FARMAKOGNOSI
PERTEMUAN 1 S/d 7
DIBUAT OLEH :
DOSEN PENGAMPU :
LABORATORIUM FARMAKOGNOSI
TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN
Hari : Senin
Mengetahui,
Nim:191148201106
Mahasiswa Mahasiswa
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan..........................................................................................................
Daftar isi.............................................................................................................................
I. Isi Laporan......................................................................................................................
Daftar Pustaka...............................................................................................
Materi I
PENGAMATAN SITOLOGI TUMBUHAN : PENGAMATAN ISI SEL,
PROTOPLASMA, DINDING SEL, DAN PLASMOLISIS
I.Tujuan :
II.Tinjauan Pustaka
Sel adalah structural terkecil dan fungsional dari suatu makhluk hidup yang secara
independen mampu melakukan metabolisme, reproduksi dan kegiatan kehidupan lainnya
yang menunjang kelangsungan hidup sel itu sendiri. Suatu sel dikatakan hidup apabila sel
tersebut masih menunjukkan ciri-ciri kehidupan antara lain melakukan aktivitas metabolisme,
mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungannya, peka terhadap rangsang, dan ciri hidup
lainnya. Suatu sel hidup harus memiliki protoplas, yaitu bagian sel yang ada di bagian dalam
dinding sel. Protoplas dibedakan atas komponen protoplasma dan non protoplasma.
Komponen protoplasma yaitu terdiri atas membran sel, inti sel, dan sitoplasma (terdiri dari
organel-organel hidup). Komponen non protoplasma dapat pula disebut sebagai benda
ergastik. (Subandi, 2008)
Sel hanya berupa ruangan kosong saja. Sel mati sendiri asalnya dari sel hidup. Sel menjadi
mati disebabkan karena berbagai faktor, misalnya faktor genetik maupun faktor lingkungan.
Sedangkan yang akan dibahas dalam praktikum ini adalah sel hidup dan sel mati karena
faktor genetik, maksudnya sel tersebut mati karena telah mencapai umur yang memang telah
ditentukan secara genetik. Zeny, 2003
Pada sel mati tidak dijumpai adanya organel-organel, di dalam sel hanya berupa ruangan
kosong saja. Sel mati sendiri asalnya dari sel hidup. Sel menjadi mati disebabkan karena
berbagai faktor, misalnya faktor genetik maupun faktor lingkungan. sel mati karena faktor
genetik disebabkan sel telah mencapai umur yang memang telah ditentukan secara genetik.
Sel-sel tersebut memang dalam perkembangannya terspesialisasi untuk menjadi suatu sel
mati, yang memiliki fungsi tertentu dalam bagi tumbuhan. Misalnya, sel-sel xilem-xilem
yang akan bersifat mati secara khusus berguna untuk pengangkutan unsur mineral dari dalam
tanah ke daun. (Umar, 2010)
Hal ini membantu memacahkan persoalan manusia tentang organisme yang berukuran kecil.
(Widyatmoko,2008)
Antonie van Leeuwenhoek adalah orang yang mempelopori adanya mikroskop yang dapat
digunakan untuk mengamati mikroorganisme. Mikroskop yang dibuat masih sederhana
karena hanya memiliki satu lensa bikonveks. Pada tahun 1680,Roobert Hooke menggunakan
mikroskop majemuk untuk merumut atau melacak gambar sel dan hewan kecil secara rinci.
(Saktiyono, 2007)
Ada dua jenis mikroskop yaitu mikroskop cahaya dan mikroskop elektron.Mikroskop cahaya
menggunakan cahaya matahari atau lampu untuk melihat objek. Sedangkan mikroskop
elektron menggunakan berkas elektron sebagai pengganti gelombang cahaya untuk
memperoleh bayangan. (Saktiyono, 2007)
Mikroskop juga dapat digunakan untuk mengamati sitologi suatu sel. Sel berasal dari istilah
cellula yang pertama kali digunakan oleh Roobert Hooke berdasarkan penemuannya
mengamati sel gabus. Sel gabus terlihat seperti ruang kecil yang dibatasi oleh dinding sel.
Setelah penemuan sel ini, berkembanglah teori-teori mengenai sel, seperti sel merupakan unit
struktural terkecil dalam makhluk hidup, sel merupakan kesatuan fungsional kehidupan.
(Retnaningati dan Hidayat,2012)
Sitologi tumbuhan merupakan ilmu yang mempelajari bentuk, susunan, sifat-sifat fisik dan
kimia sel, serta perkembangan dinding selnya. Sel tumbuhan didefinisikan sebagai unit dasar
yang universal dari suatu struktur organik. Struktur yang membedakan sel tumbuhan dan sel
hewan ialah keberadaan dinding sel yang merupakan lapisan terluar sel yang berbatasan
dengan membran plasma. Dinding sel akan memberikan bentuk sel tumbuhan. Isi sel yang
satu dengan yang lainnya dipisahkan oleh keberadaan dinding sel. Pada tumbuhan tingkat
tinggi terdapat berbagai macam sel dengan variasi. (Setiowati, 2007)
1. Dinding Sel
Dinding sel hanya terdapat pada sel tumbuhan. dinding sel terdiri dari Selulosa yang kuat
yang dapat memberikan sokongan, perlindungan, dan untuk mengekalkan bentuk sel. terdapat
liang pada dinding sel untuk membenarkan pertukaran bahan di luar dengan bahan di dalam
sel. dindimg sel juga berfungsi untuk menyokong tumbuhan yang tidak berkayu. dinding sel
terdiri dari 3 Selulosa (sebagian besar), semiselulosa, Pektin, lignin, kitin, garam karbonat,
dan silikat dari Ca(kalsium) dan Mg (Magnesium).
2. Nukleus
Nukleus atau inti sel adalah organel yang di temukan pada sel eukariotik. organel ini
mengandung sebagian besar materi genetik sel dengan bentuk molekul DNA linear panjang
yang membentuk kromosom bersama dengan jenis protein seperti histon. Fungsi utama
Nukleus adalah untuk menjaga integritas gen-gen tersebut dan mengontrol aktivitas sel
dengan mengelola eksresi gen. Selain itu juga berfungsi untuk mengorganisasikan gen saat
terjadi pembelahan sel, memproduksi mRNA, sebagai tempat sintesis ribosom, tempat
terjadinya replikasi dan transkipsi dari DNA serta mengatur kapan dan di mana ekskresi gen
harus dimulai, dijalankan, dan di akhiri. Serta struktur sel yang lainnya beserta dengan
fungsinya.
1. Mikroskop
2. Gelas benda
3. Gelas penutup
4. Pipet tetes
5. Silet
V. Hasil Pengamatan
Nama Latin : Quercus Suber (Gabus)
Suku : Fagaceae
Simplisia : -
Perbesaran : 10x10
Keterangan/bagian yang ditunjuk:
1.Dinding sel
2.Lumen (Sel kosong) karena sel mati
VI. Pembahasan
Mikroskop adalah alat yang memungkinkan perbesaran citra objek untuk mengamati
rincian dari objek tersebut. Perkembangannya dimulai dari mikroskop petrografik,
mikroskop medan-gelap, mikroskop fasa, mikroskop ultraviolet,mikroskop medan
dekat dan mikroskop elektron yang menggunakan berkas elektron untuk
mengiluminasi objek. (Ardisasmita, 2008)
Sel eukariotik merupakan sel yang sudah memiliki membran inti dan sistem
endomembran. Sistem endomembran yaitu organel-organel yang memiliki membran
seperti retikulum endoplasma, kompleks golgi, mitokondria, dan lisosom.Sel
eukariotik terdapat pada sel tumbuhan dan hewan yang terdiri atas tiga komponen
utama yaitu membran plasma, sitoplasma, dan organel-organel sel. (Rini,2011)
Sel prokariotik merupakan sel dengan tidak adanya selaput atau membran yang
melapisi inti sel, sehingga materi genetik yang terkandung di dalam inti tidak
terbungkus oleh selaput atau membran.
Sel eukariotik terdapat pada organisme atau makhluk hidup yang memiliki sel
tunggal (uniseluler) dan beberapa juga terdapat pada sel multiseluler. (Setyawan,
2010).
Fungsi mempelajari sitologi dalam kehidupan adalah untuk mengetahui seluk beluk
dari sel dan jaringan tumbuhan. Disamping itu, semisalkan ada yang bermasalah
dengan salah satu organ yang dimiliki oleh tumbuhan kita dapat mencari penyebabnya
dengan ilmu sitologi ini.
Pada praktikum ini telah diamati sitologi dari beberapa tumbuhan. Pada sitologi
tumbuhan yang diamati adalah Quercus Suber (Gabus), Allium cepa (Bawang merah),
Spirogyra sp (Ganggang sekrup), Daucus Corota (Wortel), Rheoe Discolor (Bunga
Adam Hawa), Salaca eulis (Salak).
Sitologi adalah cabang ilmu yang mempelajari tentang sel, pada tumbuhan ini sel
yang diamati adalah Lumen (sel kosong) karena sel mati pada Quercus Suber (Gabus),
Nukleus pada Allium cepa (Bawang merah), Kloroplas pada Spirogyra sp (Ganggang
sekrup), Kloroplas pada Daucus Corota (Wortel), Pigmen antosianin pada Rheoe
Discolor (Bunga Adam Hawa), Pit sederhana dan membrane pada Salaca eulis
(Salak).
Bagian-bagian yang diamati terlihat dan dapat dicirikan bahwa itu merupakan sesuatu
yang dicari pada pengamatan.
VII. Kesimpulan
Daftar Pustaka
Saktiyono. 2007.Biologi. Bumi Aksara, Jakarta.
Materi II
PENGAMATAN BENDA ERGASTIK
I. Tujuan
Benda ergastik merupakan benda non-protaplasma yang ditemukan di dalam sel. Protoplasma
yang hidup di sel di sebut juga bioplasma dan benda dengan dengan zat ergastik. Benda
organik dan non-organik produk metabolisme dapat membantu organisme dalam pertahanan
dalam memelihara struktur sel, juga untuk penyimpanan substansi dalam vakuola dan dinding
sel. Benda ergastik terdiri atas dua sifat yaitu ada yang bersifat cair dan padat. Benda atau zat
yang bersifat cair yaitu : pati, protein, cairan sel, minyak dan lemak, minyak etsiri dan damar,
serta benda yang bersifat padat : Kristal caoksalat, kristal anorganik, dan butir amilum.
(Sutrian, 2004)
Komponen non protoplasma terdapat di dalam sitoplasma dan vakuola menyusun bahan
makanan atau produk metabolisme yang lain. Bahan-bahan ini umumnya dikenal sebagai
bahan ergastik. Bahan ergastik dapat bersifat cair maupun padat, bahan ergastik itu adalah :
karbohidrat, protein, minyak dan substansi yang berminyak, kristal dan tanin. (Santoso,1998:
35)
Pada tumbuh-tumbuhan biasanya terdapat protein aktif dan pasif. Yang dimaksud protein
aktif adalah protein-protein pembentuk protoplasma, sedangkan protein pasif adalah protein
cadangan makanan. Pada hakikatnya protein pasif ini adalah benda non protoplasmik
(ergastic substances atau benda_benda mati) yang ditemukan dalam vakuola-vakuola sebagai
protein amorf ataupun sebagai kristal,kedua-duanya lazim terdapat bersama-sama sebagai
butir-butir aleron yang merupakan benda-benda mati. Benda-benda mati ini lazimnya
terdapat dalam endoperm, perisperm atau embrio dari biji-bijian. (Sutrian,2004 )
Berikut adalah benda ergastik dalam bentuk cair : Menurut (Foris, 2011)
1. Pati
Pati adalah karbohidrat yang terjadi dari rangkaian molekul yang panjang. Muncul dalam
bentuk butiran yang umumnya akan berwarna hitam kebiru-biruan bila diberi larutan
iodium dalam kalium iodida. Butir-butir pati dibentuk pertama kali di dalam kloroplas,
kelak pati dipecah dan dalam bentuk gula dipindahkan ke jaringan-jaringan cadangan
makanan. Disini gula disintesis kembali menjadi amiloplas. Umumnya butir pati terdiri
atas lapisan-lapisan yang mengelilingi suatu titik yang di sebut hilum. Hilum dapat
terletak di tengah atau dapat pula eksentrik.
Pelapisan pada butir pati terlihat sebagai akibat kepekaan molekul-molekul yang lebih
banyak pada saat permulaan terbentuknya lapisan-lapisan terluar karena kelebihan air.
Pada butir pati sereales jumlah lapisan sesuai dengan jumlah hari pembentukan butir pati.
2. Protein
Protein ditemukan dalam lapisan endosperm paling luar yang disebut lapisan aleuron,
pada kariopsis serealis protein berbentuk kristaloid kuboidal yang ditemukan dalam sel
parenkima ferifer umbi kentang dan dalam parenkima buah capsicum.
Protein bentuk kristal dan protein amorf di temukan bersama-sama dalam butiran-butiran
aleuron dalam endosperm dan embrio sebagian besar biji-bijian.
3. Cairan sel
Cairan sel adalah cairan yang terdapat dalam rongga-rongga vakuola. Cairan sel tersebut
merupakan larutan dari bermacam macam zat yang larut dalam air, baik yang berupa
persenyawaan organik maupun anorganik. Susunan cairan sel tidak tetap, selalu berubah-
ubah karena di dalam sel terus menerus berlangsung reaksi - reaksi metabolisme.
Minyak dan lemak merupakan bahan cadangan penting dalam tumbuhan, yang sering kali
dijumpai dalam biji dan buah. Lemak dan minyak merupakan gliserida asam lemak.
perbedaan di antara keduanya umumnya berdasarkan sifat-sifat fisik, Pada suhu normal
lemak berbentuk benda padat dan minyak berbentuk cairan.
Dalam sel tumbuh-tumbuhan terdapat pula sejenis minyak yang muda menguap.seperti
halnya minyak eteris. Dalam sel tumbuh-tumbuhan minyak eteris berupa tetes minyak
yang berupa tetes-tetes minyak yang mmembiaskan cahaya. biasanya sel-selnya telah
mati dan dinding selnya bersifat suberin (zat gabus).
1) Kristal ca-oksalat
Kristal ini memang cukup banyak terdapat dalam sel berbagai tumbuh-tumbuhan.
Lazimnya terdapat dalam sel korteks akan tetapi tidak jarang pula terdapat dalam sel-sel
parenkim floem dan sel parenkim xylem.
2) Kristal anorganik
Kristal anorganik ialah berupa silikat yang banyak terdapat pada sel tumbuhan jenis
bambu dan rumput-rumputan terutama pada sel epidermisnya.
3) Butir amilum
Benda-benda non-protoplasma atau benda-benda mati ini dalam sel di bentuk oleh plastida-
plastida, diantaranya amiloplas dan kloroplas.
V. Hasil Pengamatan
Nama Latin: Amaranthus spinosus
(Bayam duri)
Suku: Amaranthaceae
Simplisia: -
Perbesaran: 10x10
Keterangan/bagian yang ditunjuk:
1.Kristal Pasir
Pada praktikum kali ini, kami mengamati benda-benda ergastik berupa kristal dan
amilum.Untuk percobaan pengamatan benda-benda ergastik ini,kami
menggunakan sampel Amaranthus spinosus (Bayam duri), Eicchornia crassipes
(eceng gondok), Carica papaya (papaya), Ficus elastica (karet hias), Canna edulis
(ganyong), Phaseolus radiates (kacang hijau), Ipomoea batatas (ubi), Oryza
sativa (padi), Oryza sativa van glutinosa (ketan hitam).
Setelah sampel diiris tipis, kemudian diletakkan diatas kaca objek dan ditetesi
dengan air menggunakan pipet. Tujuan ditetesi air untuk menjaga lingkungan sel
agar tetap segar (Setjo,S.2004). Kemudian ditutup dengan menggunakan kaca
penutup agar sel yang diamati mudah terlihat jelas karena bentuk kaca penutup
yang tipis dan transparan. kemudian diamati di mikroskop dengan perbesaran
100x dan 400x.
Hasil yang didapat untuk sampel daun pepaya (Carica papaya), bayam duri dan
(Amaranthus sp) yang dilihat adanya kristal didapat hasil bahwa pada sampel
tersebut mengandung benda-benda ergastik berbentuk kristal. Dimana terdapat
kristal butir-butir halus, kristal bentuk pasir dan kristal rosset (druse).
Dari percobaan yang dilakukan untuk sampel Canna edulis (ganyong), Phaseolus
radiates (kacang hijau), Ipomoea batatas (ubi), Oryza sativa (padi), Oryza sativa
van glutinosa (ketan hitam), yang dilihat pembentukan amilum atau pati. Didapat
hasil bahwa pada sampel tersebut terdapat pati yang didalamnya mengandung
hilus dan lamella. Dimana hilus adalah titik awal terbentuknya amilum dan lamella
adalah garis-garis halus yang mengelilingi hilus. (Sinta,S.2004)
Jika dibandingkan dengan literatur yang terdapat pada penuntun praktikum botani,
2014, Setjo,S.2004, dan Sinta,S.2004, hasil yang didapat sesuai dengan literatur
yang ada. Dimana terdapat benda-benda ergastik dalam bentuk kristal, dan amilum
atau pati.
Titik initial (permulaan) terbentuknya amilum disebut hilus. Berdasarkan letak
hilus, butir amilum dibedakan menjadi amilum konsentris dan amilum eksentris.
Menurut banyaknya hilus dalam amilum dibedakan menjadi, Butir amilum
tunggal, pada sebutir amilum terdapat sebuah hilus.
Butir amilum setengah majemuk, terdapat dua hilus yang dikelilingi lamella, tetapi
kemudian berbentuk lamella yang mengelilingi seluruhnya. Butir amilum
majemuk, tiap butir mempunyai lebih dari satu hilus ini dikelilingi oleh lamella
masing-masing.
macam-macam butir tepung apabila dilihat dari susunannya, yaitu butir tepung
monoadelph, diadelph dan polyadelph, yaitu:
a. Monoadelph
Butir-butir tepung monoedelph adalah butir-butir tepung yang memiliki satu hilus
dengan lamella-lamella mengelilinginya. Sebagai contoh: butir tepung pada ketela
rambat, ketela pohon, gandum dan lain-lain.
b. Diadelph
Dalam hal butir-butir tepung macam ini, adalah butir tepung yang terdiri dari dua
hilus, yang masing-masing hilus dikelilingi pula lamella-lamella sendiri-sendiri.
Masing-masing lamella ini dikelilingi lagi oleh lamella lainnya. Sebagai contoh:
butir tepung pada kentang.
c. Poliadelph
Butir-butir tepung diadelph ini ternyata banyak bagian-bagiannya atau dengan kata
lain terdiri dari banyak butir-butiran tepung yang bersatu. Sebagai contoh: pada
padi (Oryza sativa).
Dan terakhir, Dalam sel benda ergastik dapat berupa karbohidrat (amilum), protein
(aleuron dan gluten), lipid(lilin, kutin, dan suberin), dan Kristal (Kristal ca-oksalat
dan silika).
VII. Kesimpulan
Sutrian, Yayan. 2004. Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan Tentang Sel Dan Jaringan.
Jakarta : RINEKA CIPTA.
I. Tujuan
Jaringan epidermis memiliki ciri-ciri yaitu selnya hidup, tersusun rapat, bentuknya
balok, dan tidak terdapat klorofil. Jaringan epidermis dapat melakukan derivat epidermis.
Derivat epidermis adalah suatu suatu bangunan atau alat tambahan pada epidermis yang
berasal dari epidermis, tapi memiliki struktur dan fungsi yang berlainan dengan epidermis
itu sendiri. Macam-macam derivat epidermis antara lain yaitu stomata dan trikoma.
Pada epidermis sering terdapat alat tambahan, baik yang unisel aupun multisel yang
disebut trikoma. Trikoma mempunyai struktur yang lebih padat seperti tonjolan, struktur
kelenjar, dan duri yeng terdiri atas sel epidermis atau jaringan subepidermis, yang
disebut emergence. Pada beberapa kasus, sukar membedakan secara tegas kedua tipe alat
tambahan ini tanpa mempelajari ontogeninya. Karena itu, untuk praktisnya di sini
digunakan istilah trikoma, baik untuk alat tambahan yang berasal dari sel epidermis
maupun dari subepidermis. Sel trikoma ada yang mempunyai dinding sekunder dan
kadang-kadang berlignin. Beberapa trikoma dapat kehilangan protoplas hidupnya.
A. Pengertian Trikoma
Trikoma adalah modifikasi dari epidermis dengan berbagai bentuk, struktur dan
fungsi. Trikoma berfungsi mengurangi laju transpirasi saat tanaman kekurangan air dan
melindungi tanaman dari herbivora, patogen serta tempat tersimpannya metabolit
sekunder (Ambadini, 2015).
Trikoma berasal dari sel-sel epidermis terdiri atas sel tunggal atau banyak sel.
Struktur yang menyerupai trikoma, tetapi lebih besar dan berbentuk dari jaringan
epidermis atau dibawah epidermis disebut emergensia, sedangkan apabila terbentuk
dari jaringan stele disebut spina. Trikoma mempunyai peranan yang sangat penting
dalam taksonomi tumbuhan karena kadang familia tertentu dapat dikenal dari jenis
trikomanya. Fungsi trikoma bagi tumbuhan adalah mengurangi penguapan (apabila
terdapat pada epidermis daun), menerus rangsang, mengurangi gangguan hewan,
membantu penyebaran biji, membantu penyerbukan bunga, dan menyerap air serta
garam-garam mineral dari dalam tanah (Nugroho, 2006).
Trikomata yang arti sebenarnya adalah rambut-rambut yang tumbuh (berasal dari
kata Yunani), asalnya adalah dari sel-sel epidermis yang bentuk, susunan serta
fungsinya bervariasi. Trikomata itu terdapat pada hampir semua organ tumbuh-
tumbuhan (pada epidermisnya), jelasnya yaitu selama organ-organ tumbuh-tumbuhan
itu masih hidup/ aktif di samping yang terdapat waktu yang hanya terbatas (sebentar),
trikomata ini biasanya tumbuh lebih dahulu, menjelang atau dalam hubungan dengan
pertumbuhan organ tumbuhannnya (Kertasapoetra, 1988).
Beberapa sel epidermis daun atau cabang membentuk tonjolan dalam bantuk
rambut atau trikoma. Trikoma dapat tersebar dalam bentuk tunggal, tetapi adakalanya
bergerombol. Trikoma dapat terdiri dari sel tunggal atau beberapa sel bergabung
dengan berbagai bentuknya. Mulai dari bentuk sederhana sebagai tonjolan sampai
membentuk bangunan komplek yang bercabang-cabang atau berbentuk bintang. Sel-sel
penyusun trikoma dapat berupa sel hidup atau sel mati (Fahn, 1991).
Trikoma dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu : trikoma yang tidak
menghasilkan sekret dapat berbentuk rambut bersel satu atau sel banyak, rambut sisik
yang memipih dan bersel banyak, rambut bercabang dan bersel banyak, dan rambut
akar. Sedangkan trikoma yang menghasilkan sekret dapat bersel satu atau bersel banyak
dan berupa sisik, trikoma yang menghasilkan sekret yang kental atau koleter, rambut
gatal, dan trikoma yang menghasilkan nektar (Hidayat, 1995).
Trikoma pada jaringan epidermis mempunyai sifat khusus sebagai daya pertahanan
dari serangga, yang ditentukan oleh adanya kelenjar (glandula) atau tidak
(nonsecretory), kerapatan, panjang, bentuk, dan ketegakaan trikoma. Struktur maupun
morfologi trikoma memiliki keragaman dan dapat dijadikan sebagai kunci dari
identifikasi marga, spesies, subspecies dan varietas dari berbagai family yang diteliti
(Dewi, 2015).
Klad asterids
Klad campanulids
Ordo Asterales
Famili Asteraceae
Genus Blumea
Spesies: M. leucadendra
Nama latin :Apium graveolens
Nama lain : Seledri
Suku : Apiaceae
Simplisia : -
Bagian yang diambil : C-S petiole
Bagian yang diamati : Parenkim sudut, dan ikatan pembuluh
Medium : Air
Pembesaran : 100x
Asal : Apium graveolens L
Divisi Tracheophyta
Upadivisi Spermatophytina
Klad angiosperms
Klad mesangiosperms
Klad eudicots
Klad asterids
Klad campanulids
Ordo Apiales
Famili Apiaceae
Upafamili Apioideae
Tribus Apieae
Genus Apium
Kerajaan: Plantae
(tanpa Angiospermae
takson):
(tanpa Eudikotil
takson):
(tanpa Rosidae
takson):
Ordo: Malvales
Famili: Malvaceae
Genus: Durio
Spesies: D. zibethinus
Nama latin : Canna indica
Nama lain :Bunga tasbih
Suku : Cannaceae
Simplisia : -
Bagian yang diambil : C-S costae
Bagian yang diamati : Klorenkim, sklerenkim, aktinenkim
Medium : Air
Pembesaran : 100x
Asal :-
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Liliopsida
Ordo: Zingiberals
Famili: Cannaceae
Genus: Canna
VI. Pembahasan
Jaringan adalah sekelompok sel yang memiliki struktur dan fungsi yang sama dan
terikat oleh bahan antarsel untuk membentuk satu kesatuan. Untuk membentuk tubuh dan
organ-organ penyusun tumbuhan, sel-sel tumbuhan membentuk jaringan yang memiliki
struktur dan fungsi yang khusus. Jaringan pada tumbuhan sangat berbeda dengan jaringan
hewan. Jaringan tumbuhan adalah sekumpulan sel dengan fungsi khusus yang menyusun
tubuh tumbuhan. Pada tumbuhan, jaringan tersebut tersusun atas sel-sel yang mempunyai
informasi, fungsi, asal, dan struktur. Jaringan penguat pada tumbuhan terdiri dari jaringan
kolenkim dan sklerenkim, serta juga selain itu memiliki jaringan tambahan yaitu trikom,
papilla dan emergensia.
Pada praktikum ini kami melakukan pengamatan jaringan yang terdapat pada
tumbuhan,untuk pengamatannya digunakan sampel atau bahan berupa : 1.Camelia
sinensis (Daun teh/Tanaman teh) 2. Blumea balsampera (Daun sembung) 3.
Orthoshiphonis staminea folium (Daun kumis kucing) 4. Cajaputi folium (Daun minyak
kayu putih) 5. Apium graveolens (Seledri) 6. Durio zibethinus (Durian) dan 7. Canna
indica (Bunga tasbih)
Pertama-tama kami menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, setelah itu
diambil mikroskop yang akan kami gunakan, kemudian dibersihkan kaca objek dan kaca
penutup dengan aquadest steril agar bebas dari debu dan lemak yang menempel. Setelah
semuanya sudah disiapkan, kami beralih untuk membuat sampel dengan cara mengiris
melintang, mengiris membujur maupun mengambil kerokan tergantung dari masing-
masing sampel apa saja yang akan diamati dan juga irisan yang kami buat setipis
mungkin dan melakukan cara ini pada setiap bahan/sampel yang akan diamati. tujuan
sampel diiris tipis agar dapat terlihat jelas sel-sel yang terdapat dalam tumbuhan tersebut.
Setelah sampel diiris tipis, kemudian diletakkan diatas kaca objek dan ditetesi dengan air
menggunakan pipet. Tujuan ditetesi air untuk menjaga lingkungan sel agar tetap segar
(Setjo,S.2004). Kemudian ditutup dengan menggunakan kaca penutup agar sel yang
diamati mudah terlihat jelas karena bentuk kaca penutup yang tipis dan transparan.
kemudian diamati di mikroskop dengan perbesaran 100x.
Pada pengamatan kelima, keenam dan ketujuh yaitu menggunakan sampel Apium
graveolens (Seledri), dimana pada sampel ini dapat diamati parenkim sudut dan ikatan
pembuluh. Selanjutnya menggunakan sampel Durio zibethinus (Durian), dimana pada
sampel ini dapat diamati trikom bentuk sisik (olea) atau bentuk trikoma seperti bunga dan
sering disebut juga seperti perisai. Trikoma ini termasuk kedalam trikoma non-glandular.
Dan trikoma sel yang termasuk kedalam multiseluler. Menurut Nugroho (2006), trikoma
yang tidak menghasilkan sekret (trikoma non-glandular) yaitu salah satunya ialah Rambut
sisik yang memipih dan bersel banyak, contohnya pada daun durian (Durio zibethinus).
Menurut Mulyani (2006), Trikoma berbentuk sisik, pipih, dan multisel. Ada yang tidak
bertangkai (sessile), disebut sisik dan ada yang bertangkai sehingga seperti perisai,
misalnya pada Olea. Menurut Kartosapoetra (1988), para ahli ada yang membedakan
trikoma ini dengan memperhatikan kepala bentuknya, yaitu (a) trikoma sebagai rambut
dan (b) trikoma sebagai sisik. Yang termasuk dalam trikoma sebagai rambut (hairs) ialah
trikoma unicelluler, sedangkan yang dimaksud dengan trikoma sebagai sisik (peltate
hairs, scale) yaitu trikoma yang dianggap berbentuk peltatus atau perisai/sisik, bagian
bawah trikoma ini melekat pada permukaan epidermis. Kemudian pada pengamatan yang
terakhir menggunakan sampel Canna indica (Bunga tasbih), dimana pada sampel ini
dapat diamati klorenkim, aktinenkim serta sklerenkim.
Jika kami bandingkan dengan literatur pada jurnal serta buku penuntun praktikum
botani maupun farmakognosi, hasil yang kami amati sesuai literature yang sudah ada.
Dimana pada masing-masing sampel atau preparat yang kami gunakan serta amati
terdapat jaringan tertentu tergantung pada sampel atau preparat apa yang diamati.
VII. Kesimpulan
Sutrian, Yayan. 2004. Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan Tentang Sel dan Jaringan.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Kartasapoetra, Ir. A.G. 1991. Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan (tentang Sel dan
Jaringan). Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Sumardi, Issrep. 1993. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Yogyakarta : UGM Press.
Tjitrosopomo, Siti Sutarmi. Prof. Dr. Ir. H. 1983. Botani Umum 1. Bandung : Angkasa.