Aktivitas di lengkung reflex dimulai di reseptor sensorik, berupa potensial reseptor yang
besarnya sebanding dengan kuat rangsang. Potensial reseptor membangkitkan potensial aksi
yang bersifat gagal atau tuntas disaraf aferen. Jumlah potensial aksi sebanding dengan besarnya
potensial generator. Di sistem saraf pusat terjadi respons bertahap berupa potensial pascasinaps
eksitatorik dan potensial pasca sianaps inhibitorik yang kemudian bangkit di saraf tertaut-taut
sinaps. Respon yang kemudian bangkit di saraf eferen adalah respon yang bersifat gagal atau
tuntas. Bila potensial aksi ini mencapai efektor, akan terbangkit lagi respons bertahap. Di efektor
yang berupa otot polos, responnya akan bergabung untuk kemudian mencetuskan potensial aksi
di otot polos. Tetapi bila efektornya berupa otot rangka, respons bertahap tersebut selalu cukup
besar untuk mencetuskan potensial aksi yang mampu menimbulkan kontraksi otot.
Perlu ditekankan bahwa hubungan antara neuron aferen dan eferen biasanya terdapat di
susunan saraf pusat, dan aktivitas di lengkung reflex merupakan aktivitas yang termodifikasi
oleh berbagai rangsangan yang terkumpul (konvergen) di neuron eferen. [1]
Refleks Fisiologis
1. a.
Refleks Somatik.
Lengkung reflex yang paling sederhana, mempunyai sinaps tunggal diantara neuron aferen dan
eferen. Hanya ada satu sinaps yang terjadi antaraneuron sensorik dan neuron motorik.
Bila otot rangka dengan persyarafan yang utuh direnggangkan, otot ini akan berkontraksi.
Respons seperti ini disebut refleks renggang. Rangsangan yang menimbulkan efek regang
adalah regangan pada otot, dan responnya adalah kontraksi otot yang diregangkan tersebut. Alat
indranya adalah kumparan otot. Impuls yang tercetus di kumparan otot dihantarkan ke SSP
(Sistem Saraf Pusat) melalui serabut saraf sensorik penghantar cepat. Impuls kemudian secara
langsung akan diteruskan ke neuron motorik yang mempersarafi otot yang teregang.
Neurotransmitter di sinaps adalah glutamate. Reflex regang merupakan reflex monosinaptik di
dalam tubuh yang paling banyak diketahui dan dipelajari. Contoh klinis:
Refleks Patella (knee jerk)
Ketukan pada tendon patella akan membangkitkan reflex patella, karena ketukan pada tendon
akan meregangkan otot kuadriceps femoris.
Ketika patella diberi ketukan secara refleks kaki akan bergerak ke depan seakan menendang.
Perubahan postur/gerak pada kaki tersebut karena adanya mekanisme pengatur postur atau gerak
pada kaki tersebut.
Perubahan postur atau gerak pada kaki tersebut karena adanya mekanisme pengatur postur yang
terdiri dari rangkaian nukleus dan berbagai struktur seperti medulla spinalis, batang otak dan
korteks serebrum. Sistem ini tidak saja berperan dalam postur statik tetapi juga bersama sistem
kortikospinalis dan kortikobulbaris, berperan dalam pencetusan dan pengendalian gerakan.
Penyesuaian postur dan gerakan volunter tidak mungkin di pisahkan secara tegas, tetapi dapat di
ketahui serangkaian refleks postur yang tidak saja mempertahankan posisi tubuh tetapi tegak dan
seimbang tapi juga penyesuaian untuk mempertahankan latar belakang postur yang stabil untuk
aktivitas volunter. Penyesuaian ini mencakup 2 refleks yaitu :
1. Refleks tatik : mencakup konstraksi menetap otot
2. Refleks fasik : melibatkan gerakan gerakan sesaat
Keduanya terintegrasi di dalam sistem saraf pusat, dari medulla spinalis sampai korteks
serebrum.
Faktor utama dalam kontrol postur adalah adanya variasi ambang refleks regang spinal, yang di
sebabkan oleh perubahan tingkat keterangsangan neuron motorik dan secara tidak langsung
merubah kecepatan lepas muatan oleh neuron eferen - ke kumparan otot. Sehingga makin keras
ketukan yang di berikan maka refleks regang yang terjadi semakin kuat dan terjadi gerak sesaat
yang lebih tegas (pada refleks patella kaki akan bergerak menendang lebih keras atau sesuai
dengan besar rangsang yang di berikan). [1]
Mekanismenya adalah:
Tendon patella diketuk > serabut tendon tertarik > otot dan serabut kumparan teregang >
mengaktifkan refleks regangan.
1. 2.
Lengkung refleks yang mempunyai lebih dari satu interneuron diantara neuron aferen dan eferen
dan jumlah sarafnya beragam antara dua sampai beberapa ratus.
Refleks menarik diri merupakan jawaban terhadap rangsangan noxius dan biasanya rangsangan
nyeri di kulit atau jaringan subkutan serta otot. Respon yang timbul adalah kontraksi otot flexor
dan penghambatan otot ekstensor sehingga bagian yang terangsang mengalami fleksi dan
menarik diri dari rangsangan tersebut. Bila diberikan rangsangan yang kuat pada ekstremitas,
respon yang timbul bukan hanya berupa fleksi dan menarik diri pada ekstremitas tersebut,
melainkan juga ekstensi pada ekstremitas kontralateral. Respon ekstensor silang ini merupakan
refleks menarik diri. Pada dasarnya adalah refleks potensi untuk menjauhi rangsangan yang
membahayakan artinya refleks untuk menghindari sesuatu yang tidak menyenangkan atau
membahayakan.
Gb. 3 Diagram hubungan polisinaps antara neuron aferen dan eferen di medulla spinalis
Refleks Otonomik
Contoh Klinis
1. Refleks batuk
Refleks batuk penting sekali bagi kehidupan, karena batuk merupakan cara dengan mana saluran
udara paru-paru dipertahankan bebas dari benda asing.
Bronkus dan trakea sedemikian peka sehingga benda asing apapun atau sebab iritasi lain
menimbulkan refleks batuk. Larink dan karina sangat peka, dan bronkiolus terminalis serta
alveolus terutama peka terhadap rangsnag kimia korosif seperti gas sulfur dioksida dan klor.
Impuls aferen dari saluran pernapasan terutama berjalan melalui nervus vagus ke medulla
oblongata. Di sana, suatu rangkaian peristiwa otomatis digerakkan oleh sirkuit neuron medulla
oblongata, sehingga menyebabkan efek-efek sebagai berikut: pertama, kira-kira 2,5 L udara
dihirup. Kedua, epiglottis menutup, dan pita suara menutup erat untuk menjerat udara di dalam
paru-paru. Ketiga, otot peut berkontraksi dengan kuat. Sebagai akibatnya tekanan di dalam paruparu meningkat menjadi 100 mmHg atau lebih. Keempat, pita suara dan epiglottis tiba-tiba
terbuka lebar sehingga udara bertekanan tinggi di dalam paru-paru meletus keluar. [3]
1. Refleks bersin
Rangsang yang memulai refleks bersin adalah iritasi pada saluran hidung, impuls aferennya
berjalan di dalam saraf kelima ke medulla oblongata dimana refleks ini digerakkan. Terjadi
serangkaian reaksi yang mirip dengan yang terjadi pada refleks batuk, tetapi uvula tertekan
sehingga sejumlah besar udara mengalir dengan cepat melalui hidung, dan juga melalui mulut
sehingga membantu membersihkan saluran hidung dari benda asing. [3]
2.2.2
Refleks Patologis
Refleks patologis adalah refleks refleks yang tidak dapat di bangkitkan pada orang sehat,
kecuali pada bayi dan anak kecil. Refleks refleks patologis sebagian besar bersifat refleks
dalam dan sebagian lainnya bersifat refleks superfisial. Reaksi yang di perlihatkan oleh refleks
patologis sebagian besar adalah sama tetapi mempunyai nama bermacam macam karena di
bangkitkan dengan cara yang berbeda beda. Contoh klinis:
Refleks Babinski
Lakukan goresan di ujung palu refleks pada telapak kaki pasien. Goresan di mulai pada tumit
menuju ke atas dengan menyusuri bagian lateral telapak kaki, setelah sampai pada pangkal
kelingking, goresan di belokan ke medial sampai akhir pada pangkal jempol kaki. Refleks
babinski positif jika ada respon dorsofleksi ibu jari yang di sertai pemekaran jari jari yang lain.
Kerusakan traktus kortikospinalis lateral pada manusia menimbulkan tanda babinski; fleksi
dorsal jempol kaki dan mekarnya jari-jari kaki lainnya sewaktu bagian lateral telapak kaki
digores. Kecuali pada bayi, respon normal terhadap rangsangan ini adalak fleksor plantar semua
jari kaki. Tanda babinski dianggap merupakan refleks menarik pada fleksor yang secara normal
ditahan oleh sistem kortikospinalis lateral. Tanda ini berguna dalam mencari tempat proses
penyakit, tetapi makna fisiologisnya tidak diketahui. [1]
BAB III
PENUTUP
Refleks adalah respon motorik sederhana, involunter, stereotipik, terpogram, terhadap stimuli
sensorik spesifik. Refleks dioperasikan melalui arkus (lengkung) refleks. Sebuah lengkung
refleks terdiri atas (1) reseptor sensori yang menterjemahkan stimuli, (2) serabut sensori aferen,
yang masuk medulla spinalis melalui akar dorsal, membawa sinya ke SSP, (3) pusat integrasi
(sinap dan interneuron), yang menganalisis masukan sensori, membawa sinyal ke neuron
motorik. Serabut neuron motorik terdiri atas jaras eferen dari lengkung tersebut mmedula
spinalis melalui (akar ventral), menginervasi otot skelet (5) (efektor).
Gerak refleks dibedakan menjadi dua, yaitu refleks fisiologi dan refleks patologis. Refleks
fisiologis dibagi menjadi refleks somatis dan otonom. Berdasarkan jumlah neuronnya refleks
somatis dibedakan menjadi refleks monosinaptik dan polisinaptik