PERTEMUAN KE 5
1. Hidrometri
2. Pemetaan Sungai
6. Pengukuran sedimen
2.1 Hidrometri
Skala pengukur mungkin dibuat dengan cat pada suatu bangunan yang ada
atau pada papan pengukur khusus, biasanya feet dan 1/10-nya atau dalam
cm. Tersedia potongan-potongan logam enamel bila diinginkan suatu
pengukuran yang teliti. Apabila aliran membawa sejumlah besar sediment
halus atau buangan industri, tanda-tanda skala mungkin cepat luntur.
Dalam hal ini mungkin ada gunanya membuat tajam tepi pengukur atau
menaikkan symbol tanda.
Tipe lain dari alat pengukur manual adalah yang cukup tinggi sehingga
bandul tersebut mencapai permukaan air. Dengan cara mengurangi
REKAYASA HIDROLOGI (5) – RITA T. LOPA 8
panjang tali dari elevasi titik tetap pada bangunan, maka elevasi
permukaan air dapat ditentukan. Alat ukur pemberat kawat (wire weight
gage) mempunyai suatu teromol yang dapat melepaskan kawat sepanjang
satu foot tiap satu kali putaran. Penghitung ( counter ) mencatat jumlah
putaran tombol, sementara satu penunjuk tetap memperlihatkan besaran
1/100 foot yang terdapat pada skala di sekeliling penggulung tersebut.
Pada umumnya alat pencatat muka air automatic tipe apung (float type
water stage recorder) dipasang dalam rumah lindung (shelter house) dan
sumur penenang (stilling well) (Gambar 6). Sumur penenang
dimaksudkan untuk melindungi pelampung dan kabel-kabel imbangan
berat (counter weight cables) terhadap sampah-sampah yang terapung
REKAYASA HIDROLOGI (5) – RITA T. LOPA 10
dan meniadakan fluktuasi gelombang-gelombang permukaan sungai.
Biasanya dua atau lebih pipa pengambilan ditempatkan dari sumur
penenang ke dalam sungai, sehingga paling sedikit satu diantaranya
selalu menerima air.
Alat ukur Muka Air Puncak (Crest Stage Gages) harganya murah, dan
memberikan catatan-catatan tambahan tentang muka ait puncak pada
lokasi-lokasi dimana pencatatat automatic tidak dibenarkan dan
pembacaan alat ukur muka air secara manual tidak memadai. Bermacam-
macam alat ukur semacam ini telah direncanakan, termasuk pelampung-
pelampung kecil yang dapat naik sesuai dengan naiknya muka air, tapi
akan tertahan tinggal pada level air maksimum dan larutan air cat pada
pilar-pilar jembatan yang terlindung dari hujan dan dapat menunjukkan
suatu tanda batas muka air tertinggi.
REKAYASA HIDROLOGI (5) – RITA T. LOPA 11
Alat ukur yang biasa digunakan oleh U.S.Geological Survey terdiri dari
sebatang pipa ( Gambar 7) yang berisi tongkat berskala dan sejumlah
bubuk gabus. Gabus-gabus tersebut mengapung saat air naik, dan
banyak diantaranya melekat di tongkat pada level tertinggi yang dicapai
air. Tongkat dapat diambil, lalu pembacaan muka air puncak dicatat,
serta gabus-gabus dapat dibersihkan. Setelah itu tongkat dapat dipasang
kembali dan siap untuk dipakai bagi pengukuran berikutnya.
Macam-macam Alat Ukur Muka Air Lainnya adalah Manometer air atau
air raksa dapat dipakai untuk menunjukkan level permukaan air atau
untuk menjalankan alat perekam. Terdapat alat perekam yang dijalankan
dari jarak jauh yang menggunakan system penggerak selain untuk
REKAYASA HIDROLOGI (5) – RITA T. LOPA 13
meneruskan impormasi level permukaan air dari aliran ke alat perekam,
yaitu seperti alat-alat ukur muka air yang mentramsmisikan telepon atau
radio dari jauh. Alat ukur yang terakhir itu mengggunakan suatu alat
pemberi kode yang mengubah ketinggian muka air menjadi sinyal yang
ditransmisi sebagai rangkaian impuls yang bisa dihitung, perubahan
frekuensi osilasi yang bisa diukur, pada interval waktu yang dibutuhkan
alat sensing untuk bergerak dari sutu titik nol kepermukaan air pada
kecepatan konstan. Alat rekam jarak jauh semacam ini digunakan
terutama untuk paramalan banjir atau pengoperasian waduk.
Penggunaan satelit bumi sebagai stasiun-stasiun relai untuk
menstransmisi data dari stasiun yang jauh mengeliminir stasiun relai
muka air yang mestinya diperlukan.
Kontrol air rendah yang ideal adalah suatu control yang terdiri dari
terjunan atau perubahan tinggi muka air, cepat dimana terjadi
kedalaman kritis. Bila control ini berada pada batuan tentunya akan jadi
permanent dan pengkalibrasian yang diperlukanpun tak sering. Andaikan
REKAYASA HIDROLOGI (5) – RITA T. LOPA 14
tak terdapat kontrol semacam itu, maka dapat dibuat suatu control
buatan yang terbuat dari bendung beton rendah dengan takik V guna
mendapatkan hubungan air rendah yang stabil. Pengontrol saluran lebih
rendah berubah dengan waktu, sebagai akibat gerusan atau
pengendapan sediment, dan sering kali diperlukan pengukur aliran untuk
mendapatkan suatu hubungan debit tinggi muka air yang teliti.
Perubahan tinggi muka air yang cepat mungkin juga akan jadi pengontrol
yang efektif pada aliran tinggi, bisa saja slope alirannya curam, tetapi jika
slopenya datar control tampang mudah terendam dan menjadi tidak
efektif.
Untuk aliran yang tinggi. Kontrol-kontrol air tinggi mudah menjadi control
saluran, meski pada banyak kasus kontraksi pada jembatan atau efek
bendungan dapat mengontrol pada muka air yang tinggi. Disarankan
untuk menghindari lokasi-lokasi dimana terjadi perubahan muka air atau
back water dari bendungan pertemuan aliran, atau pasang surut. Situasi-
situasi ini butuh hubungan muka air dan debit yang khusus yang
umumnya kurang akurat.
Lokasi staff gauge atau AWLR sebaiknya pada sungai yang lurus,
arusnya sejajar, tampang stabil, tidak terpengaruh back water, di sebelah
hilir pertemuan sungai dan dekat/mudah dicapai pengamat.
a. Merawas
REKAYASA HIDROLOGI (5) – RITA T. LOPA 15
b. Menggunakan perahu
c. Menggunakan kabel melintang sungai
d. Melalui jembatan yang ada
kurang dari satu meter dan kecepatan air sungai tidak membahayakan
petugas. Cara pengukuran ini dilaksanakan dengan menggunakan batang
ukur sebagai alat untuk memasang alat ukur arus dan sekaligus sebagai
alat pengukur kedalaman. Dapat juga dilakukan dengan memegang
batang pengukur yang telah dipasang alat ukur arusnya dengan cara
berdiri tegak. Harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
k =koefisien koreksi
Pada lokasi dimana dasar sungai sampai tidak stabil, seingga petugas
pengukur dalam melaksanakan pengukuran mempengaruhi alat ukur
arus, maka alat ukur arus diletakkan disamping depan posisi petugas.
REKAYASA HIDROLOGI (5) – RITA T. LOPA 17
Table 2.1 koefisien koreksi untuk tiap harga Q
Q Sec Q k
6 1,0055 0,0016
8 1,0098 0,0032
10 1,0154 0.0050
12 1,0223 0,0072
14 1,0306 0,0098
16 1,0403 0,0128
18 1,0515 0,0164
20 1,0642 0,0204
22 1,0785 0,0248
24 1,0946 0,0296
28 1,1326 0,0408
30 1,1547 0,0472
Apabila kondisi sungai dari ketiga cara di atas sulit dilakukan sebaiknya
dicari fasilitas jembatan yang sudah ada. Yang perlu diperhatikan adalah
kondisi jembatan itu, sibuknya lalu lintas, dan sebagainya. Kemudian di
atas jembatan diletakkan bridge crane. Adapun pengukurannya
dilakukan sebelah hilir jembatan.
Q=(AxV) (2)
Q = debit ( m3/det)
Ø Nama sungai
Ø Lokasi observasi
Ø Lokasi pos duga air
Ø Tanggal, hari
Ø Nama penanggung jawab pengukuran
Ø Jenis dan nomor serta rumus alat ukur arus
Ø Waktu dan tinggi muka air pada pengukuran dimulai dan
mengakhiri pengukuran
Ø Perubahan muka air selama pengukuran berlangsung harus
dicatat setiap 15 menit sekali terutama pada debit-debit besar.
V0 + V0,8
V = + V0, 6 × 1 / 2 (3)
2
V = V0,6h (4)
h = kedalaman sungai
V = ½ (V0,2h+V0,8h) (5)
air
Pengukuran kecepatan diadakan pada kedalaman 0,15 h, 0,5h
0,85h dibawah air.
V = a + bN (7 )
L
V= (8)
T
Dengan :
T=waktu yang dilalui oleh pelampung dari titik hulu sampai titik hilir
REKAYASA HIDROLOGI (5) – RITA T. LOPA 28
Pengukuran dengan zat pewarna yakni dilution method: dengan tracer (dye)
yaitu dengan cara zat warna dilarutkan kedalam aliran air sungai . zat warna
yang digunakan pada umumnya adalah “flour” atau “potassium perorangate”.
Tentukan titik awal pada penampang sungai bagian hulu dan bagian hilir dan
jarak juga harus diukur. Kecepatan aliran harus dihitung dari jarak tersebut
dibagi waktu lamanya zat warna mengalir dari hulu ke hilir.
Q = A (L/T) (8)
Dengan:
Q = debit (m3/det)
Y = a + bx + c (10)
Dalam persamaan diatas terdapat variabel a, b, dan c yang dapat dicari dengan
menggunakan
Setelah nilai dari masing-masing variabel diketahui, maka dapat dengan mudah
diketahui berapa besar debit sungai yang mengalir yang nilainya berbanding
lurus dengan tinggi muka air sungai. Hubungan antara Tinggi muka air dengan
Debit sungai dinyatakan dengan persamaan berikut :
Q = a + bH + cH2 (11)
Contoh:
REKAYASA HIDROLOGI (5) – RITA T. LOPA 31
Tabel 2.2 Data hasil pengukuran debit Stasiun Kalaena tahun 1990
REKAYASA HIDROLOGI (5) – RITA T. LOPA 32
Tabel 2.3 Data hasil pengukuran debit Stasiun Kalaena tahun 1991
REKAYASA HIDROLOGI (5) – RITA T. LOPA 33
Tabel 2.4 Data hasil pengukuran debit Stasiun Kalaena tahun 1992
REKAYASA HIDROLOGI (5) – RITA T. LOPA 34
Tabel 2.5 Data hasil pengukuran debit Stasiun Kalaena tahun 1993
REKAYASA HIDROLOGI (5) – RITA T. LOPA 35
Tabel 2.6 Data hasil pengukuran debit Stasiun Kalaena tahun 1994
REKAYASA HIDROLOGI (5) – RITA T. LOPA 36
Tabel 2.7 Data hasil pengukuran debit Stasiun Kalaena tahun 1995
REKAYASA HIDROLOGI (5) – RITA T. LOPA 37
Tabel 2.8 Data hasil pengukuran debit Stasiun Kalaena tahun 1996
REKAYASA HIDROLOGI (5) – RITA T. LOPA 38
Tabel 2.9 Data hasil pengukuran debit Stasiun Kalaena tahun 1997
REKAYASA HIDROLOGI (5) – RITA T. LOPA 39
Tabel 2.10 Data hasil pengukuran debit Stasiun Kalaena tahun 1998
REKAYASA HIDROLOGI (5) – RITA T. LOPA 40
Tabel 2.11 Merangkum hasil pengukuran debit Stasiun Kalaena dari tahun
1990 sampai 1998
REKAYASA HIDROLOGI (5) – RITA T. LOPA 41
Dengan memasukkan nilai variabel a,b, dan c tersebut di atas maka nilai debit
sungai bisa didapatkan, seperti ditunjukkan pada Tabel 2.12 berikut.
REKAYASA HIDROLOGI (5) – RITA T. LOPA 42
Tabel 2.12 Perhitungan nilai debit dari perkiraan tinggi muka air dengan
menggunakan variabel persamaan
Lengkung Debit
5
H (m)
0
-200 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800
Q (m3/det)
Qss = Cq (9)
Delft Bottle
REKAYASA HIDROLOGI (5) – RITA T. LOPA 46
III PENUTUP
3.1 Rangkuman
penyelesaian
t (waktu) = 45 detik
a = 0,1
b = 2,2
ditanyakan : V =……………?
REKAYASA HIDROLOGI (5) – RITA T. LOPA 47
Jawab :
perputaran
N=
t
28
=
25
= 0,62 putaran
V = a + bN
= 1,464 m/det
2 . jika diketahui kecepatan aliran pada titik 0,2 kedalaman adalah 25 m/det
dan kecepatan aliran titik 0,8 kedalaman adalah 15 m/det, berapakah
kecepatan aliran rata-ratanya ?
penyelesaian
V0,8 = 15m/det
Ditanyakan V = ……..?
= 20 m/det
REKAYASA HIDROLOGI (5) – RITA T. LOPA 48