Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

FARMAKOGNOSI

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

PERTEMUAN 1 S/d 7

DIBUAT OLEH :

Ahmed Aprima Egbar (191148201106)

Alberta Intan (191148201064)

Anastasia Tiara (191148201065)

DOSEN PENGAMPU :

Sister Sianturi, S.Si.,M.Si.

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

STIKES DIRGAHAYU SAMARINDA

TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Praktikum : Laporan Lengkap Praktikum Farmakognosi Pertemuan 1 s/d 7

Nama : 1. Ahmed Aprima Egbar (191148201106)

2. Alberta Intan (191148201064)

3. Anastasia Tiara (191148201065)

Telah disetujui dan disahkan pada :

Hari : Senin

Tanggal : 05 Juli 2021

Mengetahui,

Mahasiswa Dosen Pengampu

Ahmed Aprima Egbar Sister Sianturi, S.Si.,M.Si.

Nim:191148201106

Mahasiswa Mahasiswa

Alberta Intan Anastasia Tiara


Nim:191148201064 Nim:191148201065

DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan..........................................................................................................

Daftar isi.............................................................................................................................

I. Isi Laporan......................................................................................................................

Materi Pertemuan 1.............................................................................................................

Materi Pertemuan 2.............................................................................................................

Materi Pertemuan 3.............................................................................................................

Materi Pertemuan 4.............................................................................................................

Materi Pertemuan 5.............................................................................................................

Materi Pertemuan 6.............................................................................................................

Materi Pertemuan 7.............................................................................................................

Daftar Pustaka...............................................................................................

Materi I
PENGAMATAN SITOLOGI TUMBUHAN : PENGAMATAN ISI SEL,
PROTOPLASMA, DINDING SEL, DAN PLASMOLISIS

I.Tujuan :

1. Mengetahui cara mengamati objek dengan menggunakan mikroskop


2. Memahami cara pembuatan preparat tumbuhan
3. Mengetahui anatomi sel tumbuhan
4. Mengetahui jenis sel hidup, sel mati, benda protoplasmik, dan dinding sel tumbuhan
5. Mengetahui Proses plasmolisis pada tumbuhan

II.Tinjauan Pustaka

Sel adalah structural terkecil dan fungsional dari suatu makhluk hidup yang secara
independen mampu melakukan metabolisme, reproduksi dan kegiatan kehidupan lainnya
yang menunjang kelangsungan hidup sel itu sendiri. Suatu sel dikatakan hidup apabila sel
tersebut masih menunjukkan ciri-ciri kehidupan antara lain melakukan aktivitas metabolisme,
mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungannya, peka terhadap rangsang, dan ciri hidup
lainnya. Suatu sel hidup harus memiliki protoplas, yaitu bagian sel yang ada di bagian dalam
dinding sel. Protoplas dibedakan atas komponen protoplasma dan non protoplasma.
Komponen protoplasma yaitu terdiri atas membran sel, inti sel, dan sitoplasma (terdiri dari
organel-organel hidup). Komponen non protoplasma dapat pula disebut sebagai benda
ergastik. (Subandi, 2008)

Sel hanya berupa ruangan kosong saja. Sel mati sendiri asalnya dari sel hidup. Sel menjadi
mati disebabkan karena berbagai faktor, misalnya faktor genetik maupun faktor  lingkungan.
Sedangkan yang akan dibahas dalam praktikum ini adalah sel hidup dan sel mati karena
faktor  genetik, maksudnya sel tersebut mati karena telah mencapai umur yang memang telah
ditentukan secara genetik. Zeny, 2003

Pada sel mati tidak dijumpai adanya organel-organel, di dalam sel hanya berupa ruangan
kosong saja. Sel mati sendiri asalnya dari sel hidup. Sel menjadi mati disebabkan karena
berbagai faktor, misalnya faktor genetik maupun faktor lingkungan. sel mati karena faktor
genetik disebabkan sel telah mencapai umur yang memang telah ditentukan secara genetik.
Sel-sel tersebut memang dalam perkembangannya terspesialisasi untuk menjadi suatu sel
mati, yang memiliki fungsi tertentu dalam bagi tumbuhan. Misalnya, sel-sel xilem-xilem
yang akan bersifat mati secara khusus berguna untuk pengangkutan unsur mineral dari dalam
tanah ke daun. (Umar, 2010)

Mikroskop merupakan alat utama yang digunakan dilaboratorium farmakognosi. Dengan


bantuan mikroskop kita dapat mengamati isi sel yang tidak dapat dilihat dengan mata
telanjang. Mikroskop berfungsi untuk membesarkan benda yang dilihat sehingga
memudahkan kita untuk mengamati benda yang renik. Mikroskop merupakan alat bantu yang
memungkinkan kita untuk mengamati objek yang berukuran sangat kecil.

Hal ini membantu memacahkan persoalan manusia tentang organisme yang berukuran kecil.
(Widyatmoko,2008)
Antonie van Leeuwenhoek adalah orang yang mempelopori adanya mikroskop yang dapat
digunakan untuk mengamati mikroorganisme. Mikroskop yang dibuat masih sederhana
karena hanya memiliki satu lensa bikonveks. Pada tahun 1680,Roobert Hooke menggunakan
mikroskop majemuk untuk merumut atau melacak gambar sel dan hewan kecil secara rinci.
(Saktiyono, 2007)

Ada dua jenis mikroskop yaitu mikroskop cahaya dan mikroskop elektron.Mikroskop cahaya
menggunakan cahaya matahari atau lampu untuk melihat objek. Sedangkan mikroskop
elektron menggunakan berkas elektron sebagai pengganti gelombang cahaya untuk
memperoleh bayangan. (Saktiyono, 2007)

Mikroskop juga dapat digunakan untuk mengamati sitologi suatu sel. Sel berasal dari istilah
cellula yang pertama kali digunakan oleh Roobert Hooke berdasarkan penemuannya
mengamati sel gabus. Sel gabus terlihat seperti ruang kecil yang dibatasi oleh dinding sel.
Setelah penemuan sel ini, berkembanglah teori-teori mengenai sel, seperti sel merupakan unit
struktural terkecil dalam makhluk hidup, sel merupakan kesatuan fungsional kehidupan.
(Retnaningati dan Hidayat,2012)

Sitologi tumbuhan merupakan ilmu yang mempelajari bentuk, susunan, sifat-sifat fisik dan
kimia sel, serta perkembangan dinding selnya. Sel tumbuhan didefinisikan sebagai unit dasar
yang universal dari suatu struktur organik. Struktur yang membedakan sel tumbuhan dan sel
hewan ialah keberadaan dinding sel yang merupakan lapisan terluar sel yang berbatasan
dengan membran plasma. Dinding sel akan memberikan bentuk sel tumbuhan. Isi sel yang
satu dengan yang lainnya dipisahkan oleh keberadaan dinding sel. Pada tumbuhan tingkat
tinggi terdapat berbagai macam sel dengan variasi. (Setiowati, 2007)

STRUKTUR SEL DAN FUNGSI SEL

1. Dinding Sel

Dinding sel hanya terdapat pada sel tumbuhan. dinding sel terdiri dari Selulosa yang kuat
yang dapat memberikan sokongan, perlindungan, dan untuk mengekalkan bentuk sel. terdapat
liang pada dinding sel untuk membenarkan pertukaran bahan di luar dengan  bahan di dalam
sel. dindimg sel juga berfungsi untuk menyokong tumbuhan yang tidak   berkayu. dinding sel
terdiri dari 3 Selulosa (sebagian besar), semiselulosa, Pektin, lignin, kitin, garam karbonat,
dan silikat dari Ca(kalsium) dan Mg (Magnesium).

2. Nukleus  

Nukleus atau inti sel adalah organel yang di temukan pada sel eukariotik. organel ini
mengandung sebagian besar materi genetik sel dengan bentuk molekul DNA linear   panjang
yang membentuk kromosom bersama dengan jenis protein seperti histon. Fungsi utama
Nukleus adalah untuk menjaga integritas gen-gen tersebut dan mengontrol aktivitas sel
dengan mengelola eksresi gen. Selain itu juga berfungsi untuk  mengorganisasikan gen saat
terjadi pembelahan sel, memproduksi mRNA, sebagai tempat sintesis ribosom, tempat
terjadinya replikasi dan transkipsi dari DNA serta mengatur kapan dan di mana ekskresi gen
harus dimulai, dijalankan, dan di akhiri. Serta struktur sel yang lainnya beserta dengan
fungsinya.

III. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan :

1. Mikroskop
2. Gelas benda
3. Gelas penutup
4. Pipet tetes
5. Silet

Bahan yang digunakan :

A. Struktur umum sel tumbuhan


1. Quercus suber (Gabus)
2. Allium cepa (bawang merah)
3. Spirogyra sp (ganggang sekrup)
B. Anatomi dan Isi sel
4. Daucus carota (wortel)
5. Rhoeo discolor (Adam hawa)
C. Anatomi Dinding Sel, Plasmodesma, dan Plasmolisa
6. Salacca eulis (salak)
7. Cocos nucifera (kelapa)
8. Rhoeo discolor
D. Zat yang Kimia yang digunakan dalam pengamatan Anatomi Tumbuhan :
1. Alkohol
2. Asam Klorida (HCl)
3. Floroglusin
4. Sudan III.
5. Kloralhidrat
6. Gliserin
7. Larutan Iodium
8. Asam Asetat

IV. Prosedur Kerja:

1. Preparat : Gabus (Quercus suber)


Buatlah irisan melintang dari biji (endosperm) gabus. Gunakan medium air. Anda
akan menjumpai sel-sel empulur, berupa sel mati, sehingga tampak adalah dinding sel
serta rongga sel saja, tidak terdapat nukleus, sitoplasma atau bagian-bagian sel
lainnya. Gambarlah beberapa selnya.
2. Preparat : Sel Epidermis Bawang Merah (Allium cepa)
Pada sisi sebelah dalam yang cekung, epidermis yang berupa selaput tipis dapat
dengan mudah dilepaskan dengan menggunakan pisau silet. Letakkan sepotong kecil
epidermis pada gelas objek dan jaga agar jangan terjadi lipatan atau kerutan.
Tambahkan satu atau dua tetes air, tutuplah dengan gelas penutup.
Perhatikan di bawah mikroskop dengan pembesaran lemah, gambar beberapa sel
dengan bagian-bagiannya. Perhatikan nukleusnya kurang jelas dapat ditambahkan zat
warna safranin O di salah satu sisi gelap penutup, sehingga medium akan terisap dan
safranin O akan menggantikan air.
3. Preparat Awetan : Alga Spirogyra sp.
Amatilah preparat awetan ganggang Spirogyra sp,maka anda akan jumpai kloroplas
yang berbentuk spiral. Gambarlah satu sel lengkap dengan bagian-bagian sel yang
anda kenali.
4. Preparat : Umbi Wortel ((Daucus carota)
Buatlah irisan melintang wortel, irisan harus setipis mungkin. Gunakan medium air.
Amati di bawah mikroskop, akan anda lihat sel-sel parenkim yang penuh dengan
kromoplas yang berisi karoten. Gambarlah dan sebutkan bagian yang dapat anda
kenali.
5. Preparat daun adam hawa (Rhoe discolor)
Buatlah irisan membujur dari daun Rhoeo discolor. Yang diambil adalah pada bagian
bawah daun yang berwarna ungu yang merupakan pigmen antosiani. Kemudian
berikan air sebagai medium, lalu amati bentuk anatomi sel beserta pigmen antosianin.
6. Preparat Salak (Salacca edulis)
Buatlah irisan melintang dari biji salak. Kemudian tambahkan anilin sulfat sebagai
mediumnya. Amati dinding sel beserta pit membran dan pit sederhana.
7. Preparat endocarp kelapa (Cocos nucifera)
Keroklah bagian batok kelapa atau bagian endokarp. Kemudian tambahkan anilin
sulfat sebagai mediumnya. Amati pit kanal pada objek tersebut.
8. Preparat daun adam hawa Rhoeo discolor
Buatlah irisan membujur dari daun Rhoeo discolor. Yang diambil adalah pada bagian
bawah daun yang berwarna ungu yang merupakan pigmen antosiani. Kemudian
berikan air sebagai medium, lalu amati bentuk anatomi sel beserta pigmen antosianin.
Selanjutnya tambahkan KNO3 ke dalam objek tersebut. Dan amati perbedaan warna
pigmen pada objek tersebut.

V. Hasil Pengamatan
Nama Latin : Quercus Suber (Gabus)
Suku : Fagaceae
Simplisia : -
Perbesaran : 10x10
Keterangan/bagian yang ditunjuk:
1.Dinding sel
2.Lumen (Sel kosong) karena sel mati

Nama Latin : Allium cepa (Bawang


merah)
Suku : Amaryllidaceae
Simplisia : -
Perbesaran : 10x10
Keterangan/bagian yang ditunjuk:
1.Dinding sel
2.Nukleus
3.Sitoplasma
4.Kristal oksalat
Nama Latin : Spirogyra sp (Ganggang
sekrup)
Suku : Zygnemataceae
Simplisia : -
Perbesaran : 10x10
Keterangan/bagian yang ditunjuk:
1.Dinding sel
2.Kloroplas/bentuk spiral

Nama Latin : Daucus Corota (Wortel)


Suku : Apiaceae
Simplisia : -
Perbesaran : 10x10
Keterangan/bagian yang ditunjuk:
1.Dinding sel
2.Kloroplas bentuk spiral

Nama Latin : Rheoe Discolor (Bunga


Adam Hawa) “Air”
Suku : Commelinaceae
Simplisia : -
Perbesaran : 10x10
Keterangan/bagian yang ditunjuk:
1.Dinding sel
2.Pigmen antosianin

Nama Latin : Rheoe Discolor (Bunga


Adam Hawa)
Suku : Commelinaceae
Simplisia : -
Perbesaran : 10x10
Keterangan/bagian yang ditunjuk:
1.Pigmen Antosianin setelah diberi
larutan hipertonik
2.Penjelasan tentang proses plasmolisis
setelah diberi sukrosa 10%
Penjelasan: “ Sel mengalami proses
dehidrasi dan terjadi pelepasan membran
sel dari dinding sel yang disebut dengan
plasmolisis. Dengan meningkatnya
jumlah konsentrasi sukrosa, maka
peristiwa plasmolisis akan semakin
meningkat. Hal ini disebabkan karena
potensi air yang berbanding lurus dengan
potensial osmotik. Dengan demikian,
plasmolisis akan terjadi jika pelarut
didalam sel lebih tinggi dibandingkan
diluar sel.”
(Semakin tinggi konsentrasi larutan
sukrosa maka semakin banyak sel
epidermis Rhoeo discolor yang
terplasmolisis.)
Nama Latin : Salaca eulis (Salak)
Suku : Palmae araceacae
Simplisia : -
Perbesaran : 10x10
Keterangan/bagian yang ditunjuk:
1.Pit sederhana
2.Pit membrane

Nama Latin : Allium Cepa (Bawang


merah) “kulit”
Suku : Amaryllidaceae
Simplisia : -
Perbesaran : 10x10
Keterangan/bagian yang ditunjuk:
1.Dinding sel

VI. Pembahasan
Mikroskop adalah alat yang memungkinkan perbesaran citra objek untuk mengamati
rincian dari objek tersebut. Perkembangannya dimulai dari mikroskop petrografik,
mikroskop medan-gelap, mikroskop fasa, mikroskop ultraviolet,mikroskop medan
dekat dan mikroskop elektron yang menggunakan berkas elektron untuk
mengiluminasi objek. (Ardisasmita, 2008)

Bagian-bagian mikroskop beserta fungsinya menurut, Suyitno dan Sukiman (2009) :


1. Tombol on - off berfungsi untuk menghidupkan atau mematikan mikroskop
dengan arus listrik.
2.Kaki mikroskop merupakan tempat bertumpu.
3. Lensa okuler berfungsi untuk memperbesar bayangan dari lensa objektif
4.Tabung merupakan bagian yang menghubungkan lensa okuler dengan lensa
objektif.
5. Makrometer berfungsi untuk menaikkan dan menurunkan badan atau tabung
mikroskop secara cepat sehingga bisa memfokuskan bayangan objek secara cepat
tetapi bayangan objek masih kasar atau belum jelas.
6. Mikrometer berfungsi untuk menaikkan dan menurunkan tabung mikroskop secara
perlahan sehingga bisa memfokuskan bayangan objek secara lambat dan
menghasilkan bayangan objek yang halus dan jelas.
7. Pengatur cahaya berfungsi untuk mengatur kecerahan atau keredupan cahaya yang
dipancarkan.
8. Lensa objektif berfungsi untuk memperbesar bayangan objek yang diamati.
9. Meja benda digunakan untuk meletakkan objek yang akan diamati.
10. Kondensor merupakan lensa tambahan yang berfungsi untuk memusatkan cahaya
dari cermin menuju sediaan.
11. Penjepit preparat berfungsi untuk menjepit preparat yang akan diamati.
12. Cermin reflektor berfungsi untuk memantulkan sinar dari sumber cahaya menuju
sediaan yang diamati.
13. Diafragma merupakan lubang yang dapat diatur besar kecilnya dan berfungsi
untuk mengatur banyak sedikitnya cahaya yang dikehendaki menuju kondensor.
14. Revolver berfungsi untuk memudahkan pemilihan perbesaran lensa objektif.

Sel eukariotik merupakan sel yang sudah memiliki membran inti dan sistem
endomembran. Sistem endomembran yaitu organel-organel yang memiliki membran
seperti retikulum endoplasma, kompleks golgi, mitokondria, dan lisosom.Sel
eukariotik terdapat pada sel tumbuhan dan hewan yang terdiri atas tiga komponen
utama yaitu membran plasma, sitoplasma, dan organel-organel sel. (Rini,2011)

Sel prokariotik merupakan sel dengan tidak adanya selaput atau membran yang
melapisi inti sel, sehingga materi genetik yang terkandung di dalam inti tidak
terbungkus oleh selaput atau membran.
Sel eukariotik terdapat pada organisme atau makhluk hidup yang memiliki sel
tunggal (uniseluler) dan beberapa juga terdapat pada sel multiseluler. (Setyawan,
2010).
Fungsi mempelajari sitologi dalam kehidupan adalah untuk mengetahui seluk beluk
dari sel dan jaringan tumbuhan. Disamping itu, semisalkan ada yang bermasalah
dengan salah satu organ yang dimiliki oleh tumbuhan kita dapat mencari penyebabnya
dengan ilmu sitologi ini.

Pada praktikum ini telah diamati sitologi dari beberapa tumbuhan. Pada sitologi
tumbuhan yang diamati adalah Quercus Suber (Gabus), Allium cepa (Bawang merah),
Spirogyra sp (Ganggang sekrup), Daucus Corota (Wortel), Rheoe Discolor (Bunga
Adam Hawa), Salaca eulis (Salak).
Sitologi adalah cabang ilmu yang mempelajari tentang sel, pada tumbuhan ini sel
yang diamati adalah Lumen (sel kosong) karena sel mati pada Quercus Suber (Gabus),
Nukleus pada Allium cepa (Bawang merah), Kloroplas pada Spirogyra sp (Ganggang
sekrup), Kloroplas pada Daucus Corota (Wortel), Pigmen antosianin pada Rheoe
Discolor (Bunga Adam Hawa), Pit sederhana dan membrane pada Salaca eulis
(Salak).
Bagian-bagian yang diamati terlihat dan dapat dicirikan bahwa itu merupakan sesuatu
yang dicari pada pengamatan.

VII. Kesimpulan

Pada praktikum ini dapat dibuat kesimpulan:


1. Mengetahui kegunaan seluruh bagian dari mikroskop dan mengetahui cara
menggunakannya.
2. Dapat membuat preparat tumbuhan dan dapat di amati juga.
3. Mengetahui sel eukariot dan prokariot serta sitologi tumbuhan.
4. Mengetahui anatomi tumbuhan.

Daftar Pustaka
Saktiyono. 2007.Biologi. Bumi Aksara, Jakarta.

Retnaningati, D. dan M. L. Hidayat. 2012.Biologi Dasari. Erlangga, Jakarta.

Setiowati, T. 2007. Biologi Interaktif.Azka Press, Jakarta.

Widyatmoko, Arif. 2008.Mengenal Laboratorium Biologi. Erlangga, Jakarta.

Subandi, Aan. 2008. Metabolisme, Media Ilmu, Jakarta.

Setyawan, A. 2010. Kultur Jaringan Tanaman. Erlangga, Jakarta.

Rini, A. 2011.Biologi Sains.Bumi Aksara, Jakarta.

Ardisasmita, M. S. 2008. Pengolahan citra digital dan analisis kuantitatif dalamkarakterisasi


citra mikroskopik.J.Mikroskopi dan Mikroanalisis.3(1):25.

Materi II
PENGAMATAN BENDA ERGASTIK

I. Tujuan

1. Mengetahui anatomi bahan ergastik pada tumbuhan

2. Membedakan ergastik cair dan padat

II. Tinjauan Pustaka

Benda ergastik merupakan benda non-protaplasma yang ditemukan di dalam sel. Protoplasma
yang hidup di sel di sebut juga bioplasma dan benda dengan dengan zat ergastik. Benda
organik dan non-organik produk metabolisme dapat membantu organisme dalam pertahanan
dalam memelihara struktur sel, juga untuk penyimpanan substansi dalam vakuola dan dinding
sel. Benda ergastik terdiri atas dua sifat yaitu ada yang bersifat cair dan padat. Benda atau zat
yang bersifat cair yaitu : pati, protein, cairan sel, minyak dan lemak, minyak etsiri dan damar,
serta benda yang bersifat padat : Kristal caoksalat, kristal anorganik, dan butir amilum.
(Sutrian, 2004)

Komponen non protoplasma terdapat di dalam sitoplasma dan vakuola menyusun bahan
makanan atau produk metabolisme yang lain. Bahan-bahan ini umumnya dikenal sebagai
bahan ergastik. Bahan ergastik dapat bersifat cair maupun padat, bahan ergastik itu adalah :
karbohidrat, protein, minyak dan substansi yang berminyak, kristal dan tanin. (Santoso,1998:
35)

Pada tumbuh-tumbuhan biasanya terdapat protein aktif dan pasif. Yang dimaksud protein
aktif adalah protein-protein pembentuk protoplasma, sedangkan protein pasif adalah protein
cadangan makanan. Pada hakikatnya protein pasif ini adalah benda non protoplasmik
(ergastic substances atau benda_benda mati) yang ditemukan dalam vakuola-vakuola sebagai
protein amorf ataupun sebagai kristal,kedua-duanya lazim terdapat bersama-sama sebagai
butir-butir aleron yang merupakan benda-benda mati. Benda-benda mati ini lazimnya
terdapat dalam endoperm, perisperm atau embrio dari biji-bijian. (Sutrian,2004 )

Berikut adalah benda ergastik dalam bentuk cair : Menurut (Foris, 2011)

1. Pati

Pati adalah karbohidrat yang terjadi dari rangkaian molekul yang  panjang. Muncul dalam
bentuk butiran yang umumnya akan berwarna hitam kebiru-biruan bila diberi larutan
iodium dalam kalium iodida. Butir-butir pati dibentuk pertama kali di dalam kloroplas,
kelak pati dipecah dan dalam bentuk gula dipindahkan ke jaringan-jaringan cadangan
makanan. Disini gula disintesis kembali menjadi amiloplas. Umumnya butir pati terdiri
atas lapisan-lapisan yang mengelilingi suatu titik yang di sebut hilum. Hilum dapat
terletak di tengah atau dapat pula eksentrik.

Pelapisan pada butir pati terlihat sebagai akibat kepekaan molekul-molekul yang lebih
banyak pada saat permulaan terbentuknya lapisan-lapisan terluar karena kelebihan air.
Pada butir pati sereales  jumlah lapisan sesuai dengan jumlah hari pembentukan butir pati.
2. Protein

Protein ditemukan dalam lapisan endosperm paling luar yang disebut lapisan aleuron,
pada kariopsis serealis protein berbentuk kristaloid kuboidal yang ditemukan dalam sel
parenkima ferifer umbi kentang dan dalam parenkima buah capsicum.

Protein bentuk kristal dan protein amorf di temukan bersama-sama dalam butiran-butiran
aleuron dalam endosperm dan embrio sebagian besar biji-bijian.

3. Cairan sel

Cairan sel adalah cairan yang terdapat dalam rongga-rongga vakuola. Cairan sel tersebut
merupakan larutan dari bermacam macam zat yang larut dalam air, baik yang berupa
persenyawaan organik maupun anorganik. Susunan cairan sel tidak tetap, selalu berubah-
ubah karena di dalam sel terus menerus berlangsung reaksi - reaksi metabolisme.

4. Minyak dan lemak

Minyak dan lemak merupakan bahan cadangan penting dalam tumbuhan, yang sering kali
dijumpai dalam biji dan buah. Lemak dan minyak merupakan gliserida asam lemak.
perbedaan di antara keduanya umumnya berdasarkan sifat-sifat fisik, Pada suhu normal
lemak berbentuk  benda padat dan minyak berbentuk cairan.

5. Minyak eteris dan damar

Dalam sel tumbuh-tumbuhan terdapat pula sejenis minyak yang muda menguap.seperti
halnya minyak eteris. Dalam sel tumbuh-tumbuhan minyak eteris berupa tetes minyak
yang berupa tetes-tetes minyak yang mmembiaskan cahaya. biasanya sel-selnya telah
mati dan dinding selnya  bersifat suberin (zat gabus).

Benda ergastik dalam bentuk padat di antaranya : Menurut (Firza, 2011) 

1) Kristal ca-oksalat

Kristal ini memang cukup banyak terdapat dalam sel berbagai tumbuh-tumbuhan.
Lazimnya terdapat dalam sel korteks akan tetapi tidak jarang pula terdapat dalam sel-sel
parenkim floem dan sel  parenkim xylem.

2) Kristal anorganik

Kristal anorganik ialah berupa silikat yang banyak terdapat pada sel tumbuhan jenis
bambu dan rumput-rumputan terutama pada sel epidermisnya.

3) Butir amilum
Benda-benda non-protoplasma atau benda-benda mati ini dalam sel di bentuk oleh plastida-
plastida, diantaranya amiloplas dan kloroplas.

III. Alat Dan Bahan


a. Alat
1.Mikroskop
2.Silet
3.Kaca objek
4.Kaca Penutup
5.Pipet tetes
b. Bahan
Bahan-bahan ergastik (kristal)
1.Amaranthus spinosus (Bayam duri)
2.Eicchornia crassipes (eceng gondok)
3.Carica papaya (papaya)
4.Ficus elastica (karet hias)
Bahan-bahan Ergastik (Amilum)
5.Canna edulis (ganyong)
6.Phaseolus radiates (kacang hijau)
7.Ipomoea batatas (ubi)
8.Oryza sativa (padi)
9.Oryza sativa van glutinosa (ketan hitam)
 Aquadest memberikan kesegaran pada preparat yang akan diamati.

IV. Prosedur Kerja:

 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan


 Diambil mikroskop yang akan digunakan untuk mengamati objek.
 Dibersihkan kaca objek dan kaca penutup dengan aquadest steril agar bebas dari
lemak dan debu.
 Buatlah irisan melintang, irisan harus setipis mungkin. Lakukan cara ini pada
setiap bahan yang ingin diamati.
 Diletakkan diatas kaca objek
 Diteteskan aquades.
 Ditutup menggunakan kaca penutup dan pastikan tidak ada gelembung udara
dalam preparat.
 Diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 10x10 atau 40x40.

V. Hasil Pengamatan
Nama Latin: Amaranthus spinosus
(Bayam duri)
Suku: Amaranthaceae
Simplisia: -
Perbesaran: 10x10
Keterangan/bagian yang ditunjuk:
1.Kristal Pasir

Nama Latin: Eicchornia Crassipes


(eceng gondok)
Suku: Pontederiaceae
Simplisia: -
Perbesaran: 40x40
Keterangan/bagian yang ditunjuk:
1.Kristal Jarum (rapid) tunggal

Nama Latin: Carica papaya (papaya)


Suku: Caricaceae
Simplisia: -
Perbesaran: 10x10
Keterangan/bagian yang ditunjuk:
1.Kristal rosset (druse)

Nama Latin: Canna edulis (ganyong)


Suku: Cannaceae
Simplisia: -
Perbesaran: 10x10
Keterangan/bagian yang ditunjuk:
1.Amilum monodelph
2.Eksentris

Nama Latin: Amylum oryzae (padi)


Suku: Oryza sativa L.
Simplisia: -
Perbesaran: 10x10
Keterangan/bagian yang ditunjuk:
1.Amilum majemuk (diadelf)
2.Amilum tunggal (monodelf)
Nama Latin: Solanum tuberosum L.
(Amilum kentang)
Suku: Solanaceae
Simplisia: -
Perbesaran: 10x10
Keterangan/bagian yang ditunjuk:
1.Tipe Amilum eksentris
2.Amilum setengah majemuk (semi-
diadelf)
Nama Latin: Manihot utilissima
(Amilum singkong)
Suku: Euphorbiaceae
Simplisia: -
Perbesaran: 10x10
Keterangan/bagian yang ditunjuk:
1.Tipe Amilum konsentris
2.Amilum tunggal (monoadelf)
VI. Pembahasan

Benda-bendaergastik merupakan produk non-protoplasmik


pada proses metabolisme protoplasma, butir pati, tetes minyak, kristal dan
cairan tertentu, terdapat pada sitoplasma, vakuola, dan dinding sel.(Setjo,S.2004)

Pada praktikum kali ini, kami mengamati benda-benda ergastik berupa kristal dan
amilum.Untuk percobaan pengamatan benda-benda ergastik ini,kami
menggunakan sampel Amaranthus spinosus (Bayam duri), Eicchornia crassipes
(eceng gondok), Carica papaya (papaya), Ficus elastica (karet hias), Canna edulis
(ganyong), Phaseolus radiates (kacang hijau), Ipomoea batatas (ubi), Oryza
sativa (padi), Oryza sativa van glutinosa (ketan hitam).

Pertama-tama disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.Diambil sampel,


untuk sampel bayam duri (Amaranthus sp), daun pepaya (Carica papaya) dilihat
pembentukan kristal. Pertama sampel diiris setipis mungkin, tujuan sampel diiris
tipis agar dapat terlihat jelas sel-sel yang terdapat dalam tumbuhan tersebut.
(Setjo,S.2004)

Setelah sampel diiris tipis, kemudian diletakkan diatas kaca objek dan ditetesi
dengan air menggunakan pipet. Tujuan ditetesi air untuk menjaga lingkungan sel
agar tetap segar (Setjo,S.2004). Kemudian ditutup dengan menggunakan kaca
penutup agar sel yang diamati mudah terlihat jelas karena bentuk kaca penutup
yang tipis dan transparan. kemudian diamati di mikroskop dengan perbesaran
100x dan 400x.

Hasil yang didapat untuk sampel daun pepaya (Carica papaya), bayam duri dan
(Amaranthus sp) yang dilihat adanya kristal didapat hasil bahwa pada sampel
tersebut mengandung benda-benda ergastik berbentuk kristal. Dimana terdapat
kristal butir-butir halus, kristal bentuk pasir dan kristal rosset (druse).

Dari percobaan yang dilakukan untuk sampel Canna edulis (ganyong), Phaseolus
radiates (kacang hijau), Ipomoea batatas (ubi), Oryza sativa (padi), Oryza sativa
van glutinosa (ketan hitam), yang dilihat pembentukan amilum atau pati. Didapat
hasil bahwa pada sampel tersebut terdapat pati yang didalamnya mengandung
hilus dan lamella. Dimana hilus adalah titik awal terbentuknya amilum dan lamella
adalah garis-garis halus yang mengelilingi hilus. (Sinta,S.2004)

Jika dibandingkan dengan literatur yang terdapat pada penuntun praktikum botani,
2014, Setjo,S.2004, dan Sinta,S.2004, hasil yang didapat sesuai dengan literatur
yang ada. Dimana terdapat benda-benda ergastik dalam bentuk kristal, dan amilum
atau pati.
Titik initial (permulaan) terbentuknya amilum disebut hilus. Berdasarkan letak
hilus, butir amilum dibedakan menjadi amilum konsentris dan amilum eksentris.
Menurut banyaknya hilus dalam amilum dibedakan menjadi, Butir amilum
tunggal, pada sebutir amilum terdapat sebuah hilus.

Butir amilum setengah majemuk, terdapat dua hilus yang dikelilingi lamella, tetapi
kemudian berbentuk lamella yang mengelilingi seluruhnya. Butir amilum
majemuk, tiap butir mempunyai lebih dari satu hilus ini dikelilingi oleh lamella
masing-masing.

macam-macam butir tepung apabila dilihat dari susunannya, yaitu butir tepung
monoadelph, diadelph dan polyadelph, yaitu:
a. Monoadelph
Butir-butir tepung monoedelph adalah butir-butir tepung yang memiliki satu hilus
dengan lamella-lamella mengelilinginya. Sebagai contoh: butir tepung pada ketela
rambat, ketela pohon, gandum dan lain-lain.
b. Diadelph
Dalam hal butir-butir tepung macam ini, adalah butir tepung yang terdiri dari dua
hilus, yang masing-masing hilus dikelilingi pula lamella-lamella sendiri-sendiri.
Masing-masing lamella ini dikelilingi lagi oleh lamella lainnya. Sebagai contoh:
butir tepung pada kentang.
c. Poliadelph
Butir-butir tepung diadelph ini ternyata banyak bagian-bagiannya atau dengan kata
lain terdiri dari banyak butir-butiran tepung yang bersatu. Sebagai contoh: pada
padi (Oryza sativa).

Dan terakhir, Dalam sel benda ergastik dapat berupa karbohidrat (amilum), protein
(aleuron dan gluten), lipid(lilin, kutin, dan suberin), dan Kristal (Kristal ca-oksalat
dan silika).
VII. Kesimpulan

Dari praktikum ini kami dapat menyimpulkan bahwa :


 Benda-benda ergastik merupakan produk non-protoplasmik pada proses
metabolisme.
 Bentuk-bentuk dari pada kristal ada yang berbentuk kristal pasir dan kristal
rosset (druse). benda ergastik dari pada kristal : inti sel, dinding sel, vakuola,
sitoplasma, dan kalsium oksalat.
 Bentuk dari pati/amilum terdapat lamela-lamela yang mengellingi hilus.
bagian-bagian benda ergastik dari pati :inti sel,dinding sel, vakuola,sitoplasma,
dan amilum.
 Bentuk sistolit terjadi penebalan ke dalam dan penebalan ke luar. Benda
ergastik dari sistolit : int sel, dinding sel, vakuola, sitoplasma dan sistolit.
DAFTAR PUSTAKA
Santoso, 1998. Biologi. Jakarta : Erlangga.

Sutrian, Yayan. 2004. Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan Tentang Sel Dan Jaringan.
Jakarta : RINEKA CIPTA.

Foris. 2011.  Komponen-komponen nonprotoplasma dalam sel.


[http://justforeuis.blogspot.com/2011/03/komponen-nonptotoplasmik-dalam-sel.html]
[01-06-2021] [07:00].

Firza. 2011. Bentuk dan sel. [http://firza-zone.blogspot.com/] [01-06-2021] [09:00].


Materi III
PENGAMATAN JARINGAN, TRIKOM DAN PAPILA

I. Tujuan

1. Untuk mengamati jaringan penyokong pada tumbuhan


2. Untuk mengamati trikom, papilla, dan emergensia pada berbagai tumbuhan

II. Tinjauan Pustaka

Jaringan epidermis memiliki ciri-ciri yaitu selnya hidup, tersusun rapat, bentuknya
balok, dan tidak terdapat klorofil. Jaringan epidermis dapat melakukan derivat epidermis.
Derivat epidermis adalah suatu suatu bangunan atau alat tambahan pada  epidermis yang
berasal dari epidermis, tapi memiliki struktur dan fungsi yang berlainan dengan epidermis
itu sendiri. Macam-macam derivat epidermis antara lain yaitu stomata dan trikoma.
Pada epidermis sering terdapat alat tambahan, baik yang unisel aupun multisel yang
disebut trikoma. Trikoma mempunyai struktur yang lebih padat seperti tonjolan, struktur
kelenjar, dan duri yeng terdiri atas sel epidermis atau jaringan subepidermis, yang
disebut emergence. Pada beberapa kasus, sukar membedakan secara tegas kedua tipe alat
tambahan ini tanpa mempelajari ontogeninya. Karena itu, untuk praktisnya di sini
digunakan istilah trikoma, baik untuk alat tambahan yang berasal dari sel epidermis
maupun dari subepidermis. Sel trikoma ada yang mempunyai dinding sekunder dan
kadang-kadang berlignin. Beberapa trikoma dapat kehilangan protoplas hidupnya.

1. Jaringan Meristem (jaringan muda)


Merupakan jaringan yang sel-selnya selalu membelah atau bersifat embrional.
Ciri-ciri :
-      bentuk dan ukuran selnya sama
-      dinding selnya tipis
-      Selnya penuh dengan protoplasma
-      Isi sel tidak mengandung zat makanan
 Jaringan meristem dibedakan menjadi 2, yaitu  :
a.    Meristem primer
Adalah jaringan meristem pada tumbuhan dewasa dan masih bersifat
membelah diri, sehingga merupakan lanjutan dari pertumbuhan embrio.
Terdapat pada ujung akar dan ujung batang sehingga disebut meristem apikal.
Aktivitasnya mengakibatkan batang dan akar tumbuh memanjang disebut
pertumbuhan primer. (Ditemukan pada tumbuhan dikotil dan monokotil)
b.   Meristem sekunder
Adalah jaringan meristem yang berasal dari meristem primer yang telah
mengadakan diferensiasi. Terdapat pada kambium dan kambium gabus.
Aktivitasnya meng-akibatkan pertumbuhan sekunder yaitu menyebabkan
batang bertambah besar. (Ditemukan pada tumbuhan dikotil).

2. Jaringan Parenkim (jaringan dasar)


Merupakan jaringan yang berfungsi untuk memperkuat kedudukan jaringan yang lain.
Disebut jaringan dasar karena terbentuk dari meristem dasar yang terdapat hampir di
semua tumbuhan dan mengisi jaringan tumbuhan baik pada akar, batang, daun, biji
maupun buah.
Ciri-ciri :
- sel umumnya berukuran besar dan berdinding tipis
- sel hidup dan mengandung klorofil
- banyak mengandung rongga antar sel
- banyak mengandung vakuola
- letak selnya tidak rapat
Macam-macam jaringan parenkim :
- klorenkim : parenkim untuk fotosintesis, karena selnya  mengandung klorofil. Misal :
parenkim palisade (jaringan pagar) dan parenkim spon (bunga karang).
- aerenkim : parenkim untuk menyimpan udara sehingga dapat digunakan untuk
mengapung.
- parenkim air : parenkim untuk menyimpan air
- parenkim penimbun : parenkim untuk menyimpan cadangan bahan makanan.
- parenkim untuk transportasi

3. Jaringan Kolenkim Penyokong/ penguat/ penunjang


Merupakan jaringan yang berfungsi untuk menujang agar tanaman dapat berdiri dengan
kokoh dan kuat.
Jaringan penunjang dibedakan menjadi  :
- kolenkim : adalah jaringan penunjang pada tumbuhan muda dan belum berkayu yang
Dinding sel di bagian sudut-sudutnya mengalami penebalan dan tersusun atas sel-sel
yang hidup.
4. Sklerenkim : adalah laringan penguat yang dinding selnya melami penebalan dari zat
kayu
(lignin) sehingga bersifat lebih kuat.
   Ada 2 macam sklerenkim :
- sklereida (sel batu) : pada tempurung kelapa dan tempurung kenari
- serabut sklerenkim (serat/ fiber) : pada serat rami.
               
5. Epidrmis
Adalah jaringan atau lapisan terluar yang menutupi permukaan tubuh tumbuhan, seperti akar,
batang, daun dan bunga. Karena fungsinya untuk melindungi jaringan lain maka beberapa
epidermis mengalami modofikasi, seperti rambut (trikoma), duri, dan muluit daun (stomata).
Epidermis umumnya tertutup lapisan lilin (kutikula) pada daun dan zat gabus pada batang,
kecuali lentisel yang berfungsi untuk pertukaran gas.
Ciri-ciri :
- terdiri atas satu lapis sel
- tidak berklorofil
- susunan sel rapat
- tidak ada ruang antar sel
- dinding sel sangat tipis.

6. Jaringan pengangkut/ vaskuler ( xylem & floem )


Jaringan pengangkut pada tumbuhan terdiri dari xylem yang menggunakan jaringan
pengangkut air dan floem sebagai jaringan pengangkut bahan organic (bahan-bahan
makanan). Xylem dan Floem bersama-sama sering disebut sebagai berkas pengangkut
(berkas vascular). Tumbuhan yang mempunyai jaringan pengangkut disebut tumbuhan
vaskular, termasuk di dalamnya Pteridophyta dan Spermatophyta. Dari kedua bagian
berkas pengangkut itu, xilem mempunyai struktur yang lebih tegar sehingga dapat utuh
sewaktu berubah menjadi fosil dan dapat dipakai sebagai bahan identifikasi bagi
tumbuhan jenis vaskular.
A. Xylem
merupakan jaringan kompleks karena terdiri dari beberapa tipe sel yang berbeda, baik
yang hidup maupun tidak hidup. Penyusun utamanya adalah trakeid dan trakea
sebagai saluran transport dan penyokong. Xylem juga dapat mempunyai serabut
sklerenkim sebagai jaringan penguat, serta sel-sel parenkim yang hidup dan berfungsi
dalam berbagai kegiatan metabolisme.
B. Floem
juga merupakan jaringan kompleks, terdiri dari beberapa unsur dengan tipe yang
berbeda, yaitu buluh tapisan, sel pengiring, parenkim, serabut dan sklereid.
Kadang-kadang ada sel atau jaringan sekretori yang bergabung di dalamnya, misalnya
kelenjar getah. Fungsi floem sebagai jaringan translokasi bahan organik (asimilat)
yang terutama berisi karbohidrat. Dalam jumlah kecil ditemukan juga asam amino dan
hormon.

A. Pengertian Trikoma
Trikoma adalah modifikasi dari epidermis dengan berbagai bentuk, struktur dan
fungsi. Trikoma berfungsi mengurangi laju transpirasi saat tanaman kekurangan air dan
melindungi tanaman dari herbivora, patogen serta tempat tersimpannya metabolit
sekunder (Ambadini, 2015).
Trikoma berasal dari sel-sel epidermis terdiri atas sel tunggal atau banyak sel.
Struktur yang menyerupai trikoma, tetapi lebih besar dan berbentuk dari jaringan
epidermis atau dibawah epidermis disebut emergensia, sedangkan apabila terbentuk
dari jaringan stele disebut spina. Trikoma mempunyai peranan yang sangat penting
dalam taksonomi tumbuhan karena kadang familia tertentu dapat dikenal dari jenis
trikomanya. Fungsi trikoma bagi tumbuhan adalah mengurangi penguapan (apabila
terdapat pada epidermis daun), menerus rangsang, mengurangi gangguan hewan,
membantu penyebaran biji, membantu penyerbukan bunga, dan menyerap air serta
garam-garam mineral dari dalam tanah (Nugroho, 2006).
Trikomata yang arti sebenarnya adalah rambut-rambut yang tumbuh (berasal dari
kata Yunani), asalnya adalah dari sel-sel epidermis yang bentuk, susunan serta
fungsinya bervariasi. Trikomata itu terdapat pada hampir semua organ tumbuh-
tumbuhan (pada epidermisnya), jelasnya yaitu selama organ-organ tumbuh-tumbuhan
itu masih hidup/ aktif di samping yang terdapat waktu yang hanya terbatas (sebentar),
trikomata ini biasanya tumbuh lebih dahulu, menjelang atau dalam hubungan dengan
pertumbuhan organ tumbuhannnya (Kertasapoetra, 1988).
Beberapa sel epidermis daun atau cabang membentuk tonjolan dalam bantuk
rambut atau trikoma. Trikoma dapat tersebar dalam bentuk tunggal, tetapi adakalanya
bergerombol. Trikoma dapat terdiri dari sel tunggal atau beberapa sel bergabung
dengan berbagai bentuknya. Mulai dari bentuk sederhana sebagai tonjolan sampai
membentuk bangunan komplek yang bercabang-cabang atau berbentuk bintang. Sel-sel
penyusun trikoma dapat berupa sel hidup atau sel mati (Fahn, 1991).
Trikoma dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu : trikoma yang tidak
menghasilkan sekret dapat berbentuk rambut bersel satu atau sel banyak, rambut sisik
yang memipih dan bersel banyak, rambut bercabang dan bersel banyak, dan rambut
akar. Sedangkan trikoma yang menghasilkan sekret dapat bersel satu atau bersel banyak
dan berupa sisik, trikoma yang menghasilkan sekret yang kental atau koleter, rambut
gatal, dan trikoma yang menghasilkan nektar (Hidayat, 1995).
Trikoma pada jaringan epidermis mempunyai sifat khusus sebagai daya pertahanan
dari serangga, yang ditentukan oleh adanya kelenjar (glandula) atau tidak
(nonsecretory), kerapatan, panjang, bentuk, dan ketegakaan trikoma. Struktur maupun
morfologi trikoma memiliki keragaman dan dapat dijadikan sebagai kunci dari
identifikasi marga, spesies, subspecies dan varietas dari berbagai family yang diteliti
(Dewi, 2015).

B. Jenis- jenis Trikoma


Menurut Mulyani (2006), Trikoma dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu trikoma
nonglandular (rambut tak kelenjar) dan trikoma glandular (rambut kelenjar). Pada
trikoma nonglandular dikelompokkan menjadi 4 macam.
1. Trikoma sederhana yang terdiri atas satu sel atau multisel yang uniseriata, misalnya
pada Lauraceae, Moraceae, Triticum, Hordeum, Pelargonium, dan Gosyypium. Pada
Gossypium, serabut bernilai ekonomi ini merupakan rambut epidermis unisel yang
panjangnya mencapai 6 cm dan terdapat pada kulit biji. Kelompok ini meliputi
papilla dan rambut bergelembung seperti pada Crasulaceae.
2. Trikoma berbentuk sisik, pipih dan multisel. Ada yang tidak bertangkai (sessile),
disebut sisik dan ada yang bertangkai sehingga seperti perisai, misalnya Olea.
3. Trikoma multisel yang berbentuk seperti bintang, seperti ada Styrax, atau yang
bercabang, seperti pada Platanus dan Verbascum.
4. Trikoma kasar berlapis banyak terdapat pada pabgkal tangkai Portulaca oleraceae,
Schizanthus, dan spesies tertentu Composite.
Trikoma glandular terlibat dalam sekresi berbagai senyawa, yaitu larutan garam,
madu, terpen, dan polisakarida. Trikoma yang mensekresikan garam ada dua macam
bentuknya.
1. Trikoma seperti gelembung yang terdiri atas sel kelenjar. Bagian ujung besar dengan
tangkai sempit, terdiri atas satu atau lebih sel dan sebuah sel basal seperti yang
terlihat ada Atriplex. Garam disekresikan sitoplasma ke dala vakuola yang besar. Sel
kelenjar ini mongering pada daun yang tua; dan garamnya masih terdapat pada
permukaan, berupa lapisan yang berwarna putih.
2. Kelenjar multisel yang terdiri atas beberapa sel kelenjar dan sel basal, ada juga yang
mempunyai tangkai. Misalnya, kelenjar kapur dari Plumbago capensis dan kelenjar
garam dari Limonium, Avicennia, dan Tamarix. Kelenjar ini penuh sitoplasma, kaya
mitokondria, RE, badan golgi, dan mempunyai banyak struktur pembuluh. Larutan
garam aktif disekresikan ke permukaan sel kelenjar melalui lubang pada kutikula
penutup sel kelenjar ini.
Beberapa contoh rambut kelenjar (trikoma glandular) adalah sebagai berikut.
a) Trikoma hidatoda
Trikoma hidatoda adalah rambut yang mensekresikan larutan berisi
senyawa organik dan anorganik. Trikoma glandular yang terdapat pada daun
muda dan batang Cicer arietinum terdiri atas tangkai unuseriata dan kepala oval
yang multisel. Antara lapisan selulosa dinding dan kutikula pada ujung kelenjar
terdapat ruang subkutikula yang dibentuk selama sekresi. Apabila tekanan
meningkat sampai nilai tertentu, lubang pada kutikula terbuka dan tetes tampak
pada permukaan. Adanya banyak mitokondria dalam sel rambut inu
menunjukkan adanya proses sekresi yang aktif. Karena trikoma ini secara aktif
melakukan sekresi, istilah trikoma hiadatoda kurang sesuai.
b) Trikoma yang menyekresikan madu
Misalnya pada kelopak bunga Abutiln, mahkota bunga Lonicera japonica,
dan Tropaeolummajus. Pada tahap sekresi, sitoplasmanya penuh dan terutama
banyak mengandung RE. el epidermis yang tidak berbentuk trikoma dapat juga
menjadi kelenjar, misalnya pada tipe daun Prunus amigdales dan Ailanthus
altissima.
c) Trikoma yang menghasilkan lendir
Misalnya yang terdapat pada selaput bumbung (ochrea) Rumex dan Rheum.
Lendir yang disekresikan terutama polisakarida. Gelembung Golgi terlibat dalam
sekresi ini. Lendir yang dikeluarkan disimpan dalam ruangan antara dinding sel
dan kutikula. Apabila kutikula sobek, lendir dapat keluar.
d) Trikoma yang menyekresikan terpen (minyak)
Trikoma glandular yang menghasilkan minyak esensial dari Lebiatae terdiri atas
sebuah sel basal, tangkai uniseriata yang terdiri atas satu atau beberaoa sel
panjang, dan kepala yang terdiri atas satu atau beberapa sel kelenjar. Didding sel
di sekeliling sel kelenjar berdeferensiasi menjadi kutikul, lapisan kutikula,
lapisan pectin, dan seluosa. Trikoma glandular yang kasar terdiri atas tangkai
berlapis banyak dan kepala sperti pada Cleome spinosa menunjukan bahwa
minyak esensial pertama kali tampak sebagai tetes kecil yang dibentuk dalam
jumlah sedikit di dalam sitoplasma.
e) Kolitera
Kolatera adalah trikoma yang menghasilkan senyawa langket. Trikoma
glandular ini biasanya terdiri atas kepala yang multisel dan sebuah tangkai yang
kadang tidak ada. Semua sel di bagian luar dapat menghasilkan secret berupa
senyawa lengket, sering kali merupakan campuran dari terpena dan lendir.
Kolatera biasanya terdapat pada tunas, tetapi dapat juga ditemukan pada organ
lain.
f) Rambut gatal
Rambut gatal Uritica merupakan trikoma glandular yang sangat khusus; terdiri
atas sel tunggal panjang, bagian dasarnya sperti gelembung, dan bagian ujungnya
sempit sperti jarum. Bagian dasar trikoma membesar dikelilingi oleh sel
epidermis. Dinding bagian distal seperti jarum, di bagain ujung mengandung
silika dan di bagian bawah mengandung kalsium. Bagian ujung membulat dan
mudah pecah jika tersentuh.
Menurut Hidayat (1995), trikoma dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Trikoma Glanduler. Trikoma glanduler merupakan trikoma yang dapat
menghasilkan sekret. Trikoma glanduler dapat bersel satu atau banyak. Tumbuhan
yang memiliki trikoma glanduler, contohnya, tembakau (Nicotiana tabacum) yang
terletak pada daunnya. Macam-macam trikoma glanduler antara lain:
a)  Trikoma hidatoda, terdiri atas sel tangkai dan beberapa sel kepala dan
mengeluarka larutan yang berisi asam organic
b)   Kelenjar madu, berupa rambut bersel satu atau lebih dengan plasma yang kental
dan mampu mengeluarkan madu ke permukaan sel permukaan sel
c)    Kelenjar garam terdiri atas sebuah sel kelenjar besar dengan tangkai yang
pendek
d)   Rambut gatal, berupa sel tunggal dengan pangkal berbentuk kantong dan ujung
runcing. Isi sel menyebabkan rasa gatal.
2. Trikoma Non-glanduler. Trikoma ini tidak menghasilkan sekret.
Macam-macam Trikoma nonglanduler, antara lain:
a)    rambut sisik, misalnya pada daun durian.
b)   rambut bercabang, misalnya pada daun waru.
c)    rambut akar.
Menurut Nugroho (2006), berdasarkan ada tidaknya fungsi sekresi, trikoma dapat
dibedakan menjadi trikoma yang tidak menghasilkan sekret dan trikoma yang
menghasilkan sekret.
1. Trikoma yang tidak menghasilkan sekret (trikoma non-glandular):
a). Rambut bersel satu atau bersel banyak dan tidak pipih, contohnya pada Lauraceae,
Moraceae.
b). Rambut sisik yang memipih dan bersel banyak, contohnya pada daun durian
(Durio zibethinus).
c). Rambut bercabang dan bersel banyak, contohnya pada daun waru (Hibiscus).
d). Rambut akar yang merupakan pemanjangan sel epidermis dalam bidang yang
tegak lurus permukaan akar.
2. Trikoma yang menghasilkan sekret (trikoma glandular)
Trikoma glandular dapat bersel satu, bersel banyak, atau berupa sisik. Trikoma
pada daun tembakau (Nicotiana tabacumi) merupakan trikoma glanduler yang
sederhana, memiliki tangkai dengan kepala bersel satu atau bersel banyak. Pada
tumbuhan sering dijumpai berbagai macam trikoma glanduler, yaitu:
a). Trikoma hidatoda, terdiri dari sel tangkai dan beberapa sel kepala dan
mengeluarkan larutan yang berisi asam organik.
b). Kelenjar garam, terdiri dari sebuah sel kelenjar besar dengan tangkai yang pendek.
c). Kelenjar madu, berupa rambut bersel satu atau lebih dengan plasma kental dan
mampu mengeluarkan madu ke permukaan sel.
d). Rambut gatal, berapa sek tunggal dengan pangkal berbentuk kantong dan ujung
runcing. Isi sel menyebabkan rasa gatal.
C. Fungsi Trikoma
Menurut Nugroho (2006), fungsi trikoma bagi tumbuhan adalah:
1. Mengurangi penguapan (apabila terdapat pada epidermis daun).
2. Meneruskan rangsang.
3. Mengurangi gangguan hewan.
4. Membantu penyerapan biji.
5. Membantu penyerbukan bunga.
6. Menyerap air serta garam-garam mineral dari dalam tanah.
Menurut Kartosapoetra (1988), berdasarkan bentuk dan susunannya dapat ditentukan
pula tentang fungsinya, antara lain sebagai berikut:
1. Trikoma dapat memperbesar fungsi epidermis sebagai jaringan pelindung, terutama
mencegah penguapan yang berlebihan, perhatikan Trichoma pada daun, tulang daun,
batang serta cabang tumbuhan yang hidup di darat,
2. Trikoma sebagai alat pengisap air dan garam-garam tanah, perhatikan bulu-bulu akar
pada akar tumbuhan, pada biji-biji tumbuhan (kapas, randu dan lain-lain),
3. Trikoma sebagai pembantu penyebaran biji serta pengisapan air dan memungkinkan
biji-biji itu tumbuh,
4. Trikoma sebagi pelindung tumbuhan dari gangguan luar, perhatikan tentang rambut-
rambut penyengat,
5. Trikoma sebagai alat penerus rangsangan yang datang dari luar, taitu Trichoma yang
terdiri dari sel-sel hidup, perhatikan Trichoma pada daun-daun tembakau, dan
6. Trikoma sebagai alat sekresi.
III. Alat Dan Bahan

a) Alat Yang Digunakan :


1.Mikroskop
2.Silet
3.Kaca objek
4.Kaca Penutup
5.Pipet tetes
b) Bahan Yang Digunakan :
Bahan-bahan ergastik (kristal)
1. Camelia sinensis (Daun teh/Tanaman teh)
2. Blumea balsampera (Daun sembung)
3. Orthoshiphonis staminea folium (Daun kumis kucing)
4. Cajaputi folium (Daun minyak kayu putih)
5. Apium graveolens (Seledri)
6. Durio zibethinus (Durian)
7. Canna indica (Bunga tasbih)
 Aquadest memberikan kesegaran pada preparat yang akan diamati.

IV. Prosedur Kerja:

1) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan


2) Diambil mikroskop yang akan digunakan untuk mengamati objek.
3) Dibersihkan kaca objek dan kaca penutup dengan aquadest steril agar bebas dari
lemak dan debu.
4) Buatlah irisan melintang, irisan membujur maupun mengambil kerokan tergantung
dari masing-masing sampel apa saja yang akan diamati dan juga perlu diingat
irisan harus setipis mungkin. Lakukan cara ini pada setiap bahan yang ingin
diamati.
5) Diletakkan diatas kaca objek
6) Diteteskan aquades.
7) Ditutup menggunakan kaca penutup dan pastikan tidak ada gelembung udara
dalam preparat.
8) Diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 10x10 atau 40x40.
V. Hasil Pengamatan

Gambar Dan Klasifikasi Keterangan

Nama latin : Camelia sinensis


Nama lain : Daun teh/Tanaman teh
Keluarga : Theaceae
Medium : Kloral hidrat 70%
Pembesaran : 100x
Makroskopik
A. Bentuk daun: Lanset
B. Tepi daun : Bergerigi/lancip
C. Ujung daun : Meruncing dan bertulang menyirip
D. Pangkal daun : Acute (runcing)
E. Tulang daun : Menyirip dan runcing pada bagian
ujungnya
F. Tebal daun : -Panjang : 5-30 cm dan lebar 4 cm
G. Warna permukaan : Coklat kehitaman (gelap). Daun teh
Kerajaan: Plantae muda memiliki warna hijau yang lebih terang sedangkan
daun tua memiliki warna hijau kelam dengan
permukaan lebih licin dibandingkan daun muda.
Divisi: Magnoliophyta Pemerian
Bau : Khas teh
Kelas: Magnoliopsida Warna : Coklat kehitaman (gelap)
Rasa : Kelat (agak pahit)
Mikroskopik
Ordo: Ericales Kelenjar minyak, rambut dan saluran minyak
Fragmen Pengenal : Serabut sklerenkim, epidermis bawah
Famili: Theaceae dengan stomata, makroslerida, mesofil dengan berkas
pengangkut dan Kristal kalsium oksalat bentuk rosset.
Genus: Camellia Bagian Yang Diamati :
1. Kelenjar minyak
Spesies: C. sinensis 2. Rambut kelenjar
3. Saluran minyak
Nama latin :Blumea balsampera
Nama lain : Daun sembung
Keluarga : Asteraceae/Compositae
Medium : Kloral hidrat 70%
Pembesaran : 100x
Makroskopik
A. Bentuk daun : Bulat telur sampai lonjong
B. Tepi daun : Bergerigi
C. Ujung daun : Meruncing
D. Pangkal daun : Runcing
E. Tulang daun : Menyirip
F. Tebal daun :-
G. Warna permukaan : Hijau berambut agak kasar
sedangkan permukaan bawah : hijau berambut rapat dan
halus seperti beludru.
Pemerian
Divisi Tracheophyta Bau : Aromatik mirip khamfer
Warna : Coklat kekuningan dan agak sedikit pucat
Rasa : Rasa hambar lama kelamaan pahit seperti khamfer
Upadivisi Spermatophytina
Mikroskopik
Rambut penutup multiseluler terdiri dari 2 –10 sel. Batas antar
Klad angiosperms sel yang satu dengan yang lain terlihat jelas. Memiliki ujung
runcing.
Fragmen Pengenal : Rambut penutup multi seluler dengan
Klad mesangiosperms
ujung runcing.

Klad eudicots Bagian Yang Diamati :


1. Rambut penutup
2. Kelenjar minyak
Klad core eudicots

Klad asterids

Klad campanulids

Ordo Asterales

Famili Asteraceae

Genus Blumea

Spesies Blumea balsamifera 


Nama latin :Orthoshiphonis staminea folium/Orthoshiphon
aristatus
Nama lain : Daun kumis kucing
Keluarga : Lamiaceae
Kerajaan: Plantae Medium : Kloral hidrat 70%
Pembesaran : 100x
Makroskopik
(tanpa Angiospermae
A. Bentuk daun : Bulat telur atau lonjong
takson): B. Tepi daun : Bergerigi
C. Ujung daun : Runcing
Divisi: Spermatophyta D. Pangkal daun : Runcing
E. Tulang daun : Menyirip
F. Tebal daun : -Panjang : 2-12 cm, Lebar : 1-8 cm
Subdivisi: Angiospermae G. Warna permukaan : Pada bagian atas mahkota ditutupi
oleh bulu-bulu yang halus dan pendek yang lambat laun
(tanpa Eudikotil berubah warna.
Pemerian
takson): Bau : Aromatik khas
Warna : Coklat terang dan coklat kehitaman
Kelas: Dicotyledon Rasa : Tidak ada rasa
Mikroskopik
Pada epidermis atas dan bawah memiliki stomata (epidermis
(tanpa Asteridae bawah lebih banyak ditemukan stomata).
takson): Tipe stomata Caryophylaceae dan memiliki 2 sel tetangga yang
tidak sama besar. Rambut penutup berbentuk kerucut yang
terdiri dari 1-2 sel, berdinding tebal dengan kutikula yang
Ordo: Lamiales
bergaris-garis halus.
Terkadang terdapat rambut penutup yang berwarna ungu hingga
Famili: Lamiaceae kemerah-merahan (antosianin).
Rambut kelenjar tipe Labiatae terdiri dari 4-6sel kepala dan 1
sel tangkai. Umumnya memiliki rambut kelenjar dengan 2 sel
Genus: Orthosiphon kepala.
Fragmen Pengenal : Stomata, rambut penutup yang
Spesies: O. aristatus mengandung antosianin, dan rambut kelenjar.

Bagian Yang Diamati :


1. Kelenjar minyak
2. Rambut kelenjar
3. Rambut penutup
Nama latin : Melaleuca leucadendra/Cajaputi folium
Nama lain : Daun minyak kayu putih
Keluarga : Myrtaceae
Medium : Kloral hidrat 70%
Pembesaran : 100x
Makroskopik
A. Bentuk daun : Lancip
B. Tepi daun : Melengkung
C. Ujung daun : Runcing
D. Pangkal daun : Meruncing
E. Tulang daun : Sejajar
F. Tebal daun : - Panjang : 5,9 – 10 cm, Lebar : 1-2 cm
G. Warna permukaan : Hijau dan permukaan daun berbulu
Pemerian
Bau : Aromatik khas
Warna : Coklat kehitaman
Rasa : Sedikit pahit
Kerajaan: Plantae Mikroskopik
Kutikula tebal, epidermis poligonal.
Stomata seperti kaca mata.
Divisi: Magnoliophyta Palisade atas dan lapisan bawah masing-masing 2 lapis.
Kelenjar minyak berwarna cokelat, bentuk tidak tetap (ada oval,
Kelas: Magnoliopsida ada bulat).
Rambut penutup tidak spesifik dan tidak banyak.
Urat daun dengan Kristal oksalat.
Ordo: Myrtales Fragmen Pengenal : Kelenjar minyak berwarna coklat.

Bagian Yang Diamati :


Famili: Myrtaceae
1. Kristal oksalat
2. Kelenjar minyak
Genus: Melaleuca

Spesies: M. leucadendra
Nama latin :Apium graveolens
Nama lain : Seledri
Suku : Apiaceae
Simplisia : -
Bagian yang diambil : C-S petiole
Bagian yang diamati : Parenkim sudut, dan ikatan pembuluh
Medium : Air
Pembesaran : 100x
Asal : Apium graveolens L

Bagian Yang Diamati :


1. Parenkim sudut
2. Kolenkim
3. Ikatan pembuluh

Divisi Tracheophyta
Upadivisi Spermatophytina

Klad angiosperms

Klad mesangiosperms

Klad eudicots

Klad core eudicots

Klad asterids

Klad campanulids

Ordo Apiales

Famili Apiaceae

Upafamili Apioideae

Tribus Apieae

Genus Apium

Spesies Apium graveolens


Nama latin : Durio zibethinus
Nama lain : Durian
Suku : Maluaceae
Simplisia :-
Bagian yang diambil : Kerokan daun bawah
Bagian yang diamati : Trikom bentuk sisik
Medium : Air
Pembesaran : 100x
Asal : -

Bagian Yang Diamati :


1. Rambut sisik/trikom bentuk sisik

Kerajaan: Plantae
(tanpa Angiospermae
takson):

(tanpa Eudikotil
takson):

(tanpa Rosidae
takson):

Ordo: Malvales

Famili: Malvaceae

Genus: Durio

Spesies: D. zibethinus
Nama latin : Canna indica
Nama lain :Bunga tasbih
Suku : Cannaceae
Simplisia : -
Bagian yang diambil : C-S costae
Bagian yang diamati : Klorenkim, sklerenkim, aktinenkim
Medium : Air
Pembesaran : 100x
Asal :-

Bagian Yang Diamati :


1. Klorenkim
2. Aktinenkim
3. Sklerenkim

Kerajaan: Plantae

Divisi: Magnoliophyta

Kelas: Liliopsida

Ordo: Zingiberals

Famili: Cannaceae
Genus: Canna
VI. Pembahasan

Jaringan adalah sekelompok sel yang memiliki struktur dan fungsi yang sama dan
terikat oleh bahan antarsel untuk membentuk satu kesatuan. Untuk membentuk tubuh dan
organ-organ penyusun tumbuhan, sel-sel tumbuhan membentuk jaringan yang memiliki
struktur dan fungsi yang khusus. Jaringan pada tumbuhan sangat berbeda dengan jaringan
hewan. Jaringan tumbuhan adalah sekumpulan sel dengan fungsi khusus yang menyusun
tubuh tumbuhan. Pada tumbuhan, jaringan tersebut tersusun atas sel-sel yang mempunyai
informasi, fungsi, asal, dan struktur. Jaringan penguat pada tumbuhan terdiri dari jaringan
kolenkim dan sklerenkim, serta juga selain itu memiliki jaringan tambahan yaitu trikom,
papilla dan emergensia.

Pada praktikum ini kami melakukan pengamatan jaringan yang terdapat pada
tumbuhan,untuk pengamatannya digunakan sampel atau bahan berupa : 1.Camelia
sinensis (Daun teh/Tanaman teh) 2. Blumea balsampera (Daun sembung) 3.
Orthoshiphonis staminea folium (Daun kumis kucing) 4. Cajaputi folium (Daun minyak
kayu putih) 5. Apium graveolens (Seledri) 6. Durio zibethinus (Durian) dan 7. Canna
indica (Bunga tasbih)

Pertama-tama kami menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, setelah itu
diambil mikroskop yang akan kami gunakan, kemudian dibersihkan kaca objek dan kaca
penutup dengan aquadest steril agar bebas dari debu dan lemak yang menempel. Setelah
semuanya sudah disiapkan, kami beralih untuk membuat sampel dengan cara mengiris
melintang, mengiris membujur maupun mengambil kerokan tergantung dari masing-
masing sampel apa saja yang akan diamati dan juga irisan yang kami buat setipis
mungkin dan melakukan cara ini pada setiap bahan/sampel yang akan diamati. tujuan
sampel diiris tipis agar dapat terlihat jelas sel-sel yang terdapat dalam tumbuhan tersebut.
Setelah sampel diiris tipis, kemudian diletakkan diatas kaca objek dan ditetesi dengan air
menggunakan pipet. Tujuan ditetesi air untuk menjaga lingkungan sel agar tetap segar
(Setjo,S.2004). Kemudian ditutup dengan menggunakan kaca penutup agar sel yang
diamati mudah terlihat jelas karena bentuk kaca penutup yang tipis dan transparan.
kemudian diamati di mikroskop dengan perbesaran 100x.

Pada pengamatan pertama makroskopik preparat Camelia sinensis (Daun


teh/Tanaman teh) ini bentuk daunnya berbentuk lanset, tepi daunnya bergerigi/lancip,
ujung daunnya meruncing serta bertulang menyirip, pangkal daunnya berbentuk seperti
acute atau runcing, dimana tulang daunnya juga menyirip dan runcing pada bagian
ujungnya serta warna pada permukaan Daun teh/Tanaman teh ini coklat kehitaman
(gelap). Daun teh muda memiliki warna hijau yang lebih terang sedangkan daun tua
memiliki warna hijau kelam dengan permukaan lebih licin dibandingkan daun muda.
Daun teh ini memiliki bau khas the dengan rasa yang kelat atau agak pahit. Dan pada
pengamatan bagian mikroskopiknya terdapat kelenjar minyak, rambut serta saluran
minyak. Dimana fragmen pengenal dari preparat Camelia sinensis (Daun teh/Tanaman
teh) ini adalah serabut sklerenkim, epidermis bawah dengan stomata, makroslerida,
mesofil dengan berkas pengangkut dan Kristal kalsium oksalat bentuk rosset.
Selanjutnya pada pengamatan kedua makroskopik preparat Blumea balsampera
(Daun sembung) ini bentuk daunnya bulat telur sampai lonjong, dengan tepi daun
bergerigi, ujung daun meruncing, pangkal daun runcing, tulang daunnya berbentuk
menyirip serta warna pada permukaannya hijau berambut agak kasar sedangkan
permukaan bawah : hijau berambut rapat dan halus seperti beludru. Blumea balsampera
(Daun sembung) ini memiliki bau aromatic yang mirip chamfer dengan rasa yang hambar
lama-kelamaan pahit seperti chamfer. Dan pada pengamatan bagian mikroskopiknya
terdapat rambut penutup multiseluler terdiri dari 2 –10 sel. Batas antar sel yang satu
dengan yang lain terlihat jelas. Memiliki ujung runcing. Dan juga kelenjar minyak.
Dimana fragmen pengenal dari preparat Blumea balsampera (Daun sembung) ini adalah
rambut penutup multiseluler terdiri dari 2 –10 sel. Batas antar sel yang satu dengan yang
lain terlihat jelas. Memiliki ujung runcing. Dan juga kelenjar minyak.

Setelah itu pada pengamatan ketiga makroskopik, menggunakan preparat


Orthoshiphonis staminea folium/Orthoshiphon aristatus (Daun kumis kucing) ini bentuk
daunnya bulat telur dengan tepi daun yang bergerigi, ujung daunnnya berbentuk runcing,
pangkal daun runcing dan tulang daunnya berbentuk menyirip dimana pada bagian atas
mahkota ditutupi oleh bulu-bulu yang halus dan pendek yang lambat laun berubah warna.
Dan untuk pengamatan mikroskopiknya pada epidermis atas dan bawah memiliki stomata
(epidermis bawah lebih banyak ditemukan stomata). Tipe stomata Caryophylaceae dan
memiliki 2 sel tetangga yang tidak sama besar. Rambut penutup berbentuk kerucut yang
terdiri dari 1-2 sel, berdinding tebal dengan kutikula yang bergaris-garis halus. Terkadang
terdapat rambut penutup yang berwarna ungu hingga kemerah-merahan (antosianin).
Rambut kelenjar tipe Labiatae terdiri dari 4-6sel kepala dan 1 sel tangkai. Umumnya
memiliki rambut kelenjar dengan 2 sel kepala. Dan juga terdapat kelenjar minyak.
Dimana fragmen pengenal dari preparat Orthoshiphonis staminea folium/Orthoshiphon
aristatus (Daun kumis kucing) ini adalah stomata, rambut penutup yang mengandung
antosianin, dan rambut kelenjar.

Kemudian pada pengamatan keempat makroskopik, menggunakan preparat


Melaleuca leucadendra/Cajaputi folium (Daun minyak kayu putih) ini memiliki daun
yang berbentuk lancip, tepi daun melengkung dengan ujung daun runcing juga, pangkal
daun meruncing, dan tulang daun yang berbentuk sejajar serta warna pada permukaan
daunnya hijau dan permukaan daunnya berbulu. Dan untuk pengamatan mikroskopiknya
pada Melaleuca leucadendra/Cajaputi folium (Daun minyak kayu putih) ini memiliki
kutikula tebal, epidermis poligonal. Stomata seperti kaca mata. Palisade atas dan lapisan
bawah masing-masing 2 lapis. Kelenjar minyak berwarna cokelat, bentuk tidak tetap (ada
oval, ada bulat). Rambut penutup tidak spesifik dan tidak banyak. Urat daun dengan
Kristal oksalat. Dimana fragmen pengenal dari preparat Melaleuca leucadendra/Cajaputi
folium (Daun minyak kayu putih) ini adalah kelenjar minyak berwarna coklat.

Pada pengamatan kelima, keenam dan ketujuh yaitu menggunakan sampel Apium
graveolens (Seledri), dimana pada sampel ini dapat diamati parenkim sudut dan ikatan
pembuluh. Selanjutnya menggunakan sampel Durio zibethinus (Durian), dimana pada
sampel ini dapat diamati trikom bentuk sisik (olea) atau bentuk trikoma seperti bunga dan
sering disebut juga seperti perisai. Trikoma ini termasuk kedalam trikoma non-glandular.
Dan trikoma sel yang termasuk kedalam multiseluler. Menurut Nugroho (2006), trikoma
yang tidak menghasilkan sekret (trikoma non-glandular) yaitu salah satunya ialah Rambut
sisik yang memipih dan bersel banyak, contohnya pada daun durian (Durio zibethinus).
Menurut Mulyani (2006), Trikoma berbentuk sisik, pipih, dan multisel. Ada yang tidak
bertangkai (sessile), disebut sisik dan ada yang bertangkai sehingga seperti perisai,
misalnya pada Olea. Menurut Kartosapoetra (1988), para ahli ada yang membedakan
trikoma ini dengan memperhatikan kepala bentuknya, yaitu (a) trikoma sebagai rambut
dan (b) trikoma sebagai sisik. Yang termasuk dalam trikoma sebagai rambut (hairs) ialah
trikoma unicelluler, sedangkan yang dimaksud dengan trikoma sebagai sisik (peltate
hairs, scale) yaitu trikoma yang dianggap berbentuk peltatus atau perisai/sisik, bagian
bawah trikoma ini melekat pada permukaan epidermis. Kemudian pada pengamatan yang
terakhir menggunakan sampel Canna indica (Bunga tasbih), dimana pada sampel ini
dapat diamati klorenkim, aktinenkim serta sklerenkim.

Jika kami bandingkan dengan literatur pada jurnal serta buku penuntun praktikum
botani maupun farmakognosi, hasil yang kami amati sesuai literature yang sudah ada.
Dimana pada masing-masing sampel atau preparat yang kami gunakan serta amati
terdapat jaringan tertentu tergantung pada sampel atau preparat apa yang diamati.
VII. Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum ini adalah :


 Jaringan adalah sekelompok sel yang memiliki struktur dan fungsi yang sama dan
terikat oleh bahan antarsel untuk membentuk satu kesatuan.
 Jaringan tumbuhan adalah sekumpulan sel dengan fungsi khusus yang menyusun
tubuh tumbuhan. Pada tumbuhan, jaringan tersebut tersusun atas sel-sel yang
mempunyai informasi, fungsi, asal, dan struktur.
 Jaringan penguat pada tumbuhan terdiri dari jaringan kolenkim dan sklerenkim,
serta juga selain itu memiliki jaringan tambahan yaitu trikom, papilla dan
emergensia.
 Trikoma adalah modifikasi dari epidermis dengan berbagai bentuk, struktur dan
fungsi. Trikoma berfungsi mengurangi laju transpirasi saat tanaman kekurangan
air dan melindungi tanaman dari herbivora, patogen serta tempat tersimpannya
metabolit sekunder.
 Trikoma dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu trikoma nonglandular (rambut
tak kelenjar) dan trikoma glandular (rambut kelenjar). Pada trikoma nonglandular
dikelompokkan menjadi 4 macam.
DAFTAR PUSTAKA
Sianturi Sister. 2021. Panduan Praktikum Farmakognosi. Samarinda : Universitas Stikes
Dirgahayu Samarinda.
Dewi, Puspita Veni, dkk. 2015. Studi Trikoma Daun Pada Famili Solanaceae Sebagai
Sumber Belajar Biologi. Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia Volume 1 Nomor 2 Hal:
209-218. Diakses pada, Jumat 2 Juli 2021 pukul 16.00.

Fahn A. 1991. Anatomi Tumbuhan Edisi Ketiga. Yogyakarta: UGM Press.

Kartasapoetra. 1988. Anatomi Tumbuh-Tumbuhan. Jakarta: Bina Aksara.

Mulyani, Sri. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: PT Kanisius.

Nugroho, L. Hartanto. 2006. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Jakarta: Penebar


Swadaya.

Sutrian, Yayan. 2004. Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan Tentang Sel dan Jaringan.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Kartasapoetra, Ir. A.G. 1991. Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan (tentang Sel dan
Jaringan). Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Sumardi, Issrep. 1993. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Yogyakarta : UGM Press.

Tjitrosopomo, Siti Sutarmi. Prof. Dr. Ir. H. 1983. Botani Umum 1. Bandung : Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai