“SKENARIO 3”
Disusun oleh :
KELOMPOK 8
Tutor :
Ibu Yuniasih MJ. Taihuttu, S.Si., M.Sc
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
2022
DAFTAR NAMA ANGGOTA KELOMPOK 8
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat,
-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan dengan judul “SKENARIO 3” dapat selesai
tepat waktu. Laporan ini berisikan hasil diskusi kami terkait problem based learning
(PBL) skenario 3.1 dan 3.2. Dalam pembuatan laporanini, kami menyadari bahwa
banyak pihak yang ikut berpartisipasi dalam membantu menyelesaikan laporan ini. Oleh
sebab itu, pada kesempatan ini kami beterima kasih kepada:
1. Ibu Yuniasih MJ. Taihuttu, S.Si., M.Sc., selaku tutor yang telah
mendampingi kami selama diskusi PBL berlangsung.
2. Dr. Halidah Rahawarin, Sp.PA., M.Kes dan Ibu Rachmawati D.
Agustin, S.Si., M.Si., M.Sc., selaku Penanggung Jawab Blok
Imunologi.
3. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan PBL ini
yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.
Meskipun laporan ini sudah disusun secara maksimal, tetapi kami menyadari
bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Oleh karena itu dan
dengan tangan terbuka, kami menerima kritik dan saran yang membangun untuk
perbaikan hasil laporan kami. Akhir kata, semoga laporan dengan judul “SKENARIO
3” ini dapat dipahami dan bermanfaat bagi setiap orang.
Kelompok 8
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
1.1. Skenario.............................................................................................................. 1
1.2. Seven Jumps ....................................................................................................... 1
1.2.1. Step 1 : Identifikasi Kata Sukar dan Kalimat Inti ........................................ 1
1.2.2. Step 2 : Identifikasi Masalah ........................................................................ 2
1.2.3. Step 3 : Hipotesis Sementara........................................................................ 3
1.2.4. Step 4 : Klarifikasi Masalah dan Mind Mapping ......................................... 7
1.2.5. Step 5 : Learning Objectives ........................................................................ 8
1.2.6. Step 6 : Belajar Mandiri ............................................................................... 8
1.2.7. Step 7 : Presentasi Hasil Belajar Mandiri .................................................... 8
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 9
2.1. Definisi Imunodefisiensi .................................................................................... 9
2.2. Jenis-jenis Imunodefisiensi dan Yang Terkait Dengan Skenario ..................... 10
2.2.1. Imunodefisiensi Primer .............................................................................. 10
2.2.2. Imunodefisiensi Sekunder.......................................................................... 14
2.2.3. Imunodefisiensi Terkait Skenario .............................................................. 15
2.3. Patomekanisme Imunodefisiensi....................................................................... 17
2.3.1. Mekanisme Imunodefisiensi ...................................................................... 17
2.4. Patomekanisme Infeksi HIV/AIDS ................................................................... 19
BAB III PENUTUP .................................................................................................... 23
3.1. Kesimpulan ...................................................................................................... 23
DAFTAR PUSAKA ................................................................................................... vi
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Skenario
“SKENARIO 3”
1
2. Identifikasi kalimat kunci
2. Gatal dan papul merah ini juga diderita oleh ibu si Mr. X.
3. Sudah 3 bulah Mr. X menderita BAB encer dan penurunan berat badan
lebih 10 Kg.
4. Mr. X mengeluh sering batuk berlendir kadang keluar darah dan disertai
sesak nafas.
6. sejak 4 bulan lalu datang ke Batam dan tinggal di rumah susun perusahaan
bersama-sama dengan kawan-kawannya sesama buruh kontak satu pabrik
peralatan elektronik.
8. Tampak tato pada beberapa bagian tubuh dan pembesaran kelenjar di ketiak
dan lipat paha. (leatera)
2. Gatal pada malam hari disebabkan produksi sitokin lebih banyak pada
malam hari, selain itu, suhu udara pada malam hari karena suhu udara lebih
dingin lebih kering sehingga lebih memungkinkan pasien mengalami gatal.
Kulit tampat serosis. Hormon sitokin yang meningkat juga mengakibatkan
peradangan.
3
disebabkan oleh infeksi-infeksi virus, misalnya infeksi HIV. Bisa dikatakan
kalau kenapa ibunya megalami hal yang sama? Mr. x sehatsehat saja selama
4 bulan. Tetapi sebelum dia ke Batam. Disimpulkan saja karna kepergian
dia ke Batam membuat dia imunoefisiensi sekunder atau karena infeksi
virus.
7. Penyebabnya karena kondisi medis yang timbul saat mekanisme imun tubuh
yang salah saat mengenali zat asing pada skenario bisa karena tatto. Selain
itu bisa karena imunodefisiensi oleh infeksi virus, sehingga patogen mudah
menyerang tubuh saat terjadi penurunan fungsi sistem imunitas tubuh.
Ketika patogen menyerang limfosit T, bisa menimbulkan terjadinya infeksi,
yaitu infeksi oportunistik. Ketika ada pathogen yang masuk, sel mast akan
mengeluarkan histamin yang punya efek vasodiltasi pada pembuluh darah
sehingga bisa menyebabkan timbul kemerahan dan rasa gatal pada kulit.
8. Luka dan batuk berlendir yang terjadi merupakan gejala akibat infeksi yang
dialami oleh pasien. Dimana sistem imun menurun, maka pasien akan
berisiko terkena infeksi oportunistik/infeksi akibat organisme yang biasanya
tidak menyebabkan penyakit tetapi dalam keadaan tertentu dapat
4
menyebabkan penyakit.
11. Pembuatan tato akan dimasukan tinta kedalam kulit, sehingga tinta membuat
terjadinya proses” yang melibatkan sistem imun, dapat terjadi inflamasi.
Penggunaan jarum yang tidak streil dan berulang dapat memungkinkan
penularan penyakit. Tato terbuat dari bahan kimia sehingga apabila pasien
mengalami imunodefisensi pasien tidak dapat mengantisipasi gejala yang
ditimbulkan dari tato tersebut.
12. Penyakit yang ditunjukkan pada skenario termasuk penyakit yang bisa
menular. Bagaimana cara penularannya? Bisa saja karena penggunaan alat
elektronik secara bersama. Tetapi ada juga kemungkinan pasien ini sering
menggunakan alat untuk tattoo yang sama untuk dia dan teman-temannya,
oleh karena itu penularannya bisa karena penggunaan alat atau jarum tattoo
yang sama. Bagaimana bisa menyebabkan infeksi yang berulang? Karena
masalah imunodefisiensi. Dimana terjadi penurunan sistem imun sehingga
terjadi infeksi yang akan masuk ke dalam tubuh dan sistem imun tidak
benar-benar memfagosit antigen. Ketika sistem imun turun, penyakit
5
tersebut dapat kembali lagi. Contohnya, luka pada alat kelamin tersebut
juga. Penularan penyakit ini bisa saja dari transfusi darah, hubungan seksual
tanpa kondom, penggunaan jarum suntik tidak steril dan bisa terpapar
penularan secara berulang.
13. Respon dari sel-sel imun akibat adanya antigen yang masuk kedalam tubuh,
ketika sistem imun innate sudah dileawati maka sistem imun adaptif akan
bekerja. Produksi dari sel-sel imun akan meningkat yang akan masuk ke
limfonodus, sel-sel imun yang dihasilan akan banyak dan tertumpuk pada
limfonous sehingga mengakibatkan pembengkakn pada limfonodus.
14. Batuk berlendir yang dapat disertai darah dapat terjadi karena adanya
gangguan pada saluran pernafasan akibat seperti infeksi virus dan lain lain,
sehingga menimbulkan peradangan yang pada akhirnya menimbulkan
pembuluh darah pecah pada area penafasan. Selain itu, peradangan dapat
menimbulkan lumen saluran nafas menyempit dan terjadi peningkatan
produksi lendir yang menyebabkan keluhan sesak nafas .
6
1.2.4. Step 4 : Klarifikasi Masalah dan Mind Mapping
Mr. X
26 tahun
Pemeriksaan fisik :
1. Bercak putih pada lidah
Imunodefisiensi
2. Tato pada tubuh
sekunder
3. Pembesaran kelenjar di ketiak dan lipatan paha
4. Batang dan glans penis luka dangkal dan nyeri
tekan
INFEKSI VIRUS HIV
7
1.2.5. Step 5 : Learning Objectives
8
BAB II
PEMBAHASAN
9
Imunodefisiensi dapat dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu defisiensi
sel B, defisiensi sel T, dan defisiensi imunitas innate.3
10
diklasifikasikan severe combined immunonodeficiency
(SCID).3
Gambar 1.2.2 Imunodefisiensi primer yang disebabkan oleh defek maturasi limfosit
Sumber : I Wayan Wawan, Ida Bagus Aditya Nugraha, Ketut Suardamana. Imunodefisiensi
Primer. Jurnal Medika Hutama; 2022:03(03).
11
Defisiensi sel t disebabkan oleh mutasi yang berdampak
pada berbagai jalur sinyal atau sitokin dan reseptor yang
berperan dalam proses diferensiasi sel T naif menjadi sel
efektor. Tergantung pada mutasi dan luas kerusakan yang
terjadi, pasien yang terkena memperlihatkan defisiensi sel T
yang berat atau defisiensi pada bagian tertentu dari imunitas
yang diperantai oleh sel T, seperti dalam respon Th1 (berkaitan
dengan infeksi mikobakteri nontuberkulosa) dan respon Th17
(berkaitan dengan infeksi jamur dan bakteri).3
12
Sumber : I Wayan Wawan, Ida Bagus Aditya Nugraha, Ketut Suardamana. Imunodefisiensi
Primer. Jurnal Medika Hutama; 2022:03(03).
Sumber : I Wayan Wawan, Ida Bagus Aditya Nugraha, Ketut Suardamana. Imunodefisiensi
Primer. Jurnal Medika Hutama; 2022:03(03).
13
aktivasi fagosit. Oleh karena itu, banyak fagosit akan
terakumulasi di sekeliling fokus infeksi oleh mikroba
intraseluler, tetapi mikroba tersebut tidak cukup dihancurkan.
Kumpulan tersebut menyerupai granuloma, yang -
memunculkan nama untuk penyakit ini.3
Sumber : I Wayan Wawan, Ida Bagus Aditya Nugraha, Ketut Suardamana. Imunodefisiensi
Primer. Jurnal Medika Hutama; 2022:03(03).
14
2.2.3. Imunodefisiensi Terkait Skenario
15
halus yang mengalami luka akan mengurangi penyerapan nutrisi tubuh
sehingga mempengaruhi berat badan pasien.4
Pasien juga memiliki beberapa tato pada bagian tubuh. Hal ini
yang menimbulkan kecurigaan sementaradan menjadi acuan sebab akibat
gejala klinis yang dialami oleh pasien. Penggunaan jarum suntik yang tak
steril dapat menjadi jalan masuk patogen penyebab penyakit pada
seseorang. Beberapa zat kimia yang terdapat pada tinta juga
meningkatkan resiko seseorang terkena penyakit. Dalam riwayat perjalan
dan tempat tinggal pasien selama beberapa minggu terakhir dapat
menjadi patokan penegakan diagnosis. Dijelaskan bahwa pasien pernah
tinggal pada sebuah rumah susun bersama teman-temannya sebelum
gejala timbul. Itu berarti gejala ini timbul ketika dalam kondisi tertentu
yang dapat menurunkan sistem imun pasien dan tidak ada kaitannya
dengan kondisi bawaan sejak lahir. Hal ini yang memperkuat dugaan jika
Mr. X mengalmi kondisi patologis immunodefesiensi sekunder.4
16
2.3. Patomekanisme Imunodefisiensi
Penyebab terpenting kurangnya sel T CD4+ pada pasien HIV adalah efek
sitopatik langsung. Beberapa efek sitopatik langsung dari HIV terhadap sel T
CD4+ antara lain:
1. Pada produksi virus HIV terjadi ekspresi gp41 di membran plasma dan
budding partikel virus, yang menyebabkan peningkatan permeabilitas
membran plasma dan masuknya sejumlah besar kalsium yang akan
menginduksi apoptosis atau lisis osmotik akibat masuknya air. Produksi virus
dapat mengganggu sintesis dan ekspresi protein dalam sel sehingga
menyebabkan kematian sel.
2. DNA virus yang terdapat bebas di sitoplasma dan RNA virus dalam jumlah
besar bersifat toksik terhadap sel tersebut.
3. Membran plasma sel T yang terinfeksi HIV akan bergabung dengan sel T
CD4+ yang belum terinfeksi melalui interaksi gp120- CD4+ , dan akan
membentuk multinucleated giant cells atau syncytia. Proses ini menyebabkan
kematian sel-sel T yang bergabung tersebut.5
Gangguan sistem imun pada pasien HIV dapat dideteksi bahkan sebelum
terjadi kekurangan sel T CD4+ yang signifikan. Gangguan ini mencakup
penurunan respons sel T memori terhadap antigen, penurunan respons sel T
sitotoksik terhadap infeksi virus, dan lemahnya respons imun humoral terhadap
antigen walaupun kadar IgE total mungkin meningkat. Disregulasi produksi
sitokin pada infeksi HIV juga akan mengakibatkan aktivasi sel T CD4+ cenderung
ke arah aktivasi sel TH2 (T helper 2), yaitu aktivasi imunitas humoral (sel B).5
18
2.4. Patomekanisme Infeksi HIV/AIDS
Human Immunodeficiency virus (HIV) merupakan pathogen yang
menyerang sistem imun manusia, terutama semua sel yang memiliki penanda
CD4+ dipermukaanya seperti makrofag dan limfosit T.4
Sumber : Kumar V, Abbas AK, Aster JC. Buku ajar patologi robbins. Ed.9. Indonesia:
Elsevier. 2015. 248p.
19
kovalen ke gp41 transmembran) berikatan pada permulaan dengan molekul
CD4. Ikatan ini menyebabkan perubahan konformasi yang memaparkan situs
pengenaIan baru pada gp120 untuk koreseptor CXCR4 (sebagian besar pada
sel T) atau CCD5 (sebagian besar pada makrofag). Gp41 kemudian
mengalami perubahan konformasi yang memungkinkannya menyisip ke
dalam membran sasaran, dan proses ini mendukung fusi virus ke dalam sel.
Sesudah fusi, teras (inti) virus yang mengandungi genom HIV masuk ke
dalam sitoplasma dari sel.4
Gambar 1.2.7 Dasar molekul masuknya virus HIV dalam tuan rumah.
Sumber : Kumar V, Abbas AK, Aster JC. Buku ajar patologi robbins. Ed.9. Indonesia:
Elsevier. 2015.
20
bulan atau bertahuntahun, dan infeksi menjadi laten. Pada keadaan lain DNA
provirus mungkin mengalami transkripsi membentuk partikel virus lengkap
yang membentuk tunas dari membran sel. Infeksi produktif semacam itu, terkait
dengan pembentukan tunas virus yang ekstensif, menyebabkan kematian sel.
Penting untuk diperhatikan, walaupun HIV-1 dapat menginfeksi sel T yang
sedang istirahat, permulaan dari transkripsi DNA provirus (diikuti infeksi
produktif) hanya terjadi apabila sel yang terinfeksi diaktifkan oleh pajanan
terhadap antigen atau sitokin. Jadi, dalam interaksi yang kejam, reaksi fisiologis
terhadap infeksi dan stimulus lain, mendukung kematian sel T yang terinfeksi
HIV.4
Sumber: Kumar V, Abbas AK, Aster JC. Buku ajar patologi robbins. Ed.9. Indonesia:
Elsevier. 2015. 253p.
21
Mekanisme utama dari kehilangan sei T CD4+ adalah infeksi HIV yang
berakibat lisis sel, dan kematian sei selama replikasi virus dan produksi virion.
Seperti virus sitopatik yang lain, HIV menghancurkan fungsi sel yang cukup
untuk menyebabkan kematian sel yang terinfeksi. Di samping lisis sel langsung,
mekanisme lain mungkin menyebabkan kehilangan sel.4
a) Kehilangan asal (prekursor) sel T CD4+ yang belum matang, baik oleh
karena infeksi langsung sel progenitor timus atau oleh karena infeksi seI
aksesori yang mensekresikan sitokin yang esensial untuk pematangan
sel T CD4+. Hasilnva adalah penurunan produksi sel T CD4+ yang
matang.
b) Aktivasi kronik sel yang tidak terinfeksi oleh antigen HIV atau oleh
mikroba yang infektif yang lain mungkin menyebabkan apoptosis sel T.
Oleh karena kematian yang diinduksi oleh aktivasi dari sel yang tidak
terinfeksi, jumlah sel T yang mati mungkin jauh lebih besar daripada
jumlah sel yang terinfeksi HIV.
d) Fusi dari sel yang terinfeksi dan yang tidak terinfeksi menyebabkan
pembentukan sinsitium (sel datia). Pada biakan sel, gp120 yang terpapar
pada sel yang terinfeksi berat berikatan dengan molekul CD4 pada sel
T yang tidak terinfeksi, diikuti oleh fusi sel, penggelembungan, dan
kematian dalam waktu beberapa jam.
22
f) Sel T CD4+ yang terinfeksi mungkin dibunuh oleh CTL CD8+ yang
spesifik terhadap HIV.4
Sumber: Kumar V, Abbas AK, Aster JC. Buku ajar patologi robbins. Ed.9. Indonesia:
Elsevier.
23
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
24
membuat CD4 ini lisis.
25
DAFTAR PUSAKA
1. Abbas AK, Lichtman AH, Pillai S. Imunologi Dasar Abbas. 6th Indonesia Ed.
Elsevier Singapore; 2020. 260 P.
2. Murphy, K. Janeway’s Immunobiology. 8th Ed. Garland Science. London;
2012.
3. I Wayan Wawan, Ida Bagus Aditya Nugraha, Ketut Suardamana.
Imunodefisiensi Primer. Jurnal Medika Hutama; 2022:03(03).
4. Kumar V, Abbas AK, Aster JC. Robbins basic Pathology. 9th Ed. Philadelphia:
Elsevier; 2015.
5. Pagaya J, Que BJ. Respons imun seluler dan humoral terhadap infeksi hiv.
Jurusan biologi, fmipa universitas pattimura, fakultas kedokteran universitas
pattimura; 2018:11. 41–9 P.
vi