Kelarutan :
konsentrasi solut dalam larutan jenuh pada suhu tertentu.
Momen dipol (µ) merupakan jumlah vektor dari momen ikatan dan momen pasangan elektron bebas dalam suatu
molekul. Molekul dikatakan bersifat polar jika memiliki µ > 0 atau µ ≠ 0 dan dikatakan bersifat nonpolar jika
memiliki µ = 0
Ikatan
hidrogen
Mekanisme solven polar:
(a) Solven polar dengan tetapan dielektrik yang tinggi, menurunkan gaya atraksi antara ion
bermuatan berlawanan dalam kristal mis. NaCl.
(b) Solven polar memutuskan ikatan kovalen elektrolit kuat dengan reaksi asam-basa. Terjadinya
ionisasi HCl oleh air:
HCl + H2O H3 O+ + Cl-
(c) Solven polar mampu mensolvat molekul dan ion melalui gaya interaksi dipol, khususnya
pembentukan ikatan hidrogen, yang menyebabkan kelarutan zat.
5
Solven Nonpolar
Temperatur
Polaritas Pelarut
pH Larutan
Ukuran Partikel
Ukuran Molekul
Polimorfisme
PENGARUH TEMPERATUR
Pada konsentrasi rendah dalam larutan berada pada permukaan atau antar
muka larutan dan memberikan efek penurunan tegangan permukaan.
Pada konsentrasi di atas Konsentrasi Misel Kritis (KMK) membentuk
misel (agregat kolidal) yang berperan dalam proses solubilisasi
miselar.
PENGARUH PENAMBAHAN ZAT LAIN (Lanj.)
Solubilisasi Miselar
Suatu pelarutan spontan yang terjadi pada molekul zat yang
sukar larut dalam air melalui interaksi yang reversibel dengan
misel dari surfaktan dalam larutan sehingga terbentuk suatu
larutan yang stabil secara termodinamika
Syarat: konsentrasi surfaktan ≥ KMK
Pengaruh surfaktan
DT* (D)
Ka H DT
1 M
H + K'K K"
a
H+ DT*
Ka H +
DT* adalah kelarutan obat total dalam larutan pada pH tertentu dan tanpa
adanya surfaktan; (D) konsentrasi asam tak terionisasi; DT adalah Kelarutan
total obat dengan adanya surfaktan; (M) adalah fraksi volume surfaktan yang
berada dalam bentuk misel; K’ adalah koefisien partisi molekul obat; K” adalah
koefisien partisi bentuk anion.
Basa lemah:
H DT K a K'H K"
D D T * K a D D T * 1 M
Ka H
a
K H
DT * K a H
(D) adalah asam bebas tidak dalam misel; (D+ ) adalah asam kationik yang
berkonjugasi terhadap molekul basa, tidak dalam misel.
Contoh:
Hitunglah kelarutan sulfisoxazol pada 250 C dalam : (a) dapar pH 6,0
dan (b) dapar pH 6,0 mengandung 4% volume (= 0,04 fraksi volume)
polisorbat 80 (Tween 80). Kelarutan sulfisoxazol tak terionkan dalam
air adalah 0,15 g/l pada suhu itu, harga Ka =7,60 10-6 dan harga K’
=79, K” = 15.
(a) Kelarutan obat total pada pH 6 tanpa surfaktan :
DT* 0,15
7 ,6 106 1,0 106 1,29 g / l
1,0 10 6
(b) Kelarutan total sulfisoxazol dalam pH 6 dengan adanya 4%
Tween 80:
1,0 106 79 7 ,6 106 15
DT 1,291 0,04 2 ,45 g / l
7 ,6 10
6 1,0 106
Kelarutan basa prokain dalam air pada 250 C adalah 5 g/l, harga Ka =
1,4 10-9, harga koefisien partisi untuk molekul basa , K’ = 30, untuk
asam kationik K” = 7,0. Hitunglah kelarutan prokain dalam dapar pH
7,40 yang mengandung 3% (b/v) polisorbat 80.
(a) Pers.
DT* D
5,01,4 10 3,98 10 147 ,2 g / l
Ka H + 9 8
Ka
1,4 109
Artinya fraksi 0,81 prokain berada dalam fase air, sisanya, 0,19,
terletak dalam misel.
PENGARUH pH
Kelarutan senyawa yang terionisasi dalam air sangat dipengaruhi oleh pH,
sedangkan kelarutan senyawa non elektrolit yang tidak terionisasi dalam
air hanya sedikit dipengaruhi oleh pH.
Untuk senyawa yang terionisasi (elektrolit) seperti asam karboksilat (HA)
kelarutan merupakan fungsi dari pH.
Peningkatan pH dapat meningkatkan kelarutan senyawa asam lemah, dan
penurunan pH dapat meningkatkan kelarutan senyawa basa lemah
Penentuan pH optimum, untuk menjamin larutan yang jernih dan
kefektifan terapi yang maksimum
Contoh: Asam salisilat, Atropin Sulfat, tetrakain HCl, Sulfonamida, Fenobarbital Na
PENGARUH pH (Lanj.)
Pengaruh pH
Pada senyawa elektrolit
PENGARUH POLARITAS PELARUT
Kosolvensi merupakan
suatu fenomena dengan zat
terlarut memiliki kalarutan
yang lebih besar dalam
campuran pelarut
dibandingkan dalam satu
jenis pelarut.
Kosolvent adalah pelarut
yang digunakan dalam
kombinasi untuk
meningkatkan kelarutan
solut.
PENGARUH UKURAN PARTIKEL
Contoh:
Suatu zat padat dihaluskan sedemikian rupa agar kelarutannya naik
10%, yaitu s/s0 =1,10. Berapa seharusnya ukuran partikel akhir,
anggap tegangan permukaan zat padat = 100 dyne/cm, dan volume
per mol = 50 cm3 dan suhu 27 C0.
2 100 50
r 4,2 10 6 cm 0,042cm
2,303 8,314 107 300 0,0414
PENGARUH UKURAN MOLEKUL
H f
T0 T
log X i
2.303 R
2
T0T
X2i adalah kelarutan ideal solut dinyatakan dalam fraksi mol, T0 adalah titik
leleh solut padat dalam derajat mutlak.
Persamaan di atas dapat pula dituliskan:
H f 1
log X2 i konstanta
2 ,303RT
R= 1,987 kal derajat-1 mol-1
Contoh:
1000X 2
m
M 1 1 X 2
Larutan Nonideal
H f T - T
log a 2 log X 2 i 0
2,303R TT 0
H f T0 - T
log X 2 log 2
2,303R TT 0
Suku log 2 pada pers.: pertimbangan gaya atraksi intermolekular yang harus diatasi, atau usaha
(kerja) yang harus dilakukan dalam memindahkan molekul dari fase solut (zat terlarut) dan
menyimpannya dalam solven (pelarut).
Proses pemindahan molekul tersebut terjadi dalam 3 tahap:
Lubang dalam solven sekarang tertutup dan terjadi tambahan penurunan energi, -w12 ,
bersangkutan dengan usaha neto dalam langkah terakhir ini adalah -2 w12 .
w
1 / 2 2 V2 1
2
V21 2
w22
1 /2
ln 2 w11 2w11w22 1/ 2
w22 ln 2 11
RT RT
Suku (w)1/2 disebut parameter kelarutan dan digambarkan dengan lambang 1
untuk solven dan 2 untuk solut. 2
V 2 1
2
log 2 (1 2 )
2,303RT
ΔH f T0 - T V2 φ1 2
Persamaan Kelarutan: - log X 2 + (δ 1 δ 2 ) 2
2,303RT T0 2,303RT
1/ 2
Hv RT Hv : kalor uap, Vl : volume molar senyawa cairan
Vl pada suhu tertentu, R : tetapan gas, T : suhu absolut.
(a) Hitunglah parameter kelarutan iodum; (b) tentukan fraksi mol dan kelarutan
molal iodum dalam karbon disulfida pada 250 C; (c) berapa koefisien aktivitas
solut dalam larutan? Kalor uap iodum cair diekstrapolasikan pada 250 C adalah
11493 kal/mol, kalor lebur rata-rata Hf , adalah 3600 kal pada 250 C, titik leleh
iodum adalah 1130 C, dan volume molarnya V2 adalah 59 cm3 pada 250 C.
Parameter kelarutan karbon disulfida adalah 10.
1/ 2
11493 1,987 298,2
(a) 13,6
59
(b) Mula-mula X2 dihitung dengan menganggap 12 = 1 (larutan encer)
Hukum Henry :
C2 = p
C2 :konsentrasi gas terlarut dalam gram/L solven, p : tekanan parsial gas tak terlarut dalam mm, dan : koefisien kelarutan
Kelarutan gas dalam cairan dapat dinyatakan oleh atau oleh koefisien serapan Bunsen α. (volume
gas dalam liter yang larut dalam 1 liter solven pada tekananparsial1 atm, suhutertentu:
𝑉𝑔𝑎𝑠 𝑆𝑇𝑃
= 𝛼𝜌
𝑉 𝑙𝑎𝑟
Koefisien Bunsen untuk beberapa gas dalam air pada 00 dan 250 C
Contoh:
Bila 0,0160 g oksigen dilarutkan dalam 1 liter air pada dan 250 C dan pada
tekanan oksigen 300 mm Hg. Hitunglah (a) dan (b)
(a)
C2 (g / l) 0,0160
5,33 105
p (mm Hg) 300
0,0160
0,08205 273,15
(b) V = nRT/p 32
Vgas,STP 0,0112
1 atm1
C1
K
C2
•K : rasio distribusi, koefisien distribusi, atau koefisien partisi
•C1 konsentrasi kesetimbangan zat dalam solven 1,
•C2 konsentrasi zat dalam solven2
• Contoh:
• Distribusi asam borat dalam air dan amil alkohol pada 250 C, menunjukkan konsentrasi asam borat dalam air
= 0,0510 mol/l dan dalam amil alkohol = 0,0155 mol/l. Hitung koefisien distribusinya!
HAn n(HA)
Molekul Efek asosiasi dan ionisasi thd distribusi
Ion
Apperent Coeffisien Distribution/Koefisien Distribusi Nyata
• Wn = W [KV1/(KV1 + V2)]n
Ektraksi Berulang
Contoh soal:
Koefisien distribusi iodine antara air dan CCl4 pada 25o C (K = H2O/CCl4 = 0.012). Berapa gram iodine
terekstraksi dari larutan iodine dalam air yang mengandung 0.1 gram dalam 50 ml dengan sekali
ekstraksi menggunakan 10 ml CCl4? Berapa banyak terekstraksi jika dilakukan 2x ekstraksi masing-
masing dengan 5 ml CCl4
Reference
• Patrick J. Sinko, Martin’s Physical Pharmacy and Pharmaceutical
Sciences, fifth ed. Lippincott Williams&Wilkins 2006.
• Patrick J. Sinko, Martin Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika, ed. 5.
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 2006
• Martin. Physical Pharmacy ed. 3 atau 4
• Terjemahan Martin: Farmasi Fisika ed 3.
UI Press, 1996
Terima kasih