Anda di halaman 1dari 7

SOAL 1

a. Kelainan refreksi miopi


b. Miopi atau rabun jauh terjadi ketika cahaya yang masuk ke mata tidak jatuh pada tempat
yang semestinya, yaitu retina. Kondisi ini disebabkan oleh bentuk bola mata yang lebih
panjang dari bola mata normal. Miopi juga bisa terjadi ketika kornea dan lensa mata,
yang berfungsi untuk memfokuskan cahaya pada retina, mengalami kelainan. Hingga
saat ini, penyebab bola mata lebih panjang dari normal belum diketahui dengan pasti.
Namun, ada beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko tersebut, antara lain:
 Genetik
Seseorang yang orang tuanya mengalami rabun jauh memiliki risiko lebih besar
untuk menderita rabun jauh.
 Kurang sinar matahari
Seseorang yang jarang beraktivitas di luar ruangan lebih berisiko menderita rabun
jauh karena kurang mendapatkan sinar matahari.
 Kekurangan vitamin D
Sebuah penelitian mengatakan bahwa seseorang yang mengalami kekurangan
vitamin D berisiko mengalami miopi.
 Kebiasaan membaca atau menonton terlalu dekat
Seseorang yang sering membaca, melihat layar monitor, atau menonton terlalu dekat
dengan mata lebih mudah terkena rabun jauh.
c. Nama-nama bagian sistem saraf mata:
1) Optic nerve
2) Optic chiasm
3) Optic tract
4) Optic radiation
5) Primary visual cortex
6) Lateral geniculate body
7) Optical lobe
d. Jalur visual adalah rangkaian lintasan saraf yang menghubungkan mata dengan otak dan
terlibat dalam pengolahan informasi visual. Jalur visual dimulai dari serabut saraf optik
retina, yang terletak di belakang bola mata.
Berikut adalah jalur visual dari saraf optik retina hingga otak:
 Serabut saraf optik retina: Serabut saraf optik retina adalah serat saraf yang
membawa informasi visual dari retina ke otak. Serabut saraf optik ini keluar dari
belakang bola mata dan berkumpul membentuk saraf optik.
 Chiasm optic: Setelah meninggalkan bola mata, serabut saraf optik retina berjalan
melalui chiasm optic atau persilangan saraf optik. Di sini, sebagian serat saraf dari
setiap mata saling bersilangan, sehingga informasi dari sisi kanan retina diproses
oleh sisi kiri otak dan sebaliknya.
 Traktus optik: Setelah chiasm optic, serabut saraf optik retina terus berjalan ke
traktus optik. Di sini, serat saraf yang tidak bersilangan dari setiap mata terus
berjalan ke sisi yang sama dari otak. Misalnya, serat saraf dari mata kanan tetap
berjalan ke sisi kanan otak.
 Nukleus genikulat lateralis: Traktus optik kemudian mengirimkan informasi ke
nukleus genikulat lateralis (LGN) di talamus, yang terletak di tengah otak. LGN
mengolah informasi visual sebelum mengirimkannya ke korteks visual.
 Korteks visual primer: LGN kemudian mengirimkan informasi visual ke korteks
visual primer, yang terletak di bagian belakang otak. Di sini, informasi visual
diproses lebih lanjut dan dibentuk menjadi gambaran visual.
 Korteks asosiasi visual: Informasi visual kemudian dikirim ke korteks asosiasi visual
yang terletak di depan korteks visual primer. Di sinilah informasi visual
diintegrasikan dengan informasi lain, seperti memori dan emosi, sehingga membantu
dalam memahami dan memberikan arti pada gambaran visual.
e. Bagian-bagian dari telinga:
1) Maleus
2) 3 saluran seengah lingkaran
3) Saraf vestibular
4) Saraf ruang siput
5) Ruang siput
6) Saluran eustacius
7) Stapes
8) Inkus
9) Gendang telinga
10) Saluran suara
f. Proses pendengaran adalah proses kompleks yang terjadi ketika suara atau getaran suara
masuk ke dalam telinga dan diubah menjadi sinyal listrik yang diinterpretasikan oleh
otak sebagai suara. Berikut adalah penjelasan mengenai fisiologi proses pendengaran
secara detail:
1) Penerimaan suara: Suara masuk ke dalam telinga melalui saluran telinga luar. Suara
tersebut kemudian mencapai membran timpani atau gendang telinga, yang
merupakan membran tipis dan elastis yang memisahkan saluran telinga luar dan
tengah. Gendang telinga bergetar dengan getaran suara yang masuk.
2) Penguatan suara: Setelah mencapai gendang telinga, getaran suara kemudian
diteruskan ke tulang pendengaran yang terdiri dari tiga tulang kecil, yaitu tulang
martil, tulang landasan, dan tulang sanggurdi. Tulang-tulang kecil ini berfungsi
untuk memperkuat dan mengubah getaran suara menjadi getaran yang lebih kuat dan
lebih kecil.
3) Konduksi suara: Getaran suara kemudian melewati ruang udara di dalam telinga
tengah dan mencapai membran vestibular yang terletak di ujung saluran telinga
dalam. Getaran suara kemudian merambat melalui cairan di dalam koklea, yang
merupakan organ pendengaran di dalam telinga dalam.
4) Transduksi suara: Ketika getaran suara mencapai koklea, ia akan menggetarkan sel
rambut (hair cell) di dalam selaput lendir koklea. Hair cell adalah sel yang terletak di
atas membran basilaris dan bertanggung jawab untuk mengubah getaran suara
menjadi sinyal listrik yang dapat diinterpretasikan oleh otak.
5) Pengiriman sinyal listrik: Setiap hair cell memiliki serangkaian rambut kecil yang
disebut stereocilia. Ketika stereocilia bergerak karena getaran suara, mereka
membuka atau menutup ion channel dan menghasilkan arus listrik yang terkait
dengan frekuensi dan intensitas suara. Sinyal listrik ini kemudian dikirimkan ke
saraf auditori, yang mengirimkan sinyal tersebut ke otak melalui jalur auditori.
6) Pengolahan suara oleh otak: Setelah mencapai otak, sinyal listrik yang dikirim oleh
saraf auditori diproses oleh korteks auditori, yang terletak di lobus temporal. Korteks
auditori bertanggung jawab untuk memproses informasi tentang frekuensi, durasi,
dan intensitas suara, serta membandingkan informasi pendengaran dengan informasi
lain seperti memori dan emosi.
g. Bagian-bagian dari apparatus vestibularis:
1) Anterior
2) Lateral
3) Posterior
4) Crista ampullaris
5) Membranous Ampullae
6) Urticle
7) Saccule
8) Cochlear duct
h. Keseimbangan tubuh adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan posisi dan
gerakan yang stabil selama aktivitas fisik atau dalam keadaan diam. Fisiologi
keseimbangan tubuh melibatkan beberapa sistem tubuh, termasuk sistem vestibular,
sistem somatosensori, dan sistem visual. Berikut adalah penjelasan mengenai fisiologi
keseimbangan tubuh secara detail:
1) Sistem vestibular: Sistem vestibular terdiri dari tiga saluran setengah lingkaran dan
dua sakulus dan utrikulus, yang terletak di dalam telinga bagian dalam. Sakulus dan
utrikulus mengandung sel rambut dan krista, yang merespons gerakan kepala dan
posisi tubuh. Ketika kepala bergerak, endolimfa yang terkandung di dalam saluran
setengah lingkaran juga bergerak dan menggetarkan sel rambut dan krista di sakulus
dan utrikulus, menghasilkan sinyal saraf yang dikirim ke otak untuk
mempertahankan keseimbangan.
2) Sistem somatosensori: Sistem somatosensori terdiri dari saraf sensorik yang terletak
di kulit, otot, dan persendian. Ketika kita bergerak atau berdiri, tekanan dan gerakan
di kulit, otot, dan persendian mengirimkan informasi ke saraf somatosensori.
Informasi ini kemudian diintegrasikan dengan informasi dari sistem vestibular dan
visual untuk mempertahankan keseimbangan.
3) Sistem visual: Sistem visual juga berkontribusi pada keseimbangan tubuh dengan
memberikan informasi visual tentang posisi tubuh dan gerakan sekitar kita. Ketika
kita bergerak atau berdiri, otak membandingkan informasi visual dengan informasi
dari sistem vestibular dan somatosensori untuk mempertahankan keseimbangan.
4) Otak: Otak merupakan pusat pengolahan dan pengintegrasian informasi dari sistem
vestibular, somatosensori, dan visual untuk mempertahankan keseimbangan tubuh.
Bagian otak yang terlibat dalam keseimbangan tubuh termasuk cerebellum, batang
otak, dan korteks sensorik dan motorik.
i. Bagian-bagian indera penciuman:
1) Vestibule
2) Cribriform plate of ethomoid bone
3) Superior turbinate
4) Middle turbinate
5) Inferior turbinate
j. Penciuman atau olfaksi adalah salah satu indera manusia yang bertanggung jawab untuk
merasakan aroma dan bau. Penciuman melibatkan beberapa tahapan fisiologi yang
kompleks, yang terjadi dari hidung sampai otak. Berikut adalah penjelasan mengenai
fisiologi penciuman secara detail:
1) Penyaringan udara: Udara yang dihirup melalui hidung melewati rongga hidung,
yang terdiri dari batang hidung dan tulang konka. Rongga hidung memiliki banyak
rambut halus dan lendir yang berfungsi untuk menyaring partikel-partikel kecil dari
udara yang dihirup.
2) Receptor penciuman: Di dalam hidung terdapat sel-sel rambut (olfaktorius) yang
berfungsi sebagai reseptor untuk menerima rangsangan bau. Setiap sel rambut
memiliki banyak rambut mikroskopik yang menerima molekul-molekul bau dari
udara yang dihirup.
3) Transduksi sinyal: Molekul-molekul bau yang menempel pada rambut mikroskopik
akan berinteraksi dengan reseptor pada sel-sel rambut dan menghasilkan sinyal
listrik. Sinyal listrik kemudian diteruskan ke saraf olfaktorius yang terletak di dasar
rongga hidung.
4) Pengolahan informasi: Saraf olfaktorius membawa sinyal listrik ke pusat penciuman
di otak, yang terletak di lobus temporal dan korteks piriformis. Di sinilah informasi
bau diolah dan diinterpretasikan oleh otak. Informasi bau juga dikaitkan dengan
ingatan dan emosi, sehingga memberikan pengalaman yang lebih kaya dan
kompleks.
k. Bagian-bagian pengecap rasa pada lidah:
1) Pengecap rasa pahit
2) Pengecap rasa asin
3) Pengecap rasa asam
4) Pengecap rasa manis
5) Pengecap rasa asam
6) Pengecap rasa asin
l. Indra pengecap atau gustasi adalah kemampuan manusia untuk merasakan rasa makanan
dan minuman. Proses fisiologi indera pengecap melibatkan beberapa tahapan, mulai dari
deteksi rasa pada lidah hingga pengiriman sinyal ke otak. Berikut adalah penjelasan lebih
detail mengenai fisiologi indera pengecap:
1) Penerimaan rasa: Rasa makanan dan minuman diterima oleh lidah, yang terdiri dari
ribuan papila lidah. Papila lidah mengandung sel-sel rasa yang peka terhadap rasa
manis, asam, asin, pahit, dan umami.
2) Transduksi sinyal: Ketika makanan dan minuman dihirup atau dikunyah, zat kimia
dalam makanan berinteraksi dengan sel-sel rasa pada papila lidah dan menghasilkan
sinyal listrik. Sinyal listrik kemudian diteruskan ke saraf pengecap, yaitu saraf fasial,
glosofaringeal, dan vagus.
3) Pengolahan informasi: Saraf pengecap membawa sinyal listrik ke pusat pengecap di
otak, yang terletak di korteks serebri. Di sini, informasi rasa diolah dan
diinterpretasikan oleh otak. Sinyal yang dikirimkan oleh sel-sel rasa pada lidah
membentuk gambaran tentang rasa makanan dan minuman.
4) Respon rasa: Setelah otak memproses informasi tentang rasa makanan dan
minuman, respon rasa dapat diberikan. Respon ini termasuk peningkatan atau
penurunan produksi air liur, perubahan denyut jantung, dan respon emosional.
m. Bagian-bagian dari kulit:
1) Epidermis
2) Dermis
3) Subcutis
a) Rambut
b) Kelenjar sebasea
c) Jaringan lemak
d) Saraf
e) Pembuluh darah
f) Saluran keringat
g) Kelenjar keringat
h) Hair bulb
n. Sistem integumentum atau kulit adalah organ terbesar pada tubuh manusia yang memiliki
banyak fungsi, termasuk melindungi tubuh dari kerusakan fisik, infeksi, dan pengaruh
lingkungan, serta membantu dalam pengaturan suhu tubuh dan ekskresi zat-zat sisa.
Fisiologi sistem integumentum pada kulit melibatkan beberapa proses, seperti pengaturan
suhu tubuh, produksi melanin, pembentukan vitamin D, dan produksi kelenjar kulit.
Berikut adalah penjelasan lebih detail mengenai fisiologi sistem integumentum pada
kulit:
1) Pengaturan suhu tubuh: Kulit memiliki kemampuan untuk mengatur suhu tubuh
manusia. Jika suhu tubuh naik, kelenjar keringat pada kulit akan memproduksi
keringat yang menguap dan mengeluarkan panas dari tubuh. Jika suhu tubuh turun,
pembuluh darah pada kulit akan menyempit untuk mengurangi aliran darah ke
permukaan kulit, sehingga mengurangi hilangnya panas dari tubuh.
2) Produksi melanin: Melanin adalah pigmen pada kulit yang memberikan warna pada
kulit dan melindungi kulit dari kerusakan akibat radiasi UV. Sel-sel melanosit pada
kulit memproduksi melanin, yang kemudian menyebar ke sel-sel epidermis.
3) Pembentukan vitamin D: Kulit juga memiliki kemampuan untuk membentuk
vitamin D ketika terkena sinar matahari. Sinar ultraviolet B diubah menjadi pre-
vitamin D3 pada kulit, yang kemudian diubah lagi menjadi vitamin D di hati dan
ginjal.
4) Produksi kelenjar kulit: Kulit memiliki banyak kelenjar, termasuk kelenjar sebasea
dan kelenjar keringat. Kelenjar sebasea memproduksi minyak untuk menjaga kulit
tetap lembab, sementara kelenjar keringat membantu dalam pengaturan suhu tubuh.
5) Respons imun: Kulit juga berfungsi sebagai barier pertahanan tubuh terhadap
patogen dan infeksi. Sel-sel imun pada kulit, seperti sel Langerhans, bekerja untuk
melindungi kulit dari infeksi.

SOAL 2
a. Bagian-bagian usus halus:
1) Duodenum
2) Jejunum
3) Ileum
b. Usus halus adalah bagian dari sistem pencernaan yang memiliki panjang sekitar 6 meter
dan terdiri dari tiga bagian utama, yaitu duodenum, jejunum, dan ileum. Fisiologi proses
pencernaan pada usus halus melibatkan beberapa proses penting, termasuk pencernaan
makanan, penyerapan nutrisi, dan pengeluaran sisa-sisa makanan. Berikut adalah
penjelasan lebih detail mengenai fisiologi proses pencernaan pada usus halus:
1) Pencernaan makanan: Makanan yang berasal dari lambung masuk ke usus halus
melalui sfingter pilorus. Di usus halus, makanan dicerna oleh enzim-enzim
pencernaan, seperti amilase, lipase, dan protease, yang diproduksi oleh pankreas dan
mukosa usus halus. Enzim-enzim tersebut membantu memecah karbohidrat, lemak,
dan protein menjadi molekul-molekul yang lebih kecil, seperti glukosa, asam lemak,
dan asam amino.
2) Penyerapan nutrisi: Setelah makanan dicerna, nutrisi yang berasal dari makanan
diserap melalui dinding usus halus dan masuk ke dalam aliran darah. Usus halus
memiliki banyak vili dan mikrovili, yang meningkatkan permukaan penyerapan
nutrisi dari usus halus. Nutrisi yang diserap meliputi glukosa, asam lemak, asam
amino, vitamin, dan mineral.
3) Pengeluaran sisa-sisa makanan: Setelah nutrisi diserap, sisa-sisa makanan dan air
yang tidak diabsorpsi melalui usus halus masuk ke dalam usus besar melalui katup
ileocecal. Di usus besar, air dan nutrisi yang tersisa diabsorpsi dan dikeluarkan
sebagai feses.
4) Regulasi usus halus: Usus halus memiliki otot-otot halus yang mengalami kontraksi
dan relaksasi untuk membantu memindahkan makanan melalui usus halus. Proses ini
diatur oleh sistem saraf enterik dan sistem saraf otonom, yang bekerja bersama-sama
untuk mengatur kecepatan dan koordinasi gerakan usus halus.

SOAL 3
a. Proses difusi O2 (oksigen) dan CO2 (karbon dioksida) di alveolus sangat penting untuk
memastikan pertukaran gas yang efektif dan memastikan bahwa tubuh memiliki pasokan
oksigen yang cukup dan membuang karbon dioksida yang berlebihan. Fisiologi proses
difusi O2 dan CO2 di alveolus dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Pengambilan oksigen: Oksigen dari udara yang masuk ke paru-paru melalui trakea
diangkut oleh bronkus dan bronkiolus hingga mencapai alveolus. Di dalam alveolus,
oksigen difusi melalui membran tipis yang memisahkan alveolus dari pembuluh
darah kapiler di sekitarnya.
2) Pertukaran gas: Setelah oksigen mencapai alveolus, ia berdifusi melalui membran
tipis yang memisahkan alveolus dari pembuluh darah kapiler di sekitarnya dan
masuk ke dalam darah. Sementara itu, karbon dioksida yang telah dihasilkan oleh
sel-sel tubuh dan disirkulasikan dalam darah melalui pembuluh kapiler difusi ke
dalam alveolus untuk dihirup keluar.
3) Transportasi gas: Setelah oksigen berdifusi ke dalam darah, ia diangkut oleh
hemoglobin yang terdapat di dalam sel darah merah. Hemoglobin membawa oksigen
ke seluruh tubuh melalui sirkulasi darah. Sementara itu, karbon dioksida yang
dihasilkan oleh sel-sel tubuh juga diangkut oleh hemoglobin dan terlarut dalam
plasma darah untuk diangkut kembali ke paru-paru.
4) Regulasi respirasi: Proses difusi O2 dan CO2 di alveolus diatur oleh sistem saraf dan
sistem hormonal dalam tubuh. Ketika kadar oksigen di dalam darah rendah atau
kadar karbon dioksida tinggi, sistem saraf dan sistem hormonal mengatur proses
pernapasan agar lebih cepat dan dalam, sehingga memungkinkan lebih banyak
oksigen diambil dan lebih banyak karbon dioksida dihilangkan dari tubuh.

SOAL 4
b. Bagian-bagian urinaria:
1) Ginja
2) Ureter
3) Kandung kemih
4) Uretra
5) Vena cavar inferior
6) Arteria aorta
c. Nefron adalah unit fungsional ginjal yang bertanggung jawab untuk menyaring dan
memproses darah untuk menghasilkan urin. Setiap ginjal manusia memiliki sekitar satu
juta nefron, yang terdiri dari dua bagian utama: glomerulus dan tubulus. Glomerulus
adalah kelompok pembuluh darah kecil yang bertanggung jawab untuk menyaring darah
dari arteriola aferen. Saat darah mengalir melalui glomerulus, zat-zat yang diperlukan
oleh tubuh, seperti air, glukosa, dan elektrolit, disaring ke dalam kapsul Bowman, yang
merupakan bagian awal dari tubulus. Zat-zat ini kemudian melewati tubulus proksimal,
lingkaran Henle, dan tubulus distal sebelum akhirnya keluar dari tubulus sebagai urin
dan dikumpulkan di pelvis ginjal.
Selain itu, nefron juga terlibat dalam mempertahankan keseimbangan air dan elektrolit
dalam tubuh. Proses ini terjadi di tubulus ginjal, di mana zat-zat yang disaring dari darah
diubah kembali dan diserap kembali ke dalam tubuh, seperti glukosa, natrium, dan
kalium. Keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh sangat penting untuk menjaga
tekanan darah, keseimbangan pH, dan fungsi sel dan organ yang optimal. Fungsi nefron
juga dipengaruhi oleh hormon seperti antidiuretik hormon (ADH) dan aldosteron, yang
mengatur jumlah air dan elektrolit yang diserap kembali oleh tubulus ginjal dan akhirnya
dikeluarkan dari tubuh sebagai urin. Selain itu, nefron juga terlibat dalam produksi
hormon eritropoietin, yang merangsang pembentukan sel darah merah dalam sumsum
tulang.
Dalam keseluruhan, nefron berfungsi sebagai unit dasar ginjal yang memproses darah
dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh, serta
memproduksi hormon-hormon penting yang dibutuhkan oleh tubuh.

Anda mungkin juga menyukai