Anda di halaman 1dari 6

erjadinya Gerak Biasa dan Gerak Refleks

Gerak merupakan pola koordinasi yang sederhana untuk


menjelaskan hentakan impuls oleh saraf. Pada umumnya gerak terjadi secara sadar, namun
ada pula gerak yang terjadi tanpa disadari, yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar
melalui jalan panjang, yaitu dari reseptor ke saraf sensori, dibawa ke otak untuk diolah, hasil
olahan oleh otak berupa tanggapan yang dibawa oleh saraf motor sebagai perintah yang harus
dilaksanakan oleh efektor.
Gerak refleks adalah gerak yang terjadi secara cepat dan tidak disadari. Pada dasarnya
gerakan ini merupakan mekanisme untuk menghindar dari suatu keadaan yang
membahayakan.
Jika kamu menyentuh sebuah benda yang panas, reseptor- reseptor dalam kulit dirangsang dan
menimbulkan impuls dalam neuron aferen. Neuron ini merupakan bagian dari suatu saraf spinal
dan menjulur ke dalam sumsum tulang belakang, tempat neuron bersinaps dengan interneuron.
Selanjutnya, interneuron membawa impuls itu kembali melalui saraf spinal ke sekelompok otot
ekstensor panas tadi. Agar gerakan menjadi efektif, maka otot fleksor antagonistik harus
meregang, karena hal ini melibatkan pencegahan datangnya impuls-impuls ke otot-otot ini.
Dalam keadaan normal, beberapa impuls datang otot-otot ini secara terus-menerus dan
menyebabkan suatu kontraksi parsial yang disebut tonus otot. Rangsangan dan respon demikian
disebut refleks spinal, dan saluran saraf yang dilalui impuls ini disebut lung refleks.
Gerak refleks penting dalam pengaturan denyut jantung, tekanan darah, pernafasan, salivasi, dan
gerakan saluran pencernaan. Jika kamu menginjak sesuatu yang tajam atau memegang benda
panas, kamu tidak menanti sampai sakit itu dirasakan oleh otak dan kemudian setelah
mempertimbangkan, baru berbuat sesuatu. Respon kamu adalah segera dan otomatis. Kaki atau
tangan ditarik oleh gerakan refleks sebelum dirasakan sakitnya. Banyak aktivitas sehari-hari
yang lebih kompleks seperti berjalan, sebagian besar diatur oleh refleks.
Mekanisme Gerak Refleks
2.1.1 Pengertian Gerak Refleks
Refleks adalah respons otomatis terhadap stimulus tertentu yang menjalar pada rute yang
disebut lengkung refleks. Sebagian besar proses tubuh involunter (misalnya, denyut jantung,
pernapasan, aktivitas pencernaan, dan pengaturan suhu) dan respons somatis (misalnya, sentakan
akibat suatu stimulus nyeri atau sentakan pada lutut) merupakan kerja refleks.[2]

2.1.2 Lengkung Refleks


Unit dasar aktivitas refleks terpadu adalah lengkung refleks. Lengkung refleks ini
terdiri atas alat indra, neuron aferen, satu sinaps atau lebih yang umumnya terdapat di pusat
integrasi sentral, neuron eferen, dan efektor. Pada mamalia, hubungan (sninaps) antara neuron
somatik aferen dan eferen biasanya terdapat di otak atau medulla spinalis. Serat neuron aferen
masuk susunan saraf pusat melalui radiks dorsalis medulla spinalis atau melalui nervus kranialis,
sedangkan badan selnya akan terdapat di ganglion dorsalis atau di ganglion-ganglion homolog
nervi kranialis. Serat neuron eferen keluar melalui radiks ventralis atau melalui nervus cranial
yang sesuai. Kenyataan radiks dorsalis medulla spinalis bersifat sensorik dan radiks ventralis
bersifat motorik dikenal sebagai hukum Bell-Magendie. [1]
Semua lengkung (jalur refleks) terdiri dari komponen yang sama.
1. Reseptor adalah ujung distal dendrit, yang menerima stimulus.

2. Jalur aferen melintas sepanjang sebuah neuron sensorik sampai ke otak atau medulla
spinalis.
3. Bagian pusat adalah sisi sinaps, yang berlangsung dalam substansi abu-abu SSP. Impuls
dapat ditransmisi, diulang rutenya atau dihambat pada bagian ini.
4. Jalur eferen melintas disepanjang akson neuron motorik sampai ke efektor, yang akan
merespons impuls eferen sehingga menghasilkan aksi yang khas.
5. Efektor dapat berupa otot rangka, otot jantung, atau otot polos, atau kelenjar yang
merespon. [2]

Gb.1 Lengkung Refleks

2.1.3 Sifat Umum Refleks


1. Rangsangan Adekuat
Rangsangan yang memicu terjadinya refleks umumnya sangat tepat (presisi).
Rangsangan ini dinamakan rangsangan adekuat untuk refleks tersebut. Suatu contoh yang jelas
adalah refleks menggaruk pada anjing. Refleks spinal ini timsbul akibat rangsangan yang
adekuat melalui rangsangan raba linier multiple, yang misalnya karena terdapat serangga yang
merayap di kulit. Respons yang timbul adalah garukan hebat pada daerah yang terangsang
(sementara itu, ketepatan gerakan kaki yang menggaruk ke tempat yang teriritasi itu merupakan
contoh sinyal local yang baik). Bila rangsangan raba multiple itu terpisah jauh atau tidak dalam
satu garis, rangsangan yang adekuat tidak akan timbul dan tidak terjadi garukan. Lalat merayap,
tetapi juga dapat melompat dari satu tempat ke tempat lain. Lompatan ini memisahkan
rangsangan raba tersebut sehingga tidak terbentuk rangsangan adekuat untuk refleks menggaruk.
[1]

2. Jalur Bersama Akhir


Neuron motorik yang mempersarafi serabut ekstrafusal otot rangka merupakan
bagian eferen dari berbagai lengkung refleks. Seluruh pengaruh persarafan yang memengaruhi
kontraksi otot pada akhirnya akan tersalur melalui lengkung refleks ke otot tersebut, dank arena
itu dinamakan jalur bersama akhir (final common path). Sejumlah besar masukan impuls
bertemu di tempat tersebut. Memang, permukaan neuron motorik dan dendritnya rata-rata
menampung sekitar 10.000 simpul sinaps. Sedikitnya terdapat lima masukan dari segmen spinal
yang sama untuk neuron motorik spinal tertentu. Di samping yang umumnya dipancarkan
melalui interneuron, dari berbagai bagian medulla spinalis lain dan traktus descendens yang
panjang dan multipel dari otak. Seluruh jaras ini berkumpul dan menentukan aktivitas jalur
bersama akhir. [1]
3. Berbagai Keadaan Eksitasi dan Inhibisi Sentral
Istilah keadaan eksitasi sentral dan keadaan inhibisi sentral digunakan untuk
menggambarkan keadaan berkepanjangan yang memperlihatkan pengaruh eksitasi mengalahkan
pengaruh inhibisi atau sebaliknya. Bila keadaan eksitasi sentral kuat, impuls eksitasi tidak saja
menyebar ke berbagai daerah somatic medulla spinalis melainkan juga ke daerah otonom. Pada
orang yang mengalami paraplegia kronis, misalnya, rangsangan noksius yang lemah dapat
menimbulkan refleks kencing, defekasi, berkeringat, dan tekanan darah yang fluktuatif. [1]
1.

Habituasi dan Sensitisasi Respon Refleks

Kenyataan bahwa respon refleks bersifat stereotipik tidak menghilangkan


kemungkinan bahwa respons tersebut dapat berubah melalui pengalaman. [1]

2.1.4 Proses Terjadinya Gerak Refleks


Aktivitas di lengkung reflex dimulai di reseptor sensorik, berupa potensial reseptor yang
besarnya sebanding dengan kuat rangsang. Potensial reseptor membangkitkan potensial aksi
yang bersifat gagal atau tuntas disaraf aferen. Jumlah potensial aksi sebanding dengan besarnya
potensial generator. Di sistem saraf pusat terjadi respons bertahap berupa potensial pascasinaps
eksitatorik dan potensial pasca sianaps inhibitorik yang kemudian bangkit di saraf tertaut-taut
sinaps. Respon yang kemudian bangkit di saraf eferen adalah respon yang bersifat gagal atau
tuntas. Bila potensial aksi ini mencapai efektor, akan terbangkit lagi respons bertahap. Di efektor
yang berupa otot polos, responnya akan bergabung untuk kemudian mencetuskan potensial aksi
di otot polos. Tetapi bila efektornya berupa otot rangka, respons bertahap tersebut selalu cukup
besar untuk mencetuskan potensial aksi yang mampu menimbulkan kontraksi otot.
Perlu ditekankan bahwa hubungan antara neuron aferen dan eferen biasanya terdapat di
susunan saraf pusat, dan aktivitas di lengkung reflex merupakan aktivitas yang termodifikasi
oleh berbagai rangsangan yang terkumpul (konvergen) di neuron eferen. [1]

2.2 Macam-macam Gerak Refleks


Gerak refleks terdiri dari 2 macam, yaitu refleks fisiologis dan refleks patologis.
2.2.1

Refleks Fisiologis

1. a.

Refleks Somatik.

Berdasarkan jumlah neuron yang terlibat dibagi menjadi:


1. 1.

Refleks Monosinaptik (refleks renggang)

Lengkung reflex yang paling sederhana, mempunyai sinaps tunggal diantara neuron aferen dan
eferen. Hanya ada satu sinaps yang terjadi antaraneuron sensorik dan neuron motorik.
Bila otot rangka dengan persyarafan yang utuh direnggangkan, otot ini akan berkontraksi.
Respons seperti ini disebut refleks renggang. Rangsangan yang menimbulkan efek regang
adalah regangan pada otot, dan responnya adalah kontraksi otot yang diregangkan tersebut. Alat
indranya adalah kumparan otot. Impuls yang tercetus di kumparan otot dihantarkan ke SSP
(Sistem Saraf Pusat) melalui serabut saraf sensorik penghantar cepat. Impuls kemudian secara
langsung akan diteruskan ke neuron motorik yang mempersarafi otot yang teregang.
Neurotransmitter di sinaps adalah glutamate. Reflex regang merupakan reflex monosinaptik di
dalam tubuh yang paling banyak diketahui dan dipelajari. Contoh klinis:
Refleks Patella (knee jerk)
Ketukan pada tendon patella akan membangkitkan reflex patella, karena ketukan pada tendon
akan meregangkan otot kuadriceps femoris.
Ketika patella diberi ketukan secara refleks kaki akan bergerak ke depan seakan menendang.
Perubahan postur/gerak pada kaki tersebut karena adanya mekanisme pengatur postur atau gerak
pada kaki tersebut.
Perubahan postur atau gerak pada kaki tersebut karena adanya mekanisme pengatur postur yang
terdiri dari rangkaian nukleus dan berbagai struktur seperti medulla spinalis, batang otak dan
korteks serebrum. Sistem ini tidak saja berperan dalam postur statik tetapi juga bersama sistem
kortikospinalis dan kortikobulbaris, berperan dalam pencetusan dan pengendalian gerakan.
Penyesuaian postur dan gerakan volunter tidak mungkin di pisahkan secara tegas, tetapi dapat di
ketahui serangkaian refleks postur yang tidak saja mempertahankan posisi tubuh tetapi tegak dan
seimbang tapi juga penyesuaian untuk mempertahankan latar belakang postur yang stabil untuk
aktivitas volunter. Penyesuaian ini mencakup 2 refleks yaitu :
1. Refleks tatik : mencakup konstraksi menetap otot

2. Refleks fasik : melibatkan gerakan gerakan sesaat


Keduanya terintegrasi di dalam sistem saraf pusat, dari medulla spinalis sampai korteks
serebrum.
Faktor utama dalam kontrol postur adalah adanya variasi ambang refleks regang spinal, yang di
sebabkan oleh perubahan tingkat keterangsangan neuron motorik dan secara tidak langsung
merubah kecepatan lepas muatan oleh neuron eferen - ke kumparan otot. Sehingga makin keras
ketukan yang di berikan maka refleks regang yang terjadi semakin kuat dan terjadi gerak sesaat
yang lebih tegas (pada refleks patella kaki akan bergerak menendang lebih keras atau sesuai
dengan besar rangsang yang di berikan). [1]
Mekanismenya adalah:
Tendon patella diketuk > serabut tendon tertarik > otot dan serabut kumparan teregang >
mengaktifkan refleks regangan.

Gerak merupakan pola koordinasi yang sangat sederhana untuk menjelaskan penghantaran
impuls oleh saraf.

Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak yang terjadi
tanpa disadari yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang,
yaitu dari reseptor, ke saraf sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh
otak, kemudian hasil olahan oleh otak, berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motor
sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh efektor.

Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis terhadap
rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan gerakan
terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu. Contoh
gerak refleks misalnya berkedip, bersin, atau batuk.

Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu dimulai dari
reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori ke pusat saraf,
diterima oleh set saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah di dalam otak langsung
dikirim tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot atau
kelenjar. Jalan pintas ini disebut lengkung refleks. Gerak refleks dapat dibedakan
atas refleks otak bila saraf penghubung (asosiasi) berada di dalam otak, misalnya,
gerak mengedip atau mempersempit pupil bila ada sinar dan refleks sumsum tulang
belakang bila set saraf penghubung berada di dalam sumsum tulang belakang
misalnya refleks pada lutut.

Gerak Sadar dan Gerak Refleks Gerak sadar adalah gerakan yang terjadi karena proses
yang disadari. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu dari reseptor, ke saraf
sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak, kemudian hasil olahan oleh otak,
berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motor sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh
efektor. Skema gerak sadar adalah sebagai berikut: Gerak refleks merupakan gerakan yang
terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu. Gerak refleks berjalan
sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis terhadap rangsangan. Rangkaian (jalur) saraf
yang terlibat dalam aktivitas refleks disebut lengkung refleks, yaitu terdiri dari 5 komponen
dasar: (1) reseptor, (2) jalur aferen sensorik, (3) pusat pengintegrasi, (4) jalur aferen motorik, (5)
efektor. Respon merespon stimulus yang merupakan suatu perubahan atau kimia dalam
lingkungan reseptor. Dalam merespon stimulus, reseptor mengubah energi stimulus menjadi
energi bioelektrik disebut potensial reseptor yang berbentuk potensial bertingkat. Potensial
reseptor ini akan dirambatkan ke pusat pengintegrasi refleks-refleks dasar, sedangkan bagian
otak yang lebih tinggi memproses refleks yang dipelajari. Pusat pengintegrasian memproses

semua informasi yang dapat diperoleh dari reseptor tersebut termasuk semua informasi dari input
lain, kemudian membuat suatu keputusan tentan respon yang sesuai. Instruksi dari pusat
pengintegrasi diteruskan melalui lintasan eferen ke efektor (suatu otot atau kelenjar) yang
melaksanakan respon yang diinginkan. Berikut adalah macam-macam gerak refleks berdasarkan
pengklasifikasiannya, antara lain: a. Gerak Refleks Berdasarkan Prosesnya (dipelajari/tidak
dipelajari). Terdapat dua tipe refleks menurut prosesnya, yaitu: Refleks sederhana atau refleks
dasar: refleks yang menyatu tanpa dipelajari, seperti mengedipkan mata pada saat ada benda
yang menuju ke arahnya. Refleks yang dipelajari atau dikondisikan: refleks yang dihasilkan dari
berbuat dan belajar, seperti membelokkan mobil kalau mau menabrak benda. Kita mengerjakan
hal tersebut secara otomatis, tetapi hanya setelah banyak berlatih secara sadar. b. Gerak Refleks
Berdasarkan Pusat Pengintegrasinya. Terdapat dua tipe refleks menurut pusat pengintegrasinya,
yaitu: Refleks Kranial: refleks yang diintegrasikan oleh otak. Semua komponen yang diperlukan
untuk menyambung input aferen ke respon aferen pada otak. Contoh: refleks mengedipkan mata.
Refleks Spinal: refleks yang diintegrasikan oleh sumsum tulang belakang, semua komponen
yang diperlukan untuk menyambung input aferen ke respon aferen berada dalam sumsum tulang
belakang. c. Gerak Refleks Berdasarkan Jumlah sinaps dalam lengkung refleksnya. Terdapat dua
tipe refleks menurut jumlah sinapsnya, yaitu: Refleks Monoseptik: refleks yang melibatkan satu
sinaps. Contoh: refleks regangan pada patela yang melibatkan satu sinaps, yaitu antara neuron
aferen yang berasal dari reseptor regangan dalam otot kerangka, yang bersinapsis dengan neuron
eferen untuk otot rangka yang sama. Contoh salah satu gerak refleks monosinaptik adalah ketika
kaki kita meregang. Mekanisme Gerak Refleks Monosinaptik dapat diskemakan sebagai berikut:
Refleks Polisinaptik: refleks yang melibatkan banyak sinaps. Contoh: refleks menarik tangan
ketika terkena api. Mekanisme Gerak Refleks Polisinaptik dapat diskemakan sebagai berikut:
Refleks menarik diri dapat dijelaskan sebagai berikut: Stimulus panas yang mengenai jari, oleh
reseptor panas akan diubah menjadi potensial aksi yang akan dirambatkan melalui saraf aferen
masuk ke sumsum tulang belakang. Saraf aferen bersinapsis dengan beberapa interneuron dan
akan terjadi rangkaian peristiwa, sebagai berikut ini: 1) Potensial aksi akan menstimulus
beberapa saraf interneuron yang pada gilirannya menstimulus saraf eferen motorik yang
menginervasi triseps, suatu oto ekstensor pada persendian siku. Akibat dari konstraksi triseps
maka tangan tertarik dari benda panas tersebut. 2) Potensial aksi pada saat yang sama juga
menstimulus interneuron lain, yang pada gilirannya menghambat neuron eferen yang
menginervasi biseps, sehingga biseps tidak berkontraksi. Biseps adalah otot-otot pada lengan
atas yang menggerakkan lengan bawah sehingga siku lebih menekuk (menutup). Jika triseps
sedang berkontaksi membuka lengan bawah, ini akan diimbangi oleh relaksasi dari biseps. Tipe
hubungan saraf yang melibatkan stimulasi saraf yang menginervasi satu otot dan secara bersamasama melakukan penghambatan pada otot antagonisnya diketahui sebagai inervasi resiprokal. 3)
Potensial aksi juga stimulus interneuron yang lain lagi yang membawa sinyal ke atas ke otak
melalui jalur naik. Pada impuls mencapai daerah korteks sensori otak, maka orang yang
bersangkutan merasa sakit dan menyadari apa yang sedang terjadi. Juga bila impuls mencapai
otak, maka informasi dapat disimpan sebagai memori, dan seseorang dapat mulai berpikir
tentang situasi yang terjadi, apa yang harus dilakukan untuk menghindari kejadian yang sama,
dsb.

Saat tangan kita tersengat api, otomatis kita akan menarik tangan dari sumber
sengatan tersebut dengan sangat cepat. Inilah yang dinamakan gerak refleks, yaitu
suatu gerakan yang diperlihatkan seseorang untuk mempertahankan atau melindungi
tubuh dari kemungkinan kemungkinan cacat, cidera, luka dan lain lain (Sobur,A,
2003). Saat menerima rangsangan yang sifatnya darurat atau membahayakan tubuh,
teryata implus atau rangsangannya tidak dibawa ke otak sebagai pusat kesadaran,
akan tetapi hanya sampai pada sumsum tulang belakang. Kenapa rangasangan ini
tidak direspon oleh otak ? Bagaimana alur terjarjadinya gerak refleks tersebut? Adakah
perbedaan fungsi antara kerja otak dengan sumsum tulang belakang?
Rangsangan pada gerak refleks tidak ditanggapi oleh otak layaknya gerak
gerak biasa yang kita lakukan sehari hari, ini dikarenakan gerakan tersebut digunakan
untuk melindungi tubuh yang sifatnya berbahaya dan terjadi sangat cepat sekali. Jadi
jika respon tersebut masih harus diolah di otak, akan menyebabkan sesuatu yang buruk
terjadi pada tubuh kita. Analisis dari contoh tangan yang tekena sengatan api tadi, bila
otak masih harus membuat keputusan antara dihindari atau tidak, sedangkan api itu
sudah akan membakar tangan kita. Untuk itu sistem saraf yang menangani gerak
refleks adalah sumsum tulang belakang, sedangkan otak berfungsi untuk koordinasi
tubuh

yang utama . Gerak refleks biasanya terjadi sangat cepat sekali sehingga

gerakannya kadang tidak disadari oleh otak.


Adapun alur yang tejadi pada gerak refleks ialah rangsang yang diterima oleh
reseptor atau alat indera (dari contoh tadi berupa sengatan api) dibawa oleh sel saraf
sensorik ke sumsum tulang belakang untuk diproses dan respon tadi diteruskan oleh
sel saraf motori ke otot untuk melakukan reaksi ( berupa gerakan menarik tangan
dengan cepat). Bila digambarkan secara sederhana sebagai berikut:
Rangsangan ---> Sel saraf sensorik ---> Sumsum tulang belakang ---> Sel saraf motorik
---> Otot (Wilarso, J & Zaipudin, n.d)
Gerak merupakan aktivitas yang tak pernah terlupakan oleh kita, dan dalam
prosesnya

dikendalikan oleh sistem saraf, dengan cara menerima rangsang,

mengirimkan impuls ke pusat saraf kemudian memberi tanggapan atau respon yang
akan dilakukan oleh otot ataupun kelenjar (Wilarso, J & Zaipudin, n.d). Gerakan
dibedakan menjadi dua yaitu gerak biasa dan gerak refleks. Kedua gerakan ini diatur
oleh dua sistem saraf pusat yang berbeda pula. Pada gerak biasa diatur oleh otak
(sebagai pusat kesadaran) sedang pada gerak refleks diatur oleh sumsum tulang
belakang.

Anda mungkin juga menyukai