z 2 p dx dz
y 2
p p dx dy dz p p dx dy dz
x 2 x 2
dz
dy G
p dy dx
p y 2 dx dz p p dz dx dy
z 2
y x
22
Dengan mengambil asumsi sumbu z vertikal positif ke atas dan hanya bekerja gaya berat,
maka persamaan gerak di arah x, y dan z dapat ditentukan sebagai berikut :
(
F x =− p+
∂ p dx
∂x 2 )
dy dz+ p−
∂ p dx
∂x 2 (
dy dz =m a x=0 )
F y=− p+( ∂ p dy
∂y 2 )
dx dz+ p−
∂ p dy
∂y 2 (
dx dz=m a y =0 )
(
F z =− p +
∂ p dz
∂z 2 )
dxdy + p−
∂ p dz
∂z 2 ( )
dx dy − ρ g dx dy dz=m a z =0
Dibagi dengan
d x , d y , d z persamaan-persamaan tersebut dapat disederhanakan
menjadi:
∂p ∂p ∂p
=0 ; =0 ; dan =− ρ g
∂x ∂y ∂z ......................................................... (2.2)
Dari persamaan-persamaan tersebut tampak bahwa p hanya merupakan fungsi z saja,
sehingga integrasi dari Pers.(2.2) sebagai berikut :
dp
=−ρ g
dz .................................................................................................... (2.3)
Untuk cairan yang dianggap homogen dan tidak termampatkan (incompressible),
kerapatan cairan ρ dianggap konstan, sehingga Pers.(2.3) menghasilkan persamaan
sebagai berikut :
23
Pers.(2.5) dikenal dengan persamaan hidrostatik dan tekanan p disebut tekanan
hidrostatik.
Dari Pers.(2.5) tersebut tampak bahwa besarnya tekanan cairan pada suatu benda yang
berada di dalamnya hanya tergantung pada kedalaman cairan h maka untuk kedalaman
yang sama akan terdapat tekanan yang sama.
14,7 psi
2 Tekanan
2166 lb / ft (vakum)
terukur
30 in air raksa negatif
1
Tekanan
34 ft air
absolut
Bacaan
1 atmosphere barometer
setempat Tekanan
760 mm air raksa
absolut
101,325 Pa
10,34 m air
Nol Absolut (Complete vacuum)
a. Piezometer
Suatu piezometer adalah jenis monometer yang paling sederhana terdiri dari
suatu tabung yang terbuka pada salah satu sisiya sehingga berhubungan langsung dengan
24
udara luar (atmosfer); dalam hal ini cairan naik kedalam tube (pipa tegak) tetapi tidak
sampai tumpah. Tinggi cairan yang naik dalam tube merupakan tinggi tekanan yaitu : h
= p/ g [lihat Gb.2.4]
h p/ g
Gambar 2.4.Piezometer
Alat ini tidak dapat digunakan untuk mengukur tekanan negatif, oleh karena itu
dikembangkan monometer dengan menggunakan pipa U agar tekanan positif atau negatif
dapat terukur.
γ γ >γ
monometer adalah n dimana 2 1 .
25
+A +A
h1 h1
1 1
h2 h2
z z z z
2 2
(a) Tekanan positip (b) Tekanan negatip
Tekanan pada bidang z− z → dari dua kali pipa U adalah sama besar, yaitu :
P A +h1 γ 1 =Patm + h2 γ 2
atau :
P A =P atm +h2 γ 2 −h1 γ 1 ............................................................................... (2.6)
dimana Patm = tekanan atmosfer.
Pada Gb.(2.5.a) tampak bahwa tekanan di dalam pipa A lebih besar dari pada tekanan
atmosfer dimana kondisi ini tekanan di dalam adalah positif. Sebaliknya pada Gb.(2.5.b)
tekanan di dalam pipa lebih kecil daripada tekanan atmosfer, dalam hal ini tekanan di
dalam pipa adalah negatif.
c. Monometer Deferensial
Alat ukur ini digunakan untuk mengukur tekanan antara dua tempat pada satu
pipa atau dalam dua pipa. Monometer diferensial terdiri dari pipa U dimana kedua
ujungnya terletak pada tempat yang diukur, seperti pada Gb.2.6.
26
+B
3
h3
+A
1
h1
z z h2
2
Dengan mengikuti prosedur yang diuraikan untuk monometer sederhana persamaan untuk
perbedaan tekanan antara pipa A dan pipa B adalah:
P A +h1 γ 1 =h 2 γ 2 +h3 γ 3 + PB
atau :
P A −P B =h 2 γ 2 +h3 γ 3 −h1 γ 1 ...................................................................... (2.7)
Monometer deferensial tersebut juga dapat dipasang diatara dua penampang pada satu
aliran saluran tertutup seperti tampak pada Gb.2.7.
1
1
h1 h 2
h1
1
h1
h2
2
27
P1−P 2=γ 2 h2−γ 1 ( h2 −Δz )
atau : ....................................................................... (2.8)
h
FA
d
FB Luas A
Dari Gb.2.8 dapat dilihat bahwa besarnya gaya-gaya yang bekerja pada sisi atas bidang
adalah :
F A = p A A=ρ g h A ................................................................................... (2.9)
Besarnya gaya-gaya yang bekerja pada sisi bawah :
F B = p B A=ρ g ( h+d ) A .......................................................................... (2.10)
Jumlah gaya-gaya yang bekerja pada bidang tersebut adalah :
F B −F A=ρ g ( h+ d ) A−ρ g h A= ρ g A d ............................................. (2.11)
dimana :
ρ g d A = G, adalah berat cairan yang dipindahkan oleh bidang datar tersebut.
Dari pers.(2.11) tersebut dapat dinyatakan bahwa besarnya gaya-gaya cairan yang bekerja
pada benda yang berada di dalamnya adalah sama dengan berat cairan yang dipindahkan
oleh benda tersebut (Hukum Archimedes).
2.6.2. Gaya hidrostatik yang bekerja pada bidang datar yang terletak miring di
dalam cairan
Besarnya gaya-gaya yang bekerja pada suatu bidang datar yang terletak miring
membentuk sudut θo dengan sumbu horizontal tergantung pada luas bidang dan letak titik
berat bidang terhadap permukaan cairan. Untuk menjelaskan hal ini diambil suatu bidang
datar seperti pada Gb.2.9.
28
Tampak Samping O
h
F
dF
cairan
G X
dA
P
Atas
am pak
T
Garis perpotongan antara bidang yang miring dengan permukaan cairan diambil sebagai
sumbu X sedang sumbu y diambil pada bidang miring dengan perpotongan salib sumbu
di titik O yang terletak pada permukaan cairan. Dengan system x y tersebut besarnya gaya
dF yang bekerja tegak lurus pada suatu penampang kecil sekali seluas dA pada bidang,
dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :
29
IG
y p= + ȳ
ȳ A .................................................................................................
(2.15)
dimana :
IG = momen inersia bidang A terhadap sumbu yang melalui titik berat bidang tersebut.
2.6.3. Gaya hidrostatik yang bekerja pada bidang datar yang terletak vertikal di
dalam cairan
Besarnya gaya yang bekerja pada suatu bidang datar yang terletak di dalam
cairan pada dasarnya sama dengan gaya yang bekerja pada suatu bidang datar yang
0
terletak miring dengan sudut θ=90 .
y x
y dA
yp dy
G
x
xp P
Penerapan Pers.(2.12) pada bidang yang terletak vertikal seperti pada Gb.2.10 adalah
sebagai berikut :
dF= p . dA=ρ g h dA=ρ g y sinθ dA ......................................................
(2.16)
0
Karena θ=90 maka persamaan tersebut dapat disederhanakan menjadi :
dF=ρ g y dA
F=∫ ρ g y dA= ρ g ȳ A
A ............................................................................
(2.17)
30
Letak titik tangkap garis kerja gaya :
I xy Ī xy
x p= = + x̄
ȳ A ȳ A
I xy IG
y p= = + ȳ
ȳ A ȳ A
Dua persamaan tersebut adalah Pers.(2.14) dan Pers.(2.15).
Untuk memudahkan perhitungan selanjutnya pada tabel 2.1 disajikan letak titik berat dan
besarnya momen kelambaman untuk beberapa bentuk bidang datar yang sering
digunakan.
Tabel 2.1.Letak titik berat dan momen enersia melalui titik berat
No Titik Berat Enersia melalui
Bentuk Bidang Luas Luas Titik
. (dari dasar momen) titik berat IG
1.
G h
3
y h bh
bh ȳ= IG =
2 12
b
Persegi empat
2.
h 3
G bh h bh
y ȳ= IG =
2 3 36
b
Segitiga
3.
2 4
G πD D πD
D ȳ= IG =
y 4 2 64
Lingkaran
4.
D
πD
2
2D πD
4
y G 2 ȳ= IG =
8 3π 456
Setengah lingkaran
31
2.7. TEKANAN HIDROSTATIK PADA BIDANG LENGKUNG
Selain tergantung pada kedalaman yang berbeda-beda tekanan hidrostatik yang
bekerja pada tiap titik yang berbeda pada bidang lengkung juga mempunyai arah yang
berbeda-beda. Resultante gaya tekan dapat dicari dari resultante komponen gaya arah
vertikal dan komponen gaya arah horizontal.
A. Komponen Horizontal
Komponen horizontal dari gaya tekan cairan yang bekerja pada bidang lengkung adalah
sama dengan gaya tekan cairan yang bekerja pada suatu proyeksi bidang lengkung
tersebut pada bidang vertikal .
h FH
Bidang vertikal
Gambar 2.11 Komponen horizontal gaya tekan yang bekerja pada bidang lengkung
B. Komponen Vertikal
Jarak garis kerja komponen vertikal gaya tekan yang bekerja pada bidang lengkung
melalui titik berat dari volume cairan diatas bidang lengkung tersebut dan besarnya gaya
tekan tersebut adalah sama dengan berat cairan diatas bidang lengkung tersebut.
FV
h
Gambar 2.12 Komponen Vertikal gaya tekan yang bekerja pada bidang lengkung
32
Apabila dua komponen vertikal dan horizontal tersebut diatas terletak pada suatu bidang
maka dua komponen tersebut dapat digabung menjadi suatu resultante gaya yang
besarnya dapat dicari dengan persamaan :
F= F √ H2
+F
v2 ........................................................................................... (2.18)
dengan arah yang membentuk sudut :
Fv
θ=tan −1
F H ...............................................................................................
(2.19)
Soal 2.1 :
Manometer
p = pa – p0 = . g . h
Tinggi piezometer
F1
PA A
Tekanan absolut
33
Barometer Tinggi piezometer
p= .g.h
Hampa p0 = 0
Tekanan absolut
Tinggi naiknya muka air dalam pipa tertutup dan dibagian atas vakum (p = 0)
menunjukkan tekanan absolut.
Soal 2.2. :
Dalam suatu bejana berhubungan U (pipa U), dicari tinggi zat cair h 2 yang membuat
sistem pipa U tersebut dalam keseimbangan.
Dengan tinggi dasar 1 (N1)
Tekanan sebelah kiri p1 = tekanan sebelah kanan pr
P0 + 1 . g . h1 = p0 + 2 . g . h2 + 3 . g . h3
1000 x 1,0 = 500 x h2 + 1000 x 0,5
1000 = 500 h2 + 500
h2 = 1,00 m
34
P0 P0
2 = 0,5 g/cm3
h2 = ?
N2 N2
N1 N1
Soal 2.3 :
p0
px
h
px
h2
h1 Hg
N N
air
35
Manometer untuk bejana tekanan udara
Dicari : tekanan px di bejana
Diketahui : h1 = 0,20 m
h2 = 2,00 m
h3 = 2,20 m
Px + 1 . g . h1 = p0 + 2 . g . h2
px = p0 + 2 . g . h2 - 1 . g . h1
px = p0 + g x (2 x h2 - 1 x h1)
px = 100000 + 9,81 . (13600 x 2,20 – 1000 x 0,20)
px = 391553 N/m2 = 391,55 kN/m2
px = 3,916 bar
Soal 2.4 :
p2
p1
h2
h
p1
h1
h3
N N
Penyelesaian :
36
p2
p1
!
p1 = pr
N N
Dicari :h=?
Diketahui : h1 = 0,60 m (rw)
h2 = 0,75 m (rHg)
tekanan dibejana :
p1 = 20000 N/m2
p2 = 10000 N/m2
p1 = p2
p1 + w . g . h1 = p2 + Hg . g . h2 + w . g . h3
h3 =
~
n w g (
1 p1 − p2 ~
⋅ + n w⋅h1 −~
n Hg⋅h 2 )
h3 =
1 100000
1000
⋅
g (
+1000⋅0,60−13600⋅0 ,75 )
100
+0 , 60−13 ,6×0 , 75
h3 = g
100
−9,60
h3 = g = 10,19 – 9,60 = 0,59 m
h = h2 + h3 = 0,75 + 0,59 = 1,34 m
Soal 2.5. :
Berapa besar tekanan dibejana 1 dan 2, jika bejana bagian 3 terukur tekanan sebesar p 3 =
4,0 bar?
37
p1
l6
l5 Z
p3
30 l4 l7 l8
N N
l1
30
l2 p2
l3
Hg
Wasser
Diketahui : l1 = l2 = l7 = l8 = 2,0 m
l3 = l6 = 3,0 m
l4 = 4,0 m
l5 = 1,0 m
rair = 1000 kg/m3
rHg = 13600 kg/m3
Ordinat tekanan vertikal
l1
l2
h1 = l1 . sin
h2 = l2 . sin
Penyelesaian :
Untuk mengukur tekanan di p1 dan p2 maka pz harus diketahui lebih dulu.
1) Tekanan pz pada tempat percabangan
P3 + Hg . g . l1 . sin = pz + Hg . g . l5 . sin + w . g . (l4 – l2) . sin
400000 + 13600 . 9,81 . 2,0 . 0,5 = pz + 13600 . 9,81 . 1,0 . 0,5 + 1000 . 9,81 . 2,0 . 0,5
pz = 400000 + 133416 – 66708 – 9810 = 456898 N/m2 4,57 bar
38
2) Tekanan p1 di bejana bg 1
pz = p1 + Hg . g . l6 . sin
p1 = 456898 – 13600 . 9,81 . 3,0 . 0,5
p1 = 256774 N/m2 2,57 bar
3) Tekanan p2 di bejana bg 2
p2 = pz + w . g . l8
p2 = 456898 + 1000 . 9,81 . 2,0
p2 = 476518 N/m2 4,76 bar
Soal 2.6. :
A
p1 p2
h1
pat A
h2
pat
h
1
39
Perbedaan tekanan :
p1 – p2 = p = . g . (h2 – h1) = . g . h
karena h1 < h2 maka p1 > p2. Sehingga air mengalir dari bejana 1 ke bejana 2. Tinggi
hisapan h1 sesuai dengan tinggi tekanan atmosfer (h at) maka untuk menghindari kavitasi
dibatasi sebesar 6 – 7 m.
Tinggi h2 adalah tidak terbatas, perbedaan tekanan maksimal sebesar p at, karena p2 0 dan
p1 pat.
Soal 2.7 :
S
h2
A h1
Jika
|ps|> pat maka air (zat cair) akan berubah bentuk ke gas (teoretis).
Soal 2.8 :
40
p0
p1
a p= .g.a
I I
h p= .g.h
II II
p0
I–I : p1 + . g . a = p 0 (1)
II – II : p1 + . g . a + . g . h – p 0 = p (2)
P0 + . g . h – p0 = p
E^ p=r⋅g⋅h=const
S Wre WV S WV
s Wre
s
Wre WH Wre WH
s s
41
M
e
ZW
h = 3,5 m H ZW
W r = 5,0 m
H W
V
Wre
s
x
Wre
s W
y V
r = 5,0 m b = 10,0 m W
As putar = pusat lingkaran M H
42
BAB III
PENGAPUNGAN DAN PENGAMBANGAN
M N P Q
FB
Q B C
FB G
P R
B C
G
S
(a) melayang (b) mengapung
Gambar 2.13 Benda yang melayang (a) dan mengapung (b) di dalam cairan
Gaya-gaya yang bekerja keatas pada permukaan bawah benda (PSR) adalah sama
dengan berat cairan di dalam volume P S R N M. Resultante gaya yang bekerja ke atas
(gaya apung) adalah sama dengan berat cairan di dalam volume P S R N M dikurangi
berat cairan di dalam volume P Q R N M, yaitu berat cairan di dalam volume P Q R S.
Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa benda yang melayang (terendam seluruhnya)
atau mengapung (terendam sebagian) di dalam cairan akan mengalami gaya apung yang
besarnya sama dengan berat cairan yang dipindahkan oleh benda tersebut. Pernyataan ini
dikenal dengan Hukum Archimedes.
Secara umum besarnya gaya apung tersebut dapat dinyatakan dalam persamaan :
F B=ρ g V .....................................................................................................
(2.20)
43
dimana :
FB = gaya apung (N)
ρ = kerapatan cairan (kg/m3)
g = gaya gravitasi (m/det2)
V = volume cairan yang dipindahkan oleh benda (m3)
Garis kerja gaya apung tersebut melalui titik berat cairan yang dipindahkan.
B B B
Zm ZV Z m
ZV
G G G
(a) (b) (c)
Gambar 2.14 Kondisi kestabilan dari benda yang melayang di dalam cairan
44
Dalam kondisi ini titik berat gaya apung z v berimpit mempunyai kecenderungan
untuk tidak berputar maupun meluruskan posisinya.
M
Z m A G E
FB
ZV B 1 B
D
C
45
Z
M
x B1
Tampak Atas
Tampak Depan
Gambar 2.16.Tampak atas (a) dan penampang melintang (b).
Suatu perahu yang merupakan benda dengan penampang bervariasi
I
BM=
V ...................................................................................................... (2.21)
GM =BM±BG sehingga
I
GM = ±BG
V .............................................................................................
(2.22)
Tanda plus (positif) digunakan apabila posisi titik G berada di bawah titik B, sedang
tanda minus (negatif) digunakan apabila titik G berada diatas titik B. Pers.(2.22) juga
digunakan untuk menentukan kestabilan benda yang mengapung, yaitu :
a. Benda dalam keseimbangan stabil apabila GM > O
b. Benda dalam keseimbangan labil apabila GM < O
c. Benda dalam keseimbangan netral apabila GM = O
46
c) Berapa volume material (gravel dengan St = 2300 kg/m3) yang dapat diangkut.
b
a 12,0 m
Freeboard f c 27,0 m
d 30,0 m
1:m
e 9,0 m
1:m t = Eintauchtiele h b 5,0 m
h 3,0 m
f 0,5 m
a
m 3
e e
c
d
Penyelesaian :
a) Kedalaman tercelup pada kondisi normal / awal (tidak dibebani)
Gponton = Gair yang terdesak keluar
( 12 , 0+2⋅3 t ) +12, 0
151405,64 = w . g . 2 . t . 5,0
151405,64 = 100 . 9,81 . (60t + 15t2)
t = 0,2425 m
b) Gaya angkat pada 50 cm freeboard
G + T = Gair yang terdesak keluar
12,0+17,0
T = 1000 . 9,81 . 2 . (3,0 – 0,5) – 151405,64
T = 2239781,9 N 2239,78 kN
Kemampuan angkat :
T 2239781,9
G= =
g 9,81 = 228316,2 kg 228,3 t
G = st . g . V = st . g . d . A
= 7850 . 9,81 . 0,007 . 280,87
= 151 405,64 kg
c) Berapa m3 batuan ponton tersebut dapat dibebani
G 228316,2
V =~ = ≃100 m 3
n batuan 2300
47
BAB IV
ANALISIS DIMENSIONAL DAN KESERUPAAN
HIROLIK
Pengertian
Analisis dimensi adalah alat konseptual yang sering diterapkan dalam fisika, kimia
dan teknik untuk memahami keadaan fisis yang melibatkan besaran fisis yang
berbeda-beda. Atau dengan kata lain Analisis Dimensional :
“ suatu metode untuk mengurangi jumlah kerumitan variabel, dengan
menggunakan semacam teknik peringkasan.”
Keserupaan Hidraulik
Pada umumnya, model-model hidrolik dapat berupa model yang
sesungguhnya atau dapat pula berupa model yang diubah. Model-model yang
sesungguhnya memiliki semua ciri penting yaitu prototip yang dibuat
berukuran asli (serupa secara geometris) dan memenuhi persyaratan
rancangan (keserupaan kinematik dan dinamik).
Keserupaan
Geometrik
Keserupaan Keserupaan
Hidraulik Kinematik
Keserupaan
Dinamik
48
Keserupaan Geometrik
Keserupaan geometrik terdapat diantara model dan prototip jika perbandingan dari
semua dimensi masing-masing model dan prototipnya sama.
Perbandingan-perbandingan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :
Keserupaan Kinematik
Keserupaan kinematik terdapat diantara model dan prototip jika :
• Lintasan partikel-partikel yang bergerak bersamaan serupa secara
geometris
• Perbandingan kecepatan partikel yang bersamaan itu adalah sama.
Berikut adalah perbandingannya :
Keserupaan Dinamik
Keserupaan dinamik terdapat diantara sistem-sistem yang serupa kinematis dan
dinamis jika perbandingan dari semua gaya-gaya yang mirip dalam model dan
prototip sama. Syarat-syarat yang diperlukan untuk keserupaan yang sempurna
dikembangkan dari hukum gerak kedua Newton, ΣFx = Max . Gaya-gaya yang
bekerja bisa satu atau gabungan beberapa dari yang berikut ini : gaya kental, gaya
tekanan, gaya berat, gaya tarikan permukaan dan gaya elastisitas. Hubungan
diantara gaya-gaya yang bekerja pada model dan prototip menjadi :
49
Bilangan – bilangan Tak Berdimensi
1. Bilangan Reynolds
–Diameter pipa = d (m)
– Viscositas = η (kg/m det)
– Berat jenis fluida (density) = ∂ (kg/m3)
– Kecepatan rata-rata fluida = ω
Yang dirumuskan dalam persamaan sebagai berikut :
Re = (∂ . ω . d)/η
2. Bilangan Nusselt
Dalam bentuk persamaan ditulis :
Nu = (α . d)/λ
Dimana :
α = Koefisien perpindahan panas konveksi (kcal/m jam °C)
d = Diameter pipa (m)
λ = Koefisien perpindahan panas konduksi (kcal/m jam °C)
Nu = Bilangan Nusselt (tanpa dimensi)
3. Bilangan Prandtl
Bilangan yang tidak berdemensi ketiga adalah Prandtl, dalam bentuk persamaan
ditulis :
Pr = Pe/Re = v/a = η.Cp/λ
Dimana :
Pr = Bilangan Prandtl (tanpa dimensi)
50
Pe = Bilangan Peclet (tanpa dimensi)
Re = Bilangan Reynolds (tanpa dimensi)
ν = Viskositas kinematis (m2/jam)
a = Penyerapan panas / thermal diffusivity (m2/jam)
η = viskositas dinamis (kg/m jam)
Cp = Panas spesifik (kcal/kg°C)
λ = koef perpindahan panas konduksi (kcal/m jam °C)
4. Bilangan Fourier
Bilangan yang tidak berdemensi keempat adalah fourier, bilangan ini
menunjukkan perpindahan panas yang tidak stabil atau tidak dalam keadaan
steady-state, dalam bentuk persamaan ditulis :
Fo = (a.T)/D2
dimana :
Fo = Bilangan Fourier (tanpa dimensi)
a = Penyerapan panas (m2/jam)
T = waktu (jam)
d = diameter (m)
5. Bilangan Grashof
Dalam bentuk persamaan ditulis :
Gr = [(β . g . d3)/v2] . ∆ t
Dimana :
Gr = Bilangan Grashof (tanpa dimensi)
β = Koefisien pemuaian zat cair (1/°C)
g = Percepatan gravitasi (m/jam2)
d = Diameter pipa (m)
∆ t = Perbedaan temperatur (°C)
ν = Viskositas kinematis (m2/jam)
51
BAB V
DASAR-DASAR ALIRAN FLUIDA
Garis Arus, adalah garis menerus (continous) yang lurus atau melengkung di
dalam cairan dimana garis singgung pada setiap titiknya menunjukkan arah
kecepatan gerak partikel cairan pada garis arus tersebut. Contoh garis arus
adalah seperti pada Gb.3.1 dibawah ini.
y S
V
Vy
Vx
Pipa Arus, adalah sekumpulan garis-garis arus yang diawali suatu lengkung
tertutup dan diakhiri suatu lengkung tertutup.
52
Kumpulan pipa arus di antara batas tetap, adalah aliran yang terdiri dari
banyak pipa arus yang mempunyai batas tetap seperti pada Gb.3.3.
Apabila 1 adalah kerapatan cairan rata-rata pada penampang 1 dan 2 adalah kerapatan
cairan rata-rata pada penampang 2, maka besarnya massa per-satuan waktu di dua
penampang tersebut adalah :
m1 = 1. V1. A1 dan m2 = 2. V2. A2 .............................................. (3.1)
Dimana:
m = jumlah massa cairan per-satuan waktu (slug atau kg)
V = kecepatan rata-rata penampang ( ft/s atau m/s)
A = luas penampang (ft2 atau m2 )
53
Apabila saluran terbuka terhadap atmosfer, seperti sungai, kanal, gorong-gorong, maka
alirannya disebut aliran saluran terbuka (open channel flow) atau aliran permukaan
bebas (free surface flow). Apabila aliran mempunyai penampang penuh seperti aliran
melalui suatu pipa, disebut aliran saluran tertutup atau aliran penuh (full flow).
y d
Gambar 3.4 Penampang memanjang dan penampang melintang aliran saluran terbuka
54
Kedalaman aliran (hydraulic depth) dengan notasi d adalah kedalaman dari
penampang aliran, sedang kedalaman y adalah kedalaman vertikal (lihat Gb.3.4),
dalam hal sudut kemiringan dasar saluran sama dengan maka :
d = y cos atau y = d ........................................................... (3.2)
cos
Duga (stage) adalah elevasi atau jarak vertikal dari permukaan air di atas suatu
datum (bidang persamaan).
Lebar permukaan (top width) adalah lebar penampang saluran pada permukaan
bebas (lihat Gb.3.5). Notasi atau simbol yang digunakan untuk lebar permukaan
adalah T, dan satuannya adalah satuan panjang.
Luas penampang (area) mengacu pada luas penampang melintang dari aliran di
dalam saluran. Notasi atau simbol yang digunakan untuk luas penampang ini
adalah A, dan satuannya adalah satuan luas.
T
Luas penampang
Keliling basah
B
Gambar 3.5. Parameter Lebar Permukaan (T), Lebar Dasar (B), Luas
Penampang dan Keliling basah suatu aliran
55
penampang dibagi keliling basah, dan oleh karena itu mempunyai satuan panjang;
notasi atau simbul yang digunakan adalah R, dan satuannya adalah satuan
panjang.
Untuk kondisi aliran yang spesifik, jari-jari hydraulik sering kali dapat
dihubungkan langsung dengan parameter geometrik dari saluran. Misalnya, jari-
jari hydraulik dari suatu aliran penuh di dalam pipa (penampang lingkaran
dengan diameter D) dapat dihitung besarnya jari-jari hydraulik sebagai berikut:
2
4 D
R= A , Rlingkaran = .D / = ........................................................ (3.3)
Pw .D 4
Dimana:
R = Jari-jari hydraulik (ft/m)
A = Luas penampang (ft2 atau m2)
Pw = Keliling basah (ft atau m)
Z = A D = A A ..................................................................................... (3.5)
T
Faktor Penampang untuk perhitungan aliran seragam (section factor for
uniform-flow computation) adalah perkalian dari luas penampang aliran A dan
Persamaan / rumus elemen geometri dari berbagai bentuk penampang aliran dapat dilihat
pada table 3.1.
56
Tabel 3.1. Unsur-unsur geometris penampang saluran
Penampang saluran lebar sekali (wide open channel) adalah suatu penampang
saluran terbuka yang lebar sekali dimana berlaku pendekatan sebagai saluran
terbuka berpenampang persegi empat dengan lebar yang jauh lebih besar
daripada kedalaman aliran B >> y, dan keliling basah P disamakan dengan lebar
saluran B. Dengan demikian maka luas penampang A = B . y; P = B ,
sehingga R = A/P = B.y/B = y.
57
Persamaan (3.6) tersebut di atas disebut persamaan kontinuitas.
V = Q....................................................................................................... (3.7)
A
Dimana:
V = Kecepatan rata – rata aliran (ft/s atau m/s)
Q = Debit aliran (ft3/s atau m3/s )
58
∂V
∂t
kecepatan aliran tidak berubah menurut waktu ( = 0), sebaliknya apabila kecepatan
∂V
≠0
∂t
aliran berubah menurut waktu ( ) aliran disebut aliran tidak tetap (unsteady
flow).
Aliran seragam (uniform flow) merupakan jenis aliran yang lain; kata “seragam”
menunjukkan bahwa kecepatan aliran disepanjang saluran adalah tetap, dalam hal
kecepatan aliran tidak tergantung pada tempat atau tidak berubah menurut tempat (
∂V ∂V
≠0
∂s ∂s
= 0), sebaliknya apabila kecepatan berubah menurut tempat ( ) aliran
disebut aliran tidak seragam (nonuniform flow).
∂V ∂V
=0
∂t ∂s
Aliran seragan dan tetap disebut aliran beraturan ( = 0 dan ).
Aliran tidak seragam dapat dibagi menjadi aliran berubah lambat laun (gradually
varied flow) dan aliran berubah dengan cepat (rapidly varied flow). Aliran disebut
berubah lambat laun apabila perubahan kecepatan terjadi secara lambat laun dalam jarak
yang panjang, sedangkan aliran disebut berubah dengan apabila perubahan terjadi pada
jarak yang pendek.
Untuk saluran prismatis jenis aliran tersebut diatas juga dapat dinyatakan dalan
perubahan kedalaman aliran seperti ditunjukkan dalam persamaan-persamaan sebagai
berikut : h h
0 0
t t
Aliran tetap : ; aliran tidak tetap :
h h
0 0
Aliran seragam : s ; aliran tidak seragam : s
Contoh dari perubahan kedalaman air disepanjang aliran dapat dilihat pada Gb.3.7
dibawah ini.
59
Terjunan (drawdown)
Air balik (backwater)
h1
h2
Laut
Gambar 3.7. Perubahan kedalaman air (a. aliran seragam; b. aliran berubah
lambat laun; c. aliran berubah dengan cepat) disepanjang aliran
3.2.6 Sifat Aliran (Aliran Laminer, Aliran Turbulen, dan Angka Reynold)
Aliran laminer adalah suatu tipe aliran yang ditunjukkan oleh gerak partikel-
partikel cairan menurut garis-garis arusnya yang halus dan sejajar. Sebaliknya aliran
turbulen tidak mempunyai garis-garis arus yang halus dan sejajar sama sekali.
Karakteristik aliran turbulen ditunjukkan oleh terbentuknya pusaran-pusaran dalam
aliran, yang menghasilkan percampuran terus menerus antara partikel partikel cairan di
seluruh penampang aliran.
Untuk membedakan aliran apakah turbulen atau laminer, terdapat suatu angka tidak
bersatuan yang disebut Angka Reynold (Reynolds Number). Angka ini dihitung dengan
persamaan sebagai berikut:
4V
Re = ................................................................................. (3.8)
R
Dimana:
Re = Angka Reynold (tanpa satuan)
V = Kecepatan rata-rata (ft/s atau m/s)
R = Jari-jari hydraulik (ft atau m)
= Viskositas kinematis, tersedia dalam tabel sifat-sifat cairan (ft 2/s atau
m2/s)
Menurut hasil percobaan oleh Reynold, apabila angka Reynold kurang daripada
2000, aliran biasanya merupakan aliran laminer. Apabila angka Reynold lebih besar
60
daripada 4000, aliran biasanya adalah turbulen. Sedang antara 2000 dan 4000 aliran dapat
laminer atau turbulen tergantung pada faktor-faktor lain yang mempengaruhi.
V
FR = gL ................................................................................. (3.9)
Dimana:
FR = angka Froude (tidak berdimensi/ tidak mempunyai satuan)
V = kecepatan rata-rata aliran ( ft/s atau m/s )
L = panjang karakteristik (dalam ft atau m)
Dalam aliran saluran terbuka panjang karakteristik disamakan dengan kedalaman
hydraulik D. Dengan demikian untuk aliran saluran terbuka angka Froude adalah:
V
FR = gD ................................................................................. (3.10)
V = gD ................................................................................. (3.11)
Dimana:
Aliran sub-kritis (subcritical flow) Apabila harga angka FR lebih kecil dari pada
satu, dalam kondisi ini gaya gravitasi memegang peran lebih besar; dalam hal ini
kecepatan aliran lebih kecil dari Pada kecepatan rambat gelombang dan hal ini
ditunjukkan dengan lairannya yang tenang.
61
Aliran super-kritis (supercritical flow) apabila harga FR lebih besar daripada
satu, dalam hal ini gaya-gaya inersia menjadi dominan, jadi aliran mempunyai
kecepatan besar; kecepatan aliran lebih besar daripada kecepatan rambat
gelombang yang ditandai dengan alirannya yang deras.
T T
y
y 1
z
B
B (b) Persegi empat
(a) Trapesium
T
T
d0
y y
1
z
(d) Lingkaran
(c) Segitiga
62
Gambar 3.8. Beberapa bentuk penampang aliran saluran terbuka
a) Suatu saluran berpenampang persegi empat seperti pada Gb.3.8 (b) mempunyai lebar
dasar B = 6 m dan kedalaman aliran y = 0,80 m, digunakan untuk saluran drainase
kota (karena pertimbangan keterbatasan lahan), tentukan besarnya faktor geometri
yang lain yaitu: A,P,T,R,D,dan Z.
Jawaban:
Kemiringan tebing : 1 (vertikal) : 0 (horizontal)
Luas Penampang : A = B x y = 6m x 0,80m = 4,80 m2
Keliling basah : P = B + 2y = 6m + 2 x 0,80m = 7,60 m
Lebar permukaan :T=B=6m
2
A 4,80 m
Jari-jari hydraulik : R = P = 7,6 m = 0,6316 m
A 4,8 m2
Kedalaman hydraulik : D = T = 6 m = 0,80 m
b) Suatu saluran berpenampang trapesium seperti pada Gb.3.8 (a) mempunyai lebar
dasar B = 6 m, kemiringan tebing z = 2 , kedalaman air y = 0,80 m, digunakan untuk
saluran irigasi, tentukan besarnya faktor geometri yang lain yaitu: A,P,T,R,D dan Z.
Jawaban :
Kemiringan tebing : 1 (vertikal) : 2 (horisontal)
Luas penampang : A = (B+zy) y = (6 m + 2 x 0,80 m) 0,8 m
= 6,08 m2
63
A 6,08
Kedalaman hydraulik : D = T = 9,20 = 0,661 m
c) Suatu saluran berpenampang segitiga seperti pada Gb.3.8 (c) mempunyai tebing kiri
vertikal dan kemiringan tebing kanan dengan z = 1.5 , kedalaman aliran y = 0,80 m,
digunakan untuk saluran tepi jalan, tentukan besarnya faktor geometri yang lain yaitu:
A,P,T,R,D dan Z.
Jawaban :
Kemiringan tebing kanan : 1(vertikal) : 2(horisontal)
Kemiringan tebing kiri : 1(vertikal) : 0(horisontal)
zy . y 1,5×0,80×0,80
Luas penampang :A = 2 = 2 = 0,48 m2
Keliling basah : P = y + zy = 0,80 + 1,5 x 0,80
= 2,00 m
Lebar permukaan : T = zy = 1,5 x 0,80 = 1,20 m
A 0,48
Jari-jari hydraulik : R = P = 2,00 = 0,24 m
A 0,48
Kedalaman hydraulik : D = T = 1,20 = 0,40 m
d) Suatu saluran berpenampang lingkaran seperti pada Gb.3.8 (d) digunakan untuk
gorong-gorong yang melintasi jalan raya, mempunyai diameter d 0 = 1,50 m,
kedalaman aliran y = 1,20 m, tentukan besarnya faktor geometri yang lain yaitu:
A.P,T,R,D,dan Z.
Jawaban :
Langkah pertama untuk menjawab pertanyaan tersebut adalah mencari besarnya
sudut dengan menggunakan persamaan geometri sebagai berikut:
64
1 /2 d 0 − y
cos ½ = 1/2 d 0 = 1 – 2(y/d0)
½ = cos-1 { 1- 2 (y/d0) }
= 253,74º = 1,41
Selanjutnya lihat Tabel 3.1 untuk mencari faktor geometri yang lain yaitu:
Luas penampang :
1
A = 8 ( - sin ) (d0) 2 = 0,125 ( 1,41 - sin 253,74º)(1,50) 2 = 0,125 { 1,41 x
A 1,516
Kedalaman hydraulik : D = T = 1,20 = 1,263 m
30 m3/s. Tentukan luas penampang, keliling basah, dan jari-jari hydraulik. Apakah aliran
merupakan aliran laminer atau turbulen.
Penyelesaian:
Dari bentuk penampang saluran (persegi empat), dapat dihitung dengan mudah :
65
A = 3 m x 1,5 m = 4,5 m
Pw = 3 m + 2 x 1,5 m = 6,0 m
A 4,5
R
P
= W = 6 = 0,75 m
Untuk mengetahui apakah aliran laminer atau turbulen, harus dihitung dulu besarnya
Angka Reynold dengan langkah sebagai berikut:
Q 30
V = A = 4,5 = 6,67 m/s
Re= ( 4 x 6,67 m/s x 0,75 m )/(1.00 x 10-6m2/s) = 20.000.0000
Angka tersebut lebih besar daripada 4000 maka aliran adalah aliran turbulen.
A A
B B
C C
D D
A
1,2 B
1,1
1,0 C
0,9 0,8 D
EF G H I J K L M I J KLM
66
Tipikal garis dengan kecepatan sama di dalam aliran saluran terbuka dapat digambar
sebagai berikut :
2 2
1,5
1,5
1
1
0,5
2,5 2 0,5
1,5
2 1
1,5
2,5
2,5
2
2 1
0,5
1,5
(f) Penampang alam tidak teratur
1
Gambar.3.10. Tipe garis-garis dimana kecepatan alirannya sama dalam berbagai jenis
penampang saluran terbuka
67
Dari gambar tersebut tampak bahwa penampang lingkaran yang mempunyai pembagian
kecepatan yang lebih teratur sesuai lengkung dinding saluran.
Karena pembagian kecepatan yang tidak merata tersebut maka kecepatan di setiap tidak
sama. Dengan demikian apabila Hukum Bernoulli, Hukum Energi dan Hukum
Momentum akan diterapkan untuk suatu penampang aliran diperlukan harga kecepatan
rata – rata. Karena kecepatan rata – rata tidak sama dengan kecepatan di tiap – tiap garis
αV2
dengan suatu koefisien . Sehingga tinggi kecepatan menjadi 2g . Koefisien dikenal
dengan koefisien energi atau koefisien Coriolis.
hs
δhs
68
Apabila piezometrik dipasang maka air di kolam naik sampai ke garis hidrolik
yang berimpit dengan permukaan air. Oleh karena itu tekanan di setiap titik akan
berbanding lurus (proporsional) dengan kedalaman titik tersebut.
Diagram pembagian tekanan dalam kondisi ini disebut : pembagian tekanan
hidrostatik. Hal ini terjadi pada kondisi aliran dimana garis– garis arusnya lurus
dan paralel serta mempunyai kemiringan kecil.
Apabila kemiringan saluran diperbesar kemiringan tersebut mempunyai dampak
pada pembagian tekanan.
Apabila dasar saluran berbentuk lengkung (cembung atau cekung) maka garis –
garis arusnya juga melengkung yang dikenal dengan aliran curvilinier.
Efek dari lengkung akan terdapat komponen percepatan atau gaya centrifugal
tegak lurus arah aliran yang menyebabkan perubahan pada diagram pembagian
kecepatan.
Pada dasar cembung seperti tampak pada gambar di bawah ini, gaya centrifugal
bekerja vertikal ke arah atas berlawanan arah dengan gaya gravitasi sehingga
menyebabkan tinggi tekanan lebih rendah dari pada tekanan hidrostatik.
Pipa piezometer
A
c
hs h
B
B’
h = hs – c ................................................................................. (3.12)
Pada dasar cekung, gaya centrifugal bekerja vertikal ke arah bawah searah gaya
gravitasi sehingga menambah besarnya tinggi tekan melebihi tekanan
hidrostatik.
69
Pipa piezometer
c
h γh
hs γc
B B’
Dari gambar tersebut diatas tampak bahwa tinggi tekanan lebih besar dari pada
tekanan hidrostatik dengan selisih tinggi sebesar c.
h = hs + c ................................................................................. (3.13)
Harga c pada persamaan (3.13) dan diatas dapat dicari dengan menggunakan
Hukum Newton.
2
ρd V
+
P = m .a = g n
2
V
Dimana : a = i = percepatan centrifugal
ρ d V2
=
c= γ g n = koreksi tinggi energi
d = kedalaman aliran
70
BAB VI
ALIRAN FLUIDA DALAM PIPA
1. Pers. Kontinuitas
Q = A1 V1 = A2 V2 = konstan
Dengan :
Q : debit aliran
A : luas tampang aliran
V : kecepatan rerata aliran pada tampang tersebut.
Indeks 1 dan 2 menunjukan nomor tampang aliran yang ditinjau
2. Pers. Momentum
F = ρ Q (V2 -V1)
Dengan :
F : gaya yang ditimbulkan oleh aliran zat cair
ρ: rapat massa aliran
3. Pers. Bernoulli
Contoh Soal
Air mengalir dari kolam A menuju kolam B melalui pipa sepanjang 150 m dan
diameter 15 cm. Perbedaan elevasi muka air kedua kolam adalah 3 m. Koefisien
71
gesekan Darcy – Weisbach f = 0,025.Hitung aliran kehilangan tenaga sekunder
diperhitungkan :
PENYELASAIAN
Kehilangan tenaga terjadi pada sambungan antara pipa dan kolam ( titik P dan
Q ), dan di sepanjang pipa.
Debit aliran
Q = AV
72
= Pi / 4 * ( 0,15 )2 * 1,49
= 0,0263 m3 /d
SOAL 2
Minyak dipompa melalui pipa sepanjang 4000 m dan diameter 30 cm dari titik
A ke titik B.Titik B terbuka ke udara luar. Elevasi titik B adalah 50 m diatas titik
A. Debit aliran 40 liter/detik . Rapat relative S = 0,9 dan kekentalan kinematik
2,1 x 10-4 m2/d. Hitung tekanan di titik A.
PENYELESAIAN
73
Elevasi ujung atas pipa (B) terhadap ujung bawah (A) : zA – zB = 50 m
Kecepatan aliran
Angka Reynolds
Kehilangan tenaga
74
Dibuat garis refrensi melalui titik A. Karena tempang sepanjang pipa adalah
seragam dan ujung pipa B terbuka ke udara luar, maka kecepatan aliran adalah
seragam (VA = VB) dan pB = 0, sehingga :
0 + pA/y = 50 + 0 + 17,23
pA/y = 67,23 m
Soal 3
Hitung kehilangan tenaga karena gesekan di dalam pipa sepanjang 1500 m dan
diameter 20 cm, apabila air mengalir dengan kecepatan 2 m/d. Koefisien gesekan f
= 0,02.
Penyelesaian
75
76
BAB VII
SALURAN TERBUKA
Untuk mengalirkan air sebesar Q = 11 m 3/det diperlukan suatu saluran tahan erosi yang
mempunyai kemiringan dasar ib = 0,0016 dan harga n = 0,025.
Rencanakan penampang saluran
Yang menjadi pertimbangan adalah tersedianya lahan dan jenis tanah. Dengan
mempertimbangkan ketersediaan lahan misalnya diambil :
- Lebar dasar saluran :B=6m
- Kemiringan tebing :z=2m
dengan menggunakan persamaan Manning :
77
nQ 0,025×11
AR2/3 = √i f = √ 0,0016 = 6,785
A = (B + zy)y = (6 + 2y)y = 2(3 + y)y
√
P = B + 2y 1 + z = 6 + 2y
2
√5 = 2 (3 + y √5 )
A
R= P
Tabel 5.4 Hasil perhitungan persamaan Manning
AR^(2/3
Y A P R )
0.10 0.62 6.45 0.10 0.13
0.20 1.28 6.89 0.19 0.42
0.30 1.98 7.34 0.27 0.83
0.40 2.72 7.79 0.35 1.35
0.50 3.50 8.24 0.42 1.98
0.60 4.32 8.68 0.50 2.71
0.70 5.18 9.13 0.57 3.55
0.80 6.08 9.58 0.63 4.49
0.90 7.02 10.02 0.70 5.54
1.00 8.00 10.47 0.76 6.69
1.10 9.02 10.92 0.83 7.94
1.20 10.08 11.37 0.89 9.30
1.30 11.18 11.81 0.95 10.78
1.40 12.32 12.26 1.00 12.36
1.50 13.50 12.71 1.06 14.06
1.60 14.72 13.16 1.12 15.87
1.70 15.98 13.60 1.17 17.79
78
Kurva y VS AR^(2/3)
15.00
14.00
13.00
12.00
11.00
Faktor AR^(2/3)
10.00
9.00
8.00
7.00 6.785
6.00
5.00
4.00
3.00
2.00 1.01
1.00
0.00
0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 0.70 0.80 0.90 1.00 1.10 1.20 1.30 1.40 1.50
Q 11
Kecepatan aliran V = A = 8,10 = 1,358 m/det
(lebih besar daripada kecepatan minimum yang diijinkan).
Dengan menambah jagaan sebesar 0,45 m maka, dimensi saluran :
w= 0,40 m
y = 1,01 m 1
B=6m
79
5.3.2. Perencanaan Dimensi Saluran Mudah Tererosi
a. Kecepatan aliran
Perencanaan saluran mudah tererosi mengacu pada kecepatan maksimum yang
diijinkan. Kecepatan maksimum yang diijinkan adalah kecepatan yang tidak
menyebabkan erosi. Kecepatan ini merupakan kecepatan rata-rata terbesar yang tidak
menyebabkan erosi pada penampang saluran.
Tabel 5.5 Kecepatan maksimum yang diijinkan menurut Fortier dan Scoby berikut ini
harga-harga gaya tarik satuan yang diolah USBR (U.S. Bureau of Reclamation)
untuk saluran, lurus, kemiringan kecil.
Air mengandung
Air Jernih
lanau koloidal
Jenis bahan dari saluran n
u τ0 u τ0
m/dt N/m2 m/dt N/m2
Pasir 0,020 0,457 1,29 0,762 3,59
Lanau berpasir, non kalloidal 0,020 0,533 1,77 0,762 3,59
Lanau halus, non kalloidal 0,020 0,610 2,30 0,914 5,27
Lanau alluvial, non kalloidal 0,020 0,610 2,30 1,07 7,18
Lanau kaku biasa 0,020 0,762 3,59 1,07 7,18
Abu Vulkanik 0,020 0,762 3,59 1,07 7,18
Lempung keras, sangat kalloidal 0,025 1,140 12,40 1,52 22,00
Lanau alluvial, kalloidal 0,025 1,140 12,40 1,52 22,00
Serpih dan pecahan keras 0,025 1,830 32,10 1,83 32,10
Kerikil halus 0,020 0,762 3,59 1,52 15,30
Lanau bergradasi sampai kerakal 0,030 1,140 18,20 1,52 31,60
Lanau bergradasi sampai kerakal
0,030 1,220 20,60 1,68 38,30
bila kalloidal
Kerikil kasar non kalloidal 0,025 1,220 14,22 1,83 32,10
Kerakal dan batuan bulat 0,035 1,520 43,60 1,68 52,70
b. Tinggi Jagaan
Tinggi jagaan diperlukan untuk menampung gelombang karena angin dan fluktuasi
permukaan air agar tidak terjadi luapan (over topping).
80
Tabel 5.6. Besarnya tinggi jagaan minimum untuk saluran dari tanah dan dari pasangan
batu
Besarnya debit Tinggi jagaan (m) Tinggi jagaan (m)
Q (m3/det) untuk pasangan batu saluran dari tanah
< 0,50 0,20 0,40
0,50 – 1,50 0,20 0,50
1,50 – 5,00 0,25 0,60
5,00 – 10,00 0,30 0,75
10,00 – 15,00 0,40 0,85
> 15,00 0,50 1,00
c. Kemiringan Tebing Saluran
Kemiringan tebing saluran (side slope) pada dasarnya ditetapkan berdasarkan sifat-
sifat tanah dimana saluran dibuat.
Tabel 5.7. Kemiringan tebing minimum untuk berbagai jenis tanah
Jenis tanah untuk saluran Kisaran kemiringan tebing
- Batu < 0,25
- Gambut kenyal 1–2
- Lempung kenyal geluh (loom), tanah 1–2
- Lempung pasiran, tanah pasiran kohesif 1,5 – 2,5
- Pasir lanauan, kerikil halus 2–3
- Gambut tanah 3–4
Angka-angka di dalam tabel tersebut adalah kisaran kemiringan tebing untuk beberapa
jenis tanah untuk saluran tahan erosi yang pelapisn tebingnya mengikuti lereng alamnya.
Sedang untuk saluran tidak tahan erosi harus diadakan pemeriksaan terhadap kecepatan
maksimum yang diijinkan agar tidak terjadi erosi.
81
nV
1/ 2
R2/3 = i
3. Hitung luas penampang basah dari persamaan kontinuitas.
Q=A.V
Q
A= V
4. Hitung keliling basah dari harga A dan R yang telah diperoleh tersebut diatas.
A
P= R
5. Dengan didapatnya harga A dan P maka dapat dihitung harga y.
6. Tentukan tinggi jagaan (Tabel 5.6)
7. Gambar dimensi Saluran
Soal 5.5
Rencanakan sebuah saluran berpenampang trapesium mempunyai kemiringan dasar
(longitudinal) sebagai ib = 0,0016 mengalirkan air sebesar Q = 11 m 3/det. Saluran di gali
pada tanah non kalloidal yang terdiri dari kerikil kasar dan serpihan batu.
nV 0,025×1,22
1/2
= ( 0,0016 )
1/2
R2/3 = i = 0,7625
R= (0,7625)3/2 = 0,67 m
3. Perhitungan luas penampang basah dilakukan dengan menerapkan hukum
kontinuitas.
Q = A . V atau,
Q 11
A = V = 1,22 = 9,016 m2
82
4. Hitung keliling basah dari harga A dan R yang telah diperoleh tersebut diatas.
A 9,016
P = R = 0,67 = 13,46 m
5. Dari harga A dan P dapat dihitung harga y sebagai berikut.
A = (B + zy)y = (B + 2y)y = 9,016
P = B + 2y √1 + z 2
= B + 2y √5 = 13,46 atau
B = 13,46 – 2y √5
Apabila harga ini dimasukkan ke dalam persamaan luas :
A = (B + 2y)y = (13,46 – 2yc +2y)y = 9,016
13,46y – 4,472y2 + 2y2 = 9,016 atau
2,472y2 – 13,46y + 9,016 = 0
y2 – 5,44y + 3,65 = 0
Dengan menggunakan rumus ABC dicari harga y seperti berikut :
83
kedalaman air y < 1,50 m. Dengan dimensi ini hitung harga kecepatan aliran untuk y =
1,20 m.
A = (B + zy)y = (6 + 2 x 1,20)1,20
A = 10,00 m2
Q 11
V = A = 10 = 1,09 m/det < 1,20 m/det
Laut
L
Misalnya suatu saluran digunakan untuk menampung dan mengalirkan debit banjir
mempunyai dimensi yang berbeda antara hulu (up stream) dan hilir (down stream).
Untuk menghitung debit banjir melalui saluran tersebut perlu dilakukan prosedur sebagai
berikut :
84
1. Dari harga – harga A, R dan n yang diketahui, hitung faktor penghantar K u dan Kd.
2. Hitung harga K rata – rata.
K= √ K u .K d
3. Diambil asumsi bahwa tinggi kecepatan dapat diabaikan, kemiringan garis energi
sama dengan selisih tinggi muka air di hulu dan di hilir F dibagi panjang saluran.
F
i= L
4. Dengan asumsi tersebut hitung perkiraan pertama debit aliran.
Q=K √i
5. Ambil asumsi bahwa debit aliran sama dengan perkiraan pertama Q dan hitung harga
αV αV
u2 d2
2g dan 2g . Dengan harga – harga tersebut maka kemiringan garis energi
hf
i= L
dimana :
hf = F + k (αu Vu² / 2g – αd Vu² / 2g)
Vu < Vd ; k = 1,0
Vu > Vd ; k = 0,5
Ulangi perhitungan tersebut sampai diperoleh harga Q yang tetap.
Untuk memperdalam penguasaan materi ini lihat contoh soal sebagai berikut :
Soal 5.6
Perkirakan besarnya debit banjir melalui suatu sungai yang panjangnya 1300 m, apabila
diketahui F = 2,08 m ; u = 1,12 ; d = 1,20 ; n = 0,035 ; Au = 110 m2 ; Ou = 76 m ; Ad =
133 m2 ; dan Od = 91 m (lihat Gb. 3.9)
85
Ad
Od
garis horosontal
F
iw = if
Au
Ou ib
L
Jawab :
Penerapan konsep aliran seragam sebagai pendekatan penyelesaian soal ini dapat
dilakukan sebagai berikut :
Step 1 : Dari harga A, O dan n yang diketahui, cari harga faktor Hantaran K di
penampang hulu dan di penampang hilir.
A U 110
=
Hulu : Au = 110 m2 Ru = OU 76 = 1,45 m
Ou = 76 m Ru 2/3 = 1,281 m2/3
1 110×1 , 281
Ku = n Au Ru2/3 = 0 ,035 = 4026
A d 133
=
Hilir : Ad = 133 m2 Rd = O d 91 = 1,46 m
⅔
Od = 91 m Rd = 1,289 m
1 133×1 ,289
Kd = n Ad Rd2/3 = 0 , 035 = 4894
Step 2 : Harga rata – rata geometrik.
K= √ K u×K d = √ 4026×4894
= 4439
86
Step 3 : Diasumsikan bahwa tinggi kecepatan diabaikan atau sama dengan nol sehingga
kemiringan garis energi.
F 2,08 m
i = L = 1300 m = 0,0016
Step 4 : Hitung harga Q (perkiraan pertama)
( )
V 2 V 2
u d
αu −α u
hf = F + k 2g 2g
karena Au < Ad k = 0,5
Jadi hf = 2,08 + 0,5 (0,149 – 0,057) = 2,126
2,126 m
=0,00164
if = 1300m
Dengan harga i tersebut dihitung lagi harga Q sebagai berikut :
87
Q 179 , 725
= =1 , 634
Vu =
A u 110 m/det
αu V 1, 12×1 ,634
2
u2
2g = 2×9,81 = 0,152 m
Q 179 ,725
=
Vd =
A d 183 = 0,982 m/det
αd V
d2 1 , 20×0 , 9822
=
2g 2×9 , 81 = 0,059 m
( )
V 2 V 2
u d
αu −α u
hf = F + 0,50 2g 2g
= 2,08 + 0,50 (0,152 – 0,059) = 2,177
2,177 m
=0,00167
if = 1300m
88
Soal latihan :
Suatu saluran berpenampang trapesium merupakan saluran untuk banjir. Hal ini berarti
makin ke muara kedalaman aliran dan luas penampang di hilir akan lebih besar daripada
kedalaman air dan luas penampang aliran di hulu. Apabila saluran tersebut mempunyai
penampang memanjang dan penampang melintang seperti pada Gb. 3.14, hitung debit
banjir yang dapat dialirkan apabila diketahui:
Au = 11,25 m2
Ad = 22,68 m2
u = 1
d = 1
nu = 0,035
nd = 0,020
L = 1500 m
F = 2,40 m
89
BAB VIII
GAYA-GAYA YANG DIKEMBANGKAN FLUIDA
90
sebuah truk bermuatan penuh akan lebih sulit untuk berhenti daripada
sebuah mobil kecil, walaupun kecepatan kedua kendaraan itu sama.
Kenapa demikian? Dalam pengertian fisisnya dikatakan bahwa momentum truk
lebih besar daripada mobil. Secara fisika, pengertian momentum adalah hasil kali
antara massa benda (m) dan kecepatannya (v).
2. Impuls
Cobalah anda tending sebuah bola yang sedang diam. Walaupun kontak
antara kaki anda dan bola hanya sesaat, namun bola dapat bergerak dengan
kecepatan tertentu. Dalam pengertian momentum, dikatakan bahwa pada bola
terjadi perubahan momentum akibat adanya gaya yang diberikan dalam selang
waktu. Gaya seperti ini yang merupakan perkalian antara gaya dan selang waktu
gaya itu bekerja pada benda disebut impuls.
91
FAKTOR KOREKSI MOMENTUM
Untuk aliran laminar dalam pipa, β = 1,33 untuk aliran turbulen dalam pipa, β
berubah-ubah dari 1,01 sampai 1,07. dalam kebanyakan hal β dapat dianggap satu.
GAYA SERET
Gaya seret adalah komponen gaya resultan yang dikerjakan oleh fluida pada suatu
benda yang sejajar gerak relatif fluida itu.
Persamaan yang biasa adalah :
GAYA ANGKAT
Gaya angkat adalah gaya yang mengangkat suatu benda ke atas yang
terjadi karena tekanan dibawah benda lebih besar daripada tekanan diatas benda.
Gaya angkat ini biasa ditimbulkan pada sayap pesawat terbang dan biasanya
digunakan untuk melawan gaya gravitasi bumi yang masih menarik pesawat
tersebut kearah bawah. Gaya angkat juga merupakan komponen gaya resultan
yang dikerjakan oleh fluida pada suatu benda yang tegak lurus pada gerak relative
fluida tersebut, persamaan yang biasa adalah :
92
Dimana :
CD = Koefisien seret, yang tak berdimensi
CL = Koefisien angkat, yang tak berdimensi
ρ = kerapatan fluida, dalam kg/m3
A = Besarnya luas karateristik dalam m2, biasanya luas yang
diproyeksikan pada sebuah bidang yang tegak lurus ke gerak
relatif fluidanya.
V = kecepatan relatif fluida terhadap bendanya, dalam m/dtk
KOEFISIEN SERET
Koefisien seret tergantung pada bilangan Reynolds pada kecepatan-
kecepatan rendah dan menengah, tetapi tidak tergantung pada bilangan Reynolds
93
pada kecepatan tinggi. Akan tetapi, pada kecepatan tinggi koefisien seret
berhubungan dengan bilangan mach yang mempunyai efek kecil sekali pada
kecepatan rendah
KOEFISIEN ANGKAT
Koefisien angkat (lift) adalah sebuah fungsi dari parameter tak berdimensi
yang menunjukan besarnya gaya lift yang bekerja pada suatu benda yang dialiri
oleh fluida. Koefisien lift sangat dipengaruhi oleh bentuk benda.
• Kutta memberikan harga maksimum teoritis dari koefisien angkat untuk
lempengan-lempengan tipis yang tidak tegak lurus pada kecepatan relatif
fluidanya sebagai :
•
• Dimana α = sudut serangan atau sudut antara lempengan dengan kecepatan
relatif fluidanya. Didaerah kerja biasa, bagian-bagian dari foil udarah
sekarang ini mempunyai harga kira-kira 90% dari harga maksimum
teoritis ini. Sudut α tidak boleh lebih kira-kira 25˚
BILANGAN MACH
• Bilangan mach adalah perbandingan tak berdimensi dari kecepatan fluida
terhadap kecepatan (kadang-kadang disebut kepesatan) akustik
94
gesekan terjadi dalam suatu lapisan tipis yang berdekatan dengan batas sebuah
benda padat (disebut lapisan batas), dam bahwa aliran diluar lapisan ini bisa
dianggap tanpa gesekan. Kecepatan di dekat batas tersebut dipengaruhi oleh
geseran batas. Pada umumnya, lapisan batas pada batas sebelah hulu dari sebuah
benda yang terendam amat tipis, tetapi ketebalannya bertambah akibat kerja yang
terus menerus dari tegangan geser.
LEMPENGAN DATAR
Untuk lempengan datar yang panjangnya L meter, yang ditahan sejajar
dengan gerak relative suatu fluida, persamaan=persamaan berikut ini bisa
diterapkan.
Lapisan batas laminar (sampai bilangan Reynolds sekitar 500.000)
Dapat dilihat bahwa ketebalan lapisan batas akan bertambah jika akar dimensi x
bertambah dan juga akar kekentalan kinematiknya bertambah δ akan berkurang
jika akar kecepatannya bertambah.
PALU AIR
95
Palu air adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan goncangan yang
terjadi karena pengurangan tiba-tiba dalam gerak (kecepatan) suatu fluida. Dalam
sebuah jalur pipa, waktu perjalanan gelombang tekanan maju dan mundur (pulang
pergi) diberikan oleh :
panjang pipa dalam m
Waktu (pulang pergi) dalam dtk = 2x
kecepatan gelombang tekanan dalamm/dtk
Atau
Dimana :
E = modulus elastisitas dinding pipa, N/m2
d = garis tengah sebelah dalam pipa dalam m
t = ketebalan dinding pipa dalam m
KECEPATAN SUPERSONIK
Kecepatan supersonic benar-benar mengubah aliran. Koefisien seret
dihubungkan dengan bilangan mach karena kekentalan hanya mempunyai efek
96
yang kecil terhadap gaya seretnya, gangguan tekanannya menciptakan sebuah
kerucut dengan puncak yang berada dihidung benda atau dihidung peluru.
Kerucut tersebut menyatakan muka gelombang atau gelombang kejut, yang biasa
di potret. Sudut kerucut atau sudut mach α di berikan oleh :
97
DAFTAR PUSTAKA
98